Digital 20351308 PR Ryan Adi
Digital 20351308 PR Ryan Adi
Digital 20351308 PR Ryan Adi
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Laporan praktek...., Ryan Adi, FF, 2013
Laporan praktek...., Ryan Adi, FF, 2013
Kata Pengantar
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories yang dilaksanakan
selama periode 1 April - 24 Mei 2013. Laporan ini disusun sebagai salah satu
persyaratan yang harus ditempuh untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat berjalan dengan lancar karena bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Direksi PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah memberi
izin dan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
di PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories.
2. Bapak Drs. J. Sunarto, Apt. selaku External Relation Pharma Manager di
PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah memberikan arahan
dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
3. Drs. Lodewyk Heumasse, Apt. selaku QA Manager dan pembimbing di
PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories yang telah meluangkan waktu
untuk berbagi ilmu dalam kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas
Farmasi UI.
5. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI dan pembimbing dari Fakultas Farmasi UI atas arahannya.
6. Seluruh counterpart PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories atas ilmu
dan pengalamannya.
7. Ibu Asih atas kesabaran dan ketelatenannya dalam membantu segala hal
dalam pelaksanaan kegiatan PKPA di PT. Konimex Pharmaceutical
Laboratories.
8. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi
UI.
iv
Laporan praktek...., Ryan Adi, FF, 2013
9. Keluarga tercinta, Papa, Mama, dan adik-adik atas kesabarannya, kasih
sayang, dukungan, perhatian, dan doanya untuk menyelesaikan pendidikan
profesi Apoteker dengan sebaik mungkin.
10. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan
LXXVI atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan.
11. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Universitas Gadjah Mada, Universitas Surabaya, dan
Universitas Muhammadiyah Surakarta atas kebersamaan dan kerjasama
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Konimex
Pharmaceutical Laboratories.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi ini jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
Penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi pembaca yang ingin mengetahui dan mengkaji lebih dalam tentang industri
farmasi.
Penulis
2013
v
Laporan praktek...., Ryan Adi, FF, 2013
Laporan praktek...., Ryan Adi, FF, 2013
DAFTAR ISI
vi Universitas Indonesia
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
pengawasan mutu agar nantinya dapat berperan banyak di industri farmasi. Salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh calon apoteker untuk memperoleh
pengetahuan tersebut adalah dengan mengikuti Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di salah satu industri farmasi. Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia mengadakan kerjasama dengan PT. Konimex
Pharmaceutical Laboratories dengan cara pemberian kesempatan kepada
mahasiswa calon Apoteker untuk mengunjungi langsung industri farmasi tersebut
mulai tanggal 1 April 2013 hingga 24 Mei 2013.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri farmasi bertujuan:
a. Mempelajari ruang lingkup profesi apoteker secara teori dan praktek sehingga
dapat memperoleh gambaran yang nyata mengenai tanggung jawab profesi
apoteker di industri farmasi.
b. Memahami penerapan prinsip-prinsip CPOB di industri farmasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
kefarmasian.
Perizinan Industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Republik Indonesia tidak harus berupa perseroan terbatas dan tidak wajib
melampirkan rencana investasi serta kegiatan pembuatan obat sebagai syarat
perolehan izin industri farmasi.
Kewajiban yang harus dilakukan oleh perusahaan farmasi yang telah
memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi, yaitu:
a. Membuat jumlah laporan dan nilai produksinya sekali dalam 6 (enam) bulan.
Sedangkan untuk laporan lengkap wajib dilaporkan sekali dalam setahun.
b. Menyalurkan produksinya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
c. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian serta mencegah
pencemaran lingkungan.
d. Melaksanakan keamanan dan keselamatan alat, bahan baku, proses, hasil
produksi, pengangkutan, dan keselamatan kerja.
e. Melakukan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) berupa Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.2.2 Sinergy
Yaitu saling menghargai perbedaan dan menyatukan kekuatan untuk
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
Tabel 2.2. Pedoman perilaku sinergy
Karyawan Pemimpin
Memberikan kontribusi, berpartisipasi Mendorong setiap individu untuk
dan berkomitmen terhadap upaya - memberikan kontribusi, berpartisipasi
upaya tim dalam mencapai sasaran dan berkomitmen terhadap upaya-upaya
perusahaan/ divisi/ sub divisi/ bagian/ tim dalam mencapai sasaran perusahaan
seksi
Menghargai pendapat/ pandangan orang Membangun kesadaran untuk
lain dan mendukung keputusan tim menghargai pendapat/pandangan orang
lain dan mendukung keputusan tim
Memberdayakan rantai (individu/
proses) terlemah
Universitas Indonesia
2.2.2.3 Integrity
Yaitu satunya kata dengan perbuatan, sesuai nilai-nilai, kebijakan
perusahaan dan kode etik profesi.
Tabel 2.3. Pedoman perilaku integrity
Karyawan Pemimpin
Menjalankan aturan, tata tertib dan Memastikan dijalankannya aturan, tata
standar kerja tertib dan standar kerja
Dapat dipercaya Memberikan Keteladanan
Bertanggung jawab terhadap hasil Bertanggung jawab terhadap hasil
kerja, keputusan dan perilaku pribadi kerja, keputusan dan perilaku individu
yang ada di seksi/ bagian/ sub-divisi/
divisi
Meletakkan kepentingan perusahaan Membangun kesadaran untuk selalu
diatas kepentingan pribadi meletakkan kepentingan perusahaan
diatas kepentingan pribadi
Melakukan apa yang seharusnya Membangun kesadaran untuk:
dilakukan Melakukan apa yang seharusnya
Melakukan apa yang telah dikatakan dilakukan
Mengatakan apa yang seharusnya Melakukan apa yang telah dikatakan
dikatakan Mengatakan apa yang seharusnya
dikatakan
Universitas Indonesia
dipercaya dan efektif. Untuk mendapatkan mutu yang memenuhi standar, PT.
Konimex menerapkan prosedur produksi sesuai Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik (CPOB) yang selalu disempurnakan. PT. Konimex merupakan salah
satu dari perusahaan farmasi di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi
CPOB dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Selanjutnya, menghadapi persaingan di era pasar bebas, PT. Konimex
menetapkan manajemen mutu yang sesuai dengan tuntutan standar internasional
ISO. Dengan demikian, produk-produk PT. Konimex juga akan diterima baik di
luar negeri. Mutu yang baik tidak bisa dilepaskan dari pelaksanaan pengendalian
mutu yang berdisiplin tinggi. Pengendalian mutu di PT. Konimex dilakukan pada
setiap tahap proses produksi. Sejak kedatangan bahan baku, pencampuran,
pencetakan hingga pengemasan produk jadi. Bahkan secara berkala, juga selalu
dilakukan pemantauan kestabilan mutu produk PT. Konimex di pasar. Semua itu
dilakukan sebagai bagian dari komitmen mengenai mutu produk. Selain
sertitifikat CPOB dan CPOTB, PT. Konimex juga sudah mempunyai sertifikat
ISO 9001: 2008, sertifikat Sanitasi-higiene, dan sertifikat Halal.
2.2.3.2 Mudah diperoleh
Komitmen berikutnya adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat
seluas-luasnya untuk memperoleh produk-produk PT. Konimex dimanapun
mereka berada. Oleh karenanya, bagi PT. Konimex, distribusi menjadi faktor
sangat penting dan harus dapat diandalkan. Untuk menjamin kelancaran distribusi
dan memperluas wilayah jangkauan, PT. Konimex mendirikan dua perusahaan
distributor khusus, yaitu PT Sinar Intermark dan PT Marga Nusantara Jaya.
Kedua distributor ini memiliki jaringan cabang di hampir semua kota besar utama
di Indonesia, serta dukungan oleh ratusan armada distribusi. Melalui kedua
distributor tersebut, semua produk PT. Konimex didistribusikan ke grosir, pasar
swalayan, hingga tingkat pengecer. Di masa mendatang, jumlah cabang akan
ditambah, agar dapat menjangkau daerah pemasaran yang lebih luas, supaya
produk-produk Konimex dari Sanggrahan akan semakin mudah diperoleh para
konsumen di berbagai pelosok Indonesia. Sedangkan untuk keperluan ekspor,
telah dirintis jalur distribusi Asia Pasifik dengan menunjuk distributor di
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terdapat di PT. Konimex terdiri dari gedung kantor, gedung produksi, teknik,
gudang, dan sarana pendukung seperti pengolahan limbah, lapangan parkir,
koperasi, dan kantin.
PT. Konimex memiliki 7 (tujuh) bagian produksi, yaitu:
a. Produksi Pharma I (Paramex Line, tetes mata, dan soft capsule)
b. Produksi Farmasi II (Tablet Line); untuk memproduksi tablet selain Paramex
seperti Inza, Konidin, Feminax, dll.
c. Produksi Farmasi III (Semi solid dan Liquid Line); yaitu untuk memproduksi
sediaan semisolid dan liquid, seperti Fit Up, Zero Pain, Fungiderm, dll.
d. Produksi Natpro; yaitu untuk memproduksi Natural Product seperti Konicare,
Herba drink, dll.
e. Produksi Food I; yaitu untuk memproduksi permen, seperti Frozz, Hexos,
Nano-nano, dll.
f. Produksi Food II; yaitu untuk memproduksi biskuit, seperti Choco mania, Tini
Wini Biti, dll.
g. Produksi Food III; yaitu untuk memproduksi sediaan tablet effervescent, seperti
Jesscool, Protecal, dll.
2.2.6 Jenis Produk PT. Konimex
Sejak tahun tujuh puluh, pemerintah telah melaksanakan pembangunan
diberbagai sektor sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan
kesejahteraan menyebabkan penuntutan terhadap peningkatan kualitas hidup. Hal
ini merupakan tantangan tersendiri bagi PT. Konimex. Sehingga PT. Konimex
selain memperkuat industri farmasi juga memperluas usaha ke beberapa bidang
lain yang masih dekat dengan usaha intinya.
2.2.6.1 Divisi Farmasi
Tulang punggung PT. Konimex merupakan divisi farmasi yang telah
memiliki 121 merek produk. Mula-mula PT. Konimex memproduksi obat-obat
bebas (OTC), dan sekarang PT. Konimex mulai mengembangkan obat-obat
dengan resep dokter serta produk nonkuratif, antara lain vitamin. Sediaan yang
pertama dibuat hanya sediaan tablet, namun kini telah dibuat berbagai macam
variasi sediaan seperti sirup, salep, krim, kapsul, serta tablet effervescent.
Beberapa merek produk farmasi PT. Konimex yang populer di masyarakat antara
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 2012)
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang
Penerapan Pedomanan Cara Pembuatan Obat yang Baik maka Industri Farmasi
dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dan/atau bahan obat
wajib menerapkan Pedoman CPOB. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup
seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Alasan penerapan CPOB oleh industri farmasi antara lain:
a. Tuntutan pemerintah
Mencegah persaingan tidak sehat di Industri Farmasi dan menjamin obat yang
dikonsumsi bermutu tinggi dan tidak membahayakan pemakainya
b. Tuntutan konsumen
Konsumen menghendaki obat yang manjur, aman, bermutu (isi sesuai etiket,
sesuai tujuan penggunaanya, dan tidak rusak hingga pemakaian)
c. Tuntutan perusahaan
Komitmen perusahaan, citra perusahaan, kesinambungan bisnis perusahaan
Dalam Pedoman CPOB tahun 2012, terdapat dua belas aspek yang harus
dipenuhi dalam penerapan CPOB, yaitu:
2.3.1 Manajemen mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”,
yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam
perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu
Universitas Indonesia
secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi
Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen
Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya; dan
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Semua bagian sistem Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan
ketersediaan personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang
cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada
kepala Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB
ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan
pengembangan produk.
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk.
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
Kepala bagian Produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis
yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.
Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh
dalam produksi obat.
Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifi-
kasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang
memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk
melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Pengawasan Mutu
hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan
mutu.
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang
apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai,
memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.
Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan
dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan
sistem mutu/ pemastian mutu.
Untuk menjamin personil memiliki kualifikasi yang dibutuhkan, industri
farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena
tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau
laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan
bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Di
samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah
mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan
berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannya
hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program pelatihan yang
disetujui kepala bagian masing-masing. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 2.4 Kelas ruangan dan persyaratan partikulat udara yang diperbolehkan
Ukuran Partikel Non-operasional Operasional
Jumlah maksimum partikel/ m3 yang diperbolehkan
Kelas ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm ≥ 0,5 µm ≥ 5 µm
A 3.520 20 3.520 20
B 3.520 29 352.000 29
C 352.000 2.900 3.520.000 29.000
D 3.520.000 29.000 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
E 3.520.000 29.000 Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian
Pengawasan Mutu.
Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan
hendaklah dicatat. Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru
diadopsi, hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok
untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan
menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. Perubahan signifikan
terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan atau bahan yang dapat
memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi.
