Digital 2016-8-20249704 S52202 Muhammad Ekky Rizkiyadi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 169

UNIVERSITAS INDONESIA

REAKSI INTERESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH


DENGAN METIL ASETAT MENGGUNAKAN
BIOKATALIS CANDIDA RUGOSA LIPASE
UNTUK MEMPRODUKSI BIODIESEL

SKRIPSI

MUHAMMAD EKKY RIZKIYADI


0606043156

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA
DEPOK
DESEMBER 2008

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


UNIVERSITAS INDONESIA

REAKSI INTERESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH


DENGAN METIL ASETAT MENGGUNAKAN
BIOKATALIS CANDIDA RUGOSA LIPASE
UNTUK MEMPRODUKSI BIODIESEL

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

MUHAMMAD EKKY RIZKIYADI


0606043156

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
KEKHUSUSAN TEKNIK KIMIA
DEPOK
DESEMBER 2008

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Muhammad Ekky Rizkiyadi

NPM : 0606043156

Tanda Tangan :

Tanggal : 24 Desember 2008

ii Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Muhammad Ekky Rizkiyadi
NPM : 0606043156
Program Studi : Teknik Kimia
Judul Skripsi :

Reaksi Interesterifikasi Minyak Jelantah dengan Metil Asetat Menggunakan


Biokatalis Candida rugosa Lipase untuk Memproduksi Biodiesel

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Kimia pada Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng. (…………………….)

Pembimbing II : Ir. Rita Arbianti, M.Si. (…………………….)

Penguji I : Ir. Tania Surya Utami, M.T. (…………………….)

Penguji II : Ir. Dianursanti, M.T. (…………………….)

Ditetapkan di : Depok, Jawa Barat, Indonesia

Tanggal : 24 Desember 2008

iii Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrohmaanirrohiim,
Rasulullah SAW bersabda, “ ..... Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah;
jika engkau minta tolong, minta tolonglah kepada Allah ..... “ (HR. Turmidzi)
Rasulullah SAW bersabda, “ ..... Barang siapa memudahkan orang yang tengah
dilanda kesulitan maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. .....
Barang siapa menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga. .....” (HR. Muslim)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,


Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beserta salam
saya haturkan pada contoh terbaik sepanjang masa Rasulullah SAW. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Kimia pada Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Widodo Wahyu Purwanto, DEA., selaku Ketua Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
2. Dr. Heri Hermansyah,S.T., M.Eng., selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi pengarahan, diskusi dan bimbingan serta
persetujuan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
3. Ir. Rita Arbianti, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
waktu, tenaga, dan pikiran.
4. Ir. Bambang Heru Susanto, MT, selaku penasehat akademis.
5. Seluruh dosen Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Indonesia atas kesabaran dan perhatiannya dalam menanamkan ilmu
pengetahuan dan nilai kehidupan untuk penulis.

iv Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


6. Bapakku, Ibuku, Adekku yang sangat penulis cintai dan sayangi, yang tak
henti-hentinya memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan semangat
kepada penulis selama ini yang tidak akan pernah mungkin penulis dapat
membalasnya sampai kapanpun.
7. Ratih Kumala Dewi, yang selalu setia menemani penulis dan berbagi keluh
kesah dengan penulis. Terima kasih untuk selalu menjadi bagian yang berarti
bagi diriku. Semoga Allah SWT selalu melindungi dirimu. thanks for
everything that you gave me my babe..
8. Bang Werry, thanks atas pulsa-pulsanya ya bang..mudah-mudahan abang
cepat menemukan pengganti “DMS” ya bang..i will help you to find a new
hire person that you will be satisfied by her..
9. Rekan kerja satu tim, Risan Aji Surendro atas kerjasama dan bantuannya yang
tidak mungkin penulis dapat membalasnya selama penelitian sampai
penyusunan skripsi ini. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya.
10. Sahabat-sahabat penulis Sulistyawati, Debby samanty, Eko prasetio, Hanif
adhi setyoko, Aziz afandi, Oland, Binyo, Iqbal yang senantiasa memberikan
dukungan dan semangat selama kuliah dan proses penyusunan skripsi ini
hingga selesai. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian, dan
selalu melindungi dimanapun kalian berada.
11. Bang Ijal, Kang Jajat, Mas Eko, Pak Heri, Pak Sriyono, Pak Mugeni yang
selalu membantu penulis dan berbagi pengalaman. Terima kasih banyak.
12. Seluruh teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu khususnya
Teknik Kimia (GPE’06) sukses untuk kalian.

Depok, Desember 2008


Penulis

v Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :

Nama : Muhammad Ekky Rizkiyadi


NPM : 0606043156
Program Studi : Teknik Kimia
Departemen : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Reaksi Interesterifikasi Minyak Jelantah dengan


Metil Asetat Menggunakan Biokatalis Candida rugosa Lipase
untuk Memproduksi Biodiesel

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok, Jawa Barat, Indonesia


Pada tanggal : 24 Desember 2008

Yang menyatakan

(Muhammad Ekky Rizkiyadi)

vi Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


ABSTRAK

Nama : Muhammad Ekky Rizkiyadi


Program Studi : Teknik Kimia
Judul : Reaksi Interesterifikasi Minyak Jelantah dengan Metil Asetat
Menggunakan Biokatalis Candida rugosa lipase untuk
Memproduksi Biodiesel

Metil asetat sebagai pensuplai gugus alkil direaksikan dengan trigliserida


dari minyak jelantah dalam reaktor batch. HPLC digunakan untuk menganalisa
reaktan dan produk. Hasil penelitian ini menunjukkan Candida rugosa mampu
mengkonversi 75% rantai asam lemak dari trigliserida minyak jelantah menjadi
biodiesel yang dihasilkan menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi pada
kondisi biokatalis sebesar 4% wt substrat, rasio mol minyak/alkil sebesar 1:12
selama 50 jam reaksi. Uji stabilitas menunjukkan bahwa biokatalis terimobilisasi
ini masih memiliki aktivitas untuk tiga kali siklus reaksi. Uji efek inhibisi
diperoleh % yield terbesar 28.30% untuk lipase tersuspensi sedangkan untuk uji
variasi diperoleh % yield terbesar 26.49% pada temperatur 500C untuk lipase
tersuspensi. Model kinetika berbasis Michaelis Menten mampu menggambarkan
reaksi ini dengan ditandai hasil fitting yang cukup memuaskan dengan data hasil
eksperimen.

Kata kunci :
Biodiesel, Minyak jelantah, Trigliserida, Candida rugosa lipase, Interesterifikasi,
Rute non alkohol, Kinetika.

vii Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


ABSTRACT

Name : Muhammad Ekky Rizkiyadi


Study Program: Chemical Engineering
Tittle : Interesterification Reaction of Fried Palm Oil with Methyl
Acetate using Candida rugosa lipase as Biocatalyst for
Biodiesel Production

In this reaction, methyl acetate is reacted with triglyceride from fried palm
oil in batch reactor. The reactants and products were analyzed using HPLC. The
result showed that Candida rugosa lipase can convert 75% fatty acid from
triglyceride in Fried palm oil to biodiesel under the condition of 4% wt of the
biocatalyst concentration, oil/alkyl mole ratio equal to 1:12 in 50 hour reaction.
Stability test indicate that the activity of the immobilized biocatalyst still remain
after three reaction cycles. The maximum yield of methyl ester for inhibition test
was 28.30% achived from lipase in suspension form and the maximum yield for
temperature variation test was 26.49% gained in temperature of 500C from lipase
in suspension form. Kinetic model based on Michaelis Menten mechanism can
describe this reaction with comparing experiment data result to fitting data result.

Keywords :
Biodiesel, Fried Palm oil, Triglyceride, Candida rugosa lipase, Interesterification,
Non alcohol route, Kinetics.

viii Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH ............................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................. vi
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.4. Batasan Masalah ......................................................................................... 4
1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6
2.1. Biodiesel ..................................................................................................... 6
2.1.1. Sejarah Biodiesel ............................................................................... 6
2.1.2. Definisi Biodiesel............................................................................... 8
2.1.3. Reaksi Sintesis Biodiesel Konvensional .......................................... 10
2.2. Biokatalis .................................................................................................. 20
2.2.1. Lipase ............................................................................................... 22
2.2.2. Klasifikasi Lipase............................................................................. 24
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Lipase.................................. 25
2.2.4. Candida rugosa Lipase .................................................................... 30
2.3. Imobilisasi Enzim Lipase .......................................................................... 33
2.3.1. Metode Immobilisasi Biokatalis ...................................................... 34
2.3.2. Bahan Support Biokatalis ................................................................ 37
2.3.3. Metode Adsorpsi Biokatalis Menggunakan Zeolit sebagai Support 37
2.4. Rute Non Alkohol ..................................................................................... 41
2.4.1. Reaksi ............................................................................................... 41
2.4.2. Produk .............................................................................................. 42
2.4.3. Kelebihan dan Kekurangan .............................................................. 43
2.5. Mekanisme Michaelis-Menten.................................................................. 43
2.6. State of The Art ......................................................................................... 45
2.6.1. Riset Rute Non Alkohol di Dunia .................................................... 45
2.6.2. Riset Rute Non Alkohol di Indonesia .............................................. 46
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 51
3.1. Alur Penelitian .......................................................................................... 51
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................................... 52
3.2.1. Alat Percobaan ................................................................................. 52
3.2.2. Bahan Percobaan .............................................................................. 57
3.3. Prosedur Percobaan ................................................................................... 59

ix Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


3.3.1. Screening Biokatalis ........................................................................ 59
3.3.2. Set-up Reaktor .................................................................................. 59
3.3.3. Sintesis Biodiesel Melalui Rute Non-Alkohol Menggunakan Katalis
NaOH ............................................................................................... 59
3.3.4. Percobaan Immobilisasi Enzim........................................................ 62
3.3.5. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase dalam Bentuk
Tersuspensi pada T= 370C ............................................................... 64
3.3.6. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase Terimmobilisasi
Metode Adsorpsi pada T= 370C ....................................................... 65
3.3.7. Percobaan Uji Stabilitas ................................................................... 66
3.3.8. Percobaan Sintesis Biodiesel dengan Lipase dalam Bentuk
Tersuspensi dengan Penambahan Asam Palmitat sebagai Inhibitor 67
3.3.9. Percobaan Sintesis Biodiesel dengan Lipase Terimobilisasi Metode
Adsorpsi dengan Penambahan Asam Palmitat sebagai Inhibitor .... 68
3.3.10. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase dalam Bentuk
Tersuspensi pada T= 500C ............................................................... 69
3.3.11. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase Terimmobilisasi
Metode Adsorpsi pada T= 500C ....................................................... 70
3.3.12. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase dalam Bentuk
Tersuspensi pada T= 250C ............................................................... 71
3.3.13. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase Terimmobilisasi
Metode Adsorpsi pada T= 250C ....................................................... 72
3.3.14. Teknik Analisis Data........................................................................ 73
3.3.15. Pemodelan Reaksi Enzimatik .......................................................... 75
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 78
4.1. Hasil HPLC ............................................................................................... 78
4.2. Hasil Sintesis Biodiesel Menggunakan Katalis NaOH ............................. 79
4.3. Hasil Sintesis Biodiesel Menggunakan Candida rugosa lipase ............... 84
4.4. Pengaruh Konsentrasi Enzim .................................................................... 90
4.4.1. Candida rugosa Lipase dalam Bentuk Tersuspensi......................... 90
4.4.2. Lipase Terimobilisasi dengan Metode Adsorpsi.............................. 92
4.5. Pengaruh Rasio Substrat ........................................................................... 94
4.6. Pengaruh Temperatur ................................................................................ 97
4.7. Pengaruh Inhibitor .................................................................................... 99
4.8. Pengaruh Imobilisasi ............................................................................... 100
4.9. Hasil Uji Stabilitas .................................................................................. 108
4.10. Hasil Kurva Fitting ................................................................................. 111
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 118
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 118
5.2. Saran ....................................................................................................... 119
DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 120

x Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Biodiesel dari berbagai macam substrat ........................................... 6


Gambar 2. 2 Rumus kimia biodiesel ..................................................................... 8
Gambar 2. 3 Dari kiri ke kanan : Biodiesel dari jarak pagar, minyak jelantah dan
RBDPO. ............................................................................................ 9
Gambar 2. 4 Reaksi esterifikasi dari asam lemak menjadi metil ester ................ 11
Gambar 2. 5 Reaksi Transesterifikasi dari Trigliserida dengan alkohol ............. 13
Gambar 2. 6 Tahapan reaksi transesterifikasi ..................................................... 13
Gambar 2. 7 Struktur trigliserida pada minyak kelapa sawit .............................. 14
Gambar 2. 8 Struktur molekul asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh . 15
Gambar 2. 9 Struktur kimia trigliserida............................................................... 16
Gambar 2. 10 Minyak jelantah.............................................................................. 18
Gambar 2. 11 Struktur lipase ................................................................................ 22
Gambar 2. 12 Pseudomonas sp ............................................................................. 24
Gambar 2. 13 Aspergillus Niger ........................................................................... 25
Gambar 2. 14 G. Candidum .................................................................................. 25
Gambar 2. 15 Candida rugosa .............................................................................. 30
Gambar 2. 16 Reaksi enzimatik dari Candida rugosa lipase pada hidrolisis
substrate trigliserol ......................................................................... 32
Gambar 2. 17 Reaksi interesterifikasi dan transesterifikasi trigliserida................ 33
Gambar 2. 18 Mekanisme umum dalam penggunaan candida rugosa lipase
sebagai katalis ................................................................................. 33
Gambar 2. 19 Metode immobilisasi enzim ........................................................... 34
Gambar 2. 20 Metode entrapment ....................................................................... 36
Gambar 2. 21 Metode cross linking ..................................................................... 36
Gambar 2. 22 Metode covalent binding ............................................................... 36
Gambar 2. 23 Metode Adsorpsi ........................................................................... 38
Gambar 2. 24 Reaksi kimia zeolit ......................................................................... 39
Gambar 2. 25 Grafik pengaruh temperatur terhadap jumlah zat teradsorp........... 40
Gambar 2. 26 Reaksi interesterifikasi minyak nabati melalui rute reaksi non
alkohol ............................................................................................ 42
Gambar 2. 27 Tahapan reaksi interesterifikasi...................................................... 42

Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian ................................................................... 51


Gambar 3. 2 Termometer .................................................................................... 52
Gambar 3. 3 Stop watch ...................................................................................... 52
Gambar 3. 4 Magnetic stirer ............................................................................... 52
Gambar 3. 5 Waterbath ....................................................................................... 53
Gambar 3. 6 Labu Erlenmeyer 25 ml .................................................................. 53
Gambar 3. 7 Syringe auto transfepette ................................................................ 53
Gambar 3. 8 Botol plastik.................................................................................... 54
Gambar 3. 9 Beaker glass.................................................................................... 54
Gambar 3. 10 Gelas ukur ...................................................................................... 54
Gambar 3. 11 Cawan petri .................................................................................... 55
Gambar 3. 12 Pompa air ....................................................................................... 55
Gambar 3. 13 Selang air silicon ............................................................................ 55

xi Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


Gambar 3. 14 Unit HPLC yang digunakan untuk menganalisa Metil Ester ......... 56
Gambar 3. 15 Candida rugosa lipase ................................................................... 57
Gambar 3. 16 Minyak jelantah.............................................................................. 57
Gambar 3. 17 Zeolit lampung ............................................................................... 57
Gambar 3. 18 Asam asetat pro. analis................................................................... 58
Gambar 3. 19 Asam palmitat ................................................................................ 58
Gambar 3. 20 NaOH padat.................................................................................... 58
Gambar 3. 21 Skematik diagram reaktor batch interesterifikasi sintesis biodiesel
secara enzimatis .............................................................................. 59
Gambar 3. 22 Diagram alir reaksi interesterfikasi menggunakan katalis NaOH .. 60
Gambar 3. 23 Diagram alir aktivasi penyangga .................................................... 62
Gambar 3. 24 Bagan alir prosedur immobilisasi................................................... 63
Gambar 3. 25 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan
lipase dalam bentuk tersuspensi (substrat: minyak jelantah; t = 50
jam; T = 370C) ................................................................................ 64
Gambar 3. 26 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan
lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (substrat: minyak jelantah; t
= 50 jam; T = 37OC) ....................................................................... 65
Gambar 3. 27 Diagram alir uji stabilitas lipase terimmobilisasi reaksi
interesterifikasi biodiesel (substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T =
370C) ............................................................................................... 66
Gambar 3. 28 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan
lipase dalam bentuk tersuspensi dengan penambahan asam palmitat
sebagai inhibitor ............................................................................. 68
Gambar 3. 29 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan
lipase dalam bentuk tersuspensi dengan penambahan asam palmitat
sebagai inhibitor ............................................................................. 69
Gambar 3. 30 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan
lipase dalam bentuk tersuspensi (substrat: minyak jelantah; t = 50
jam; T = 500C) ................................................................................ 70
Gambar 3. 31 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan
lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (substrat: minyak jelantah; t
= 50 jam; T = 37OC) ....................................................................... 71
Gambar 3. 32 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan
lipase dalam bentuk tersuspensi (substrat: minyak jelantah; t = 50
jam; T = 250C) ................................................................................ 72
Gambar 3. 33 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan
lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (substrat: minyak jelantah; t
= 50 jam; T = 250C) ........................................................................ 73
Gambar 3. 34 Diagram alir pemodelan Michaelis-Menten................................... 77

Gambar 4. 1 Kurva standar HPLC ...................................................................... 78


Gambar 4. 2 Profil HPLC untuk sintesis biodiesel menggunakan rute non-
alkohol ............................................................................................ 78
Gambar 4. 3 Substrat minyak jelantah saat sebelum reaksi (t = 0 menit) ........... 79
Gambar 4. 4 Reaktor batch untuk sintesis biodiesel menggunakan katalis NaOH
padat ............................................................................................... 80
Gambar 4. 5 Proses sintesis biodiesel menggunakan katalis NaOH .................... 81

xii Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


Gambar 4. 6 Hasil reaksi interesterifikasi melalui rute non alkohol dengan
substrat minyak jelantah menggunakan katalis NaOH ................... 81
Gambar 4. 7 Produk metil ester hasil pemurnian dengan menghilangkan
kandungan airnya............................................................................ 82
Gambar 4. 8 Konsentrasi Biodiesel yang terbentuk menggunakan katalis NaOH
padat ............................................................................................... 83
Gambar 4. 9 NaOH yang sulit larut dalam metil asetat ...................................... 84
Gambar 4. 10 Enzim Candida rugosa lipase dalam bentuk powder yang
digunakan untuk mensintesis biodiesel dalam bentuk tersuspensi . 85
Gambar 4. 11 Laju konsentrasi masing-masing komponen (mol/L) dalam reaksi
sintesis biodiesel dengan substrat minyak jelantah menggunakan
Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi :
substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,................................. 85
Gambar 4. 12 Laju reaksi trioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi :
substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan =
1:12, t = 50 jam; T= 370C) ............................................................. 86
Gambar 4. 13 Laju reaksi dioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi :
substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan =
1:12, t = 50 jam; T= 370C) ............................................................. 86
Gambar 4. 14 Laju reaksi mono oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi :
substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan =
1:12, t = 50 jam; T= 370C) ............................................................. 86
Gambar 4. 15 Laju reaksi metil oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi :
substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan =
1:12, t = 50 jam; T= 370C) ............................................................. 87
Gambar 4. 16 Tahap reaksi sintesis biodiesel melalui rute non alkohol
menggunakan biokatalis Candida rugosa lipase ............................ 88
Gambar 4. 17 Bilangan asam minyak kelapa sawit dan minyak jelantah ............. 89
Gambar 4. 18 Persiapan pembuatan larutan lipase ............................................... 89
Gambar 4. 19 Berat biokatalis yang digunakan untuk sintesis biodiesel
menggunakan Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi
(Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:3 dan 1:12, t = 50 jam; T= 370C)................. 90
Gambar 4. 20 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel dari
substrat minyak sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan
pada rasio reaktan 1 : 3 menggunakan Candida rugosa lipase dalam
bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:3, t = 50 jam; T= 370C) .... 90
Gambar 4. 21 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel dari
substrat minyak sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan
pada rasio reaktan 1 : 12 menggunakan Candida rugosa lipase
dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit
dan minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
........................................................................................................ 91

xiii Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


Gambar 4. 22 Berat zeolit yang digunakan untuk sintesis biodiesel menggunakan
Candida rugosa lipase terimmobilisasi dengan metode adsorpsi
(Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:3 dan 1:12, t = 50 jam; T= 370C)................. 92
Gambar 4. 23 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel dari
substrat minyak sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan
pada rasio reaktan 1 : 3 menggunakan Candida rugosa lipase
terimmobilisasi dengan metode adsorpsi (Kondisi operasi :
substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan =
1:3, t = 50 jam; T= 370C) ............................................................... 92
Gambar 4. 24 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel dari
substrat minyak sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan
pada rasio reaktan 1 : 12 menggunakan Candida rugosa lipase
terimmobilisasi dengan metode adsorpsi (Kondisi operasi :
substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan =
1:12, t = 50 jam; T= 370C) ............................................................. 93
Gambar 4. 25 Enzim terikat pada zeolit dalam metode imobilisasi...................... 94
Gambar 4. 26 Pengaruh konsentrasi substrat ........................................................ 95
Gambar 4. 27 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap konsentrasi biodiesel dari
substrat minyak sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan
pada rasio reaktan 1:3 dan 1:12 menggunakan Candida rugosa
lipase (4%wt) dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat=
minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:3 dan
1:12, t = 50 jam; T= 370C) ............................................................. 95
Gambar 4. 28 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap konsentrasi biodiesel dari
substrat minyak sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan
pada rasio reaktan 1:3 dan 1:12 menggunakan Candida rugosa
lipase (4%wt) terimobilisasi dengan metode adsorpsi (Kondisi
operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol
reaktan = 1:3 dan 1:12, t = 50 jam; T= 370C)................................. 96
Gambar 4. 29 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap konsentrasi biodiesel dari
substrat minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan pada rasio reaktan
1:12 menggunakan Candida rugosa lipase dan Candida antarctica
lipase (4%wt) terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi :
substrat= minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T=
370C) ............................................................................................... 96
Gambar 4. 30 Tahap reaksi sintesis biodiesel melalui rute non alkohol untuk uji
variasi temperatur pada T = 500C ................................................... 97
Gambar 4. 31 Tahap reaksi sintesis biodiesel melalui rute non alkohol untuk uji
variasi temperatur pada T = 250C ................................................... 98
Gambar 4. 32 Perbandingan konversi biodiesel yang dihasilkan dari lipase dalam
bentuk tersuspensi dan lipase terimobilisasi dengan metode adsorpsi
pada temperature 250C dan 500C (Kondisi operasi : substrat =
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 500C dan
250C ) .............................................................................................. 98
Gambar 4. 33 Tahap reaksi uji efek inhibisi dengan asam palmitat sebagai
inhibitor .......................................................................................... 99
Gambar 4. 34 Reaksi enzimatik dengan kehadiran inhibitor ................................ 99

xiv Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


Gambar 4. 35 Perbandingan konversi pada uji inhibisi untuk lipase dalam bentuk
tersuspensi dan lipase terimobilisasi dengan metode adsorpsi
(Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah, rasio mol reaktan =
1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................................................... 100
Gambar 4. 36 Tahap reaksi sintesis biodiesel melalui rute non alkohol
menggunakan biokatalis Candida rugosa lipase terimmobilisasi
metode adsorpsi ............................................................................ 101
Gambar 4. 37 Laju reaksi masing-masing komponen (mol/L) dalam variasi waktu
menggunakan Candida rugosa lipase terimobilisasi metode adsorpsi
(Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................... 102
Gambar 4. 38 Laju reaksi trioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi
operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol
reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................................... 103
Gambar 4. 39 Laju reaksi trioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase dan Candida antarctica lipase terimobilisasi
metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................... 103
Gambar 4. 40 Laju reaksi di oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi
operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol
reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................................... 103
Gambar 4. 41 Laju reaksi trioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase dan Candida antarctica lipase terimobilisasi
metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................... 104
Gambar 4. 42 Laju reaksi mono oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi
operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol
reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................................... 104
Gambar 4. 43 Laju reaksi mono oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase dan Candida antarctica lipase terimobilisasi
metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................... 104
Gambar 4. 44 Laju reaksi methyl oleat (mol/L) dalam variasi waktu
menggunakan Candida rugosa lipase terimobilisasi metode adsorpsi
(Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................... 105
Gambar 4. 45 Laju reaksi mono oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase dan Candida antarctica lipase terimobilisasi
metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C) ........................... 105
Gambar 4. 46 Zeolit teraktivasi........................................................................... 108
Gambar 4. 47 Tahap Imobilisasi Candida rugosa lipase powder pada zeolit .... 108
Gambar 4. 48 Tahap reaksi uji stabilitas lipase terimobilisasi metode adsorpsi. 109
Gambar 4. 49 Uji stabilitas Candida rugosa lipase terimmobilisasi metode
adsorpsi setelah di-recycle 3 kali (Kondisi operasi : substrat=

xv Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50
jam; T= 370C) ............................................................................... 109
Gambar 4. 50 Uji stabilitas biokatalis Candida rugosa lipase dan Candida
antarctica lipase ........................................................................... 110
Gambar 4. 51 Hasil Pemodelan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten
menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi ...................... 112
Gambar 4. 52 Hasil pemodelan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten
menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi ...................... 113
Gambar 4. 53 Hasil pemodelan metode linierisasi terhadap hasil sintesis biodiesel
menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi ................ 114
Gambar 4. 54 Hasil pemodelan metode linierisasi terhadap hasil sintesis biodiesel
menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi ................ 114
Gambar 4. 55 Hasil pemodelan metode linierisasi terhadap hasil reaksi sintesis
biodiesel menggunakan Candida antarctica lipase. ..................... 115

xvi Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Spesifikasi Biodiesel menurut ASTM (USA), EDIN (Eropa) dan SNI
(Indonesia) .......................................................................................... 8
Tabel 2. 2 Karakteristik Biodiesel ....................................................................... 9
Tabel 2. 3 Perbandingan karakteristik biodiesel dengan solar ........................... 10
Tabel 2. 4 Kandungan Asam Lemak yang Terikat Pada Trigliserida Minyak
Sawit .................................................................................................. 16
Tabel 2. 5 Hasil uji laboratorium perbandingan Biodiesel dan Solar ................. 19
Tabel 2. 6 Perbandingan emisi yang dihasilkan Biodiesel dan Solar ................. 19
Tabel 2. 7 Perbandingan efek berbagai macam lipase dalam reaksi esterifikasi 21
Tabel 2. 8 Jenis biokatalis dan produk yang dihasilkan...................................... 23
Tabel 2. 9 Berbagai macam metode immobilisasi untuk enzim ......................... 35
Tabel 2. 10 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Rute Non-Alkohol ......... 43
Tabel 2. 11 Summary Rute Non Alkohol ............................................................. 50

Tabel 3. 1 Spesifikasi alat HPLC ........................................................................ 56


Tabel 3. 2 Kondisi operasi sintesis biodiesel menggunakan katalis NaOH ........ 60
Tabel 3. 3 Kondisi operasi untuk lipase dalam bentuk tersuspensi .................... 64
Tabel 3. 4 Kondisi operasi untuk lipase terimmobilisasi metode adsorpsi ......... 65
Tabel 3. 5 Kondisi reaksi untuk uji stabilitas ...................................................... 66
Tabel 3. 6 Kondisi operasi untuk lipase tersuspensi dengan penambahan asam
palmitat sebagai inhibitor .................................................................. 67
Tabel 3. 7 Kondisi operasi untuk lipase terimobilisasi dengan penambahan asam
palmitat sebagai inhibitor .................................................................. 68
Tabel 3. 8 Kondisi operasi untuk lipase tersuspensi pada T=500C ..................... 69
Tabel 3. 9 Kondisi operasi untuk lipase terimobilisasi pada T=500C ................. 70
Tabel 3. 10 Kondisi operasi untuk lipase tersuspensi pada T=250C ..................... 71
Tabel 3. 11 Kondisi operasi untuk lipase terimobilisasi pada T=250C ................. 72
Tabel 3. 12 Data stndar HPLC untuk sintesis biodiesel melalui rute non alkohol 73

Tabel 4. 1 Data hasil percobaan reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non
alkohol menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi ............ 112
Tabel 4. 2 Data perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten
menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi ......................... 112
Tabel 4. 3 Data hasil percobaan reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non
alkohol menggunakan biokatalis terimmobilisasi metode adsorpsi 113
Tabel 4. 4 Data perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten
menggunakan biokatalis terimmobilisasi metode adsorpsi ............. 113
Tabel 4. 5 Nilai Vmax dan Km untuk masing-masing grafik hasil fitting metode
linierisasi.......................................................................................... 116

xvii Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


DAFTAR LAMPIRAN

Lamp. 1. 1 Data saat t = 0 jam minyak jelantah ................................................ 123


Lamp. 1. 2 Data saat t = 1 jam minyak jelantah ................................................ 123
Lamp. 1. 3 % mol balance sintesis biodiesel melalui rute non alkohol dengan
katalis NaOH dari substrat minyak jelantah .................................... 123
Lamp. 1. 4 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk .......................................................................................... 124

Lamp 2. 1 Data saat t = 0 jam untuk minyak jelantah ....................................... 125


Lamp 2. 2 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel
melalui rute non alkohol menggunakan candida rugosa lipase dalam
bentuk tersupensi (kondisi operasi = rasio mol minyak jelantah : metil
asetat = 1:3; t =50 jam; T = 37oC) ................................................... 125
Lamp 2. 3 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 1% wt .... 125
Lamp 2. 4 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 2% wt .... 125
Lamp 2. 5 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 4% wt .... 125
Lamp 2. 6 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk menggunakan candida rugosa lipase dalam bentuk
tersupensi (kondisi operasi = rasio mol minyak jelantah : metil asetat
= 1:3; t =50 jam; T = 37oC) ............................................................. 126
Lamp 2. 7 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel
melalui rute non alkohol menggunakan candida rugosa lipase dalam
bentuk tersupensi (kondisi operasi = rasio mol minyak jelantah : metil
asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC) ................................................. 126
Lamp 2. 8 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 1% wt .... 126
Lamp 2. 9 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 2% wt .... 127
Lamp 2. 10 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 4% wt .... 127
Lamp 2. 11 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk menggunakan candida rugosa lipase dalam bentuk
tersupensi (kondisi operasi = rasio mol minyak jelantah : metil asetat
= 1:12; t =50 jam; T = 37oC) ........................................................... 127
Lamp 2. 12 Luas area yang didapat hasil analisa HPLC dari sintesis biodiesel
melalui rute non-alkohol dengan variasi waktu (rasio mol minyak
jelantah : metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatais = 4% wt; t =50
jam; T = 37oC) ................................................................................. 128
Lamp 2. 13 Konsentrasi yang didapat hasil analisa HPLC dari sintesis biodiesel
melalui rute non-alkohol dengan variasi waktu (rasio mol minyak
jelantah : metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatais = 4% wt; t =50
jam; T = 37oC) ................................................................................. 128
Lamp 2. 14 % mol balance untuk sintesis biodiesel melalui rute non-alkohol
mengunakan Candida rugos lipase dalam bentuk tersuspensi dengan
variasi waktu (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12;
konsentrasi biokatais = 4% wt; t =50 jam; T = 37oC) ..................... 128
Lamp 2. 15 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk menggunakan candida rugosa lipase dalam bentuk

xviii Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


tersupensi dengan variasi waktu (rasio mol minyak jelantah : metil
asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC) ................................................. 129

Lamp. 3. 1 Data saat t = 0 jam untuk minyak jelantah ...................................... 130


Lamp. 3. 2 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel
melalui rute non alkohol menggunakan lipase terimmobilisasi metode
adsorpsi (kondisi operasi = rasio mol minyak jelantah : metil asetat =
1:3; t =50 jam; T = 37oC) ................................................................ 130
Lamp. 3. 3 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 1% wt .... 130
Lamp. 3. 4 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 2 % wt ... 130
Lamp. 3. 5 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 4% wt .... 130
Lamp. 3. 6 Konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang
terbentuk menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (rasio
mol minyak jelantah : metil asetat = 1:3; t =50 jam; T = 37oC) ...... 131
Lamp. 3. 7 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel
melalui rute non alkohol menggunakan lipase terimmobilisasi metode
adsorpsi (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T
= 37oC)............................................................................................. 131
Lamp. 3. 8 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 1% wt ... 131
Lamp. 3. 9 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 2% wt ... 132
Lamp. 3. 10 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 4% wt ... 132
Lamp. 3. 11 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (rasio
mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC) .... 132
Lamp. 3. 12 Luas area yang didapat hasil analisa HPLC dari sintesis biodiesel
melalui rute non-alkohol dengan variasi waktu (rasio mol minyak
sawit : metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatais = 4% wt; t =50 jam;
T = 37oC) ......................................................................................... 133
Lamp. 3. 13 Konsentrasi yang didapat hasil analisa HPLC dari sintesis biodiesel
melalui rute non-alkohol dengan variasi waktu (rasio mol minyak
sawit : metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatais = 4% wt; t =50 jam;
T = 37oC) ......................................................................................... 133
Lamp. 3. 14 Perhitungan % mol balance untuk sintesis biodiesel melalui rute non-
alkohol mengunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi dengan
variasi waktu (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12;
konsentrasi biokatais = 4% wt; t =50 jam; T = 37oC) ..................... 133
Lamp. 3. 15 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi
dengan variasi waktu (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12;
t =50 jam; T = 37oC)........................................................................ 134
Lamp. 3. 16 Data uji stabilitas lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (rasio mol
minyak jelantah : metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatalis 4% wt ; t
=50 jam; T = 37oC) .......................................................................... 134
Lamp. 3. 17 Perhitungan % mol balance untuk uji stabilitas lipase terimmobilisasi
metode adsorpsi cycle 1................................................................... 134
Lamp. 3. 18 Perhitungan % mol balance untuk uji stabilitas lipase terimmobilisasi
metode adsorpsi cycle 2................................................................... 134

xix Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


Lamp. 3. 19 Perhitungan % mol balance untuk uji stabilitas lipase terimmobilisasi
metode adsorpsi cycle 3................................................................... 135
Lamp. 3. 20 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang
terbentuk untuk uji stabilitas menggunakan lipase terimmobilisasi
metode adsorpsi (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12; t
=50 jam; T = 37oC) .......................................................................... 135

