Pedoman Akses Dan Kesinambungan Pelayanan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 45

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 13.08.

01 MANADO
RUMKIT TK. IV dr. EDDY KOUNANG GORONTALO

PEDOMAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN

RUMKIT TK. IV DR. EDDY KOUNANG GORONTALO

DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN KEPALA RUMKIT TK. IV dr. EDDY KOUNANG

GORONTALO NOMOR : Kep/166/VI/2024

1
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 13.04.01 MANADO
RUMKIT TK. IV dr. EDDY KOUNANG GORONTALO

KEPUTUSAN KEPALA RUMKIT TK. IV DR. EDDY KOUNANG GORONTALO


NOMOR : Kep/166/VI/2024

TENTANG

KEBIJAKAN SKRINING PASIEN, TRIASE DAN PELAYANAN


BERKESINAMBUNGAN DI RUMKIT TK. IV dr. EDDY KOUNANG
GORONTALO

KEPALA RUMKIT TK. IV dr. EDDY KOUNANG GORONTALO

Menimbang 1. Bahwa dalam upaya pencapaian Visi dan Misi Rumkit TK. IV.
dr. Eddy Kounang Gorontalo diperlukan kebijakan pelayanan
yang berkualitas;
2. Bahwa untuk mendapatkan Pelayanan yang berkualitas
tersebut diperlukan penetapan Kebijakan Skrining Pasien,
Triase dan Pelayanan Berkesinambungan di Rumkit TK. IV.
dr. Eddy Kounang Gorontalo; dan
3. Bahwa berdasarkan Pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada point 1 dan 2, perlu ditetapkan dengan keputusan
Kepala Rumkit TK. IV. dr. Eddy Kounang Gorontalo.

Mengingat 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 23 tahun 2009


tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indoneisa Nomor: 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
856/Menkes/SK/X/2009 tentang Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan
Internal Staf Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
1691/MENKES/PER/VII/2011 tentang Keselamatan pasien;
6. Keputusan Menteri kesehatan Nomor:
1051/MENKES/SK/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Obstetri Neonatal Emergensi Komperhensif
(PONEK) 24 jam di Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:
1438/MENKES/PER/2010 tentang standar pelayanan
Kedokteran; dan
9. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor:
Perkasad/205/XII/2007 tanggal 31 Desember 2007 tentang
Organisasi dan Tugas Kesehatan Komando Daerah Militer

(Orgas Kesdam).

MEMUTUSKAN

Menetapkan

Pertama Keputusan Kepala Rumkit TK. IV. dr. Eddy Kounang Gorontalo
tentang kebijakan skrining pasien, triase dan pelayanan
berkesinambungan di Rumkit TK. IV. dr. Eddy Kounang
Gorontalo, berdasarkan pada kebutuhan pasien dan
menyesuaikan dengan visi serta misi dan sumber daya Rumkit
TK. IV. dr. Eddy Kounang Gorontalo.

3
Kedua : Kebijakan Skrining pasien, Triase dan Pelayanan
Berkesinambungan pasien sebagai mana dimaksud dalam
diclum kesatu keputusan kepala Rumkit TK. IV dr. Eddy
Kounang Gorontalo ini dan sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini.

Ketiga : Kebijakan Skrining pasien Instalasi Gawat Darurat, dan Rawat


Jalan di Rumkit TK. IV. dr. Eddy Kounang Gorontalo
sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua harus dijadikan
acuan dalam menyelenggarakan pelayanan
di Rumkit TK. IV. dr. Eddy Kounang Gorontalo.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan


catatan apabila ada kekeliruan akan diadakan perbaikan /
perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Gorontalo
Kepala Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo

dr. Enny Susilowati


Letda Ckm (K) Nrp : 122121295

4
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

A. Latar Belakang..........................................................................................................

B. Tujuan........................................................................................................................

C. Definisi.......................................................................................................................

BAB II RUANG LINGKUP............................................................................................................

BAB III TATALAKSANA...............................................................................................................

A. Skrining Pasien di RS...............................................................................................

B. Registrasi di RS........................................................................................................

C. Pelayanan Berkesinambungan.................................................................................

D. Transfer Pasien Internal di dalam Rumah Sakit......................................................

E. Pemulangan (Discharge), Rujukan dan Tindak Lanjut...........................................

F. Transportasi..............................................................................................................

BAB IV PENUTUP........................................................................................................................

5
BAB I
DEFENISI

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan
bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional
pemberi asuhan (PPA) dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu
kesinambungan pelayanan. Dalam panduan ini telah diuraikan:
1. Skrining pasien di rumah sakit
2. Registrasi dan admisi di rumah sakit
3. Pelayanan berkesinambungan
4. Transfer pasien intemna dalam rumah sakit
5. Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut
6. Transportasi.
Penyesuaian kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
bergantung pada informasi yang diperoleh tentang kebutuhan pasien dan kondisinya
lewat skrining pada kontak pertama. Skrining dilaksanakan melalui jalur cepat (fast
track) kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, atau hasil pemeriksaan fisik,
psikologis, laborat klinis atau diagnostic imajing sebelumnya. Skrining dapat dilakukan
di luar rumah sakit seperti ditempat pasien berada, di ambulance atau saat pasien tiba
di rumah sakit. Keputusan untuk mengobati, menstransfer atau merujuk dilakukan
setelah hasil skrining selesai dievaluasi. Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo
memberikan pelayanan yang dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan
kemampuan pelayanannya untuk menerima pasien rawat inap maupun rawat jalan.