Hendaklah secara kritis dilakukan revalidasi secara periodik untuk memastikan
bahwa proses dan prosedur tetap mampu mencapai hasil yang diinginkan.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat
risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar.
Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup, hormon
tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan
dalam dosis besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang
panjang. Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba dan pencemaran lain.
Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran
bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara,
produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran bets/lot
yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling
berkaitan. Sistem penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot
yang sama tidak dipakai secara berulang. Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera
Universitas Indonesia
dicatat dalam suatu buku log. Catatan tersebut hendaklah mencakup tanggal
pemberian nomor, identitas produk dan ukuran bets/lot yang bersangkutan.
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus
produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi,
dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi, adalah sangat penting.
Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah
diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh
diserahkan. Untuk menghindarkan terjadinya kecampurbauran, pencemaran
silang, hilangnya identitas dan keraguan, maka hanya bahan awal, produk antara
dan produk ruahan yang terkait dari satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam
area penyerahan. Setelah penimbangan, penyerahan dan penandaan, bahan awal,
produk antara dan produk ruahan hendaklah diangkut dan disimpan dengan cara
yang benar sehingga keutuhannya tetap terjaga sampai saat pengolahan
berikutnya.
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
yang dikembalikan ke gudang penyimpanan hendaklah didokumentasikan dengan
benar dan direkonsiliasi. Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan.
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa
sebelum dipakai. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan
bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko
terjadinya kecampurbauran atau pencemaran silang. Kondisi lingkungan di area
pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat
yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Sebelum kegiatan pengolahan
dimulai hendaklah diambil langkah untuk memastikan area pengolahan dan
peralatan bersih dan bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak
diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang akan dilakukan. Semua peralatan
yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum digunakan.
Peralatan hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
disolusi) yang berkaitan dengan formula dalam kemasan yang dipasarkan. Tujuan
dari program stabilitas on-going adalah untuk memantau produk selama masa edar
dan untuk menentukan bahwa produk tetap, atau dapat diprakirakan akan tetap,
memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi penyimpanan yang tertera
pada label.
2.3.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara
obyektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada
situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah
bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan
pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan pengemas yang
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Hendaklah dibuat daftar pemasok
yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar pemasok hendaklah
disiapkan dan ditinjau ulang. Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok
disetujui dan dimasukkan ke dalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi
hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
34 Universitas Indonesia
c. Kompensasi
Bagian HRO bertugas mengatur pemberian kompensasi kepada setiap
karyawan atas pekerjaannya. Kompensasi tersebut diberikan setelah dilakukan
evaluasi pekerjaan. Kompensasi yang diberikan berupa sistem gaji/upah,
insentif, dan tunjangan. Dengan adanya kompensasi ini, setiap karyawan
diharapkan akan termotivaasi untuk selalu meningkatkan kinerjanya.
d. Integrasi
Kegiatan integrasi bertujuan untuk mempersatukan perusahan dengan
karyawan. Kegiatan ini dapat berupa menjalin hubungan dengan serikat
pekerja, komunikasi melalui berbagai forum/diskusi, annual meeting,
penerbitan majalah internal Konimex, dan kegitan lainnya.
e. Pemeliharaan
Divisi HRO juga bertanggungjawab terhadap pemeliharaan tenaga kerja PT
Konimex. Beberapa hal yang dilakukan untuk pemeliharaan tenaga kerja
antara lain dengan membentuk tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja), melakukan riset mengenai kepuasan kerja karyawan, serta
meningkatkan fasilitas dan pelayanan bagi karyawan.
Human Resources Organization PT Konimex membawahi 4 bagian, yaitu
Human Resources Development (HRD), Recruitment, Personnel, dan General
Service. Berikut adalah struktur organisasi divisi Human Resources Organization
PT Konimex:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
tersebut akan dilakukan review secara periodik setiap 3 (tiga) atau 5 (lima)
tahun, apabila terjadi perubahan maka bagian dapat diminta untuk perbaikan.
Setiap dokumen yang diterbitkan di PT Konimex memiliki format isi dan
format penomoran dokumen sesuai dengan ketentuan. Pengaturan format
penomoran dokumen dilakukan dengan pemberian kode XY-Z-0-000-00, yaitu:
a. Subkode XY= bagian pembuat
b. Subkode Z= kelompok dokumen
c. Subkode 0= tingkat dokumen
d. Subkode 000= nomor urut dokumen di bagian
e. Subkode 00= status revisi dokumen
Keterangan kelompok dokumen (Z) pada format penomoran dokumen diatas
adalah
sebagai berikut :
A= umum
B= bangunan
C= kalibrasi
D= validasi dan kualifikasi
E= bahan awal (bahan baku, pengemas)
F= produk (olahan, produk jadi)
G= reagen, pereaksi
H= mikrobiologi
I= produksi induk
J= mesin/peralatan, utilitas
K= personil
L= audit, inspeksi umum non bahan/ produk
M= K3, higiene
N= lingkungan hidup, limbah
O= pre klinis, hewan uji
Format penomoran rekaman, dilakukan dengan pemberian kode XY-000-00,
yaitu:
a. Subkode XY= bagian pembuat rekaman
b. Subkode 000= nomor urut rekaman di bagian
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Peluang keuntungan dari dari aplikasi sistem Document Control ini adalah
adanya desentralisasi akses informasi tentang dokumen dan penghematan
penggunaan kertas sebagai media penyimpan dokumen. Namun demikian, bagian
Document Control masih mengalami kesulitan dalam aplikasi sistem ini di
lapangan, yaitu waktu evaluasi draft dan persetujuan belum dapat memenuhi dua
hari per orang, dokumen yang sudah tidak berlaku belum dapat sepenuhnya
terambil dari titik penggunaan, dan dokumen kadaluarsa belum dapat sepenuhnya
ditinjau ulang tepat waktu. Oleh sebab itu, ke depannya diharapkan setiap bagian
semakin perhatian pada proses dokumentasi karena dokumentasi merupakan
amanat wajib Pedoman CPOB 2006 dan ISO 9001:2008. Selain itu, diharapkan
pula proses evaluasi draft dokumen dapat dilakukan via e-mail untuk jarak antar
kota sehingga lebih menghemat waktu. Pendistribusian dokumen secara
elektronik juga diharapkan lebih meluas lagi sehingga dapat semakin menghemat
kertas.
3.4.2 Validation
Validasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pemastian mutu
dan merupakan persyaratan utama dalam CPOB. Dengan adanya validasi, setiap
proses produksi obat dapat dipastikan dapat menghasilkan produk yang bermutu
baik secara konsisten. Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan
cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem,
perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan
akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (BPOM RI, 2006).
PT Konimex sebagai salah satu industri farmasi senantiasa melakukan
kegiatan validasi terhadap setiap proses pembuatan obat. Validasi ini perlu
dilakukan, tidak hanya untuk memenuhi persyaratan legal, tetapi juga untuk
mengenal tahapan proses dengan baik, mengetahui hal-hal kritis yang harus
dikendalikan, meningkatkan produktivitas dari mengurangi jumlah sampling dan
reject, serta meningkatkan konsistensi mutu produk. Seluruh kegiatan validasi di
PT Konimex dilakukan oleh bagian Validation yang dipimpin oleh seorang
Validation Manager yang bertanggung jawab kepada QA Division Manager.
Beberapa hal yang menjadi objek atau sasaran validasi di PT Konimex, yaitu :
a. Kualifikasi bahan baku
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2.4.1 Kualifikasi
Kualifikasi dilakukan untuk menguji dan membuktikan bahwa setiap mesin
dan peralatan yang digunakan dalam proses mampu terpasang dengan baik, bekerja
dan berjalan dengan baik sesuai spesifikasi yang diinginkan, sehingga dapat
menghasilkan luaran sesuai yang diinginkan secara konsisten. Kualifikasi sangat
penting dilakukan sebelum kegiatan validasi dilaksanakan, baik validasi proses
ataupun validasi pembersihan. Kualifikasi yang dilakukan oleh bagian validasi PT
Konimex meliputi kualifikasi bangunan dan kualifikasi peralatan.
a. Kualifikasi Bangunan
Kualifikasi bangunan di PT. Konimex dilakukan sebagai tindakan untuk
membuktikan bahwa bangunan sesuai dengan persyaratan CPOB dan memastikan
bangunan atau ruangan tidak mencemari produk. Kualifikasi bangunan meliputi
desain bangunan; konstruksi lantai, dinding, langit-langit; pengaturan sistem udara
ruangan; pengaturan perbedaan tekanan antar ruangan; pengaturan suhu dan
kelembaban ruang; dan pengaturan pencahayaan ruang.
b. Kualifikasi Peralatan
Kualifikasi peralatan dilakukan sebagai tindakan untuk memberikan bukti
terdokumentasi bahwa peralatan/mesin dapat berfungsi sesuai dengan
spesifikasi/kegunaannya. Kualifikasi peralatan meliputi kualifikasi desain (Design
Qualification/DQ), instalasi (Instalation Qualification/IQ), operasi (Operational
Qualification/OQ), dan kinerja (Performance Qualification/PQ). Kualifikasi
dilakukan terhadap mesin baru dan mesin lama (existing). Validasi mesin baru
dilakukan untuk membuktikan/mendemonstrasikan terhadap spesifikasi (IQ, OQ,
PQ) dan mesin harus dapat memenuhi kebutuhan proses, sedangkan validasi
mesin lama dilakukan untuk mendokumentasikan spesifikasi, pengumpulan
informasi, menentukan spesifikasi dan mesin telah memenuhi kebutuhan proses.
Peralatan yang dikualifikasi ditentukan berdasarkan impact atau
pengaruhnya terhadap kualitas produk. Di PT Konimex, peralatan yang wajib
dikualifikasi adalah peralatan/sistem yang memiliki impact/pengaruh langung
terhadap kualitas produk dan berperan dalam parameter-parameter kritis.
Peralatan/mesin lain yang tidak memiliki pengaruh langung terhadap kualitas
produk juga tetap diperhatikan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
proses produksi tablet, parameter kritis diperiksa melalui pengambilan sampel pada
tahap proses pengeringan granul, lubrikasi, pencetakan, coating/penyalutan, dan
pengemasan primer. Untuk proses produksi sediaan likuid dan semisolid,
pengambilan sampel dilakukan pada tahap pencampuran dan pengisian/pengemasan
primer.
Langkah-langkah pelakasanaan kegiatan validasi proses di PT Konimex
adalah sebagai berikut :
a. Penentuan produk yang akan divalidasi
b. Pengumpulan informasi, pengecekan dan verifikasi dokumentasi proses. Informasi
dan dokumen yang diperlukan antara lain standar kualitas produk, SOP
pengoperasian dan pembersihan mesin, rekaman bets proses dan pengemasan, dan
pelaksanaan proses produksi (personal, deskripsi proses aktual, area proses, mesin
dan utilitas proses, masalah yang sering terjadi dan lainnya.
c. Pembuatan protocol, sirkulasi, dan persetujuan bagian terkait.
d. Koordinasi pelaksanaan validasi (pengecekan jadwal proses, pemilihan petugas
sampling, pembuatan form data, persiapan perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan, memberikan informasi ke bagian terkait (Produksi, QC, dan RPD).
e. Pelaksanaan validasi yang sesuai dengan jadwal serta SOP proses dan pengemasan
terhadap 3 batch proses berurutan, meliputi kegiatan: sampling, pelabelan sampel,
verifikasi dan pendataan proses /dokumentasi proses sesuai form data.
f. Pengumpulan dan pemeriksaan/pengujian sampel ke laboratoium QC. Jadwal
pemeriksaan sampel (jenis dan jumlah pengujian sampel sesuai form data)
diserahkan sepenuhnya ke bagian QC.
g. Evaluasi dan analisa hasil pemeriksaan/pengujian
h. Pembuatan laporan validasi (kesimpulan dan saran, jadwal revalidasi dan change
control) serta persetujuan.
i. Pemantauan status validasi untuk revalidasi secara periodik
Pelaksanaan revalidasi proses terhadap suatu produk dilakukan secara periodik
dan apabila terdapat perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan jumlah
bahan aktif dan bahan tambahan yang kritis, perubahan kualitatif bahan aktif yang
menyebabkan perubahan CPP (Critical Control Paramater) dan CQA (Control
Quality Attribute), perubahan peralatan dan fasilitas produksi, dan perubahan metode
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mesin/peralatan.
b. Pemeriksaan swab/rinse
Jika secara visual dari tiga kali proses pembersihan tidak terlihat bercak pada
permukaan alat swab/rinse; secara kimia sisa residu yang ada di swab/rinse tidak
melebihi MACO untuk batch berikutnya; secara biologi tidak melebihi batas yang
ditentukan.