Lamp. 4. 1 Data uji efek inhibisi........................................................................ 136


Lamp. 4. 2 Perhitungan % mol balance untuk Immobilized .............................. 136
Lamp. 4. 3 Perhitungan % mol balance untuk Free enzim ................................ 136
Lamp. 4. 4 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk untuk uji efek inhibisi (rasio mol minyak jelantah : metil
asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC) ................................................. 136

Lamp. 5. 1 Data variasi temperature immobilized dan free enzim .................... 137
Lamp. 5. 2 Perhitungan % mol balance untuk immobilized .............................. 137
Lamp. 5. 3 Perhitungan % mol balance untuk free enzim ................................. 137
Lamp. 5. 4 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk untuk uji efek variasi temperatur (rasio mol minyak jelantah
: metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 50oC) ...................................... 138
Lamp. 5. 5 Data variasi temperature immobilized dan free enzim ..................... 138
Lamp. 5. 6 Perhitungan % mol balance untuk Immobilized ............................... 138
Lamp. 5. 7 Perhitungan % mol balance untuk Immobilize ................................. 138
Lamp. 5. 8 % konversi trioelat dan % yield masing-masing komponen yang
terbentuk untuk uji efek variasi temperatur (rasio mol minyak jelantah
: metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 25oC) ...................................... 139

Lamp. 6. 1 Data hasil percobaan reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non
alkohol menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi ........... 140
Lamp. 6. 2 Data perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten
menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi ......................... 140
Lamp. 6. 3 Kurva perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten
menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi :
substrat = minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T=
370C) ................................................................................................ 140
Lamp. 6. 4 Data hasil percobaan reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non
alkohol menggunakan biokatalis terimmobilisasi metode adsorpsi 141
Lamp. 6. 5 Data perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten
menggunakan biokatalis ter-immobilisasi metode adsorpsi ............ 141
Lamp. 6. 6 Hasil pemodelan metode linierisasi terhadap hasil sintesis biodiesel
menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (Kondisi
operasi : substrat = minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50
jam; T= 370C) .................................................................................. 141

xx Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai salah satu negara subtropis memiliki sumber daya alam
yang sangat potensial. Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat potensial
untuk dikembangkan di Indonesia karena Indonesia memiliki potensi sumber daya
lahan, agroklimat dan sumber daya manusia yang sangat memadai. Kondisi iklim
subtropis dengan curah hujan yang cukup, ketersediaan lahan yang masih luas,
serta telah berkembangnya teknologi optimalisasi produksi dapat mendukung
kelayakan pengembangan usaha agribisnis [1].
Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang
diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu
mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan.
Sumber daya energi yang berasal dari minyak bumi akan semakin menipis
persediannya seiring dengan bertambahnya industri yang akan mengakibatkan
peningkatan konsumsi bahan bakar minyak. Jumlah bahan bakar minyak yang
dikonsumsi oleh industri – industri yang menggunakan mesin – mesin diesel
mengakibatkan peningkatan kebutuhan solar. Hal tersebut dapat mengakibatkan
krisis, karena kebutuhan konsumsi solar tidak disertai dengan ketersediaan sumber
daya energi yang memadai. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya energi
alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut [2].
Bahan dasar pembuatan biodiesel berasal dari minyak nabati (minyak yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan). Salah satu pemanfaatan bahan dari minyak nabati
adalah limbah minyak goreng [3]. Minyak goreng bekas merupakan limbah yang
sangat berbahaya apabila dikomsumsi, karena akan menimbulkan beberapa
penyakit bagi manusia, diantaranya adalah kanker dan penyempitan pembuluh
darah. Sedangakan apabila minyak goreng bekas ini dibuang ke lingkungan akan
dapat mencemari lingkungan sekitar [4].
Minyak goreng bekas atau yang sering disebut dengan minyak jelantah,
tidak akan lagi menjadi barang buangan. Walaupun warnanya sudah sangat pekat
karena sering digunakan, namun minyak jelantah tersebut masih bisa
dimanfaatkan. Minyak jelantah tersebut dapat digunakan sebagai substrat untuk

1 Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


2

energi biodiesel yang dapat menghidupkan mesin diesel tanpa atau tidak dengan
substitusi solar. Hal ini dikarenakan minyak jelantah harus terlebih dahulu
diperbaiki melalui proses transesterifikasi. Bahan baku yang diperlukan untuk
membuat biodiesel dari minyak jelantah itu adalah minyak goreng bekas yang
sudah disaring dengan kain tiga lapis [5].
Salah satu proses pembuatan biodiesel dari minyak jelantah adalah melalui
reaksi transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi dengan substrat trigliserida
minyak nabati dengan metanol menggunakan katalis alkali. Untuk membuat
biodiesel, metanol tersebut dicampur dengan soda dan dipanasi dalam suhu 60 oC.
Minyak jelantah sebagai bahan baku lainnya juga dipanasi dengan suhu yang
sama. Ketiga bahan tersebut setelah dipanaskan kemudian dicampur. Setelah
pencampuran itu akan terjadi reaksi kimia sekitar satu jam 45 menit. Setelah itu
reaksi tersebut dihentikan dan bahan yang sudah dicampur tersebut didinginkan
dalam suhu 30 oC. Setelah dingin, bahan yang telah tercampur tersebut kemudian
didiamkan sekitar 10 jam. Saat itu akan terjadi pemisahan sebagai hasil dari reaksi
kimia antara metanol, soda dan minyak goreng. Bila kita menggunakan satu
kilogram minyak jelantah, akan diperoleh biodiesel hingga mencapai 95 persen
atau seberat 0.95 kilogram. Kemurnian biodiesel ini pun terbilang tinggi,
mencapai 93 persen [6].
Biodiesel yang berasal dari minyak jelantah sifatnya ramah lingkungan,
tidak mencemari air, udara, maupun tanah karena mudah terurai secara biologis
dan bahan bakunya dapat diperbaharui. Pemakaian minyak jelantah sebagai bahan
baku pembuatan biodiesel dapat meminimalisir pencemaran lingkungan akibat
limbah minyak goreng yang berasal dari industri – industri rumah tangga. Dengan
memakai limbah minyak goreng tersebut juga dapat mereduksi biaya produksi
biodiesel yang tergolong mahal, dikarenakan terbatasnya ketersediaan bahan baku
dan harganya yang relatif tinggi [7].
Penggunaan katalis alkali ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya
pemurnian produk dari katalis yang bercampur homogen relatif sulit. Selain itu,
katalis sendiri dapat bereaksi dengan terjadinya reaksi penyabunan. Reaksi
samping yang tidak diinginkan juga pada akhirnya membebani proses pemurnian
produk dan menurunkan yield biodiesel yang pada akhirnya mengakibatkan biaya

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


3

produksi yang tinggi. Untuk mengatasi masalah diatas, diperlukan katalis yang
tidak ikut bercampur secara homogen dan mampu mengarahkan reaksi secara
spesifik menghasilkan produk yang diinginkan tanpa reaksi samping [8].
Penelitian sintesis biodiesel dengan menggunakan enzim lipase sebagai
katalis semakin banyak dilakukan. Penggunaan enzim lipase sebagai biokatalis
untuk sintesis biodiesel memiliki prospek yang menguntungkan karena dapat
memperbaiki kelemahan katalis alkali yaitu tidak bercampur homogen sehingga
pemisahannya mudah dan mampu mengarahkan reaksi secara spesifik tanpa
adanya reaksi samping yang tak diinginkan [9]. Selain kelebihannya, penggunaan
lipase sebagai katalis untuk sintesis biodiesel masih menyisakan masalah yang
cukup besar. Lingkungan beralkohol seperti metanol menyebabkan lipase
terdeaktivasi secara cepat dan stabilitasnya dalam mengkatalisis reaksi menjadi
buruk. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dalam proposal penelitian ini
diusulkan untuk melakukan sintesis enzim tetap tinggi selama reaksi berlangsung.
Dalam penelitian ini, metanol akan digantikan dengan metil asetat sebagai
pensuplai gugus metil. Penggantian alkohol dengan alkil asetat ini diharapkan
mampu mencegah deaktivasi dan meningkatkan stabilitas enzim lipase selama
proses reaksi secara signifikan. Disamping itu, produk samping rute non alkohol
ini yaitu triacetilglycerol mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan
dengan produk samping rute alkohol. Produk samping rute non alkohol yang
bernilai lebih tinggi diharapkan mampu membuat sintesis biodiesel secara
enzimatik bisa lebih kompetitif di level industri dan layak untuk dikomersialkan
di masa depan nanti [10].
Dalam penelitian ini, penggunaan enzim Candida rugosa lipase sebagai
biokatalis akan di-immobilisasi. Immobilisasi enzim disini maksudnya adalah
menggabungkan suatu enzim dengan suatu matrik padat (support) secara fisik,
sehingga enzim dapat digunakan secara berulang kali dan secara kontinyu. Teknik
ini dikembangkan untuk memperbaiki beberapa kekurangan penggunaan enzim,
seperti: harga enzim yang mahal, ketidak-stabilan enzim, ketersediaan enzim yang
sangat sedikit, dan mahalnya biaya untuk recovery enzim yang digunakan pada
reaksi dalam media cair karena sifat enzim yang larut dalam media cair.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


4

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat dikemukakan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapakah % yield dan konsentrasi biodiesel yang dihasilkan dari sintesis
biodiesel dengan substrat minyak jelantah melalui rute non-alkohol dengan
biokatalis Candida rugosa lipase powder dalam bentuk tersuspensi dan dalam
bentuk lipase terimmobiliasi dengan metode adsorpsi.
2. Pengujian stabilitas biokatalis Candida rugosa lipase untuk sintesis biodiesel
dari substrat minyak jelantah.
3. Pengujian efek inhibisi asam palmitat terhadap substrat untuk sintesis
biodiesel dari substrat minyak jelantah.
4. Pengujian variasi temperatur untuk sintesis biodiesel dari substrat minyak
jelantah.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui berapa banyak % yield dan konsentrasi biodiesel yang dihasilkan
dari sintesis biodiesel melalui rute non alkohol.
2. Mendapatkan kondisi operasi yang optimal untuk reaksi enzimatik sintesa
biodiesel melalui rute non alkohol.
3. Mengetahui uji stabilitas biokatalis Candida rugosa lipase dalam proses
sintesis biodiesel melalui rute non alkohol.
4. Mengetahui efek inhibisi asam palmitat terhadap substrat untuk sintesis
biodiesel melalui rute non alkohol.
5. Mengetahui pengaruh variasi temperatur untuk sintesis biodiesel dari substrat
minyak jelantah.

1.4. Batasan Masalah


Dalam penelitian ini, pembatasan terhadap masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Substrat yang dipakai untuk sintesis biodiesel melalui rute non alkohol berasal
dari minyak jelantah.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


5

2. Minyak jelantah yang digunakan dalam sintesis biodiesel melalui rute non
alkohol berasal dari pembuatan sendiri.
3. Menggunakan biokatalis Candida rugosa lipase dalam bentuk powder.
4. Menggunakan metil asetat sebagai pensuplai gugus metil.
5. Reaksi dilakukan dalam reaktor batch.
6. Reaksi dilakukan pada suhu 370C dalam range waktu 50 jam dengan variasi
perbandingan mol minyak jelantah dan metil asetat yaitu 1 : 3 dan 1 : 12.

1.5. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang prinsip dasar ilmu yang berkaitan dengan
penelitian. Membahas tentang mekanisme sintesis biodiesel, Enzim yang
digunakan Candida rugosa lipase (Sigma Co.) powder, membahas mengenai
perlakuan enzim yang terimobilisasi.
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
Menjelaskan diagram alir penelitian, bahan dan alat yang digunakan dalam
penelitian, serta prosedur yang dilakukan pada percobaan yakni imobilisasi enzim
lipase, uji aktivitas enzim lipase, dan uji stabilitas enzim lipase.
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan hasil penelitian dan analisis-analisis terhadap
hasil penelitian tersebut.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan penelitian secara keseluruhan serta saran yang
diperlukan untuk kelanjutan penelitian berikutnya.
DAFTAR REFERENSI

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biodiesel
2.1.1. Sejarah Biodiesel
Transesterifikasi minyak nabati yang pertama kali dilakukan pada tahun
1853 oleh dua orang ilmuwan, yaitu E.Duffy dan J. Patrick. Hal ini terjadi
sebelum mesin diesel pertama ditemukan. Baru pada tanggal 10 Agustus 1893, di
Augsburg, Jerman, Rudolph Diesel mempertunjukkan model mesin diesel
penemuannya [11]. Pada world Fair tahun 1898 di Paris, Perancis, Rudolph Diesel
memamerkan mesin dieselnya yang menggunakan bahan bakar dari minyak
kacang tanah. Dia mengira bahwa penggunaan bahan bakar biomassa memang
masa depan bagi mesin ciptaannya. Namun, pada tahun 1920, mesin diesel diubah
supaya dapat menggunakan bahan bakar fosil (Petrodiesel) dengan vsikositas
yang lebih rendah dari biodiesel. Penyebabnya karena pada waktu itu petrodiesel
relatif lebih murah dari pada biodiesel [12].

Gambar 2. 1 Biodiesel dari berbagai macam substrat


Biodiesel (fatty acid methyl esthers) adalah cleaner-burner diesel
replacement fuel yang terbuat dari bahan-bahan alami dari sumber terbaharukan
seperti minyak makan dan lemak hewan. Seperti halnya solar dan minyak bumi,
biodiesel dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel. Campuran antara 20%
biodiesel dengan minyak bumi dapat digunakan untuk hampir semua mesin diesel

6 Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


7

baik transportasi maupun industri dan cocok dengan alat penyimpanan dan
distribusi solar minyak bumi. Campuran yang lebih tinggi kadarnya, sampai
biodiesel murni (100% biodiesel atau B100) dapat digunakan untuk banyak mesin
diesel buatan mulai tahun 1994 dengan sedikit modifikasi [13].
Penggunaan biodiesel pada mesin diesel dapat mengurangi emisi
hidrokarbon tak terbakar, karbon monoksida (CO), sulfat, hidrokabon polisiklis
aromatik, nitrat hidrokarbon polisiklis aromatik dan partikel padatan. Reduksi ini
akan semakin tinggi dengan persentase biodiesel yang semakin tinggi. Reduksi
terbaik adalah pada penggunaan biodiesel murni atau B 100. Penggunaan
biodiesel akan menurunkan fraksi karbon dari partikel padatan karena dalam
biodiesel telah terdapat atom oksigen yang mendukung terjadinya oksidasi
sempurna karbon monoksida menjadi karbon dioksida (CO2). Penggunaan
biodiesel juga menurunkan fraksi sulfat karena biodiesel hanya mengandung
sulfur lebih sedikit, kurang dari 24 ppm belerang [13].
Biodiesel dapat dibuat dari destilat asam lemak minyak sawit dengan
proses transesterifikasi saja maupun proses pretreatment terhadap minyak dan
asam lemak terlebih dahulu. Sekitar 55% dari biodiesel industri dapat
menggunakan destilat asam lemak minyak sawit. Sebagian lainnya hanya
menggunakan minyak nabati. Pemakaian minyak nabati yang diperkirakan akan
semakin banyak adalah jenis minyak kedelai, minyak kacang dan minyak kelapa
sawit.
Campuran biodiesel dengan minyak diesel dapat memperbaiki angka
setana, sifat pelumasan dan emisi gas buang yang dihasilkan oleh minyak diesel
serta menghasilkan performa mesin yang sama tanpa membutuhkan modifikasi
pada mesin diesel dan mempunyai titik nyala (flash point) yang lebih tinggi.
Keuntungan lain dari penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar adalah sifatnya
yang dapat diuraikan secara biologis (biodegradable), tidak beracun (non-toxic)
dan tidak mengandung senyawa sulfur dan aromatik (karsinogenik) sehingga tidak
mengandung emisi gas buang yang berbahaya bagi kesehatan.
Produk biodiesel (metilester) harus memenuhi persyaratan atau spesifikasi
yang sudah ditetapkan oleh suatu negara untuk dapat dipakai sebagai bahan bakar
setara solar. Amerika Serikat mempunyai spesifikasi berdasarkan standar ASTM

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


8

D 6751-02, dan Eropa berdasarkan EDIN 51606 dan juga Indonesia mempunyai
Standar Nasional Indonesia (SNI). Spesifikasi yang sudah ditetapkan berdasarkan
standar tersebut disajikan pada Tabel 2.1 untuk menjamin kosnsistensi kualitas
biodiesel untuk memenuhi spesifikasi tergantung pada kondisi proses pengolahan
dan pemurnian produk setelah produksi [14].
Tabel 2. 1 Spesifikasi Biodiesel menurut ASTM (USA), EDIN (Eropa) dan SNI (Indonesia) [14]
Karakteristik ASTM D-6751 EDIN 51606 SNI
Density @ 15OC 0.875 – 0.9 g/mL 0.875 – 0.9 g/mL 0.85 – 0.89 g/mL
Viskosity @ 40OC 1.9 – 6.0 mm2/sec 3.5 – 5.0 mm2/sec 2.3 -6.0 mm2/sec
Flashpoint 130OC 1100C 1000C
Water & Sediment 0.050 max % vol 0.030 max % vol 0.050 max % vol
Acid Number 0.8 0.5 0.8
Free Glycerin 0.02 0.02 0.02 max
Total Glycerin 0.24 0.25 0.24 max
Cetane 47 min 49 min 51 min
Carbon Residue 0.05% max 0.05% max 0.05 % max
Cloud Point Tidak terdefinisi - 200C 180C max

2.1.2. Definisi Biodiesel


Biodiesel adalah bahan bakar yang dapat diperbaharui dan dapat terbuat
dari lemak hewani maupun minyak nabati dengan melalui proses transesterifikasi.
Secara kimiawi, biodiesel adalah bahan bakar yang mengandung monoalkil ester
dari asam lemak rantai panjang. Beberapa minyak nabati yang sudah dan dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel yaitu minyak kelapa sawit,
minyak kelapa, minyak kedelai (soybean), minyak rapesad (canola), dan minyak
bunga matahari (sunflower) [15].

Gambar 2. 2 Rumus kimia biodiesel

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


9

Gambar 2. 3Dari kiri ke kanan : Biodiesel dari jarak pagar, minyak jelantah dan RBDPO.
(Terlihat bahwa biodiesel yang dihasilkan dari minyak jelantah memiliki tingkat kejernihan yang
sama dengan biodiesel yang dihasilkan dari kelapa sawit dan jarak walaupun minyak jelantah
merupakan minyak bekas, adapun mengenai warna merupakan pengaruh dari kadar betakaroten
dan mineral-mineral yang sangat kecil dan tidak berpengaruh pada kualitas biodiesel) [15].

Biodiesel memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan bakar


konvensional antara lain berupa sifatnya yang dapat diperbaharui dan tidak
beracun sehingga merupakan alternatif potensial dalam mengatasi permasalahan
keterbatasan sumber energi yang berasal dari fosil. Dengan memproduksi
biodiesel, negara pengimpor minyak seperti Indonesia memiliki peluang untuk
mengurangi impor di tengah tingginya harga minyak mentah dewasa ini.
Keuntungan lain adalah sifatnya yang lebih ramah lingkungan dibanding dengan
bahan bakar fosil. Biodiesel dapat mereduksi emisi gas berbahaya seperti karbon
monoksida (CO), ozon (O2), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida (SOx) dan
hidrokarbon reaktif lainnya.
Tabel 2. 2 Karakteristik Biodiesel [25]
Gravitasi spesifik (gr/mL) 0,87 – 0,89
Viskositas kinematik (mm2/s) @ 40°C 3,7 – 5,8
Angka setana 46 – 70
Nilai pemanasan tertinggi (btu/lb) 16928 – 17996
Sulfur, wt% 0,0 – 0,0024
Titik asap (Cloud point) °C -11 – 16
Titik tuang (Pour point ) °C -15 – 13
Angka iodine 60 – 135
Nilai pemanasan terendah (Btu/lb) 15700 – 16735

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


10

Tabel 2. 3 Perbandingan karakteristik biodiesel dengan solar

No Parameter Satuan BBM Solar Biodiesel


820 - 870 850 – 890
1 Densitas kg/m3
(15°C) (40°C)
2 Viskositas kinematika (40 °C) Mm2/s (cSt) 1.6 - 5,8 2,3 – 6,0
3 Angka setana °C min. 45 min. 51
4 Titik nyala °C min. 60 min. 100
5 Titik embun °C maks. 18
6 Titik tuang Rating maks. 18
7 Korosi garis tembaga (3 jam pada 50°C) maks. no 1 maks. no 3
8 Residu karbon
- dalam sampel yang tidak
% (m/m) - maks. 0,05
terdistilasi
- dalam 10% residu yang
% (m/m) maks. 0.1 maks. 0,30
terdistilasi
9 Sedimen dan air %-vol. maks. 0,05 maks. 0,05
90% (v/v) kembali pada suhu
10 °C - maks. 360
distilasi
95% (v/v) kembali pada suhu
11 °C maks. 370 -
distilasi
12 Kandungan debu (debu sulfat) % (m/m) maks.0,01 maks.0,02
13 Kandungan sulfur ppm-m (mg/kg) maks.. 5000 maks. 100
14 Kandungan fosfor ppm-m (mg/kg) - maks. 10
15 Tingkat keasamaan mg-KOH/g maks.0,6 maks.0,8
16 Gliserol bebas % (m/m) - maks. 0,02
17 Gliserol total % (m/m) - maks. 0,24
18 Kandungan ester % (m/m) - min. 96,5
% (m/m)
19 Angka yodium - maks. 115
(g-I2/100g)
20 Tes halphen - Negatif
Sumber: Bode Haryanto.“Bahan Bakar Alternatif Biodiesel (Bagian I. Pengenalan).“
Perpustakaan Digital Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Reaksi Sintesis Biodiesel Konvensional


2.1.3.1. Esterifikasi
Esterifikasi adalah konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang
cocok adalah zat berkarakter asam kuat dan karena ini asam sulfat, asam sulfonat
organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa
terpilih dalam praktek industrial. Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung
kekonversi yang sempurna pada temperature rendah (misalnya paling tinggi
120OC), reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


11

dan air produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak.
Melalui kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode
penyingkiran air, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat
dituntaskan dalam waktu 1 jam [16]. Reaksi esterifikasi dapat dilihat pada gambar
2.4 di bawah ini.

Gambar 2. 4 Reaksi esterifikasi dari asam lemak menjadi metil ester


Mekanisme reaksi ini terdiri dari lima langkah [31], kita ambil contoh
pembentukan etil etanoat dengan mereaksikan asam asetat dan etanol dengan
bantuan katalis asam sulfat.

Gambar 2. 5 Reaksi esterifikasi asam etanoat dengan etanol


Langkah pertama, asam asetat menerima proton (ion hidrogen) dari asam
sulfat. Proton tersebut lalu berikatan dengan oksigen yang berikatan rangkap
dengan karbon. Perpindahan proton ke oksigen membuatnya jadi bermuatan
positif.

Gambar 2. 6 Tahap pertama reaksi esterifikasi


Langkah kedua, muatan positif pada atom karbon diserang oleh satu
elektron oksigen dari molekul etanol.

Gambar 2. 7 Tahap kedua reaksi esterifikasi

Langkah ketiga, pada fase ini terjadi perpindahan proton (ion hidrogen)
dari oksigen terbawah ke atom oksigen lainnya.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


12

Gambar 2. 8 Tahap ketiga reaksi esterifikasi


Langkah keempat, pada fase ini terbentuk molekul air akibat terputusnya
ikatan ion.

Gambar 2. 9 Tahap keempat reaksi esterifikasi


Langkah terakhir, yaitu pemisahan hidrogen dari oksigen oleh reaksi dari
ion hidrogen sulfat yang terbentuk pada langkah pertama.

Gambar 2. 10 Tahap terakhir reaksi esterifikasi


Dan terbentuklah ester dan katalis asam sulfat kembali seperti semula.
Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam
lemak bebas tinggi (berangka asam > 5 mg – KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak
bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi diumpankan ke
tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya
harus dihilangkan terlebih dahulu.

2.1.3.2. Transesterifikasi
Transesterifikasi (disebut juga alkoholisis) adalah reaksi antara lemak atau
minyak nabati dengan alkohol untuk membentuk ester dan gliserol. Biasanya
dalam reaksi ini digunakan katalis untuk meningkatkan laju reaksi dan jumlah
yield produk. Karena reaksi ini adalah reaksi reversible, maka digunakan alkohol
berlebih untuk menggeser kesetimbangan ke arah produk [16]. Reaksi
transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester dapat dilihat pada gambar 2.11 di
bawah ini.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


13

Gambar 2. 11 Reaksi Transesterifikasi dari Trigliserida dengan alkohol


R1, R2 dan R3 adalah hidrokarbon panjang yang sering disebut dengan
asam lemak. R1, R2 dan R3 merupakan asam lemak yang tergantung dari tipe
minyak nabati. Rantainya bisa sama antar ketiganya atau berlainan. Alkohol yang
digunakan juga dapat berbeda, jika methanol yang digunakan maka akan
menghasilkan asam lemak metil ester, dan jika etanol yang digunakan menjadi
asam lemak etil ester. Yang paling sering digunakan dalam proses produksi
biodiesel adalah metanol karena harganya yang lebih ekonomis dan memiliki
kelebihan secara fisika (merupakan alkohol rantai terpendek) serta kimia (bersifat
polar). Metanol dapat secara cepat bereaksi dengan trigliserida dan mampu
melarutkan NaOH.
Reaksi transesterifikasi sebenarnya terdiri atas beberapa reaksi berurutan
yang bersifat reversibel. Trigliserida sebagai penyusun utama minyak nabati akan
terkonversi secara bertahap menjadi digliserida, monogliserida, untuk kemudian
akhirnya menjadi gliserol. Pada setiap tahapan ini akan dihasilkan satu mol
senyawa ester. Meski reaksi bersifat reversibel, tetapi kesetimbangan alami
bergerak ke arah pembentukan senyawa ester asam lemak dan gliserol. Proses ini
terlihat pada gambar 2.12 dibawah ini.

Gambar 2. 12 Tahapan reaksi transesterifikasi

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


14

Agar suatu reaksi transesterifikasi dapat bereaksi sempurna, secara


stoikiometri dibutuhkan alkohol dan trigliserida dengan rasio molar 3:1. Pada
praktiknya, rasio yang dibutuhkan jauh lebih tinggi untuk mendorong
terbentuknya ester secara maksimum.
Ada beberapa pilihan katalis reaksi yang dapat digunakan daiam proses
transesterifikasi ini, antara lain berupa alkali, katalis asam, atau enzim. Katalis
alkali yang biasa digunakan antara lain NaOH, KOH, karbonat, sodium
metoksida, sodium etoksida, sodium propoksida, dan sodium butoksida. Katalis
asam yang biasa digunakan antara lain asam sulfat, asam sulfonat, dan asam
hidroklorida. Sedangkan sebagai katalis enzim dalam proses transesterifikasi biasa
digunakan lipase.

2.1.3.3. Bahan Baku Biodiesel


2.1.3.3.1. Trigliserida
Seperti halnya lemak dan minyak lainnya, minyak kelapa sawit terdiri atas
trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dengan tiga molekul asam lemak
menurut reaksi sebagai berikut :

Gambar 2. 13 Struktur trigliserida pada minyak kelapa sawit


Bila R1= R2 = R3 atau ketiga asam lemak penyusunnya sama maka
trigliserida ini disebut trigliserida sederhana, dan apabila salah satu atau lebih
asam lemak penyusunnya tidak sama maka disebut trigliserida campuran. Asam
lemak merupakan rantai hidrokarbon; yang setiap atom karbonnya mengikat satu
atau dua atom hidrogen ; kecuali atom karbon terminal mengikat tiga atom
hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil.
Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


15

asam lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai
hidrokarbonnya karbonnya disebut dengan asam lemak jenuh.
Secara umum struktur asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh
dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. 14 Struktur molekul asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh
Lipid sederhana merupakan senyawa organik non-polar dan hanya dapat
larut dalam senyawa non-polar seperti kloroform dan eter. Lipid merupakan
senyawa yang penting bagi organism karena berperan sebagai komponen
membran sel, menghasilkan energy yang tinggi untuk proses metabolism, dan
juga sebagai cadangan makanan.
Lipid sederhana umumnya banyak ditemukan di dalam terdapat sebagai
lipid sederhana, lilin, fosfolipid, sfingolipid, glikolipid, lipoprotein, eiksanoid,
stereoid dan lipid pelarut vitamin A, D, E dan K. Lipid sederhana terdiri dari
molekul asam lemak dan gliserol, dan merupakan jenis lipid yang paling banyak
terdapat di alam. Berdasarkan jumlah asam lemak yang berikatan dengan gliserol,
lipid sederhana terbagi atas triasigliserida, digliserida dan monogliserida.
Lipid sederhana umumnya banyak ditemukan dalam bentuk trigliserida,
sedangkan bentuk monogliserida dan digliserida jarang ditemukan. Trigliserida
terdiri dari gliserol yang membentuk ikatan ester dengan tiga molekul asam
lemak.
Berdasarkan ada atau tidaknya ikatan kovalen rangkap pada rantai
hidrokarbon, asam lemak dapat digolongkan menjadi asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan kovalen rangkap,
sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan kovelen
rangkap. Asam lemak tidak jenuh yang memiliki satu ikatan rangkap disebut
monosaturated sedangkan asam lemak tidak jenuh yang memiliki lebih dari satu
ikatan rangkap disebut polysaturated.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


16

Gambar 2. 15 Struktur kimia trigliserida


Asam lemak adalah organik berantai panjang yang mempunyai 4-24 atom
karbon. Asam lemak tersusun oleh gugus karboksik yang bersifat polar, dan rantai
hidrokarbon panjang tersebut menyebabkan trigliserida tidak dapat larut dalam
air. Asam lemak pada monoalkil ester dapt digunakan sebagai bahan bakar dalam
mesin diesel.
Tabel 2. 4 Kandungan Asam Lemak yang Terikat Pada Trigliserida Minyak Sawit

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


17

2.1.3.3.2. Sumber Trigliserida


A. Minyak Kelapa Sawit
Secara teknologi proses daging sawit dapat diolah menjadi CPO (crude
palm oil), sedangkan buah sawit diolah menjadi PK (kernel palm). Melalui proses
fraksinasi CPO akan dihasilkan 2 (dua) macam produk, yaitu stearin (fraksi
padat), dan olein (fraksi cair). Selanjutnya dengan proses Refining, bleaching &
deodorizing dihasilkan produk murni RDB Olein dan RDB Stearin. RDB Olein
merupakan bahan baku utama dalam industri oleokimia dan pembuatan minyak
goreng, sedangkan RDB Stearin terutama digunakan untuk margarin dan
shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen.
Minyak sawit tersusun sebagian besar atas trigliserida (Gambar 2.15) yang
mengikat asam lemak dengan jumlah rantai karbon yang bervariasi, mulai dari 4
hingga 35. Asam-asam lemak tersebut ada yang memiliki ikatan jenuh dan ikatan
yang tidak jenuh.
Senyawa trigliserida pada minyak sawit mengandung hidrokarbon, seperti
halnya minyak bumi. Sehingga apabila dianalogikan dengan proses pengilangan
minyak bumi, maka minyak sawit dapat pula menghasilkan produk-produk
turunan yang dapat dihasilkan dari pengolahan minyak bumi, diantaranya adalah
solar (diesel), gasoline, kerosine, dan termasuk pelumas [17].
Minyak sering disebut juga dengan trigliserida yang merupakan ester dari
gliserol dan asam-asam karboksilat suku tinggi yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Sedangkan istilah lemak biasanya berwujud padat dan berasal dari
hewan. Asam-asam karboksilat dari minyak disebut dengan asam lemak. Minyak
yang terbentuk dari asam-asam lemak yang sejenis disebut sebagai minyak
sederhana sedangkan yang terbentuk dari dua atau tiga jenis asam lemak minyak
disebut sebagai minyak campuran. Kenyataannya yang ada yaitu minyak yang ada
di alam yaitu minyak campuran.
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil (monocotyledon) yang
termasuk spesies Elaeis, yang merupakan tumbuhan sepanjang tahun
menghasilkan minyak paling tinggi. E. guineensis dan E. olifera adalah dua
spesies dari kelompok Elais. Minyak kelapa sawit dibagi menjadi dua yaitu
minyak kelapa sawit mentah dan minyak inti kelapa sawit. Minyak kelapa sawit

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


18

mentah (Crude Palm Oil) dihasilkan dari daging buah (mesocarp) dan merupakan
bahan dasar utama pembuatan minyak goreng. Minyak kelapa sawit mentah
diperoleh dari mengekstraksi daging buah kelapa sawit. Di dalam proses ekstraksi,
buah kelapa sawit dapat menghasilkan 59% palm oil dan 4% palm kernel oil.
Minyak inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil) dihasilkan dari inti buah kelapa sawit
dengan proses ekstraksi, seperti pada ekstraksi kelapa sawit E. guineensis yang
dapat menghasilkan 48-52% minyak inti kelapa sawit [17].
Warna minyak kelapa sawit kemerah-merahan karena banyak
mengandung betakaroten. Minyak kelapa sawit banyak digunakan sebagai minyak
goreng, mentega dan sebagai salah satu komponen dari makanan yang sudah
diproses. Memanaskan minyak kelapa sawit selama beberapa menit akan
mematikan karotenoid menyebabkan minyak menjadi berwarna putih.