B. TUJUAN
1. Menyelaraskan kebutuhan asuhan pasien dengan pelayanan yang tersedia di
rumah sakit, mengkoordinasikan pelayanan, merencanakan pemulangan dan
tindakan selanjutnya;
2. Meningkatkan mutu asuhan pasien dan efisiensi penggunaan sumber daya yang
tersedia di rumah sakit.

C. DEFENISI
1. Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal
kebutuhan pelayanan pada setiap pasien yang datang ke rumah sakit;
2. Skrining pra-hospital bisa dilakukan saat pasien belum mencapai rumah sakit,
sebelum dirujuk dari fasilitas kesehatan lain, atau saat akan dilakukan transportasi
dengan ambulance dari luar rumah sakit;
3. Skrining intra-hospital bisa dilakukan saat pasien telah mencapai rumah sakit. Baik
pada pasien rawat jalan maupun gawat darurat;
4. Instalasi gawat darurat adalah unit pelayanan dirumah sakit yang memberikan
pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multi disiplin;
5. Triage adalah pengelompkan korban yang berdasarkan atas berat ringannya
trauma / pemnyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya;
6. Prioritas adalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul;
7. Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya;
8. Pasien gawat tidak darurat adalah pasien berada dalam keadaan gawat tetap tidak
memerlukan tindakan darurat misalnya kanker stadium lanjut;
9. Pasien darurat tidak gawat adalah pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba
tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayat
dangkal;
10. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik mental
maupun sosial.
Kecelakan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut:
a. Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena efek kimia,
fisik, listrik atau maupun radiasi)
b. Tempat kejadian
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
4) Kecelakaan di sekolah
5) Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya ditempat rekreasi,
perbelanjaan, area olahraga dan sebagainya)
c. Waktu kejadian
1) Waktu perjalanan (travelling / transport time)
2) Waktu bekerja, sekolah, bermain dan sebagainya
11. Bencana peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderita harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
12. Pendaftaran pasien adalah kegiatan memperoleh data penting yang terkait dengan
identitas dan kebutuhan (demand) pelayanan yang disampaikan pasien rawat jalan
maupun rawat inap.
13. Penerimaan pasien adalah melakukan kegiatan yang mempunyai fungsi untuk
melayani seluruh pasien yang akan mendapatkan pelayanan medis rawat jalan /
rawat inap dan mendapatkan pemeriksaan, pengobatan serta perawatan yang
diberikan oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
14. Pemulangan pasien rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan pemulangan
pasien setelah pasien mendapatkan pelayanan dirawat jalan.
15. Pemulangan pasien rawat inap adalah:
a. Pemulangan pasien dalam keadaan sehat atau membaik adalahserangkaian
proses kegiatan pemulangan pasien rawat inap dimulai pada saat Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) menyatakan pasien diperbolehkan
pulang sampai pasien mendapatkan kartu kontrol, terapi lanjutan di rumah, hasil
pemeriksaan penunjang dan kuitansi pembayaran (untuk pasien umum dan
pasien dengan asuransi yang tidak bekerjasama dengan rumah sakit).
b. Pemulangan pasien meninggal dunia adalah serangkaian proses pemulangan
pasien dimulai saat dokter atau perawat menyatakan bahwa pasien meninggal
dunia, dokter mengisi keterangan sebab kematian, sertifikat sebab kematian dan
administrasi sudah diselesaikan oleh keluarga pasien.
16. Rujukan pasien adalah upaya untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan medis
pasien berdasarkan indikasi medis, prognosa dan kondisi psikologis, sosial,
ekonomi pasien / keluarga.
17. Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan ke ruang
perawatan / ruang tindakan lain di dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau
memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit).
18. Ambulance adalah kendaraan transportasi pasien gawat darurat medis atau cedera
yang digunakan untuk membawanya dari satu tempat ke tempat lain guna
perawatan lebih lanjut atau pasien yang dirawat di Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang
Gorontalo yang memerlukan sarana transportasi untuk pulang.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Skrining pasien di rumah sakit


B. Registrasi dan admisi di rumah sakit
C. Pelayanan berkesinambung
D. Transfer pasien internal dalam rumah sakit
E. Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut
F. Transportasi
BAB III
TATALAKSANA

A. SKRINING PASIEN DIRUMAH SAKIT


Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke
rumah sakit, saat pasien tiba di rumah sakit atau saat pasien sudah di dalam rumah
sakit. Pada pasien yang datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat dilakukan
melalui telepon atau skrining dilakukan di tempat asal pasien yang dilakukan oleh
petugas medis Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo.
1. Skrining Pra-Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon
bisa datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan
melakukan panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar
rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang
Gorontalo, akan diterima oleh operator yakni petugas front office atau tenaga
medis dan paramedis yang ada di ruangan terkait (IGD / IRJ) setelah
disambungkan oleh operator.
Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain:

SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN

Front Office dan 1. Menghubungkan pasien / keluarga ke Instalasi yang


Petugas Security diinginkan
2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter
jaga IGD atau IRJ (selama jam buka pelayanan poli)
untuk dikaji lebih lanjut dan mengidentifikasi pelayanan
yang dibutuhkan.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat diakses
dan informasi waktu pelayanan.
4. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
IRJ 1. Pada jam buka pelayanan IRJ, perawat rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ
beserta jam pelayanan dan bagaimana cara mengakses
pelayanan tersebut / pendaftaran.
2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima telepon
segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi calon
pasien (yang belum terdaftar sebagai pasien) maupun
pasien lama, untuk merencanakan
tindak lanjut.