Evaluasi hasil dilakukan terhadap hasil pemeriksaan/pengujian. Hasil yang
memenuhi kriteria penerimaan untuk tiga studi menunjukkan bahwa prosedur
pembersihan yang tercakup dalam studi validasi sudah valid. Jika hasilnya tidak
memenuhi kriteria bisa dicoba dengan memperbaiki proedur yang sudah ada atau
mengembangkan prosedur baru yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih
baik, dan mengulang studi validasi untuk prosedur yang baru. Jika tidak
memungkinkan memperbaiki prosedur yang ada ataupun mengembangkan prosedur
baru, maka mungkin bisa dilakukan dengan membagi kelompok produk dengan
prosedur pembersihan yang berbeda. Jika tidak memungkinkan diperoleh prosedur
yang valid, maka terpaksa dengan verifikasi pembersihan setiap selesai suatu periode
produksi.
6. Pemantauan status validasi
Revalidasi dilakukan secara periodik setiap lima tahun sekali. Revalidasi juga
dilakukan jika terjadi perubahan dengan beberapa pertimbangan sebagaimana dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Pertimbangan perubahan validasi
Perubahan Validasi
Prosedur pembersihan Uji validasi.
Perubahan formula produk dan Jika total nilai quality assessment lebih kecil
penambahan produk dibanding komponen worst case maka tidak
perlu dilakukan revalidasi. Uji validasi jika
perlu.
Perubahan proses produksi Peninjauan ulang terhadap matriks produk
mesin/peralatan, shared surface area, serta
batas penerimaan. Uji validasi jika perlu.
Perubahan mesin/peralatan Peninjauan ulang terhadap lokasi worst case
Universitas Indonesia
3.2.4.4 Kalibrasi
Kalibrasi adalah kegiatan (pada kondisi tertentu) untuk memastikan
tingkat kesamaan nilai yang ditunjukkan oleh alat, sistem ukur yang
dipresentasikan dari pengukuran bahan dan membandingkannya dengan nilai yang
sudah diketahui dari acuan standar (Pedoman CPOB 2006). Tujuan dari kalibrasi
alat/instrumen adalah :
a. Mendapatkan indikasi kesalahan atau koreksi dari instrumen pengukuran,
sistem pengukuran, atau bahan pengukur.
b. Mendapatkan estimasi ketidakpastian pengukuran
c. Menjamin hasi-hasil pengukuran mampu tertelusur ke standar nasional maupun
internasional
Alat yang dapat dikalibrasi adalah alat yang memiliki kriteria:
a. Mempunyai satuan.
b. Kritis untuk: mutu produk, keamanan manusia, operasi mesin.
c. Akurasi tinggi.
d. Disebut dalam dokumentasi (SOP dan catatan).
e. Kesepakatan dengan pemilik.
Pelaksanaan kalibrasi alat dan instrumen di PT Konimex dilakukan oleh
divisi kalibrasi yang berada di bawah bagian Validation. Setiap alat ukur dan
instrumen yang digunakan di PT Konimex selalu dikalibrasikan secara rutin
terhadap kalibrator internal yang ada di laboratorium kalibrasi PT Konimex.
Kalibrator internal tersebut secara rutin juga distandardisasi/dikalibrasi terhadap
standar nasional atau jaringan kalibrasi luar yang tertelusur, misalnya ke Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Setiap kegiatan kalibrasi alat selalu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
manufaktur secara periodik minimal setiap 1 tahun sekali. Audit GMP dilakukan
terhadap faktor personil, bangunan dan fasilitas, peralatan, penyimpanan bahan
awal, bahan pengemas, produk jadi, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi,
sanitasi dan higiene, dan validasi. Tim auditor harus berpedoman pada pedoman
GMP (CPOB, CPOTB, CPKB, CPMB, dan CPPOB) yang berlaku. Setiap
penyimpangan yang ditemukan saat proses audit didokumentasikan dan dilakukan
tindakan korektif serta pencegahan atau perbaikan. Tindakan pencegahan atau
perbaikan yang dilakukan harus didokumentasikan dengan baik dan selanjutnya
dievaluasi. Skema alur proses audit GMP dapat ditunjukkan oleh gambar di
bawah ini.
Secara umum, alur proses audit oleh GMP dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Perencanaan
Perencanaan dibuat setiap tahun oleh GMP manager yang meliputi semua
bagian yang terkait mutu produk. Dalam perencanaan dijabarkan bagian yang
akan diaudit, jadwal periode audit, cakupan audit dan tim auditor yang bertugas,
serta kegiatan lain. Perencanaan audit ini dibuat setiap tahun oleh bagian GMP.
b. Persiapan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
A (Stabil) 𝑁+1 0 *)
B ( Tidak stabil) 1 𝑁’ + 1
C (sangat tidak stabil) 0 𝑁’ + 1
Keterangan:
N = Jumlah kontainer
N’ = Jumlah kontainer yang diperlukan untuk proses
*) = Setelah dua tahun harus di tes ulang
3.2.4.3 Penanganan Bahan Pengemas (Packaging Material)
Inspeksi yang dilakukan bagian IMI terhadap bahan pengemas (packaging
material) yang datang meliputi kondisi pengemas, warna, desain, dan pengecekan
spesifikasi informasi. Pengujian yang dilakukan meliputi pemeriksaan bobot
pengemas (gramasi), bonding strength, dan ukuran pengemas. Metode sampling
yang digunakan untuk sampling bahan pengemas berdasarkan metode sampling
menurut Military Standard 105E. Dalam proses sampling, ada beberapa kriteria
kerusakan, yaitu defect (0%), critical (1%), mayor (6,5%), dan minor (10%).
Kriteria tersebut ditetapkan oleh bagian QC atas persetujuan supplier. Cacat pada
kriteria critical dinilai lebih mengganggu dalam produksi daripada kriteria mayor
dan minor sehingga kriteria penerimaan critical lebih ketat, yakni 1 %. Arti dari 1
% ialah dalam satu kali barang datang, kerusakan yang termasuk dalam critical
hanya boleh 1 % secara statistik.
3.2.4.3 Pengujian Mikrobiologi dan Lingkungan
Pengujian mikrobiologi dan lingkungan yang dilakukan meliputi :
a. TAMC (Total Aerobic Microbial Count), dilakukan menggunakan media yang
tidak selektif, yaitu TSA (Triptic Soy Agar) dengan metode pour plate,
diinkubasi selama 24-48 jam dan dihitung jumlah total koloni mikroba aerobik
yang tumbuh. Satuan hasil yang didapat ialah CFU (Colony Forming Unit)
dengan satuan CFU/gram atau CFU/ml.
b. Identifikasi mikroba, lebih spesifik untuk yang patogen (E. coli, Pseudomonas
aeruginosa).
c. Potensi antibiotik, dengan metode Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
atau kadar hambat minimum (KHM).
Universitas Indonesia
d. Uji Sterilitas, khusus untuk produk steril (tetes mata). Sampel yang digunakan
minimal 20 botol. Sampel ditanam pada media dan diinkubasi selama 7 (tujuh)
hari. Jika tetap media jernih maka dinyatakan sampel steril.
e. Efektivitas antimikroba, untuk mengetahui efektivitas pengawet setelah
kemasan dibuka.
f. Uji Limbah cair (BOD, COD). Adapun sampel yang digunakan untuk
pengujian antara lain: air sumur dalam, purified water, water for injection,
limbah cair, raw material dan produk jadi, lab scale product, serta HVAC.
g. Pengecekan mikroba pada ruangan dengan persyaratan mikroba menggunakan
cawan papan untuk area produksi non steril dan menggunakan Biological Air
Sampler (diletakkan di bawah HEPA filter) pada area produksi steril;
pengecekan partikel di ruangan dengan persyaratan partikel menggunakan alat
particle counter.
h. Pengecekan sanitasi higiene personel dengan menggunakan Rodac plate.
Universitas Indonesia
Adapun saat proses pencetakan tablet dilakukan IPC berupa penampilan visual,
keseragaman kandungan, kekerasan, disolusi, dan kerapuhan. Sedangkan pada
pengemasan primer dilakukan uji kebocoran dengan larutan metilen blue.
Dilakukan uji dengan menggunakan alat vakum untuk mengetahui kadar air pada
tablet effervescent. Pada kontrol kualitas produksi sediaan likuid dan semisolid
terdapat 3 (tiga) titik sampling meliputi saat pencampuran (pengujian pH,
viskositas, tes osmolalitas khusus tetes mata, dan penetapan kadar), pengisian
(volume, uji kebocoran, dan torque test/uji kekencangan tutup botol), dan
pengecekan kemasan.
Bagian IPC juga melakukan pengujian terhadap on going stability.
Pengujian ini dilakukan secara periodik (dalam hitungan bulan) yaitu pada bulan
ke-0, 3, 6, 12, 24, ED, dan ED+1. Temperatur yang digunakan yaitu 30 o+5o C. Uji
yang dilakukan antara lain: penetapan kadar, tampilan fisik, pH, kekerasan,
kerapuhan, disolusi, viskositas, mikrobiologi (untuk beberapa produk). Selain itu,
bagian IPC juga bertugas mengambil dan menyimpan sampel dari setiap bets
produk sebagai retained sample atau sampel pertinggal. Sampel pertinggal
disimpan selama ED+1 tahun dan digunakan sebagai bantuan untuk penelusuran
apabila terdapat keluhan di masyarakat tentang produk tersebut dan pemeriksaan
oleh Badan POM.
Dengan melakukan kontrol kualitas akan membantu perusahaan
untukmengurangi biaya-biaya yang tidak perlu seperti:
a. Internal failure cost
Internal failure cost antara lain: reject, rework, reinspection, retest,
wastage/scrap, trouble shooting, dan sorting substandard material.
b. External failure cost
External failure cost yang disebabkan oleh recall, complaint, dan pengembalian
yang disebabkan oleh permasalahan kualitas.
c. Lain-lain
Hal-hal yang terkait dengan reputasi dan moral pegawai serta efisiensi kerja.
Universitas Indonesia
Keterangan :
Gudang 1 : mendukung produksi sediaan tablet
Gudang 2 : mendukung produksi sediaan likuid/semisolid
Gudang 3 : mendukung produksi Natural Product
Gambar 3.10 Struktur organisasi bagian PPIC
Dalam pengelolan persediaan bahan baku dan bahan pengemas, bagian
PPIC bertanggungjawab terhadap gudang bahan baku dan bahan pengemas
sebagai tempat penyimpanan bahan baku dan bahan pengemas yang ada di PT
Konimex. Ada 3 jenis gudang yang dikelola oleh PPIC, yaitu :
a. Gudang biasa
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
produksi, maka bagian PPIC dapat menguraikan kebutuhan jenis dan jumlah
bahan baku dan bahan pengemas yang akan digunakan untuk proses produksi.
f. Management Information System (MIS)
Merupakan bagian yang mengelola sistem informasi secara online.
Bagian PPIC mengadakan dan mengelola persedian bahan baku dan bahan
pengemas di PT Konimex dengan beberapa pertimbangan alasan. Persediaan
diadakan dikarenakan beberapa alasan, antara lain untuk mengantisipasi
ketidakpastian, memenuhi permintaan/kebutuhan, pasokan dari supplier, tenggang
awaktu (lead time) pemesanan, dan pemesanan karena lebih ekonomis. Ada
beberapa permasahalan dan tantangan yang dihadapi bagian PPIC dalam
mengelola persediaan yang ada di PT Konimex. Pada umumnya bagian
Pemasaran lebih menyukai persediaan yang besar untuk memenuhi permintaan
pelanggan sebaik mungkin (tidak terjadi stock out), karena pada umumnya ada
ketidak-pastian permintaan. Demikian pula bagian Produksi lebih menyukai
persediaan bahan baku dan pengemas yang tinggi untuk kelancaran produksinya.
Di sisi lain, bagian Keuangan menghendaki persediaan sekecil mungkin karena
persediaan adalah “uang (modal) yang berhenti”, sehingga harus dijaga agar nilai
persediaan sekecil mungkin. Oleh karena itu muncul kebutuhan bagaimana
mengelola persediaan sebaik mungkin ditinjau dari kepentingan perusahaan secara
keseluruhan. Untuk mencapai tingkat persediaan yang optimum di PT Konimex,
hal-hal yang harus diperhatikanantara lain :
a. Barang-barang apa saja yang harus diadakan persediaan.
b. Kapan pesanan harus dilakukan.
c. Berapa jumlah pesanan yang dibuat.
d. Sistem pengendalian persediaan apa yang dipakai.
PPIC dalam penyediaan bahan baku dan bahan pengemas melakukan
perhitungan kebutuhan bahan baku dan bahan pengemas dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yaitu:
a. Saldo awal (persediaan awal).
b. Oustanding order (barang yang terlambat datang).
c. Schedule receipt (permintaan pembelian yang sudah ditempatkan).
d. Rencana kebutuhan (hasil perhitungan antara rencana produksi dan formula).
Universitas Indonesia
Gambar 3.11 Skema proyeksi pengadaan bahan baku dan bahan pengemas
Proses pengadaan barang diawali oleh bagian PPIC dengan membuat
proyeksi persediaan yang selanjutnya dibuat menjadi Permintaan Pembelian (PP).