B. Minyak Jelantah
Minyak jelantah (fried palm oil) merupakan limbah dan bila ditinjau dari
komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang
bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa
pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia,
menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi
kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar
limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian
dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan.

Gambar 2. 16 Minyak Jelantah

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


19

Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat bermanfaat dari
berbagai macam aspek ialah dengan mengubahnya secara proses kimia menjadi
biodiesel. Hal ini dapat dilakukan karena minyak jelantah juga merupakan minyak
nabati, turunan dari CPO (crude palm oil). Adapun pembuatan biodiesel dari
minyak jelantah ini menggunakan reaksi transesterifikasi seperti pembuatan
biodiesel pada umumnya dengan pretreatment untuk menurunkan angka asam
pada minyak jelantah.
Hasil ujicoba pada kendaraan Izusu Elf menunjukkan adanya penghematan
bahan bakar dari 1 liter untuk 6 kilometer menjadi 1 liter untuk 9 kilometer
dengan menggunakan biodiesel dari minyak jelantah, demikian juga BBM perahu
nelayan berkurang sekitar 20 persen apabila digunakan oleh para nelayan (Gatra
2006). Bahkan telah diuji coba pada kendaraan bermesin diesel sampai 40%
campuran dengan solar selama kurang lebih 3 tahun tanpa masalah sadikit pun.
Tabel 2. 5 Hasil uji laboratorium perbandingan Biodiesel dan Solar
ASTM Standar
Sifat fisik Unit Hasil SNI Biodiesel
(Minyak Solar)
Flash point °C 170 Min.100 Min. 100
Viskositas (40°C) cSt. 4,9 1,9-6,5 2,3-6,0
Bilangan setana - 49 Min.40 Min.48
Cloud point °C 3,3 - Maks.18
Sulfur content % m/m <<> 0.05 max Maks.0,05
Calorific value kJ/kg 38.542 45.343 --
Density (15°C) Kg/l 0,85 0,84 0,86-0,90
Gliserin bebas Wt.% 0,00 Maks.0,02 Maks 0,02

Tabel berikut adalah perbandingan emisi yang dihasilkan oleh biodiesel


dari minyak jelantah (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) dan Solar :
Tabel 2. 6 Perbandingan emisi yang dihasilkan Biodiesel dan Solar
Hal FAME Solar
Emisi NO 1005,8 ppm 1070 ppm
Emisi CO 209 ppm 184 ppm
Emisi CH 13,7 ppm 18,4 ppm
Emisi partikulat/debu 0,5 0,93
Emisi SO2 tidak ada ada

Dari tabel tersebut terlihat bahwa biodiesel dari substrat minyak jelantah
merupakan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan sebagaimana biodiesel
dari minyak nabati lainnya. Hasil uji gas buang menunjukkan keunggulan FAME

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


20

dibanding solar, terutama penurunan partikulat/debu sebanyak 65%. Biodiesel


dari minyak jelantah ini juga memenuhi persyaratan SNI untuk Biodiesel. Berikut
adalah hasil uji laboratorium perbandingan berbagai macam parameter antara
biodiesel minyak jelantah, solar dan persyaratan SNI untuk biodiesel :
Namun yang menjadi permasalahan utama ialah pengumpulan minyak
jelantah yang tidak mudah, selain karena persebarannya cukup luas dan tidak
merata, tapi juga tidak sedikitnya pengumpul minyak jelantah dari restoran-
restoran yang nantinya akan mereka olah kembali, bisa juga tidak, untuk
kemudian dijual ke pedagang kecil maupun untuk keperluan lain. Disatu sisi
berdasarkan pengamatan penulis, para pedagang kecil yang menggunakan minyak
goreng untuk dagangannya akan membuang minyak jelantah sisa menggoreng ke
selokan yang terdekat yang bermuara pada sungai, sehingga dapat menjadi salah
satu sumber polusi pada perairan sungai. Untuk itu perlu adanya dukungan dari
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk penanganan limbah minyak
jelantah ini menjadi biodiesel, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah
kota Guangzhou, China. Guangzhou sebagai kota terbesar ketiga di China telah
berhasil mengolah minyak jelantah sebanyak 20.000 ton pertahun untuk diolah
menjadi biodiesel karena adanya dukungan dari pemerintah lokal (Y Wang et al,
2006).
Oleh karena itu, pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan bakar motor
diesel merupakan suatu cara pembuangan limbah (minyak jelantah) yang
menghasilkan nilai ekonomis serta menciptakan bahan bakar alternatif pengganti
bahan bakar solar yang bersifat ethis, ekonomis, dan sekaligus ekologis.

2.2. Biokatalis
Suatu reaksi kimiawi yang menggunakan katalis biologis (biokatalis),
merupakan metoda yang tidak asing dalam proses sinstesis kimia organik di ranah
akademis maupun dalam tataran industri. Sampai saat ini, metoda tersebut banyak
berperan dalam industri kimia dan farmasi, industri pangan dan pakan, serta
dalam pengelolaan limbah dan remediasi lingkungan. Sehingga, tidaklah
mengherankan, bila biokatalis dianggap sebagai komponen penting dan bagian
yang tak terpisahkan dari industri [17].

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


21

Biokatalis, yang berupa enzim, sel mikroba (hidup atau mati), yang terikat
dalam matriks atau bebas, secara tradisional telah digunakan untuk mengkonversi
bahan baku yang berasal dari bahan organik atau bahan baku yang terbarukan.
Namun, pemanfaatannya terus meluas, sehingga digunakan juga untuk mengolah
material yang berasal dari bahan bakar fosil. Pemanfaatannya juga begitu
beragam, dari biotransformasi senyawa khiral secara enzimatis untuk produksi
obat sampai sintesis biodisel. Secara umum, enzim digunakan sebagai biokatalis
dalam beragam reaksi, seperti hidrolisis, transesterifikasi, dan lain-lain [17].
Biokatalis yang akan digunakan dalam sintesis biodiesel ini dilakukan
pemilihan terlebih dahulu dan proses tersebut disebut screening biokatalis. Pada
tahap screening biokatalis akan dikumpulkan literatur mengenai jenis-jenis lipase
terbaik yang digunakan untuk sintesis biodiesel dengan menggunakan rute non-
alkohol serta referensi mengenai kondisi operasi optimal untuk reaksi sintesis
biodiesel dengan menggunakan rute non-alkohol baik dari buku, jurnal, maupun
artikel. Dari hasil studi literatur ini diharapkan diperoleh tinjauan pustaka yang
dapat digunakan sebagai dasar dari reaksi sintesis biodiesel rute non-alkohol.
Setelah dilakukan pemilihan terhadap berbagai macam biokatalis yang akan
digunakan dalam sintesis biodiesel ini maka Candida rugosa lipase dipilih sebagai
biokatalis untuk proses sintesis biodiesel ini karena Candida rugosa lipase
mempunyai sifat-sifat khusus yang sangat baik untuk sintesis biodiesel antara lain
Candida rugosa lipase bersifat non-patogenik (tidak menimbulkan penyakit) dan
sangat aktif terhadap rantai panjang trigliserida pada kondisi optimumnya yaitu
pada temperatur 30-40 0C dan pH 8 [23].
Tabel 2. 7 Perbandingan efek berbagai macam lipase dalam reaksi esterifikasi [34]
Lipase % Yield
Porcine pancreas (non-immobilized) 22.45
Porcine pancreas (immobilized) 13.79
Lipolase 100T (immobilized) 42.17
Rhizopus arrhizus lipase (non-immobilized) 66.39
Rhizopus arrhizus lipase (immobilized) 26.31
Rhizopus usamii lipase (non-immobilized) 61.18
Rhizopus usamii lipase (immobilized) 20.60
Candida cylindracea (non-immobilized) 19.72
Candida cylindracea (immobilized) 17.20
Candida sp. 99-125 lipase (non-immobilized) 80.50
Candida sp. 99-125 lipase (immobilized) 81.51
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


22

2.2.1. Lipase
Lipase (Triasil gliserol hidrolase) merupakan enzim yang tersebar yang
mengkatalisis hidrolisis lemak dan minyak. Aktivasi lipase terjadi dipermukaan
air-lemak, yang merupakan karakteristik struktural yang unik dari kelas enzim ini.
lipase menjadi unit oligopeptida heliks yang melindungi active site sehingga
disebut pada interaksi dengan permukaan hidrofobik seperti droplet lemak,
memungkinkan pergerakan seperti dalam jalan untuk membuka active site untuk
substrat.
Active site biasanya dikarakterkan dengan senyawa triad serin, histidin,
dan aspartat, kompleks enzim asli menjadi perantara penting dalam mengkatalisis
reaksi lipase. Sebagai tambahan dalam fungsi biologisnya pada bakteri, jamur,
tumbuhan dan hewan tingkat tinggi, lipase digunakan dalam sejumlah proses
industri seperti minyak dan lemak, detergen, roti, pembuatan keju, pembersih
permukaaan kulit dan proses pembuatan kertas. Selain itu, lipase merupakan
enzim yang paling sering digunakan dalam sintesis organik, mengkatalis kemo-,
regio- dan atau hidrolisis strereoselektif ester asama karboksilat atau reaksi balik
pelarut organik.

Gambar 2. 17 Struktur Lipase [18]


Enzim mikroorganisme yang banyak digunakan dalam industri umumnya
adalah enzim ekstraselular, karena lebih mudah diisolasi dibandingkan enzim
intraselular. Metode untuk mengisolasi enzim intraselular lebih rumit karena harus
dilisiskan terlebih dahulu.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


23

Berikut ini adalah jenis biokatalis, reaksi dan produk yang dihasilkan :
Tabel 2. 8 Jenis biokatalis dan produk yang dihasilkan

Biokatalis Reaksi Produk Referensi


Chromobacterium
Transesterifikasi Metil ester Yen Yu et al (1998)
Viscosum
Pseudomonas
Transesterifikasi Metil ester Iso Mamoru et al (2001)
Flouresence
P. Cepacia Transesterifikasi Metil ester Iso Mamoru et al (2001)
Mucor Javanicus Transesterifikasi Metil ester Iso Mamoru et al (2001)
Rhizhopus niveus Transesterifikasi Metil ester Iso Mamoru et al (2001)
Candida
Transesterifikasi Metil ester Watanabe Yomi et al (2002)
Antarctica
Candida
Transesterifikasi Metil ester Deng Li et al (2003)
Cylindracea
Rhizhopus
Transesterifikasi Metil ester Deng Li et al (2003)
arrhizus
Rhizhopus usamii Transesterifikasi Metil ester Deng Li et al (2003)
Porcine
Transesterifikasi Metil ester Desai .PD et al (2006)
Pancreatic
Pseudomonas
Transesterifikasi Metil ester Noureddini. H et al (2005)
Cepacia
Novozym 435 Interesterifikasi Metil ester Du wei et al (2004)
Rhizopus oryzae Transesterifikasi Metil ester Zeng Jing et al (2006)
Novozym 435
Transesterifikasi Metil ester Wang Li et al (2006)
dan Lypozyme
Candida sp Transesterifikasi Metil ester Nie Kaili et al (2006)
Lipozyme TL IM Transesterifikasi Metil ester Wang Li et al (2006)

Lipase mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan katalis


lain. Lipase mempunyai spesifikasi dan stereoselektivitas reaksi relatif tinggi,
sangat stabil pada pelarut organik dan menunjukkan substrat ketegasan yang luas.
Bull et al. (1999) menambahkan bahwa lipase mempunyai sifat lebih ramah
lingkungan bila dibandingkan dengan katalis lainnya, terutama katalis logam
toksik. Lipase mempunyai peranan penting dalam mewujudkan proses dan
produk industri yang ramah lingkungan.
Lipase yang dimanfaatkan dalam bioteknologi industri banyak diproduksi
dari bakteri termofilik. Hal ini karena enzim yang dihasilkan oleh bakteri
termofilik bersifat tahan panas (termostabil). Enzim tersebut sering disebut
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


24

termozim (Vielle dan Zeikus, 2001). Termozim selain mempunyai termostabilitas


tinggi juga mampu mempertahankan stabilitas serta aktivitasnya, baik pada pH
ekstrim maupun pada agen denaturan lain, sehingga dapat digunakan untuk
menggantikan enzim mesofilik dan katalis lain dalam beberapa proses industri.
Aplikasi termozim dalam proses industri pada suhu tinggi (lebih dari
50°C) lebih mengguntungkan karena laju reaksi berjalan lebih cepat sehingga
produk yang dihasilkan lebih tinggi. Laju reaksi yang lebih cepat pada suhu
tinggi disebabkan oleh penurunan viskositas dan peningkatan kelarutan substrat.
Proses industri pada suhu tinggi juga menurunkan risiko kontaminasi oleh
mikroba (Bruins et al., 2001). Selain itu, penggunaan enzim yang berasal dari
mikroorganisme mesofilik memerlukan pendinginan bioreaktor untuk mencapai
kondisi reaksi optimal sehingga diperlukan biaya lebih besar bila dibandingkan
dengan penggunaan termozim.

2.2.2. Klasifikasi Lipase


Lipase yang diisolasi dari mikroba dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok. Kelompok tersebut antara lain [18] :
1. Lipase yang menghidrolisis trasilgliserol (TAG) secara acak terhadap posisi
asam lemak pada triasilgliserol menjadi asam lemak. Kelompok mikroba
tersebut antara lain Candida sp. Dan Pseudomonas sp. Enzim dapat
menghidrolisis ikatan ester secara sempurna, menghasilkan asam lemak bebas
dan gliserol.

Gambar 2. 18 Pseudomonas sp
2. Lipase yang menghidrolisis spesifik pada posisi 1 dan 3 dari triasilgliserol.
Contoh mikroba penghasil tersebut adalah A. niger dan M. miehei produk
yang dihasilkan berupa asam lemak bebas, 1,2-diasilgliserol, dan 2
monoasilgliserol.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


25

Gambar 2. 19 Aspergillus Niger


3. Lipase yang menghidrolisis secara spesifik asam lemak tertentu dari
trasilgliserol. Contoh mikroba penghasil lipase tersebut adalah G.candidum
yang mempunyai spesifitas terhadap asam lemak rantai panjang.

Gambar 2. 20 G. Candidum

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Lipase


Aktifitas enzim adalah besarnya kemampuan enzim dalam mempercepat
reaksi penguraian sumber karbon [18]. Aktivitas enzim dinyatakan dalam unit
per mL menit di mana 1 unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah yang
menyebabkan pengubahan 1 µmol sumber karbon atau 1 µmol produk yang
dihasilkan per menit pada kondisi tertentu. Jadi, satu unit aktivitas enzim lipase
didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dibutuhkan untuk menghidrolisis 1 µmol
ikatan per menit pada kondisi pengujian tertentu [20]. Aktivitas biokatalis
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Suhu
Pada suhu yang lebih tinggi kecepatan molekul substrat meningkat,
sehingga pada saat bertumbukkan dengan enzim, energi molekul substrat
berkurang. Hal ini memudahkan terikatnya molekul substrat pada sisi aktif enzim
(biokatalis). Aktivitas enzim meningkat dengan meningkatnya suhu sampai pada
titik tertentu.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


26

Gambar 2. 21 Suhu optimium biokatalis


Pada kurva di atas dapat dilihat bahwa suhu optimum reaksi yang di
katalis enzim adalah 40 0C. Di atas suhu tersebut, produk yang dihasilkan
menurun. Peningkatan suhu di atas suhu optimum menyebabkan putusnya ikatan
hidrogen dan ikatan lain yang merangkai molekul enzim, sehingga enzim
mengalami denaturasi.
Denaturasi adalah rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang menyebabkan
enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya (gambar 2.22). Denaturasi
menyebabkan aktivitas enzim menurun atau hilang. Denaturasi umumnya bersifat
irreversible (tidak dapat kembali). Namun, enzim-enzim yang langka seperti
RNAase dapat mengalami denaturasi setelah mengalami denaturasi. Renaturasi
adalah kembalinya bentuk enzim yang rusak ke bentuk sebelum rusak.

Gambar 2. 22 Denaturasi enzim


2. pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman (pH) juga mempengaruhi aktivitas enzim. Perubahan
kondisi asam dan basa di sekitar molekul enzim mempengaruhi bentuk tiga
dimensi enzim dan dapat menyebabkan denaturasi enzim. Setiap enzim memiliki
pH optimum. Sebagai contoh, pepsin (enzim yang bekerja di dalam lambung)
memiliki pH optimum sekitar 2 (sangat asam), sedangkan amilase (enzim yang

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


27

bekerja di mulut dan usus halus) memiliki pH optimum sekitar 7,5 (agak basa).
Gambar dibawah ini menunjukkan pH optimum dari biokatalis.

Gambar 2. 23 pH optimum beberapa jenis enzim

Gambar 2. 24 Pengaruh pH terhadap kerja enzim


3. Aktivator
Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim
dengan substratnya. Contoh aktivator adalah ion klorida yang berperan dalam
aktivitas amilase dalam saliva.
4. Inhibitor
Inhibitor merupakan suatu molekul yang menghambat ikatan enzim
dengan substratnya. Contoh inhibitor adalah ion sianida. Ion sianida menutupi sisi
aktif enzim yang terlibat dalam respirasi. Inhibitor terhadap reaksi enzimatik
dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis. Berdasarkan sifat kinetikanya inhibitor
dibagi menjadi dua jenis yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif.
Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang cara kerjanya
bersaing dengan substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim. Contohnya sianida
bersaing dengan oksigen untuk mendapatkan hemoglobin dalam rantai respirasi
terakhir. Inhibitor kompetitif dapat diatasi dengan cara penambahan konsentrasi
substrat.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


28

Gambar 2. 25 Inhibitor kompetitif


Inhibitor non-kompetitif adalah molekul penghambat enzim yang
bekerja dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif, sehingga bentuk enzim
berubah dan sisi aktif tidak dapat berfungsi. Inhibitor ini tidak dapat dipengaruhi
oleh konsentrasi substrat.

Gambar 2. 26 Inhibitor non-kompetitif


Kemudian berdasarkan sifat ikatan enzim-inhibitor dibagi menjadi dua
jenis yaitu inhibitor reversibel dan inhibitor irreversibel.
Inhibitor reversibel dapat berikatan dengan enzim bebas maupun
kompleks enzim substrat, terikat pada tempat yang berbeda dengan pengikatan
substrat dan dapat menurunkan kadar enzim yang aktif.

Gambar 2. 27 Inhibitor reversibel


Inhibitor irreversibel dapat berikatan dengan enzim secara irreversibel
dan dapat merubah konformasi enzim atau active site, sehingga enzim menjadi
inaktif.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


29

5. Konsentrasi Enzim
Konsentrasi enzim juga mempengaruhi kecepatan reaksi. Semakin besar
konsentrasi enzim semakin cepat pula reaksi yang berlangsung. Dengan kata lain,
konsentrasi enzim berbanding lurus dengan kecepatan reaksi.
Sisi aktif suatu enzim dapat digunakan berulang kali oleh banyak substrat.
Substrat yang berikatan dengan sisi aktif enzim akan membentuk produk.
Pelepasan produk menyebabkan sisi aktif enzim bebas untuk berikatan dengan
substrat yang lainnya. Oleh karenanya hanya dibutuhkan sejumlah kecil enzim
untuk mengkatalis sejumlah besar substrat.

Gambar 2. 28 Pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi


6. Konsentrasi Substrat
Bila jumlah enzim dalam keadaan tetap, kecepatan reaksi akan meningkat
dengan adanya peningkatan konsentrasi substrat. Namun, pada saat sisi aktif
semua enzim bekerja, penambahan substrat tidak dapat meningkatkan kecepatan
reaksi enzim lebih lanjut. Kondisi ini disebut konsentrasi substrat pada titik jenuh
atau disebut dengan kecepatan reaksi telah mencapai maksimum (VMax).

Gambar 2. 29 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap kecepatan reaksi

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


30

2.2.4. Candida rugosa Lipase


Candida sp. merupakan organisme yang tergabung di dalam kingdom
fungi. Kelas taksonomi lengkapnya sebagai berikut [19].
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Ascomycotina
Class : Ascomycetes
Order : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Species : Candida rugosa

Gambar 2. 30 Candida rugosa [19]


Candida sp. merupakan fungi yang hampir tersebar di seluruh dunia.
Biasanya hidup berkoloni pada kulit manusia, pada daun, bunga, air, tanah, dan
membran mukosa. Genus Candida terdiri dari 154 spesies yang sudah diketahui.
Sebagian besar dari mereka umumnya bersifat patogen dan dapat menginfeksi
manusia. Beberapa yang paling berbahaya adalah Candida albicans, Candida
tropicalis, Candida glabrata, Candida parapsilosis, Candida krusei, dan Candida
lusitaniae. Infeksi yang disebabkan Candida adalah Candidiasis.
Namun ada juga beberapa spesies yang tidak patogen. Salah satunya
adalah Candida rugosa. Telah dilaporkan oleh Food Standards Australia New
Zealand (FSANZ) pada 5 Oktober 2005 bahwa Candida rugosa adalah organisme
non-patogen. Lipase yang dihasilkan dari organisme ini merupakan lipase yang
dapat menyerang ketiga gugus lemak pada rantai trigliserida.
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


31

Koloni Candida sp. berupa krim yang berwarna kekuningan, tumbuh


dengan cepat dan matang dalam tiga hari. Candida sp. termasuk dalam golongan
yeast atau ragi. Ragi merupakan kelompok fungi yang penting. Fungi, sama
seperti bakteri, tersebar banyak di alam, meskipun mereka biasanya hidup di tanah
dan pada daerah yang relatif lembab dibanding tempat hidup bakteri. Fungi tidak
dapat mengambil energi dari sinar matahari. Walaupun kebanyakan fungi
memiliki morfologi yang relatif kompleks, ragi dapat dibedakan karena
merupakan mikroorganisme bersel satu, dan berukuran panjang dari 5 sampai 30
μm dengan lebar 1 hingga 5μm.
Candida rugosa lipase biasanya digunakan secara luas untuk reaksi
katalitik yang mana termasuk hidrolisis non spesifik dan streospesifik, kebalikan
dari hidrolisis melalui esterifikasi. Sejauh ini, tidak ada lipase yang tersedia yang
spesifikasinya (substrat, posisi, asam lemak, dan streopreference) yang dapat
dihubungkan dengan Candida rugosa lipase [23].
Pemurnian dan karakterisasi dari berbagai macam lipase yang berasal dari
yeast (Candida rugosa, Candida antartica) dapat menjadi lebih kompleks di
dalam biologi molekuler. Candida rugosa lipase dan G. Candidum telah
dilakukan studi secara bersamaan sejak kedua jenis lipase tersebut menunjukkan
persamaan-persamaan dalam berbagai aspek. Kedua lipase tersebut mempunyai
perbedaan dalam lipase encoding genes (lipase pseudogene family), yang mana
dapat dihitung untuk membedakan rangkaian urutan asam amino dan
kemungkinan untuk sifat-sifat enzimatik dan biokimia.

2.2.4.1. Kekhususan Candida rugosa lipase


Enzim bekerja untuk menentukan ikatan kimia tertentu pada bagian
spesifik di dalam molekul, di lain hal untuk reaksi kimia biasa terjadi respon acak
terhadap hukum termodinamika.
Pengontrolan enzim-enzim terhadap produk-produk yang dihasilkan juga
akan meningkatkan yield dengan mengurangi produk samping : keuntungan-
keuntungannya adalah saling berikatan di dalam reaksi pada kondisi yang sejuk
dan pada low waste treatment costs.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


32

Substrate specifity dari Candida rugosa lipase seharusnya terjadi pada


berbagai macam bentuk lipase, indikasi perkembangan lipase dari proses adaptasi
lebih baik untuk pemanfaatan substrat yang ada.
Non-spesifity dari Candida rugosa lipase sudah sangat jelas digambarkan
pada jurnal-jurnal tentang enzim sebelumnya. Benzonna dan Esposito
menemukan bahwa Candida rugosa lipase sangat aktif terhadap rantai panjang
trigliserida pada pH 8.0 dan pada suhu 300C. Dibawah kondisi tersebut, tiga rantai
dari gliserol akan terhidrolisis secara sempurna seperti yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini [23].

Gambar 2. 31 Reaksi enzimatik dari candida rugosa lipase pada hidrolisis substrate trigliserol

Aplikasi yang sangat potensial dari Candida rugosa lipase yaitu dalam hal
memproduksi asam lemak dan gliserol melalui hidrolisis minyak dan lemak,
modifikasi komposisi dan sifat-sifat fisika dari campuran trigliserida melalui
reaksi interesterifikasi dan transesterifikasi seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.17 dan sintesis kimia dalam pelarut organik. Sifat-sifat non-hidrolitik
(esterifikasi) dapat terjadi terutama dalam lingkungan perairan yang terbatas.
Ikatan lipase pada interface antara larutan aqueous dan fasa organik akan
mengkatalis pada reaksi hidrolisis pada interface yang sama. Ikatan tersebut tidak
hanya menempatkan Candida rugosa lipase dekat dengan substrat, akan tetapi
juga meningkatkan kekuatan katalitik dari Candida rugosa lipase, dan peristiwa
ini disebut dengan interfacial activation. Di dalam lingkungan yang terdapat
pelarut-pelarut organik, Candida rugosa lipase mengkatalis sintesis ester baru dan
juga modifikasi dari sakarida, peptida atau pembentukkan aktif enansiomer untuk
produksi kimia [23].

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


33

Gambar 2. 32 Reaksi interesterifikasi dan transesterifikasi trigliserida

Gambar 2. 33 Mekanisme umum dalam penggunaan candida rugosa lipase sebagai katalis
(a) asimetrik katalisis (b) kinetika penempatan Candida rugosa lipase pada pusat kiral [23]

2.3. Imobilisasi Enzim Lipase


Enzim atau yang dikenal dengan nama fermen merupakan biokatalisator
yang sangat penting dari protein. Enzim disebut biokatlisator karena semua
perombakan zat makanan dalam organisme hanya dapat terjadi jika didalamnya
terdapat enzim. Zat-zat yang diuraikan oleh enzim digolongkan sebagai substrat.
Fungsi enzim pada umumnya adalah merombak suatu zat menjadi bentuk yang
lebih kecil untuk kemudian diuraikan menjadi zat-zat yang dapat diresorpsi.
Penggunaan enzim sebagai biokatalis mempunyai beberapa kelemahan
seperti harga enzim yang sangat mahal, ketidakstabilan enzim, ketersediaan enzim
yang sangat yang sangat sedikit, dan mahalnya biaya untuk recovery enzim yang
digunakan pada reaksi dalam media cair karena sifat enzim yang larut dalam
media cair.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


34

2.3.1. Metode Immobilisasi Biokatalis


Imobilisasi enzim adalah proses menggabungkan suatu enzim dengan
suatu matrik padat (support) secara fisik, sehingga dapat digunakan secara fisik,
sehingga dapat digunakan secara berulang kali dan secara berkala. Teknik ini
dikembangkan untuk memperbaiki beberapa kekurangan penggunaan enzim.
Enzim yang terimmobilisasi juga dapat didefinisikan sebagai enzim yang
secara fisik terikat atau teralokasi pada sebuah lingkungan mikro
(microenvironment) yang menyimpan aktivitas katalis dan dapat digunakan secara
berulang-ulang. Berbagai macam tipe dari metode immobilisasi dapat diklasifikasi
dalam beberapa cara, seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini.

Metode
Immobilisasi

Metode untuk enzim Metode untuk


yang dapat terlarut enzim yang tidak
dapat terlarut

Entrapment Binding

Gel
Entrapment
Cross-linking Carrier
Fiber Binding
Entrapment

Micro
Encapsulating Physical Ionic binding Chelation/metal Covalent
adsorption binding Binding

Gambar 2. 34 Metode immobilisasi enzim

Kelebihan enzim yang terimobilisasi adalah :


• Mikro protein yang terlarut akan lebih cepat beraksi
• Hasil akhir reaksi hanya pelarut dan produk itu sendiri
• Produk lebih mudah dipisahkan
• Katalis dapat digunakan secara berulang
• Mempunyai kestabilan yang lebih baik dibandingkan dengan katalis yang
terlarut.
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


35

Dalam dua dekade terakhir, metode immobilisasi biokatalis yang


dikembangkan telah banyak jumlahnya, dan jumlah ini terus bertambah dengan
pesat. Berbagai macam metode immobilisasi untuck enzim yang dapat larut
dibandingkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2. 9 Berbagai macam metode immobilisasi untuk enzim
Cross- Adsorpsi Ikatan Ikatan Ikatan
karakteristik Entrapping
linking Fisik Ionik Logam Kovalen
Preparasi sedang mudah sedang mudah sulit sulit
Gaya ikatan kuat lemah sedang sedang kuat sedang
Aktivitas
rendah sedang tinggi tinggi tinggi rendah
enzim
Regenerasi tak sangat
mungkin mungkin mungkin mungkin
carrier mungkin mungkin
Biaya
sedang rendah rendah sedang tinggi sedang
immobilisasi
Stabilitas tinggi rendah sedang sedang tinggi tinggi
Perlindungan
tidak tidak tidak
dari sedikit tidak ada ada
ada ada ada
kontaminasi

Metoda yang digunakan dalam imobilisasi enzim pada umumnya dapat


dilakukan dengan 4 cara, yaitu : Adsorbsi, Entarpment, cross linking, dan
Covalent binding [18].
1. Adsorbsi
Adorpsi: Metode ini yang paling banyak digunakan dalam proses
imobilisasi enzim. Penyerapan enzim kedalam permukaan padatan bahan
pendukung didasari oleh adanya interaksi antara permukaan enzim dan bahan
pendukung. Proses imobilisasi enzim secara ionik, adsorpsi dan desorpsi enzim
tergantung dari ion exchange-nya. Metode ini lebih murah dan simpel
dibandingkan dengan metode yang lain, lebih mudah dilakukan, dan memberikan
gangguan kestabilan protein yang rendah.
2. Metode entrapment
Sudah banyak digunakan dalam proses imobilisasi sel tapi metode ini tidak
digunakan dalam proses imobilisasi katalis. Kelemahan utama dari metode ini
adalah adanya kemungkinan terjadinya kebocoran secara perlahan jika digunakan
secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena ukuran partikel sel lebih kecil
daripada ukuran partikel katalis.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


36

Gambar 2. 35 Metode entrapment [22]


3. Cross linking
Adalah proses imobilisasi enzim dengan menghubungkan secara silang
ikatan kovalen antar molekul protein. Metode ini sangatlah mahal dan tidak
mencukupi kebutuhan katalis yang bear, selain itu enzim yang terbentuk memiliki
aktifitas sangat rendah.

Gambar 2. 36 Metode cross linking [22]


4. Covalent binding
Merupakan pembentukan ikatan kovalen antara enzim dengan bahan
pendukung (suport). Keterbatasannya yaitu jika terjadi reaksi antar portein yang
tidak terlarut, maka reaksi harus dilakukan dibawah kondisi yang tidak
menyebabkan hilangnya aktivitas enzim dan daerah aktif enzim belum tersentuh
oleh pereaksinya (reagents).

Gambar 2. 37 Metode covalent binding [22]

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


37

2.3.2. Bahan Support Biokatalis


Bahan support untuk biokatalis merupakan bahan tambahan yang
digunakan untuk mengikat enzim agar enzim tidak larut didalam air, yang
biasanya bahan support enzim ini berupa polimer. Bahan support untuk enzim ini
sangat mempengaruhi sekali efek dari kestabilan dan keefektifan penggunaan
enzim. Bagian paling penting dari media support ini adalah media (bahan) harus
mempunyai kekuatan yang baik untuk mengikat enzim, tidak larut dalam air, inert
secara kimia, dan mempunyai kestabilan yang bagus. Kekuatan pengikatan enzim
tergantung dari daerah permukaannya, baik secara internal (ukuran pori support)
dan eksternal (dari ukuran diameter butiran enzimnya).
Pemilihan zeolit sebagai support (penyangga) untuk reaksi sintesis
biodiesel karena zeolit harganya murah, zeolit mudah di dapat, zeolit mempunyai
struktur kristal berpori sehingga dapat berfungsi sebagai bahan pengikat, zeolit
mempunyai kestabilan yang baik dan zeolit diharapkan dapat terdidpersi secara
merata ke seluruh permukaan dan pori penyangga. Teknik penempelan inti aktif
ke dalam penyangga yang biasa digunakan adalah dengan cara impregnasi yang
kemudian diaktivasi dengan menggunakan pemanasan (kalsinasi). Kemudian
teknik lain yang biasa digunakan yaitu dengan cara imobilisasi. Imobilisasi
merupakan suatu proses menggabungkan suatu enzim dengan suatu matrik padat
(support) secara fisik, sehingga dapat digunakan secara fisik dan dapat digunakan
secara berulang kali secara berkala. Teknik-teknik tersebut dikembangkan untuk
memperbaiki beberapa kekurangan penggunaan enzim. Tujuan dari penempelan
inti aktif tersebut adalah untuk dapat memperluas (memperbanyak) permukaan
aktif (active sites) zeolit dalam kinerjanya sebagai suatu katalis dalam reaksi
sintesis biodiesel.