IGD 1. Petugas medis / paramedis yang menerima panggilan


telepon melakukan skrining per-telepon dengan mencatat
semua informasi yang diperlukan mulai dari kondisi
pasien sampai dengan riwayat penyakit saat ini dan /
terdahulu serta rencana tindakan lanjutan yang
direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu
pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah sakit
untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang sesuai
serta konsultasi dokter jaga IGD.

Tenaga 1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan permintaan


Ambulance penjemputan pasien, untuk menentukan tingkat emergensi
dalam persiapan SDM ambulance yang akan melakukan
penjemputan, maupun menentukan peralatan yang
dibutuhkan dalam penjemputan.
2. Skrining lanjutan yaitu triage, dilakukan setelah tiba di
lokasi penjemputan dengan berpatokan pada pengkajian
kondisi pasien.
3. Pada keadaan khusus, pada kasus emergensi, tenaga
kesehatan dalam ambulan wajib mengidentifikasi
kebutuhan pelayanan medis yang diperlukan, setelah
berkonsultasi dengan dokter jaga IGD dan memberikan
advis maka mempersiapkan sarana dan obat-obatan
selama proses transfer sampai dengan tiba di Rumkit TK.
IV dr. Eddy Kounang Gorontalo.
4. Pada pasien tidak stabil, pasien kecelakaan atau pasien
tidak dikenal cukup ditanyakan jenis kelamin, usia, kondisi
pasien, pelayanan yang dibutuhkan dan lokasi
penjemputan.
5. Untuk pasien-pasien gawat drurat dilakukan bantuan
hidup dasar dan stabilisasi sesuai SPO, sebelum
ditransfer ke rumah sakit.

2. Skrining Intra-Hospital
Skrining intra-hospital dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun area
Rawat Jalan (IRJ).
Langkah-langkah skrining intra-hospital antara lain:

SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN

Front Office 1. Menghubungkan pasien / keluarga ke Instalasi yang


diinginkan.
2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke dokter
jaga IGD atau IRJ (selama jam buka pelayanan poli) untuk
untuk dikaji lebih lanjut dan mengidentifikasi pelayanan
yang dibutuhkan.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat
diakses dan informasi waktu pelayanan.
Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.

IRJ 1. Setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan lain wajib


untuk segera mengidentifikasi kebutuhan pelayanan bagi
pasien yang membutuhkan, baik saat pasien mendaftar
di poliklinik maupun menunggu di ruang
tunggu.
2. Tenaga medis segera melakukan skrining bagi pasien
yang membutuhkan pelayanan emergensi, rawat inap dan
rujukan keluar.
3. Mengisi formulir surat permintaan rawat inap yang berisi
skrining pasien yang terdiri dari asal pelayanan,
ketersediaan sumber daya, kelas perawatan, tempat
ruang perawatan, jenis pembayaran dan hasil tes
diagnostik.

IGD 1. Proses skrining dilakukan segera setelah pasien datang


ke IGD.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan.
3. Dokter jaga / perawat / bidan melakukan triage untuk
mengidentifikasi kebutuhan dan pelayanan awal, untuk
selanjutnya dikonsulkan ke ke Dokter Spesialis
4. Dokter melakukan pelayanan medis, identifikasi
kebutuhan pelayanan khusus, menerima konsultasi dan
penilaian pasien untuk di rawat inap, dipulangkan atau
dirujuk.
5. Mengisi formulir surat permintaan rawat inap yang berisi
skrining pasien yang terdiri dari asal pelayanan,
ketersediaan sumber daya, kelas perawatan, tempat
ruang perawatan, jenis pembayaran dan hasil tes
diagnostik.

3. Skrining di Instalasi Rawat Jalan / IGD


Skrining rawat jalan / IGD dilakukan oleh dokter dan perawat di rawat jalan, meliputi:
a. Kondisi Umum Pasien
1) Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh (compos
mentis) atau apakah pasien mengalami penurunan kesadaran lebih lanjut).
2) Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan
ataukah ada kondisi potensial yang akan mengancam patensi jalan nafas.
3) Pernafasan dinilai apakah pernafasan pasien normal atau ada masalah,
bahkan ada resiko distress nafas.
4) Sirkulasi dinilai apakah normal atau ada masalah.
b. Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri menggunakan Wong Baker Faces Pain Scale

0–1 = Sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali


2–3 = Sedikit nyeri
4–5 = Cukup nyeri
6–7 = Lumayan nyeri
8–9 = Sangat nyeri
10 = Amat sangat nyeri (tacl tertahankan)
c. Skrining Batuk
Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama pasien
batuk, apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien yang batuk
semua diberikan masker wajah, sedangkan pasien yang batuk ≥ dua minggu
diarahkan untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.
d. Skrining Pasien Jatuh
Skrining resiko jatuh dilakukan menggunakan alat bantu Get Up and Go Test:

No. Penilaian Pengkajian YA TIDAK


1. Cara berjalan pasien (salah satu / lebih)
a. Tidak seimbang / sempoyongan/ limbung
b. Jalan mengguanakan alat bantu (tripod / kruk /
kursi roda / orang lain
2. Menompang saat akan duduk: tampak
memegang pinggiran kursi / meja / benda lain
e. Skrining Hambatan Pasien
Pasien dinilai apakah mengalami hambatan dalam mengakses pelayanan jika
pasien mengalami hambatan gerak seperti penggunaan kursi roda dan brankar.
Jika pasien mempunyai hambatan bahasa dan budaya ada pelayanan
penerjemah bahasa Rumah Sakit.