Bagian PPIC kemudian menyerahkan PP kepada bagian Pembelian (purchasing)
untuk ditindaklanjuti. Bagian pembelian selanjutnya membuat Order Pembelian
(OP) kepada supplier berdasarkan PP yang telah diserahkan oleh oleh bagian
PPIC. Order pembelian tersebut diserahkan kepada supplier bahan baku dan
bahan pengemas. Supplier selanjutnya akan mengirimkan bahan baku dan bahan
pengemis sesuai dengan Order Pembelian dari bagian Pembelian. Bahan baku dan
bahan pengemas dari supplier diterima oleh PPIC dan dikarantina sementara di
gudang penyimpanan. Setelah menerima bahan dari supplier, PPIC akan membuat
Bukti Penerimaan Barang (BPB) yang diserahkan kepada supplier dan juga
disampaikan kepada bagian Pembelian dan QC. Selanjutnya bagian QC akan
melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan pengemas yang baru
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gambar 3.13 Alur permintaan dan pengembalian bahan oleh bagian Produksi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Audit yang efektif dipengaruhi oleh suatu sistem yang traceability (setiap
kejadian dapat tertelusur) dan accountability (setiap kegiatan secara kronologis
bisa dipertanggung jawabkan). Sistem SCADA telah mengakomodasi hal ini.
f. Pencatatan nomor rekaman produksi elektronik
Sistem SCADA telah mengakomodasi rekaman proses produksi secara elektronik
dalam bentuk softcopy yang setiap saat bisa dicetak untuk bukti tertulis.
Proses produksi Paramex berlangsung menggunakan fasilitas produksi di
gedung secara vertikal, yaitu proses berawal di lantai paling tinggi (lantai 5) dan
berakhir dengan pengemasan di paling bawah (lantai 1). Proses produksi Paramex
menggunakan metode granulasi basah dengan tahapan berikut :
a. Predispensing
Tahap presdispensing merupakan tahap awal dalam produksi Paramex, yaitu
pengayakan (shieving) dan penghalusan bahan (milling). Proses predispensing
dilakukan di lantai 5 yang memiliki 3 station predispensing. Bahan dalam
kemasan asli dipindahkan ke dalam bin/container yang memiliki sistem
pengenalan otomatis (barcode system) sehingga bin/container yang berisi bahan
baku tertentu tidak akan tertukar atau salah teridentifikasi. Bahan baku yang
melewati sistem predispensing ini juga akan diperiksa melalui metal detector
untuk mengidentifikasi adanya kontaminan yang berupa bahan logam. Bila
terdapat logam, muncul metal alarm, dan aliran bahan baku dari lantai lima
berhenti. Katup pada saluran tersebut menutup secara otomatis. Hasil
predispensing ditampung pada bin di lantai empat. Jumlah material yang masuk
ke dalam bin akan ditimbang dan dicatat jumlahnya secara otomatis. Station
predispensing ini terdiri dari 3 station aktif, yaitu predispensing A, B dan C dan
hanya digunakan untuk bahan baku yang jumlahnya besar.
b. Dispensing
Proses dispensing merupakan proses penimbangan bahan-bahan yang
dibutuhkan sesuai dengan formula. Untuk 5 bahan baku terbesar (hasil dari proses
predispensing), penimbangan dilakukan di stasiun dispensing, dimana
penimbangan dilakukan secara otomatis melalui moving scale. Bahan baku lain
yang jumlahnya sedikit/kecil seperti bahan baku untuk binder, lubricant, dan lain-
lain, penimbangan dilakukan secara manual melalui stasiun Mandos (Manual
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kekerasan, dan berat tablet. Ketebalan tablet tergantung volum pengisian dan bulk
density. Pada mesin pencetak tablet juga dilengkapi dengan metal
detector untuk memastikan tablet bebas dari logam.
f. Stripping (Pengemasan)
Tablet yang telah terbentuk selanjutnya dipindahkan ke dalam mesin
stripping untuk pengemasan primer. Tablet dikemas dengan kemasan strip (alu-
alu) yang tiap strip berisi 4 tablet. Setiap strip tablet selanjutnya dikemas sekunder
dengan pemberian catch cover disertai dengan penulisan tanggal kadaluarsa.
Selanjutnya setiap catch cover dikemas tersier dengan box dan disimpan dalam
kardus.
Selain produksi Paramex, bagian Produksi Farma 1 juga memproduksi tetes
mata dan softcapsule. Produk tetes mata merupakan produk steril sehingga
produksinya dilakukan di ruang steril dengan persyaratan jumlah partikel dan
mikroba yang dipantau dengan ketat. Pengisian produk tetes mata dilakukan di
ruang kelas A dengan latar belakang ruang kelas B. Produksi tetes mata
menggunakan metode sterilisai filtasi dan teknologi Aseptic Blow-Fill-Seal System
dengan mesin Automatic Liquid Packaging (ALP). Sistem ini memungkinkan
proses pembentukan kemasan primer, pengisian produk, dan penyegelan produk
berlajalan secara langusng serempak dan otomatis sehingga menjaga sterilitas
produk. Kemasan primer yang digunakan untuk produk tetes mata dibuat
langsung saat melakukan produksi, di mana biji resin dipanaskan kemudian di-
blow sehingga terjadi pelelehan kemudian dicetak, kemudian produk obat
dimasukkan ke dalam wadah tersebut, dan selanjutnya produk ditutup/disegel
secara otomatis. Proses ini dibuat secara otomatis dan berurutan untuk menjaga
aseptisitas dari produk tersebut. Sementara untuk sterilisasi tip dan capnya, PT.
Konimex menggunakan jasa pihak ketiga yaitu PT Indoguna dengan metode
radiasi sinar gamma. Pembersihan dan sterilisasi wadah yang digunakan dalam
produksi tetes mata menggunakan metode Cleaning In Place (CIP) dan
Sterilization In Place (SIP). Beberapa produk tetes mata yang dihasilkan oleh PT
Konimex antara lain : Opticom®, Koniflox®, Cyclowam®, Optixitrol®, Konigen®,
Braito Tears®, dan Braito Original®. Sementara itu, untuk produksi softcapsule
masih dalam tahap pengembangan dan pembangunan fasilitas produksi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(ii) Lubrikasi
Lubrikasi merupakan proses pencampuran masa granul dengan bahan
tambahan lainnya terutama bahan pelicin atau antara semua bahan aktif dengan
bahan tambahan lainnya sehingga didapatkan campuran yang homogen. Lubrikasi
dilakukan setelah proses granulasi dengan mencampur granul yang telah terbentuk
dengan bahan tambahan lainnya terutama bahan pelicin. Mesin yang digunakan
dalam proses lubrikasi antara lain double cone mixer, cube mixer, v-mixer, dan
IBC-blending. Setelah proses lubrikasi, dilanjutkan dengan proses tabletting atau
merubah granul menjadi sediaan kempa cetak melalui proses kompresi.
(iii) Pencetakan tablet
Proses kompresi dapat dilakukan dengan menggunakan rotary tablet
press. Mesin ini terdiri dari upper dan lower punch, dies, cam (rel yang digunakan
punch sebagai jalur), feeder, scraper and tail over die (digunakan untuk
meratakan permukaan dies yang diisi dengan granul), weight control,
precompression roll (untuk mengurangi jumlah udara karena udara dapat
menyebabkan terjadinya capping), main compression roll, dan ejection cam.
Universitas Indonesia
Gambar 3.19 Proses pencetakan tablet dengan menggunakan mesin rotary tablet
press
Tablet yang dihasilkan memiliki persyaratan spesifikasi sebagai berikut:
a. Kuat dan tahan terhadap goncangan dan kikisan selama proses pembuatan,
pengemasan dan distribusi (hardness dan friability).
b. Memenuhi keseragaman berat maupun keseragaman kadar zat berkhasiat
(sesuai persyaratan dalam Farmakope).
c. Segera dapat diserap oleh tubuh (bioavailable) diukur dari uji waktu hancur dan
uji waktu larut/disolusi.
d. Memiliki penampilan yang baik dan memiliki karakteristik bentuk warna dan
atau penandaan lain yang diperlukan untuk identifikasi.
v. Stabil secara fisik dan kimia selama penyimpanan.
(iv) Penyalutan
Penyalutan merupakan suatu pelapisan inti tablet sehingga menghasilkan
tablet yang lebih elegan. Penyalutan tablet memiliki beberapa alasan:
a. Proteksi terhadap udara, cahaya, kelembaban, dan interaksi bahan yang tidak
tersatukan.
b. Menutup rasa dan bau yang tidak enak atau memudahkan pasien menelan.
Universitas Indonesia
c. Memudahkan penanganan dan pengemasan (sifat luncur tablet lebih baik dan
bebas debu), serta memudahkan identifikasi.
d. Meningkatkan estetika tablet.
Produk tablet yang yang diproduksi dengan penyalutan, khususnya di produksi
Farma 2 PT. Konimex antara lain Renovit®, Ever Oxy®, dan Nofena®.
(v) Pengemasan
Pengemasan selain berfungsi sebagai pelindung produk juga sekaligus
difungsikan sebagai media informasi obat dan juga sebagai salah satu unsur
penting pemasaran produk. Di PT. Konimex, tablet dikemas dalam kemasan strip
dengan isi 4 tablet. Tablet dalam kemasan strip tersebut kemudian dikemas
sekunder dengan menggunakan catch cover dan dikemas tersier dengan
menggunakan box karton.
3.4.3 Produksi Farma III
Bagian Produksi Farma III bertugas untuk memproduksi produk-produk
sediaan semisolid dan likuid. Jalur Produksi Farma III memiliki fasilitas
tersendiri yang terpisah dari fasilitas produksi sediaan solid/tablet. Struktur
organisasi pada bagian Produksi Farmasi III di PT Konimex dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.5 Standardisasi
Standardisasi merupakan salah satu bagian dari divisi PRPD di PT
Konimex yang mempunyai visi/ misi menjadi laboratorium yang handal dan
terpercaya dengan berbasis riset dan teknologi demi kepuasan pelanggan. Struktur
organisasi dari bagian standardisasi adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
larutan induk yang sama minimal 6 konsentrasi. Hitung regresi linier, intercept,
RSD, recovery, dan plot log konsentrasi vs respon/konsentrasi.
e. Batas Deteksi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit yang dapat terdeteksi tanpa
perlu secara kuantitatif, dengan metode yang sedang divalidasi. Biasanya uji ini
dilakukan untuk penentuan uji batas pengotor pada bahan baku dan senyawa hasil
uraian pada produk jadi.
f. Batas Kuantitasi
Batas kuantitasi adalah jumlah terkecil analit pada sampel yang dapat
diukur dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima. Uji ini dilakukan pada
pengujian secara kuantitatif pengotor pada bahan baku dan senyawa hasil uraian
pada produk jadi.
g. Kesesuaian Sistem
Uji kesesuaian sistem didasarkan pada konsep bahwa peralatan, elektronik,
kerja analitik, dan sampel merupakan suatu sistem terpadu yang harus dievaluasi.
Uji ini disyaratkan untuk prosedud kromatografi. Prosedur ujinya, yaitu siapkan
larutan standar; periksa larutan standar sebanyak minimal 5 kali dengan metode
uji. Hitung RSD, resolusi, tailing factor, factor kapasitas, dan N.
h. Robustness
Robustness adalah kemampuan prosedur untuk tetap bertahan dan tidak
terpengaruh oleh keragaman kecil yang disengaja. Yang dilakukan pada
penentuan robustness adalah kestabilan larutan dengan syarat RSD respon ≤
2,0%.
Terdapat beberapa perubahan yang dapat menyebabkan validasi ulang atau
revalidasi. Perubahan dan parameter validasi yang perlu dilakukan revalidasi
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Perubahan dan parameter validasi yang perlu dilakukan revalidasi
Perubahan Parameter Validasi
Konsentrasi zat aktif dalam produk Akurasi, presisi, linieritas
Perubahan metode di luar modifikasi Semua parameter
Delay volume dari pompa HPLC Selektifitas
Reagent grade Akurasi, presisi, linieritas, selektivitas
Universitas Indonesia
Logistic
Manajer
Logistic
Controller
Ka.Sie GBJ Ka.Sie GBJ Ka.Sie GBJ Ka.Sie GBJ Ka.Sie GBJ Ka.Sie Gd
Farma I Farma II Candy Sobisco Natpro Material
Promosi
Penata Adm Penata Adm Penata Adm Penata Adm Penata Adm Penata Adm
Pet. Angkat Pet. Angkat Pet. Angkat Pet. Angkat Pet. Angkat Pet. Angkat
Universitas Indonesia
Pelanggan
Distributor Distributor
Cabang Cabang
PT Distributor
Konimex Pusat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Evaluasi
Konsultasi
Universitas Indonesia
b. Registrasi
Setelah mendapatkan hasil pra-registrasi, pihak industri dapat melangkah
ke tahap selanjutnya, yaitu tahap registrasi. Alur registrasi dapat dilihat pada
skema berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
adanya kemiripan unsur unsur yang menonjol antara merek satu dengan yang lain,
dan dapat menimbulkan kesan sama dalam hal bentuk, cara penempatan, cara
penulisan, serta persamaan bunyi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1993 tentang Kelas
Barang atau Jasa bagi Pendaftaran Merek, barang dan jasa dibagi menjadi 42 kelas
dimana kelas 1-34 untuk produk barang, sedangkan kelas 35-42 untuk produk
jasa. Produk-produk farmasi dan natural product yang dihasilkan oleh PT
Konimex termasuk ke dalam kelas 3, 5, dan 32. Produk makanan yang dihasilkan
dari bagian Sobisco termasuk ke dalam kelas 30. Produk PT Konimex yang
termasuk ke dalam kelas 3 yaitu produk kosmetik (Moistra) dan produk minyak
(Konicare). Produk PT Konimex yang termasuk ke dalam kelas 5 berupa seluruh
produk farmasi, obat tradisional, dan suplemen makanan; sedangkan yang
termasuk ke dalam kelas 32 antara lain produk yang diseduh atau dilarutkan
(Herbadrink dan Tablet Effervescent) dan produk minuman.