2.3.3. Metode Adsorpsi Biokatalis Menggunakan Zeolit sebagai Support


Adsorpsi fisik dibuat dengan mengikat enzim pada support padat, metode
adsorpsi fisik merupakan teknik immobilisasi yang paling tua dan paling umum.
Metode inilah yang pertama kali muncul dalam benak kita apabila kita berbicara
mengenai immobilisasi, dan mungkin metode inilah yang paling banyak diteliti.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


38

Secara umum, peningkatan rasio gugus hidrofilik dalam enzim,


menghasilkan aktivitas yang lebih baik dalam ter-immobilisasi. Beberapa carrier
yang umumnya digunakan untuk immobilisasi adalah seperti turunan senyawa
polisakarida seperti selulosa, dextran, agarose, dan gel poliakrilamida.
Pemilihan support dan metode ikatannya sangatlah penting. Support yang
ideal untuk metode ini adalah support yang apabila berinteraksi dengan enzim
akan meningkatkan ikatan substrat, mengurangi rintangan produk, menggeser
nilai pH optimal ke nilai yang diinginkan, mencegah tumbuhnya mikroba dan
dapat me-recovery enzim untuk dapat digunakan.
Adsorpsi didasari pada kontak antara enzim dengan permukaan support.
Bergantung dengan sifat alami permukaan tersebut, ikatan enzim boleh jadi
merupakan hasil dari interaksi ionik, adsorpsi fisik, ikatan hidrofobik atau gaya
van der waals (atau kontaminasi dari semuanya). Prosedurnya didasarkan pada
pencampuran enzim dengan material support pada kondisi yang tepat, diikuti
dengan interaksi hingga periode tertentu, diakhiri dengan proses pemisahan enzim
yang tidak larut dengan sentrifugasi atau filtrasi.

Gambar 2. 38 Metode Adsorpsi [22]


Karena tidak terdapatnya senyawa yang bereaksi, tidak ada pula perubahan
penyesuaian pada enzim dalam immobilisasinya. Karena itu aktivitas spesifik
yang mirip dengan enzim aslinya bisa didapatkan. Adsorpsi enzim bergantung
pada parameter-parameter seperti pH, sifat dasar pelarut, kekuatan ionik,
konsentrasi enzim dan adsorbent dan temperatur.
Sifat dehidrasi zeolit akan berpengaruh terhadap sifat adsorpsinya. Zeolit
dapat melepaskan molekul air dari dalam rongga permukaan yang menyebabkan
medan listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif terinteraksi dengan
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


39

molekul yang diadsorp. Jumlah molekul air sesuai dengan jumlah pori-pori atau
volume hampa yang akan terbentuk bila unit sel kristal zeolit tersebut dipanaskan.

Gambar 2. 39 Reaksi kimia zeolit


Ruang hampa dalam struktur kristal zeolit dalam keadaan normal akan
terisi oleh molekul air bebas yang berada di sekitar kation. Jika kristal zeolit ini
dipanaskan pada temperatur 300 – 400 oC, maka molekul-molekul air tersebut
akan keluar sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap gas sebanyak 30 %
dari berat keringnya. Adsorpsi yang terjadi pada permukaan zeolit ada dua :
a. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi bila molekul-molekul adsorbat terikat tanpa disertai
terjadinya reaksi pada permukaan zeolit (adsorben). Molekul adsorbat ini dapat
terikat akibat adanya gaya Van der Waals, yaitu gaya tarik menarik yang relatif
lemah dengan permukaan adsorben. Gaya ini memungkinkan adsorbat bergerak
dari suatu bagian ke bagian lain pada permukaan adsorben. Adsorpsi jenis ini
berlangung dengan cepat, reversibel dan memiliki panas adsorpsi rendah.
b. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi ini terjadi akibat adanya reaksi antara molekul-molekul adsorbat
dengan molekul zeolit (adsorben). Adsorpsi kimia memiliki sifat tidak reversibel
dan hanya membentuk lapisan tunggal (monolayer), umumnya terjadi pada
temperatur tinggi sehingga panas adsorpsinya juga tinggi.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


40

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi zeolit :


1. Sifat Adsorbat
a. Ukuran molekul
Rongga tempat terjadinya proses adsorpsi dapat dicapai melewati ukuran
yang sesuai, sehingga molekul-molekul yang dapat diadsorpsi adalah molekul
yang memiliki diameter sama atau lebih kecil dari diameter pori zeolit.
b. Kepolaran
Adsorbat dengan molekul-molekul yang polar cenderung lebih mudah
untuk teradsorpsi daripada molekul yang kurang polar, apabila diameter
molekulnya sebanding.
2. Luas Pemukaan Zeolit
Jumlah molekul adsorbat yang dapat teradsorpsi meningkat seiring dengan
bertambahnya luas permukaan zeolit (adsorben). Karena dengan bertambahnya
luas permukaan, kemungkinan terjadinya kontak antara molekul adsorben dengan
adsorbat semakin besar.
3. Temperatur
Proses adsorpsi merupakan proses eksotermis, yang berarti bahwa jumlah
senyawa yang akan diadsorpsi akan berkurang seiring dengan kenaikan
temperatur berdasarkan prinsip Le Chatelier. Kurva hubungan antara jumlah
senyawa yang teradsorp dengan temperatur dapat dilihat pada gambar 2.25.
4. Tekanan
Selain temperatur, jumlah adsorbat yang mampu diserap oileh adsorben
juga tergantung pada tekanan adsorbat. Semakin besar tekanan adsorbat, maka
semakin banyak pula adsorbat yang dapat diserap oleh adsorben.

Gambar 2. 40 Grafik Pengaruh Temperatur terhadap Jumlah zat teradsorp


Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


41

Keuntungan penggunaan metode adsorpsi ini adalah pada kemudahannya


dalam menempatkan enzim pada material support, adsorbent yang bisa digunakan
juga bisa bervariasi serta bisa dipakai berulang kali. Kerugian menggunakan
metode ini adalah yaitu terjadinya desorpsi pada enzim karena gaya ikatan antara
enzim dengan support umumnya rendah.

2.4. Rute Non Alkohol


2.4.1. Reaksi
Biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester) digunakan sebagai bahan bakar
alternatif. Secara konvensional biodiesel diproduksi melalui reaksi
transesterifikasi gliserida dengan alkohol dan menggunakan katalis asam atau
alkali. Beberapa tahun belakangan ini biokatalis lipase banyak digunakan dalam
sintesa biodiesel. Enzim lipase banyak digunakan karena memiliki kelebihan
dapat mengarahkan reaksi secara specifik tanpa adanya reaksi samping yang tak
diinginkan seperti reaksi penyabunan. Meskipun penggunaan lipase memiliki
kelebihan, penggunaan lipase sebagai katalis untuk sintesa biodiesel juga
menyisakan masalah yang cukup besar. Lingkungan berakohol seperti metanol
menyebabkan lipase terdeaktivasi secara cepat dan stabilitasnya dalam
mengakatlis reaksi menjadi buruk. Akibatnya biokatalis tersebut tidak bisa dipakai
ulang. Hal ini mengakibatkan biaya produksi yang tinggi sehingga sintesis
biodiesel menggunakan biokatalis belum bisa dilakukan secra komersial [18].
Dari uraian diatas kita bisa mengetahui bahwa lipase mempunyai potensi
besar sebagai katalis untuk sintesis biodiesel menggantikan katalis alkali. Tetapi,
alkohol berantai pendek seperti metanol yang biasa digunakan sebagai pensuplai
gugus alkil mempunyai pengaruh buruk bagi aktivitas dan stabilitas lipase. Untuk
menyelesaikan masalah tersebut, dalam penelitian ini akan diusulkan rute baru
untuk mensintesis biodiesel menggunakan rute non alkohol.
Dalam sintesis biodiesel rute alkohol, alkohol (metanol) berfungsi untuk
mensuplai gugus alkil (metil). Sementara itu, dalam sintesis biodiesel rute non
alkohol, metanol bisa digantikan dengan metil asetat sebagai pensuplai gugus
metil seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.26. Penggantian alkohol dengan

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


42

alkil asetat ini diharapkan mampu meningkatkan stabilitas enzim yang digunakan
selama proses reaksi secara signifikan.

Gambar 2. 41 Reaksi interesterifikasi minyak nabati melalui rute reaksi non alkohol

2.4.2. Produk
Dalam sintesis biodiesel menggunakan rute non alkohol, trigliserida (TG)
mengalami reaksi interesterifikasi menjadi digliserida (DG), monogliserida (MG)
dan triacylgliserol (TA), dimana disetiap tahap tersebut dihasilkan biodiesel (B)
seperti yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. 42 Tahapan Reaksi interesterifikasi [24]

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


43

2.4.3. Kelebihan dan Kekurangan


Tabel 2. 10 Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan Rute Non-Alkohol [26]
Perbandingan
No Parameter
Rute Non-Alkohol Rute Alkohol
1 Hasil samping Dalam rute non alkohol Dalam rute alkohol
produk samping yang di produk samping yang
hasilkan yakni dihasilkan yakni
triasetilgliserol yang gliserol yang nilai
mempunyai nilai jual jualnya lebih rendah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
triasetilgliserol
2 Mekanisme reaksi Mekanisme reaksi yang Mekanisme reaksi yang
terjadi benar-benar lebih terjadi lebih sederhana
rumit dibandingkan dibandingkan dengan
dengan rute alkohol rute non alkohol
karena ada kaitannya
dengan tiga reaksi dari
trigliserida menjadi
produk
3 Penggunaan Biokatalis tidak mudah Biokatalis mudah
biokatalis terdeaktivasi dan terdeaktivasi secara
stabilitasnya selama cepat dan stabilitasnya
proses reaksi signifikan dalam mengkatalis
reaksi menjadi buruk

2.5. Mekanisme Michaelis-Menten


Reaksi enzimatis sintesis biodiesel diasumsikan mengikuti mekanisme Michaelis-
Menten sebagai berikut:
k kp
E + S ←⎯⎯
⎯⎯→
1
ES ⎯⎯⎯ →E + P [2.1]
k 2
Notasi E dan S adalah enzim dan substrat, P merupakan produk, dan.notasi ES
merupakan enzim-substrat kompleks. Pembentukkan senyawa kompleks ES dari E dan S
berlangsung dengan konstanta kecepatan k1. Kompleks ES kemudian mengalami 2
kemungkinan penguraian yaitu pertama kembali terurai menjadi E dan S dengan
konstanta kecepatan k2 atau melanjutkan reaksi dengan menghasilkan produk P dan E
dengan konstanta kecepatan k3, dengan asumsi tidak ada P yang dapat diubah lagi
menjadi S.
Kemudian dijabarkan hubungan antara kecepatan penguraian, baik dengan
konsentrasi substrat maupun konsentrasi enzim. Kecepatan reaksi sangat tergantung pada
konsentrasi ES dan konstanta laju reaksi k3 yang dapat dijelaskan dalam rumus ini adalah
sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


44

V = k3 ⎣⎡ ES ⎦⎤
laju penguraian ES = k2 ⎡⎣ ES ⎤⎦
[2.2]
laju penguraian ES = k3 ⎡⎣ ES ⎤⎦
laju penguraian ES = ( k2 + k3 ) ⎡⎣ ES ⎤⎦
sedang laju pembentukkan ES = k1 ⎡⎣ E ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦

Dalam keadaan kesetimbangan jumlah ES tetap, yang berarti baik ES yang


terbentuk maupun yang terurai sama banyaknya, meskipun bahan awal dan produk
jumlahnya dapat saja berubah-ubah. Hal ini hanya mungkin terjadi bila laju
pembentukkan = laju penguraian.
k1 ⎣⎡ E ⎦⎤ ⎣⎡ S ⎦⎤ = ( k2 + k3 ) ES
k1 ⎡⎣ E ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦ ⎡ E ⎤ ⎡S ⎤
⎡⎣ ES ⎤⎦ = = ⎣ ⎦⎣ ⎦
( k2 + k3 ) ( k2 + k3 ) k1 [2.3]
k +k
bila K M = 2 3
k1
⎡E ⎤ ⎡S ⎤
maka ⎣⎡ ES ⎦⎤ = ⎣ ⎦ ⎣ ⎦
KM

KM = Konstanta Michaelis Menten


Bila konsentrasi substrat awal sangat tinggi atau berlebihan, konsentrasi substrat
yang belum terikat dapat dianggap sama dengan konsentrasi substrat awal.
[E] = konsentrasi enzim yang tidak terikat. Jadi berarti sama dengan konsentrasi
E mula-mula atau total [ET] dikurangi konsentrasi E dari ES.
d ⎡⎣ ES ⎤⎦
= k1 ⎡⎣ ET − ES ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦
dt
d ⎡ ES ⎤
dan ⎣ ⎦ = k2 ⎣⎡ ES ⎦⎤ + k3 ⎣⎡ ES ⎦⎤ , sehingga
dt
k1 ⎡⎣ ET − ES ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦ = k2 ⎡⎣ ES ⎤⎦ + k3 ⎡⎣ ES ⎤⎦
⎣⎡ ES ⎦⎤ ( k2 + k3 ) = k1 ⎣⎡ ET − ES ⎦⎤ ⎣⎡ S ⎦⎤
k2 + k3
⎡⎣ ES ⎤⎦ = ⎡⎣ ET ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦ − ⎡⎣ ES ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦
k1
k + k3
⎡⎣ ES ⎤⎦ 2 + ⎡⎣ ES ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦ = ⎡⎣ ET ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎦⎤
k1
⎛ k + k3 ⎞
⎡⎣ ES ⎤⎦ ⎜ 2 + S ⎟ = ⎡⎣ ET ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦
⎝ k1 ⎠
⎡ ET ⎤ ⎡ S ⎤
di dapat = ⎡⎣ ES ⎤⎦ = ⎣ ⎦ ⎣ ⎦
K M + ⎡⎣ S ⎤⎦
di mana = v = k3 ⎣⎡ ES ⎦⎤
[2.4]
k ⎡ ET ⎤ ⎡ S ⎤
sehingga = v = 3 ⎣ ⎦ ⎣ ⎦
K M + ⎡⎣ S ⎤⎦

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


45

k3 ⎡⎣ ET ⎤⎦ ⎡⎣ S ⎤⎦
v= k3 ⎡⎣ ET ⎤⎦ = vmaks
K M + ⎡⎣ S ⎤⎦ [2.5]
k ⎡ ET ⎤ ⎡ S ⎤ v ⎡ S ⎤
v = 3 ⎣ ⎦ ⎣ ⎦ = maks ⎣ ⎦
K M + ⎡⎣ S ⎤⎦ K M + ⎡⎣ S ⎤⎦

2.6. State of The Art


Penelitian sintesis biodiesel masih sangat berpeluang untuk dapat
diekspolorasi dan menemukan originalitas yang bisa dipatenkan. Biodiesel
merupakan bahan bakar alternatif yang paling bagus untuk dikembangkan karena
memiliki sifat yang ramah terhadap lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar
fosil, sehingga banyak peneliti yang berlomba-lomba untuk mencari pembuatan
sintesa biodiesel dengan berbagai macam metode.

2.6.1. Riset Rute Non Alkohol di Dunia


Selain sintesa biodiesel melalui rute alkohol belakangan ini ada peneliti asal
cina yang melakukan sintesa biodiesel melalui rute baru yaitu non alkohol.
Penelitian sintesis biodiesel melalui rute non alkohol belum banyak dilakukan.
Sejauh ini, research group dari Cina dengan hasil 2 publikasi internasional
melakukan penelitian reaksi interesterifikasi antara minyak kedelai dengan metil
asetat menggunakan Candida antarctica lipase. Du et. al. (2004), melakukan studi
komparasi antara rute alkohol dan non alkohol, dimana dalam laporan Du et al
yang mereaksikan 9.65 g minyak kedelai, 30 % novozym 435 (oil wt) pada suhu
40OC menghasilkan yield biodiesel sebesar 92% [8].
Sementara itu Xu et al.(2005), melakukan studi dan penelitian tentang
persamaan model kinetika sederhana untuk reaksi interesterifikasi menggunakan
substrat trigliserida dengan metil asetat sebagai pendonor alkil untuk
memproduksi biodiesel [24].
Pada tahun 2005 dilakukan juga penelitian tentang reaksi transesterifikasi
dari penggantian etanol yang dilakukan oleh Sunil S. Bhagwat et al, dengan
menggunakan katalis lipase. Dari penelitian tersebut juga dilakukan studi tentang
model kinetika dan molecular dari reaksi transesterifikasi etil asetat dan etanol
yang diganti dengan porcine pancreatic lipase (PPL) dan Candida cylindracea

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


46

lipase. Dan disamping itu juga pada penelitian ini dilakukan juga studi tentang
kinetika model dari inhibisi kompetitif dari suatu produk [28].
Reaserch group dari India oleh Mukesh Kumar et al juga melakukan
penelitian (2007) tentang reaksi interesterifikasi antara Jatropha curcas
(jatropha), Pongamia pinnata (karanj) dan Helianthus annuus (sunflower) dengan
menggunakan biokatalis Novozym-435. Maksimum yield metil ester yang didapat
91.3%, 90% dan 92.7% dengan rasio mol etil acetat/ minyak 11:1 reaksi selama
12 jam pada suhu 50OC [27].

2.6.2. Riset Rute Non Alkohol di Indonesia


Universitas Indonesia juga melakukan penelitian sintesis biodiesel melalui
rute non alkohol seperti yang dilaporkan oleh Heri Hermansyah et al, melakukan
pengembangan rute sitesis biodiesel non alkohol menggunakan biokatalis (state of
the art). Topik ini diikut sertakan dalam seminar nasional di Universitas
Diponegoro Semarang. Pada laporannya Heri Hermansyah et al melakukan
sintesa biodiesel dengan mengganti metanol yang biasa digunakan dalam sintesa
biodiesel dengan metil asetat sebagai alkil dan lipase sebagai biokatalis.
Penggantian alkil dengan metil acetat diharapkan dapat mengatasi kelemahan
sintesa biodiesel rute non alkohol seperti kesulitan dalam pemisahan gliserol [26].
Heri Hermansyah et al di dalam laporannya juga melakukan penelitian
sintesis biodiesel dari minyak kelapa sawit melalui rute baru non-alkohol
menggunakan lipase terimmobilisasi. Heri Hermansyah et al melakukan
penelitian untuk mengetahui konsentrasi biodiesel (mol/L) yang terbentuk dari
reaktan alkil asetat menggunakan biokatalis Candida rugosa dalam bentuk
tersuspensi, lipase terimmobilisasi metode adsorpsi, dan lipase terimmobilisasi
dalam bentuk sol-gel (Novozym 435). Menyelidiki pengaruh biokatalis terhadap
konsentrasi biodiesel yang dihasilkan. Untuk lipase yang terimmobilisasi akan di
uji stabilitasnya. Reaksi dilakukan dalam reaktor batch dan analisa sampel
menggunakan HPLC. Berikutnya adalah melakukan pemodelan secara sederhana
terhadap laju konsentrasi biodiesel yang terbentuk untuk menentukan nilai Km dan
Vmax reaksi menggunakan persamaan Michaelis-Menten.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


47

Hasil penelitian Heri Hermansyah et al sudah diikutsertakan pada seminar


nasional di Institut Tekonologi Sepuluh November dan ITB. Topik yang
diseminarkan adalah dengan melakukan sintesis biodiesel dengan rute non alkohol
menggunakan Candida rugosa Lipase dalam bentuk tersuspensi. Topik ini ikut
serta dalam seminar nasional yang diselenggarakan di Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS). Pada laporanya dituliskan bahwa lebih dari 86% rantai asam
lemak dari trigliserida minyak kelapa sawit dikonversi menjadi biodiesel pada
kondisi konsentrasi biokatalis sebesar 4% wt substrat, rasio mol minyak/metil
asetat 1/12 selama 50 jam reaksi [30].
Sedangkan untuk penelitian Heri Hermansyah et al dengan topik sintesis
biodiesel melalui rute non alkohol menggunakan Candida rugosa lipase yang
diiimobilisasi melalui metode adsorbsi telah diikut sertakan pada seminar nasional
yang diselengggarakan di Institut Teknologi Bandung (ITB), pada laporanya di
terangkan bahwa lebih dari 82% rantai asam lemak dari tigliserida minyak sawit
berhasil dikonversikan menjadi biodiesel pada kondisi konsentrasi biokatalis
sebesar 4% wt substrat, rasio mol minyak/metil asetat 1/12 selama 50 jam reaksi.
Immobilisasi lipase dilakukan dengan menggunakan metode adsorpsi dengan
menggunakan bahan support zeolit [29].
Dalam penelitian ini dilakukan sintesis biodiesel dengan menggunakan
rute non-alkohol. Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang sudah
dilakukan oleh Heri Hermansyah et al yang menggunakan substrat minyak sawit
untuk mensintesis biodiesel. Akan tetapi yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu terletak pada substrat yang
digunakan. Pada penelitian ini digunakan substrat yang berasal dari minyak
jelantah. Minyak jelantah yang digunakan pada penelitian ini sudah dilakukan
pretreatment terlebih dahulu untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang ada
pada minyak jelantah yang merupakan hasil pemakaian berulang-ulang. Dari
penelitian ini diharapkan dapat diperoleh perbandingan antara sintesis biodiesel
yang menggunakan substrat minyak kelapa sawit dengan menggunakan substrat
minyak jelantah, sehingga dapat diketahui substrat mana yang akan menghasilkan
persentase (%) yield biodiesel yang lebih besar.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


48

Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan di dunia internasional


untuk sintesis biodiesel dengan menggunakan rute non-alkohol yang baru
dilakukan oleh Du et al, 2004, Xu et al., 2005 , Sunil S. Bhagwat et al, 2005, dan
Mukesh Kumar Modi et al, 2007. Dan untuk di Indonesia penelitian sintesis
biodiesel dengan menggunakan rute non-alkohol baru pertama kali dilakukan oleh
Heri Hermansyah et al dengan menggunakan substrat minyak sawit. Dan untuk
menyempurnakan penelitian tersebut pada penelitian ini menggunakan minyak
jelantah sebagai substrat untuk memperoleh perbedaan % yield biodiesel antara
minyak kelapa sawit yang baru dengan minyak kelapa sawit bekas. Dan untuk
lebih menyempurnakan penelitian sintesis biodiesel menggunakan rute non-
alkohol ini dilakukan pula beberapa metode untuk mengetahui % yield biodiesel
yang dihasilkan. Metode tersebut antara lain dengan melakukan percobaan efek
inhibisi dengan penambahan asam palmitat kemudian pula dilakukan juga variasi
temperatur yaitu pada 250C dan 500C. Percobaan tersebut dilakukan karena belum
ada satu penelitian pun yang melakukan hal tersebut. Dengan kata lain penelitian
ini merupakan penelitian yang pertama kali untuk menggunakan rute non-alkohol
dengan melakukan percobaan efek inhibisi dengan penambahan asam palmitat
kemudian pula dilakukan juga variasi temperatur yaitu pada 250C dan 500C.
Penelitian efek inhibisi asam palmitat terhadap substrat minyak jelantah dilakukan
untuk dapat mengetahui seberapa pengaruh asam palmitat untuk dapat
menghambat reaksi antara substrat minyak jelantah dengan metil asetat.
Kemudian untuk variasi temperatur dilakukan karena pada percobaan ini
menggunakan biokatalis Candida rugosa lipase powder yang lifetimenya berada
pada suhu 30-400C. Oleh karena itu dilakukan percobaan terhadap suhu yang
berada di bawah dan di atas lifetimenya, dengan harapan dapat diketahui seberapa
besar kerja biokatalis Candida rugosa lipase yang berfungsi sebagai katalis dalam
mengkonversi minyak jelantah menjadi biodiesel. Dari percobaan tersebut akan
diperoleh % yield yang berbeda, sehingga dapat digunakan sebagai data acuan
untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
Dan untuk lebih mengembangkan penelitian sintesis biodiesel dengan
menggunakan rute non-alkohol tersebut, maka saya mengusulkan untuk lebih
banyak melakukan variasi-variasi terhadap penelitian tersebut, mulai dari variasi

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


49

substrat yang digunakan hingga biokatalis yang digunakan seperti yang saat ini
sedang dilakukan oleh Risan Aji Surendro yang melakukan sintesis biodiesel
dengan metil asetat melalui rute non-alkohol menggunakan biokatalis porcine
pancreatic lipase.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


50

Tabel 2. 11 Summary Rute Non Alkohol


Du et al Xu et al Sunil et al Mukesh Kumar et al Heri Hermansyah
(2004) (2005) (2005) (2006) et al (2008)
Reaksi Interesterifikasi Interesterifikasi Interesterifikasi Interesterifikasi Interesterifikasi
Persamaan Porcine pancreatic Candida rugosa
Biokatalis Novozym 435 kinetika/Kinetic lipase dan Candida Novozym 435 lipase dan
Model cylindracea lipase Novozym 435
Jatropha curcas
Metil asetat dan (Jatropha), Pongamia Minyak Kelapa
Metil asetat dan
Substrat Minyak Kedelai Subtitusi β-Etanol pinnata (karanj) dan Sawit dan Metil
minyak/asam lemak
(Soy bean oil) Helianthus annuus asetat
(sunflower)
91,3 % (Jatropha) 86% (Tersuspensi)
83 % (PPL, Me2N)
Konversi 92 % - 90% (Karanji) 82 %
65 % (CY, Br)
92,7 % (sunflower) (Immobilisasi)
Rasio mol
1:12 - - 1: 11 1:12
Reaktan
Suhu reaksi 470C 400C 350C 500C 370C
Biokatalis
yang 4% wt 0.5 gram 1 gram 5% dan 30% wt 4 % wt
digunakan
Waktu
100 jam - 48 jam 12 jam 50 jam
reaksi
Alat
GC-14B Shimadzu GC-14B Shimadzu HPLC Hitachi,
Analisa - GC-MS
Corp, Kyoto Corp, Kyoto Japan
Sampel

Universitas Indonesia Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


51

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas alur proses penelitian, peralatan dan bahan
yang digunakan selama penelitian, variabel penelitian, dan prosedur penelitian.
Sebagian besar penelitian dilakukan di Laboratorium Dasar Proses Kimia (DPK),
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Untuk
melakukan analisis sampel dengan menggunakan HPLC (High Performace Liquid
Chromatograph) dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Teknologi (BPPT-
Puspitek-Serpong).

3.1. Alur Penelitian


Screening Biokatalis
(Mencari Lipase terbaik untuk sintesis biodiesel)

Set Up Reaktor
(Reaksi rute non-alkohol)

Immobilisasi Biokatalis
(Lipase di imobilisasi dengan menggunakan zeolit sebagai support)

Uji Aktivitas
(Variasi konsentrasi enzim, variasi temperatur)

Uji Stabilitas
(Menggunakan katalis berulang)

Uji Efek Inhibisi


(Menggunakan asam palmitat sebagai inhibitor )

Analisis Sampel
(Menggunakan HPLC)

Pengumpulan dan Analisa Data


(Mencatat rasio molar reaktan, konsentrasi enzim,
konsentrasi biodiesel, analisis data kinetika)

Gambar 3. 1 Diagram alir penelitian

51 Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


52

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1. Alat Percobaan
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1) Termometer digunakan untuk memastikan suhu pada reaksi yang sedang
dilakukan. (Iwaki, Asahi Techno Glass, Japan)

Gambar 3. 2 Termometer
2) Stop watch digunakan sebagai pengukur waktu dalam pengambilan sampel.
(Alba, China)

Gambar 3. 3 Stop watch


3) Magnetic stirrer sebagai alat pengaduk pada reaksi interesterifikasi-enzimatis.
(Thermolyne, Medingen Sitz Freital, Germany)

Gambar 3. 4 Magnetic stirer

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


53

4) Waterbath digunakan sebagai alat pemanas untuk memberikan sumber panas


bagi reaksi yang terjadi didalam labu erlenmeyer dan didalamnya terdapat
magnet yang dapat memutar magnetic stirrer. (Aquabath, Lade-line, USA)

Gambar 3. 5 Waterbath
5) Labu erlenmeyer 25 ml sebagai tempat reaksi. (Iwaki Glass, Underlic, Japan)

Gambar 3. 6 Labu Erlenmeyer 25 ml


6) Syringe auto transfepette digunakan untuk mengambil sampel berukuran
mikron. (Transferpette, Brand, Germany)

Gambar 3. 7 Syringe auto transfepette

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


54

7) Botol plastik sebagai tempat menaruh sampel. (Plastic Screwcap, Iwaki Glass,
Canada)

Gambar 3. 8 Botol plastik


8) Beaker glass sebagai tempat bahan penelitian. (Asahi Techno Glass, Iwaki,
Japan)

Gambar 3. 9 Beaker glass


9) Gelas ukur untuk mengukur volume bahan yang dibutuhkan. (Asahi Techno
Glass, Iwaki

Gambar 3. 10 Gelas ukur

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


55

10) Cawan petri sebagai wadah menaruh bahan-bahan kimia. (Glass, Brand,
Unknown made)

Gambar 3. 11 Cawan petri


11) Pompa air yang digunakan disini fungsinya untuk memompa air yang akan
dialirkan kedalam wadah tempat menampung air hangat. (Yamano SP 1200,
Shenzen, China)

Gambar 3. 12 Pompa air


12) Selang air digunakan untuk mengalirkan air yang akan melalui condenser.
(Silicon, Unknown made)

Gambar 3. 13 Selang air silicon

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


56

13) HPLC yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa sampel hasil sintesis
biodiesel.
Tabel 3. 1 Spesifikasi alat HPLC
Merk Hitachi
Detektor L-4000 UV Detektor dengan
panjang gelombang 205 nm
Kolom C-18 Reverse Fase
Merck Kolom Wakopak
Jenis Kolom Wakosil-GP-N6
Diameter kolom 4.6 mm
Panjang kolom 150 mm
Pump L-6200A
Differential RI-71
Refractometer
Column Thermostat L-5025
Eluen a. Methanol
b. Isopropanol dan Hexane
Flow 0,8 ml/ menit

Gambar 3. 14 Unit HPLC yang digunakan untuk menganalisa Metil Ester

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


57

3.2.2. Bahan Percobaan


1) Enzim lipase Candida Rugosa lipase. (Sigma Aldrich Co. Ltd, Steinheim,
Germany)

Gambar 3. 15 Candida rugosa lipase


2) Minyak jelantah hasil proses penggorengan ayam. (Bimoli, Indonesia)

Gambar 3. 16 Minyak jelantah


3) Zeolit lampung yang akan digunakan sebagai material penyangga untuk
mengimobilisasi biokatalis. (Unkown made)

Gambar 3. 17 Zeolit lampung

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


58

4) Metil asetat (Merck Schuchardt, Hohenbrunn, Germany)

Gambar 3. 18 Asam asetat pro. analis


5) Asam palmitat (p.a) yang digunakan dalam proses inhibisi. (Merck
Schuchardt, Hohenbrunn, Germany)

Gambar 3. 19 Asam palmitat


6) NaOH (Merck, Darmstadt, Germany)

Gambar 3. 20 NaOH padat

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


59

3.3. Prosedur Percobaan


3.3.1. Screening Biokatalis
Pada tahap screening biokatalis akan dikumpulkan literatur mengenai
jenis-jenis lipase terbaik yang digunakan untuk sintesis biodiesel dengan
menggunakan rute non-alkohol serta referensi mengenai kondisi operasi optimal
untuk reaksi sintesis biodiesel dengan menggunakan rute non-alkohol baik dari
buku, jurnal, maupun artikel. Dari hasil studi literatur ini diharapkan diperoleh
tinjauan pustaka yang dapat digunakan sebagai dasar dari reaksi sintesis biodiesel
rute non-alkohol.

3.3.2. Set-up Reaktor


Pada tahap set-up reaktor dilakukan pengaturan alat-alat yang akan
digunakan dalam percobaan sintesis biodiesel menggunakan rute non-alkohol.

Gambar 3. 21 Skematik diagram reaktor batch interesterifikasi sintesis biodiesel secara enzimatis

3.3.3. Sintesis Biodiesel Melalui Rute Non-Alkohol Menggunakan Katalis


NaOH
Pada tahapan ini reaksi sintesis biodiesel dilakukan dengan menggunakan
katalis NaOH. Minyak jelantah digunakan sebagai sumber trigliserida yang
direaksikan dengan metil asetat sebagai reaktan pensuplai gugus alkil. Hasil yang
didapat dari percobaan ini nantinya akan digunakan sebagai perbandingan
terhadap reaksi sintesis biodiesel dengan menggunakan biokatalis. Berikut adalah

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


60

kondisi operasi yang digunakan untuk reaksi rute non-alkohol menggunakan


katalis NaOH.

