15-4-24 Skripsi Wiwin Sri SR 2024

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 118

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEJADIAN PARTUS LAMA DI RS WIYUNG
SEJAHTERA SURABAYA

Wiwin Sri Setyo Rini


NIM. 227019006

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2023
SKRIPSI
SAMPUL DALAM

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEJADIAN PARTUS LAMA DI RS WIYUNG
SEJAHTERA SURABAYA

Wiwin Sri Setyo Rini


NIM. 227019006

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2023
SKRIPSI
SAMPUL DALAM
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
PARTUS LAMA DI RS WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA

untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1 Kebidanan dalam


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Fakultas Sains dan Kesehatan

Wiwin Sri Setyo Rini


NIM. 227019006

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2023
PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Wiwin Sri Setyo Rini
NIM : 227019006
Program Studi Kebidanan Program Sarjana, Fakultas Sains dan Kesehatan
Angkatan: 2022
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA
DI RS WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA
Apabila dikemudian hari saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 8 Januari 2024


Yang menyatakan,

Wiwin Sri Setyo Rini


NIM 227019006
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Wiwin Sri Setyo Rini
NIM : 227019006
Judul skripsi :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA
DI RS WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA
Disetujui untuk diseminarkan pada seminar skripsi di Program Studi Kebidanan
Program Sarjana, Fakultas Sains dan Kesehatan, Universitas PGRI Adi Buana
Surabaya.

Surabaya, 8 Januari 2024


Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Setiawandari, SST.M.Kes Yuni Khoirul Waroh, SST. M.Kes


NIDN. 0727027508 NIDN. 0706068102

Mengetahui
Ka.Prodi Kebidanan

Desta Ayu Cahya R, SST., M.Tr.Keb


NIDN 0702129102

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kebidanan (S.Keb) di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya:
Oleh:
Nama : Wiwin Sri Setyo Rini
NIM : 227019006
Judul skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
PARTUS LAMA DI RS WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA
Tanggal Ujian : 8 Januari 2024
Telah dinyatakan lulus ujian skripsi dan naskah tersebut telah diperiksa,
diperbaiki dan disetujui oleh tim penguji.
Disetujui dan di sah kan oleh tim penguji skripsi:

Ketua Penguji

Indria Nuraini, SST., M.Kes


NIDN. 0713068206

Anggota 1 Anggota 2

Dr. Setiawandari, SST.M.Kes Yuni Khoirul Waroh, SST. M.Kes


NIDN. 0727027508 NIDN. 0706068102

Mengetahui

Dekan FSK Ketua Program Studi

Dr. Setiawandari, SST.M.Kes Desta Ayu Cahya R, SST., M.Tr.Keb


NIDN. 0727027508 NIDN 0702129102

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kejadian Partus Lama di Rs Wiyung Sejahtera Surabaya”.
skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1
Kebidanan (S.Keb) pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Fakultas
Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. Hartono, M.Si selaku Rektor Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
yang telah memberi kesempatan untuk menempuh pendidikan di
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
2. Dr. Setiawandari, SST.M.Kes selaku Dekan Fakultas Sains Kesehatan
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan Dosen Pembimbing 1 yang
telah memberikan kesempatan menyusun, memberikan bimbingan dan
memberi fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan program studi S1 Kebidanan
3. Desta Ayu Cahya R, SST., M.Tr.Keb selaku ketua program Studi
Kebidanan yang telah memberikan izin dalam pembuatan skripsi.
4. Yuni Khoirul W, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah
memberikan kesempatan menyusun dan memberikan bimbingan dalam
penyusunan Skripsi ini, sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Indria Nuraini, SST., M.Kes, selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, waktu, serta saran yang membangun dalam
penyusunan skripsi.
6. Seluruh Ibu dosen Program Studi Kebidanan Program Sarjana Fakultas
Sains dan Kesehatan Universitas PGRI Adi Buana yang telah memberikan
pengetahuan yang sangat bermanfaat dan membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Kedua orang tua, Bapak Lilik Sriyanto dan Ibu Ponimah atas doa,
dukungan, bimbingan, serta kasih sayang selama ini.

iv
8. Sahabat dan teman-teman Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Fakultas Sains dan Kesehatan Universitas Adi Buana Surabaya angkatan
2020 yang turut andil dalam memberikan dorongan dan motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya yang telah memberi kesempatan
kepada saya melakukan penelitian di rumah sakit ini, yang membantu
penulis untuk menyelesaikan perkuliahan ini.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Saya sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun saya berharap
bermanfaat kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surabaya, 8 Januari 2024

Penulis

v
ABSTRAK

Persalinan dinyatakan sebagai partus lama jika terjadi keterlambatan 2-3 jam di
belakang partograf normal. Persalinan lama dapat menyebabkan infeksi,
kehabisan tenaga, dehidrasi, dan pendarahan postpartum yang dapat menyebabkan
kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera dan afiksia yang dapat
meningkatkan kematian bayi. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kejadian partus lama di RS Wiyung Sejahtera
Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan rancangan
case control yaitu faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospective dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok
kontrol. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam register kebidanan dan
rekam medis Rumah Sakit Wiyung Sejahtera dari periode Januari - Desember
2022. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara Ibu
bersalin partus lama dengan usia yang tidak beresiko 20-35 tahun nilai OR =
7,579 CI 6,25% p value 0.00, Paritas nilai OR = 8,955 CI 12,5% p value 0.00,
Ketuban Pecah Dini nilai OR = 2,985 CI 85,4% p value 0,006, His yang tidak
adekuat nilai OR = 2,169 CI 85,4% p value 0,031, ibu dengan kelainan letak janin
nilai OR = 2,668 CI 68,7% p value 0,038, berat badan lahir yang tidak normal
nilai OR = 3,491 CI 93,75% p value 0,021, dan ibu mengalami CPD nilai OR =
2,814 CI 68,75% p value 0,023. Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh
pengaruh yang signifikan antara Ibu bersalin partus lama dengan usia yang tidak
beresiko 20-35 tahun, Paritas, Ketuban Pecah Dini, His yang tidak adekuat, ibu
dengan kelainan letak janin, berat badan lahir yang tidak normal dan ibu
mengalami CPD di Rumah Sakit Wiyung Sejahtera tahun 2022. Saran bagi ibu
yang melahirkan diharapkan untuk teratur melakukan pemeriksaan antenatal care,
sarankan ibu hamil melakukan istirahat yang cukup dan mengurangi beban
pekerjaan yang berat supaya bisa menurunkan faktor faktor resiko terjsdinya
partus lama.

Kata kunci : Ibu Hamil. Partus Lama. Faktor Partus Lama

vi
vii
ABSTRACT

Labor is declared as prolonged labor if there is a delay of 2-3 hours behind the
normal partograph. Prolonged labor can cause infection, exhaustion,
dehydration, and postpartum bleeding which can lead to maternal death. The
fetus will experience infection, injury and aphyxia which can increase infant
mortality. This study aims to determine the factors that influence the incidence of
prolonged labor at Wiyung Sejahtera Hospital, Surabaya. This research uses a
descriptive analytical design with a case control design, namely risk factors are
studied using a retrospective approach by comparing the case group and the
control group. This study used secondary data in the obstetric register and
medical records of Wiyung Sejahtera Hospital from the period January -
December 2022. The results of the study showed that there was a significant
relationship between mothers who gave birth for a long time and who were not at
risk, 20-35 years old, OR value = 7.579 CI 6,25% p value 0.00, Parity value OR
= 8.955 CI 12,5% p value 0.00, Premature Rupture of Membranes OR value =
2.985 CI 85,4% p value 0,006, Inadequate HIS value OR = 2.169 CI 85,4% p
value 0,031, mothers with fetal abnormalities OR value = 2.668 CI 68,7% p value
0,038, abnormal birth weight OR value = 3.491 CI 93,75% p value 0,02 and
mothers experiencing CPD OR value = 2.814 CI 68,75% p value 0,023. The
conclusion of this study is that there is a significant relationship between mothers
who have given birth for a long time and are not at risk of age 20-35 years,
parity, premature rupture of membranes, inadequate hyssis, mothers with fetal
abnormalities, abnormal birth weight and mothers experiencing CPD. at Wiyung
Sejahtera Hospital in 2022. Advice for mothers who give birth is to regularly
carry out antenatal care checks, advise pregnant women to get enough rest and
reduce heavy workloads in order to reduce the risk factors for late pregnancy.

Keywords: Pregnant Women. Long Parturition. Long Parturition Factor

viii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM...................................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS..........................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
ABSTRACT.............................................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH, ARTI LAMBANG......................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................5
1.4.1 Manfaat Teoritis...........................................................................5
1.4.2 Manfaat Praktis............................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Persalinan........................................................................6
2.1.1 Pengertian ....................................................................................6
2.1.2 Metode persalinan........................................................................6
2.1.3 Tanda-tanda persalinan................................................................6
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses persalinan ...7
2.1.5 Tahapan persalinan ......................................................................9

ix
2.2 Konsep Dasar Persalinan Lama..............................................................9
2.2.1 Pengertian ....................................................................................9
2.2.2 Faktor – faktor yang Berpengaruh dengan Partus Lama ...........10
2.2.3 Dampak partus lama ..................................................................16
2.2.4 Klasifikasi partus lama ..............................................................18
2.2.5 Penatalaksanaan partus lama .....................................................19
2.2.6 Penatalaksanaan partus lama di RS Wiyung Sejahtera .............20
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Teori..............................................................................23
3.2 Kerangka Konsep .........................................................................24
3.3 Hipotesis........................................................................................24
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian.....................................................................................25
4.2 Rancang Bangun Penelitian .................................................................25
4.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................25
4.3.1 Populasi......................................................................................26
4.3.2 Sampel .......................................................................................26
4.3.3 Besar sampel..............................................................................26
4.3.4 Teknik pengambilan sampel.......................................................26
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................27
4.4.1 Lokasi penelitian........................................................................27
4.4.2 Waktu penelitian........................................................................27
4.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Cara Pengukuran
Variabel ..............................................................................................27
4.5.1 Variabel penelitian.....................................................................27
4.5.2 Definisi operasional ...................................................................28
4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ............................................30
4.6.1 Teknik pengumpulan data..........................................................30
4.6.2 Prosedur pengumpulan data.......................................................30
4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .................................................31
4.7.1 Teknik pengolahan data.............................................................31
4.7.2 Analisis data...............................................................................32

x
4.8 Kerangka Operasional..........................................................................34
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Jalannya Penelitian...............................................................................35
5.2 Hasil Penelitian ....................................................................................36
5.2.1 Analisis univariat........................................................................36
5.2.2 Analisis bivariat..........................................................................37
5.2.3 Analisis multivariat....................................................................38
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Usia Ibu dengan Partus Lama...............................................39
6.2 Pengaruh Paritas dengan Partus Lama ................................................40
6.3 Pengaruh KPD dengan Partus Lama....................................................41
6.4 Pengaruh HIS dengan Partus Lama .....................................................43
6.5 Pengaruh Kelainan Letak Janin dengan Partus Lama..........................44
6.6 Pengaruh Berat Badan Janin dengan Partus Lama ..............................46
6.7 Pengaruh CPD dengan Partus Lama ...................................................48
BAB 7 PEMBAHASAN
7.1 Kesimpulan...........................................................................................50
7.2 Saran ....................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................52
LAMPIRAN...........................................................................................................54

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ikhtisar kriteria diagnostik dan penatalaksanaan distosia......................22
Tabel 4.1 Definisi operasional, kategori dan skala penelitian................................29
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Faktor yang Berpengaruh dengan Partus Lama,
Usia Ibu, Parietas, KPD, HIS, Kelainan Letak janin, Berat Badan Bayi,
dan CPD pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Wiyung Sejahtera 2022...36
Tabel 5.2 Faktor Dominan yang Berpengaruh dengan Ketuban Pecah Dini di
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Tahun 2022...........38

xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka teori penelitian...................................................................24
Gambar 3.2 Kerangka konsep penelitian...............................................................25
Gambar 4.1 Rancang bangun penelitian................................................................26
Gambar 4.2 Kerangka Operasional Penelitian.......................................................35

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Timeline Kegiatan Skripsi .................................................................54
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ...........................................................................56
Lampiran 3 Lembar Konsultasi .............................................................................57
Lampiran 4 Berita Acara Perbaikan Skripsi .........................................................58
Lampiran 5 Tabel Tabulasi ...................................................................................60
Lampiran 6 Tabel Hasil SPSS ...............................................................................64

xiv
DAFTAR SINGKATAN, ISTILAH, ARTI LAMBANG

AKB : Angka Kematian Bayi


AKI : Angka Kematian Ibu
BBLR : Berat Badan Lahir Renda
BAB : Buang Air Besar
BMI : Body Msss Index
CPD : Cephalopelvic Disproportion
cm : centimeter
DJJ : Detak Jantung Janin
Dkk : Dan Kawan – Kawan
FHR : Fetal Heart Rate
IU : International Unit
IUFD : Intra Uterin Fetal Death
IUGR : Intrauterine Growth Restriction
IV : Intra Vena
Jl : Jalan
KH : Kelahiran Hidup
KPD : Ketuban Pecah Dini
mu : Micro Unit
MRS : Masuk Rumah Sakit
OR : Odd Ratio
PEB : Pre Eklamsi Berat
RL : Ranger Laktat
RM : Rekam Medis
SC : Sectio Cesarea
SPOG : Spesialis Obstetri dan Ginekologi
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
PAP : Pintu Atas Panggul

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Partus lama merupakan adanya kontraksi uterus ritmik dan reguler yang
disertai pembukaan serviks, berlangsung > 24 jam. Namun definisi ini memiliki
keterbatasan, oleh karena itu dalam hal manajemen untuk merujuk pada persalinan
lama, definisi partus lama dibagi fase laten dan fase aktif. Partus lama fase laten
yaitu adanya kontraksi uterus ritmik dengan pelebaran serviks sampai 4 cm yang
berlangsung lebih dari 8 jam. Partus lama fase aktif adalah kontraksi uterus ritmik
dengan pelebaran serviks lebih dari 4 cm yang berlangsung lebih dari 12 jam
menurut (WHO, 2008) . Persalinan dinyatakan sebagai partus lama jika terjadi
keterlambatan 2-3 jam di belakang partograf normal (David, 2008). Persalinan
lama dapat menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi, dan pendarahan
postpartum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi
infeksi, cedera dan afiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi. Partus lama
merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan janin (Ardhiyanti et al., 2016)
World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2020 angka
kematian ibu (AKI) di dunia mencapai 287 per 100.000 kelahiran hidup. Afrika
Sub-Sahara dan Asia Selatan menyumbang sekitar 87% atau sebanyak 253.000
dari perkiraan kematian ibu secara global di tahun 2020. Di kawasan Asia
Tenggara angka kematian ibu pada tahun 2020 mencapai 47 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2023). AKI di Indonesia masih di kisaran 305 per 100.000
kelahiran hidup, belum mencapai target yang ditentukan yaitu 183 per 100.000
kelahiran hidup di tahun 2024 (Kemenkes, 2023).
World Health Organization (WHO) melaporkan setiap harinya di tahun
2017, sekitar 810 wanita meninggal akibat masalah atau komplikasi kehamilan
dan persalinan yang sebenarnya dapat dicegah. Salah satu komplikasi pada
persalinan adalah persalinan lama, analisis data WHO menunjukkan pada tahun
2017 persalinan lama menjadi penyebab langsung komplikasi persalinan dengan
jumlah kejadian sebesar 69.000 atau 2,8% kematian dari semua kematian ibu di
seluruh dunia (WHO, 2019 dalam annisya, 2020 ).