4. Skrining di Instalasi Rawat Inap


a. Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif dan paliatif dan isolasi yang diperlukan / diprioritaskan
b. Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter melalui IGD /
Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis.
c. Pasien akan masuk pada kriteria preventif, paliatif, kuratif, rehabilitatif, pasien
indikasi rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau dapat berobat jalan.
1) Preventif
Preventif adalah upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini faktor resiko:
a) Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan,
balita)
b) Deteksi dini kasus, faktor resiko maternal dan balita
c) Imunisasi / vaksin pada bayi, anak, ini hamil dan dewasa
d) Faktor perilaku dan lingkungan yang berpengaruh pada penyakit
e) Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan kontrol /
imunisasi lanjutan.
f) Pemberian TT dan membersihkan luka pada luka baru atau tusuk untuk
mencegah tetanus.
2) Paliatif
Pelayanan palatif adalah pelayanan inter disipliner yang berfokus pada
pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan paliatif
adalah mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan dan
mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah diagnosis. Tujuan ini
dicapai melalui intervensi yang mempertahankan kesejahteraan fisik,
psikologis, social dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan koordinasi
pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara budaya dan konsisten
dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan konkrit jika
diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien meninggal dengan
penderitaan minimal.
3) Kuratif: Upaya merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan
untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit.
Pasien kuratif indikasi rawat inap:

Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap


Prolonged pregnancy Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeclampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR (Intrauterine growth restriction)
5. Peningkatan SGPT / SGOT
Arbortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
Hemiparesis gravidarum 1. Keton urin +
2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine bleeding Hb ≤ 8mg/dl
Gangguan saluran nafas, Gangguan yang mengancam kehidupan/
pernafasan, sirkulasi, dan terjadinya kecacatan
kesadaran
DHF 1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg
(presyok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal
reflux desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi sedang-berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang
bisa masuk
3. Pre-syok TD < 100/60 mmHg
Diabetes Mellitus 1. Hipoglikemi < 38,5 °c
2. Hiperglikemi > 200 mg/dl
3. Gelisah
Typhoid fever 1. Panas tinggi > 38,5 °c
2. Muntah
3. Konstipasi
4. Nyeri perut
Kejang 1. Panas tinggi > 38,5 °c
2. Kejang
Pasien yang mermelukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat inap
dokter wajib memberikan pendidikan kesehat dan di dokumentasikan dalam
form instruksi pasien pulang.
4) Rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi / mencegah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok
orang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan
pencegahan kecacatan (tertiary prevention).
5) Isolasi / indikasi masuk rumah sakit: Ruang isolasi adalah ruangan khusus di
rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu, terpisah
dari pasien lain untuk mencegah penyebaran penyakit dan mengurangi
resiko terhadap pemberian pelayanan kesehatan serta
mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus
penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.
Pasien indikasi rawat inap dengan isolasi.

Diagnosa Kriteria
Campak 1. Panas tinggi > 38,5 °c
2. Ruam merah pada seluruh tubuh
3. Nafsu makan menurun
4. Batuk pilek
Tetanus Semua grade tetanus indikasi dirawat
Inapkan
Hepatitis 1. Ikhterus
2. Panas tinggi > 38,5 °c
3. SGOT < 45 u/L dan SGPT < 35 u/L
4. Muntah
Varicella 1. Panas tinggi
2. Ada bintik-bintik seluruh tubuh berisi
cairan
Gondok 1. Sulit bernafas
2. Batuk
3. Suara serak
4. Menggigil
5. Sulit menelat
6. Nyeri di area leher
a) Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap
ketersediaan ruang isolasi.
b) Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat inap
dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1
pasien dalam satu kamar.
c) Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko
penularan infeksi tinggi, tidak bisa digunakan pada pasien
immucompromise sebelum ruang dinyatakan steril.
5. Skrining Sebelum Dirujuk
a. Dokter dan perawat melakukan penilaian anamnesa, pengamatan kondisi
pasien secara visual dan melakukan pemeriksaan vital sign.
b. Perawat dan dokter memastikan apakah fasilitas Rumah Sakit dapat
mendukung upaya pertolongan pasien.
c. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang minimal sebelum diputuskan
rawat inap atau rujuk.
d. Jika pasien memenuhi kriteria untuk dirujuk, maka dokter atau perawat wajib
memastikan apakah pasien dalam keadaan stabil untuk dirujuk.
e. Perawat memastikan adanya ruang / tempat di RS rujukan.
f. Dokter dan perawat melengkapi rekam medis pasien yang kemudian harus
dibawa saat merujuk pasien.
g. Perawat memastikan kesiapan ambulan berserta peralatan medis yang
diperlukan untuk merujuk pasien.
h. Petugas yang mengantar pasien ketempat rujukan adalah petugas yang
terampil dalam batuan hidup dasar, transport pasien dan skrining pasien.
i. Semua kegiatan harus terdokumentasi dengan baik.