Tabel 3. 2 Kondisi operasi sintesis biodiesel menggunakan katalis NaOH


Kondisi Reaksi
Suhu 600C
Waktu Reaksi 1 Jam
Perbandingan mol Minyak Jelantah : Metil Asetat 1:6
Konsetrasi katalis NaOH 1% wt minyak

Gambar 3. 22 Diagram alir reaksi interesterfikasi menggunakan katalis NaOH


(substrat : minyak jelantah; T= 60OC; t = 1 jam)

Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :


1. Tahap persiapan bahan :
Mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti NaOH, metil asetat,
dan minyak jelantah sebagai substrat.
2. Tahap persiapan alat :
Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk penelitian seperti dua
buah tabung erlenmeyer 25 ml sebagai tempat substrat, dan kaca arloji serta
termometer untuk mencatat suhu, magnetic stirrer, bar stirer, waterbath, reaktor
batch, dan stopwatch.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


61

3. Tahap penelitian
Mengukur massa substrat minyak jelantah yang diperlukan untuk reaksi
dengan perbandingan mol minyak jelantah : mol metil asetat = 1: 6
4. Mempersiapkan minyak jelantah ke dalam reaktor batch
a. Memasukan minyak jelantah ke dalam tabung reaktor tumpak
b. Menyalakan stirer gigantor
c. Mengalirkan air pada kondenser
d. Men-setting waterbath pada suhu 60oC, kemudian ukur suhunya menggunakan
termometer
e. Setelah suhu minyak minyak sawit sudah mencapai 60oC
5. Mempersiapkan larutan metil asetat
a. Mengukur volume metil asetat yang dibutuhkan sesuai perbandingan
stokiometrik menggunakan gelas ukur 100 ml.
b. Mengambil metil asetat yang dibutuhkan sesuai perbandigan mol yang
digunakan, kemudian dituang ke dalam labu erlenmeyer 25 ml, lalu labu
erlenmeyer ditutup dengan menggunakan sumbat kayu.
6. Mempersiapkan katalis NaOH
a. Menghitung massa NaOH yang dibutuhkan secara stokiometrik. Asumsi
massa NaOH yang dibutuhkan adalah 1% wt dari berat total minyak jelantah
dan metil asetat.
b. Massa NaOH yang dibutuhkan kemudian ditimbang dengan menggunakan
timbangan digital.
7. Melarutkan NaOH ke dalam metil asetat
a. Memasukan NaOH kedalam labu erlenmeyer dengan menggunakan corong.
b. Melarutkan NaOH dengan metil asetat dengan menggunakan magnetic stirer
dan tunggu hingga larut.
8. Memulai reaksi interesterifikasi
a. Memasukan larutan NaOH dan metil asetat kedalam tabung reaktor batch
yang telah berisi minyak jelantah pada suhu 60oC.
b. Catat waktu reaksi dengan menggunakan stopwatch.
c. Tunggu hingga 1 jam dan kemudian diambil sampelnya.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


62

9. Tahap reaksi selesai


a. Serelah reaksi selesai, waterbath dimatikan, refluks disiram dengan aquades,
dan kemudian campuran metil ester dan triasetilgliserol dalam reaktor
langsung didinginkan dalam air untuk menghentikan reaksi.
b. Campuran metil ester dan triasetilgliserol (hasil reaksi) ini kemudian
dimasukkan ke dalam corong pisah dan dibiarkan semalaman pada suhu
ruang untuk memisahkan metil ester dan triasetilgliserol.
c. Ambil sampel dan analisis dengan menggunakan HPLC.

3.3.4. Percobaan Immobilisasi Enzim


Enzim Candida rugosa diimobilisasi. Bagan alir prosedur untuk proses
imobilisasi biokatalis bisa dilihat pada gambar 3.4.
a. Aktivasi Penyangga
Menyiapkan zeolit ukuran partikel 0.8 mm dengan cara ditumbuk
kemudian di-ayak. Kemudian menimbang zeolit yang diperlukan. Zeolit yang
sudah ditimbang kemudian dicuci dengan air untuk dibersihkan.
Mengaktivasi zeolit dengan direndam pada NaCl 1 M selama 12 jam
dengan penggantian larutan sebanyak 2 kali untuk menghilangkan ion Ca2+. Zeolit
kemudian dipanaskan pada suhu 2200C selama 1 jam didalam oven dan
didinginkan pada suhu ruang. Zeolit yang sudah teraktivasi ini kemudian
dipersiapkan untuk tahap immbobilisasi didalam larutan lipase.

Gambar 3. 23 Diagram alir aktivasi penyangga

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


63

b. Preparasi Biokatalis
Lipase yang telah ditimbang kemudian dilarutkan pada metil asetat hingga
larut. Banyaknya metil asetat yang digunakan ditentukan dari variasi rasio mol
substratya.
c. Immobilisasi Biokatalis
Zeolit yang sudah terktivasi kemudian dimasukan kedalam larutan metil
asetat yang sudah berisi lipase. Zeolit kemudian di aduk (di stirer) pada
temperatur ruang. Diharapkan selama proses pengadukan terjadi proses adsorpsi
dimana adanya terjadi pertukaran ion-ionnya antara lipase dan zeolit. Pada tahap
proses adsorpsi inilah lipase akan menempel pada penyangganya (lipase
terimmobilsasi)
Larutan lipase diimobilisasi selama 60 menit. Butiran penyangga
kemudian dipisahkan dari sisa larutan lipase menggunakan molekular sieve.

Gambar 3. 24 Bagan alir prosedur immobilisasi


Dari tahapan percobaan ini akan didapatkan biokatalis diimobilisasi
sehingga bisa digunakan berulang-ulang.
d. Separasi Larutan Lipase
Separasi larutan lipase dilakukan menggunakan saringan jeruk atau
molekular sieve dengan diameter lubang berukuran 0.8 mm. Larutan lipase yang
lolos saring digunakan sebagai free lipase dan lipase yang tersaring digunakan
sebagai lipase yang terimmobilisasi.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


64

3.3.5. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase dalam Bentuk


Tersuspensi pada T= 370C
Reaksi akan dilangsungkan dalam reaktor batch (labu erlenmeyer 25 ml)
yang berisi campuran minyak jelantah dan metil asetat dengan perbandingan mol
yang berbeda-beda. Perbandingan mol substrat minyak jelantah terhadap metil
asetat yang digunakan adalah 1:3 dan 1:12. Percobaan uji aktivitas ini direaksikan
pada suhu 37°C. Konsentrasi free enzim yang digunakan adalah 1%, 2%, dan
4%wt dari substrat campuran minyak jelantah dan metil asetat. Sebelum reaksi
dimulai, minyak jelantah didalam labu erlenmeyer direndam terlebih dulu dalam
air hangat pada suhu 37°C, hal ini dilakukan agar saat terjadi proses sintesis,
lipase sebagai biokatalis sudah mencapai suhu optimalnya. Untuk variasi waktu
proses pengambilan sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 0.25, 0.5, 1, 2, 4, 6, 9,12,
15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50.
Tabel 3. 3 Kondisi operasi untuk lipase dalam bentuk tersuspensi
Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 1, 2 dan 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:3 dan 1:12
Temperatur reaksi 50 0C
Waktu reaksi 50 jam

Gambar 3. 25 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan lipase dalam
bentuk tersuspensi (substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


65

3.3.6. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase Terimmobilisasi


Metode Adsorpsi pada T= 370C
Reaksi akan dilangsungkan dalam reaktor batch (labu erlenmeyer 25 ml)
yang berisi campuran minyak jelantah dan metil asetat dengan perbandingan mol
yang berbeda-beda. Immobilized lipase yang digunakan adalah 1%, 2%, dan 4%
wt dari substrat campuran minyak jelantah dan metil asetat. Percobaan uji
aktivitas akan dilakukan juga adalah variasi mol substrat dengan perbandingan
mol minyak jelantah terhadap metil setat adalah 1:3 dan 1:12. Untuk variasi
waktu proses pengambilan sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 0.25, 0.5, 1, 2, 4, 6,
9,12, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50. Seperti percobaan sebelumnya, konsentrasi
dari biodiesel yang terbentuk di ukur menggunakan HPLC. Optimasi kondisi
operasi untuk reaksi sintesis biodiesel menggunakan lipase yang sudah
diimobilisasi dilangsungkan dengan melakukan variasi konsentrasi enzim.
Tabel 3. 4 Kondisi operasi untuk reaksi lipase terimmobilisasi metode adsorpsi
Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 1, 2 dan 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:3 dan 1:12
Temperatur reaksi 37 0C
Waktu reaksi 50 jam

Gambar 3. 26 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan lipase


terimmobilisasi metode adsorpsi (substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 37OC)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


66

3.3.7. Percobaan Uji Stabilitas


Uji stabilitas dilakukan dengan menggunakan Candida Rugosa lipase.
Reaksi dilangsungkan dalam reaktor batch yang berisi campuran minyak jelantah
dan metil asetat mengunakan konsentrasi enzim 4% wt substrat, dengan
perbandingan mol substrat minyak jelantah : metil asetat adalah 1:12. Uji
stabilitas direaksikan pada suhu 37ºC dan dilakukan secara berulang sebanyak 2
kali.
Tabel 3. 5 Kondisi reaksi untuk uji stabilitas
Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:12
Temperatur reaksi 370C
Waktu reaksi 50 jam

Gambar 3. 27 Diagram alir uji stabilitas lipase terimmobilisasi reaksi interesterifikasi biodiesel
(substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 370C)

Sample minyak sebanyak 1μL dipisahkan dari larutan reaksi kemudian


dianalisis dengan menggunakan HPLC untuk mengukur konsentrasi biodiesel
yang terbentuk. Setelah reaksi selesai, biokatalis tersebut kemudian disaring dan
dipisahkan dari larutannya kemudian dikeringkan di dalam oven. Reaksi
kemudian diulangi sebanyak dua kali dengan prosedur yang sama menggunakan

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


67

biokatalis bekas tersebut. Yield biodiesel kemudian dibandingkan untuk melihat


bagaimana stabilitas biokatalis tersebut dalam melakukan sintesis biodiesel. Dari
tahapan percobaan ini akan diketahui stabilitas biokatalis dalam melakukan
sintesis biodiesel melalui rute non alkohol.

3.3.8. Percobaan Sintesis Biodiesel dengan Lipase dalam Bentuk


Tersuspensi dengan Penambahan Asam Palmitat sebagai Inhibitor
Reaksi akan dilangsungkan dalam reaktor batch (labu erlenmeyer 25 ml)
yang berisi campuran minyak jelantah yang sudah ditambahkan asam palmitat
sebagai inhibitor dan metil asetat, dengan perbandingan mol substrat minyak
jelantah : metil asetat adalah 1:12. Percobaan uji aktivitas ini direaksikan pada
suhu 50°C. Konsentrasi free enzim yang digunakan 4% wt dari substrat campuran
minyak jelantah dan metil asetat. Sebelum reaksi dimulai, minyak jelantah
didalam labu erlenmeyer direndam terlebih dulu dalam air hangat pada suhu
37°C, hal ini dilakukan agar saat terjadi proses sintesis, lipase sebagai biokatalis
sudah mencapai suhu optimalnya. Untuk variasi waktu proses pengambilan
sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 0.5, 2, 6, 12, 20, 50.
Tabel 3. 6 Kondisi operasi untuk lipase tersuspensi dengan penambahan inhibitor
Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:12
Temperatur reaksi 370C
Waktu reaksi 50 jam

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


68

Gambar 3. 28 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan lipase dalam
bentuk tersuspensi dengan penambahan asam palmitat sebagai inhibitor
(substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 500C)

3.3.9. Percobaan Sintesis Biodiesel dengan Lipase Terimobilisasi Metode


Adsorpsi dengan Penambahan Asam Palmitat sebagai Inhibitor
Reaksi akan dilangsungkan dalam reaktor batch (labu erlenmeyer 25 ml)
yang berisi campuran minyak jelantah yang sudah ditambahkan asam palmitat
untuk membuat efek inhibisi dan metil asetat, dengan perbandingan mol substrat
minyak jelantah : metil asetat adalah 1:12. Percobaan uji aktivitas ini direaksikan
pada suhu 37°C. Konsentrasi free enzim yang digunakan 4% wt dari substrat
campuran minyak jelantah dan metil asetat. Sebelum reaksi dimulai, minyak
jelantah didalam labu erlenmeyer direndam terlebih dulu dalam air hangat pada
suhu 50°C, hal ini dilakukan agar saat terjadi proses sintesis, lipase sebagai
biokatalis sudah mencapai suhu optimalnya. Untuk variasi waktu proses
pengambilan sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 0.5, 2, 6, 12, 20, 50.
Tabel 3. 7 Kondisi operasi untuk lipase terimobilisasi dengan penambahan inhibitor
Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:12
Temperatur reaksi 370C
Waktu reaksi 50 jam

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


69

Gambar 3. 29 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan lipase dalam
bentuk tersuspensi dengan penambahan asam palmitat sebagai inhibitor
(substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 500C)

3.3.10.Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase dalam Bentuk


Tersuspensi pada T= 500C
Reaksi akan dilangsungkan dalam reaktor batch (labu erlenmeyer 25 ml)
yang berisi campuran minyak jelantah dan metil asetat, dengan perbandingan mol
substrat minyak jelantah : metil asetat adalah 1:12. Percobaan uji aktivitas ini
direaksikan pada suhu 50°C. Konsentrasi free enzim yang digunakan 4% wt dari
substrat campuran minyak jelantah dan metil asetat. Sebelum reaksi dimulai,
minyak jelantah didalam labu erlenmeyer direndam terlebih dulu dalam air hangat
pada suhu 50°C, hal ini dilakukan agar saat terjadi proses sintesis, lipase sebagai
biokatalis sudah mencapai suhu optimalnya. Untuk variasi waktu proses
pengambilan sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 0.5, 2, 6, 12, 20, 50.
Tabel 3. 8 Kondisi operasi untuk lipase dalam bentuk tersuspensi pada T=500C
Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:12
Temperatur reaksi 500C
Waktu reaksi 50 jam

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


70

Gambar 3. 30 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan lipase dalam
bentuk tersuspensi (substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 500C)

3.3.11. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase Terimmobilisasi


Metode Adsorpsi pada T= 500C
Reaksi akan dilangsungkan dalam reaktor batch (labu erlenmeyer 25 ml)
yang berisi campuran minyak jelantah dan metil asetat, dengan perbandingan mol
substrat minyak jelantah : metil asetat adalah 1:12. Percobaan uji aktivitas ini
direaksikan pada suhu 50°C. Konsentrasi free enzim yang digunakan 4% wt dari
substrat campuran minyak jelantah dan metil asetat. Sebelum reaksi dimulai,
minyak jelantah didalam labu erlenmeyer direndam terlebih dulu dalam air hangat
pada suhu 50°C, hal ini dilakukan agar saat terjadi proses sintesis, lipase sebagai
biokatalis sudah mencapai suhu optimalnya. Untuk variasi waktu proses
pengambilan sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 0.5, 2, 6, 12, 20, 50.
Tabel 3. 9 Kondisi operasi untuk lipase terimobilisasi pada T=500C
Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:12
Temperatur reaksi 500C
Waktu reaksi 50 jam

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


71

Gambar 3. 31 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan lipase


terimmobilisasi metode adsorpsi (substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 37OC)

3.3.12. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase dalam Bentuk


Tersuspensi pada T= 250C
Reaksi akan dilangsungkan dalam reaktor batch (labu erlenmeyer 25 ml)
yang berisi campuran minyak jelantah dan metil asetat, dengan perbandingan mol
substrat minyak jelantah : metil asetat adalah 1:12. Percobaan uji aktivitas ini
direaksikan pada suhu 25°C. Konsentrasi free enzim yang digunakan 4% wt dari
substrat campuran minyak jelantah dan metil asetat. Sebelum reaksi dimulai,
minyak jelantah didalam labu erlenmeyer direndam terlebih dulu dalam air hangat
pada suhu 25°C, hal ini dilakukan agar saat terjadi proses sintesis, lipase sebagai
biokatalis sudah mencapai suhu optimalnya. Untuk variasi waktu proses
pengambilan sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 0.5, 2, 6, 12, 20, 50.
Tabel 3. 10 Kondisi operasi untuk lipase dalam bentuk tersuspensi pada T=250C
Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:12
Temperatur reaksi 250C
Waktu reaksi 50 jam

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


72

Gambar 3. 32 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan lipase dalam
bentuk tersuspensi (substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 250C)

3.3.13. Percobaan Sintesis Biodiesel Menggunakan Lipase Terimmobilisasi


Metode Adsorpsi pada T= 250C
Reaksi akan dilangsungkan dalam reaktor batch (labu erlenmeyer 25 ml)
yang berisi campuran minyak jelantah dan metil asetat, dengan perbandingan mol
substrat minyak jelantah : metil asetat adalah 1:12. Percobaan uji aktivitas ini
direaksikan pada suhu 25°C. Konsentrasi free enzim yang digunakan 4% wt dari
substrat campuran minyak jelantah dan metil asetat. Sebelum reaksi dimulai,
minyak jelantah didalam labu erlenmeyer direndam terlebih dulu dalam air hangat
pada suhu 25°C, hal ini dilakukan agar saat terjadi proses sintesis, lipase sebagai
biokatalis sudah mencapai suhu optimalnya. Untuk variasi waktu proses
pengambilan sampel dilakukan pada t (jam) : 0, 0.5, 2, 6, 12, 20, 50.

Tabel 3. 11 Kondisi operasi untuk lipase terimobilisasi pada T=250C

Kondisi Reaksi
Konsentrasi awal enzim 4 [%wt campuran reaktan]
Rasio mol Minyak jelantah : metil asetat 1:12
Temperatur reaksi 250C
Waktu reaksi 50 jam

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


73

Gambar 3. 33 Diagram alir reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel menggunakan lipase


terimmobilisasi metode adsorpsi (substrat: minyak jelantah; t = 50 jam; T = 250C)

3.3.14. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui % yield biodiesel yang dihasilkan maka analisa
dilakukan menggunakan HPLC (high performance liquid chormatograph).
Penggunaan HPLC didasari oleh sifat fasa sampel yang berbentuk liquid.
Banyaknya (%) yield biodiesel yang terbentuk dilihat dari kandungan metil-
oleatnya. Komponen oleat digunakan karena mewakili jumlah komponen asam
lemak terbesar didalam kandungan trigliserida. Tes analisa sampel menggunakan
HPLC yang dilakukan di PUSPITEK (Pusat Penelitian dan Teknologi), Serpong-
Tanggerang. Data-data yang diperoleh dengan menggunakan HPLC kemudian
dilakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus-rumus seperti di bawah
ini :

Tabel 3. 12 Data stndar HPLC untuk sintesis biodiesel melalui rute non alkohol
Standar Rute non Alkohol
Konsentrasi Konsentrasi
Zat Luas Area
mg/l mol/l
T 836486 186.9500 0.183216057
D 534017 127.5875 0.17964504
M 1829086 62.6875 0.156148807
F 4085094 546.6250 1.600846366

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


74

Keterangan :
T (Trioleat) , D (Dioleat) , M (Mono-oleat), F (Fatty Acid Metyl Ester)
Konsentrasi mg/L (Trioleat)
Konsentrasi (Trioleat)=
Mr Trioleat
Konsentrasi mg/L (Dioleat)
Konsentrasi (Dioleat)=
Mr Dioleat
Konsentrasi mg/L (Mono-oleat)
Konsentrasi (Mono-oleat)=
Mr Mono-oleat
Konsentrasi mg/L (Fatty Acid Metyl Ester)
Konsentrasi (Fatty Acid Metyl Ester)=
Mr Trioleat (Fatty Acid Metyl Ester)
Berikutnya adalah melakukan interpolasi terhadap luas area yang
diperoleh dari percobaan terhadap luas area standar yang digunakan. Interpolasi
dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi sampel secara akurat. Interpolasi
dilakukan secara sederhana dengan rumus sebagai berikut:
Luas area sampel
Konsentrasi sampel (mol/L) = × konsentrasi standar (mol/L)
Luas area standar
Setelah mendapatkan konsentrasi sampel menggunakan interpolasi
terhadap data standar yang digunakan, maka konsentrasi biodiesel yang terbentuk
saat t tertentu dihitung menggunakan % mol balance.
3 × CT,t = t + 2 × CD , t =t + CM , t =t + CB ,t =t
% mol balance = x100% ( 3.1)
3 × CT,t = 0 + 2 × CD , t = 0 + CM , t =0 + CB ,t = 0

Dari persamaan tersebut diperoleh konsenstrasi biodiesel saat t = t. Untuk


mendapatkan % yield biodiesel yang terbentuk maka konsentrasi biodiesel yang
terbentuk dibandingkan dengan konsentrasi awal substrat. Pengertian % yield
konsentrasi disini merupakan perbandingan konsentrasi produk terhadap
konsentrasi awal substrat.
Untuk mengetahui % konversi trioelat dan % yield untuk masing-masing
komponen dapat dirumuskan sebagai berikut:

CT, t= 0 − CT, t= t
% konversi Trioleat = × 100% ( 3.2 )
CT, t = 0

C D , t =t × 2
% yield dioleat = ×100% ( 3.3)
(CT , t = 0 ) × 3

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


75

C M ,t = t
% yield mono-oleat = ×100% ( 3.4 )
(CT , t =0 )

CB , t =t
% yield Biodiesel = ×100% ( 3.5)
CT , t =0

3.3.15. Pemodelan Reaksi Enzimatik


Dalam setiap reaksi yang berlangsung terhadap pembentukan produk,
reaksi tersebut akan membentuk mekanisme reaksinya tersendiri yang dapat
dirumuskan atau dimodelkan menggunakan persamaan parametrik tertentu.
Adanya pengaruh jumlah substrat dan katalis yang digunakan terhadap
pembentukan produk dalam rentang waktu tertentu membuat setiap reaksi dapat
dianalisa menggunakan pemodelan sederhana secara aljabar. Oleh karena itu,
untuk mengetahui sifat dan perilaku dari reaksi sintesa biodiesel berkatalis enzim,
maka dalam penelitian ini dilengkapi dengan pemodelan sederhananya
menggunakan mekanisme reaksi Michaelis-Menten.
Reaksi enzimatis sintesis biodiesel diasumsikan mengikuti mekanisme
Michaelis-Menten sebagai berikut:
k
⎯⎯→
E + S ←⎯⎯
1
ES ⎯⎯→
p
E+P
k
[3.6]
k 2

Notasi E dan S adalah enzim dan substrat, P merupakan produk, dan.notasi ES


merupakan enzim-substrat kompleks.
Dalam hubungan dengan penelitian ini, karena substrat yang digunakan
adalah trigliserida, maka notasi S diganti oleh notasi T yang artinya trigliserida.
Produk yang terbentuk adalah biodiesel, maka notasi P diganti oleh notasi B yang
artinya biodiesel. Sehingga reaksinya ditulis ulang sebagai berikut:
k
⎯⎯
E + T ←⎯⎯
1
→ ET ⎯⎯→
p
E+B
k [3.7]
k 2

Keterangan : E = Enzim; T = Trigliserida; ET = enzim-substrat kompleks. dan B


= Biodiesel.
Dengan menambahkan asumsi Pseudo-steady state, diperoleh persamaan
laju produksi biodiesel sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


76

d ⎡⎣ B ⎤⎦ Vmax ⎡⎣T ⎤⎦ [3.8]


=
dt ⎡⎣T ⎤⎦ + km

dimana km disebut sebagai konstanta Michaelis-Menten dan Vmax merupakan


konstanta laju maksimal.
Nilai km danVmax diestimasi melalui metode linierisasi seperti berikut:
1 1 k ⎛ 1 ⎞⎟
= + m ⎜
d ⎡⎣ B ⎤⎦ Vmax Vmax ⎜ ⎡⎣T ⎤⎦ ⎟
⎝ ⎠
dt [3.9]
↓ ↓ ↓ ↓
y = a + b x

sebagai sumbu y adalah 1 , dan sebagai sumbu x adalah 1


y= x=
d ⎡⎣ B ⎤⎦ ⎡T ⎤
⎣ ⎦
dt

sehingga jika di plot nilainya akan menghasilkan slope b = km dan intersep:


Vmax
1
a=
Vmax

Pada penelitian ini terdapat 4 pekerjaan utama yang harus dilakukan, yaitu:
1. Mempersiapkan data hasil interesterifikasi sintesis biodiesel selama penelitian.
2. Melakukan penurunan rumus secara aljabar dari persamaan reaksi enzimatik
Michaelis-Menten.
3. Melakukan fitting kurva dengan metode linierisasi.
Pada proses fitting kurva, dilakukan penyesuaian antara data – data hasil
percobaan dengan model reaksi Michaelis-Menten menggunakan metode
linierisasi yang telah diturunkan persamaannya. Tujuannya adalah untuk
mencari nilai Vmax dan Km yang belum diketahui pada persamaan model
reaksi.
4. Pembahasan hasil penelitian dan pembuatan kesimpulan.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


77

Gambar 3. 34 Diagram alir pemodelan Michaelis-Menten

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


78

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui yield biodiesel yang dihasilkan


melalui rute baru non-alkohol menggunakan variasi konsentrasi biokatalis, waktu,
temperatur, substrat, dan pengaruh inhibisi asam palmitat.

4.1. Hasil HPLC

Methyl Oleat Mono Oleat

Di Oleat

Tri Oleat

Gambar 4. 1 Kurva standar HPLC


Methyl Oleat

Tri Oleat
Mono Oleat
Di Oleat

Gambar 4. 2 Profil HPLC untuk sintesis biodiesel menggunakan rute non-alkohol


Dari gambar 4.1 dan 4.2 dapat terlihat profil kurva standar HPLC dan
profil HPLC untuk sintsis biodiesel menggunakan rute non-alkohol. Pada gambar
4.1 tersebut menjelaskan tentang data standar HPLC yang digunakan sebagai
pembanding terhadap data percobaan yang dihasilkan. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa komponen yang terdapat di dalam sampel biodiesel tersebut antara
lain trioleat, dioleat, monooleat dan methyl oleat. Pada gambar 4.2 tersebut
menjelaskan tentang data hasil percobaan sintesis biodiesel menggunakan rute
Universitas Indonesia
78

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


79

non alcohol. Dari gambar tersebut terlihat bahwa konversi biodiesel (methyl oleat)
yang dihasilkan sangat tinggi sekitar 94 %, yang berarti trigliserida terkonversi
secara sempurna menjadi biodiesel.

4.2. Hasil Sintesis Biodiesel Menggunakan Katalis NaOH


Kelapa sawit merupakan sumber fine chemicals yang dapat dihilirkan ke
berbagai bentuk bahan komoditas. Di samping itu, sumber bahan karbohidrat
seperti ubi kayu dapat diubah menjadi sorbitol dan glukosa yang dapat
diesterifikasi dan diinteresterifikasi dengan asam lemak untuk digunakan sebagai
bahan surfaktan yang luas penggunaannya pada industri pangan, farmasi,
kosmetika maupun bahan bakar.
Minyak kelapa sawit dan inti sawit segera terinteresterifikasi oleh
metanol/NaOH pada suhu kamar dengan pengadukan kuat selama 30 menit untuk
menghasilkan fatty acid methyl ester (FAME, 98%) serta gliserol yang terpisah
dalam dua fase. Bahan pewarna karotenoid yang terlarut bersama FAME dapat
dipisahkan dengan cara penyabunan yang diikuti ekstraksi. FAME dapat
digunakan sebagai bahan bakar diesel dan bahan dasar oleokimia atau melalui
interesterifikasi dengan turunan karbohidrat untuk membentuk surfaktan.

Gambar 4. 3 Substrat minyak jelantah saat sebelum reaksi (t = 0 menit)


Reaksi interesterifikasi terhadap minyak nabati lebih efisien serta efektif
dilakukan dengan alkohol/NaOH (30 menit, suhu kamar) dibandingkan dengan
alkohol/H2SO4, biarpun dengan bantuan pelarut aromatik toluena (2 jam, refluks).
Pemisahan FAME campuran jauh lebih efektif dibandingkan dengan pemisahan
asam lemak bebas campuran ke dalam bentuk fraksi tunggalnya masing-masing.
Pemisahan karotenoid tidak menimbulkan emulsi apabila dilakukan melalui

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


80

interesterifikasi, asalkan pemisahan baru dilakukan setelah FAME yang


mengandung karotenoid disabunkan lalu dipisahkan secara ekstraksi pelarut
organik.
Dalam percobaan ini reaksi intersesterifikasi dilakukan dengan
menggunakan katalis NaOH. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
konsentrasi biodiesel (mol/L) yang dihasilkan dari reaksi antara substrat minyak
nabati dengan metil asetat yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding
terhadap konsentrasi biodiesel (mol/L) yang dihasilkan dengan menggunakan
biokatalis.
Reaksi sintesis biodiesel ini dilakukan menggunakan substrat yang berasal
dari minyak nabati yaitu minyak jelantah sebagai sumber trigliserida. Reaksi ini
dilakukan melalui rute non-alkohol dengan menggunakan katalis NaOH.
Rute non-alkohol merupakan reaksi untuk membentuk fatty acid methyl
ester (FAME) dari minyak jelantah dengan menggunakan ester berantai pendek
(metil asetat) sebagai pensuplai gugus alkilnya. Pada reaksi interesterifikasi ini
alkohol diganti dengan alkil asetat dan diharapkan mampu meningkatkan
stabilitas kerja katalis yang digunakan selama proses reaksi secara signifikan.

Gambar 4. 4 Reaktor batch untuk sintesis biodiesel menggunakan katalis NaOH


Pada penelitian ini percobaan yang dilakukan hanya menggunakan satu
jenis substrat. Substrat yang dipakai sebagai sumber trgiliserida adalah minyak
jelantah.
Variabel kondisi operasi yang digunakan didasari oleh kondisi optimum
untuk menghasilkan konversi metil ester yang terbesar. Freedman et al.,

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


81

melaporkan bahwa dengan kondisi operasi tersebut konversi metil ester yang
dihasilkan bisa mencapai 93-98%.
Reaksi interesterifikasi dengan menggunakan minyak jelantah tidak bisa
dilakukan secara langsung. Perlu dilakukan pretreatment terlebih dahulu terhadap
minyak jelantah. Pretreatment yang dilakukan berupa proses penyaringan minyak
jelantah menggunakan kertas saring. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
pengotor-pengotor yang terkandung di dalam minyak jelantah dan proses
penghilangan kandungan air dari minyak jelantah menggunakan oven pada suhu
105ºC selama 20 menit. Proses pengurangan kandungan minyak jelantah
dimaksudkan untuk mengurangi reaksi saponifikasi selama proses interesterfikasi.

Gambar 4. 5 Proses sintesis biodiesel menggunakan katalis NaOH


Hasil yang diperoleh setelah reaksi interesterifikasi selama 1 jam adalah
sebagai berikut:

Metil ester

Triasetilgliserol

Gambar 4. 6 Hasil reaksi interesterifikasi melalui rute non alkohol dengan substrat minyak
jelantah menggunakan katalis NaOH
Hasil reaksi yang terbentuk berupa dua fasa yaitu lapisan atas metil ester
berwarna kuning bening, sedangkan lapisan bawah berwarna kuning dengan

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


82

sedikit lebih pekat. Setelah reaksi selesai, dilakukan pemisahan secara sederhana
menggunakan perbedaan fasa, lapisan atas metil ester dipisahkan dengan cara
dituang dan triasetilgliserol dibiarkan mengendap didasar reaktor. Setelah
dipisahkan dari triasetilgliserol, metil ester yang terbentuk langsung dicuci dengan
air hangat secara perlahan-lahan menggunakan botol aquades. Tujuan pencucian
ini adalah untuk menghilangkan sisa metil asetat dan sisa katalis NaOH yang
masih terdapat dalam produk. Air merupakan pelarut polar sehingga akan dapat
melarutkan senyawa polar seperti metil asetat dan sisa katalis NaOH..
Setelah dilakukan pencucian dengan air hangat, proses treatment
beikutnya adalah penghilangan kandungan air dari produk metil ester yang
terbentuk. Proses penghilangan kandungan air ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadi reaksi penyabunan berkelanjutan. Reaksi penyabunan mungkin terjadi jika
masih ada sisa metil asetat dan katalis NaOH yang tidak larut selama proses
pencucian. Proses penghilangan kandungan air dilakukan dengan merendam
produk metil ester yang terbentuk dalam waterbath pada suhu 100ºC selama 2
menit. Dalam proses pengeringan terlihat adanya uap air yang terbentuk dan
menempel pada dinding labu erlenmeyer yang berisikan metil ester.