1
2

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di ruang bersalin RS Wiyung


Sejahtera Surabaya didapatkan sebanyak 745 pasien pada bulan Januari –
Desember tahun 2022 dengan 178 kasus diantaranya adalah persalinan lama.
Berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya partus lama dimulai sejak
pengawasan selama masa kehamilan, hingga pertolongan persalinan yang baik
dan penatalaksanaannya (Mochtar, 2010). Faktor penyebab partus lama menurut
Oxorn (2014) yaitu his yang tidak adekuat, malpresentasi dan malposisi, janin
besar, panggul sempit, kelainan serviks dan vagina, disproporsi fetovelvik. Selain
itu, faktor risiko terjadinya partus lama adalah analgesik dan anastesi berlebihan,
paritas, usia, wanita dependen, respons stres, pembatasan mobilitas, dan diet ketat.
Faktor tenaga (his) dan ketuban pecah dini berdasarkan hasil penelitian oleh
Ikawati (2019) yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Sawerigading Palopo
didapatkan pengaruh antara his dengan partus lama. Pada kejadian partus lama
sebanyak 53,7% mengalami his tidak adekuat, sedangkan sebanyak 31,5% his
normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan kelainan his yang lemah
lebih berisiko mengalami partus lama dibandingkan ibu yang memiliki his
normal.
Ristawaty dan Bela (2016) dalam penelitiannya menerangkan bahwa 64,7%
ibu bersalin dengan ketuban pecah dini berisiko terhadap kejadian partus lama.
Ketuban pecah dini berpengaruh terhadap kontraksi rahim yang dapat berujung
pada persalinan lama sesuai dengan teori Cunningham (2018) bahwa penekanan
hidrostatik selaput ketuban pada janin berperan dalam menimbulkan pendataran
serviks. Ibu dengan ketuban pecah dini, maka bagian terbawah janin yang
menempel ke serviks dan membentuk segmen bawah uterus memiliki fungsi yang
sama sehingga dapat mengakibatkan proses persalinan berlangsung lama.
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko ketuban pecah dini yang secara
tidak langsung berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan menyebabkan partus
lama. Penelitian oleh Ramadhita dkk., (2020) menerangkan ibu dengan usia
berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) berpeluang 2x lebih besar untuk mengalami
ketuban pecah dini. Hal tersebut didukung oleh Lubis dan Sugiarti (2021) pada
penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh antara usia ibu dengan kejadian
partus lama. 54,84% ibu dengan partus lama berada pada usia berisiko (<20
3

th/>35 th) sehingga dapat disimpulkan bahwa kejadian partus lama paling banyak
terjadi pada ibu dengan usia berisiko. Usia ibu <20 tahun berisiko mengalami
KPD karena belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, di mana rahim belum
bisa menahan kehamilan dengan baik, selaput ketuban belum matang dan mudah
mengalami robekan sehingga dapat menyebabkan terjadinya KPD (Manggiasih
dan Musbikin, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati dan Febriana (2017)
menunjukkan bahwa paritas dan kelainan letak janin (malposisi/malpresentasi)
berpengaruh dengan kejadian ketuban pecah dini. Paritas ibu yang berisiko untuk
terjadinya ketuban pecah dini adalah paritas ibu apabila ≤1 (anak pertama) atau
lebih dari anak ke-4. Sebanyak 73,9% ibu dengan paritas berisiko mengalami
ketuban pecah dini dan 90% ibu dengan malposisi dan malpresentasi mengalami
KPD. Ibu dengan paritas ≥4 lebih berisiko mengalami KPD karena vaskularisasi
pada uterus mengalami gangguan yang mengakibatkan jaringan ikat selaput
ketuban mudah rapuh dan akhirnya pecah spontan (Cunningham, 2018).
Kehamilan dengan kelainan letak janin dimana bagian terendah janin tidak dapat
menutupi pintu atas panggul (PAP) sehingga menghalangi tekanan akibat
kontraksi rahim terhadap membran bagian bawah. Letak sungsang dapat
memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban
pecah sebelum waktunya. Janin dengan presentasi selain kepala, seperti bahu,
bokong, dan kaki berisiko tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga
panggul dan menyebabkan persalinan lama (Marmi dkk,, 2011).
Makrosomia atau berat bayi besar (>4000gram) dapat menimbulkan
bertambahnya tekanan intrauterine yang dapat mengakibatkan selaput ketuban
menjadi teregang kemudian kekuatan membrane menjadi berkurang dan
mengakibatkan mudah terjadinya ketuban pecah dini (Manuaba, 2009). Berat bayi
lahir berisiko (>4000gram) pada penelitian Susanti dkk., (2018) sebanyak 27%
mengalami ketuban pecah dini dibandingkan dengan yang tidak mengalami
ketuban pecah dini yaitu hanya 21%. Sehingga dapat disimpulkan ibu dengan
berat bayi besar lebih berisiko untuk mengalami ketuban pecah dini yang dapat
berujung pada persalinan lama.
4

Ibu dengan Cephalopelvic disproportion (CPD) pada penelitian Zulfa dkk.,


(2017) 4x lebih berisiko terhadap ketuban pecah dini. Pada ibu dengan panggul
sempit lebih besar kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul sehingga
tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi rahim secara langsung menekan bagian
selaput ketuban yang menutupi serviks dan menyebabkan ketuban pecah spontan
(Claudya, 2012).
Partus lama mempunyai dampak yang berbahaya bagi ibu maupun janin.
Oleh karena itu, petugas kesehatan atau bidan mempunyai peran untuk
mengurangi kejadian tersebut. Dengan pemeriksaan tanda-tanda vital secara
intensif mulai dari ibu hamil sampai bersalin dan pimpinan persalinan yang tepat
maka resiko terjadinya partus lama dapat diminimalkan.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh faktor predisposisi (usia, kpd, paritas), faktor his (his hipotonik, his
hipertonik), faktor janin (malpresentasi, malposisi, berat bayi lahir), dan faktor
jalan lahir (kelainan panggul) dengan kejadian partus lama di RS Wiyung
Sejahtera Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah faktor yang mempengaruhi kejadian partus lama di RS
Wiyung Sejahtera Surabaya

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus lama
di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi karakteristik usia, paritas yang mempengaruhi kejadian
partus lama pada ibu bersalin di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
2. Mengidentifikasi faktor KPD (Ketuban Pecah Dini) yang mempengaruhi
kejadian partus lama pada ibu bersalin di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
5

3. Mengidentifikasi faktor presdiposisi yang mempengaruhi kejadian partus


lama pada ibu bersalin di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
4. Mengidentifikasi faktor HIS yang mempengaruhi kejadian partus lama pada
ibu bersalin di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
5. Mengidentifikasi faktor janin yang mempengaruhi kejadian partus lama pada
ibu bersalin di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
6. Mengidentifikasi faktor jalan lahir yang mempengaruhi kejadian partus lama
pada ibu bersalin di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
7. Menganalisis pengaruh dari faktor risiko dengan kejadian partus lama di RS
Wiyung Sejahtera Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
yang lebih luas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus
lama serta sebagai referensi dalam kegiatan proses belajar mengajar.
1.4.2 Praktis
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian partus lama dan mendeteksi faktor risiko yang ada sehingga dapat
dilakukan penatalaksanaan yang tepat.
2. Bagi institusi pendidikan
Sebagai referensi bagi mahasiswa dan tenaga pendidik yang akan
melakukan penelitian selanjutnya, dan memberikan nilai tambah
kepustakanan dalam proses belajar mengajar tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian partus lama.
3. Bagi lahan penelitian
Sebagai referensi bagi tenaga medis dalam melakukan pelayanan ibu hamil
dan bersalin untuk deteksi dini faktor risiko yang dapat mempengaruhi
partus lama sehingga tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dan
dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat.
4. Bagi ibu bersalin
6

Memberikan pengetahuan tentang faktor risiko yang mempengaruhi partus


lama sehingga dapat melakukan penilaian terhadap kondisi kehamilannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan


2.1.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan pervaginam
dilakukan secara spontan (menggunakan tenaga dan usaha ibu sendiri) atau
menggunakan alat khusus seperti ekstraksi vakum dan ekstraksi forcep
(Saiffudin, 2014).
Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Marmi,
2012).
2.1.2 Metode persalinan
Menurut Lailyana (2014) bentuk metode persalinan antara lain
dibagi menjadi tiga sebagai berikut:
a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan tenaga dari luar
c. Persalinan anjuran, bila kekuaan diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan jalan rangsangan
2.1.3 Tanda-tanda persalinan
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya
kekuatan his sehingga menjadi awal mula terjadinya proses persalinan
salah satunya menurut teori penurunan progesteron. Kadar hormon
progesteron akan mulai menurun pada kira-kira 1-2 minggu sebelum
persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan
akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui secara
pasti penyebabnya, tetapi terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:

7
8
9

1. Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi


2. Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah otot-
otot yang saling bertautan
3. Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendaftaran serviks, yaitu
pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi hanya
berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas
4. Peritoneum yang berada di atas fundus mengalami peregangan.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses persalinan
Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor ibu, (power, passenger, passage, dan psikologis), faktor janin
(plasenta), dan penolong persalinan. Ketiga faktor tersebut berperan
penting selama proses persalinan oleh karena banyaknya kasus kematian
ibu dan bayi yang disebabkan oleh tidak terdeteksinya salah satu faktor
tersebut. Beberapa faktor menurut Oktarina (2016) dan Saragih (2017)
diantaranya sebagai berikut:
1. Power
Power merupakan kontraksi dan retraksi otot-otot rahim plus kerja otot-otot
volunteer dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu
mengejan atau meneran.
2. Passenger
Pada faktor passenger dibagi menjadi tiga. Pertama pada janin,berupa bentuk
kepala janin, presentasi janin, dan posisi janin. Kedua pada air ketuban, yaitu
ketika proses persalinan berlangsung air ketuban berperan mendorong serviks
untuk membuka serta memberikan tekanan intra uterin dan membersihkan
jalan lahir bila ketuban pecah. Ketiga yaitu plasenta, plasenta berfungsi sebagai
pertukaran hasil metabolisme dan gas antara peredaran darah ibu dan janin,
penghasil hormon progesteron yang diperlukan selama kehamilan, serta
sebagai barrier. Jika terjadi kelainan pada plasenta dapat menyebabkan
kelainan pada janin maupun pada proses persalinan.
3. Passage
Passage atau jalan lahir terdiri dari panggul ibu meliputi bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun tersusun
atas jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot, dasar panggul juga ikut

10
11

mendukung proses kelahiran bayi, adapun panggul ibu memiliki peran yang
lebih dalam proses persalinan. Ketika persalinan berlangsung, janin diharuskan
untuk menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang cenderung kaku
sehingga ukuran dan bentuk panggul harus dapat diperkirakan sebelum
persalinan dimulai untuk memberikan tatalaksana yang tepat.
4. Psikologis
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang menyertai
kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya persalinan dianggap hal yang
menakutkan karena disertai nyeri hebat, bahkan terkadang menimbulkan
kondisi fisik dan mental yang mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena
yang subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan setiap wanita tidak akan
sama, bahkan pada wanita yang samapun tingkat nyeri persalinannya tidak
akan sama dengan nyeri persalinan yang sebelumnya. Sehingga persiapan
psikologis sangat penting dalam menjalani persalinan. Jika seorang ibu sudah
siap dan memahami proses persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama
dengan petugas kesehatan yang akan menolong persalinannya. Dalam proses
persalinan normal, pemeran utamanya adalah ibu yang disertai dengan
perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu harus meyakini bahwa ia mampu
menjalani proses persalinan dengan lancar. Karena jika ibu sudah mempunyai
keyakinan positif maka keyakinan tersebut akan menjadi kekuatan yang sangat
besar saat berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika ibu tidak semangat
atau mengalami ketakutan yang berlebih maka akan membuat proses
persalinan menjadi sulit.
5. Penolong
Penolong adalah tenaga medis memiliki peran untuk mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Orang yang
berperan sebagai penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang
mempunyai legalitas dalam menolong persalinan, antara lain: dokter, bidan,
perawat maternitas dan petugas kesehatan yang mempunyai kompetensi dalam
pertolongan persalinan, menangani kegawataruratan serta melakukan rujukan
jika diperlukan. Petugas kesehatan yang memberi pertolongan persalinan dapat
12

menggunakan alat pelindung diri, serta melakukan cuci tangan untuk mencegah
terjadinya penularan infeksi dari pasien (Oktarina, 2016).
2.1.5 Tahapan persalinan
Tahapan persalinan pervaginam spontan dibagi menjadi 4 tahap
menurut Varney (2007) diantaranya sebagai berikut:
1. Kala I
Kala I berlangsung sejak persalinan mulai hingga pembukaan serviks lengkap
(10 cm) dan dibagi menjadi dua fase, yang pertama adalah fase laten (8 jam)
yang terhitung sejak serviks membuka sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif
(7 jam) sejak serviks membuka 3 cm hingga 10 cm. Pada fase aktif, kontraksi
uterus akan semakin kuat dan sering.
2. Kala II
Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Bagi
primigravida, proses ini biasanya berlangsung selama 2 jam, dan pada
multigravida selama 1 jam.
3. Kala III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir hingga plasenta lahir dan berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV
Kala IV dimulai sejak lahirnya plasenta, hingga 2 jam pertama postpartum.
Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
ibu, (power, passenger, passage, dan psikologis), faktor janin (plasenta), dan
penolong persalinan. Ketiga faktor tersebut berperan penting selama proses
persalinan oleh karena banyaknya kasus kematian ibu dan bayi yang
disebabkan oleh tidak terdeteksinya salah satu faktor tersebut

2.2 Konsep Dasar Persalinan Lama


2.2.1 Pengertian
Partus lama merupakan proses kompleks yaitu ketika peristiwa
psikologis dan fisiologis saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
Sebagian ibu mengalami persalinan yang lebih lama dibandingkan dengan
ibu – ibu yang lain. Beberapa persalinan berlangsung lambat karena
13

ukuran janin yang besar dan letaknya yang tidak lazim (WHO, 2002).
Partus lama menurut WHO (2008) persalinan lama adalah persalinan yang
berlangsung lebih dari 24 jam. Namun definisi ini memiliki keterbatasan,
oleh karena itu dalam hal manajemen untuk merujuk pada persalinan lama,
definisi partus lama dibagi fase laten dan fase aktif. Partus lama fase laten
yatu adanya kontraksi uterus ritmik dengan pelebaran serviks sampai 4 cm
yang berlangsung lebih dari 8 jam. Partus lama fase aktif adalah kontraksi
uterus ritmik dengan pelebaran serviks lebih dari 4 cm yang berlangsung
lebih dari 12 jam. Bila kemajuan persalinan tidak berlangsung baik selama
periode itu, situasi tersebut harus segera dinilai, permasalahannya harus
dikenali dan diatasi sebelum waktu 24 jam (Harry, 2014).
Secara umum, persalinan yang abnormal terjadi apabila terdapat
permasalahan disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir.
Partus lama juga merupakan perlambatan kecepatan dilatasi serviks atau
penurunan janin (Cunningham, 2018).
Hendricks et al (2002) melakukan observasi perubahan serviks pada
303 ibu hamil selama empat minggu, melaporkan bahwa rata – rata
perubahan serviks 1,8 cm pada nulipara dan 2,2 cm pada multipara dengan
60% - 70% terjadi effacement pada beberapa hari sebelum persalinan
terjadi (WHO, 2002).
2.2.2 Faktor – faktor yang Berpengaruh dengan Partus Lama
Partus lama terjadi karena abnormalitas dari dilatasi serviks.
Pembukaan serviks berlangsung lambat, karena tidak terjadinya penurunan
kepala untuk menekan serviks tersebut. Pada saat yang sama terjadi edema
pada serviks sehingga akan lebih sulit terjadi dilatasi serviks, hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya tindakan section secarea (WHO, 2002).
Beberapa faktor yang berpengaruh dengan partus lama antara lain:
1. Disproporsi Sefalopelvik
Merupakan kondisi dimana jika kepala bayi lebih besar dari pelvis, hal ini
menjadi penyebab janin kesulitan melewati pelvis. Disproporsi sefalopelvik
juga bisa terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau
14

pelvis normal dengan janin besar, atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis
sempit (WHO, 2002).
2. Kelainan letak
Munurut Saifuddin (2012), kelainan letak terdiri dari kelainan posisi dan
persentasi janin. Kelainan posisi (Malposisi) adalah posisi abnormal dari vertex
kepala janin (dengan ubun- ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.
Sedangkan kelainan pesentasi (malpresentasi) adalah bagian terendah janin
yang berada disegmen bawah rahim bukan belakang kepala. Dalam keadaan
normal presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun
kecil dalam posisi transversal (saat masuk PAP), dan posisi anterior (setelah
melewati PAP) dengan presentasi tersebut, kepala janin akan masuk panggul
dalam ukuran terkecilnya. Sikap yang tidak normal akan menimbulkan
malpresentasi pada janin dan kesulitan persalinan. Sikap ekstensi ringan akan
menjadikan presentasi puncak kepala (dengan penunjuk ubun-ubun besar),
ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi (dengan penunjuk sinsiput), dan
ekstensi maksimal menjadikan presentasi muka (dengan penunjuk dagu).
Apabila janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi maka dapat terjadi
persalinan yang lama atau bahkan macet (Saifuddin, 2010). Pada penelitian
yang dilakukan oleh Evy Soviyati menyatakan bahwa terdapat 65,4% ibu
mengalami lama persalinan lebih dari 18 jam dengan malposisi sedangkan
60,7% ibu mengalami lama persalinan lebih dari 18 jam mengalami posisi
normal. analisis Odd Ratio sebesar 1,2 artinya ibu yang mengalami malposisi
saat bersalin beresiko 1,2 kali lebih besar mengalami partus lama
( Soviyati, 2016)
.
3. Berat bayi lahir
Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata bayi
normal (gestasi 37-40 minggu) adalah 2500-4000 gram. Berat badan ini
tergantung dari ras, status ekonomi orang tua, dan paritas ibu. Secara umum
berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir berlebih lebih besar resiko nya
untuk mengalami masalah. Berat bayi lahir besar (≥4000 gram) dapat
menyebabkan distosia pada proses persalinan, yang ditandai dengan tidak
15

adanya kemajuan persalinan dan menyebabkan persalinan menjadi lama


(Saifuddin, 2012).
4. Kerja uterus yang tidak efisien
Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasikan, inersia
uteri, dan ketidakmampuan dilatasi serviks menyebabkan partus menjadi lama
dan kemajuan persalinan mungkin terhenti sama sekali. Keadaan ini sering
sekali disertai disproporsi dan malpresentasi (Harry, 2014).
5. Usia
Rochjati (2015) menyatakan bahwa kehamilan pada usia >35 tahun lebih
mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan menua. Jalan lahir juga
semakin kaku sehingga lebih besar kemungkinan terjadi kelainan kongenital,
partus lama, dan perdarahan. Menurut Damayanti (2016), persalinan di atas
usia 35 tahun beresiko mengalami gangguan salah satunya yaitu lamanya
tahapan kala dua (proses pengeluaran bayi). Hal tersebut didukung oleh hasil
penelitian Lubis dkk., (2021) dimana ibu dengan usia <20 tahun dan >35
tahun memiliki risiko mengalami partus lama sebesar 3-4 dibandingkan dengan
ibu yang berusia antara 20-35 tahun.
6. Paritas
Paritas yang berisiko yang menyebabkan komplikasi dalam persalinan adalah
paritas 1 (primigravida) dan lebih dari 4 (multigravida), karena pada paritas
pertama rahim baru pertama kali menerima kehamilan sehingga rahim teregang
oleh adanya janin serta respon stress ibu yang tinggi karena pengalaman
melahirkan belum pernah. Pada primigravida lama rata-rata fase laten adalah 8
jam, dengan batas normal sebelah atas pada 20 jam. Sedangkan fase aktif pada
primigravida lebih dari 12 jam merupakan keadaan abnormal. Hal yang lebih
penting dari fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks. Laju yang kurang dari
1,2 cm per jam membuktikan adanya abnormalitas dan harus menimbulkan
kewaspadaan dokter yang akan menolong persalinan tersebut (Harry, 2010).
Sedangkan pada paritas lebih dari 4, rahim mengalami penurunan fungsinya
sehingga rahim tidak lagi dapat berkontraksi dengan baik akibat regangan
uterus yang berulang-ulang karena kehamilan dan longgarnya ligamentum
yang memfiksasi uterus (Prawirohardjo, 2018).
16