Produk yang telah mereknya telah didaftarkan mempunya masa berlaku
selama 10 tahun. Setelah 10 tahun, produk tersebut wajib untuk memperpanjang
masa berlaku merek. Permohonan perpanjangan diajukan dalam jangka waktu 12
bulan sebelum berakhirnya waktu perlindungan terhadap merek tersebut.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memasukkan bahan ke mesin yang lebih tinggi dari tubuhnya, dll. Technical
Service Officer Production berperan dalam menangani mesin- mesin produksi,
sedangkan Technical Service Officer Utility berperan dalam menangani mesin-
mesin utilitas seperti HVAC, compressed air, purified water, dll.
3.8.1 Total Productive Maintenance (TPM)
Salah satu hal yang terpenting dari bagian teknik adalah proses
maintenance. Maintenance atau pemeliharaan adalah suatu usaha yang dilakukan
untuk menjaga agar performa mesin tidak turun atau usaha untuk
mempertahankan mesin seperti pada kondisi awalnya. Macam-macam
pemeliharaan adalah sebagai berikut:
a. Breakdown Maintenance (BM)
BM merupakan perbaikan yang dilakukan setelah alat mengalami
kerusakan. Salah satu contohnya adalah perbaikan mesin tableting.
b. Corrective Maintenance (CM)
CM adalah mengatasi kerusakan sambil melakukan perbaikan agar
kerusakan yang sama tidak timbul kembali dan mudah untuk dilakukan inspeksi.
c. Preventive Maintenance (PM)
PM adalah inspeksi secara berkala saat mesin tidak dioperasikan. Inspeksi
bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan mesin atau memeriksa
kemungkinan adanya gejala kerusakan mesin. Inspeksi tersebut dapat berlanjut ke
proses perbaikan jika ditemukan tanda-tanda kerusakan.
d. Predictive Maintenance (PdM)
PdM merupakan proses monitoring terhadap mesin dimana hasil
monitoring tersebut digunakan sebagai dasar keputusan pemeliharaan saat
kerusakan kemungkinan akan muncul.
e. Productive Maintenance
Pemeliharaan ini merupakan pemeliharaan yang didasarkan atas perspektif
ekonomi apakah suatu mesin masih bisa diperbaiki atau mesin tersebut tidak
digunakan kembali. Jika biaya untuk perbaikan ternyata lebih besar dibandingkan
dengan hasil produk yang didapat, maka kemungkinan mesin tersebut tidak
digunakan kembali.
f. Reliability-Centered Maintenance (RCM)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pilar ini berarti pemeliharaan dan monitoring kondisi mesin dilakukan oleh
operator yang menjalankan mesin karena biasanya operator akan lebih
mengatahui keadaan mesin tersebut apakah masih baik atau perlu untuk
diperbaiki. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalkan kerusakan mesin
yang lebih parah.
c. Planned Maintenance
Pilar ini berarti bahwa pemeliharaan harus dilakukan secara terencana dimana
semua pemeliharaan harus dibuat terlebih dahulu jadwal pemeliharaan,
meliputi waktu dan petugas yang bertugas melakukan pemeliharaan.
d. Trained Operator & Technician
Operator dan teknisi di PT Konimex sudah terlatih. Hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya serfifikat dari masing-masing operator dan teknisi. Jika
seorang pegawai tidak memiliki sertifikat, maka tidak diperbolehkan untuk
mengoperasikan atau memperbaiki mesin.
e. Early Equipment Management
Semua peralatan yang berada d PT Konimex telah terkualifikasi dan
tervalidasi sehingga memungkinkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
f. Quality Maintenance
Setiap mesin di PT Konimex selalu dipantau hasilnya. Mesin- mesin tersebut
selalu dipantau dalam hal kualitas produk yang dihasilkan. Pihak teknisi
mengusahakan bahwa mesin-mesin tersebut tidak akan berdampak buruk
terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
g. Support & Administration
Bagian teknik juga perlu dukungan dari bagian lain seperti bagian pembelian,
gudang, pemastian dan pengawasan mutu, dll.
h. Safety
Konsep safety dalam TPM meliputi tiga hal, yaitu safety for operator, safety
for environment, dan safety for patient.
3.8.2 Purified Water System
Salah satu tanggung jawab dari bagian teknik adalah terkait utilitas, dalam
hal ini adalah sistem pemurnian air. Air merupakan salah satu bagian yang sangat
vital bagi bagian produksi sehingga pengelolaannya perlu diperhatikan dengan
Universitas Indonesia
baik. Pengelolaan air yang baik secara tidak langsung akan menghasilkan produk
yang baik pula. Adapun fungsi air pada bagian produksi adalah untuk bahan baku
proses produksi, washing in place (WIP), cleaning in place (CIP),dan sanitation
in place (SIP). Adapun skema proses pengolahan air di PT Konimex adalah
sebagai berikut:
Sumur Dalam
Ground Tank
Tower
Purified Water
Universitas Indonesia
PDAM. Menurut USP, WHO, BP, EUP, dan SNI, air murni adalah air yang
memenuhi persyaratan berikut ini:
a. pH 5,0 – 7,0
b. Klorida 0,5 mg/l
c. Sulfat 10,0 mg/l
d. Amonia 0,1 mg/l
e. Kalsium 1,0 mg/l
f. Karbon dioksida 5 mg/l
g. Logam berat 0,1 mg/l (Cu)
h. Senyawa teroksidasi, lolos tes permanganat
i. Total solid 10,0 mg/l
j. Total bakteri 100,0 cfu/ml
Persyaratan untuk Water for Injection (WFI) sama seperti persyaratan air murni di
atas kecuali nilai total bacteria yaitu 50 cfu/ml dan ditambah lagi syarat nilai
pirogen sebesar 0,0 IU/ml.
Di PT Konimex, metode pemurnian airnya menggunakan metode filtrasi.
Tahapan yang harus dilalui oleh air tanah di tower hingga menjadi air murni
adalah sebagai berikut:
a. Multi Media Filter (MMF)
Air tanah yang berasal dari tower dipompa melewati MMF. Prinsip yang
digunakan MMF adalah prinsip pengendapan. Multi media filter merupakan filter
yang berlapis-lapis. Lapisan tersebut terdiri dari antrasit, pasir, dan kerikil.
Gambaran komposisi dari MMF adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sekunder meliputi tekanan udara ruang, pertukaran udara, volume darah yang
dialirkan, kecepatan aliran udara, model aliran udara, dan efisiensi filter. Sistem
HVAC dapat dilihat pada gambar berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Internal Audit
Sekretaris (Tri Hascaryo)
(Dewi Sarastuti)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Perawatan Sarana Limbah Penatalaksanaan
Pemeriksaan Limbah
(Endra Nugrahadi W., Y. Pengolahan Limbah
(Willybrordus dan
Gunawan, dan (Eriwati)
Sugiyarto)
Tjokrohandoyo)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
rutin akan diambil dan dibawa ke TPS-B3. Cairan yang berada di sludge trap akan
dialirkan ke kolam yang bernama fish pond. Kolam fish pond merupakan kolam
yang berisi ikan dimana ikan tersebut merupakan suatu indicator bahwa air yang
dihasilkan tidak berbahaya dan beracun. Air dari kolam fish pond akan dialirkan
ke badan air yang nantinya dialirkan ke sungai atau keluar PT Konimex.
3.9.3 Sistem Pengelolaan Limbah Udara
Bagan pengelolaan limbah udara di PT Konimex adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tradisional yang Baik (CPOTB). Selain itu, PT Konimex juga menerapkan sistem
manajemen mutu ISO 9001-2008 yang berstandar internasional.
4.2 Personalia
Sumber daya manusia merupakan unsur sangat penting dalam suatu
indusri farmasi. Industi farmasi harus memiliki personil yang terkualifikasi dalam
jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas dengan baik. Setiap
personil harus mampu memahami tugas dan tanggungjawabnya. Seluruh personil
juga harus memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Tiap personil di industri farmasi juga harus memiliki deskripsi
tugas dan tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari
risiko terhadap mutu obat.
PT Konimex telah memiliki personil/sumber daya manusia yang
berkompeten dan berpengalaman dalam jumlah yang memadai. Setiap personil
yang bekerja di PT Konimex harus memenuhi Standar Kualifikasi Personil
(SKP) yang telah ditetapkan untuk setiap posisi/jabatan. Dengan demikian
setiap personil memiliki kompetensi yang baik dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaaannya.
Bagian Human Resources Organization (HRO), khususnya divisi
Recruitment, bertanggungjawab dalam penyediaan personil atau tenaga kerja
berkualitas sesuai dengan kebutuhan perusahaan Setiap personil yang bekerja
di PT Konimex telah melalui serangkaian ujian masuk yang cukup ketat untuk
menilai kesehatan fisik maupun mental, kemampuan dan kualifikasi setiap calon
karyawan. Kualitas dan kompetensi personil yang bekerja di PT Konimex, tidak
hanya ditentukan oleh input personil/tenaga kerja yang berkualitas, melainkan
juga oleh proses pelatihan dan pengembangan yang berkesinambungan. Bagian
HRO PT Konimex senantiasa melakukan pelatihan dan pengembangan
kompetensi karyawan yang diwujudkan dalam kegiatan training, pelatihan,
diskusi, dan lomba secara periodik dan berkelanjutan.
Pedoman CPOB mensyaratkan adanya struktur organisasi yang jelas
dalam insustri farmasi. Selain itu juga diwajibkan adanya personil kunci dalam
Universitas Indonesia
suatu industri farmasi yang terdiri dari kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu, dan kepada bagian manajemen mutu (pemastian mutu).
Posisi/jabatan tersebut harus dijabat oleh personil yang bekerja purna waktu dan
harus dijabat oleh orang yang berbeda yang tidak saling bertanggungjawab satu
dengan lainnya. Hal ini telah diterapkan dengan baik di PT Konimex, dimana
PT Konimex telah memiliki struktur organisasi perusahaan yang jelas dengan
pembagian/deskripsi tugas yang jelas setiap bagiannya. Struktur organisasi
tersebut dapat membedakan tugas dan kewajiban setiap personil sehingga
diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan satu sama lain. Posisi personil
kunci di PT Konimex juga telah diterapkan sesuai dengan ketentuan CPOB,
yaitu adanya bagian Quality Assurance, bagian Quality Control, dan bagian
Produksi yang berdiri independen. Posisi kunci tersebut dikepalai oleh manajer
yang berbeda dan tidak saling bertangungjawab satu sama lain. Masing-masing
manajer dari ketiga posisi kunci tersebut merupakan seorang apoteker yang
telah terdaftar dan terkualifikasi dengan baik.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) setiap personil di PT Konimex
telah diperhatikan dengan baik. Untuk mengangani keselamatan dan kesehatan
kerja setiap personil/karyawan, dibentuklah Panita Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) yang bertugas mengelola dan mengkoordinasikan
semua upaya yang berkaitan dengan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3) di PT Konimex. Penerapan K3 yang berjalan dengan baik dapat
melindungi setiap personil/karyawan dari resiko bahaya yang ada dalam
pekerjaannya. Pelaksanaan K3 yang baik bagi personil di PT Konimex dapat
dilihat dari setiap Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada. Pada bagian
produksi misalnya, setiap personil yang bekerja di ruang produksi wajib
mengenakan pakaian khusus dan masker untuk melindungi personil dari resiko
bahaya pekerjaan. Selain itu, setiap personil yang bekerja menggunakan
mesin/alat yang bising diwajibkan menggunakan sumbat telinga untuk
mencegah kerusakan pendengaran. Di setiap mesin-mesin berat juga selalu ada
peringatan bahaya agar personil yang bekerja selalu waspada.
PT Konimex selalu berusaha menjaga agar kondisi kesehatan
personil/karyawannya selalu baik. Oleh karena itu, PT. Konimex menciptakan
Universitas Indonesia
suasana yang kondusif, aman dan nyawan saat bekerja. Pemeriksaan kesehatan
untuk menjaga kondisi kesehatan personil/karyawan dilakukan secara rutin.