6. Skrining Pasien Pro Tindakan Radiologi


a. Dokter melakukan assesmen perlu atau tidaknya pasien melakukan
pemeriksaan radiologi dengan atau tanpa kontras.
b. Perawat mengarahkan pasien ke ruang pemeriksaan radiologi.
c. Dokter atau radiografer wajib memastikan pasien sedang tidak dalam kondisi
hamil.
d. Perawat melakukan skin test untuk mengetahui ada atau tidaknya alergi
dengan cairan kontras.
e. Jika dalam waktu minimal 15 menit tidak terlihat reaksi di daerah skin test,
maka pemeriksaan radiologi dengan kontras bias dilaksanakan.
f. Sebaliknya jika terlihat reaksi alergi, maka pemeriksaan radiologi dengan
kontras tidak dapat dilakukan.
Daftar skrining pemeriksaan penunjang sebelum pasien diputuskan rawat inap
atau dirujuk atau dilaksanakan tindakan:
Diagnosa Pemeriksaan penunjang
DHF 1. Hemoglobin
2. Hitung leukosit
3. Hematokrit
4. Trombosit
Lahir Spontan/normal 1. Darah rutin
2. hbsAg, HIV, Shipilis
Delivery by emergency caesaren 1. Darah rutin
suction 2. Clootting Time / Bleeding Time
3. HbsAg, HIV, Shipilis
Post menopausal bleeding 1. Darah rutin
2. Clootting Time/Bleeding Time
3. HbsAg, HIV, Shipilis
Preterm delivery 1. Urinalisis
2. Darah rutin
3. Clootting Time / Bleeding Time
4. HbsAg
Usia kehamilan < 37 minggu 1. Darah rutin
2. Urinalisis
Mild hyperemesis gravidarum Urinalisis
Kista ovarium 1. USG
2. Darah rutin
3. Clootting Time / Bleeding Time
4. HbsAg
Mioma Uteri 1. USG
2. Darah rutin
3. Clootting Time / Bleeding Time
4. HbsAg
Blighted ovum 1. USG
2. Darah rutin
3. Clootting Time / Bleeding Time
4. HbsAg
Diabetes militus 1. Gula darah puasa
2. Gula darah 2 jam PP
3. Urin rutin
4. Ureum
5. Kreatinin
Bronkitis 1. Foto Thorax
2. Darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hematokrit)
Fever, unspecifed 1. Darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hematokrit)
2. Urine rutin
3. Widal test
Cholelithiasis 1. USG abdomen
2. Pemeriksaan laborat (SGOT, SGPT)
Diare akut 1. Fases lengkap
2. Cek darah lengkap
Tipoid 1. Widal test
2. IgM Salmonella Tubex
Pneumonia 1. Cek darah lengkap
2. Foto Thorax
Hipertensi 1. Tekanan darah
2. Cek urine
Hepatitis 1. SGOT dan SGPT
2. Bilirubin
3. HbsAg
4. Anti HAV
5. Anti HAC
Appendik 1. Cek darah lengkap
2. USG
B. REGISTRASI DAN ADMISI DI RUMAH SAKIT
Semua pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan atau yang
akan mendapatkan pelayanan kesehaan, harus diregistrasikan di dalam data pasien
dan mendapatkan nomor rekam medis. Ini meliputi pasien rawat inap (termasuk bayi
baru lahir), pasien rawat jalan, dan pasien IGD. Keberhasilan mengidentifikasi pasien
menurunkan angka duplikasi registrasi. Jika pasien tidak mempunyai satu identitas
unik dan spesifik maka hal ini dapat mengganggu pelayanan pasien.
1. Proses Pendaftaran
Pasien dapat mengakses pendaftaran rawat jalan, rawat inap, instalasi emergensi
(IGD) dan Kamar Bersalin 24 jam / hari, 7 hari minggu, 52 minggu / tahun.
Pasien datang di bagian pendaftaran dan diterima oleh petgas pendaftaran.
Petugas menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru (pasien
yang baru pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu berobat dan kehilangan
kartu) atau pasien lama.
a. Pasien baru umum
1) Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien
baru dengan mewawancarai pasien tersebut;
2) Petugas pendaftaran mengisi KIB (Kartu Identitas Berobat)
3) Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
4) Setelah pendaftaran selesai pasien menunggu diruang tunggu poli yang
dituju;
5) Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis pasien ke poli /
instalasi pelayanan yang dituju.
b. Pasien baru BPJS
1) Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien
baru dengan mewawancarai pasien tersebut;
2) Pasien menyerahkan kartu identitas (KTP / kartu BPJS / surat rujukan dari
FKTP 1);
3) Petugas pendaftaran mengisi KIB (Kartu Identitas Berobat);
4) Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
5) Petugas mencetakan SEP rawat jalan sesuai poli yang dituju;
6) Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis dan SEP yang telah
ditandatangani pasien ke poli / instalasi pelayanan yang dituju.
c. Pasien lama
1) Petugas menerima dan meneliti kartu identitas berobat (KIB) pasien;
2) Petugas pendaftaran mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang
akan dituju dengan mewawancarai pasien tersebut;
3) Petugas mengambil berkas rekam medis pasien yang tersimpan;
4) Bila berkas sudah ditemukan, selanjutnya petugas membawa berkas rekam
medis pasien ke poliklinik yang dituju;
5) Bila dokumen rekam medis yang lama tidak diketemukan dibuatkan dokumen
rekam medis sementara dengan catatan melihat riwayat pemeriksaan terakhir
pada SIM RS.
2. Proses Penerimaan Pasien Rawat Jalan Umum maupun BPJS