Metil Ester
dari Minyak jelantah

Gambar 4. 7 Produk metil ester hasil pemurnian dengan menghilangkan kandungan airnya.
Untuk mengetahui konsentrasi yang terbentuk dari rute alkohol ini, maka
setiap sampel dianalisa menggunakan HPLC. Sampel yang dianalisa adalah saat t
= 0 menit, yaitu saat minyak jelantah belum mulai beraksi, ini merupakan waktu
awal-mula reaksi. Berikutnya adalah saat t = 60 menit, ketika minyak jelantah
telah mengalami reaksi interesterifikasi membentuk biodiesel, ini merupakan
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


83

waktu akhir reaksi dimana semua substrat dianggap telah membentuk produk
biodiesel. Berikut adalah hasilnya:

5
4.4%

3
% Yield

Minya k Sawit
MInya k Je la ntah
2
1.27 %
1

0
1
t (ja m)

Gambar 4. 8 Konsentrasi Biodiesel yang terbentuk menggunakan katalis NaOH


(Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:6, t = 1 jam; T= 600C)

Dilihat dari gambar 4.8 terlihat bahwa konsentrasi biodiesel yang


terbentuk dari rute non alkohol dengan katalis basa cukup kecil. Hal ini
disebabkan oleh sifat metil asetat yang kurang polar sehingga NaOH sukar larut
dalam metil asetat. Sulit larutnya NaOH dalam metil asetat menyebabkan
kemampuan NaOH sebagai katalis untuk reaksi sintesis biodiesel tidak bisa
dilakukan. Sukar larutnya NaOH dalam metil asetat disebabkan oleh sifat
kelarutan NaOH yang sangat rendah dalam metil asetat. Penjelasan ini bisa
dikarenakan oleh NaOH lebih sulit melepaskan atom H dari gugus karboksil metil
asetat. Dalam reaksi tranesterfikasi rute alkohol menggunakan katalis basa, ikatan
antara R-OH (methanol), dimana atom H terikat pada O, katalis basa seperti
NaOH lebih mudah mengambil atom H dari O. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaaan elektonegatifan antara O dan H yang lebih besar sehinnga lepasnya H
pada atom O lebih mudah daripada hilangnya atom O pada gugus karboksilnya.
Dari gambar 4.8 konsentrasi biodiesel yang diperoleh dengan rute non
alkohol dengan substrat minyak jelantah, yaitu sebesar 0.065 mol/L sebelum di
konversi ke dalam % yield. Nilai ini sedikit lebih rendah dari pada konsentrasi
biodiesel dari substrat minyak sawit hasil penelitian yang dilakukan oleh Septhian

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


84

Marno sebelumnya, yaitu sebesar 0.24 mol/L. Hal ini disebabkan oleh masih
terdapatnya pengotor (impurities) dan banyaknya kandungan asam lemak bebas
dan kandungan air yang terdapat pada minyak jelantah yang digunakan. Adanya
kandungan asam lemak bebas dan kandungan air mendorong terjadinya reaksi
hidrolisis yang dapat menurunkan konsentrasi biodiesel yang dihasilkan.

Gambar 4. 9 NaOH yang sulit larut dalam metil asetat

4.3. Hasil Sintesis Biodiesel Menggunakan Candida rugosa lipase


Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan
aktivitas lipase yang akan digunakan sebagai biokatalis dalam mensintesis
biodiesel (fatty acid methyl ester). Penggunaan lipase sebagai biokatalis
disebabkan oleh kemampuan lipase yang sangat efektif dalam memecah minyak
dan lemak, selain itu lipase juga dapat digunakan sebagai biokatalis yang sangat
aktif untuk meningkatkan laju reaksi dan jumlah yield produk dalam proses reaksi
transesterifikasi, alkoholis, dan esterifikasi serta interesterifikasi.
Tipe lipase yang digunakan dalam percobaan ini adalah Candida rugosa
powder. Penggunaan lipase jenis Candida rugosa powder didadasari oleh laporan
Linko et al. yang telah berhasil untuk memproduksi biodegradable ester dan
polyester dengan menggunakan enzim Candida rugosa lipase dalam bentuk
powder sebagai biokatalis. Dalam reaksi transesterifikasinya menggunakan
minyak kedelai (soy bean) konversi yang dihasilkan dengan menggunakan
Candida rugosa lipase mencapai 97%. Dalam percobaan kali ini reaksi yang
dilakukan berlangsung melalui rute non-alkohol, yaitu minyak jelantah sebagai

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


85

substrat akan direaksikan dengan metil asetat sebagai pensuplai gugus alkil dalam
reaksi interesterifikasi.

Gambar 4. 10 Enzim Candida rugosa lipase dalam bentuk powder yang digunakan untuk
mensintesis biodiesel dalam bentuk tersuspensi

Untuk mengetahui laju reaksi pembentukan produk terhadap waktu, maka


dalam penelitian ini dilakukan variasi waktunya, banyaknya jumlah konsentrasi
biodiesel yang terbentuk dalam waktu tertentu juga dapat menunjukan kinerja
optimal dari enzim sebagai biokatalis. Hasilnya ditunjukkan oleh kurva dibawah
ini:

4
3.5
3
Ci (mol/L)

2.5 Ct (mol/L)
Cd (mol/L )
2 Cm (mo l/L)
1.5 Cb (mol/L )

0.5
0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 11 Laju konsentrasi masing-masing komponen (mol/L) dalam reaksi sintesis biodiesel
dengan substrat minyak jelantah menggunakan Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi
(Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


86

Minya k Sawit
Minya k Je la ntah
1.5

Ct (mol/L)
1

0.5

0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 12 Laju reaksi trioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida rugosa
lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
0.9

0.8 Minya k Sawit


Minya k Je la ntah
0.7
Cd (mol/L)

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 13 Laju reaksi dioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida rugosa
lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
0.05

Minya k Sawit
0.04 Minya k Je la ntah
Cm (mol/L)

0.03

0.02

0.01

0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 14 Laju reaksi mono oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida
rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak
jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


87

4
Cb (mol/L)
3

1 Minya k Sawit
Minya k Je la ntah

0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 15 Laju reaksi metil oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida rugosa
lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah,
rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari kurva laju reaksi tri oleat yang dihasilkan, dapat terlihat bahwa
konsentrasi dari trioleat (mol/L) akan semakin mengalami penurunan seiring
meningkatnya waktu reaksi. Penurunan konsentrasi trioleat dikarenakan adanya
sejumlah substrat yang membentuk menjadi produk (biodiesel). Peningkatan
jumlah produk yang terbentuk terlihat dari meningkatnya konsentrasi biodiesel
yang dihasilkan (mol/L) seiring bertambahnya waktu.
Dari gambar 4.15 terlihat bahwa konsentrasi biodiesel yang terbentuk
paling besar terjadi pada saat t = 50 jam, yaitu mencapai 3.88 mol/L. Berdasarkan
teori tentang laju reaksi pembentukan produk, suatu produk yang terbentuk
seharusnya akan semakin besar jika waktu reaksi yang digunakan semakin lama.
Dengan kata lain lama waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mensintesis biodiesel
akan mempengaruhi laju reaksi dari pembentukkan suatu produk.
Kurva-kurva hasil percobaan sintesis biodiesel dengan menggunakan rute-
non alkohol yang terbentuk diatas hampir seluruhnya mengikuti bentuk kurva
linier signoid seperti pada umumnya mekanisme reaksi enzimatik yang pernah
dilakukan. Peningkatan konsentrasi biodiesel yang dihasilkan pada saat t = 50
jam masih terlihat berbeda dengan saat t = 30 jam. Terdapat peningkatan yang
cukup signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan enzim untuk
mengikat substrat minyak jelantah masih sangat efektif dan tingkat aktivitas
enzim belum mengalami penurunan. Ada kemungkinan ketika t ≥ 50 jam produk

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


88

yang dihasilkan akan turun, saat inilah kinerja enzim sebagai biokatalis sudah
terdeaktivasi, dimana enzim sudah tidak mampu mengikat substrat dan enzim
sudah mengalami kejenuhan.
Hasil penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Septhian Marno pada tahun 2008 yang sama-sama menggunakan
enzim Candida rugosa lipase dalam bentuk free (tersuspensi), maka penelitian ini
mempunyai nilai konversi untuk membentuk metil oleat yang lebih rendah yaitu
sebesar 74.68%. Dalam penelitian Septhian Marno yang mereaksikan minyak
sawit (palm oil) dengan metil asetat menggunakan free enzim Candida rugosa
lipase menghasilkan konversi metil oleat sekitar 86.55 %.

Gambar 4. 16 Tahap reaksi sintesis biodiesel melalui rute non alkohol menggunakan biokatalis
Candida rugosa lipase
Hasil tersebut tidak terlalu jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan
saat ini terhadap penelitian yang dilakukan oleh Septhian Marno, hal ini
dikarenakan perbedaannya hanya terdapat pada substratnya saja. Untuk penelitian
kali ini digunakan substrat minyak jelantah sedangkan pada penelitian Septhian
Marno menggunakan substrat minyak sawit. Konversi yang dihasilkan dari
minyak sawit lebih besar dari pada konversi yang dihasilkan dari substrat minyak
jelantah, karena pada minyak jelantah bilangan asam atau angka asamnya lebih
tinggi jika dibandingkan dengan minyak kelapa sawit. Hal ini dapat dipahami
karena minyak jelantah telah mengalami proses penggunaan yang berulang-ulang
sehingga memiliki asam lemak bebas yang lebih tinggi dan telah mengalami
pengotoran/banyak terdapat impurities.
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


89

Besarnya bilangan asam menunjukkan kandungan Free Fatty Acid (FFA)


di dalam minyak. Keberadaan FFA ini tidak diinginkan karena dapat
menghidrolisis minyak. Kurva dibawah ini merupakan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Septhian Marno untuk mengetahui perbedaan bilangan asam
antara minyak kelapa sawit baru dengan minyak jelantah.
Bilangan asam
1

0.82 0.84
0.8

0.6 0.56 0.56


Minyak sawit
Minyak jelantah
0.4
0.31 0.28
0.2

0
1 2 3
Substrat
Gambar 4. 17 Bilangan asam minyak kelapa sawit dan minyak jelantah
Keterangan :
No Zat
1 Minyak Sawit atau minyak jelantah sebelum reaksi
2 Biodiesel yang terbentuk melalui sintesis rute alkohol
Reaksi antara minyak sawit atau minyak jelantah dengan metil
3 asetat menggunakan katalis NaOH berlangsung pada suhu
60ºC selama 1 jam

Dari kurva diatas dapat terlihat bahwa biodiesel yang terbentuk dari
percobaan dengan menggunakan substrat minyak jelantah harus mengalami proses
treatment lanjutan terlebih dahulu untuk menetralkan asam lemak bebas (free fatty
acid) untuk mendapatkan konversi yang lebih besar.

Gambar 4. 18 Persiapan pembuatan larutan lipase


Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


90

4.4. Pengaruh Konsentrasi Enzim


4.4.1. Candida rugosa Lipase dalam Bentuk Tersuspensi

Rasio mol reaktan 1 : 3

Rasio mol reaktan 1 : 12

0.5

0.40 7
0.4
Berat katalis (gram)

0.3
0.25 4
0.20 4
0.2
0.12 8
0.10 2
0.1 0.06 36

0
1% 2% 4%
Kon se ntra si biok ata lis (%wt)

Gambar 4. 19 Berat biokatalis yang digunakan untuk sintesis biodiesel menggunakan Candida
rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak
jelantah, rasio mol reaktan = 1:3 dan 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari kurva diatas dapat terlihat bahwa dengan semakin meningkatnya


konsentrasi biokatalis yang digunakan maka akan meningkatkan jumlah dari berat
biokatalis yang digunakan untuk percobaan sintesis biodiesel dengan
menggunakan enzim Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi. Berat
biokatalis yang digunakan untuk percobaan ini diperoleh dari besarnya persentase
konsentrasi biokatalis terhadap rasio mol reaktan.

Minya k Sawit
MInya k Je la ntah
40
36 .2 6%
35
30 27 .7 7%
25 .2 %
25
% Yield

20 18 .0 8%
15 .9 6%
15
9.22 %
10
5
0
1% 2% 4%
Kon se ntra si Biok atalis
Gambar 4. 20 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel dari substrat minyak
sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan pada rasio reaktan 1 : 3 menggunakan Candida
rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak
jelantah, rasio mol reaktan = 1:3, t = 50 jam; T= 370C)
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


91

Minya k Sawit
MInya k Je la ntah
86 .5 5%

80 74 .6 8%

60
% Yield

40
25 .4 4% 28 .1 1%
18 .0 5% 20 .8 9%
20

0
1% 2% 4%
Kon se ntra si Biok atalis

Gambar 4. 21 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel dari substrat minyak
sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan pada rasio reaktan 1 : 12 menggunakan
Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari kurva perbandingan konsentrasi biokatalis (%wt) dengan konsentrasi


biodiesel (mol/L) diatas terlihat bahwa dengan semakin besarnya konsentrasi
biokatalis yang digunakan maka produk biodiesel yang dihasilkan akan semakin
besar. Hasil ini sesuai terhadap prinsip dalam mekanisme reaksi enzimatik pada
umumnya dimana jumlah konsentrasi biokatalis (enzim) selalu berbanding lurus
terhadap produk.yang dihasilkan. Dari kurva tersebut juga terlihat bahwa dengan
penggunaan jumlah konsentrasi enzim yang semakin lebih besar maka produk
yang dihasillkan juga akan semakin besar sehingga % yield yang dihasilkan juga
menjadi semakin besar seperti terlihat pada gambar di atas yang menunjukkan
bahwa dengan konsentrasi biokatalis sebesar 4% wt maka dihasilkan % yield yang
terbesar yaitu sebesar 74.68%.
Sisi aktif suatu enzim dapat digunakan berulang kali oleh banyak substrat.
Substrat yang berikatan dengan sisi aktif enzim akan membentuk produk.
Pelepasan produk menyebabkan sisi aktif enzim bebas untuk berikatan dengan
substrat yang lainnya. Oleh karenanya hanya dibutuhkan sejumlah kecil enzim
untuk mengkatalis sejumlah besar substrat.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


92

4.4.2. Lipase Terimobilisasi dengan Metode Adsorpsi

0.5
Rasio mol reaktan 1 : 3
0.40 7
Rasio mol reaktan 1 : 12
Berat z eolit (gram) 0.4

0.3
0.25 4
0.20 4
0.2
0.12 8
0.10 2
0.1 0.06 36

0
1% 2% 4%
Kon se ntra si biok ata lis (%wt)

Gambar 4. 22 Berat zeolit yang digunakan untuk sintesis biodiesel menggunakan Candida rugosa
lipase terimmobilisasi dengan metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:3 dan 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari kurva diatas dapat terlihat bahwa dengan semakin meningkatnya


konsentrasi biokatalis yang digunakan maka akan meningkatkan jumlah dari berat
zeolit yang akan digunakan untuk percobaan sintesis biodiesel dengan
menggunakan enzim Candida rugosa lipase terimobilisasi dengan metode
adsorpsi. Berat zeolit yang digunakan untuk percobaan ini diperoleh dari besarnya
persentase konsentrasi biokatalis terhadap rasio mol reaktan.

Minya k Sawit
MInya k Je la ntah
50

40

30
% Yield

24 .6 6%

20 16 .0 7% 17 .3 8%

9.79 %
10 7.38 %
3.09 %
0
1% 2% 4%
Kon se ntra si Biok atalis
Gambar 4. 23 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel dari substrat minyak
sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan pada rasio reaktan 1 : 3 menggunakan Candida
rugosa lipase terimmobilisasi dengan metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit
dan minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:3, t = 50 jam; T= 370C)
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


93

Minya k Sawit
MInya k Je la ntah
10 0

80 .9 5%
80 70 .6 2%

60
% Yield

40
25 .2 5%
17 .9 7%
20 13 .3 3%
6.75 %

0
1% 2% 4%
Kon se ntra si Biok atalis
Gambar 4. 24 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel dari substrat minyak
sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan pada rasio reaktan 1 : 12 menggunakan
Candida rugosa lipase terimmobilisasi dengan metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat=
minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari gambar 4.23 dan 4.24 diatas dapat terlihat bahwa konsentrasi
biodiesel yang tebentuk dari hasil sintesis menggunakan rute non-alkohol
menggunakan lipase terimobilisasi metode adsorpsi mempunyai kecenderungan
yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi biokatalis yang
digunakan pada percobaan. Hal tersebut disebabkan oleh laju reaksi enzimatik
tergantung pada konsentrasi enzim yang berfungsi sebagai katalisator di dalam
reaksi sintesis biodiesel tersebut. Dengan kata lain konsentrasi enzim yang
digunakan akan mempengaruhi laju pembentukan produk. Dari kurva diatas akan
terlihat adanya pengaruh penambahan konsentrasi biokatalis terhadap
meningkatnya produk biodiesel yang dihasilkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
% yield terbesar yang terbentuk, yaitu 70.62 % atau sama dengan konsentrasi
biodiesel yang terbentuk sebesar 3.67 mol/L.
Pengaruh penambahan biokatalis dapat menyebabkan laju reaksi dari
pembentukan produk akan menjadi semakin besar dengan meningkatnya
konsentrasi enzim yang digunakan. Dari percobaan yang dilakukan kali ini terlihat
bahwa peningkatan konsentrasi enzim secara umum berhasil meningkatkan
konsentrasi biodiesel yang terbentuk. Hasil ini sesuai dengan prinsip reaksi
enzimatis pada umumnya yaitu adanya pengaruh konsentrasi enzim (biokatalis)
terhadap meningkatnya laju awal reaksi dalam pembentukan produk.
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


94

Jika dibandingkan dengan penggunaan lipase dalam bentuk tersuspensi


sebagai biokatalis, maka konsentrasi biodiesel yang terbentuk menggunakan
biokatalis metode adsorpsi mempunyai nilai yang lebih rendah. Dengan teknik
immobilisasi ada enzim yang terbuang atau tidak terikat oleh penyangga selama
proses immobilisasi. Hal ini juga terlihat pada percobaan yang dilakukan oleh
Noureddini et al dimana enzim tidak terikat sempurna pada zeolit.

Zeolit sebagai support

Gambar 4. 25 Enzim terikat pada zeolit dalam metode imobilisasi


Dalam laporan Noureddini et al, penggunaan teknik immobilisasi
mempunyai keterbatasan terhadap kemampuannya untuk mengikat enzim. Di
dalam laporannya, disebutkan bahwa pengujian derajat immobilisasinya berhasil
mencapai 95%. Dalam pengukurannya di dapatkan enzim loading dari 3 gr sol-gel
setara dengan 475 mg lipase PS. Dengan kata lain, dalam reaksi yang
dilakukannya 1 gr enzim yang terimmobilisasi setara dengan 158 gr free enzim.
Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan teknik
immobilisasi tidak sepenuhnya enzim terikat sempurna dan mempunyai kualitas
aktivitas yang sama dengan free enzim.

4.5. Pengaruh Rasio Substrat


Dari stokiometri reaksi interesterifikasi terlihat bahwa dibutuhkan tiga mol
metil asetat untuk bereaksi dengan satu mol trigliserida agar dihasilkan tiga mol
fatty acid methyl ester dan satu mol triasetilgliserol. Penggunaan metil asetat yang
berlebih dimaksudkan agar kesetimbangan reaksi dapat bergerak ke arah kanan
agar produk yang diinginkan dapat dipisahkan dari campuran yang terbentuk.
Konsentrasi metil ester akan bertambah seiring dengan pertambahan rasio mol
metil asetat dan minyak jelantah.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


95

Oil Molecules

Gambar 4. 26 Pengaruh konsentrasi substrat

10 0
86 .5 5%
Minya k Sawit
80 Minya k Je la ntah 74 .6 8%
% Yield

60

40 36 .2 6%
27 .7 7%

20

0
3 :1 12 : 1
Molar Ratio (Meth yl Acetate : Oil)
Gambar 4. 27 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap konsentrasi biodiesel dari substrat minyak
sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan pada rasio reaktan 1:3 dan 1:12 menggunakan
Candida rugosa lipase (4%wt) dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit
dan minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:3 dan 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


96

10 0
Minya k Sawit 80 .9 5%
80 Minya k Je la ntah
70 .6 2%

% Yield 60

40
24 .6 6%
17 .3 8%
20

0
3:1 12 :1
Molar Ratio (Methyl Acetate : Oil)

Gambar 4. 28 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap konsentrasi biodiesel dari substrat minyak
sawit dan minyak jelantah (mol/L) yang dihasilkan pada rasio reaktan 1:3 dan 1:12 menggunakan
Candida rugosa lipase (4%wt) terimobilisasi dengan metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat=
minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:3 dan 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

14 0
Can dida rugo sa lip ase
12 0 Can dida an ta rctica lipase

10 0
% Yield

80 70 .6 2%
62 .5 1%
60

40

20

0
12 : 1
Molar Ratio (Methyl Acetate : Oil)
Gambar 4. 29 Pengaruh konsentrasi substrat terhadap konsentrasi biodiesel dari substrat minyak
jelantah (mol/L) yang dihasilkan pada rasio reaktan 1:12 menggunakan Candida rugosa lipase dan
Candida antarctica lipase (4%wt) terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat=
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari gambar-gambar diatas dapat terlihat bahwa konsentrasi biodiesel yang


tebentuk dari sintesis biodiesel melalui rute non-alkohol menggunakan Candida
rugosa lipase mempunyai kecenderungan yang terus meningkat seiring dengan
bertambahnya konsentrasi substrat yang digunakan pada percobaan. Rasio molar
1:12 memberikan % yield yang lebih besar jika dibandingkan dengan rasio molar
1:3. Dengan kata lain konsentrasi substrat yang digunakan akan mempengaruhi
laju pembentukan produk.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


97

Dari percobaan ini dapat terlihat bahwa adanya pengaruh penggunaan


substrat minyak jelantah yang digunakan terhadap jumlah produk biodiesel yang
dihasilkan % yield. Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan adanya
penambahan jumlah rasio molar substrat yang digunakan dalam reaksi
insteresterifikasi ini belum menurunkan kemampuan enzim dalam mengkatalisis
pembentukan produk, hal ini menunjukan bahwa kemampuan enzim untuk
mengikat substrat belum mencapai titik jenuhnya sehingga dengan kata lain
terdapat kemungkinan produk biodiesel yang dihasilkan akan dapat semakin besar
seiring dengan bertambahnya substrat.

4.6. Pengaruh Temperatur


Seperti halnya perubahan kondisi pH, enzim memiliki kondisi optimal
dengan adanya perubahan temperatur. Laju reaksi akan meningkat sejalan dengan
kenaikkan temperatur sampai pada batas optimalnya, kemudian aktivitas akan
menurun setelah melewati kondisi tersebut karena enzim akan mengalami
denaturasi. Denaturasi adalah rusaknya bentuk tiga dimensi enzim yang
menyebabkan enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya. Denaturasi
menyebabkan aktivitas suatu enzim menurun atau hilang. Denaturasi umumnya
bersifat irreversible (tidak dapat kembali). Namun, enzim-enzim yang langka
seperti RNAase dapat mengalami denaturasi setelah mengalami denaturasi.
Renaturasi adalah kembalinya bentuk enzim yang rusak ke bentuk sebelum rusak.
Suhu yang terlalu rendah atau yang terlalu tinggi akan menyebabkan aktivitas
enzim kurang baik.

Gambar 4. 30 Tahap reaksi sintesis biodiesel melalui rute non alkohol untuk uji variasi
temperatur pada T = 500C
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


98

Gambar 4. 31 Tahap reaksi sintesis biodiesel melalui rute non alkohol untuk uji variasi
temperatur pada T = 250C

Lipa se Te rsusp ensi


Lipa se Te rimob ilisasi me to de adsorpsi
Data 1
10 0

80 74 .6 8%
70 .6 2%

60
% Yield

40
26 .4 9%
20 .3 2% 19 .2 5%
20 14 .3 5%

0
0 0 0
25 C 37 C 50 C
t (ja m)

Gambar 4. 32 Perbandingan konversi biodiesel yang dihasilkan dari lipase dalam bentuk
tersuspensi dan lipase terimobilisasi metode adsorpsi pada temperature 250C dan 500C (Kondisi
operasi : substrat = minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 500C dan 250C )

Dari gambar 4.32 diatas terlihat bahwa aktivitas lipase menurun seiring
naik dan turunnya temperatur. Konversi tertinggi untuk lipase dalam bentuk
tersuspensi pada temperatur 500C dan 250C masing-masing yaitu sebesar 26.49%
dan 20.32 %. Hasil tersebut sangat jauh berbeda dengan konversi yang dihasilkan
pada temperatur 370C yaitu sebesar 74.68%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
lipase ini memiliki kondisi temperatur optimal yaitu pada 370C. Tidak terdapat
perbedaan signifikan antara free lipase dengan lipase terimobilisasi.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


99

4.7. Pengaruh Inhibitor


Beberapa senyawa dapat mengurangi atau bahkan menghentikan aktivitas
katalitik enzim dalam suatu reaksi biokimia. Senyawa ini dapat menghalangi atau
menganggu active site. Senyawa ini disebut sebagai inhibitor.
Inhibitor yang menempati active site dan mencegah molekul substrat
untuk terikat pada enzim disebut dengan active site-directed (atau senyawa
kompetitif, dimana mereka “berkompetisi” dengan substrat untuk berikatan
dengan active site).
Jenis inhibitor lainnya menempel bukan pada active site enzim, namun
menempel pada bagian enzim lainnya yang mampu mengubah bentuk enzim,
sehingga substrat tidak mampu “mengenali” enzim. Inhibitor jenis ini disebut
non-active site-directed (atau non-kompetitif). Gambar dibawah ini menunjukkan
perbandingan antara reaksi enzimatik biasa dengan reaksi terinhibisi.

Gambar 4. 33 Tahap reaksi uji efek inhibisi dengan asam palmitat sebagai inhibitor

Gambar 4. 34 Reaksi enzimatik dengan kehadiran inhibitor

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


100

Dari percobaan sintesis biodiesel ini diperoleh hasil sebagai berikut :

Ta npa Pe namb aha n Asam Pa lmitat


Den gan Penambaha n Asa m Palmitat
10 0

80 74 .6 8%
70 .6 2%

60
% Yield

40
28 .3 0% 24 .5 1%
20

0
Free En zim Lipa se Te rimob ilisasi
Bioka ta lis

Gambar 4. 35 Perbandingan konversi pada uji inhibisi untuk lipase dalam bentuk tersuspensi dan
lipase terimobilisasi dengan metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah, rasio
mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari kurva diatas diperoleh nilai konversi untuk masing-masing


percobaan. Untuk percobaan uji inhibisi pada sintesis biodiesel dengan lipase
dalam bentuk tersuspensi diperoleh nilai konversi sebesar 28.30% sedangkan
untuk percobaan uji inhibisi pada sintesis biodiesel dengan lipase terimobilisasi
metode adsorpsi diperoleh nilai konversi sebesar 24.51%. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan asam palmitat pada substrat
minyak jelantah dapat mengurangi atau bahkan menghentikan aktivitas katalitik
enzim.

4.8. Pengaruh Imobilisasi


Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan
aktivitas lipase yang akan digunakan sebagai biokatalis dalam mensintesis
biodiesel (fatty acid methyl ester). Penggunaan lipase sebagai biokatalis
disebabkan oleh kemampuan lipase yang sangat efektif dalam memecah lemak,
selain itu lipase juga dapat digunakan sebagai katalis yang sangat aktif untuk
meningkatkan laju reaksi dan jumlah yield produk dalam proses reaksi
transesterifikasi, alkoholis, dan esterifikasi. Lipase yang digunakan dalam
penelitian ini di immobilisasi dengan metode adsorpsi.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


101

Gambar 4. 36 Tahap reaksi sintesis biodiesel melalui rute non alkohol menggunakan biokatalis
Candida rugosa lipase terimmobilisasi metode adsorpsi

Immobilisasi enzim disini maksudnya adalah menggabungkan suatu enzim


dengan suatu matrik padat (support) secara fisik, sehingga dapat digunakan secara
berulang kali dan secara kontinyu. Teknik ini dikembangkan untuk memperbaiki
beberapa kekurangan penggunaan enzim tersebut. Kelebihan enzim yang ter-
imobilisasi dari pada enzim yang terlarut yaitu: sejumlah mikro protein yang
terlarut akan lebih cepat bereaksi, hasil akhir reaksi hanya pelarut dan produk itu
sendiri, produk lebih mudah dipisahkan, katalis dapat digunakan secara berulang
sehingga dapat menghemat pembuatan biokatalis yang mahal, dan enzim yang ter-
imobilisasi mempunyai kestabilan yang lebih baik dibandingkan dengan katalis
yang terlarut.
Adsorpsi didasari pada kontak antara enzim dengan permukaan support.
Bergantung dengan sifat alami permukaan tersebut, ikatan enzim boleh jadi
merupakan hasil dari interaksi ionik, adsorpsi fisik, ikatan hidrofobik atau gaya
van der waals (atau kontaminasi dari semuanya). Prosedurnya didasarkan pada
pencampuran enzim dengan material support pada kondisi yang tepat, diikuti
dengan interaksi hingga periode tertentu, diakhiri dengan proses pemisahan enzim
yang tidak larut dengan sentrifugasi atau filtrasi.
Keuntungan penggunaan metode adsorpsi ini adalah pada kemudahannya
dalam menempatkan enzim pada material support (zeolit), adsorbent yang bisa
digunakan juga bisa bervariasi serta bisa dipakai berulang kali. Kerugian

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


102

menggunakan metode ini adalah yaitu terjadinya desorpsi pada enzim karena gaya
ikatan antara enzim dengan support umumnya rendah.
Tipe lipase yang digunakan dalam percobaan ini adalah Candida rugosa
powder. Penggunaan lipase jenis Candida rugosa powder didadasari oleh laporan
Linko et al. yang telah berhasil untuk memproduksi biodegradable ester dan
polyester dengan menggunakan enzim Candida rugosa lipase dalam bentuk
powder sebagai biokatalis. Dalam reaksi transesterifikasinya menggunakan
minyak kedelai (soy bean) konversi yang dihasilkan dengan menggunakan
Candida rugosa lipase mencapai 97%. Dalam percobaan kali ini reaksi yang
dilakukan berlangsung melalui rute non-alkohol, yaitu minyak jelantah akan
direaksikan dengan metil asetat sebagai pensuplai gugus alkil dalam reaksi
interesterifikasi.
Untuk mengetahui laju pembentukan dari masing-masing komponen
terhadap waktu maka di dalam penelitian ini dilakukan variasi waktunya.
Banyaknya jumlah konsentrasi biodiesel yang terbentuk dalam waktu tertentu
dapat menunjukan kinerja optimal dari suatu enzim sebagai biokatalis. Kurva
dibawah ini menunjukkan pengaruh kerja enzim sebagai biokatalis dalam reaksi
interesterifikasi minyak jelantah dengan metil asetat untuk memproduksi
biodiesel.
4

3.5
3
Ci (mol/L)

2.5 Ct (mol/L)
2 Cd (mol/L )
Cm (mo l/L)
1.5 Cb (mol/L )
1

0.5
0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 37 Laju reaksi masing-masing komponen (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan
Candida rugosa lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit
dan minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


103

2
Minya k Sawit
Minya k Je la ntah
1.5

Ct (mol/L)
1

0.5

0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 38 Laju reaksi trioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida rugosa
lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak
jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
10
Can dida rugo sa Lipa se
8 Can dida an ta rctica L ip ase
Ct (mol/L)

0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 39 Laju reaksi trioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida rugosa
lipase dan Candida antarctica lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat =
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
3.5
Minya k Sawit
3
Minya k Je la ntah
2.5
Cd (mol/L)

1.5

0.5

0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 40 Laju reaksi di oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida rugosa
lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak
jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


104

4
Cd (mol/L)
3
Can dida rugo sa Lipa se
Can dida an ta rctica L ip ase
2

0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 41 Laju reaksi trioleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida rugosa
lipase dan Candida antarctica lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat =
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
0.00 04

0.00 035 Minya k Sawit


Minya k Je la ntah
0.00 03
Cm (mol/L)

0.00 025

0.00 02

0.00 015

0.00 01
-5
5 10
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 42 Laju reaksi mono oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida
rugosa lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
2
Can dida rugo sa Lipa se
Can dida an ta rctica L ip ase
1.5
Cm (mol/L)

0.5

0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 43 Laju reaksi mono oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida
rugosa lipase dan Candida antarctica lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi :
substrat = minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


105

4
3.5
3
Minya k Sawit
Cb (mol/L) 2.5 Minya k Je la ntah
2

1.5
1
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 44 Laju reaksi methyl oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida
rugosa lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan
minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
16
14
12
Cb (mol/L)

10 Can dida rugo sa Lipa se


Can dida an ta rctica L ip ase
8

6
4
2
0
0 10 20 30 40 50 60
t (jam)
Gambar 4. 45 Laju reaksi mono oleat (mol/L) dalam variasi waktu menggunakan Candida
rugosa lipase dan Candida antarctica lipase terimobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi :
substrat = minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari profil laju reaksi konsentrasi trioleat (mol/L) yang terbentuk maka
didapatkan trend profil konsentrasi yang terus menurun. Penurunan konsentrasi
tiroleat menunjukan adanya laju reaksi pembentukan produk selama reaksi. Hal
ini terlihat dari profil konsentrasi biodiesel yang semakin terus meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu. Berdasarkan teori laju reaksi dengan semakin
lamanya waktu reaksi maka produk yang dihasilkan akan semakin besar. Dari
kurva laju pembentukan biodiesel dengan lipase terimobilisasi metode adsorpsi
terlihat bahwa konsentrasi terbesar terbentuk saat t = 50 jam dengan nilai 3.67
mol/L. Jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi biodiesel yang dihasilkan
dengan menggunakan Candida rugosa tersuspensi saat t = 50 jam, yaitu sebesar
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


106

3.88 mol/L maka nilai konsentrasi menggunakan lipase teradsorpsi ini lebih
rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya sebagian free lipase yang tidak terikat
secara sempurna pada zeolit (support). Selain itu pengaruh luas kontak biokatalis
dipermukaan zeolit untuk mengikat substrat juga menjadi salah satu faktor lebih
rendahnya konsentrasi biodiesel yang terbentuk dari immobilisasi metode
adsorpsi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Septhian Marno konsentrasi biodiesel
yang dihasilkan untuk percobaan sintesis biodiesel dari substrat minyak sawit
dengan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi dan lipase tersuspensi adalah
masing-masing sebesar 3.98 mol/L dan 4.25 mol/L untuk t = 50 jam. Dari
konsentrasi yang terbentuk dapat diperoleh yield biodiesel yaitu masing-masing
sebesar 80.95 % dan 86.55 %. Hasil tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan
yield biodiesel yang didapatkan dari percobaan kali ini yaitu masing-masing
sebesar 70.62 % untuk lipase terimobilisasi metode adsorpsi dan 74.68 % untuk
lipase dalam bentuk tersuspensi. Hal ini disebabkan karena substrat yang
digunakan pada percobaan ini yaitu minyak jelantah dimana minyak jelantah
mempunyai bilangan asam yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bilangan
asam yang dimiliki oleh minyak sawit sehingga Bilangan asam tersebut akan
mempengaruhi konversi produk yang dihasilkan.
Disamping itu hasil penelitian ini juga dibandingkan dengan penelitian
Septhian Marno untuk lipase terimobilisasi dengan metode adsorpsi menggunakan
biokatalis Candida antarctica lipase. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa
konsentrasi biodiesel yang dihasilkan oleh Candida rugosa lipase terimoblisasi
lebih kecil jika dibandingkan dengan Candida antarctica lipase terimoblisasi. Hal
tersebut berbeda jika yang diperbandingkan yaitu % yield biodiesel yang
dihasilkan dari reaksi sintesis biodiesel. Untuk % yield biodiesel yang dihasilkan
dengan menggunakan biokatalis Candida antarctica lipase (saat rasio mol reaktan
1:12 dan konsentrasi biokatalis = 4% wt) mempunyai nilai % yield yang lebih
rendah dibandingkan dengan sintesis biodiesel menggunakan Candida rugosa
lipase terimoblisasi sebagai biokatalis. Untuk sintesis biodiesel menggunakan
Candida rugosa lipase diperoleh % yield sebesar 70.62% sedangkan untuk yang
menggunakan Candida antarctica lipase didapatkan % yield sebesar 62.51%. Hal

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


107

tersebut disebabkan oleh pengaruh substrat yang digunakan dan support yang
digunakan. Substrat minyak jelantah yang digunakan untuk sintesis biodiesel
menggunakan Candida rugosa lipase dilakukan pre treatment terlebih dahulu
sebelum digunakan dalam proses sintesis biodiesel sehingga pengotor-pengotor
dan kandungan air yang masih ada di dalam minyak jelantah kemungkinan besar
sudah terminimalisasi. Kemudian % yield yang dihasilkan juga dapat dipengaruhi
oleh support yang digunakan. Untuk sintesis biodiesel dengan Candida rugosa
lipase menggunakan zeolit sebagai support sedangkan untuk sintesis biodiesel
dengan Candida antarctica lipase menggunakan acrylic resin sebagai support.
Dengan perbedaan tersebut dapat menyebabkan % yield yang dihasilkan berbeda
dikarenakan pada zeolit luas kontak permukaan enzim dengan substrat lebih besar
jika dibandingkan dengan yang menggunakan acrylic resin. Disamping itu juga
zeolit mempunyai kestabilan yang baik dan dapat terdidpersi secara merata ke
seluruh permukaan dan pori penyangga sehingga dapat mempengaruhi % yield
yang dihasilkan.
Jika dibandingkan dengan penelitian Mamoru Iso et al (2001) yang
melakukan teknik immobilisasi yang sama yaitu menggunakan metode adsorpsi,
maka penelitian ini diperkirakan mempunyai konversi trioleat yang lebih tinggi
yaitu sebesar 93.99%, sedangkan dalam laporan Mamoru iso et al yang
mereaksikan triolein dengan alkohol (perbandingan mol triolein : mol alkohol =
1:3) menggunakan immobilized P. fluorescens (0.1 gr free lipase) mampu
mendapatkan konversi membentuk metil oleat mencapai 75%.
Konsentrasi zat intermediet, dioleat dan monooleat, selama reaksi selalu
rendah. Hal ini karena kedua zat intermediet tersebut tidak terakumulasi tetapi
masing-masing langsung bereaksi kembali untuk membentuk zat baru, yaitu mono
oleat dan triasetilgliserol. Konsentrasi dioleat hanya menunjukkan kenaikan
sedikit pada saat awal reaksi untuk kemudian menurun kembali setelahnya
Jika dibandingkan, umumnya kurva dioleat pada kebanyakan data
eksperimen menunjukkan konsentrasi tertingginya lebih diatas dari konsentrasi
tertinggi mono oleat, artinya terjadi akumulasi dioleat sebelum akhirnya zat
tersebut akan terkonversi menjadi monogliserida. Sedangkan monooleat sendiri

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


108

konsentrasinya selalu rendah selama reaksi, artinya setiap monooleat yang


terbentuk langsung bereaksi kembali dengan cepat untuk membentuk produk.