7. Ketuban pecah dini


Pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat
tidak pernah memperpanjang waktu persalinan, akan tetapi bila kantong
ketuban pecah pada saat serviks masih keras, dan menutup maka sering terjadi
periode laten yang lama sehingga berpegaruh terhadap persalinan yaitu
pembukaan serviks menjadi lambat dan seringkali tidak lengkap serta
menyebabkan kerja uterus tidak efisien. Ketidakmampuan serviks untuk
membuka secara lancar dan cepat serta kontraksi rahim yang tidak efisien
inilah dapat menyebabkan terjadinya partus lama (Harry, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Ristawaty dan Bella (2016) menyatakan adanya
pengaruh bermakna antara ketuban pecah dini dengan kejadian partus lama.
Haryanti (2020) pada penelitiannya mendapatkan hal serupa yaitu ibu yang
mengalami KPD mempunyai peluang 2,8 kali lebih besar untuk mengalami partus
lama dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami partus lama. Hal tersebut
dikarenakan ibu bersalin dengan ketuban yang sudah pecah sebelum terdapat
tanda inpartu dapat berisiko tinggi menyebabkan terjadinya periode laten yang
lama karena dapat menyebabkan infeksi dibandingkan dengan ketuban yang sudah
pecah setelah ada tanda inpartu yang akan mendorong proses persalinan berjalan
normal.
Faktor-faktor penyebab partus lama menurut Prawirohardjo (2018) yaitu:
1. Kelainan tenaga (power)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan penyulit
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan dengan tenaga yang
kurang dari ibu bersalin, sehingga persalinan mengalami hambatan atau
kemacetan. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulrina
Ardiyanti dan Susi Susanti yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara his dengan kejadian persalinan lama (Ardhiyanti, 2016).
His merupakan kontraksi otot-otot rahim dalam persalinan. Sifat his yang baik
dan sempurna yaitu kontraksi yang simetris, fundus dominan (kekuatan paling
tinggi berada pada fundus uteri). Adanya kontraksi diikuti dengan adanya
relaksasi dan pada setiap his menyebabkan terjadinya perubahan pada serviks,
yaitu menipis dan membuka, hal ini berarti his memiliki peranan penting dalam
17

membantu penurunan kepala janin sehingga tidak terjadi partus lama


(Kuswanti, 2013)
. Sifat his pada kala 1 fase laten timbul tiap 10 menit dengan lama 20-30
detik, sedangkan pada fase aktif terjadi peningkatan rasa nyeri, frekuensi 2-4 kali /
10 menit, lama 60-90 detik. Pada kala 2 His menjadi lebih kuat, lebih sering, dan
lebih lama dengan frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks mengejan terjadi juga
akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin (pada persalinan normal yaitu
kepala) yang menekan anus dan rektum (Mutmainnah, 2021) . Pernyataan ini
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Evy Soviyati yaitu dari 44 ibu
yang memiliki kekuatan (power) pada saat mengedan kurang baik, terdapat 37
(84,1%) mengalami lama persalinan >18 jam sedangkan dari 43 ibu yang
memiliki kekuatan (power) mengedan baik 17 (39,5%) mengalami lama
persalinan >18 jam. Dari presentasi tersebut, dapat dikatakan bahwa ada pengaruh
antara kekuatan (power) dengan lama persalinan (Soviyati, 2016).
2. Kelainan janin (passenger)
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam
letak atau bentuk janin. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Evy Soviyati menyatakan bahwa terdapat 65,4% ibu mengalami lama
persalinan lebih dari 18 jam dengan malposisi sedangkan 60,7% ibu mengalami
lama persalinan lebih dari 18 jam mengalami posisi normal. analisis Odd Ratio
sebesar 1,2 artinya ibu yang mengalami malposisi saat bersalin beresiko 1,2 kali
lebih besar mengalami partus lama (Soviyati, 2016).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yuliasari dan kawan – kawan
menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara janin besar dengan kejadian partus
lama dengan OR 2,005 yang artinya ibu yang memiliki tafsiran janin besar lebih
berisiko 2,005 kali mengalami kejadian partus lama dibandingkan ibu yang tidak
memiliki tafsiran janin besar (Yuliasari, 2016).
3. Kelainan Jalan Lahir (passege)
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
persalinan yang menyebabkan kemacetan misalnya kelainan panggul ibu.
a. Kelainan Panggul
CPD atau Cefalopelvic Disproportion adalah ketidaksesuaian ukuran
panggul dan ukuran janin, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar
18

untuk mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvis sampai terjadi


kelahran pervaginan. Keadaan ini dapat mengakibatkan kegagalan
kemajuan persalinan, persalinan macet, dan disfungsi uterus hipotonik
yang dapat memicu persalinan lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya CPD:
1) Kesempitan pada pintu atas panggul. Pintu atas panggul dianggap
sempit apabila conjungtiva vera kurang dari 10 cm atau diameter
transversa kurang dari 12 cm. pada panggul sempit kepala memiliki
kemungkinan lebih besar tertahan pada pintu atas panggul
2) Kesempitan pintu panggul tengah. Ukuran terpenting pada pintu
tengah panggul adalah distansia interspinarum, kurang dari 12 cm.
Sehingga perlu diwaspadai kemungkinan kesukaran pada persalinan
jika diameter sagitalis posterior pendek pula.
3) Kesempitan pintu bawah panggul. Bila diameter transversa dan
diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, maka sudut arkus pubis
juga mengecil (≤80) sehingga timbul kemacetan pada kelahiran janin
ukuran biasa. Bentuk dan ukuran panggul dipengaruhi oleh:
a) Faktor perkambangan herediter atau congenital.
b) Faktor nutrisi: malnutrisi dapat menyebabkan panggul sempit.
c) Faktor seksual: androgen yang berlebihan menyebabkan bentuk
panggu android.
d) Trauma, penyakit atau tumor pada panggul atau tulang belakang
(Chuningham, 2018).
b. Prolaps funikuli. Prolapas funikuli adalah suatu keadaan dimana tali pusat
berada disamping atau melawati bagian terendah janin didalam jalan lahir
setelah ketuban pecah. Pada presentase kepala prolaps funikuli sangat
berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat dijepit diantara
bagian terendah janin dengan jalan lahir sehingga mengakibatkan
gangguan oksigenasi janin. Prolaps funikali menyebabkan gangguan
adaptasi bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak
tertutup oleh bagian bawah janin tersebut (Chuningham, 2018).
19

c. Obstruksi jalan lahir. Obstruksi jalan lahir oleh karena adanya kista, tumor
dan edema pada jalan lahir sehingga mempengaruhi kemajuan persalinan
yang memicu terjadinya persalinan lama (Chunningham, 2018).
4. Faktor psikologis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional yang
luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari
aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat
takut dan cemas, sehingga menghambat suatu proses persalinan. Gangguan
kecemasan ibu akan memberi stimulus syaraf dalam menghasilkan hormone
pemicu stress yaitu hormone adrenalin nyang dapat berpengaruh pada proses
persalinan akibat terhambatnya produksi oksitosin yang member pengaruh
terhadap kontraksi uterus (Cunningham, 2018) . Kunjungan antenatal sangat
penting dilakukan oleh ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan sepengaruh
dengan kehamilanya, meliputi pemeriksaan persalinan, dukungan psikologis
serta penyuluhan kesehatan sehingga terbina pengaruh saling percaya. Tingkat
kepercayaan ibu terhadap bidan dan keluarga juga sangat mempengaruhi
kelancaran proses persalinan (Sulistyawati, 2009).
5. Faktor penolong
Penolong persalinan mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
persalinan selain faktor ibu dan janin, penolong persalinan bertindak dalam
memantau proses terjadinya kontraksi uterus dan memimpin mengejan hingga
bayi dilahirkan. Seorang penolong pesalinan harus dapat memberikan
dorongan pada ibu yang sedang dalam persalinan dan mengetahui kapan harus
memulai persalinan, selanjutnya melakukan perawatan pada ibu dan bayi.
Pimpinan yang salah dapat menyebabkan persalinan tidak berjalan dengan
lancar, berlangsung lama dan muncul berbagai komplikasi
(Cunningham, 2018)
.
2.2.3 Dampak partus lama
Partus lama dapat berakibat buruk baik pada ibu maupun pada bayi.
Ibu dan bayi dapat mengalami distress serta meningkan resiko infeksi
karena dapat menyebabkan meningkatnya tindakan intervensi serta resiko
terjadinya perdarahan post partum dan atonia uteri. Komplikasi dari partus
20

lama yaitu, atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan
shock, asfiksia, trauma cerebri, cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi
(Harry, 2014) . Beberapa dampak yang dapat terjadi akibat partus lama
pada ibu dan janin yaitu:
1. Ruptur Uteri
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan
didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Bila kontraksi berlanjut,
segmen bawa rahim menjadi meregang sehingga menjadi berbahaya karena
menipis dan menjadi lebih mudah ruptur. Ruptur uteri lebih sering terjadi pada
multipara terutama jika uterus telah melemah karena jaringan parut atau riwayat
secsio secarea. Kejadian ruptur juga dapat menyebabkan perdarahan persalinan
yang berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Psiari Kusuma Wardani menyatakan bahwa ada pengaruh antara kejadian
partus lama dengan perdarahan post partum yaitu didapatkan hasil analisis
menunjukkan nilai OR 9,598. Artinya ibu yang mengalami kejadian partus lama
berpeluang 9,598 kali untuk mengalami perdarahan post partum (Wardani, 2017).
2. Pembentukan Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis, maka sebagian kandung
kemih, serviks, vagina dan rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang –
tulang pelvis dan mendapatkan tekanan yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan
kerusakan sirkulasi oksigenasi pada jaringan – jaringan ini menjadi tidak adekuat
sehingga terjadi nekrosis dalam beberapa hari dan menimbulkan munculnya
fistula. Fistula dapat berupa vesiko-vaginal (diantara kandung kemih dan vagina),
vesiko – servikal (diantara kandung kemih dan serviks), dan rekto – vaginal
(berada diantara rektum dan vagina), yang dapat menyebabkan terjadinya
kebocoran urin atau veses dalam vagina. Fistula umumnya terbentuk setelah kala
dua persalinan yang lama dan biasanya terjadi pada nulipara, yaitu terutama pada
Negara – negara dengan tingkat kehamilan dengan usia dini.
3. Sepsis Puerperalis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan bayi pada kasus – kasus
persalinan lama terutama karena selaput ketuban pecah dini.
21

4. Cedera otot-otot dasar panggul. Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat
tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat upaya
mengejan ibu. Gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga
terjadi perubahan fungsional dan anatomic otot saraf dan jaringan ikat yang
akan menimbulkan inkontinensia urin dan prolaps organ panggul
(Saifuddin, 2012).

5. Kaput suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum
yang besar di bagian bawah janin. Kaput ini dapat berukuran besar dan
menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius (Saifuddin, 2012). Molase kepala
janin Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling
bertumpang tindih satu sama lain di sutura besar, dimana batas median tulang
parietal yang berkontak dengan promontorium tumpang tindih dengan tulang
disebelahnya, hal yang sama terjadi pada tulang (Saifuddin, 2012).
6. Kematian janin
Bila persalinan macet atau persalinan lama dibiarkan lebih lama maka akan
mengakibatkan kematian janin yang disebabkan karena tekanan berlebihan pada
plasenta dan korda umbilicus. Janin yang mati itu akan melunak akibat
pembusukan sehingga dapat menyebabkan terjadinya koagulasi intravaskuler
diseminata (KID). Hal ini dapat mengakibatkan perdarahan, syok dan kematian
pada maternal (WHO, 2002).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Candra W.B dan kawan- kawan
mengenai pengaruh partus lama dengan kejadian post partum dini menyimpulkan
bahwa semakin lama proses persalinan maka kemungkinanan untuk terjadi
perdarahan post partum dini semakin besar sehingga dapat menyebabkan
kegawatdaruratan obstetrik hingga kematian pada janin (Harry, 2014).
2.2.4 Klasifikasi partus lama
Partus lama dapat dibagi berdasarkan menjadi tiga kelompok sesuai
dengan fase pada masa persalinan yaitu:
1. Fase laten memanjang
Fase laten memanjang apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan
14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang mempengaruhi durasi fase laten antara
22

lain keadaan serviks yang memburuk (misalnya tebal, tidak mengalami


pendataran atau tidak membuka), dan persalinan palsu. Diagnosis dapat pula
ditentukan dengan menilai pembukaan serviks tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam
inpartu dengan his yang teratur (Saifuddin, 2012).
2. Fase aktif memanjang
Menurut Friedman, permulaan fase laten ditandai dengan adanya kontraksi
yang menimbulkan nyeri secara regular yang dirasakan oleh ibu. Gejala ini dapat
bervariasi menurut masing – masing ibu bersalin. Friedman membagi masalah
fase aktif menjadi gangguan protraction (berkepanjangan/ berlarut-larut) dan
arrest (macet/tidak maju) (WHO, 2002) . Protraksi didefenisikan sebagai
kecepatan pembukaan dan penurunan yang lambat yaitu untuk nulipara adalah
kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau penurunan kurang dari 1
cm/jam. Untuk multipara kecepatan pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau
penurunan kurang dari 2 cm/jam. Arrest didefenisikan sebagai berhentinya secara
total pembukaan atau penurunan ditandai dengan tidak adanya perubahan serviks
dalam 2 jam (arrest of dilatation) dan kemacetan penurunan (arrest of descent)
sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam (Saifuddin, 2012).
Fase aktif memanjang dapat didiagnosis dengan menilai tanda dan gejala yaitu
pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf. Hal ini dapat
dipertimbangkan adanya inertia uteri jika frekuensi his kurang dari 3 his per 10
menit dan lamanya kurang dari 40 detik, disproporsi sefalopelvic didiagnosa jika
pembukaan serviks dan turunnya bagian janinyang dipresentasi tidak maju,
sedangkan his baik. Obstruksi kepala dapat diketahui dengan menilai pembukaan
serviks dan turunnya bagian janin tidak maju karena kaput, moulase hebat, edema
serviks sedangkan mal presentasi dan malposisi dapat di ketahui presentasi selain
vertex dan oksiput anterior (Saifuddin, 2012).
3. Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan
keluarnya janin. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi dua jam sedangkan
untuk multipara satu jam. Pada ibu dengan paritas tinggi, kontinuitas otot vagina
dan perineum sudah meregang, dua atau tiga kali usaha mengejan setelah
pembukaan lengkap mungkin cukup untuk mengeluarkan janin.Sebaliknya untuk
23

ibu dengan panggul sempit atau janin besarmaka kala II dapat sangat panjang.
Kala II memanjang dapat didiagnosa jika pembukaan serviks lengkap, ibu ingin
mengedan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan (Saifuddin, 2012).
2.2.5 Penatalaksanaan partus lama
Dalam menghadapi persalinan lama dengan penyebab apapun,
keadaan ibu yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan
darah diukur setiap empat jam, bahkan pemeriksaan perlu dilakukan lebih
sering apabila ada gejala preeklampsia. Denyut jantung janin dicatat setiap
setengah jam dalam kala I dan lebih sering dalam kala II. Kemungkinan
dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian sepenuhnya. Karena
persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan
narcosis. Ibu hendaknya tidak diberi makanan biasa namun diberikan
dalam bentuk cairan.
Sebaiknya diberikan infuse larutan glukosa 5% dan larutas NaCl
isotonik secara intravena berganti – ganti. Untuk mengurangi rasa nyeri
dapat diberikan petidin 50 mg yang dapat di ulangi, pada permulaan kala I
dapat diberikan 10 mg morfin. Pemeriksaan dalam mengandung bahaya
infeksi. Apabila persalinan berlangsung 24 jam tanpa kemajuan berarti
maka perlu diadakan penilaian seksama tentang keadaan. Apabila ketuban
sudah pecah maka, keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak boleh
ditunda terlalu lama berhubung mengantisipasi bahaya infeksi. Sebaiknya
dalam 24 jam setelah ketuban pecah sudah dapat diambil keputusan
apakah perlu dilakukan seksio sesarea dalam waktu singkat atau persalinan
dapat dibiarkan berlangsung terus (Prawirohardjo, 2018).

2.2.6 Penatalaksanaan partus lama di RS Wiyung Sejahtera Surabaya


1. Prolonged laten phase (fase laten yang memanjang). Diagnosis fase laten
memanjang dibuat secara retrospektif. Bila his berhenti disebut persalinan
palsu atau belum inpartu. Bila kontraksi makin teratur dan pembukaan
bertambah sampai 3 cm, disebut fase laten. Apabila ibu berada dalam fase laten
lebih dari 8 jam dan tidak ada kemajuan, persiapan pelaksanaan SC sesuai
advice DPJP Obgyn dan lakukan penatalaksanaan awal sebagai berikut:
24

a. Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks,


lakukan drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau NaCl)
mulai dengan 8 tetes permenit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his
adekuat (maksimal 40 tetes/menit) atau berikan preparat prostaglandin,
lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
b. Bila tidak ada perubahan dalam penapisan dan pembukaan serviks serta
tidak didapat tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu
belum dalam keadaan inpartu.
c. Bila didapatkan tanda adanya amniositis, berikan induksi dengan oksitosin 5
unit dan 500 cc dekstrose (atau NaCl) mulai dengan 8 tetes permenit, setiap
15 menit ditambah 4 tetes sampai adekuat (maksimal 40 tetes/menit) atau
berikan preparat prostaglandin, serta obati infeksi dengan ampicillin 2 gr IV
sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam, serta gentamicin 2x80 mg.
2. Prolonged active phase (fase aktif memanjang). Bila tidak didapatkan tanda
adanya CPD atau adanya obstruksi:
a. Berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki kontraksi
dan mempercepat kemajuan persalinan
b. Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan serviks
pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm/jam, lakukan penilaian kontraksi
uterusnya.
3. Kontraksi uterus adekuat. Bila kontraksi uterus adekuat (3 dalam 10 menit dan
lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangan adanya kemungkinan CPD,
obstruksi, malposisi, atau malpresentasi
4. Chefalo pelvic disporpotion (CPD). CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau
pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi CPD akan didapatkan persalinan
macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah dengan melakukan partus
percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas.
a. Bila diagnosis CPD ditegakkan, persiapan pelaksanaan SC sesuai advice
DPJP Obgyn
b. Bila bayi mati, lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin
dilakukan SC)
25

5. Obstruksi (partus macet). Bila ditemukan tanda-tanda obstruksi:


a. Bila bayi masih hidup, persiapan pelaksanaan SC sesuai advice DPJP
Obgyn
b. Bila bayi mati, lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi
6. Malposisi/malpresentasi
a. Lakukan evaluasi cepat kondisi ibu
b. Lakukan evaluasi kondisi janin DJJ, bila ketuban pecah lihat warna ketuban:
1) bila didapatkan mekoneum, awasi ketat atau intervensi
2) tidak ada cairan ketuban saat ketuban pecah menandakan adanya
pengurangan jumlah air ketuban yang ada pengaruhnya dengan gawat
janin
c. Pemberian bantuan secara umum pada ibu inpartu akan memperbaiki
kontraksi atau kemajuan persalinan. Lakukan penilaian kemajuan persalinan
memakai partograf.
7. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri). Bila kontraksi uterus tidak
adekuat dan disporporsi atau obstruksi bisa disingkirkan, penyebab paling
banyak partus lama adalah kontraksi yang tidak adekuat.
8. Kala 2 memanjang (prolonged explosive phase). Upaya mengejan ibu
menambah risiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta,
maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan, mengedan dan
menahan napas yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ bradikardi
yang lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini, dilakukan
ekstraksi vakum/forceps bila syarat memenuhi.
Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan oksitosin drip.
Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan
bantuan ekstraksi vakum/forcep bila persyaratan terpenuhi atau persiapan
pelaksanaan SC sesuai advice DPJP Obgyn.
Tabel 2.1 Ikhtisar kriteria diagnostik dan penatalaksanaan distosia
Pola persalinan Nulipara Multipara Terapi
Kelainan pembukaan < 1,2 cm/jam < 1,5 cm/jam - Dukungan dan
serviks < 1 cm/jam < 2 cm/jam terapi
- Kemajuan pembukaan ekspektatif
26

(dilatasi) serviks pada - SC bila CPD


fase aktif atau obstruksi
- Kemajuan turunnya
bagian terendah
Partus macet > 3 jam > 1 jam - Infus oksitosin,
- Fase deselerasi > 2 jam > 2 jam bila tidak ada
memanjang > 1 jam > 1 jam kemajuan,
- Terhentinya Tidak ada Tidak ada lakukan SC
pembukaan (dilatasi) penurunan penurunan - SC bila CPD
- Terhentinya penurunan pada fase pada fase atau obstruksi
bagian terendah deselerasi deselerasi
- Kemajuan turunnya atau kala 2 atau kala 2
bagian terendah
BAB 3
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi:
Ibu bersalin
- Usia - KPD
- Paritas
Faktor yang mempengaruhi
Faktor His:
kemajuan persalinan
- His hipotonik
(power, passenger, passage,
- His hipertonik
psikologis, penolong)
Faktor Janin:
- Malpresentasi
- Malposisi
- Berat bayi lahir Ketidakseimbangan proses
persalinan
Faktor Jalan lahir:
- Kelainan panggul
Partus lama

Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka teori penelitian

3.2 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian adalah kerangka pengaruh antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2018). Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependent
variable). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2014).

27
28

Kerangka Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Faktor Risiko

Faktor Predisposisi (Usia, KPD,


Paritas); Faktor His (his hipotonik, his
hipertonik); Faktor Janin Partus Lama
(Malpresentasi, malposisi, berat bayi
(Y)
lahir); Faktor Jalan Lahir (Kelainan
panggul)

(X)
Gambar 3.2 Kerangka konsep penelitian

3.3 Hipotesis
Pengaruh faktor predisposisi, faktor his, faktor janin, dan faktor jalan lahir
dengan partus lama di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
H0: tidak ada pengaruh faktor predisposisi, his, janin, dan jalan lahir dengan
kejadian partus lama di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
H1: ada pengaruh faktor predisposisi, his, janin, dan jalan lahir dengan
kejadian partus lama di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian kuantitatif observasional. Dimana jenis penelitian ini
digunakan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa suatu fenomena
terjadi melalui sebuah analisis statistik yaitu korelasi antara sebab dan
akibat atau faktor risiko dengan efek yang kemudian dapat dilanjutkan
untuk mengetahui seberapa bedar kontribusi dari sebab atau faktor risiko
tersebut terhadap efek.

4.2 Rancang Bangun Penelitian


Rancangan atau desain studi kasus menggunakan pendekatan kasus
control (case control study) yang dilakukan secara “retrospective”.
Dengan kata lain, efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi pada
saat ini, kemudian paparan dan penyebabnya diidentifikasi pada waktu
yang lalu (Notoatmodjo, 2010).

Faktor Risiko (+)


Partus lama
Faktor Risiko (-)

Faktor Risiko (+)


Tidak partus
Gambar 4.1 Rancang bangun penelitian
lama
Faktor Risiko (-)
4.3 Populasi dan Sampel
4.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu populasi kasus
dan populasi kontrol. Populasi kasus pada penelitian ini adalah ibu
bersalin dengan partus lama di di RS Wiyung Sejahtera Surabaya periode
Januari – Desember 2022 sebanyak 178 kasus dan populasi kontrol pada
penelitian ini adalah ibu bersalin tidak dengan partus lama di di RS
Wiyung Sejahtera Surabaya periode Januari – Desember 2022 sebanyak
567 kasus.

29
30

4.4.2 Sampel
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah sebagian ibu bersalin dengan
partus lama di RS Wiyung Sejahtera Surabaya periode Januari-Desember 2022
dan sampel kontrol adalah sebagian ibu bersalin tidak dengan partus lama di RS
Wiyung Sejahtera Surabaya periode Januari-Desember 2022.
Sampel yang akan diteliti pada penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili sampel yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2013:93).
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dengan subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, seperti
halnya adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau suatu keadaan
yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria inklusi kelompok kasus:
1. Ibu bersalin pada usia kehamilan ≥37 minggu dengan partus lama di RS
Wiyung Sejahtera Surabaya
2. Ibu yang memiliki data lengkap dan tertulis pada rekam medik
3. Periode waktu Januari 2022-Desember 2022
Kriteria eksklusi:
1. Ibu bersalin pada usia kehamilan <37 minggu di RS Wiyung Sejahtera
Surabaya
2. Berat bayi lahir rendah (berat badan <2500 gram)
3. Ibu dengan data rekam medis tidak lengkap
4.4.3 Besar sampel
Besar sampel penelitian ini berdasarkan perhitungan rumus infinite
population yang digunakan pada penelitian dengan jumlah populasi yang tidak
diketahui atau tidak terbatas (Lameshow, 1997) sebagai berikut:
2
z P(1−P)
n=
d2
Keterangan:
n: jumlah sampel
z : skor z pada CI 95% = 1,96
p : maksimal estimasi = 0,5
31

d : sampling error 10%


Melalui rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel yang akan digunakan
adalah sebagai berikut:
2
z P(1−P)
n=
d2
2
1, 96 0 , 5(1−0 ,5)
n=
0 ,12
n = 96,04
Dengan menggunakan rumus di atas, maka nilai sampel (n) yang didapat adalah
sebesar 96 orang yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 48 orang pada
kelompok kasus dan 48 orang pada kelompok kontrol.
4.4.4 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling. Pada
simple random sampling menghitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam
populasi (terjangkau) yang akan dipilih subyeknya sebagai sampel penelitian.
Setiap subyek diberi bernomor, dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan
tabel angka random.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian


4.4.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian merupakan rencana tempat yang akan digunakan peneliti
untuk melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayati, 2014). Lokasi Penelitian ini
dilaksanakan di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
4.4.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian merupakan rencana waktu yang digunakan peneliti untuk
melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2014). Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juni – September 2023.
32

4.5 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Cara Pengukuran


Variabel
4.5.1 Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah objek atau kegiatan dengan variasi tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014).
33

Variabel terikat yang akan diteliti adalah partus lama. Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor Usia
2. Faktor Paritas
3. Faktor Ketuban pecah dini
4. Faktor His
5. Faktor Letak janin
6. Faktor Berat bayi lahir
7. Faktor Kelainan jalan lahir
4.5.2 Definisi operasional
Definisi operasional adalah proses mendefinisikan variabel secara
operasional berdasar karakteristik yang diamati dan memumungkinkan peneliti
untuk melakukan sebuah observasi atau pengukuran secara cermat terhadap objek
atau fenomena (Hidayat, 2014).
Tabel 4.1 Definisi operasional, kategori dan skala penelitian
No Variabel Definisi Alat Kategori Skala
operasional ukur
1 Partus lama Persalinan yang Rekam 1 : iya Nominal
berlangsung lebih medik 2 : tidak
dari 24 jam, pada
kala I fase laten
lebih dari 8 jam
dan fase aktif lebih
dari 12 jam.
2 Usia Usia kelompok Rekam 1 : usia berisiko Nominal
kasus dan kontrol medik (>35 tahun dan
berdasarkan data <20 tahun)
rekam medik ibu 2 : usia tidak
bersalin berisiko (20-35
tahun)
3 Paritas Paritas adalah Rekam 1 : paritas Nominal
jumlah persalinan medik berisiko (paritas
yang pernah <1 dan >4)
dialami ibu 2 : paritas tidak
berisiko (2-3)
8 Ketuban Ketuban Pecah Rekam 1 : KPD Nominal
pecah dini Dini terjadi ketika medik 2 : tidak KPD
ketuban pecah
sebelum ada tanda
inpartu, dan setelah
ditunggu
34

selama satu jam


belum juga muncul
tanda inpartu.
5 Kontraksi His adalah Rekam 1 : Tidak adekuat Nominal
uterus kontraksi yang medik (< 3 kali dalam
terjadi pada otot 10 menit dan
rahim dimulai dari lamanya < 40
daerah fundus detik)
uteri, mengarah ke 2 : Adekuat (3-4
daerah kanalis kali dalam 10
servikalis (jalan menit selama 40-
lahir) yang 60 detik.)
membuka, untuk
mendorong isi
uterus keluar.
6 Kelainan Malposisi ketika Rekam 1 : iya Nominal
letak janin posisi janin tidak medik 2 : tidak
sesuai jalan lahir,
malpresentasi
ketika presentasi
janin selain
belakang kepala
(selain vertex
dengan oksiput
anterior).
7 Berat bayi Berat badan lahir Rekam 1: berat badan Nominal
lahir bayi yang medik lahir normal
ditimbang saat baru (berat badan
dilahirkan diambil 2500-4000 gram)
dari lembar 2: berat badan
dokumentasi. lahir tidak
normal (berat
badan <2500
gram dan >4000
gram)

8 Kelainan Ibu dengan Rekam 1: CPD Nominal


jalan lahir kelainan panggul medik 2: tidak CPD
yaitu CPD, terjadi
ketika ukuran
kepala atau tubuh
bayi terlalu besar
untuk melewati
panggul ibu
35

4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data


4.6.1 Teknik pengumpulan data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
dengan menggunakan rekam medis pasien bersalin di RS Wiyung Sejahtera
Surabaya baik rekam medis pusat maupun poli yang selanjutnya dicari variabel
yang penyebab terjadinya partus lama periode Januari-Desember 2022.

4.6.2 Prosedur pengumpulan data


Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
1. Peneliti mengajukan izin penelitian ke RS Wiyung Sejahtera Surabaya.
2. Setelah mendapatkan izin atau rekomendasi untuk melakukan penelitian
dan peneliti menjelaskan kepada pihak Rumah Sakit mengenai prosedur,
maksud dan tujuan penelitian dilakukan
3. Mengajukan lembar informed consent pada Direktur dan Dokter SpOG
RS Wiyung Sejahtera Surabaya dalam pengambilan data RM pasien
pesalinan
4. Peneliti menentukan populasi penelitian dan sampel berdasarkan kriteria
inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan
5. Mengambil data ibu bersalin periode Januari – Desember 2022 membagi
sampel menjadi 2 kelompok yaitu kasus ( RM ibu bersalin dengan partus
lama) dan kelompok kontrol (RM ibu bersalin tidak dengan partus lama)
6. Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan teknik editing, tabulating,
coding, scoring, data entry dan cleaning kemudian dilakukan analisis
data menggunakan tabel daftar frekuensi, uji chi-square, uji SPSS yang
dihitung secara statistik dan odd ratio (OR).
7. Menyusun laporan agar hasil penelitian dapat dibaca, dimengerti, dan
diketahui oleh pembaca maka hasil penelitian tersebut disusun dalam
bentuk kesimpulan dari hasil penelitian.
36

4.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


4.7.1 Teknik pengolahan data
1. Editing (pengolahan data)
Editing merupakan kegiatan memeriksa data, kelengkapan data, kebenaran
dalam pengisian data, keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan dan konsistensi
data berdasarkan tujuan penelitian. Penelitian mengumpulkan serta memeriksa
kembali kelengkapan data. (Notoatmodjo, 2010).
2. Tabulating
Data – data dari hasil penelitian yang diperoleh digolongkan kategori
jawabannya berdasarkan variabel dan sub-sub variabel yang diteliti kemudian
dimasukkan ke dalam tabel. Pengertian tabulasi dalam pengolahan data disini
adalah usaha penyajian data dengan bentuk tabel. Pengolahan data yang berbentuk
tabel ini dapat berbentuk tabel distribusi frekwensi maupun dapat berbentuk tabel
silang. Tabulating merupakan penyajian yang banyak digunakan karena lebih
efisien dan cukup komunikatif.
3. Coding
Setelah data terkumpul maka selanjutnya akan dilakukan pengkodean atau
“coding”, yakni mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan (Notoadmojo, 2010)
a. Partus lama
Ya 1
Tidak 2
b. Usia ibu
Berisiko 1
Tidak berisiko 2
c. Paritas
Berisiko 1
Tidak berisiko 2
d. Ketuban pecah dini
KPD 1
Tidak KPD 2
37

e. Kontraksi uterus
Tidak adekuat 1
Adekuat 2
f. Kelainan letak
Ya 1
Tidak 2
g. Berat bayi lahir
BB Normal 1
BB Tidak normal 2
h. Kelainan jalan lahir
CPD 1
Tidak CPD 2
4. Scoring
Memberi skor pada data-data sekunder dan primer yang telah diberi kode, dan
selanjutnya memberikan nilai dan bobot pada data tersebut. Pemberian skor ini
dilakukan pada data yang berkaitan dengan variabel-variabel pengukuran di dalam
partus lama.
a. Partus Lama
Ya : persalinan> 24 jam
Tidak : persalinan< 24 jam
b. Berat bayi lahir
Normal : berat badan 2500-4000 gram
Tidak normal : berat badan <2500 gram dan >4000 gram
5. Data entry
Memasukkan data yang telah didapatkan (dalam bentuk kode) ke dalam
program/software komputer yaitu IBM SPSS Statistics 25 .
6. Cleaning
Tahap dimana data yang ada ditandai dan diperiksa kembali untuk mengoreksi
kemungkinan suatu kesalahan yang ada.
38

4.7.2 Analisis data


1) Analisis univariat
Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat terlebih dahulu yang mana
analisis ini berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran
sedemikian rupa sehingga kumpulan data mengenai faktor-faktor risiko yang
berpengaruh dengan partus lama disajikan dalam dalam bentuk informasi dan
peringkasaan berupa ukuran statistik, tabel, dan grafik
2) Analisis bivariat
Pada tahap kedua penelitian ini dilanjutkan dengan analisis bivariat. Analisis
bivariat berfungsi untuk mengetahui pengaruh antar variabel bebas dengan
variabel terikat secara sendiri-sendiri, yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor
usia, faktor paritas, faktor ketuban pecah dini, faktor his, faktor letak janin, faktor
berat bayi lahir, dan faktor kelainan jalan lahir dengan partus lama. Uji statistika
yang digunakan adalah Chi square menggunakan IBM SPSS Statistics 25. Uji Chi
square digunakan untuk menganalisis semua variabel yang diteliti.
3) Analisis multivariat
Pada tahap analisis terakhir penelitian ini dengan analisis multivariat (regresi
logistik ganda) menggunakan IBM SPSS Statistics 25 untuk mengetahui pengaruh
paparan secara bersama-sama pengaruh faktor usia, faktor paritas, faktor ketuban
pecah dini, faktor his, faktor letak janin, faktor berat bayi lahir, dan faktor
kelainan jalan lahir dengan partus lama. Apabila pada analisis sebelumnya
masing-masing variabel menunjukkan nilai p<0,25, maka variabel tersebut dapat
dilanjutkan ke dalam analisis multivariat. Pada analisis multivariat menggunakan
model uji regresi logistik ganda dengan Confidence Interval (CI) sebesar 95%
(α=0,05). Seluruh variabel kandidat akan dimasukkan bersama-sama untuk
dipertimbangkan menjadi model dengan hasil nilai p<0,05. Interprestasi nilai OR
(Odds Ratio) yaitu OR yang >1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti memang
benar merupakan faktor risiko, bila OR= 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan
faktor risiko, dan bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor yang melindungi
atau protektif.
39

4.8 Kerangka Operasional


4.1 Populasi : seluruh ibu melahirkan di RS Wiyung pada Januari 2022 -
Desember 2022
N = 96

Simple Random Sampling

Randomisasi

Kelompok Kontrol: Kelompok Kasus:


Ibu melahirkan tidak Ibu melahirkan dengan partus
dengan partus lama lama
N = 48 N = 48

Pengumpulan data: data sekunder rekam medis

Pengolahan data: editing, coding, entry data, dan cleaning.

Analisis data: tabel daftar frekuensi, uji chi-square, uji SPSS perhitungan
secara statistik dan odds ratio (OR)

Kesimpulan

Gambar 4.2 Kerangka Operasional


BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Jalannya Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Wiyung Sejahtera dan
pengumpulan data dilaksanakan pada periode Januari – Desember 2022.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan rancangan case
control yaitu faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan
retrospective dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok
control. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam register kebidanan dan
rekam medis Rumah Sakit Wiyung Sejahtera dari periode Januari-Desember
2022. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 605 orang, kemudian dengan
menggunakan rumus pengambilan sampel, maka didapatkan sampel 96 orang
terdiri dari 48 kelompok kasus (ibu bersalin dengan ketuban pecah dini) diambil
dengan cara simple random sampling membuat undian dari daftar lembar
pengumpulan data dan 80 orang kelompok kontrol (ibu bersalin yang tidak
mengalami ketuban pecah dini) yang diambil juga secara simple random
sampling.
Distribusi dari pelayanan yang mana dalam pelayanan yang sudah dilakukan
oleh petugas dari Dokter ataupun Bidan yang ada di Rumah Sakit Umum Wiyung
Sejahtera salah satunya menunggu jalannya lahir sampai 2 kali 24 jam dengan
tetap memantau perkembangan janin atau ibu hamil. Hal itu sesuai dengan
standart prosedur yang dilakukan oleh petugas pelayanan. Ada beberapa hal yang
harus tetap diwaspadai mengenai kondisi ibu dan calon bayi yang akan dilahirkan
Data sekunder diperoleh langsung dengan cara melihat register pasien ruang
kebidanan dan rekam medik tahun 2022 di Rumah Sakit Wiyung Sejahtera untuk
mengumpulkan data tentang kejadian ketuban pecah dini, yang meliputi data
diagnosa, usia, paritas, malpresentasi, gemelli dan CPD. Setelah melakukan
pengumpulan data, data yang diperoleh diolah dengan tahapan editing, coding,
entry dan cleaning dengan menggunakan sistem komputerisasi.

40
41

5.2 Hasil Penelitian


1) Distribusi Frekuensi
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Penelitian di
Rumah Sakit Umum Wiyung Sejahtera Surabaya
Partus Lama
Karakteristik Ya N=48 Tidak N=48
F % F %
Usia
Beresiko 45 93,75 33 68,75
Tidak Beresiko 3 6,25 15 32,25
Total 48 100,0 48 100,0
Paritas
Beresiko (1 dan >3) 42 87,5 23 47,9
Tidak Beresiko (2-3) 6 12,5 25 52,1
Total 48 100,0 48 100,0
KPD
KPD 41 85,4 29 60,4
Tidak KPD 7 14,6 19 39,6
Total 48 100,0 48 100,0
Kontraksi Uterus
Tidak Adekuat 41 85,4 32 66,6
Adekuat 7 14,6 16 33,4
Total 48 100,0 48 100,0
Kelaianan Letak Janin
Ya 33 68,75 23 47,92
Tidak 15 31,25 25 52,08
Total 48 100,0 48 100,0
Berat Badan Lahir
Tidak Normal 45 93,75 37 77,08
Normal 3 6,25 11 22,92
Total 48 100,0 48 100,0
Kelainan Jalan Lahir
Ya CPD 33 68,75 22 45,83
Tidak CPD 15 31,25 26 54.17
Total 48 100,0 48 100,0

Tabel 5.1 diketahui usia kelompok partus lama sebagian besar adalah usia
beresiko 45 orang (93,75%), sedangkan pada kelompok tidak partus lama 33
orang (68,75%) adalah juga usia beresiko.
Paritas kelompok partus lama sebagian besar 42 orang (87,5%) adalah dengan
paritas beresiko, sedangkan pada kelompok tidak partus lama lebih setengahnya
25 (52,1%) adalah paritas tidak beresiko.
Ketuban Pecah Dini (KPD) kelompok partus lama 41 orang (85,4%) adalah
dengan riwayat KPD, sedangkan pada kelompok tidak partus lama lebih dari
setengahnya 29 (60,4%) adalah juga dengan riwayat KDP.
42

Pada kelompok partus lama sebagian besar 41 orang (85,4%) dengan kontraksi
tidak adikuat, sedangkan pada kelompok tidak partus lama sebagian besar 32
orang (66,6%) juga dengan kontraksi tidak adi kuat.
Kelainan letak janin pada kelompok partus lama sebagian besar 33 orang
(68,75%) dengan kelainan letak janin, sedangkan pada kelompok tidak partus
lama 25 (52,08%) juga dengan kelainna letak janin.
Berat badan lahir pada kedua kelompok sebagian besar adalah dengan berat
badan lahir tidak normal, 45 orang (93,75%) pada kelompok partus lama dan 37
orang (77,08%) pada kelompok tidak partus lama.
Kelainan jalan lahir pada kelompok partus lama sebagian besar 33 orang
(68,75%) dengan CPD, sedangkan pada kelompok tidak partus lama lebih dari
setengahnya 26 orang (54.17%) dengan tidak CPD.

2) Data Khusus
Tabel 5.2 Tabulasi Silang Karakteristik Dengan Partus lama di
Rumah Sakit Umum Wiyung Sejahtera
Karakteristik Partus Lama n=48 p-value OR
F %
Usia Ibu
Beresiko 45 93,75 0,000 7,579
Tidak Beresiko 3 6,25
Total 48 100,0
Paritas
Beresiko (1 dan >3) 42 87,5 0,000 8,955
Tidak Beresiko (2-3) 6 12,5
Total 48 100,0
KPD
KPD 41 85,4 0,006 2,985
Tidak KPD 7 14,6
Total 48 100,0
Kontraksi Uterus
Tidak Adekuat 41 85,4 0,031 2,169
Adekuat 7 14,6
Total 48 100,0
Kelaianan Letak
Janin 33 68,75 0,038 2,668
Ya
Tidak 15 31,25
Total 48 100,0
Berat Badan Lahir
Tidak Normal 45 93,75 0,021 3,491
Normal 3 6,25
43

Total 48 100,0
CPD
Ya 33 68,75 0,023 2,814
Tidak 15 31,25
Total 48 100,0
*
Uji Chi Square
**
Odds Ratio

Tabel 5.1 diketahui hasil uji Chi Square ρ=0,000 ada pengaruh usia ibu dengan
Partus Lama. Nilai Odds Ratio 7,579 artinya ibu yang berada pada usia beresiko
(<20 dan >35 tahun) beresiko 7,5 kali terjadi partus lama dibandingkan dengan
ibu yang berada pada usia yang tidak beresiko (20-35 tahun).
Hasil uji Chi Square ρ=0,000 ada pengaruh paritas dengan partus lama. Nilai
Odds Ratio 8,955 yang artinya ibu dengan paritas 1 dan >3 beresiko 8,9 kali
terjadi partus lama jika dibandingkan dengan ibu dengan paritas 2-3.
Hasil uji Chi Square ρ=0,006 ada pengaruh KPD dengan partus lama. Nilai
Odds Ratio 2,985 yang artinya ibu dengan KPD beresiko 2,9 kali terjadi partus
lama jika dibandingkan dengan ibu yang tidak KPD.
Hasil uji Chi Square ρ=0,031 ada pengaruh kontraksi uterus dengan partus
lama. Nilai Odds Ratio 2,169 yang artinya ibu dengan kontraksi uterus tidak
adekuat beresiko 2,1 kali terjadi partus lama jika dibandingkan dengan kontraksi
adekuat.
Hasil uji Chi Square ρ=0,038 ada pengaruh kelainan letak Janin dengan partus
lama. Nilai Odds Ratio 2,668 yang artinya ibu dengan kelainan letak janin
beresiko 2,6 kali terjadi partus lama jika dibandingkan dengan ibu yang tidak ada
kelaianan letak janin.
Hasil uji Chi Square ρ=0,0021 ada pengaruh Berat Badan Lahir normal dengan
partus lama. Nilai Odds Ratio 3,491 yang artinya ibu dengan Berat Badan Tidak
Normal beresiko 3,4 kali terjadi partus lama jika dibandingkan dengan ibu yang
dengan melahirkan berat badan janin normal.
Hasil uji Chi Square ρ=0,023 ada pengaruh CPD dengan partus lama. Nilai
Odds Ratio 2,814 yang artinya ibu dengan CPD beresiko 2,8 kali terjadi partus
lama jika dibandingkan dengan ibu yang tidak CPD.
44

Tabel 5.3 Faktor Dominan yang Berpengaruh dengan Partus Lama di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Tahun 2022
Variabel ρ value Exp B CI 95%
Lower Upper
Tahap I Usia 0,000 7,579 1,432 40,107
Paritas 0,000 8,955 2,705 29,645
Berat Badan 0,038 3,491
0,565 21,553
Lahir

Berdasarkan Tabel 5.3, setelah dilakukan analisis tahap I, dapat disimpulkan


bahwa faktor dominan yang berpengaruh dengan partus lama adalah paritas
dengan p=0,000, nilai Exp(B)=8,955, yang berarti bahwa paritas merupakan
faktor dominan yang mempengaruhi kejadian partus lama, tetapi paritas
mempunyai pengaruh lemah sebesar 2,7% terhadap kejadian partus lama di
Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Tahun 2023.
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Karakteristik dengan Partus Lama


6.1.1 Usia
Penelitian ini menemukan bahwa hampir sebagian besar (70%) partus
lama terjadi pada usia <20 tahun dan >35 tahun, sedangkan hampir sebagian
(93,75%%) terjadi pada usia 20-35 tahun. Hasil penelitian menunjukkan ada
pengaruh usia ibu dengan Partus Lama (p=0,000). Nilai OR=7,579 artinya ibu
yang berada pada usia beresiko (<20 dan >35 tahun) lebih beresiko
menyebabkan terjadinya partus lama sebesar 7,5 kali lipat jika dibandingkan
dengan ibu yang berada pada usia yang tidak beresiko (20-35 tahun). Penelitian
ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Iin prima dan Lita (2022) di
RSUD Tapan, pada kasus partus lama sebanyak 36 responden, 61,1% diantara
memiliki usia berisiko (<20 atau >35 tahun). Hasil penelitian ini juga serupa
dengan penelitian yang dilakukan Efrilayani (2021) RSB Permata Hati Merto
yaitu dari 276 responden terdapat 86 responden (31,16%) yang memiliki usia
beresiko (<20 tahun/>35 tahun), sedangkan yang berada pada usia sehat (20-35
tahun) terdapat 190 responden (68,84%). Diketahui bahwa dari 31 kejadian
partus lama di RSB Permata Hati Metro, sebagian besar berada pada usia
beresiko (<20 th/>35 th) yaitu terdapat 17 responden (54,84%), sedangkan untuk
usia sehat namun mengalami partus lama terdapat 14 responden (45,16%). Hasil
penelitian ini menggambarkan bahwa mayoritas responden berada pada umur
yang beresiko (<20 tahun dan >35 tahun), dimana pada usia <20 tahun organ
reproduksi wanita belum siap untuk menghadapi kehamilan dan proses
persalinan sedangkan pada usia >35 tahun seorang wanita akan mengalami
penurunan organ reproduksi sehingga jika terjadi kehamilan maka akan
meningkatkan angka kesakitan pada masa kehamilan dan persalinan.
Usia reproduksi sehat atau dikatakan tidak berisiko adalah saat usia 20
tahun sampai 35 tahun, karena pada usia tersebut organ reproduksi ibu sedang
berkembang secara sempurna sehingga rahim ibu siap dalam menerima
kehamilan. Pada usia yang kurang dari 20 tahun organ-organ reproduksi belum

45
46

berfungsi dengan sempurna sehingga akan mudah mengalami komplikasi. Selain


itu, kekuatan otot-otot perineum dan otot-otot perut belum bekerja secara
optimal sehingga sering terjadi komplikasi saat persalinan. Sedangkan usia lebih
dari 35 tahun berpengaruh dengan mulainya regenerasi sel-sel tubuh terutama
dalam hal ini adalah endometrium akibat usia biologis jaringan dan adanya
penyakit (Manuaba, 2010).
Berdasarkan pembahasan di atas, maka jika ada ibu hamil dengan usia
beresiko yaitu kurang dari 20 tahun, petugas kesehatan terutama bidan
hendaknya memberikan konseling kepada pasien dan keluarga tentang persiapan
menghadapi persalinan dan menjadi orang tua, sedangkan pada ibu hamil usia
diatas 35 tahun pentingnya melakukan ANC rutin dalam upaya mencegah lebih
awal kemungkinan terjadinya komplikasi saat persalinan terutama partus lama,
serta bidan juga memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu agar
merencanakan kehamilan diusia yang tidak beresiko atau jika usia ibu sudah
berisiko bisa disarankan menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan.
6.1.2 Paritas
Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar (87,5%) Partus lama
disebabkan karena Paritas dan hampir sebagian (12,5%) ibu yang mengalami
Partus lama tidak disertai dengan adanya paritas. Hasil uji statistik didapatkan
p=0,000 artinya ada pengaruh paritas dengan Partus Lama. Nilai OR=8,955 yang
artinya ibu dengan paritas 1 dan >3 lebih beresiko menyebabkan terjadinya Partus
Lama sebesar 8,9 kali lipat jika dibandingkan dengan ibu dengan paritas 2-3.
Namun penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Istiqomah dan Saputri (2019) yang berjudul Pengaruh Paritas Terhadap Kejadian
Persalinan Lama di RSUD Pringsewu tahun 2014 bahwa ibu paritas yang berisiko
mengalami persalinan lama sebanyak 175 orang dengan presentase 54,5%. dan
paritas ibu yang tidak berisiko sebanyak 146 orang dengan presentase 45,5%
sehingga ibu dengan paritas resiko mempunyai peluang 0,488 kali untuk
mengalami persalinan lama dibandingkan dengan paritas ibu yang tidak berisiko
(tidak megalami persalinan lama).
47

Paritas adalah salah satu faktor risiko terjadinya kasus partus lama
disamping faktor lainnya seperti pemberian obat-obatan analgesik dan anastesis
berlebihan, paritas, usia, wanita dependen, respons stress, pembatasan mobilitas,
dan puasa ketat. Jumlah paritas 1 dan lebih dari 3 terbukti meningkatkan kejadian
partus lama dibandingkan dengan ibu yang berparitas 2-3. Ibu paritas 1 atau >3
cenderung lebih lama mengalami pembukaan lengkap dibanding ibu dengan
paritas 2-3 (Riyanto, 2018). Faktor yang dapat mempengaruhi proses persalinan
kala II pada grandemultipara berlangsung lebih lama yaitu karena mempunyai
struktur anatomi otot dan serat uterus yang kurang elastik, sehingga merupakan
faktor predisposisi kurang baiknya kontraksi uterus pada persalinan. Faktor lain
yang mempengaruhi lama persalinan kala II adalah keadaan psikologis pada ibu.
Pada primipara rasa takut akan pengalaman persalinan pertamanya dan cemas
terhadap keadaan bayinya akan berpengaruh terhadap hormon relaksasin yang
berakibat terhadap lama persalinan kala II. Dengan adanya persalinan
grandemultipara dan juga primipara yang mana pengalaman bisa menjadikan
seorang ibu belum bisa beradaptasi dengan kondisinya sehingga kondisi
psikologis menjadikan persalinan lama tidak terhindarkan, harapannya dengan
adanya bantuan ada suport dari seorang terdekat ataupun adanya suport dari
petugas pelayanan bisa memberika kemudahan atau kemajuan untuk persalinan
yang lama dan bisa meningkatkan kontraksi dari uterus ( Fithri, 2019).
Menurut Prawirohardjo (2016), Beberapa penyebab persalinan lama salah
satunya adalah kelainan tenaga (kelainan his) yang terutama ditemukan pada
primigravida, khususnya primigravida tua, pada multipara lebih banyak
ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Menurut Dunggio Ismawati (2017)
Persalinan lama terutama pada primi biasanya berkenaan dengan belum atau
kurangnya persiapan dan perhatian dalam menghadapi persalinan. Perlunya
informasi yang adekuat untuk ibu hamil adalah salah satu upaya supaya untuk
mempersiapkan diri selain kebutuhan nutrisi juga kebutuhan ibu hamil seperti
kondisi ibu hamil dan juga calon bayi yang diperiksa pada saat ANC, serta
diberikan edukasi mengenai gerakan atau olah raga ibu hamil. Hal itu bisa
meningkatkan informasi untuk persiapan kelahiran juga meningkatkan
pengetahuan yang baik.
48

Menurut asumsi penulis, paritas berisiko (1 dan >3) yaitu paritas primi baru
pertama kali mengalami persalinan memiliki tingkat kecemasan cukup tinggi,
dikarenakan belum memiliki pengalaman bersalin sebelumnya mempengaruhi
psikologis ibu bersalin. Selain itu teknik mengedan yang tepat belum pernah
diketahui sehingga perlu diajarkan dengan baik oleh Bidan. Ibu dengan paritas > 3
atau sudah lebih dari 3 kali bersalin akan terjadi penurunan fungsi alat-alat
reproduksi diikuti dengan usia ibu yang berisiko.
6.2 Pengaruh KPD dengan Partus Lama
Berdasarkan hasil analisis data hampir seluruh (85,4%) Partus Lama terjadi
pada ibu yang mengalami KPD. Sedangkan sebagian kecil pada ibu yang
mengalami Tidak KPD (12,5%). Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
KPD dengan Partus Lama (p=0,006). Nilai OR=2,985 yang artinya ibu dengan
KPD beresiko menyebabkan terjadinya Partus Lama sebesar 2,9 kali lipat jika
dibandingkan dengan ibu yang tidak KPD.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Yunida Haryanti di
RSUD Ade Mohammad Djoen Sintang tahun 2020 menunjukkan bahwa ibu yang
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 144 (46,5%) responden, bahwa hampir
setengahnya dari responden banyak yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD)
sehingga dalam persalinan mengalami hambatan sehingga menyebabkan adanya
partus lama. Hal ini dipengaruhi beberapa hal salah satunya Pintu Atas Panggul
(PAP) yang sempit sehingga berpengaruh terhadap persalinan yaitu pembukaan
serviks menjadi lambat dan seringkali tidak lengkap serta menyebabkan kerja
uterus tidak efisien dengan demikian ada pengaruh antara ketuban pecah dini
dengan kejadian partus lama.
Hasil penelitian yang dilakukan peneliti sesuai dengan hasil penelitian
Yunida Haryanti (2020), memperlihatkan bahwa sebagian dari ibu bersalin
dengan KPD yaitu 85 responden (59%) mengalami partus lama. Ibu yang
mengalami ketuban pecah dini beresiko 2.8 kali lebih besar untuk mengalami
partus lama dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami partus lama. Peneliti
ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara ketuban pecah dini dengan kejadian
partus lama
49

Hal ini sejalan dengan teori Saifuddin (2012) di dalam buku


Amellia, (2019)
, bahwa bila kantong ketuban pecah pada saat serviks masih keras, dan
menutup maka sering terjadi periode laten yang lama, hal ini dikarenakan oleh
ukuran Pintu Atas Panggul (PAP) yang sempit sehingga berpengaruh terhadap
persalinan yaitu pembukaan serviks menjadi lambat dan seringkali tidak lengkap
serta menyebabkan kerja uterus tidak efisien. Ketidakmampuan serviks untuk
membuka secara lancar dan cepat serta kontraksi rahim yang tidak efisien inilah
dapat menyebabkan terjadinya partus lama. Terdapat pengaruh antara ketuban
pecah dini dengan kejadian partus lama sehingga ibu yang mengalami ketuban
pecah dini akan berpeluang lebih besar mengalami partus lama dibandingkan ibu
yang tidak mengalami ketuban pecah dini, dikarenakan apabila ketuban sudah
pecah sebelum waktunya bersalin akan dapat memperlambat dalam proses
persalinan.
Tak hanya melindungi janin, air ketuban juga memiliki fungsi-fungsi
lainnya. Dilansir dari Medical News Today, berikut adalah fungsi air ketuban: 1.
Melindungi janin: Air ketuban melindungi janin dari tekanan luar dan bertindak
sebagai perekam kejut. 2. Mengontrol suhu: Air ketuban melindungi bayi dan
menjaganya agar tetap hangan dengan mempertahan suhu. 3. Mengendalikan
infeksi: Air ketuban mengandung antibodi sehingga mampu membantu
mengendalikan infeksi. 4. Membantu perkembangan paru-paru dan sistem
pencernaan: Dengan bernapas dan menelan air ketuban, bayi berlatih
menggunakan otot-otot sistem ini saat mereka tumbuh. Baca juga: Sulit Hamil,
Bisa Jadi Pria yang Alami Infertilitas 5. Membantu perkembangan otot dan
tulang: Saat bayi mengapung di dalam kantung ketuban, ia bebas untuk bergerak
sehingga otot dan tulangnya dapat berkembang dengan baik. 6. Sebagai pelumas:
Air ketuban mencegah bagian tubuh, seperti jari tangan dan jari kaki, tumbuh
bersama. 7. Mencegah tali pusat tertekan: Air ketuban di dalam rahim mencegah
tali pusat tertekan. Tali pusat ini bertugas mengangkut makanan dan oksigen dari
plasenta ke janin.
6.3 Pengaruh HIS dengan Partus Lama
Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar (85,4%) Partus Lama
terjadi dengan His yang tidak adekuat, sedangkan pada ibu yang partus lama
50

dengan His Adekuat sebanyak (14,6%). Hasil penelitian menunjukkan ada


pengaruh His dengan Partus Lama (p=0,031). Nilai OR=2,169 yang artinya ibu
dengan His Tidak Adekuat beresiko menyebabkan terjadinya Partus Lama sebesar
2,1 kali lipat jika dibandingkan dengan ibu yang His Adekuat.
Salah satu kekuatan yang berperan dalam mendorong janin dalam persalinan
adalah his. His merupakan kontraksi otot-otot rahim dalam persalinan. Sifat his
yang baik dan sempurna yaitu kontraksi yang simetris, fundus dominan (kekuatan
paling tinggi berada pada fundus uteri). Adanya kontraksi diikuti dengan adanya
relaksasi dan pada setiap his menyebabkan terjadinya perubahan pada serviks,
yaitu menipis dan membuka. Hal ini berarti his memiliki peranan penting dalam
membantu penurunan kepala janin sehingga tidak terjadi partus lama. His yang
tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan penyulit pada jalan lahir
yang lazim terdapat pada setiap persalinan dengan tenaga yang kurang dari ibu
bersalin, sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan
(Kurniarum, 2016)
.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
, bahwa sebanyak 11 ibu dengan his tidak adekuat (22,9%)
terjadi Partus Lama, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 2 ibu dengan his
tidak adekuat (4,2%) mengalami persalinan lama. Hasil uji statistik menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan (p<0,05) antara his dengan kejadian
persalinan lama. Hal ini menyatakan ibu dengan his lemah lebih beresiko
mengalami persalinan lama di bandingkan dengan ibu dengan His kuat pada saat
persalinan tua. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan (p<0,05) antara his dengan kejadian persalinan lama, yang berarti ibu
dengan his lemah pada saat persalinan lebih beresiko mengalami persalinan lama
dibandingkan ibu dengan his kuat pada saat persalinan. Kuat dan lemahnya his
pada saat proses persalinan sangat berpengaruh pada cepat atau lamanya suatu
persalinan. Apabila pada saat proses persalinan his lemah, maka dapat
memperlambat proses persalinan.
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lemah lebih singkat dan lebih jarang di
bandingkan denaga his yang normal. Inersia uteri di bedakan atas inersia uteri
primer dan inersia uteri sekunder, Inersia uteri primer adalah kelainan his yang
51

timbul sejak permulaan persalinan, sedangkan inersia uteri sekunder adalah


kelainan his tang timbul sejak adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang
lama (Rukiyah, 2012).
Bahwa dengan adanya his yang bisa yang lemah bisa memberikan efek atau
dampak pada persalinan yang memanjang dikarekan tidak adanya dorongan yang
efektif. Harapan dengan adanya his yang kuat bisa memberikan kontraksi yang
kuat pula sehingga persalinan akan lancar. His di katakan Adequat atau normal
apabila his terjadi 3 kali dalam 10 menit dana lamanya 40 detik atau lebih,
sebaliknya his di katakan lemah apabila his berlangsung kurang dari 3 kali dalam
10 menit dan lamanya kurang dari 30 detik.
6.4 Pengaruh Faktor Janin dengan Partus Lama
6.4.1 Kelainan Letak Janin
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 33 ibu dengan partus lama
hampir seluruh dari kejadian terjadi pada ibu yang Ada kelaianan letak janin
sebanyak (68,75%) dibandingkan dengan ibu dengan tidak ada kelainan letak
janin (31,25%). Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh Kelainan Letak Janin
dengan Partus Lama (p=0,038). Nilai OR=2,668 yang artinya ibu dengan
Kelainan Letak Janin beresiko menyebabkan terjadinya Partus Lama sebesar 2,6
kali lipat jika dibandingkan dengan ibu yang Tidak ada kelaianan letak janin.
Menurut Mutmainnah (2021), Posisi janin dalam rahim merupakan salah
satu faktor penting yang berpengaruh terhadap proses persalinan, namun pada
beberapa kasus proses ini tidak berlangsung dengan sempurna karena adanya
kelainan letak dan presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya berlangsung
lama. Posisi atau presentasi janin dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu
abnormal dan normal. Dimana posisi janin abnormal beresiko lebih besar
mengalami partus lama, apabila persalinan tidak maju pertolongan persalinan
pervaginam secara paksa akan menimbulkan trauma pada bayi dan ibunya. Hal ini
disebabkan karena janin dengan posisi abnormal dengan presentasi kaki, bahu,
atau presentasi bokong akan sulit menemukan jalan lahir sehingga perjalanan
persalinan menjadi lebih lama.
Rukiyah (2012) , menambahkan bahwa kelainan posisi janin merupakan
suatu penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan atau posisi janin
52

dalam rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir, yaitu seperti letak lintang dan
letak sungsang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Titi Astuti di RSB
Permata Hati Kota Metro Lampung pada Tahun 2015. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Posisi Janin tidak beresiko sebanyak 66 orang, terdiri dari 7
orang (10,6%) yang mengalami partus lama, dan 59 orang 6(89,4%) yang tidak
mengalami partus lama. Sedangkan Posisi Janin beresiko sebanyak 10 orang,
terdiri dari 7 orang (70,0%) yang mengalami partus lama dan 3 orang (30%) yang
tidak mengalami partus lama. Berdasarkan hasil analisis chi-square diperoleh nilai
p = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian ada pengaruh antara posisi janin dengan kejadian partus lama. Dimana
pengaruh Posisi Janin dengan Partus Lama, Hasil uji Chi Square dilaporkan
bahwa nilai p value 0.01, artinya ada pengaruh antara posisi janin dengan partus
lama. Sedangkan hasil uji OR diperoleh nilai 3.312, yang berarti ibu yang
mengalami kelainan posisi janin beresiko untuk mengalami kejadian partus lama
sebesar 3,312 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami kelainan posisi
janin.
Menurut peneliti Bahwa karena adanya posisi janin tidak normal yang mana
tidak masuk PAP bisa memperlambat persalinan dikarenakan yang seharusnya
sudah masuk jalan lahir dan disitu kepala masih mutar atau sebaliknya posisi
bokongbatau melintang. Yang seharusnya kepala dahulu akan tetapi posisi lainnya
yang masuk dahulu. Jalan lahirnya akan terhambat. dan juga akan memanjang
dalam prosesnya.
6.4.2 Berat Badan Janin
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu dengan partus lama
hampir seluruh dari kejadian terjadi pada ibu yang Ada dengan berat badan bayi
lahir tidak normal sebanyak (93,75%) dibandingkan dengan ibu dengan
melahirkan bayi dengan berat badan normal (6,25%). Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh Berat Badan Lahir dengan Partus Lama (p=0,0021).
Nilai OR=3,491 yang artinya ibu dengan Berat Badan Tidak Normal beresiko
menyebabkan terjadinya Partus Lama sebesar 3,4 kali lipat jika dibandingkan
dengan ibu yang dengan melahirkan berat badan janin normal.
53

Berat badan lahir merupakan berat badan bayi yang di timbang dalam 24
jam pertama setelah kelahiran. Menurut penelitian Albers LL kandung kemih
menyataka bahwa berat bayi lahir merupakan salah satu faktor risiko yang
meningkatkan kejadian perlukaan perineum selama kelahiran. Semakin besar bayi
yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum, pada bayi besar
≥3500 gram, normalnya berat badan bayi sekitar 2.500-3.500 gram, dan berat bayi
kecil ≤2400 gram (Sekartini. R, 2007).
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang kuat,
teratur dan hingga servik membuka sampai dengan 10 cm (lengkap) yang terbagi
menjadi fase laten dan fase aktif. Fase laten dimulai sejak awal terjadinya
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara bertahap
hingga membuka kurang dari 4 cm dan akan berlangsung antara 6 hingga 8 jam.
Pada fase aktif terjadi peningkatan frekuensi dan durasi kontraksi secara bertahap,
dan pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm) dengan
kecepatan pembukaan 1 cm setiap jam untuk primigravida dan 1-2 cm pada
multipara.(JNPK-KR, 2014).
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan fase
aktif dan sebagai informasi untuk membuat keputusan klinik. Penggunaan
partograf dalamsetiap persalinan dapat memastikankan ibu dan bayi mendapat
asuhan yang aman, adekuat dan tepat serta mencegah terjadi penyulit yang dapat
membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2014).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi lamanya persalinan, di antaranya
karakteristik ibu seperti usia, paritas, bentuk dan ukuran panggul, tinggi dan berat
badan, kekuatan kontraksi uterus, jaringan otot pada organ reproduksi, kondisi
medis ibu, termasuk adanya gangguan hipertensi atau diabetes mellitus
gestasional. Faktor janin juga sangat mempengaruhi, diantara nya berat lahir,
posisi kepala dan fleksi pada janin ketika proses persalinan
(Yvonne W. Cheng, 2017)
.
Secara umum berat bayi lahir rendah dan berat bayi lahir berlebih lebih
besar resikonya untuk mengalami masalah. Berat bayi lahir besar (≥4000 gram)
dapat menyebabkan distosia pada proses persalinan, yang ditandai dengan tidak
54

adanya kemajuan persalinan dan menyebabkan persalinan menjadi lama


.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heriani
(2016) didapatkan hasil bahwa proporsi responden ibu bersalin dengan berat
badan janin beresiko lebih besar mengalami kejadian partus lama yaitu sebanyak
48,0% sedangkan pada ibu bersalin dengan janin tidak beresiko terjadinya partus
lama hanya 24%. Menurut penelitian Wijianti (2015), ibu yang memiliki bayi
dengan berat badan lahir > 3500 memiliki risiko 2.65 kali untuk terjadi persalinan
lama dibandingkan dengan ibu yang memiliki bayi dengan berat badan lahir <
3500 gram. Pengaruh ini bermakna secara statistic dengan p< 0.05. hasil
penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Rusmartini,
2002) bahwa ibu yang melahirkan bayi yang berat lahirnya >3500 gram memiliki
risiko terjadi persalinan lama 2.17 kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
bayi dengan berat badan <3500 gram. (Wijayanti, 2015)
Menurut peneliti bahwa satu faktor persalinan lama yaitu berat janin yang
lebih dari > 3500 gram dimana ada sebagian ibu hamil yang ditandai dengan tidak
adanya kemajuan persalinan dan menyebabkan persalinan menjadi lama. Dan juga
bisa dikarenakan adanya faktor ibu yang mempunyai riwayat diabet maka berat
janin juga akan naik.
6.5 Pengaruh CPD dengan Partus Lama
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 33 ibu dengan partus lama
hampir seluruh dari kejadian terjadi pada ibu yang Ada CPD sebanyak (68,75%)
dibandingkan dengan ibu dengan tidak CPD (31,25%). Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh CPD dengan Partus Lama (p=0,023). Nilai OR=2,814
yang artinya ibu dengan CPD beresiko menyebabkan terjadinya Partus Lama
sebesar 2,8 kali lipat jika dibandingkan dengan ibu yang tidak CPD.
Salah satu penyebab CPD yaitu adanya perubahan posisi kepala janin
melalui jalan lahir sehingga panjang lingkaran menjadi lebih besar yang akan
mengakibatkan disproporsi sefalopelvik sehingga perjalanan persalinan menjadi
lama, komplikasi lain juga dapat menyebabkan asfiksia, intrapartum hingga
kematian. Apabila persalinan tidak maju, pertolongan pervagina secara paksa akan
55

menimbulkan trauma pada bayi yang lebih besar dan juga ibunya dengan
komplikasi masing-masing (Heriani, 2016).
Presentasi bokong merupakan suatu keadaan dimana janin dalam posisi
membujur/memanjang, kepala berada pada fundus sedangkan bagian terendah
adalah bokong (Manuaba, 2010). Letak sungsang adalah kehamilan dengan anak
letak memanjang dengan bokong/kaki sebagai bagian terendah (Mochtar, 2012).
Letak lintang terjadi bila sumbu memanjang ibu membentuk sudut tegak lurus
dengan sumbu memanjang janin. Oleh karena seringkali bahu terletak di atas
PAP, keadaan ini disebut juga presentasi bahu. Pada ibu bersalin dengan kelainan
letak sangat rentan terhadap kejadian partus lama. Faktanya ibu bersalin dengan
kelainan letak yang mengalami partus lama cukup banyak yaitu sebesar 28,7%
(Oxorn, 2014).

Sujiyatini (2010) , menjelaskan bahwa kelainan letak merupakan suatu


penyulit persalinan yang sering terjadi karena keadaan atau posisi janin dalam
rahim yang tidak sesuai dengan jalan lahir yang menyebabkan terjadinya
ketidakteraturan bagian terendah janin untuk menutupi atau menahan Pintu Atas
Panggul (PAP), serta mengurangi tekanan terhadap membran bagian bawah dan
bagian terendah ketuban langsung menerima tekanan intrauterin yang dominan
sehingga dapat menyebabkan ketuban pecah dini.
Menurut Fraser (2009) bahwa seorang ibu hamil yang mengalami kelainan
letak janin menyebabkan permukaan tidak rata dengan presentasi terendah pada
PAP, kondisi ini menyebabkan peregangan berlebihan pada uterus. Perengangan
berlebihan pada uterus tersebut memungkinkan untuk mendesak selaput ketuban
pecah sebelum persalinan dimulai (M Ridwan & H Herlina, 2014).
Pengawasan secera intensif saat ibu sedang hamil perlu dilakukan dalam
pendeteksian terjadinya resiko kehamilan. Bila diperlukan pemeriksaan intensif
pada ibu masa hamil yang dilakukan oleh dokter menggunakan USG dan
pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kelainan letak dapat di diagnosa
sedini mungkin dan dapat dilakukan perencanaan persalinan yang lebih aman oleh
tenaga kesehatan terlatih ataupun dilakukan tindakan rujukan dini pada ibu yang
mengalami kasus kelainan letak sehingga kejadian ketuban pecah dini dapat
dihindari atau dicegah. Hal tersebut untuk menghindari kurangnya ketuban pada
56

janin. Air ketuban pada janin bisa memberikan keleluasaan bayi pada saat
persalinan. Keterbatasannya adalah pada penelitian ini yang dibahas adalah
kelainan letak secara umum, sedangkan pada beberapa kondisi penyerta dalam
kelainan letak janin misalnya dalam kasus hidrosefalus dan plasenta previa tidak
dibahas dalam penelitian ini.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan tetang faktor yang berpengaruh
dengan Partus Lama di Rumah Sakit Wiyung Sejahtera tahun 2022 ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ibu bersalin sebagian besar pada usia yang tidak beresiko 20-35 tahun,
hampir seluruhnya Paritas, sebagian besar dengan Ketuban Pecah Dini,
hampir seluruh dari kejadian ditemukan pada ibu yang denga His yang
tidak adekuat, hampir sebagian besar pada ibu dengan kelainan letak
janin, berat badan lahir yang tidak normal dan hampir seluruh dari
kejadian ditemukan pada ibu mengalami CPD .
2. Ada Pengaruh antara usia ibu dengan partus Lama di Rumah Sakit
Wiyung Sejahtera tahun 2022.
3. Ada pengaruh Paritas dengan partus Lama dini di Rumah Sakit Wiyung
Sejahtera tahun 2022.
4. Ada pengaruh Ketuban Pecah Dini dengan partus Lama di Rumah Sakit
Wiyung Sejahtera tahun 2022.
5. Ada pengaruh His Yang tidak adekuat dengan partus Lama di Rumah
Sakit Wiyung Sejahtera tahun 2022.
6. Ada pengaruh Kelainan Letak Janin dengan partus Lama di Rumah Sakit
Wiyung Sejahtera tahun 2022.
7. Ada pengaruh Berat badan lahir dengan partus Lama di Rumah Sakit
Wiyung Sejahtera tahun 2022.
8. Ada pengaruh CPD dengan partus Lama di Rumah Sakit Wiyung
Sejahtera tahun 2022
9. Faktor dominan yang berpengaruh dengan Partus lama adalah Paritas.
1.2 Saran
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan bahan
bacaan bagi mahasiswa kebidanan selanjutnya.

57
58

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Kesehatan Surabaya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam menjalankan program Kesehatan Ibu dan Anak untuk menekan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
b. Bagi Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk direktur Rumah
Sakit dan tenaga kesehatan khususnya bidan sebagai masukan untuk
menekan angka kejadian ketuban pecah dini dengan cara konseling
kepada ibu hamil untuk teratur melakukan pemeriksaan antenatal care,
sarankan ibu hamil melakukan istirahat yang cukup dan mengurangi
beban pekerjaan yang berat. Pengawasan secera intensif saat ibu
sedang hamil perlu dilakukan dalam pendeteksian terjadinya resiko
kehamilan.
c. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada ibu hamil
untuk dapat melakukan pemeriksaan kehamilan khusunya pada ibu
dengan usia kehamilan > 30 minggu perlu melakukan pemeriksaan
antenatal care (ANC) secara teratur minmal 4 kali pada trimester I 1
kali, trimester II 1 kali, dan trimester III 2 kali, elakukan pemeriksaan
USG membantu menegakan diagnosa kehamilan ganda dan kelainan
letak janin sehingga secepatnya dapat dilakukan tindakan yang tepat
sehingga resiko ibu mengalami kegawatdaruratan saat peralinan dapat
tangani dengan baik.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
peneliti yang akan datang dan kiranya dapat melanjutkan penelitian-
penelitian lain yang serupa dengan variabel yang lain
DAFTAR PUSTAKA

Amellia, S. W. N. (2019). Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal & Neonatal. .


Pustaka Baru Press.
Annisya. (2020). DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN LAMA DI INDONESIA
(ANALISIS DATA SURVEI DEMOGRAFI DAN KESEHATAN INDONESIA
2017).
Ardhiyanti, Y., Ibu yang Berpengaruh dengan Kejadian Persalinan Lama di RSUD
Arifin Achmad, F., & Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang
Tuah Pekanbaru, P. (2016). Faktor Ibu yang Berpengaruh dengan Kejadian
Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Factors of The Mother
Related to Obstructed Labour Case at RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. In Jurnal
Kesehatan Komunitas (Vol. 3, Issue 2).
Ari Kurniarum. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Penerbit.
Pusdik SDM Kesehatan.
David T. Y. Liu. (2008). Manual Persalinan (3rd ed.). Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Erina Damayanti. (2016). Kehamilan dan Persalinan yang sehat dan menyenangkan
di atas usia 30 tahun (1st ed., Vol. 1). Araska.
Evi Soviyati. (2016). Jurnal Bidan “Midwife Journal,” 2(1).
F Gary cunningham. (2018). Williams Obstetrics, 25th Edition (25th ed., Vol. 25). Mc.
Graw-Hill Companies.
Fithri Lailatul Hidayati, H. (n.d.). PENGARUH PARITAS DENGAN LAMA
PERSALINAN KALA II DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN
2011.
Fraser. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. EGC.
Harry Oxorn William R. Forte. (2014). Ilmu Kebidanan : Patologi Fisiologi Bersalin.
ayasan essentia medica.
Hidayat. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba
Medika.
Ina Kuswanti. (2013). Askeb II: Persalinan. Pustaka Belajar.
Istiqomah, D., & Saputri, N. (2019). PENDIDIKAN KESEHATAN TANDA BAHAYA
BAYI BARU LAHIR SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN MORBIDITAS DAN
MORTALITAS PADA BAYI BARU LAHIR. https://doi.org/10.24853/jpmt.2.1.23-
26
JNPK-KR. (2014). Asuhan Persalinan Normal Asuhan Esensial Bagi Ibu Bersalin dan
Bayi Baru Lahir Serta Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pasca Persalinan
dan Nifas. JNPK-KR.
Lubis, E., Sugiarti, W., Patriot, K., Husada, B., & Kunci, K. (2021). BUNDA EDU-
MIDWIFERY JOURNAL (BEMJ) (Vol. 4, Issue 1).

59
M Ridwan, & H Herlina. (2014). Pengaruh Kehamilan Ganda Dan Kelainan Letak
Janin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rsud Demang Sepulau Raya
Lampung Tengah. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai,
Manuaba. (2010). Ilmu Kesehatan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan
Bidan Edisi 2. EGC.
Mochtar. (2012). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Edisi ketiga.
EGC.
Mutmainnah, A. U. , S. S. , H. J. S. E. , S. M. S. , L. S. S. , S. S. , & M. A. K. M.
(2021). Asuhan persalinan normal dan bayi baru lahir. Penerbit Andi.
Rukiyah. (2012). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan Cetakan Pertama). . Trans Info
Media.
Rustam Mochtar. (2010). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi.
EGC.
Saifuddin. (2012a). BukuAcuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Trisada printer.
Saifuddin. (2012b). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
EGC.
Sarwono Prawirohardjo. (2016). Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo (Prof. dr.
Abdul Bari Saifuddin, Ed.). PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; .
Sarwono Prawirohardjo. (2018). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sekartini. R. (2007). Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dan Pencegahan Komplikasi. .
Https://Www.MediaIndonesia.Co.Id.
Sujiyatini, dkk. (2010). Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Cyrillus Publisher.
Shofa, 2022. https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/partus-
lama.
World health organization. Managing prolonged and obstructed labour: education
material for teachers of midwifery. 2nd ed. 2008
American College of Obstetricians and Gynecologist. Obstetric care consensus: safe
prevention of the primary cesarean delivery. 2014. https://www.acog.org/Clinical-
Guidance-and-Publications/Obstetric-Care-Consensus-Series/Safe-Prevention-of-
the-Primary-Cesarean-Delivery?IsMobileSet=false
Wijayanti, W. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Persalinan Lama
Di Rspad Gatot Soebroto. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2), 154–164.
WHO. (2002). Safe Mother Hood (Modul Persalinan Macet). . EGC.
WHO. (2008). Managing prolonged and obstructed labour.
Https://Wwwwhoint/Maternal_child_adolescent/Documents/3_9241546662/En/.
Y Haryanti. (2020). Analisis Penyebab Terjadinya Ketuban Pecah Dini Pada Ibu
Bersalin. . . E Frelestanty, 371–377.
Rusmartini. (2002). Pengaruh senam hamil dan persalinan lama di rumah sakit
hermina. Tesis. UI :Depok

60
Yuliasari, D. (2016). FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DENGAN
KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSUD ABDUL MOELOEK PROVINSI
LAMPUNG TAHUN 2013 (Vol. 2, Issue 1).
Yvonne W. Cheng, A. B. C. (2017). Defining and Managing Normal and Abnormal
Second Stage Of Labor. Obstet Gynecol Clin N Am 44.DOI :
10.1016/j.Ogc.2017.08.009, 547–566.

61
LAMPIRAN 1 Timeline Kegiatan Skripsi
Keterangan Apr’23 Mei’23 Jun ’22 Jul’22 Ags’23 Sep’23 Okt’23 Nov’23 Des’23 Jan’23 Feb’23
No
1. Pengajuan
Judul
2. Studi
Pendahulua
n
3. Menyusun
Proposal
4. Pengumpula
n Proposal
5. Revisi
Proposal
6. Ujian
Proposal
7. Revisi
Ujian
Proposal
8. ACC
Proposal
9. Penelitian
di lahan
10 Mencari
Intervensi
dan Jurnal

62
Literatur
Review
11 Penyusunan
Skripsi
12 Sidang
Hasil
skripsi
13 Revisi hasil
Sidang
Skripsi
14 ACC
Skripsi

63
LAMPIRAN 2 Surat Ijin Penelitian

58
LAMPIRAN 3 Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Wiwin Sri Setyo Rini


NIM : 227019006
Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
PARTUS LAMA DI RS WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA
Pembimbing : Yuni Khoirul Waroh, SST, M.Kes

Hari/ Keterangan,
No Uraian kegiatan Hasil
Tgl paraf/ttd
1. Penulisan urutan dan
Jumat nama program studi
29 kebidanan pada kata
1 Konsultasi bab 1
Desemb pengantar
er 2023 Penulisan spasi pada
daftar gambar
1. Memperbaiki tabel 5.2
Konsultasi bab 5 sesuai contoh

1. Mengganti sumber
literatur terbaru
2. Menambahkan literatur
fungsi ketuban pada
6.3
3. Menambahkan opini
peneliti pada 6.4
Konsultasi bab 6
4. Menambahkan sumber
dan opini peneliti pada
6.5
5. Menambahkan opini
peneliti pada 6.6
6. Mempertajam opini
pada 6.7
Selasa 2
1. Penulisan nama dosen
2 Januari Konsultasi bab 1
dan NIDN
2024
1. Penulisan Parietas
Konsultasi bab 5 menjadi paritas

1. Menambahkan
Konsultasi bab 6
keterbatasan pada 6.7
Rabu 1. Menambahkan abstrak
3 3Januari Konsultasi bab 1 2. Menambahkan istilah
2024 dan lambang

59
LAMPIRAN 3 Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Wiwin Sri Setyo Rini


NIM : 227019006
Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
PARTUS LAMA DI RS WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA
Pembimbing : Dr. Setiawandari, SST, M.Kes

Keterangan
No Hari/Tgl Uraian kegiatan Hasil ,
paraf/ttd
1. Penulisan kapital pada kata
Jumat rektor, penulisan urutan dan
29 nama program studi
1 Konsultasi bab 1
Desember kebidanan dan penulisan
2023 kapital pada kata bapak ibu
di kata pengantar
1. Memperbaiki tulisan tanggal
penelitian dan pengambilan
data
Konsultasi bab 4 2. Menghapus kata penelitian
pada gambar kerangka
operasional

1. Menambahkan bagaimana
penatalaksanaan kasus dan apa
yang harus dilakukan obgyn
dan bidan jika RS tidak dapat
menanganinya
2. Menggabungkan tabel 5.1 dan
Konsultasi bab 5 5.2 menjadi distribusi
frekuensi
3. Memperbaiki spasi pada
penulisan judul tabel
4. Menambahkan data khusus
5. Memperbaiki kalimat hasil
tabel 5.1
Rabu 1. Mengganti tabel frekuensi dan
2 3 Januari Konsultasi bab 5 presentasi ke sebelah kanan
2024 kolom partus lama

60
LAMPIRAN 4 Berita Acara Perbaikan Skripsi

BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI

Nama : Wiwin Sri Setyo Rini


NIM : 227019006
Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Partus
Lama di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
Jadwal Ujian : 08 Januari 2024
Batas Akhir Perbaikan :
Nama Penguji : Dr. Setiawandari, SST., M.Kes.

No Bab/Halaman yang Perbaikan


direvisi

1 Bab 1 1. Mengganti ucapan terimakasih di kata pengantar


kepada para peneliti terdahulu dengan ucapan
terimakasih pada tempat penelitian.
2. Menambahkan CI dan p value di abstrak
2 Bab 4 1. Menghapus kata dependen dan independen serta
mengganti kata his dengan kontraksi uterus pada
tabel definisi operasional
3 Bab 5 1. Menambahkan penjelasan hasil penelitian
menggunakan persen.
4 Bab 6 1. Mengganti kata kesimpulan dengan simpulan

Surabaya, 8 Januari 2024


Mengetahui,
Penguji Mahasiswa

Dr. Setiawandari, SST., M.Kes. Wiwin Sri Setyo Rini


NIDN. 0727027508 NIM 227019006

61
LAMPIRAN 4 Berita Acara Perbaikan Skripsi

BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI

Nama : Wiwin Sri Setyo Rini


NIM : 227019006
Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Partus
Lama di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
Jadwal Ujian : 08 Januari 2024
Batas Akhir Perbaikan :
Nama Penguji : Yuni Khoirul Waroh, SST. M.Kes

No Bab/Halaman yang Perbaikan


direvisi

1 Bab 1 1. Mengganti font times new roman halaman 33-


selesai
2. Kata case control pada abstrak dicetak miring
3. Menambahi daftar singkatan dan istilah

Surabaya, 8 Januari 2024


Mengetahui,
Penguji Mahasiswa

Yuni Khoirul Waroh, SST. M.Kes. Wiwin Sri Setyo Rini


NIDN. 0706068102 NIM 227019006

62
LAMPIRAN 4 Berita Acara Perbaikan Skripsi

BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI

Nama : Wiwin Sri Setyo Rini


NIM : 227019006
Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Partus
Lama di RS Wiyung Sejahtera Surabaya
Jadwal Ujian : 08 Januari 2024
Batas Akhir Perbaikan :
Nama Penguji : Indria Nuraini, SST., M.Kes

No Bab/Halaman yang Perbaikan


direvisi

1 Bab 6 1. Menambah referensi dan hasil penelitian yang


lain sebagai pendukung dari hasil penelitian di
pembahasan.
2. Menambah keterbatasan penelitian.

Surabaya, 8 Januari 2024


Mengetahui,
Penguji Mahasiswa

Indria Nuraini, SST., M.Kes. Wiwin Sri Setyo Rini


NIDN. 0713068206 NIM 227019006

63
LAMPIRAN 5 Tabel tabulasi
Lama kala 1 Faktor presdiposisi Kelaina
Jam Pembuka n Kelaina Berat
Fase Fase Partus
No. saat an saat His jalan n Letak Bayi
laten aktif lama Usia paritas KPD
datang datang lahir Bayi Lahir

1. 14.50 2 8 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
2. 12.00 2 12 jam 8 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
3. 17.30 2 6 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
4. 22.00 2 5 jam 15 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
5. 18.00 3 8 jam 13 jam 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
6. 21.15 4 4 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
7. 07.35 4 10 jam 9 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
8. 19.40 4 8 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
9. 23.00 5 - 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
10. 15.30 4 10 jam 11 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
11. 05.00 2 9 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
12. 00.30 2 15 jam 8 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
13. 16.00 4 7 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
14. 18.40 4 11 jam 10 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
15. 22.15 5 - 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
16. 23.00 3 9 jam 12 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
17. 13.10 3 8,5 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00
18. 17.30 2 9 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00
19. 22.30 2 9 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
20. 23.20 2 7 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
21. 16.20 3 4 jam 15 jam 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
22. 23.30 4 9 jam 10 jam 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00
23. 14.00 3 8 jam 14 jam 1,00 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 2,00
24. 16.40 3 10 jam 12 jam 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00
25. 17.00 4 8 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
26. 17.30 2 8 jam 14 jam 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00 2,00
27. 06.30 2 10 jam 9 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
28. 07.30 4 8 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00
29. 15.45 2 12 jam 8 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
30. 14.40 2 6 jam 16 jam 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00
31. 04.00 3 6 jam 14 jam 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00
32. 12.20 3 8 jam 15 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00
33. 16.50 2 9 jam 12 jam 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00
34. 15.50 2 6 jam 16 jam 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
35. 22.20 3 9 jam 12 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 2,00
36. 23.00 3 6 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
37. 22.15 4 8 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
38. 08.30 5 7 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00
39. 11.50 3 6 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
40. 09.00 4 9 jam 16 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00
41. 10.45 3 11 jam 9 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00
42. 11.15 4 8,5 jam 15 jam 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00 2,00
43. 06.30 2 10 jam 9,5 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
44. 15.50 2 8 jam 14 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
45. 14.40 4 6 jam 15 jam 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
46. 17.00 2 6 jam 13 jam 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00
47. 19.00 3 6 jam 13 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
48. 13.45 3 8 jam 15 jam 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00

65
49. 15.30 4 5 jam 6 jam 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
50. 18.00 4 3 jam 5 jam 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
51. 17.50 2 4 jam 4 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
52. 14.45 5 5 jam 6 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00
53. 12.20 3 6 jam 10 jam 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00
54. 16.00 3 4 jam 6 jam 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00
55. 14.50 4 7 jam 9 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00
56. 17.30 5 - 7 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
57. 19.00 6 - 4 jam 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00
58. 20.30 6 - 7 jam 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00
59. 10.15 3 4 jam 9 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 2,00
60. 16.25 3 6 jam 8 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
61. 13.30 3 3 jam 5 jam 2,00 2,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00 2,00
62. 18.00 2 4 jam 4 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
63. 20.30 4 3 jam 5 jam 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00
64. 21.00 3 5 jam 3 jam 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00
65. 23.45 2 4 jam 5 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
66. 23.00 5 - 5 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
67. 10.30 6 - 6 jam 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 1,00 2,00
68. 11.30 8 - 6 jam 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00
69. 01.30 6 - 8 jam 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00
70. 05.45 4 5 jam 8 jam 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00
71. 07.00 4 6 jam 8 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00
72. 08.45 3 6 jam 7 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
73. 17.00 2 5 jam 10 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00
74. 22.00 2 6 jam 9 jam 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00
75. 23.15 2 4 jam 8 jam 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00

66
76. 15.30 2 3 jam 8 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00
77. 21.20 3 6 jam 7 jam 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 1,00
78. 2 8 jam 7 jam 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00 2,00 1,00 2,00
79. 11.50 2 11 jam 8 jam 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00
80. 14.50 2 7 jam 6 jam 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00
81. 12.00 2 12 jam 8 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00
82. 17.30 2 6 jam 6 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
83. 22.00 4 5 jam 6 jam 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
84. 18.00 3 8 jam 5 jam 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00
85. 21.15 4 7 jam 5 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00
86. 07.35 4 8 jam 7 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 2,00 1,00 2,00
87. 19.40 4 8 jam 4 jam 2,00 2,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00
88. 23.00 5 - 7 jam 2,00 2,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00
89. 15.30 4 7,5 jam 8 jam 2,00 2,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00
90. 05.00 2 8 jam 10 jam 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,00 1,00
91. 00.30 5 - 8 jam 2,00 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00
92. 16.00 4 7 jam 5 jam 2,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00
93. 08.20 3 7 jam 9 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 1,00 1,00
94. 09.45 4 3 jam 9 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00 2,00
95. 11.50 4 3 jam 10 jam 2,00 1,00 2,00 2,00 2,00 1,00 1,00 2,00
96. 13.25 2 6 jam 9 jam 2,00 1,00 2,00 1,00 1,00 2,00 2,00 2,00

67
LAMPIRAN 6 Tabel hasil SPSS

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * PartusLama 96 100,0% 0 0,0% 96 100,0%
Paritas * PartusLama 96 100,0% 0 0,0% 96 100,0%
KPD * PartusLama 96 100,0% 0 0,0% 96 100,0%
HIS * PartusLama 96 100,0% 0 0,0% 96 100,0%
KelainanJalanLahir *
96 100,0% 0 0,0% 96 100,0%
PartusLama
BeratBadanLahir *
96 100,0% 0 0,0% 96 100,0%
PartusLama
CPD * PartusLama 96 100,0% 0 0,0% 96 100,0%
Usia * PartusLama
Crosstab
PartusLama
YA TIDAK Total
Usia Beresiko Count 45 33 78
% of Total 46,9% 34,4% 81,3%
Tidak Beresiko Count 3 15 18
% of Total 3,1% 15,6% 18,8%
Total Count 48 48 96
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 9,846 1 ,002
Continuity Correctionb 8,274 1 ,004
Likelihood Ratio 10,587 1 ,001
Fisher's Exact Test ,003 ,002
Linear-by-Linear
9,744 1 ,002
Association

69
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R ,320 ,085 3,278 ,001c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,320 ,085 3,278 ,001c
N of Valid Cases 96
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Paritas * PartusLama
Crosstab
PartusLama
YA TIDAK Total
Paritas Beresiko Count 42 23 65
% of Total 43,8% 24,0% 67,7%
Tidak Beresiko Count 6 25 31
% of Total 6,3% 26,0% 32,3%
Total Count 48 48 96

70
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 17,199a 1 ,000
Continuity Correctionb 15,436 1 ,000
Likelihood Ratio 18,149 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
17,020 1 ,000
Association
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,50.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

71
Asymptotic
Standardized Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R ,423 ,088 4,529 ,000c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,423 ,088 4,529 ,000c
N of Valid Cases 96
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
KPD * PartusLama
Crosstab
PartusLama
YA TIDAK Total
KPD KPD Count 41 29 70
% of Total 42,7% 30,2% 72,9%
Tidak KPD Count 7 19 26
% of Total 7,3% 19,8% 27,1%
Total Count 48 48 96
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

72
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7,596 1 ,006
Continuity Correctionb 6,382 1 ,012
Likelihood Ratio 7,821 1 ,005
Fisher's Exact Test ,011 ,005
Linear-by-Linear
7,516 1 ,006
Association
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R ,281 ,095 2,842 ,005c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,281 ,095 2,842 ,005c
N of Valid Cases 96
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

73
HIS * PartusLama
Crosstab
PartusLama
YA TIDAK Total
HIS Tidak Adekuat Count 41 32 73
% of Total 42,7% 33,3% 76,0%
Adekuat Count 7 16 23
% of Total 7,3% 16,7% 24,0%
Total Count 48 48 96
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4,631a 1 ,031
Continuity Correctionb 3,659 1 ,056
Likelihood Ratio 4,730 1 ,030
Fisher's Exact Test ,054 ,027
Linear-by-Linear
4,583 1 ,032
Association
N of Valid Cases 96

74
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R ,220 ,097 2,183 ,032c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,220 ,097 2,183 ,032c
N of Valid Cases 96

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

KelainanJalanLahir * PartusLama
Crosstab
PartusLama
YA TIDAK Total
KelainanJalanLahir Ya Count 33 23 56

75
% of Total 34,4% 24,0% 58,3%
Tidak Count 15 25 40
% of Total 15,6% 26,0% 41,7%
Total Count 48 48 96
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,286 1 ,038
Continuity Correctionb 3,471 1 ,062
Likelihood Ratio 4,322 1 ,038
Fisher's Exact Test ,062 ,031
Linear-by-Linear
4,241 1 ,039
Association
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,00.
b. Computed only for a 2x2 table

76
Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R ,211 ,100 2,096 ,039c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,211 ,100 2,096 ,039c
N of Valid Cases 96
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

BeratBadanLahir * PartusLama
Crosstab
PartusLama
YA TIDAK Total
BeratBadanLahir BB Tidak Normal Count 45 37 82
% of Total 46,9% 38,5% 85,4%
BB Normal Count 3 11 14
% of Total 3,1% 11,5% 14,6%
Total Count 48 48 96
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

77
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5,352 1 ,021
Continuity Correctionb 4,098 1 ,043
Likelihood Ratio 5,642 1 ,018
Fisher's Exact Test ,040 ,020
Linear-by-Linear
5,296 1 ,021
Association
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R ,236 ,090 2,356 ,021c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,236 ,090 2,356 ,021c
N of Valid Cases 96

78
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

CPD * PartusLama
Crosstab
PartusLama
YA TIDAK Total
CPD CPD Count 33 22 55
% of Total 34,4% 22,9% 57,3%
Tidak CPD Count 15 26 41
% of Total 15,6% 27,1% 42,7%
Total Count 48 48 96
% of Total 50,0% 50,0% 100,0%

Chi-Square Tests

79
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 5,151 1 ,023
Continuity Correctionb 4,257 1 ,039
Likelihood Ratio 5,203 1 ,023
Fisher's Exact Test ,038 ,019
Linear-by-Linear
5,098 1 ,024
Association
N of Valid Cases 96
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Asymptotic
Standardized Approximate Approximate
Value Errora Tb Significance
Interval by Interval Pearson's R ,232 ,099 2,309 ,023c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,232 ,099 2,309 ,023c
N of Valid Cases 96

a. Not assuming the null hypothesis.

80
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Logistic Regression

Case Processing Summary


Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 96 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 96 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 96 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
YA 0
TIDAK 1

Block 0: Beginning Block


Iteration Historya,b,c
-2 Log Coefficients
Iteration likelihood Constant

81
Step 0 1 133,084 ,000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 133,084
c. Estimation terminated at iteration number 1
because parameter estimates changed by less
than ,001.

Classification Tablea,b
Predicted
PartusLama Percentage
Observed YA TIDAK Correct
Step 0 PartusLama YA 0 48 ,0
TIDAK 0 48 100,0
Overall Percentage 50,0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

82
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant ,000 ,204 ,000 1 1,000 1,000

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables Usia 9,846 1 ,002
Paritas 17,199 1 ,000
KPD 7,596 1 ,006
HIS 4,631 1 ,031
KelainanJalanLahir 4,286 1 ,038
BeratBadanLahir 5,352 1 ,021
CPD 5,151 1 ,023
Overall Statistics 38,717 7 ,000

83
Block 1: Method = Backward Stepwise (Conditional)

Iteration Historya,b,c,d,e
Coefficients
-2 Log KelainanJalanL BeratBadanLah
Iteration likelihood Constant Usia Paritas KPD HIS ahir ir CPD
Step 1 1 90,249 -7,795 1,148 1,564 ,819 ,517 ,635 ,737 ,657
2 86,870 -10,738 1,765 2,048 1,027 ,718 ,891 1,064 ,943
3 86,643 -11,709 2,000 2,180 1,087 ,771 ,973 1,228 1,027
4 86,641 -11,808 2,025 2,192 1,094 ,774 ,981 1,250 1,035
5 86,641 -11,809 2,025 2,192 1,094 ,774 ,981 1,250 1,035
6 86,641 -11,809 2,025 2,192 1,094 ,774 ,981 1,250 1,035

84
Step 2 1 91,561 -7,390 1,173 1,619 ,853 ,696 ,689 ,698
2 88,424 -10,079 1,776 2,107 1,101 ,942 1,024 ,965
3 88,218 -10,946 1,988 2,236 1,172 1,014 1,205 1,032
4 88,217 -11,035 2,009 2,246 1,179 1,021 1,230 1,038
5 88,217 -11,036 2,010 2,246 1,179 1,021 1,230 1,038
Step 3 1 92,895 -6,989 1,337 1,584 ,859 ,814 ,743
2 90,059 -9,445 1,957 2,086 1,126 1,071 1,040
3 89,936 -10,071 2,138 2,207 1,192 1,137 1,110
4 89,936 -10,107 2,149 2,214 1,195 1,141 1,114
5 89,936 -10,108 2,149 2,214 1,195 1,141 1,114
a. Method: Backward Stepwise (Conditional)
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 133,084
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
e. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 46,443 7 ,000
Block 46,443 7 ,000

85
Model 46,443 7 ,000
a
Step 2 Step -1,576 1 ,209
Block 44,868 6 ,000
Model 44,868 6 ,000
Step 3a Step -1,720 1 ,190
Block 43,148 5 ,000
Model 43,148 5 ,000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-
squares value has decreased from the previous step.

Model Summary
-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R
Step likelihood Square Square
1 86,641a ,384 ,511
2 88,217b ,373 ,498
3 89,936b ,362 ,483
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than ,001.
b. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than ,001.

86
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 3,992 7 ,781
2 2,850 7 ,899
3 1,563 6 ,955

87
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
PartusLama = YA PartusLama = TIDAK
Observed Expected Observed Expected Total
Step 1 1 13 12,896 1 1,104 14
2 7 6,512 1 1,488 8
3 8 8,039 2 1,961 10
4 5 6,685 5 3,315 10
5 8 6,476 3 4,524 11
6 3 4,239 9 7,761 12
7 3 1,959 7 8,041 10
8 1 ,851 9 9,149 10
9 0 ,342 11 10,658 11
Step 2 1 13 12,738 1 1,262 14
2 7 8,627 4 2,373 11
3 8 7,814 2 2,186 10
4 8 7,166 3 3,834 11
5 7 6,260 5 5,740 12
6 3 3,149 8 7,851 11
7 2 1,554 9 9,446 11
8 0 ,552 10 9,448 10
9 0 ,140 6 5,860 6
Step 3 1 16 15,443 1 1,557 17
2 8 7,650 2 2,350 10
3 7 8,360 4 2,640 11
4 6 5,709 4 4,291 10
5 6 5,492 5 5,508 11
6 2 2,613 8 7,387 10
7 2 1,800 10 10,200 12
8 1 ,934 14 14,066 15
89
Classification Tablea
Predicted
PartusLama Percentage
Observed YA TIDAK Correct
Step 1 PartusLama YA 41 7 85,4
TIDAK 12 36 75,0
Overall Percentage 80,2
Step 2 PartusLama YA 43 5 89,6
TIDAK 15 33 68,8
Overall Percentage 79,2
Step 3 PartusLama YA 39 9 81,3
TIDAK 13 35 72,9
Overall Percentage 77,1
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step 1a Usia 2,025 ,850 5,677 1 ,017 7,579 1,432 40,107
Paritas 2,192 ,611 12,882 1 ,000 8,955 2,705 29,645
KPD 1,094 ,628 3,032 1 ,082 2,985 ,872 10,225
HIS ,774 ,620 1,557 1 ,212 2,169 ,643 7,316
KelainanJalanLahir ,981 ,564 3,032 1 ,082 2,668 ,884 8,052
BeratBadanLahir 1,250 ,929 1,812 1 ,178 3,491 ,565 21,553
CPD 1,035 ,561 3,401 1 ,065 2,814 ,937 8,450
Constant -11,809 2,473 22,802 1 ,000 ,000
a
Step 2 Usia 2,010 ,829 5,877 1 ,015 7,460 1,469 37,873
Paritas 2,246 ,607 13,689 1 ,000 9,453 2,876 31,074
KPD 1,179 ,620 3,616 1 ,057 3,252 ,964 10,965
KelainanJalanLahir 1,021 ,555 3,385 1 ,066 2,776 ,936 8,239
BeratBadanLahir 1,230 ,955 1,658 1 ,198 3,422 ,526 22,251
CPD 1,038 ,553 3,522 1 ,061 2,823 ,955 8,348
Constant -11,036 2,336 22,324 1 ,000 ,000
Step 3a Usia 2,149 ,797 7,278 1 ,007 8,579 1,800 40,883
Paritas 2,214 ,604 13,448 1 ,000 9,150 2,803 29,874
KPD 1,195 ,608 3,866 1 ,049 3,304 1,004 10,877
KelainanJalanLahir 1,141 ,544 4,395 1 ,036 3,131 1,077 9,103

91
CPD 1,114 ,547 4,150 1 ,042 3,046 1,043 8,893
Constant -10,108 2,071 23,824 1 ,000 ,000
a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Paritas, KPD, HIS, KelainanJalanLahir, BeratBadanLahir, CPD.

Correlation Matrix
KelainanJalanL BeratBadanLah
Constant Usia Paritas KPD HIS ahir ir CPD
Step 1 Constant 1,000 -,532 -,486 -,270 -,309 -,412 -,424 -,434
Usia -,532 1,000 ,085 ,035 ,054 ,126 -,034 ,204
Paritas -,486 ,085 1,000 ,087 -,018 ,158 ,117 ,048
KPD -,270 ,035 ,087 1,000 -,078 -,082 ,005 -,126
HIS -,309 ,054 -,018 -,078 1,000 -,035 ,022 ,020
KelainanJalanLahir -,412 ,126 ,158 -,082 -,035 1,000 -,054 ,161
BeratBadanLahir -,424 -,034 ,117 ,005 ,022 -,054 1,000 -,005
CPD -,434 ,204 ,048 -,126 ,020 ,161 -,005 1,000
Step 2 Constant 1,000 -,534 -,519 -,331 -,433 -,457 -,431
Usia -,534 1,000 ,101 ,046 ,120 -,030 ,178
Paritas -,519 ,101 1,000 ,101 ,140 ,109 ,053
KPD -,331 ,046 ,101 1,000 -,073 ,030 -,126
KelainanJalanLahir -,433 ,120 ,140 -,073 1,000 -,052 ,155
BeratBadanLahir -,457 -,030 ,109 ,030 -,052 1,000 -,011

92
CPD -,431 ,178 ,053 -,126 ,155 -,011 1,000
Step 3 Constant 1,000 -,600 -,551 -,356 -,515 -,508
Usia -,600 1,000 ,102 ,032 ,108 ,196
Paritas -,551 ,102 1,000 ,120 ,166 ,075
KPD -,356 ,032 ,120 1,000 -,074 -,116
KelainanJalanLahir -,515 ,108 ,166 -,074 1,000 ,151
CPD -,508 ,196 ,075 -,116 ,151 1,000

Model if Term Removeda


Model Log Change in -2 Sig. of the
Variable Likelihood Log Likelihood df Change
Step 1 Usia -46,786 6,932 1 ,008
Paritas -51,238 15,836 1 ,000
KPD -44,905 3,170 1 ,075
HIS -44,113 1,584 1 ,208
KelainanJalanLahir -44,907 3,174 1 ,075
BeratBadanLahir -44,289 1,938 1 ,164
CPD -45,103 3,564 1 ,059
Step 2 Usia -47,649 7,082 1 ,008
Paritas -52,629 17,042 1 ,000
KPD -46,018 3,820 1 ,051
KelainanJalanLahir -45,888 3,560 1 ,059

93
BeratBadanLahir -44,996 1,775 1 ,183
CPD -45,951 3,686 1 ,055
Step 3 Usia -49,590 9,244 1 ,002
Paritas -53,367 16,797 1 ,000
KPD -47,020 4,104 1 ,043
KelainanJalanLahir -47,323 4,710 1 ,030
CPD -47,169 4,402 1 ,036
a. Based on conditional parameter estimates

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 2a Variables HIS 1,587 1 ,208
Overall Statistics 1,587 1 ,208
b
Step 3 Variables HIS 1,417 1 ,234
BeratBadanLahir 1,706 1 ,192
Overall Statistics 3,428 2 ,180
a. Variable(s) removed on step 2: HIS.
b. Variable(s) removed on step 3: BeratBadanLahir.

94

Anda mungkin juga menyukai