SHALAT_JAMA_DAN_QASAR
SHALAT_JAMA_DAN_QASAR
SHALAT_JAMA_DAN_QASAR
OLEH,
NAMA
HAFIZA
NIM: 101.2020.024
NANA SENTYA
NIM: 101.2021.020
NENY PUTRIANI
NIM: 101.2020.035
Semester IV (Empat)
Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sholat
jama‟ dan qashar.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Dr Suriadi M.Ag dalam bidang studi Pembelajaran Fiqih. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang tata cara sholat jama‟ dan
qashar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr Suriadi M.Ag selaku Dosen
mata kuliah Pembelajara Fiqih yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Shalat Jama’ Dan Shalat Qashar ............................. 2
B. Dasar Hukum Pelaksanaan Shalat Jama’ dam Qashar ............ 2
C. Syarat- Syarat Yang Diperbolehkan Jama’ dan Qashar ......... 4
D. Tata Cara Melaksanakan Sholat Jama’ dan Qashar .............. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab di akhirat kelak.
Oleh karena itu, maka shalat tidak boleh ditinggalkan walau bagaimanapun
keadaannya kecuali orang yang haid atau nifas atau keadaan bahaya.
Namun ada beberapa keringanan (rukhsah) bagi orang yang ada dalam
perjalanan (musafir) dalam tata cara pelaksanaan shalat,yaitu dengan cara
shalat jama dan shalat qashar. Namun hal itu juga bukan berarti
bolehmeninggalkan shalat begitu saja, hanya berpindah pelaksanaan pada
waktu tertentu (yang telah diisyaratkan) dan syarat-syarat tertentu pula.
Menjama‟ dan mengqashar shalat termasuk rukhshah (kelonggaran /
keringanan) yang diberikan Allah SWT kepada hambanya karena
adanya kondisi yang menyulitkan bila shalat dilakukan dalam
keadaan biasa. Rukhsah ini merupakan shodaqoh dari Allah SWT
yang dianjurkan untuk diterima dengan penuh ketawadhu‟an. Namun jika
ada musafir yang tidak mengqashar shalatnya maka shalatnnya tetap
sah,hanya saja kurang sesuai dengan sunnah karena Nabi saw senantiasa
menjama‟ dan mengqashar1 shalatnya saat melakukan safar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang disyari'atkannya sholat jama' dan qasar?
2. Apa saja syarat-syarat diperbolehkannya melakukan sholat jama' dan qasar?
3. Bagaimana tata cara melaksanakan sholat jama' dan qasar?
C. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang disyari'atkannya sholat jama' dan qasar.
2. Mengetahui syarat diperbolehkannya melakukan sholat jama' dan qasar.
3. Mengetahui tata cara melaksanakan sholat jama' dan qasar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ar-Rahbawi, Abdul qodir, Salat Empat Madzhab, (Bogor : PT Pustaka, 2008), hlm 48.
2
menjama‟ antara shalat dzuhur dengan ashar, apabila beliau sedangdalam
perjalanan dan menjama‟ maghrib atau isya”.2
Menjama‟ shalat isya dengan shubuh tidak boleh atau
menjama‟ shalat ashar dengan maghrib juga tidak boleh, sebab menjama‟
shalat yang dibenarkan oleh Nabi SAW hanyalah pada seperti tersebut
pada hadits-hadits Ibnu Abbas. Adanya orang yang menjamin lima shalat
wajib sekaligus pada saat yang sama adalah perbuatan yang tidak
dibenarkan. Orang yang melakukan hal semacam ini biasanya
beranggapan bahwa boleh mengqadha shalat. Padahal shalat
wajib yang ditinggalkan oleh seorang muslim, selain karena haid atau nifas
atau keadaan bahaya makaorang itu termasuk melakukan dosa besar dan
shalat wajib yang ditinggalkannya itu tidak dapatdiganti pada waktu yang
lain atau diqadha.
2. Shalat Qashar
Menqashar sholat dibolehkan dalam al-qur‟an, sunnah, dan ijma‟.
Adapun dalil al qur‟an dalam surah an-Nisa‟:101 yaitu : “Dan apabila
kamu bepergian di muka bumi, maka tidak lah engkau menqashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang oleh orang-orang
kafir”.Sementara dalam sunnah, terdapat khabar yang mutawatir
bahwa rasulullah SAW. Mengqashar sholatnya di beberapa perjalanan
beliau, baik saat haji, umroh, dan berperang. Sedangkan dalam ijma‟,
pendapat para ahli fiqih yang dipegang terpecah menjadi tiga pendapat:
ada yang mengatakan wajib, sunnah, ataupun sekedar keringanan yang
diperselisihkanbagi musafir untuk memilihnya.
Sedangkan dalil nyang menunjukkan disyari‟atkannya sholat
jama‟ antara lain yaitu : Allah berfirman dalam Al qur‟an surah an-Nisa‟
ayat 103 “Sesunggahnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan oleh
waktunya atas orang-orang yang beriman ( QS: An-Nisa‟ ayat 103 ),
dan waktu-waktu sholat ditentukan secara mutawatir maka tidak
2
Abu malik bin As-Sayyid Salim, Fikih Sunnah, (Jakarta : Pustaka Indah, 2006), hlm 37.
3
boleh ditinggalkan. Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas‟ud,
dia berkata “ Aku tidak pernah melihat Rasulullahh SAW shalat diluar
waktunya kecuali dua sholat, beliau menggabungkan antara sholat maghrib
dan „isya‟ di Muzdalifah, dan mengerjakan sholat subuh pada hari itu
sebelumwaktunya”.3
3
Attahiriyyah Rusyd, Ibnu. 2006. Bidayatul Mujtahidin, ( Jakarta : Pustaka Azam, 2006), hlm 28
4
Az-Zuhaili, Wahban, fiqih islam wa adillatuhu, (Depok: Gema Insani, 2010), hlm 86.
4
”Rasulullah menjamak antara shalat Dhuhur dan Ashar bilamana
beliau berada di tengahperjalanan dan menjamak antara Maghrib dan
Isya‟.(HR. Bukhari)
c) Ketika dalam keadaan hujan
Menurut Imam Syafi‟ boleh menjamak bagi yang tidak
bepergian namun terdapat halangan hujan, baik di waktu siang
maupun malam. Sedangkan menurut Malik, boleh menjamak di waktu
malam dan tidak boleh diwaktu siang. Imam Bukhori meriwayatkan:
“Bahwa nabi menjamak sholat maghrib dan isya‟ disuatu malam yang
hujan lebat, “ Rasulullah pernah menjamak salat zuhur dengan asar,
maghrib dengan Isya‟ tanpa ada alasan ketakutan atau turun hujan. 5
d) Ketika dalam keadaan sakit atau udzur
Dibolehkan menjamak disebabkan sakit menurut ulama‟
Hanbali, Maliki dan Syafi‟i. Ulama‟ Hanbali memperluas kebolehan
menjamak ini hingga boleh juga bagi orang yang berhalangan (uzur)
seperti wanita yang mengeluarkan darah istihadhoh, orang besar
kencing dan dan bagi wanita yang sedang menyusui bila sukar
mencuci kain setiap hendak shalat.
2. Shalat Qashar
Syarat yang membolehkan mengqashar sholat, yaitu :
a) Berniat untuk safar ( bepergian jauh ), dalam niat untuk safar
disyaratkan dua perkara : Pertama, berniat untuk menempuh perjalanan
dengan sempurna sejak mulai awal perjalanannya. Kedua, berhak
menentukan niat sendiri, maka tidak cukup memerlukan niat apabila
seseorang pengikut tanpa adanya niat oleh orang yang diikuti. Adapun
jarak perjalanan (safar) yang dibolehkan untuk mengqashar
ternyata ulama berbeda pendapat. Ada ulama yang berpendapat jarak
minimal 1 farsakh atau tiga mil, ada yang minima l 3 farsakh ,ada
yang berpendapat safar minimal harus sehari-semalam, bahkan ada
5
Azam Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, (Jakarta: Grafindo, 1983), hlm 208.