Gambar 4. 46 Zeolit teraktivasi

Gambar 4. 47 Tahap Imobilisasi Lipase Candida rugosa lipase powder pada zeolit

4.9. Hasil Uji Stabilitas


Pada percobaan ini dilakukan uji stabilitas terhadap lipase yang
terimmobilisasi dengan menggunakan metode adsorpsi. Pengujian stabilitas yang
dimaksud dalam percobaan ini yaitu penggunaan enzim yang dilakukan secara
berulang-ulang dari reaksi sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kestabilan lipase yang terimmobilisasi dengan metode adsorpsi sebagai biokatalis
dalam proses sintesis biodiesel.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


109

Gambar 4. 48 Tahap reaksi uji stabilitas lipase terimobilisasi metode adsorpsi

Disamping itu tujuan utama dilakukannya pengujian stabilitas ini adalah


untuk melihat apakah enzim tersebut dapat digunakan kembali dalam reaksi
selanjutnya (reuse). Enzim yang dapat dipakai ulang inilah yang akan
membedakannya dengan reaksi free enzim, dimana pada aplikasi free enzim,
enzim yang dipakai akan ikut terbuang dan tidak bisa diregenerasi kembali, dan
cenderung sulit dipisahkan dan mengotori produk akhir. Reaksi dilakukan pada
kondisi optimal yaitu pada temperatur 370C dan kondisi pH 7. Kurva dibawah ini
menjelaskan hasil pengujian stabilitas terhadap lipase terimobilisasi dengan
menggunakan metode adsorpsi :

10 0

80 .9 5% Minya k sa wit
80 Minya k jelantah
70 .6 2%

60
% Yield

40
25 .5 7%
17 .3 2% 17 .7 9%
20 10 .4 1%

0
1 2 3
Number of Cycle

Gambar 4. 49 Uji stabilitas Candida rugosa lipase terimmobilisasi metode adsorpsi setelah di-
recycle 3 kali (Kondisi operasi : substrat= minyak sawit dan minyak jelantah, rasio mol reaktan =
1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


110

80
70 .6 2 %
70 62 .5 1 % Can dida rugo sa Lipa se
60 Can dida an ta rctica L ip ase

50
% Yield
40

30 25 .9 5%

20 17 .3 2 %
11 .8 2%
10 .4 1%
10
0
1 2 3
Number of Cycle
Gambar 4. 50 Uji stabilitas Candida rugosa lipase dan Candida antarctica lipase
(Kondisi operasi : substrat= minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)
Setelah dilakukan penggunaan kembali lipase dalam support zeolit,
terdapat penurunan aktivitas yang cukup drastis dimana konversi menurun dari
reaksi pertama sebesar 70.62 % menjadi 17.32 % pada penggunaan kedua dan
menjadi 10.41 % pada penggunaan ketiga. Penurunan konversi biodiesel dari
reaksi yang sebelumnya, dapat diartikan bahwa enzim yang teradsorb dalam zeolit
terlarut atau terbawa oleh substrat minyak jelantah pada saat pemisahan sebelum
digunakan kembali. Penurunan % yield biodiesel ini juga disebabkan oleh daya
ikat support dalam mengikat enzim semakin lemah. Hal ini mengakibatkan
ketidakstabilan pada lipase dalam mengkatalis suatu reaksi. Penggunaan yang
efisien hanya dapat terjadi pada reaksi ke-3, dan untuk reaksi selanjutnya,
konversi yang lebih kecil dari 5% dianggap sudah tidak ekonomis lagi.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Septhian Marno yang
menggunakan minyak sawit sebagai substratnya dalam reaksi interesterifikasi,
juga diperoleh konversi yang menurun. Penggunaan lipase untuk pertama kalinya
dapat menghasilkan konsentrasi biodiesel sebesar 3.98 mol/L. Terjadi penurunan
yang cukup signifikan setelah direcycle untuk ke-dua kalinya, nilai konsentrasinya
menjadi 1.26 mol/L, Kemudian kembali turun saat di recycle untuk ketiga kalinya,
nilai konsentrasinya menjadi 0.87 mol/L. Disamping itu Septhian Marno juga
melakukan uji stabilitas terhadap Candida antarctica lipase. Dari penelitian
tersebut didapatkan hasil penggunaan lipase untuk pertama kalinya dapat
menghasilkan konsentrasi biodiesel yang cukup besar yaitu sebesar 15.02 mol/L.
Terjadi penurunan yang cukup signifikan setelah direcycle untuk ke-dua kalinya,
Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


111

nilai konsentrasinya menjadi 6.23 mol/L, Kemudian kembali turun saat di recycle
untuk ketiga kalinya, nilai konsentrasinya menjadi 2.84 mol/L
Dari penelitian Wei du et al (tahun 2004), penggunaan enzim secara
berulang tidak dapat lagi meningkatkan konsentrasi biodiesel yang dihasilkan,
dengan kata lain kosentrasi biodiesel yang dihasilkan cenderung menurun. Dalam
laporannya terlihat bahwa residual activity lipase terus berkurang setelah di
recycle untuk percobaan berikutnya. Pengurangan aktivitas lipase juga
dikemukakan oleh Shimada et al (tahun 2001), dalam laporannya pengurangan
aktivitas lipase setelah direcycle terlihat dari konversi biodiesel melalui reaksi
ethanolisis menggunakan substrat minyak tuna yang terus berkurang. Hal ini
disebabkan oleh aktivitas enzim yang semakin berkurang dalam mengkatalisis
suatu reaksi ketika sudah digunakan secara berulang.
Penurunan aktivitas enzim juga dilaporkan oleh Mamoru iso et al yang
menggunakan teknik immobilisasi metode adsorpsi. Dalam laporannya enzim
mengalami penurunan aktivitas sebanyak 2/3 dari aktivitas awalnya selama 1 jam.
Penurunan aktivitas ini dilihat dari semakin turunnya konversi propil-oleat setelah
satu jam. Setelah melakukan 1 kali diulang % konversinya hanya mencapai 80%
dari awalnya mencapai 95% konversi ke propil-oleat.

4.10. Hasil Kurva Fitting


Fitting kurva dilakukan bertujuan untuk mengestimasi nilai parameter –
parameter yang tak diketahui pada persamaan model. Pada mekanisme reaksi
michaelis-menten, parameter tersebut adalah konsentrasi awal trigliserida
(mol/L), konsentrasi biodiesel yang terbentuk (mol/L), dan waktu reaksi. Hasil
plot atara data hasil eksperimen dengan data yang diperoleh lewat pemodelan
diberikan pada gambar – gambar di bawah yang secara berurutan menunjukkan
hasil pemodelan pada data hasil reaksi sintesis biodiesel menggunakan biokatalis
Candida rugosa powder dalam bentuk tersuspensi, hasil reaksi sintesis biodiesel
menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi. Data yang diperoleh
melalui fitting kurva adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


112

Tabel 4. 1 Data hasil percobaan reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non alkohol
menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi

Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l)


t (Jam) Luas Area Luas Area Luas Area Luas Area
T D M F
0 7924714 1.73575511 634536 0.21345996 61148 0.00522020 1811 0.00070969
0.5 4585866 0.95056359 755456 0.25413783 5055 0.00043154 3602976 1.41191636
2 3006811 0.60010253 1064341 0.35804774 9975 0.00085156 5105086 2.00055577
6 1409364 0.30431327 1506941 0.50693981 120364 0.01027546 6500327 2.54731589
12 826984 0.13075778 1851998 0.62301809 355662 0.03036281 7655123 2.99985161
20 619634 0.06001133 2099863 0.70640068 399931 0.03414205 8500068 3.33096447
30 485931 0.03409299 1763641 0.59329452 329264 0.02810922 9296497 3.64306511
50 475936 0.02116624 1502623 0.50548722 240631 0.02054263 9923163 3.88863988

Tabel 4. 2 Data perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten menggunakan biokatalis


dalam bentuk tersuspensi
Trigliserida Biodiesel
Reaction
Reaction time Reaction product Y=
product Reaction d[B] (mol/l) dT (menit) d[B]/dt X = 1/[T]
(h) (mol/l) 1/{d[B]/dt}
(mol/l) time (min)
0 1.73575511 0.00070969 0
0.5 0.95056359 1.41191636 30 1.41120667 30 0.047040222 21.25840292 1.052007472
2 0.60010253 2.00055577 120 0.588639413 90 0.006540438 152.8949608 1.666381901
6 0.30431327 2.54731589 360 0.54676012 240 0.002278167 438.9493516 3.286087347
12 0.13075778 2.99985161 720 0.452535726 360 0.001257044 795.5173022 7.64772835
20 0.06001133 3.33096447 1200 0.331112854 480 0.000689818 1449.6568 16.66352099
30 0.03409299 3.64306511 1800 0.312100644 600 0.000520168 1922.45678 29.33153958
50 0.02116624 3.88863988 3000 0.245574762 1200 0.000204646 4886.495616 47.24503768

20 00
y = 14 0.35 + 66.03 2x R= 0 .9 7468

15 00
1/{d[Cb]/dt}

10 00

50 0

0
0 5 10 15 20 25 30
1/[Ct]
Gambar 4. 51 Hasil Pemodelan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten menggunakan
biokatalis dalam bentuk tersuspensi
(Kondisi operasi : substrat = minyak sawit, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


113

2500
2
y = 42 .402 + 112.73 x R= 0.970 69
2000

1500

1000

500

0
0 5 10 15 20 25
1/[Ct]
Gambar 4. 52 Hasil pemodelan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten menggunakan
biokatalis dalam bentuk tersuspensi
(Kondisi operasi : substrat = minyak sawit, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Tabel 4. 3 Data hasil percobaan reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non alkohol
menggunakan biokatalis terimmobilisasi metode adsorpsi
Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l)
t (Jam) Luas Area Luas Area Luas Area Luas Area
T D M F
0 7924714 1.73575511 1424536 0.47921850 61148 0.00522020 1811 0.00070969
0.5 4585866 1.00444513 1685456 0.56699283 1242 0.00010603 2552976 1.00044757
2 3006811 0.65858371 2708977 0.91130859 2816 0.00024040 4104264 1.60835861
6 1409364 0.30869389 3386941 1.13937787 3564 0.00030426 6300327 2.46894088
12 826984 0.18113483 3718933 1.25106104 3889 0.00033200 7155123 2.80391410
20 619634 0.13571883 2869863 0.96543116 2853 0.00024356 8163644 3.19912830
30 485931 0.10643377 2253641 0.75813209 1995 0.00017031 8886499 3.48239713
50 475936 0.10424456 1852623 0.62322835 1294 0.00011047 9383642 3.67721506

Tabel 4. 4 Data perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten menggunakan biokatalis


terimmobilisasi metode adsorpsi
Trigliserida Biodiesel
Reaction
Reaction time Reaction product Y=
product Reaction d[B] (mol/l) dT (menit) d[B]/dt X = 1/[T]
(h) (mol/l) 1/{d[B]/dt}
(mol/l) time (min)
0 1.73575511 0.00070969 0
0.5 1.00444513 1.00044757 30 0.999737881 30 0.033324596 30.00786564 0.995574546
2 0.65858371 1.60835861 120 0.607911044 90 0.006754567 148.0479767 1.518409857
6 0.30869389 2.46894088 360 0.860582271 240 0.003585759 278.8809485 3.239455145
12 0.18113483 2.80391410 720 0.334973215 360 0.000930481 1074.712795 5.520749448
20 0.13571883 3.19912830 1200 0.395214205 480 0.000823363 1214.531244 7.368174537
30 0.10643377 3.48239713 1800 0.28326883 600 0.000472115 2118.129266 9.395513892
50 0.10424456 3.67721506 3000 0.194817932 1200 0.000162348 6159.597262 9.592826475

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


114

25 00
y = -295 .29 + 2 36.68 x R= 0.977 3
20 00
1/{d[Cb]/dt}
15 00

10 00

50 0

0
0 2 4 6 8 10
1/[Ct]
Gambar 4. 53 Hasil pemodelan metode linierisasi terhadap hasil sintesis biodiesel menggunakan
lipase terimmobilisasi metode adsorpsi
(Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

1000
2
y = -111.43 + 197.02x R= 0.991 75
800

600

400

200

0
0 1 2 3 4 5 6
1/[Ct]
Gambar 4. 54 Hasil pemodelan metode linierisasi terhadap hasil sintesis biodiesel menggunakan
lipase terimmobilisasi metode adsorpsi
(Kondisi operasi : substrat = minyak sawit, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


115

350
2
300 y = 12 .759 + 1 65.55x R= 0.9238 7

250

200

150

100

50

0
0 0.5 1 1.5 2
1/[Ct]
Gambar 4. 55 Hasil pemodelan metode linierisasi terhadap hasil reaksi sintesis biodiesel
menggunakan Candida antarctica lipase.
(Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah, rasio mol reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Dari hasil fitting kurva sederhana yang dilakukan terhadap data percobaan
sintesis biodiesel terlihat bahwa grafik yang diperoleh secara keseluruhan
menunjukan kurva yang bergerak linier naik. Hasil ini menunjukan bahwa dengan
meningkatnya penambahan jumlah substrat (trigliserida) yang digunakan selama
reaksi maka laju pembentukan produk (biodiesel) yang terbentuk akan semakin
besar. Hasil lain yang dapat dilihat dari grafik tersebut adalah persamaan garis
yang didapat menunjukan intersep dengan nilai yang berbeda-beda.
Dari hasil fitting kurva yang dilakukan didapat nilai intersep yang positif.
Pengaruh adanya hasil intersep yang positif menghasilkan nilai Vmax yang bernilai
positif. Berdasarkan persamaan dibawah ini nilai Vmax yang diperoleh akan
menghasilkan nilai Km. Berikut adalah hasilnya:

1 1 k ⎛ 1 ⎞
= + m
d [Cb ] Vmax Vmax
⎜⎜ ⎟⎟ ( 4.1)
⎝ [Ct ] ⎠
dt
↓ ↓ ↓ ↓
y = a + b x

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


116

Tabel 4. 5 Nilai Vmax dan Km untuk masing-masing grafik hasil fitting metode linierisasi
Persamaan a b
Substrat Biokotalis Metode VMax KM
garis (intersep) (slope)
Candida
y =112.73x
rugosa Suspensi 42.402 112.73 0.023584 2.658601
+ 42.402
Minyak lipase
Sawit Candida
y =197.02x
rugosa Imobilisasi -111.43 197.02 -0.00897 -1.7681
-111.43
lipase
Candida
y = 140.35
rugosa Suspensi 140.35 66.032 0.00712 0.47015
+ 66.032x
lipase
Candida
Minyak y = -295.29
rugosa Imobilisasi -295.29 236.68 -0.00338 -0.79998
Jelantah + 236.68x
lipase
Candida
y = 165.55x
antarctica Imobilisasi 12.759 165.55 0.078376 12.97515
+ 12.759
lipase

Dari hasil pemodelan reaksi enzimatik menggunakan mekanisme reaksi


Michaelis-Menten didapat nilai Vmax dari reaksi sintesis biodiesel menggunakan
Candida rugosa powder dalam sistem tersuspensi mempunyai nilai Vmax yang
lebih besar dari pada lipase terimmobilisasi metode adsorpsi, dengan nilai Vmax =
0.00712. Hasil ini dapat memberikan petunjuk bahwa kemampuan aktivitas dari
Candida rugosa dalam sistem tersuspensi lebih baik daripada biokatalis lipase
metode adsorpsi. Dan dari tabel di atas dapat terlihat perbandingan nilai VMax dan
KM yang dihasilkan dari percobaan sintesis biodiesel yang menggunakan substrat
minyak sawit dan minyak jelantah. Dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai
VMax dan KM minyak sawit lebih besar dibandingkan dengan nilai VMax dan KM
minyak jelantah karena minyak jelantah sudah dipakai berulang-ulang sehingga
mutunya lebih rendah dibandingkan dengan minyak sawit baru.
Dari tabel 4.5 juga dapat terlihat bahwa nilai VMax terbesar terdapat pada
reaksi sintesis biodiesel menggunakan biokatalis Candida antarctica lipase yang
dilakukan sebelumnya oleh Septhian Marno yang menghasilkan nilai Vmax =
0.078. Nilai Vmax yang didapat menunjukkan nilai kecepatan maksimal yang
dicapai dari reaksi sintesis biodiesel selama rentang waktu 50 jam. Hal ini
mengindikasikan kemampuan Candida antarctica lipase sebagai biokatalis
mempunyai aktivitas yang lebih baik dari pada Candida rugosa lipase powder
dalam sistem tersuspensi dan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi. Disamping
itu nilai KM terbesar juga terdapat pada reaksi sintesis biodiesel yang

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


117

menggunakan biokatalis Candida antarctica lipase dengan nilai KM sebesar


12.975. Ketika dilakukan penambahan substrat sesudah melewati nilai KM
tersebut maka hampir dipastikan kecepatan awal reaksi tidak akan meningkat
secara signifikan dengan bertambahnya substrat.
Ada hal yang tidak lazim dari data yang dihasilkan ketika ditemukannya
nilai persamaan garis dengan intersep negatif untuk pemodelan reaksi enzimatis
Michaelis-Menten dari sintesis biodiesel menggunakan lipase terimmobilisasi
metode adsorpsi. Hal ini akan memberikan nilai VMax dan KM yang negatif. Hal ini
bisa dikarenakan oleh adanya kecepatan reaksi yang turun diselang waktu
tertentu. Data reaksi enzimatis yang diperoleh cenderung berbentuk liner dengan
mengikuti persamaan reaksi orde 1. Selain itu, penyebaran data digunakan untuk
fitting kurva tidak mengambil nilai titik yang banyak. Titik yang digunakan pada
umumnya hanya 5-8 titik untuk dilakukan linierisasi menggunakan mekanisme
reaksi enzimatis Michaelis-Menten.
Untuk kelemahan dari metode linierisasi ini adalah mekanisme raeaksi
enzimatis oleh michaelis menten terlalu sederhana untuk menjelaskan reaksi
enzimatis terhadap reaksi pembentukan biodiesel yang berlangsung secara
bertahap dan pada umumnya menghasilkan produk samping. Selain itu, adanya
faktor inhibisi yang tidak digunakan dalam mekanisme reaksi Michaelis-Menten
tersebut.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


118

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
1. Untuk percobaan sintesis biodiesel melalui rute non alkohol menggunakan
biokatalis pada saat t = 50 jam dengan konsentrasi biokatalis 4% wt, (rasio
mol minyak : metil asetat = 1:12.) diperoleh % yield yang terbesar yaitu pada
sintesis biodiesel dengan Candida rugosa lipase dalam bentuk tersuspensi
yaitu sebesar 74.68%.
2. Untuk percobaan sintesis biodiesel melalui rute non-alkohol menggunakan
katalis NaOH (rasio mol minyak jelantah : methanol = 1:6 ; t = 1 jam; T =
60oC ), diperoleh % Yield biodiesel sebesar 1.27 %.
3. Pengaruh biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel yang terbentuk melalui
rute non alkohol menggunakan Candida rugosa dalam bentuk tersuspensi
dengan substrat minyak sawit ( t = 50 jam; T = 37oC) akan mempengaruhi %
yield biodiesel yang dihasilkan. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh %
yield terbesar pada rasio konsentrasi biokatalis 4% wt yaitu sebesar 74.68%
untuk lipase dalam bentuk tersuspensi dan sebesar 70.62% untuk lipase
terimobilisasi dengan metode adsorpsi.
4. Uji stabilitas untuk lipase terimmobilisasi dari sintesis biodiesel melalui rute
non alkohol menunjukkan hasil % yield yang semakin lama semakin menurun.
Hal tersebut disebabkan karena ikatan antara enzim dan support semakin
lemah sehingga lipase menjadi tidak stabil dan jenuh untuk mengikat substrat.
5. Peningkatan jumlah konsentrasi biokatalis (%wt) berpengaruh terhadap
peningkatan konsentrasi produk (biodiesel) yang dihasilkan. Semakin besar
jumlah biokatalis yang digunakan pada sintesis biodiesel melalui rute non-
alkohol maka produk (biodiesel) yang dihasilkan akan menjadi semakin besar.
6. Laju awal reaksi secara enzimatis dipengaruhi oleh peningkatan jumlah
konsentrasi biokatalis yang digunakan pada percobaan.
7. Semakin lama waktu reaksi untuk mensintesis biodiesel maka laju
pembentukan ke arah produk yang dihasilkan akan menjadi semakin besar.

118 Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


119

8. Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk mensintesis biodiesel maka laju
pembentukan ke arah produk yang dihasilkan akan menjadi semakin besar
akan tetapi jika suhu tersebut telah melewati kondisi optimum dari biokatalis
maka akan menyebabkan enzim tersebut terdenaturasi.
9. Enzim akan mengalami deaktivasi setelah penggunaannya dilakukan secara
berulang-ulang hal ini disebabkan karena sudah jenuhnya enzim dalam
mengikat substrat sehingga daerah aktif enzim berkurang.
10. Adanya pengurangan aktivitas dari lipase yang terjadi disebabkan oleh
semakin lemahnya support dalam mengikat biokatalis yang menyebabkan
ketidakstabilan pada biokatalis dalam mengkatalis suatu reaksi.
11. Peningkatan jumlah produk yang dihasilkan tidak akan meningkat secara
signifikan jika waktu reaksi yang dilakukan berlangsung melewati batas dari
aktivitas lipase atau dengan kata lain biokatalis sudah mulai jenuh.
12. Pada reaksi yang menggunakan biokatalis tidak terjadi suatu reaksi
penyabunan.

5.2. Saran
Untuk penelitian sintesis biodiesel yang akan datang diharapkan semakin
banyak penelitian yang menggunakan biokatalis karena dapat memperbaiki
kekurangan dari katalis alkali yang pada suatu reaksi tidak dapat bercampur
secara homogen, sehingga dapat dipisahkan secara mudah dan tidak menghasilkan
reaksi samping. Penelitian sintesis biodiesel melalui rute non alkohol harus terus
dilakukan pada masa yang akan datang karena melalui rute non alkohol aktivitas
dan stablitas biokatalis tetap tinggi selama berlangsungnya suatu reaksi.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


120

DAFTAR REFERENSI

[1]. Tambun, Rondang, ST, MT 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia.


Sumatera: USU digital library
[2]. Haryahto, Bode, 2002. Bahan Bakar Alternatif Biodiesel, Jurusan Teknik
Kimia Universitas Sumetera Utara: USU digital library
[3]. Soerawidjadja, Tatang H. Biodiesel dari Minyak Jelantah,
http://www.sentrapolimer.com diakses tanggal 03 Agustus 2008
[4]. Elizabeth, jenny. Biodiesel Jelantah dan Pelumas Sawit,
http://www.kompas.com diakses tanggal 03 Agustus 2008
[5]. Supranto. 2002. “Pengaruh suhu dan perbandingan reaksi pada
pembuatan metil ester biodiesel dari destilat asam lemak minyak sawit”,
Pusat Studi Energi Universitas Gajah Mada.
[6]. Anonim. Biodiesel from Used Cooking Oil, http://www.sentrapolimer.com
diakses tanggal 03 Agustus 2008
[7]. Ma, Fangrui dan Milford A. Hanna, “ Biodiesel Production : a review” ,
ELSEVIER. 1999.
[8]. Du W, Xu Y, Liu D, Zeng J, “Comparative Study on Lipase – Catalyzed
Transformation of Soybean Oil for Biodiesel Production with Different
Acyl Acceptor” Journal of molekular catalysis B : Enzymatic, 2004. 30 :
125-129
[9]. Watanabe Y, Shimada Y, Sugihara A, Noda H, Fukuda H, Tominga Y,
“Continous Production of Biodiesel Fuel from Vegetable Oil using
Immobilized Candida Antarctica Lipase” JAOCS, 2000, 77(4) : 355-360
[10]. Anonim, Negara Indonesia Berpotensi Kembangkan Biodiesel,
http://www.balipost.co.id diakses tanggal 24 Juli 2008
[11]. Boyd, Mike. Biodiesel in British Columbia Feasibility Study Report,
http://www.scribd.com diakses tanggal 24 Juli 2008
[12]. Anonim, Biodiesel , http://id.wikipedia.org/wiki/biodiesel diakses tanggal
24 Juli 2008
[13]. Elisabeth, J dan Tri Harjanti, “Biodiesel Sawit : Bahan bakar alternatif
yang ramah lingkungan”, harian kompas 2 Oktober, 2001.

120 Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


121

[14]. Anonim, Biodiesel Sebagai Pengganti Solar, http://www.terranet.or.id


diakses tanggal 24 Juli 2008
[15]. Zandy, Adustinus. 2002. Intensifikasi Proses Produksi Biodiesel, Institut
Teknologi Bandung.
[16]. Nasiri, Johan. 2008. Biodiesel : Upaya Mengurangi Ketergantungan
Minyak Bumi, http://www.sentrapolimer.com diakses tanggal 03 Agustus
2008
[17]. Sukara, Endang. Pemanfaatn Biodiversity. http://www.biotek.lipi.go.id
diakses tanggal 22 Juli 2008
[18]. Marno, Septian. 2008. “Interesterifikasi minyak kelapa sawit dengan metil
asetat menggunakan biokatalis untuk memproduksi biodiesel”, Skripsi,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok.
[19]. Anonim, http://www.proteindatabank.com diakses 15 desemeber 2008
[20]. Anonim. Tips Memilih Enzim Sebagai Ingridien Pangan,
http://pipimm.org/cetak diakses tanggal 26 Juli 2007
[21]. Anonim, Lipase, http://en.wikipedia.org/lipase, 24 Juli 2008
[22]. Anonim. Ilustrasi Metode Immobilisasi Enzim.
http://www.lsbu.ac.uk/biology/enztech/immethod.html diakses tanggal 25
November 2008
[23]. Benjamin, Sailas. 1998. Candida rugosa Lipase : Molecular Biology and
Versatility in Biotechnology. Biotechnology Division, Regional Research
Laboratory, Trivandrium – 695 019, India
[24]. Xu , Yuanyuan, “Study on the kinetics of enzimatic interesterification of
triglycerides for biodiesel production with methyl acetat as the acyl
acceptor”. Journal of molekular catalysis B : Enzymatic, 2005.32:241-245
[25]. Hendartono, Tomi. 2005. Pemanfaatan Minyak Dari Tumbuhan Untuk
Pembuatan Biodiesel. Diakses Tanggal: 28 maret 2007
[26]. Hermasnyah, Heri. 2008. Pengembangan Rute Sintesis Biodiesel Non
Alkohol Menggunakan Biokatalis : State of The Arts. Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


122

[27]. Modi, Mukesh Kumar. 2007. Lipase-mediated conversion of vegetable oils


into biodiesel using ethyl acetate as acyl acceptor. Bioresource
Technology 98 (2007) 1260-1264.
[28]. Bhagwat, S. Sunil. 2005. Transesterification of Subtituted ethanols-
modelling studies. Biochemical Engineering Journal 22 (2005) 253.259.
[29]. Hermasnyah, Heri. 2008. Sintesis Biodiesel Rute Nonalkohol
Menggunakan Candida rugosa lipase yang diimobilisasi melalui Metode
Adsorpsi. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia.
[30]. Hermasnyah, Heri. 2008. Sintesis Biodiesel Rute Nonalkohol
Menggunakan Candida rugosa lipase dalam Bentuk Tersuspensi.
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
[31]. Watanabe, Takaaki, et al. Optimization of Reaction Conditions for the
Production of DAG Using Immobilized 1,3-Regiospecific Lipase Lipozyme
RM IM. JAOCS 80 (2003): 1201-1207.
[32]. Anonim, Inhibitor, http://books.google.co.id/books. diakses pada tanggal
25 desember 2008
[33]. Anonim.http://elearning.unej.ac.id/courses/document/enzim/kinetika.ppt.
diakses pada tanggal 25 Desember 2008
[34]. Deng, li. 2003. Enzymatic production of Fatty Acid Alkyl Esters with a
Lipase Preparation from Candida Sp. 99-125. Department of Biochemical
Engineering, Beijing Bioprocess Key Lab, Beijing University of Chemical
Technology, Beijing, China.