a. Setelah pasien registrasi diarahkan untuk kepetugas rawat jalan (poli umum, poli
KIA / KB, poli spesialis, poli gigi);
b. Petugas memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien, dengan melakukan
anamnesa, pemeriksaan fisik / laboratorium, penetapan diagnosa, rencana
pengobatan / tindakan medik, pelaksanaan pengobatan serta pemberian
edukasi / informasi yang diperlukan pasien;
c. Apabila pasien perlu dirujuk ke instalasi pelayanan penunjang yang lain, maka
petugas membawa formulir rujukan ke instalasi yang dituju;
d. Jika tidak, maka pasien / keluarganya dipersilahkan mengambil obat di instalasi
farmasi;
e. Petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan administrasi pembayaran di
kasir.
3. Proses Penerimaan Pasien IGD
Instalasi Gawat Darurat (IGD) buka selama 24 jam sehari. Semua pasien gawat
darurat pendaftarannya jadi satu dengan TPPRI dan TPPRGD. Proses pendaftaran
nya sama dengan pasien rawat jalan. Pasien yang dapat
menunggu biasanya melalui TPPRJ. Sedangkan pasien yang tidak dapat
menunggu langsung masuk IGD. Sementara keluarga / orang yang membawa
pasien kerumah sakit mendaftarkan pasien ke loket TPPRGD dan dimintai
keterangan tentang identitas pasien yang akan dicatat pada rekam medis pasien
tersebut. Selanjutnya di IGD pasien akan dibuatkan rekam medis Gawat Darurat
oleh perawat / dokter jaga IGD.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, kemungkinan pasien akan:
a. Pulang / berobat jalan setelah mendapat obat dari Farmasi
b. Dirujuk kerumah sakit lain
c. Rawat Inap
Prioritas pelayanan di IGD pada pelayanan medis keadaan gawatnya, yaitu
memberikan pelayanan medis yang bersifat menghindarkan bahaya maut ataupun
yang bersifat pertolongan pertama.
4. Proses Penerimaan Pasien Rawat Inap
Pasien yang setuju untuk pelayanan rawat inap dapat diberikan surat permintaan
rawat inap oleh dokter yang telah memeriksa. Dokter akan menjabarkan kondisi
pasien dan diagnosis sementara dalam (SPR) Surat Permintaan Rawat Inap. SPR
tersebut berlaku tidak lebih dari 24 jam. Jika lebih dari masa berlaku tersebut,
pasien harus dikaji ulang.
Penerimaan pasien non-emergensi atau pasien rujukan ke Rumkit TK. IV dr. Eddy
Kounang Gorontalo harus dilakukan verifikasi terlebih dahulu mengenai kelayakan
pasien serta kesediaan instalasi pelayanan sesuai kebutuhan pasien untuk dirawat
di Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo.
Pasien datang di bagian front office dan diterima oleh petugas jaga:
a. Petugas menerima Surat Pengantar Rawat Inap yang berasal dari poliklinik,
IGD, Kamar Bersalin;
b. Petugas mengisi berkas rekam medis dengan melakukan wawancara kepada
pasien mengenai tempat / fasilitas dan jaminan kesehatan yang diinginkan;
c. Petugas mengecek / mencarikan tempat / fasilitas yang diinginkan;
d. Petugas menanyakan apakah pasien meminta fasilitas atau perawatan yang
lain:
1) Jika pasien / keluarga pasien meminta fasilitas / perawatan yang lain sesuai
permintaan pasien tersebut, maka pasien diminta untuk mengisi form
persetujuan;
2) Jika pasien tidak meminta fasilitas yang lain, maka petugas mendaftar pasien
berdasarkan identifikasi data pasien yang telah ada;
5. Petugas menanyakan apakah pasien setuju dengan fasilitas yang sesuai dengan
permintaan pasien;
a. Jika setuju, maka pasien mengisi formulir persetujuan yang tercantum dalam
dokumen rekam medis;
b. Jika tidak setuju, maka petugas menanyakan apakah pasien memilih tempat
yang lain selama tempat yang diinginkan belum ada;
c. Apabila ruangan tidak tersedia atau penuh bagi pasien BPJS petugas front
office memberikan informasi bawah pasien ditempatkan dikelas setingkat
diatasnya.
d. Jika setuju, maka petugas mengisi formulir persetujuan sesuai tempat yang
diinginkan pasien;
e. Jika tidak setuju, maka petugas merujuk pasien ke rumah sakit lain sesuai
permintaan pasien;
f. Petugas mendaftar pasien berdasarkan identifikasi data pasien.
6. Petugas front office / bidan / perawat memberitahukan ke pihak ruangan rawat inap
akan ada pasien baru;
a. Perawat / bidan memberikan informasi kepada pasien bahwa tempat sudah
disiapkan;
b. Perawat / bidan mengantarkan pasien untuk diantar ke ruangan rawat inap.
7. Petugas medis di instalasi pelayanan rawat inap memberikan pelayanan kesehatan
bagi pasien;
a. Dokter / bidan melaksanakan anamnesa dan pemeriksaan kesehatan secara
menyeluruh, melakukan diagnosa dan menyusun rencana / pelaksanaan
pengobatan atau tindakan medik;
b. apakah pasien perlu pemeriksaan penunjang yang lain atau tidak;
c. Jika perlu pemeriksaanpenunjang, maka petugas memberikan formulir ke
instalasi pemeriksaan yang dituju;
d. Jika tidak, maka pasien tetap mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap.
8. Penerimaan pasien emergensi untuk rawat inap dilaksanakan sesuai standart
yang ditentukan