Dimulai dari pemeriksaan kesehatan pada saat penerimaan karyawan, kemudian
kesehatan karyawan terus dijaga melalui pemeriksaan secara berkala. Pemeriksaan
khusus dilakukan untuk personil yang bekerja di tempat-tempat yang berisiko
tinggi, misalnya di tempat yang bising karena operasi mesin atau di tempat yang
memiliki kontak dengan debu yang tinggi seperti ruang timbang. Pemeriksaan
khusus tersebut meliputi pemeriksaaan audiometri dan spirometri.
Universitas Indonesia
rawan gempa. Lokasi PT Konimex cukup jauh dari kawasan industri lain sehingga
risiko pencemaran dari industri lain relatif sangat kecil.
4.3.2 Konstruksi Bangunan
PT. Konimex merancang dan membangun gedung pabrik agar dapat
melindungi dari pengaruh cuaca, banjir, dan rembesan air melalui tanah.
Permukaan lantai, dinding, langit-langit, dan pintu dibuat kedap air, licin, bebas
dari retakan sehingga mudah dibersihkan dan tidak terdapat sambungan untuk
mengurangi pelepasan atau pengumpulan partikel dan mencegah pertumbuhan
mikroba. Konstruksi lantai pada PT. Konimex telah mengikuti persyaratan yang
terdapat dalam CPOB dimana untuk gudang jenis bahan yang dipakai untuk
konstruksi lantai adalah beton padat yang bersifat menahan debu. Pada ruang
produksi, digunakan beton yang dilapisi epoksi dimana permukaannya licin dan
tidak berpori sehingga mudah dibersihkan. Pada ruang pengemasan serta
laboratorium menggunakan ubin keramik yang tahan terhadap bahan kimia dan
goresan. Pada pertemuan antara dinding, langit-langit, dan lantai tidak terdapat
sambungan, tidak membentuk siku, dan berbentuk lengkung (hospital shape)
untuk mengurangi resiko menumpuknya partikel/debu, pertumbuhan mikroba, dan
memudahkan pembersihan.
4.3.3 Rancang Bangun dan Tata Ruang
Rancangan bangunan PT. Konimex telah memenuhi persyaratan CPOB
melalui penerapan line (jalur produksi) untuk masing-masing produk, dimana satu
jalur produksi mencakup semua tahap pengolahan serta pengemasan suatu produk
sehingga kemuungkinan terjadinya kontaminasi silang dapat dihindari. Ruangan-
ruangan pabrik juga dibuat dengan pengaturan sirkulasi udara dan tekanan udara,
serta jumlah partikel yang berbeda-beda sesuai dengan kategori ruangannya.
Berdasarkan tekanan udara dan jumlah partikel, ruang produksi di PT. Konimex
dibedakan menjadi A, B, C, dan D. Ruangan-ruangan tersebut memiliki gradasi
perbedaan tekanan udara menurun sekitar 10-15 Pascal dari kelas A ke kelas D.
Hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi antar ruangan. Sebagai
penghubung antara ruang/kelas yang berbeda disediakan ruang penyangga atau
buffer, sedangkan untuk jalur masuk barang dapat melalui pass box. Air shower
terdapat pada setiap pintu masuk menuju area produksi. Lalu lintas dalam ruang
Universitas Indonesia
produksi di PT. Konimex dilakukan melalui koridor agar lalu lintas barang
maupun orang tidak mengganggu proses produksi. Pada ruang produksi multi
produk menganut prinsip koridor bersih dengan cara membuat tekanan koridor
lebih besar dari tekanan area proses produksi sehingga kontaminan yang berasal
dari ruang proses tidak akan tercampur dengan kontaminan dari ruangan lain
karena aliran udara bergerak dari koridor menuju ruang proses.
4.3.4 Sistem Tata Udara
Sistem tata udara di PT. Konimex di desain untuk memenuhi persyaratan
CPOB dimana beberapa parameter seperti cahaya, suhu, kelembapan udara,
kontaminasi mikroba, kontaminasi partikel, aliran, dan tekanan udara diatur sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Pengaturan tata udara tersebut
menggunakan sistem AHU (Air Handling Unit) dimana parameter yang
dibutuhkan untuk setiap ruangan berbeda tergantung dari kelas kebersihan dari
ruangan tersebut. Perbedaaan tersebut terlihat dari jumlah partikel yang diizinkan
dalam suatu ruangan. Untuk mengatur perbedaan jumlah partikel, PT. Konimex
mengkondisikan pertukaran udara dari tiap ruangan per jam dan juga mengatur
filter akhir yang digunakan. Untuk mengatur pertukaran udara, digunakan control
damper yang dapat mengatur jumlah udara yang dapat masuk ke suatu ruangan,
sedangkan untuk mengatur ukuran partikel digunakan berbagai macam filter akhir
sesuai dengan kebutuhan. Filter yang umumnya digunakan adalah HEPA Filter
dengan sistem terminal atau sistem sentral. Untuk mengatur kelembaban udara
ruang, dilakukan dengan menggunakan humidifier dan dehumidifier.
4.3.5 Sistem pengolahan air
Sistem pengolahan air di PT. Konimex telah memenuhi persyaratan CPOB
dimana air yang akan digunakan untuk keperluan produksi yang diperoleh dari air
tanah diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan menjadi
air murni (purified water). Untuk memenuhi persyaratan air untuk produk steril
menggunakan water for injection yang diperoleh dengan cara mendestilasi
purified water menggunakan sistem destilasi bertingkat dengan efisiensi tinggi
dan penggunaan sistem panas.
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Pedoman CPOB mensyaratkan peralatan untuk membuat obat harus
memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta
ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
memudahkan pembersihan serta perawatan dari peralatan tersebut. Peralatan yang
berhubungan dengan proses produksi atau proses pembuatan obat di PT. Konimex
menjadi tanggung jawab dari bagian produksi, bagian teknik, dan validasi.
Pengadaan peralatan harus lebih dahulu mempertimbangkan kesesuaian
spesifikasi dari alat yang diinginkan dengan tujuan penggunaan agar keberadaan
alat tersebut dapat menunjang proses pembuatan obat yang sesuai dengan CPOB.
Spesifikasi material pembentuk peralatan dipertimbangkan dengan baik agar
memenuhi persyaratan serta aman saat digunakan, misalnya untuk alat produksi
yang kontak langsung dengan produk dipilih alat dengan permukaan yang inert.
Spesifikasi alat yang diinginkan harus tercantum dalam URS (User Requirements
Specification). URS ini pada awalnya dibuat oleh bagian produksi berupa kalimat
yang berisi output yang diinginkan yang kemudian akan diterjemahkan oleh
bagian teknik menjadi suatu URS yang lengkap yang akan diberikan kepada
pemasok alat yang terkait.
Lokasi instalasi peralatan juga perlu memperhatikan beberapa hal, antara
lain kesesuaian ukuran ruang dan besar alat, kekuatan lantai, fasilitas listrik,
mempertimbangkan area yang cukup untuk perawatan atau pembersihan,
ketersediaan utilitas penunjang, alat terpasang dengan instruksi yang jelas, dan
ada jarak yang cukup antar alat. Hal ini telah diterapkan oleh PT. Konimex
melalui penerapan konsep through the wall installation, dimana hanya mesin yang
digunakan langsung untuk proses produksi saja yang ada di area produksi. Bagian
lain seperti mesin, panel elektrik, dan utilitas lainnya terpisah dan masuk ke area
teknik. Dalam hal penandaan peralatan, setiap alat harus memiliki tanda dan
nomor identitas yang jelas. Nomor dicantumkan di dalam semua perintah untuk
menunjukkan unit atau peralatan tersebut yang digunakan. Tanda tersebut juga
berlaku pada pipa, penandaan harus jelas menandakan isi dan arah aliran pipa. Di
Universitas Indonesia
PT. Konimex hal ini juga telah diterapkan dengan baik, setiap peralatan sudah
memiliki label yang jelas dan tertempel pada alat yang dimaksud.
Dalam hal kebersihan peralatan, prosedur tetap pembersihan harus tersedia
dalam menjaga kebersihan untuk masing-masing peralatan dan dilakukan
pencatatan setiap kegiatan pembersihan dalam log book, serta menempelkan status
kebersihan pada alat. PT. Konimex telah menyediakan prosedur pembersihan
untuk masing-masing alat dan prosedur tersebut telah menjadi prosedur resmi
yang harus dilaksanakan oleh operator dari masing-masing alat. Secara sistem,
cara membersihkan peralatan dapat dilakukan baik secara manual atau
menggunakan sistem CIP (Cleaning in Place). Pembersihan di produksi farmasi 2
dan farmasi 3 masih menggunakan cara dan catatan manual. Pembersihan di
produksi farmasi 1 sudah menggunakan cara elektronik, yaitu sistem akan
memberikan peringatan apabila tiba waktunya untuk melakukan proses
pembersihan, apabila tidak dilakukan sistem akan berhenti. Setiap pencatatan juga
telah dilakukan secara elektronik, setiap IBC (Intermediate Bulk Container)
terpasang transponder yang akan terhubung dengan sistem dan secara otomatis
akan keluar dalam catatan bets.
Peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan proses yang terkait
lainnya telah berada dalam keadaan terkualifikasi dengan kondisi yang baik.
Setiap peralatan baru perlu dilakukan kualifikasi, yaitu Instalation Qualification
(IQ), Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ).
Kalibrasi dilakukan terhadap peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur, menguji, dan mencatat pada periode tertentu yang sudah ditetapkan.
Begitu pula dengan mesin dan sistem-sistem penunjang seperti pure steam, dust
collector system, dan Heating Ventilating and Air Conditioning (HVAC) telah
tervalidasi untuk menjamin kualitas produk secara konsisten.
Perawatan mesin dan peralatan dilakukan secara periodik oleh bagian
Technical Service Pharma divisi Production. Operator mesin juga dapat
melakukan autonomous manintenance setelah mendapatkan pelatihan dan
pendampingan oleh bagian teknik. Begitu pula dengan perawatan dan perbaikan
peralatan penunjang seperti HVAC, Compressed Air, dan Water Treatment
dilakukan secara periodik oleh bagian Technical Service Pharma divisi Utility.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.6 Produksi
Proses produksi yang dilakukan di PT Konimex telah mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan di CPOB sehingga produk yang dihasilkannya merupakan
produk yang bermutu, memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Setiap
proses produksinya pun telah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sertifikat operator yang bertugas
menjalankan mesin produksi. Personil yang tidak memiliki sertifikat tidak
diperbolehkan mengoperasikan mesin produksi.
Bahan awal telah ditangani dengan baik. Bahan awal yang masuk ke
gudang bahan baku PT Konimex senantiasa dilakukan pengecekan terhadap bahan
baku tersebut apakah telah sesuai dan telah memenuhi syarat yang telah
ditetapkan. Selain itu, setiap bahan baku yang masuk segera diberi label. Setiap
bahan awal yang masuk akan disampling dan dianalisis oleh bagian QC dan
standardisasi. Bahan baku yang tidak sesuai standar akan dikembalikan ke
pemasok atau dimusnahkan. Pada saat proses pembelian bahan awal bagian yang
dilibatkan adalah bagian PPIC dan bagian pembelian. Bahan awal dibeli pada
pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi. Bahan awal yang masuk
dan yang keluar dari gudang bahan baku sensntiasa dilakukan pencatatan. Catatan
tersebut meliputi nama zat, nomor bets atau lot, tanggal penerimaan atau
penyerahan, tanggal pelulusan, dan tanggal daluwarsa.
Bahan baku dan produk jadi telah dikarantina secara fisik dan
administratif. Bahan baku dan produk jadi juga disimpan di tempat yang sesuai
untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik. Hal
tersebut salah satunya dibuktikan dengan adanya gudang api dan gudang
berpendingin dimana gudang api berisi bahan yang mudah terbakar, sedangkan
gudang berpendingin berisi bahan yang mudah rusak karena kelembaban atau
bahan tertentu yang memang membutuhkan keadaan yang dingin.
Setiap penimbangan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, dan produk ruahan telah didokumentasikan dengan dengan baik
menggunakan sistem komputer sehingga dengan adanya sistem tersebut, proses
pencatatan menjadi semakin mudah dan rapi. Selain itu, sistem tersebut juga dapat
mendukung program Go Green dimana dapat mengurangi konsumsi kertas. Setiap
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
disimpan pada tempat yang sesuai agar aman dan tidak mencemari produk atau
lingkungan PT Konimex. Selain reagen, baku pembanding pun telah deisimpan
pada tempat yang sesuai persyaratan. Setiap bahan dan alat yang digunakan di
laboratorium QC telah diberi label untuk meminimalkan terjadinya kesalahan.