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


123

Lampiran 1

1.1. Data Hasil Reaksi Sintesis Biodiesel Rute Non-Alkohol Menggunakan


katalis NaOH
Lamp. 1. 1 Data saat t = 0 jam minyak jelantah
t=0 Minyak Jelantah
Konsentrasi
zat Luas Area
mol/l
T 7924714 1.735755111
D 1424536 0.479218501
M 61148 0.005220196
F 1811 0.000709686

Lamp. 1. 2 Data saat t = 1 jam minyak jelantah


t = 60
Minyak goreng bekas
menit
Konsentrasi
zat Luas Area
mol/l
T 5750892 1.26
D 763671 0.26
M 88174 0.01
F 7278 0.00

1.2. Perhitungan menggunakan % mol balance Rute Non-Alkohol dengan


Katalis NaOH

Lamp. 1. 3 % mol balance sintesis biodiesel melalui rute non alkohol dengan katalis NaOH dari
substrat minyak jelantah

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
Minyak Goreng Bekas T D M F mol Balance
0 7924714 1.74 1424536 0.48 61148 0.01 1811 0.00 100.00
1 7277883 1.59 1951391 0.66 902365 0.08 168202 0.0659 101.08

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


124

Lamp. 1. 4 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk

Zat
Komponen Minyak goreng
Minyak Sawit
Jelantah
3*CT, t=0 5.21 5.21
2*CD, t=0 0.96 0.96
CM, t=0 0.01 0.01
CB, t=0 0.00 0.00
3*CT, t=t 5.00 4.78
2*CD, t=t 0.88 1.31
CM, t=t 0.03 0.08
CB, t=t 0.23 0.065
% konversi trigliserida 4.01 8.16
% Yield digliserida 16.82 25.21
% Yield monogliserida 0.10 0.10
% Yield biodesel 4.40 1.27

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


125

Lampiran 2

2.1. Data Hasil Reaksi sintesis Biodiesel Rute Non Alkohol Menggunakan
Biokatalis Candida rugosa Lipase dalam Bentuk Tersuspensi

Lamp 2. 1Data saat t = 0 jam untuk minyak jelantah


t=0 Minyak Jelantah
Konsentrasi
zat Luas Area
mol/l
T 7924714 1.735755111
D 1424536 0.479218501
M 61148 0.005220196
F 1811 0.000709686

Lamp 2. 2 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel melalui rute non
alkohol menggunakan candida rugosa lipase dalam bentuk tersupensi (kondisi operasi = rasio mol
minyak jelantah : metil asetat = 1:3; t =50 jam; T = 37oC)
Free Perbandingan mol = 1:3
t = 50 jam Konsentrasi Enzim = 1% Konsentrasi Enzim = 2% Konsentrasi Enzim = 4%
Luas Konsentrasi Luas Konsentrasi Luas Konsentrasi
Zat
Area mol/l Area mol/l Area mol/l
T 565455 0.123851966 100943 0.022109609 4204252 0.92085997
D 697166 0.234528889 1465207 0.492900356 5880 0.001978051
M 2766 0.000236133 356339 0.030420609 196011 0.016733431
F 782863 0.306784468 100943 0.039557042 106776 0.041842849

Lamp 2. 3 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 1% wt

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


t (Jam)
Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l)
%
T D M F mol Balance
0 7924714 1.74 1424536 0.48 61148 0.0052 1811 0.0007 100.00
50.00 6004714 1.32 2508150 0.84 86823 0.0074 1224600 0.48 99.17

Lamp 2. 4Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 2% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50.00 5803624.00 1.2712 2057414 0.6921 608253 0.0519 2402234 0.9414 100.31

Lamp 2. 5 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 4% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50.00 4903624 1.0740 2209640 0.7433 677152 0.0578 3690730 1.4463 100.67

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


126

Lamp 2. 6 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk
menggunakan candida rugosa lipase dalam bentuk tersupensi (kondisi operasi = rasio mol minyak
jelantah : metil asetat = 1:3; t =50 jam; T = 37oC)
Free Perbandingan mol = 1:3
t = 50 jam Konsentrasi Enzim
Komponen 1% 2% 4%
3*CT, t=0 5.21
2*CD, t=0 0.96
CM, t=0 0.01
CB, t=0 0.00
3*CT, t=t 3.95 3.81 3.22
2*CD, t=t 1.69 1.38 1.49
CM, t=t 0.01 0.05 0.06
CB, t=t 0.48 0.94 1.45
% konversi
24.23 26.77 38.12
trigliserida
% Yield
32.41 26.58 28.55
digliserida
% Yield
0.14 1.00 1.11
monogliserida
% Yield
9.22 18.08 27.77
biodiesel

Lamp 2. 7 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel melalui rute non
alkohol menggunakan candida rugosa lipase dalam bentuk tersupensi (kondisi operasi = rasio mol
minyak jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC)
Free Perbandingan mol = 1:12
t = 50
Konsentrasi Enzim = 1% Konsentrasi Enzim = 2% Konsentrasi Enzim = 4%
jam
Konsentrasi Luas Konsentrasi Luas Konsentrasi
Zat Luas Area
mol/l Area mol/l Area mol/l
T 978479 0.214316873 103 2.25602E-05 22935 0.005023468
D 68200 0.0229427 1000602 0.336605737 17891 0.00601859
M 364879 0.031149667 80050 0.006833857 636571 0.054343974
F 4687974 1.837099988 1562110 0.612151915 1651860 0.6473227

Lamp 2. 8 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 1% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
0.00 7924714 1.7358 1424536 0.4792 61148 0.0052 1811 0.0007 100.00
50.00 6869541 1.5046 1026534 0.3453 67963 0.0058 2397974 0.9397 99.65

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


127

Lamp 2. 9 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 2% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50.00 5603215 1.2273 1993654 0.6707 70212 0.0060 2776478 1.0880 99.12
Lamp 2. 10 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 4% wt
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50.00 205636 0.0450 1912623 0.6434 729631 0.0623 9923163 3.8886 98.96

Lamp 2. 11 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk
menggunakan candida rugosa lipase dalam bentuk tersupensi (kondisi operasi = rasio mol minyak
jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC)
Free Perbandingan mol = 1:12
t = 50 jam Konsentrasi Enzim
Komponen 1% 2% 4%
3*CT, t=0 5.21
2*CD, t=0 0.96
CM, t=0 0.01
CB, t=0 0.00
3*CT, t=t 4.51 3.68 0.14
2*CD, t=t 0.69 1.34 1.29
CM, t=t 0.01 0.01 0.06
CB, t=t 0.94 1.09 3.89
% konversi
13.31 29.29 97.41
trigliserida
% Yield
13.26 25.76 24.71
digliserida
% Yield
0.11 0.12 1.20
monogliserida
% Yield
18.05 20.89 74.68
biodiesel

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


128

2.2. Data Sintesis Biodiesel Melalui Rute Non-Alkohol Menggunakan


Candida rugosa Lipase dalam bentuk Tersuspensi dengan Variasi
Waktu

Lamp 2. 12 Luas area yang didapat hasil analisa HPLC dari sintesis biodiesel melalui rute non-
alkohol dengan variasi waktu (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12; konsentrasi
biokatais = 4% wt; t =50 jam; T = 37oC)
Free Perbandingan mol = 1:12
Konsentrasi enzim
Luas Area
= 4%
Zat t = 0 jam t = 30 menit t = 2 jam t = 6 jam t =12 jam t = 20 jam t = 30 jam t = 50 jam
T 7924714 261429 82653 2312959 1166209 2271435 697527 22935
D 1424536 1263650 3005685 1405740 59748 1504310 17891 19244351
M 61148 212670 2093873 1592529 5417699 6160695 636571 11618405
F 1811 20108124 23734 3452327 3911794 4384626 1651860 1229086

Lamp 2. 13 Konsentrasi yang didapat hasil analisa HPLC dari sintesis biodiesel melalui rute non-
alkohol dengan variasi waktu (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12; konsentrasi
biokatais = 4% wt; t =50 jam; T = 37oC)
Free Perbandingan mol = 1:12
Konsentrasi enzim
Konsentrasi sampel (mol/l)
= 4%
Zat t = 0 jam t = 30 menit t = 2 jam t = 6 jam t =12 jam t = 20 jam t = 30 jam t = 50 jam
T 1.7358 0.0573 0.0181 0.5066 0.2554 0.4975 0.1528 0.0050
D 0.4792 0.4251 1.0111 0.4729 0.0201 0.5061 0.0060 6.4739
M 0.0052 0.0182 0.1788 0.1360 0.4625 0.5259 0.0543 0.9919
F 0.0004 4.4043 0.0052 0.7562 0.8568 0.9604 0.3618 0.2692

Lamp 2. 14 % mol balance untuk sintesis biodiesel melalui rute non-alkohol mengunakan Candida
rugos lipase dalam bentuk tersuspensi dengan variasi waktu (rasio mol minyak jelantah : metil
asetat = 1:12; konsentrasi biokatais = 4% wt; t =50 jam; T = 37oC)
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
0 7924714 1.73575511 634536 0.21345996 61148 0.00522020 1811 0.00070969 100.00
0.5 4339866 0.95056359 755456 0.25413783 5055 0.00043154 3602976 1.41191636 99.55
2 2739811 0.60010253 1064341 0.35804774 9975 0.00085156 5105086 2.00055577 99.66
6 1389364 0.30431327 1506941 0.50693981 120364 0.01027546 6500327 2.54731589 100.01
12 596984 0.13075778 1851998 0.62301809 355662 0.03036281 7655123 2.99985161 100.03
20 273986 0.06001133 2099863 0.70640068 399931 0.03414205 8500068 3.33096447 100.22
30 155654 0.03409299 1763641 0.59329452 329264 0.02810922 9296497 3.64306511 100.10
50 96636 0.02116624 1502623 0.50548722 240631 0.02054263 9923163 3.88863988 99.98

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


129

Lamp 2. 15 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk
menggunakan candida rugosa lipase dalam bentuk tersupensi dengan variasi waktu (rasio mol
minyak jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC)
IM Perbandingan mol =1:12
Konsentrasi enzim =
Waktu
4% wt
Komponen t =0 jam t =0.5 jam t =2 jam t = 6 jam t =12 jam t=20 jam t = 30 jam t= 50 jam
3*CT, t=0 5.21
2*CD, t=0 0.43
CM, t=0 0.01
CB, t=0 0.00
3*CT, t=t 2.85 1.80 0.91 0.39 0.18 0.10 0.06
2*CD, t=t 0.51 0.72 1.01 1.25 1.41 1.19 1.01
CM, t=t 0.00 0.00 0.01 0.03 0.03 0.03 0.02
CB, t=t 1.41 2.00 2.55 3.00 3.33 3.64 3.89
% konversi
trigliserida 45.24 65.43 82.47 92.47 96.54 98.04 98.78

% Yield digliserida 9.76 13.75 19.47 23.93 27.13 22.79 19.41


% Yield
monogliserida 0.01 0.02 0.20 0.58 0.66 0.54 0.39
% Yield biodiesel 27.11 38.42 48.92 57.61 63.97 69.96 74.68

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


130

Lampiran 3

3.1. Data Hasil Reaksi sintesis Biodiesel Rute Non Alkohol Menggunakan
Biokatalis Lipase Terimmobilisasi Metode Adsorpsi

Lamp. 3. 1 Data saat t = 0 jam untuk minyak jelantah


t=0 Minyak Jelantah
Konsentrasi
zat Luas Area
mol/l
T 7924714 1.735755111
D 1424536 0.479218501
M 61148 0.005220196
F 1811 0.000709686

Lamp. 3. 2 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel melalui rute non
alkohol menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (kondisi operasi = rasio mol minyak
jelantah : metil asetat = 1:3; t =50 jam; T = 37oC)

IM-ADS Perbandingan mol = 1:3


t = 50 jam Konsentrasi Enzim = 1% Konsentrasi Enzim = 2% Konsentrasi Enzim = 4%
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
Zat Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l)
T 2766 0.000605839 2951252 0.64641459 404293 0.08855255
D 697166 0.234528889 234255 0.07880414 10188 0.00342728
M 2766 0.000236133 5291745 0.45175550 8300923 0.70864859
F 45957 0.018009401 1907500 0.74750163 6673618 2.61522431

Lamp. 3. 3 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 1% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
0 7924714 1.7358 1424536 0.4792 61148 0.0052 1811 0.0007 100.00
50.00 6804714 1.4904 2253048 0.7579 52221 0.0045 410957 0.1610 99.69

Lamp. 3. 4 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 2 % wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50.00 6404714 1.4028 2153048 0.7243 55521 0.0047 1300957 0.5098 100.00

Lamp. 3. 5 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 4% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50.00 5162129 1.1307 2061613 0.6935 5521351 0.4714 2310018 0.9052 99.74

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


131

Lamp. 3. 6 Konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk
menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (rasio mol minyak jelantah : metil asetat =
1:3; t =50 jam; T = 37oC)
IM Perbandingan mol = 1:3
t = 50 jam Konsentrasi Enzim
Komponen 1% 2% 4%
3*CT, t=0 5.21
2*CD, t=0 0.96
CM, t=0 0.01
CB, t=0 0.00
3*CT, t=t 4.47 4.21 3.39
2*CD, t=t 1.52 1.45 1.39
CM, t=t 0.00 0.00 0.47
CB, t=t 0.16 0.51 0.91
% konversi
14.13 19.18 34.86
trigliserida
% Yield
29.11 27.82 26.64
digliserida

% Yield
0.09 0.09 9.05
monogliserida

% Yield
3.09 9.79 17.38
biodiesel

Lamp. 3. 7 Pengaruh konsentrasi biokatalis terhadap konsentrasi biodiesel melalui rute non
alkohol menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (rasio mol minyak jelantah : metil
asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC)
IM-ADS Perbandingan mol = 1:12
t = 50 jam Konsentrasi Enzim = 1% Konsentrasi Enzim = 2% Konsentrasi Enzim = 4%
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
Zat Luas Area Luas Area Luas Area
(mol/l) (mol/l) (mol/l)
T 2328312 0.509971648 840994 0.18420345 1336418 0.292716478
D 1396463 0.469774653 7267 0.00244464 1336858 0.449723339
M 4447 0.00037964 1228 0.00010483 92515 0.007897992
F 311108 0.121915459 14818050 5.80682390 39041 0.015299193

Lamp. 3. 8 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 1% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
Konsentrasi (mol/l)
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
0 7924714 1.7358 1424536 0.4792 61148 0.0052 1811 0.0007 100.00
50 6265426 1.3723 2391366 0.8045 96365 0.0082 896353 0.3513 98.60

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


132

Lamp. 3. 9 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 2% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
Konsentrasi (mol/l)
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50 5465363 1.1971 2202341 0.7409 1012121 0.0864 2388058 0.9358 98.76

Lamp. 3. 10 Perhitungan % mol balance untuk konsentrasi biokatalis 4% wt


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
Konsentrasi (mol/l)
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50 1758936 0.3853 1852623 0.6232 62236 0.0053 9383642 3.6772 98.59

Lamp. 3. 11 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk
menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (rasio mol minyak jelantah : metil asetat =
1:12; t =50 jam; T = 37oC)
IM-ADS Perbandingan mol = 1:12
t = 50 jam Konsentrasi Enzim
Komponen 1% 2% 4%
3*CT, t=0 5.21
2*CD, t=0 0.96
CM, t=0 0.01
CB, t=0 0.00
3*CT, t=t 4.12 3.59 1.16
2*CD, t=t 1.61 1.48 1.25
CM, t=t 0.01 0.09 0.01
CB, t=t 0.35 0.94 3.68
% konversi
20.94 31.03 77.80
trigliserida
% Yield
30.90 28.46 23.94
digliserida
% Yield
0.16 1.66 0.10
monogliserida
% Yield
6.75 17.97 70.62
biodiesel

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


133

3.2. Data Hasil Sintesis Biodiesel Melalui Rute Non-Alkohol


Menggunakan Lipase Terimmobilisasi Metode Adsorpsi dengan
Variasi Waktu

Lamp. 3. 12 Luas area yang didapat hasil analisa HPLC dari sintesis biodiesel melalui rute non-
alkohol dengan variasi waktu (rasio mol minyak sawit : metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatais =
4% wt; t =50 jam; T = 37oC)
IM Perbandingan mol = 1:12
Konsentrasi enzim = 4% Luas Area
Zat t = 0 jam t = 30 menit t = 2 jam t = 6 jam t =12 jam t = 20 jam t = 30 jam t = 50 jam
T 7924714 60113 79187 122892 1534403 3314978 910319 17
D 1424536 16854520 264 1138023 1482799 3443821 13102 11136988
M 61148 10765673 1136234 1567425 7295 12216 2747870 40822
F 1811 1944389 2253759 2376838 28496 42898 1572038 1240776

Lamp. 3. 13 Konsentrasi yang didapat hasil analisa HPLC dari sintesis biodiesel melalui rute non-
alkohol dengan variasi waktu (rasio mol minyak sawit : metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatais =
4% wt; t =50 jam; T = 37oC)
IM Perbandingan mol = 1:12
Konsentrasi enzim = 4% Konsentrasi (mol/l)
Zat t = 0 jam t = 30 menit t = 2 jam t = 6 jam t =12 jam t = 20 jam t = 30 jam t = 50 jam
T 1.7358 0.0132 0.0173 0.0269 0.3361 0.7261 0.1994 0.0000
D 0.4792 5.6699 0.0001 0.3828 0.4988 1.1585 0.0044 3.7465
M 0.0052 0.9191 0.0970 0.1338 0.0006 0.0010 0.2346 0.0035
F 0.0007 0.7620 0.8832 0.9314 0.0112 0.0168 0.6160 0.4862

Lamp. 3. 14 Perhitungan % mol balance untuk sintesis biodiesel melalui rute non-alkohol
mengunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi dengan variasi waktu (rasio mol minyak
jelantah : metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatais = 4% wt; t =50 jam; T = 37oC)

Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l)


t (Jam) Luas Area Luas Area Luas Area Luas Area %
T D M F mol Balance
0 7924714 1.73575511 1424536 0.47921850 61148 0.00522020 1811 0.00070969 100.00
0.5 4585866 1.00444513 1685456 0.56699283 1242 0.00010603 2552976 1.00044757 99.76
2 3006811 0.65858371 2708977 0.91130859 2816 0.00024040 4104264 1.60835861 99.43
6 1409364 0.30869389 3386941 1.13937787 3564 0.00030426 6300327 2.46894088 99.67
12 826984 0.18113483 3718933 1.25106104 3889 0.00033200 7155123 2.80391410 98.89
20 619634 0.13571883 2869863 0.96543116 2853 0.00024356 8163644 3.19912830 99.21
30 485931 0.10643377 2253641 0.75813209 1995 0.00017031 8886499 3.48239713 100.03
50 475936 0.10424456 1852623 0.62322835 1294 0.00011047 9383642 3.67721506 100.00

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


134

Lamp. 3. 15 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk
menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi dengan variasi waktu (rasio mol minyak
jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC)
IM‐ADS Perbandingan mol =1:12
Konsentrasi enzim = 4% wt Waktu
Komponen t =0 t =0.5 t =2 t =6 t=12 t=20 t=30 t=50
3*CT, t=0 5.21
2*CD, t=0 0.96
CM, t=0 0.01
CB, t=0 0.00
3*CT, t=t 3.01 1.98 0.93 0.54 0.41 0.32 0.31
2*CD, t=t 1.13 1.82 2.28 2.50 1.93 1.52 1.25
CM, t=t 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
CB, t=t 1.00 1.61 2.47 2.80 3.20 3.48 3.68
% konversi trigliserida 42.13 62.06 82.22 89.56 92.18 93.87 93.99
% Yield digliserida 21.78 35.00 43.76 48.05 37.08 29.12 23.94
% Yield monogliserida 0.00 0.00 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00
% Yield biodiesel 19.21 30.89 47.41 53.85 61.44 66.88 70.62

3.3. Data Perhitungan Uji Stabilitas Lipase Terimmobilisai Metode


Adsorpsi

Lamp. 3. 16 Data uji stabilitas lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (rasio mol minyak jelantah
: metil asetat = 1:12; konsentrasi biokatalis 4% wt ; t =50 jam; T = 37oC)

IM Perbandingan mol = 1:12


t = 50
Uji stabilitas 1x Uji stabilitas 2x Uji stabilitas 3x
jam
Luas Konsentrasi Luas Konsentrasi Luas Konsentrasi
Zat
Area mol/l Area mol/l Area mol/l
T 1336418 0.293 26335329 5.768 2865149 0.628
D 1336858 0.450 4184467 1.408 558978 0.188
M 92515 0.008 22444 0.002 31138 0.003
F 39041 0.015 1198095 0.470 674465 0.264

Lamp. 3. 17 Perhitungan % mol balance untuk uji stabilitas lipase terimmobilisasi metode
adsorpsi cycle 1
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
0 7924714 1.7358 1424536 0.4792 61148 0.0052 1811 0.0007 100.00
50 1758936 0.3853 1852623 0.6232 62236 0.0053 9383642 3.6772 98.59

Lamp. 3. 18 Perhitungan % mol balance untuk uji stabilitas lipase terimmobilisasi metode
adsorpsi cycle 2
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50 5800007 1.2704 2029549 0.6827 1269 0.0001 2302027 0.9021 98.50

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


135

Lamp. 3. 19 Perhitungan % mol balance untuk uji stabilitas lipase terimmobilisasi metode
adsorpsi cycle 3
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50 5658936 1.2395 2662623 0.8957 62236 0.0053 1383642 0.5422 98.15

Lamp. 3. 20 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk untuk
uji stabilitas menggunakan lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (rasio mol minyak jelantah :
metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC)
IM-ADS Perbandingan mol = 1:12
t = 50 jam Konsentrasi Enzim
Komponen IM IM2X IM3X
3*CT, t=0 5.21 5.21 5.21
2*CD, t=0 0.96 0.96 0.96
CM, t=0 0.01 0.01 0.01
CB, t=0 0.00 0.00 0.00
3*CT, t=t 1.16 3.81 3.72
2*CD, t=t 1.25 1.37 1.79
CM, t=t 0.01 0.00 0.01
CB, t=t 3.68 0.90 0.54
% konversi
77.80 26.81 11.56
trigliserida
% Yield
23.94 26.22 34.40
digliserida
% Yield
0.10 0.00 0.10
monogliserida
% Yield
70.62 17.32 10.41
biodiesel

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


136

Lampiran 4

4.1. Uji Efek Inhibisi Asam Palmitat

Lamp. 4. 1 Data uji efek inhibisi

IM-ADS Perbandingan mol = 1:12


t = 50 jam Imobilize Free enzim
Luas Konsentrasi Luas Konsentrasi
Zat Area mol/l Area mol/l
T 27429759 6.008 26997469 5.913
D 7101868 2.389 277940 0.093
M 251048 0.021 1620153 0.138
F 536526 0.210 277266 0.109

Lamp. 4. 2 Perhitungan % mol balance untuk Immobilized


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
0 7924714 1.736 1424536 0.479 61148 0.00522 1811 0.001 100.00
50 6389759 1.40 1002868 0.34 251048 0.02143 3256526 1.28 99.99

Lamp. 4. 3 Perhitungan % mol balance untuk Free enzim


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50 5589759 1.22 1466868 0.49 251048 0.02143 3760526 1.47 99.73

Lamp. 4. 4 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk untuk
uji efek inhibisi (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 37oC)
IM Perbandingan Mol 1 : 12
t = 50 jam Konsentrasi Enzim
Komponen IMOB FREE
3*CT, t=0 5.21 5.21
2*CD, t=0 0.96 0.96
CM, t=0 0.01 0.01
CB, t=0 0.00 0.00
3*CT, t=t 4.20 3.67
2*CD, t=t 0.67 0.99
CM, t=t 0.02 0.02
CB, t=t 1.28 1.47
% konversi
trigliserida 19.37 29.46
% Yield
digliserida 12.96 18.95
% Yield
monogliseri
da 0.41 0.41
% Yield
biodiesel 24.51 28.30

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


137

Lampiran 5

5.1. Uji Variasi Temperatur = 500C


Lamp. 5. 1 Data variasi temperature immobilized dan free enzim
IM-ADS Perbandingan mol = 1:12
t = 50 jam Imobilized Free enzim
Luas Konsentrasi Luas Konsentrasi
Zat
Area mol/l Area mol/l
T 3841601 0.841 27831597 6.096
D 701228 0.236 221572 0.075
M 13 0.000 1276193 0.109
F 557549 0.218 547150 0.214

Lamp. 5. 2 Perhitungan % mol balance untuk immobilized


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
0 7924714 1.736 1424536 0.479 61148 0.00522 1811 0.001 100.00
50 5841601 1.28 1801228 0.61 89313 0.00762 2557549 1.00 98.19

Lamp. 5. 3Perhitungan % mol balance untuk free enzim


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50 5389759 1.18 1812264 0.61 89313 0.00762 3520526 1.38 99.62

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


138

Lamp. 5. 4 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk untuk
uji efek variasi temperatur (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 50oC)
IM Perbandingan Mol 1 : 12
t = 50 jam Konsentrasi Enzim
Komponen IMOB FREE
3*CT, t=0 5.21 5.21
2*CD, t=0 0.96 0.96
CM, t=0 0.01 0.01
CB, t=0 0.00 0.00
3*CT, t=t 3.84 3.54
2*CD, t=t 1.21 1.22
CM, t=t 0.01 0.01
CB, t=t 1.00 1.38
% konversi
trigliserida 26.29 31.99
% Yield
digliserida 23.27 23.42
% Yield
monogliseri
da 0.15 0.15
% Yield
biodiesel 19.25 26.49

5.2. Uji Variasi Temperatur = 250C


Lamp. 5. 5 Data variasi temperature immobilized dan free enzim
IM Perbandingan mol = 1:12
t = 50 jam Imobilize Free enzim
Luas Konsentrasi Luas Konsentrasi
Zat
Area mol/l Area mol/l
T 27429759 6.008 26997469 5.913
D 7101868 2.389 277940 0.093
M 251048 0.021 1620153 0.138
F 536526 0.210 277266 0.109

Lamp. 5. 6 Perhitungan % mol balance untuk Immobilized


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
0 7924714 1.736 1424536 0.479 61148 0.00522 1811 0.001 100.00
50 7189759 1.57 1002868 0.34 251048 0.02143 1906526 0.75 99.93

Lamp. 5. 7 Perhitungan % mol balance untuk Immobilize


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
t (Jam) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) Luas Area (mol/l) %
T D M F mol Balance
50 6259759 1.37 1466868 0.49 251048 0.02143 2700526 1.06 100.13

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


139

Lamp. 5. 8 (%) konversi trioelat dan (%) yield masing-masing komponen yang terbentuk untuk uji
efek variasi temperatur (rasio mol minyak jelantah : metil asetat = 1:12; t =50 jam; T = 25oC)

IM Perbandingan Mol 1 : 12
t = 50 jam Konsentrasi Enzim
Komponen IMOB FREE
3*CT, t=0 5.21 5.21
2*CD, t=0 0.96 0.96
CM, t=0 0.01 0.01
CB, t=0 0.00 0.00
3*CT, t=t 4.72 4.11
2*CD, t=t 0.67 0.99
CM, t=t 0.02 0.02
CB, t=t 0.75 1.06
% konversi
trigliserida 9.27 21.01
% Yield
digliserida 12.96 18.95
% Yield
monogliseri
da 0.41 0.41
% Yield
biodiesel 14.35 20.32

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


140

Lampiran 6

6.1. Pemodelan Hasil Percobaan Menggunakan Mekanisme Reaksi


Michaelis-Menten Metode Linierisasi

Lamp. 6. 1 Data hasil percobaan reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non alkohol
menggunakan biokatalis dalam bentuk tersuspensi
Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l)
t (Jam) Luas Area Luas Area Luas Area Luas Area
T D M F
0 7924714 1.73575511 634536 0.21345996 61148 0.00522020 1811 0.00070969
0.5 4585866 0.95056359 755456 0.25413783 5055 0.00043154 3602976 1.41191636
2 3006811 0.60010253 1064341 0.35804774 9975 0.00085156 5105086 2.00055577
6 1409364 0.30431327 1506941 0.50693981 120364 0.01027546 6500327 2.54731589
12 826984 0.13075778 1851998 0.62301809 355662 0.03036281 7655123 2.99985161
20 619634 0.06001133 2099863 0.70640068 399931 0.03414205 8500068 3.33096447
30 485931 0.03409299 1763641 0.59329452 329264 0.02810922 9296497 3.64306511
50 475936 0.02116624 1502623 0.50548722 240631 0.02054263 9923163 3.88863988

Lamp. 6. 2 Data perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten menggunakan biokatalis


dalam bentuk tersuspensi
Trigliserida Biodiesel
Reaction
Reaction time Reaction product Y=
product Reaction d[B] (mol/l) dT (menit) d[B]/dt X = 1/[T]
(h) (mol/l) 1/{d[B]/dt}
(mol/l) time (min)
0 1.73575511 0.00070969 0
0.5 0.95056359 1.41191636 30 1.41120667 30 0.047040222 21.25840292 1.052007472
2 0.60010253 2.00055577 120 0.588639413 90 0.006540438 152.8949608 1.666381901
6 0.30431327 2.54731589 360 0.54676012 240 0.002278167 438.9493516 3.286087347
12 0.13075778 2.99985161 720 0.452535726 360 0.001257044 795.5173022 7.64772835
20 0.06001133 3.33096447 1200 0.331112854 480 0.000689818 1449.6568 16.66352099
30 0.03409299 3.64306511 1800 0.312100644 600 0.000520168 1922.45678 29.33153958
50 0.02116624 3.88863988 3000 0.245574762 1200 0.000204646 4886.495616 47.24503768

20 00
y = 14 0.35 + 66.03 2x R= 0 .9 7468

15 00
1/{d[Cb]/dt}

10 00

50 0

0
0 5 10 15 20 25 30
1/[Ct]

Lamp. 6. 3 Kurva perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten menggunakan


biokatalis dalam bentuk tersuspensi (Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah, rasio mol
reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


141

Lamp. 6. 4 Data hasil percobaan reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non alkohol
menggunakan biokatalis terimmobilisasi metode adsorpsi
Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l) Konsentrasi (mol/l)
t (Jam) Luas Area Luas Area Luas Area Luas Area
T D M F
0 7924714 1.73575511 1424536 0.47921850 61148 0.00522020 1811 0.00070969
0.5 4585866 1.00444513 1685456 0.56699283 1242 0.00010603 2552976 1.00044757
2 3006811 0.65858371 2708977 0.91130859 2816 0.00024040 4104264 1.60835861
6 1409364 0.30869389 3386941 1.13937787 3564 0.00030426 6300327 2.46894088
12 826984 0.18113483 3718933 1.25106104 3889 0.00033200 7155123 2.80391410
20 619634 0.13571883 2869863 0.96543116 2853 0.00024356 8163644 3.19912830
30 485931 0.10643377 2253641 0.75813209 1995 0.00017031 8886499 3.48239713
50 475936 0.10424456 1852623 0.62322835 1294 0.00011047 9383642 3.67721506

Lamp. 6. 5 Data perhitungan untuk metode linierisasi Michaelis-Menten menggunakan biokatalis


ter-immobilisasi metode adsorpsi
Trigliserida Biodiesel
Reaction
Reaction time Reaction product Y=
product Reaction d[B] (mol/l) dT (menit) d[B]/dt X = 1/[T]
(h) (mol/l) 1/{d[B]/dt}
(mol/l) time (min)
0 1.73575511 0.00070969 0
0.5 1.00444513 1.00044757 30 0.999737881 30 0.033324596 30.00786564 0.995574546
2 0.65858371 1.60835861 120 0.607911044 90 0.006754567 148.0479767 1.518409857
6 0.30869389 2.46894088 360 0.860582271 240 0.003585759 278.8809485 3.239455145
12 0.18113483 2.80391410 720 0.334973215 360 0.000930481 1074.712795 5.520749448
20 0.13571883 3.19912830 1200 0.395214205 480 0.000823363 1214.531244 7.368174537
30 0.10643377 3.48239713 1800 0.28326883 600 0.000472115 2118.129266 9.395513892
50 0.10424456 3.67721506 3000 0.194817932 1200 0.000162348 6159.597262 9.592826475

25 00
y = -295 .29 + 2 36.68 x R= 0.977 3
20 00
1/{d[Cb]/dt}

15 00

10 00

50 0

0
0 2 4 6 8 10
1/[Ct]

Lamp. 6. 6 Hasil pemodelan metode linierisasi terhadap hasil sintesis biodiesel menggunakan
lipase terimmobilisasi metode adsorpsi (Kondisi operasi : substrat = minyak jelantah, rasio mol
reaktan = 1:12, t = 50 jam; T= 370C)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


142

Lampiran 7

7.1. Dokumentasi Foto-foto

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


143

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


144

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


145

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


146

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


147

Lampiran 8

8.1. Contoh Penentuan Nilai mr (molecular weight) dari minyak nabati

Sumber: Adam Karl Khan

Sumber : Ketaren

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008


148

Lampiran 9

9.1. Daftar Notasi dan Simbol

Notasi
& Keterangan
Simbol
Vmax Kecepatan Maksimal
KM Konstanta Michaelis-Menten
[T] Notasi untuk trigliserida (trioleat)
[D] Notasi untuk Digliserida (dioleat)
[M] Notasi untuk monogliserida (Monooleat)
[B] Notasi untuk Biodiesel (Methyl oleat
F Notasi untuk FAME (Fatty Acid Methyl
Ester)
[ET] Notasi untuk enzim-substrat kompleks
mg/L miligram/Liter
gr/mL gram/Liter
mol/L Mol/Liter
T (oC) Suhu (oC)
t (jam) Waktu (jam)
t (detik) Waktu (detik)
Ct Konsentrasi trioleat
Cd Konsentrasi dioleat
Cm Konsentrasi monooleat
Cb Konsentrasi biodiesel (Methyl-oleat)
d CB Selisih konsetrasi biodiesel
dt Selisih waktu
X Konsversi
N mol
θ Perbandingan mol
A Notasi untuk asam (metil asetat)
wt (weight)

Universitas Indonesia

Reaksi interesterifikasi..., Muhammad Ekky Rizkiyadi, FT UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai