Mewujudkan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Di Indonesia
Mewujudkan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Di Indonesia
Mewujudkan Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Di Indonesia
com/2010/12/02/kerukunan-antar-umat-beragama/
I. PENDAHULUAN
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multikultural karena terdiri dari berbagai
macam suku bangsa, ras, bahasa, budaya maupun agama. Dalam makalah saya ini akan
membicarakan tentang kerukunan antar umat beragama di Indonesia yang umumnya agama
masyarakat Indonesia sangat beragam, yaitu terdiri dari dari agama islam, katolik, protestan,
hindu, budha dan kong hu chu.
Penyebab beraneka ragamnya agama yang di anut masyarakat Indonesia tidaklah lepas dari
sejarah. Dimana Indonesia terletak di jalur perdagangan dunia yang menyebabkan para pedagang
yang singgah di berbagai wilayah pesisir di Indonesia mulai menetap dan mengajarkan agama
serta kebudayaan para pedagang tersebut kepada masyarakat Indonesia yang waktu itu belum
beragama dan masih menganut kepercayaan animisme maupun dinamisme.
Masuknya agama di Indonesia yang tidak merata ini menyebabkan terjadinya proses
multikultural pada masyarakat Indonesia terutama dalam hal keagamaan. Dengan perbedaan
agama yang dianut masyarakat Indonesia harus bisa hidup bertoleransi antar umat beragama
karena apabila antar umat beragama saling bermusuhan maka akan terjadi konflik yang juga bisa
merusak integrasi nasional bangsa Indonesia.
Rumusan Masalah
Dalam makalah saya ini akan mencoba membahas tentang cara agar kerukunan anatra umat
beragama di Indonesia tercapai
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural. Multikultural masyarakat
Indonesia tidak sauja kerena keanekaragaman suku, budaya,bahasa, ras tapi juga dalam hal
agama. Agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia adalah agama islam, Katolik, protestan,
Hindu, Budha, Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang
dianut masing-masing masyarakat Indonesia. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak
terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan
dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling
menghormati, dan saling tolong menolong.
Maka dari itulah diperlukan suatu model hubungan antar masyarakat yang berbeda agama yaitu
kerukunan hidup antar umat beragama atau toleransi antar umat beragama. Istilah ini
dikemukakan oleh mantan Menteri Agama Indonesia tahun 1972. Sebagai sarana pencapaian
kehidupan harmonis antar umat beragama yang diselenggarakam dengan segala kearifan dan
kebijakan atas nama pemerintah.[1]
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua golongan agama bisa
hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban
agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena
itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap
tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal ini tidak diartikan
bahwa kerukunan hidup antar umat beragama member ruang untuk mencampurkan unsur-unsur
tertentu dari agama yang berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.[2]
Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar umat beragama tanggal 31
Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan bahwa kerukunan umat beragama
merupakan pilar kerukunan nasional adalah sesuatu yang dinamis, karena itu harus dipelihara
terus dari waktu ke waktu. Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti keadaan
hubungan sesame umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.[3]
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bias diartikan dengan toleransi antar umat
beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan
menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati
satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya
tidak saling mengganggu.
Departemen agama juga menjadikan kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan
pembangunan nasional bangsa Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi konflik-
konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat Indonesia yang multikultural dalam hal
agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling
bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas dan kemajuan negara.
Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Dengan Dialog Antar Umat Beragama
Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang modern yang demokratis adalah terwujudnya
masyarakat yang menghargai kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan bangsa serta
mewujudkannya dalam suatu keniscayaan.[5] Untuk itulah kita harus saling menjaga kerukunan
hidup antar umat beragama. Secara historis banyak terjadi konflik antar umat beragama,
misalnya konflik di Poso antara umat islam dan umat kristen. Agama disini terlihat sebagai
pemicu atau sumber dari konflik tersebut. Sangatlah ironis konflik yang terjadi tersebut padahal
suatu agama pada dasarnya mengajarkan kepada para pemeluknya agar hidup dalam kedamaian,
saling tolong menolong dan juga saling menghormati. Untuk itu marilah kita jaga tali
persaudaraan antar sesama umat beragama.
Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang multkultural adalah
menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun pemerintah. Karena konflik
tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara baik dan
benar. Supaya agama bisa menjadi alat pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola
dengan baik dan benar, maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama
untuk permasalahan yang mengganjal antara masing-masing kelompok umat beragama. Karena
mungkin selama ini konflik yang timbul antara umat beragama terjadi karena terputusnya jalinan
informasi yang benar diantara pemeluk agama dari satu pihak ke pihak lain sehingga timbul
prasangka-prasangka negatif.
Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait dengan
toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud memerlukan 3 konsep
yaitu :
1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing- masing
sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan dalam
upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai bukan
untuk saling menghancurkan.[6]
Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada masalah peribadatan tetapi
lebih ke masalah kemanusiaan seprti moralitas, etika, dan nilai spiritual, supaya efktif dalam
dialog aantar umat beragama juga menghindari dari latar belakang agama dan kehendak untuk
memdominasi pihak lain.[7]
Model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh KLmball adalah sebagai brikut :
Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia menjadi sangat
rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu menjaga kerukunan antar umat
beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat beragama
agar terjaga sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat
khususnya masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:
1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu
dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau
menghargai keyakinan orang lain.
2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian
dari sikap saling menghormati.
4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas
yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.[9]
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut hendaknya
kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima bahwa
perbedaan agama dengan orang lain adalah sebuah realitas dalam masyarakat yang multikultural
agar kehidupan antar umat beragma bisa terwujud.
III. KESIMPULAN
Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama adalah dengan
mengadakan dialog antar umat beragama yang di dalamnya membahas tentang hubungan antar
sesama umat beragama. Selain itu ada beberapa cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan
hidup antar umat beragama antara lain:
b) Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya.
c) Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umat lain yang sedang
beribadah.
[1] Rukiyati,dkk. 2008. Pendidikan Pancasila Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: UNY Press
Halaaman 151.
[2] Sudrajat, Ajat, dkk. 2008. Din Al Islam: Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UNY Press. Halaman 155.
[4] Sudrajat, Ajat, dkk. 2008. Din Al Islam: Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UNY Press. Halaman 154.
[5] Rukiyati, dkk. 2008. Pendidikan Pancasila Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: UNY Press.
Halaman 151.
[6] Dikutip dari Harian Suara Merdeka edisi Minggu 30 Agustus 2009. Perlu Toleransi Sikapi
beda Pemahaman. Halaman 2.
[8]Sudrajat, Ajat, dkk. 2008. Din Al Islam: Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi.
Yogyakarta: UNY Press. Halaman 158.
[9] Sumber: http://sherwintobing.com/2007/08/30/kerukunan-antar-umat-beragama-di-indonesia-
mungkinkah/comment-page-1/ . Diakses tanggal 25 Februari 2010.