Bagian QC selalu bertugas dalm setiap proses pengambilan sampel yang
nantinya akan dianalisis apakah suatu bahan atau produk jadi telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan atau belum. Pemeriksaan sampel oleh QC
dimulai saat bahan awal datang ke gudang PT Konimex, selama proses pembuatan
produk, sampai produk jadi yang siap untuk dipasarkan. Semua prosedur sampling
tersebut pastinya telah tervalidasi. Personil yang melakukan pengambilan sampel
juga merupakan personil yang telah terampil dan terlatih sehingga proses
sampling yang dilakukan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam hal proses pengujian sampel, bagian QC telah menggunakan
metode analisis yang telah tervalidasi. Adapun sumber-sumber metode yang
digunakan berasal dari compendial maupun modifikasi dari compendial tersebut.
Semua hasil pengujian sampel tersebut pun pasti dilakukan pencatatan dan
pengecekan untuk memastikan konsistensi dari metode analias yang digunakan.
Setiap hasil uji di luar spesifikasi selalu dilakukan pengkajian dan analisis
kembali penyebabnya.
Bagian QC tidak hanya bekerja pada ruang lingkup produksi saja tetapi
juga terkait limbah yang dihasilkan oleh PT Konimex. Bagian QC akan secara
rutin memeriksa sampel air ayng terdapat pada tempat pengolahan limbah, hal
tersebut dilakukan untuk memeriksa apakah air yang dihasilkan dari pengolahan
limbah tersebut berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya atau tidak.
Di PT Konimex, bagian QC juga ikut terlibat dalam program on going
stability. Bagian QC akan memeriksa kestabilan suatu produk pada bulan ke-0, 3,
6, 12, 24, tanggal daluwarsa, dan tanggal daluwarsa + 1 tahun. Selain itu, bagian
QC juga berperan dalam penanganan sampel pertinggal. Hal tersebut penting
sebagai upaya korektif jika terdapat keluhan dari masyarakat.
Universitas Indonesia
4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Inspeksi diri dan audit mutu di PT Konimex dilakukan oleh bagian GMP
yang berada di bawah bagian QA. Bagian GMP melakukan inspeksi internal dan
audit mutu bertujuan untuk mengeveluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu di PT Konimex telah memenuhi ketentuan CPOB. Aspek-aspek
yang dinspeksi dan diaudit meliputi aspek personalia; bangunan termasuk fasilitas
untuk personil; perawatan bangunan dan peralatan; penyimpanan bahan awal,
bahan pengemas, dan produk jadi; peralatan; pengolaha dan pengawasan selama
proses; pengawasan mutu; dokumentasi; sanitasi dan hgiene; program validasi dan
revalidasi; kalibrasi alat; prosedur penarikan kembali obat jadi; penanganan
keluhan; pengawasan label; hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindaakan
perbaikan; dll.
Tiga hari sebelum melakukan inspeksi diri dan audit mutu, bagain GMP
menginformasikan kepada bagian yang hendak diinspeksi dan diaudit.
Pemberitahuan tersebut dimaksudkan untuk pembinaan bukanlah untuk
memperbanyak temuan. Setelah tiga hari, bagian GMP akan meminta kepada
bagian yang hendak diinspeksi atau diaudit untuk mengadakan opening meeting.
Pertemuan tersebut berisi tentang rencana, waktu pelaksanaan, dan hal-hal apa
saja yang akan diinspeksi dan diaudit. Audit yang dilakukan terdiri dari dua
macam, yaitu desk audit dan site audit. Desk audit adalah audit berdasrkan data-
data seperti rekaman bets, SOP, dll. Site audit adalah melakukan audit langsung
ke lapangan. Setelah itu, dibuatlah catatan hasil audit. Catatan tersebut selajutnya
dianalisis apakah perlu dilakukan perbaikan atau pencegahan. Perlu atau tidaknya
dilakukan perbaikan atau pencegahan di PT Konimex tercantum dalam PTKP
(Permintaan Tindakan Koreksi dan Pencegahan). Terdapat tiga kategori dalam
PTKP, yaitu mayor, minor, dan observasi. Kemudian bagian yang diinspeksi dan
diaudit melakukan perbaikan atau pencegahan sesuai deadline yang mereka
tentukan sendiri waktunya. Bagian GMP akan datang kembali ke bagian tersebut
untuk melakuakn audit dan inspeksi kembali terhadap hal-hal yang perlu
dilakukan perbaikan atau pencegahan. Data hasil inspeksi dan audit selanjutnya
dismpan dan dijadikan acuan pada proses inspeksi dan audit berikutnya. Data
Universitas Indonesia
hasil tersebut setelah 5 tahun akan dikaji kembali dan dilakukan pemusnahan.
Inspeksi dan audit tersebut dilakukan secara berkala.
PT Konimex juga diinspeksi dan diaudit oleh pihak eksternal, dalam hal
ini adalah BPOM. BPOM akan menginspeksi dan mengaudit dengan atau tanpa
pemberitahuan langsung ke pihak PT Konimex. Umumnya, BPOM akan
menginspeksi dan mengaudit setiap satu tahun sekali. Jika menurut BPOM
terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki atau dicegah, maka yang menentukan
deadline perbaikan dalah pihak PT Konimex sendiri.
PT Konimex juga melakukan audit terhadap pemasok yang telah bekerja
sama dengan pihak PT Konimex. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan secara
langsung cara pengolahan pemasok dalam proses penyediaan bahan baku yang
diinginkan oleh pihak PT Konimex. Selain itu, audit terhadap pemasok juga
dilakukan untuk menjamin bahwa bahan baku yang dipesan merupanan bahan
yang berkualitas.
Universitas Indonesia
memenuhi syarat kualitas atau bila ada laporan mengenai reaksi yang
merugikanyang serius serta berisiko terhadap kesehatan.
PT. Konimex membagi produk kembalian menjadi dua jenis yaitu obat
kadaluwarsa dan obat yang cacat atau rusak. Produk kembalian diterima PT.
Konimex melalui distributornya. Pabrik akan menerima melalui gudang obat jadi.
Obat yang diterima akan diperiksa kelengkapannya, kemudian bagian QC
melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang berlaku. Barang yang diterima
diperiksa jumlahnya, nomor bets, dan dibandingkan dengan contoh pertinggal.
Penyimpanan contoh pertinggal dilakukan sesuai dengan persyaratan
penyimpanan obat yang tertera pada label atau etiket. Contoh pertinggal disimpan
sampai tanggal kadaluarsa obat + 1 tahun, setelah itu dimusnahkan. Jika produk
kembalian tersebut sudah kedaluwarsa, maka akan dimusnahkan.
Penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk
(recall), di PT. Konimex telah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam CPOB.
Penanganan keluhan ada di bawah wewenang bagian QA. Jika berkaitan dengan
mutu produk dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka bagian QA akan
dibantu oleh bagian QC. Jika diperlukan adanya penarikan produk yang telah
beredar, maka bagian marketing akan melakukan penarikan dengan bantuan
distributor.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen.
Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan. CPOB menghendaki dokumentasi
meliputi spesifikasi (spesifikasi bahan awal, pengemas, produk ruahan, produk
antara dan produk jadi), dokumen produksi (dokumen produksi induk, prosedur
produksi induk, catatan produksi bets), prosedur dan catatan mengenai
penerimaan, pengambilan sampel, dan pengujian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
adalah suatu tindakan pembuktian yang sesuai dengan prinsip-prinsip dari CPOB
bahwa prosedur, proses, peralatan, bahan-bahan, aktivitas atau sistem berfungsi
sesuai dengan yang disyaratkan. Kegiatan validasi dan kualifikasi yang ada di PT.
Konimex telah dikoordinasi dan dilaksanakan dengan baik oleh bagian validasi.
Hal ini terlihat dengan adanya jadwal yang jelas setiap tahunnya terhadap validasi
yang akan dilakukan berikut parameter dan prosedurnya melalui penyusunan
Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan) dan protokol validasi.
Bagian validasi PT Konimex juga melakukan kualifikasi terhadap
peralatan dan fasilitas produksi yang mempengaruhi mutu produk yang
dihasilkan. Kualifikasi yang dilakukan yaitu kualifikasi desain, kualifikasi
instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi tersebut
memastikan bahwa alat tersebut telah dipasang dan dapat dioperasikan dengan
baik serta telah mencapai kinerjanya.
PT. Konimex juga melakukan kalibrasi alat ukur untuk menghindari dan
mengurangi kesalahan pembacaan data yang dapat berakibat pada mutu produk
yang dihasilkan. Kalibrasi yang dilakukan di PT. Konimex diupayakan hingga
mencapai hasil yang baik atau baik dengan koreksi namun masih dapat digunakan.
Khusus alat-alat yang sangat mempengaruhi mutu produk, jika setelah dikalibrasi
masih terdapat faktor koreksi yang hampir tidak dapat ditoleransi maka
diupayakan adanya perbaikan hingga didapat kondisi yang baik. Selain melakukan
kalibrasi sendiri, PT Konimex juga berkerjasama dengan pihak ketiga yang
menyediakan jasa kalibrasi alat.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories
telah membantu mahasiswa profesi apoteker dalam memahami mengenai
tanggung jawab profesi apoteker di industri farmasi
b. PT. Konimex telah menerapkan prinsip-prinsip CPOB pada seluruh kegiatan
yang terkait dengan produksi obat.
5.2 Saran
PT. Konimex Pharmaceutical Laboratories diharapkan tetap mampu
melakukan seluruh kegiatan produksi obat yang berpedoman pada Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), sehingga tetap dihasilkan produk yang
memiliki keamanan, kualitas dan kemanfaatan yang maksimal bagi masyarakat.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
OLEH :
RYAN ADI CANDRA, S.Farm.
1206313671
ANGKATAN LXXVI
ii Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Kandungan kelopak bunga dan daun segar tumbuhan rosella ...... 5
Tabel 2.2 Kandungan kimia masing-masing bagian tumbuhan rosella ........ 6
Tabel 4.1 Hasil pengukuran kadar hemoglobin dan zat besi dalam serum ... 14
Tabel 4.2 Hasil pengukuran kadar hemoglobin tikus putih .......................... 15
Tabel 4.3 Hasil pehitungan sel darah merah pada tikus putih ...................... 15
iv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan laporan ini adalah mengetahui khasiat kelopak bunga
rosella (Hibiscus sabdariffa L.) untuk mengobati anemia pada wanita menstruasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.3 Fitokimia
Daun rosella dilaporkan mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat,
kalsium, fosfor, zat besi, thiamin, beta karoten, riboflavin, niasin, dan asam
askorbat. Bunga rosella yang berwarna kuning diidentifikasi mengandung
senyawa dafnifilin. Tumbuhan ini juga mengandung senyawa-senyawa flavonoid
seperti hibiscitrin dan hibiscetin. Kelopak bunga rosella kering mengandung
flavonoid gossypetin, hibiscetin, dan sabdaretin. Tumbuhan ini juga mengandung
alkaloid, beta sitosterol, antosianin, asam sitrat, sianidin-3-rutinosa, delfinidin,
galaktosa, pectin, asam protokatekuat, quersetin, asam stearate, dan lemak
(Mahadevan, Shivali, & Kamboj, 2009).
Analisis terhadap kelopak bunga menunjukkan bahwa bagian tumbuhan ini
mengandung protein dan mineral seperti zat besi, fosfor, kalsium, mangan,
aluminium, magnesium, natrium, dan kalium. Kelopak bunga rosella juga
mengandung mucilage, kalsium,sitrat, asam askorbat, gossypetin, dan hibiscin
chloride. Kandungan kelopak bunga segar dan daun segar tumbuhan rosella
secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut (Mahadevan, Shivali, & Kamboj,
2009):
Tabel 2.1 Kandungan kelopak bunga dan daun segar tumbuhan rosella
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.4 Manfaat
Tumbuhan rosella dipercaya memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan
tubuh manusia. Berikut ini adalah manfaat tumbuhan rosella (Mahadevan, Shivali,
& Kamboj, 2009):
2.1.4.1 Antihipertensi
Ekstrak air dari bunga rosella memiliki efek antihipertensi dan
kardioprotektif pada tikus. Infusa dari bunga rosella juga mampu menurunkan
secara signifikan tekanan sistol dan diastol pada tikus hipertensi dan normotensi
(Mahadevan, Shivali, & Kamboj, 2009). Teh kelopak bunga rosella mampu
menurunkan tekanan sistol sebesar 11,2% dan menurunkan tekanan diastol
sebesar 10,7%. Ekstrak air dari kelopak bunga rosella mampu menurunkan
tekanan arteri pada tikus, memiliki kemampuan sebagai vasodilator cincin aorta
yeng terisolasi pada tikus hipertensi. Konsumsi teh rosella secara rutin mampu
menurunkan tekanan darah pada orang dewasa dan dapat digunakan pula sebagai
minuman yang direkomendasikan untuk seseorang yang menderita hipertensi.
Selain pada tikus, ekstrak rosella yang telah distandardisasi juga menunjukkan
kemampuannya dalam menurunkan tekanan darah pada manusia hipertensi.
2.1.4.2 Hepatoprotektif
Ekstrak kering bunga rosella mampu melindungi hepatosit tikus dari stres
oksidatif. Zat yang terkandung dalam ekstrak bunga rosella yang memiliki
kemampuan tersebut adalah senyawa fenol yang bernama asam prokatekuat.
Mekanisme kerja dari zat tersebut adalah menangkap radikal bebas. Ekstrak air-
etanol (1:1) dari kelopak bunga rosella mampu menurunkan kadar lipid
Universitas Indonesia
peroksidasi secara signifikan terhadap kerusakan hati yang diinduksi oleh karbon
tetraklorida (Mahadevan, Shivali, & Kamboj, 2009).
2.1.4.3 Antihiperlipidemia
Ekstrak tumbuhan ini mampu menghambat oksidasi LDL dan dapat
dijadikan sebagai antihiperlipidemia pada tikus yang telah diberi fruktosa dan
kolesterol. Hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan yang signifikan terhadap
kadar LDL dan rasio LDL-HDL. Konsumsi ekstrak etanol kelopak bunga rosella
kering juga dapat menurunkan profil lemak pada tikus. Pemberian ekstrak
tumbuhan ini menurunkan serum GOT dan GPT; basa, dan asam fosfat yang
merupakan total serum protein. Nilai dari total serum protein akan kembali normal
setelah sembilan minggu pemberian (Mahadevan, Shivali, & Kamboj, 2009).
2.1.4.4 Antioksidan
Dua fraksi ektrak etanol (fraksi larut kloroform dan fraksi larut etil asetat)
dari bunga rosella kering mampu menangkap hidrogen peroksida sebesar 79-94%
pada dosis 500 µg. Selain itu, ekstrak tersebut juga mampu menghambat radikal
anion superoksida sebesar 70-80% pada dosis 1000 µg (Mahadevan, Shivali, &
Kamboj, 2009).
2.1.4.5 Antikanker
Asam protokatekuat mampu menghambat pertumbuhan tumor pada kulit
tikus. Efek penghambatan asam protokatekuat pada pertumbuhan tumor di kulit
tikus menunjukkan bahwa asam protokatekuat berpotensi sebagai agen
kemopreventif melawan tumor (Mahadevan, Shivali, & Kamboj, 2009).
2.1.4.6 Manfaat Lain
Ekstrak etanol dan air dari kelopak bunga rosella memiliki aktivitas sebagai
antipiretik pada hewan coba. Ekstrak tumbuhan rosella juga dapat bermanfaat
sebagai antispasmodik, anti inflamasi, serta antibakteri (Mahadevan, Shivali, &
Kamboj, 2009). Selain itu, tumbuhan ini juga dapat mencegah dan mengobati
anemia (Ghislain, et al., 2011).
Universitas Indonesia
2.2 Anemia
2.2.1 Definisi
Anemia adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penurunan hemoglobin
dan sel darah merah sehingga mengurangi kapasitas transportasi oksigen dalam
darah (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, & Posey, 2005). Anemia dapat
diartikan pula sebagai keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal (Masrizal, 2007).
2.2.2 Klasifikasi dan Penyebab
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Masrizal,
2007):
a. Makrositik
Anemia makrositik adalah anemia dimana ukuran sel darah merah bertambah
besar dan jumlah hemoglobin dari tiap sel juga bertambah. Anemia makrositik
terdiri dari dua jenis, yaitu anemia megaloblastik dan anemia non-megaloblastik.
Anemia megaloblastik adalah anemia karena kekurangan vitamin B12, asam folat,
dan gangguan sintesis DNA. Anemia non-megaloblastik adalah anema yang
disebabkan oleh proses eritropoesis yang cepat dan terjadinya peningkatan luas
permukaan membran.
b. Mikrositik
Mikrositik adalah mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh
defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin, dan heme serta gangguan
metabolism besi lainnya.
c. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah. Hal ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara
berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal, dan hati.
2.2.3 Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang dapat ditimbulkan oleh seseorang yang menderita
anemia adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2007):
a. Anemia akibat kehilangan darah yang mendadak dan banyak akan memacu
homeostatis kompensasi tubuh. Kehilangan darah akut sebanyak 12-15% akan
memberi gejala pucat, takikardia dengan tekanan darah normal atau rendah.
Universitas Indonesia
2.3 Menstruasi
Menstruasi merupakan proses katabolisme dan terjadi dibawah pengaruh
hormon hipofisis dan ovarium. Menstruasi pertama biasanya terjadi pada usia 8-
13 tahun. Berakhirnya menstruasi, menopause, nornalnya terjadi pada usia 49-50
tahun. Interval antar periode menstruasi bervariasi sesuai usia, keadaan fisik dan
emosi, serta lingkungan. Siklus menstruasi normal umunya tetap setiap 28 hari,
tetapi interval 24-32 hari masih dianggap normal kecuali siklusnya sangat tidak
teratur. Pada awal dan akhir masa reproduksi, siklus menstruasi mungkin tidak
teratur dan tidak dapat diperkirakan, sebagai akibat kegagalan ovulasi. Saat
mencapai maturitas, kira-kira dua per tiga wanita mempertahankan periodisitas
yang kurang lebih teratur, kecuali saat hami, stress atau sakit. Durasi rata-rata
perdarahan menstruasi adalah 3-7 hari, tetapi dapat pula bervariasi. Kehilangan
darah rata-rata pada periode menstruasi normal sekitar 35-90 ml. Kira-kira tiga
per empat darah ini hilang dalam 2 hari pertama. Wanita yang berusia kurang dari
35 tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka yang
berusia lebih dari 35 tahun (Benson & Pernoll, 2008).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perdarahan menstruasi, yaitu
a. Fluktuasi kadar hormon ovarium, hipofisis, prostaglandin dan kadar enzim.
b. Variabilitas sistem saraf otonom.
Universitas Indonesia
c. Perubahan vaskularisasi
d. Faktor-faktor lain, seperti status nutrisi dan psikologis.
Siklus menstruasi normal diatur secara cermat oleh sekresi gonadotropin dari
hipofisis anterior ke sirkulasi sistemik. Dengan onset setiap siklus, folikel yang
siap untuk pematangan dirangsang berkembang oleh FSH. Satu folikel yang
tersisa akan mengalami regresi. Sementara itu, estrogen dihasilkan oleh sel lutein
pada folikel. Estrogen ovarium yang utama adalah estron, estradiol, dan sejumlah
kecil estriol. Pada siklus hari ke-8 dan ke-9, kadar estrogen berhenti meningkat
dan kadar LH serta FSH mulai berfluktuasi. Pada sekitar hari ke-14, kenaikan
kadar LH yang tinggi dan mendadak memicu pecahnya folikel dan ovulasi
(lepasnya ovum). Terjadi sedikit perdarahan, dan folikel yang kosong segera diisi
oleh darah yang menggumpal. LH dan mungkin prolaktin merangsang luteinasi
sel granulosa sehingga terbentuk korpus luteum. Sel lutein granulosa
menghasilkan progesteron, yang mencapai puncaknya pada kira-kira hari ke-23
atau ke-24. Jika pada saat itu tidak terjadi fertilisasi dan nidasi ovum (kehamilan),
korpus luteum akan mengalami regresi. Kemudian kadar progesteron dan estrogen
turun mencapai kadar kritis pada sekitar hari ke-28 ketika terjadi perdarahan
endometrium atau menstruasi (Benson & Pernoll, 2008).
Selama fase menstruasi, edema endometrium dan perubahan degeneratif yang
terjadi pada akhir fase sekretoris menyebabkan nekrosis jaringan. Keadaan ini
tersebar secara tidak merata di seluruh lapisan endometrium kecuali lapisan basal.
Nekrosis menyebabkan pembuluh darah robek menghasilkan perdarahann-
perdarahan kecil yang tersebar. Perdarahan ini membesar dan bersatu membentuk
hematoma yang menyebar, yang nantinya akan menyebabkan pemisahan
endometrium dan semakin robeknya pembuluh darah kecil. Lepasnya fragmen-
fargmen jaringan biasanya diawali dengan bercak-bercak sekitar 12 jam setelah
dimulainya perdarahan. Seluruh isi ruang endometrium terpisah dan menimbulkan
rasa sakit. Keadaan yang sangat sakit ini berasal dari pemisahan mendadak
seluruh lapisan endometrium sekretoris, mungkin karena serangkaian kejadian
tersebut terjadi sangat cepat dan lengkap (Benson & Pernoll, 2008).
Universitas Indonesia
12 Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
Salah satu bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kelopak bunga rosella
dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah adalah jurnal ilmiah yang
berjudul “Effect of Folere Juice (Calyx of Hibiscus sabdariffa Lin.) on Some
Biochemical Parameters in Humans”. Pada jurnal ilmiah tersebut, percobaan
dilakukan terhadap 22 orang pria selama 9 hari. Hasil dari percabaan tersebut
menunjukkan bahwa kelopak bunga rosella dapat menyebabkan peningkatan
kadar hemoglobin dan penurunan kadar zat besi dalam serum. Masing-masing
subjek uji tersebut mengonsumsi ekstrak kelopak bunga rosella yang telah
dicampur dengan sari nanas pada pagi dan sore setiap harinya selama 9 hari. Pada
hari ke-0, 4, dan 9 masing-masing subjek uji tersebut diambil darahnya untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin dan zat besi dalam
serum. Hasil dari pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut (Ghislain,
et al., 2011):
Tabel 4.1 Hasil pengukuran kadar hemoglobin dan zat besi dalam serum
Kadar Hemoglobin Kadar Zat Besi dalam
Hari ke-
(g/dl) Serum (µg/dl)
0 13,96±1,07 86,17±9,26
4 14,35±1,08 52,27±10,4
9 17,51±1,29 59,73±9,72
Universitas Indonesia
subjek uji (Ghislain, et al., 2011). Penurunan kadar zat besi dalam serum tersebut
masih dalam kadar yang normal sehingga tidak membahayakan kesehatan subjek
uji. Rentang kadar normal zat besi dalam serum adalah 50-160 µg/dl (Dipiro,
Talbert, Yee, Matzke, Wells, & Posey, 2005).
Pada percobaan lain yang dilakukan terhadap tikus putih (Rattus
nurvegicus) anemia menunjukkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin
setelah pemberian ekstrak kelopak bunga rosella. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut (Munawaroh, 2009):
Tabel 4.2 Hasil pengukuran kadar hemoglobin tikus putih
Rata-rata Kadar Rata-rata Kadar
Perlakuan
Hemoglobin Sebelum Hemoglobin Setelah
(g/ekor/hari)
Perlakuan (g/dl) Perlakuan (g/dl)
Kontrol 10,6 12,5
0,18 10,5 16,3
0,36 10,3 16,5
0,72 11,1 17,5
Universitas Indonesia
karena adanya kandungan zat besi dalam kelopak Bunga rosella yang digunakan
sebagai sintesis hemoglobin dalam tubuh.
Dua percobaan tersebut menunjukkan bahwa kelopak bunga rosella dapat
meningkatkan kadar hemoglobin dalam tubuh. Peningkatan hemoglobin dalam
tubuh sangat penting untuk pencegahan anemia sehingga kelopak bunga dapat
dijadikan bahan alam alternatif untuk mencegah terjadinya anemia. Namun, belum
ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa tumbuhan ini dapat mengobati anemia
pada wanita yang sedang menstruasi.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat dijadikan bahan alam
alternatif untuk mengobati anemia, tetapi belum ada bukti ilmiah yang
menunjukkan bahwa tumbuhan ini spesifik dapat digunakan untuk mengobati
anemia pada wanita menstruasi.
5.2 Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai khasiat kelopak bunga
rosella untuk mengobati anemia karena jurnal ilmiah yang membahas
mengenai hal tersebut jumlahnya sangat sedikit.
b. Perlu dilakukan penelitian terhadap subjek uji wanita anemia yang sedang
menstruasi.
17 Universitas Indonesia
Benson, R. C., & Pernoll, M. L. (2008). Buku saku obstetri dan ginekologi (9th
ed.). (S. S. Primarianti, T. Resmisari, Penyunt., & S. Wijaya, Penerj.)
Jakarta: EGC.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L.
M. (2005). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach (6th ed.).
New York: McGraw-Hill.
Ford, P. (2008, Agustus 13). Women & Anemia: Heavy Menstrual Bleeding and
Fibroids. Dipetik April 30, 2013, dari Anemia:
http://www.anemia.org/patients/feature-
articles/content.php?contentid=000242
Ghislain, M. T., Gisele, E. L., Bertrand, P. M., Mathieu, F., Honore, F. K.,
Felicite, T. M., et al. (2011). Effect of "Folere" juice (calyx of Hibiscus
sabdariffa Lin) on some biochemical parameters in human. Pakistan
Juornal of Nutrition, 755-759.
USDA. (2013, April 29). Plants Profile. Dipetik April 29, 2013, dari United
States Department of Agriculture:
http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=hisa2
18 Universitas Indonesia