5
yang berpendapat tidak ada jarak dan waktu yang pasti karena sangat
tergantung pada kondisi fisik, psikis serta keadaan sosiologis dan
lingkungan masyarakat.
Jika memang perjalanan tersebut berat dan menyulitkan
maka ada keringanan dan kelonggran (rukhsah) berupa shalat jama‟
dan qashar. Sebab maksud pemberian rukhsah adalah untuk
mehilangkan beban dan kesulitan. Ada riwayat yang mengatakan
dari sahabat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw
mengqashar shalat dalam perjalanan yang berukuran 3 mil atau 1
farsakh. “Dari Syu‟bah dari Yahya bin Yazid Al-Hanaiy, ia berkata :
Aku pernah bertanya kepadaAnas tentang mengqashar shalat, lalu ia
menjawab,“Adalah Rasulullah SAW apabila bepergiansejauh tiga mil
atau tiga farsakh, maka beliau shalat dua reka‟at”. (Syu‟bah ragu, tiga
mil atautiga farsakh”(HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Baihaqi)7
Dari pendapat yang ada, yanglebih kuat adalah pendapat
yang menyatakan bahwa selama berstatus sebagai musafir
biasa (bukan musafir perang) dan tidak tinggal lebih dari 19 hari di
satu tempat tersebut, maka masihdiberikan keringanan untuk
menjama‟- qashar shalatnya. tetapi Kalau musafir perang, maka boleh
menjama‟-qashar shalatnya selama masih dalam suasana perang.
b) Ketentuan qashar tidak berlaku pada perjalanan maksiat Mayoritas
ulama‟ membolehkan mengqashar sholat bagi mereka yang melakukan
perjalanan yang sifatnya mendekatkan diri pada Allah SWT, seperti
dalam perjalanan haji, umroh dan jihad. Atau yang mubah seperti
perjalanan untuk perdagangan, menjenguk keluarga, dan sebagainya.
Akan tetapi qoshor tidak berlaku bagi orang yang melakukan
perjalanan maksiat seperti merampok, memerangi sesama muslim, dan
sebagainya.
c) Seorang musafir ketika sholat tidak boleh makmum kepada orang
yang mukim Seorang musafir ketika sholat tidak boleh makmum
6
kepada orang yang mukim, atau musafir itu yang menyempurnakan
sholatnya. Maka jika seseorang melakukannya, dia wajib
menyempurnakn sholatnya, walaupun saat menjadi makmum ketika
sedang tasyahud akhir. Sedangkan menurut Hanafiyah, apabila
bersamanya imam tidak mendapatkan raka‟at secara sempurna, maka
sholatnya secara qashar.8
Adapun seorang yang bermukim boleh menjadi makmum orang
yang bermusafir, dan bagi musafir hendaknya memberi tahukan
bahwa ia akan menqashar sholatnya, sehingga orang yang bermukim
menyempurnakan sholatnya.
6
Ahmad Yaman, Panduan Lengkap Sholat Menurut Empat Madzhab, (Jakarta: Pustaka Al-
Kaustar. 2005), hlm 283.
7
perbolehkan bersuci, adzan dan iqomah. Ketentuan ini berlaku bagi
jamak taqdim, sedangkan untuk jamak ta‟khir tidak berlaku.
4. Kedua sholat dilakukan secara tertib.
5. Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (ashar).
b. Jama‟ Ta‟khir yaitu menjamak shalat di waktu shalat yang
kedua. Contohnya: menjama‟ sholat zuhur dan asar diwaktu ashar
dan menjama‟ sholat maghrib dan isya‟ diwaktu isya‟. Tata caranya
yaitu:
1. Sholat dilakukan diwaktu yang kedua (ashar atau isya‟)
2. Berniat sejak waktu yang pertama bahwa ia akan melakukan sholat
pertama itu diwaktu yang kedua, supaya ada maksud yang keras
untuk mengerjakan shalat yang pertama dan tidak ditinggalkan
begitu saja.
3. Sholat yang dilakukan terlebih dahulu adalah sholat ashar atau isya‟
terlebih dahulu, baru kemudian sholat dhuhur atau maghrib
dan biasa juga dilakukan sholat dhuhur atau maghrib
terlebih dahulu, baru kemudian sholat asar atau isya‟.
c. Shalat Qashar, adapun tatacara sholat qashar itu tidak ada bedanya
dengan sholat dua raka‟at yang lainnya, karena qashar hanya meringkas
sholat yang empat raka‟at menjadi dua raka‟at. Pada prinsipnya,
pelaksanaan shalat qashar sama dengan shalat biasa hanya saja berbeda
pada niat raka‟atnya dijadikan dua raka‟at dan tidak ada tasyahud awal.
Jadi setelah dua raka‟at kemudian melakukan tasyahud akhir dan salam.
d. Jama‟ dan Qashar apabila seseorang telah memenuhi syarat – syarat
di atas, maka diperbolahkan mengerjakan shalat dengan cara jama‟ dan
qashar sekaligus yaitu menggabungkan dua shalat fardhu dalam satu
waktu sambil meringkas rakaatnya. Tata caranya yaitu :
1. Mengerjakan shalat dhuhur dua rakaat, pada rakaat yang kedua
langsung membaca tasyahudakhir kemudian salam.
2. Kemudian setelah salam berdiri kembali untuk mengerjakan shalat
ashar 2 rakaat kemudian salam.
8
Menurut Nicholish Madjid, karakter religius bukan hanya sekedar
doa dan bacaan doa. Namun lebih dari itu, yaitu seluruh prilaku
manusia yang terpuji, dilakukan untuk memperoleh ridho Allah SWT.
Sejalan dengan Ngainum Naim yang mengartikan akhlak religius
adalah keseluruhan prilaku manusia yang terpuji, yang dilakukan oleh
seseorang yang non muslim sebagai khilafah di muka bumi untuk
kerhidoaan Allah SWT.
(Naim 2012). Hal ini seperti firman Allah SWT yang termuat dalam
Q.S Al-Baqarah (2) ayat 208: “hai orang-orang yang beriman,
masuklah kedalam seluruh Islam, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah yang munkar”. Sesungguhnya syaitan adalah musuh
yang nyata bagimu. Beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami
bahwa karakter religius adalh nilai-nilai hidup yang mencerminkan
tumbuhnya pengalaman spiritual yang terdiri dari tiga unsur utama,
yaituakidah, ibadah, dan sifat-sifat membimbing prilaku sesuai aturan
atau untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaanhidup di dunia,
dunia dan akhirat.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat jama‟ ialah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu
waktu. Sedangkan sholat qashar adalah sholat yang diringkas dari empat
raka‟at menjadi dua raka‟at dengan tetap membaca al-fatihah dan surat
pendek. Shalat jama‟ hukumnya boleh bagi orang-orang yang sedang
dalam perjalanan berada dalam keadaan hujan, sakit atau karena
ada keperluan lain yang sukar menghindarinya. Menqashar sholat
dibolehkan dalam al-qur‟an, sunnah, dan ijma‟. Shalat jama' dapat
dilakukan dengan syarat-syarat: ketika berada di Arafah dan Muzdalifah,
ketika dalam perjalanan, ketika dalam keadaan hujan, ketika dalam
keadaan sakit atau udzur. Syarat yang membolehkan mengqashar sholat,
yaitu : berniat untuk safar, ketentuan qashar tidak berlaku pada perjalanan
maksiat, Seorang musafir ketika sholat tidak boleh makmum kepada
orang yang mukim.
Jama‟ Taqdim yaitu menjamak shalat diwaktu sholat yang
pertama. Jama‟ Ta‟khir yaitu menjamak shalat di waktu shalat
yang kedua. Tata cara sholat qashar itu tidak ada bedanya dengan
sholat dua raka‟at yang lainnya, karena qashar hanya meringkas sholat
yang empat raka‟at menjadi dua raka‟at. Jama‟ dan Qashar apabila
seseorang telah memenuhi syarat – syarat, maka diperbolahkan
mengerjakan shalat dengan cara jama‟ dan qashar sekaligus yaitu
menggabungkan dua shalat fardhu dalam satu waktu sambil meringkas
rakaatnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11