a. Pemberian Informasi Pelayanan Oleh Petugas Pendaftaran / Front Office
(Admisi) untuk Rawat Inap.
Setelah pasien dan atau keluarganya memahami pentingnya dilakukan prosedur
rawat inap, maka selanjutnya dokter akan meminta pasien atau keluarganya
menuju tempat pendataran rawat inap sambil membawa catatan informasi
mengenai kebutuhan kamar pasien yang untuk selanjutnya akan diserahkan
kepada petugas pendataran rawat inap. Setelah membaca catatan yang
diberikan oleh dokter maka selanjutnya petugas rawat inap akan memberikan
informasi mengenai pelayanan rawat inap yang ada di Rumkit TK. IV dr. Eddy
Kounang Gorontalo kepada pasien atau keluarganya.
Petugas pendataran rawat inap akan menjelaskan tentang:
1) Persetujuan pelepasan informasi kondisi kesehatan pasien;
2) Hak dan tanggung jawab pasien saat dirawat;
3) Mendatangani Persetujuan pada form pernyataan umum (general concent);
4) Menanyakan mengenai cara pembayaran direncanakan oleh pasien atau
keluarganya. Cara pembayaran akan mempengaruhi pilihan pelayanan yang
dapat ditawarkan oleh Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo karena
berkaitan dengan aturan dari Asuransi Kesehatan yang akan menanggung
pembiayaan dari pasien, namun tidak akan mempengaruhi kualitas
pelayanan yang diberikan oleh Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo.
b. Admisi memberikan informasi tentang cara pembayaran biaya pelayanan
1) Informasi Pelayanan untuk Pasien dengan Asuransi Kesehatan BPJS
a) Sesuai aturan dari BPJS, pasien dengan Asuransi BPJS berhak untuk
menempati ruang perawatan sesuai dengan kelas yang tercantum pada
kartu BPJS.
b) Pasien berhak menerima obat-obatan yang masuk dalam Formularium
Nasional dan menjalani pemeriksaan penunjang medis sesuai dengan
indikasi dari dokter yang merawat.
c) Pasien tidak akan diminta untuk membayar setelah selesai menjalani
prosedur rawat inap.
d) Pasien berhak untuk mengajukan perawatan di ruang perawatan dengan
kelas lebih tinggi dari haknya dengan konsekuensi membayar selisih harga
kamar. petugas menginformasikan perkiraan selisih pembiayaan. Namun
selisih biaya ini hanya merupakan perkiaan yang tidak dapat dijadikan
patokan pasti.
e) Selisih biaya bila pasien menghendaki naik kelas perawatan dibayarkan
setelah pasien selesai menjalani prosedur rawat inap.
2) Informasi Pelayanan untuk Pasien dengan Asuransi selain BPJS /
Jamkesda / Asuransi Swasta
3) Informasi Pelayanan untuk Pasien dengan Pembiayaan Langsung dari Dana
Pribadi (Out-of-Pocket)
a) Untuk pasien dengan pembiayaan pribadi tidak ada aturan yang ketat
mengenai pemilihan kelas kamar perawatan.
b) Petugas pendataan rawat inap menginformasikan biaya tiap kelas kamar
peawatan di Instalasi Rawat Inap dan pasien dan atau keluarganya bebas
untuk menentukan pilihan sesuai dengan keinginannya dan ketersediaan
kamar pada saat itu.
c) Bila dokter mengindikasikan perawatan di ruang rawat observasi maupun
ruang rawat intensif, petugas pendaftaran rawat inap menginformasikan
biaya kamar di ruang perawatan tersebut.
d) Sistem pembayaran untuk pasien operasi / SC dengan sistem pembiayaan
langsung adalah pembayaran di awal (down payment) di
hari pertama, selambat-lambatnya 1 x 24 jam setelah pasien dirawat
minimal 50 % dari biaya yang ditentukan.
e) Bila pasien atau keluarga menanyakan mengenai total biaya yang akan
dibayarkan setelah selesai menjalani perawatan rawat inap, petugas
pendaftaran dapat menjawab bahwa hal tersebut tidak dapat ditentukan di
awal karena total biaya perawatan sangat ditentukan oleh kondisi pasien,
obat-obatan yang harus diterima pasien, pemeriksaan penunjang medis
yang dijalani pasien, maupun prosedur lain seperti operasi dan lain
sebagainya yang mana penjumlahan secara keseluruhan akan dilakukan
oleh petugas di akhir masa rawat inap pasien.
5. Pengambilan keputusan
Setelah mendapat informasi yang lengkap mengenai kondisi pasien dan
pelayanan yang ada di Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo maka pasien
atau keluarga terdekat pasien yang berhak untuk membuat keputusan mengenai
pelayanan kesehatan yang akan diterima pasien dapat berembug dan
memberitahu petugas mengenai persetujuan / penolakan untuk menjalani prosedur
rawat inap.
Yang berhak untuk membuat keputusan atas diri pasien adalah:
a. Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah;
b. Bagi Pasien dibawah umur 21 tahun, keputusan diberikan oleh mereka
menurut urutan hak sebagai berikut:
1) Ayah / Ibu Kandung
2) Saudara-saudara kandung
c. Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau oang
tuanya berhalangan hadir, keputusan diberikan oleh mereka menurut hak
sebagai berikut:
1) Ayah / Ibu adopsi
2) Saudara-saudara kandung
3) Ayah / Ibu kandung
d. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, keputusan diberikan oleh
mereka:
1) Ayah / Ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara-Saudara Kandung
e. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/orang tua, keputusan diberikan oleh
mereka menurut urutan hal tersebut:
1) Suami / Istri
2) Ayah / Ibu Kandung
3) Anak-anak Kandung
4) Saudara-saudara Kandung
f. Setelah membuat keputusan, pasien atau keluarganya yang berhak untuk
membuat keputusan dipersilahkan untuk mengisi Formulir Persetujuan /
Penolakan Rawat Inap atau Formulir Persetujuan / Penolakan Perawatan di
Ruang ICU secara lengkap dan menandatangani dengan disertai satu orang
saksi dari pihak keluar.
C. PELAYANAN BERKESINAMBUNG
Pelayanan pasien di Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan yang
memerlukan perencanaan dari petugas kesehatan yang berkesinambungan sesuai
kebutuhan asuhan pasien. Keseragaman pelayanan / standarisasi pelayanan dirumah
sakit adalah pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama
mendapatkan kualitas asuhan yang sama, untuk melaksanakan prinsip kualitas yang
setingkat yang menghasilkan pelayanan yang seragam tanpa membedakan status
social, ekonomi, budaya, agama dan waktu pelayanan dan diberikan oleh praktisi
yang kompeten dan memadai serta tidak tergantung waktu.
D. TRANSFER PASIEN INTERNAL DALAM RUMAH SAKIT
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk ditransfer.
Prinsip transfer adalah memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat
menjalani transfer. Transfer pasien dapat dilakukan intra rumah sakit ataupun antara
rumah sakit.
Transfer pasien Intra-Rumah Sakit
1. Standar : pemantauan minimal, pelatihan dan petugas yang berpengalaman;
diapllikasikan pada transfer intra-dan antar-rumah sakit
2. Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya.
3. Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup untuk
mengantisipasi kejadian emergensi.
4. Peralatan listrik harus tepasang ke sumber daya (stop kontak) dan oksigen
sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan.
5. Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaaan radiologi harus
paham akan bahaya potensial yang ada.
6. Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level pasien.
7. Perawat / bidan instalasi menelepon perawat / bidan instalasi terkait ketersediaan
kamar dengan menyebutkan nama pasien, umur, jenis kelamin, diagnosis, perlu
ruang isolasi atau tidak, setelah mendapat keputusan dokter jaga / DPJP untuk
transfer menghubungi perawat / bidan instalasi lain.
8. Perawat / bidan instalasi asal pasien mempersiapkan perpindahan pasien,
mencakup rekam medik, pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, obat-
obatan yang telah diberikan.
9. Perawat / bidan instalasi terkaitakan mengantarkan pasien ke instalasi yang dituju.
10. Mengantarkan pasien ke ruang perawatan yang dituju dan perawat / bidan instalasi
yang dituju menerima perlengkapan pasien.
11. Setelah itu perawat / bidan akan melakukan timbang terima dengan menggunakan
transfer pasien, check list kriteria transfer dan catatan perkembangan terintegrasi
serta catatan keperawatan perioperatif bagi.
E. PEMULANGAN (DISHARGE), RUJUKAN DAN TINDAK LANJUT
1. Prosedur Discharge Planning adalah sebagai berikut:
Berikut hal yang berkenan dengan Discharge Planning yang harus dipahami oleh
pasien dan keluarga:
a. Prinsip
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan yang
lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti / diperhatikan yaitu:
1) Discharge Planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-
sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan
kesehatan ditempatkan pada satu tempat.
2) Prosedur Discharge Planning harus dilakukan secara konsisten dan kualitas
tinggi pada semua pasien.
3) Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
4) Kebutuhan pemberian asuhan (care giver) juga harus dikaji.
5) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
6) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan merupakan hal yang utama, bila
memungkinkan Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo merujuk ke
fasilitas kesehatan berbadan hukum secara spesifik.
7) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim
kesehatan dengan pasien / care giver (pengasuh), dan kemampuan terakhir
disediakan dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
8) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan
ketika menyusun discharge planning.
9) Discharge planning berisi :
a) Diagnosa masuk, Diagnosa keluar, diagnosa keperawatan
b) Obat-obatan yang masih diminum
c) Nasehat, aktifitas dan istirahat
d) Tanggal, tempat kontrol
e) Hasil pemeriksaan yang dibawa pulang
f) Keadaan waktu pulang
g) Fasilitas kesehatan terdekat yang bisa dihubungi
b. Karakteristik
Beberapa karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam membuat rencana
pemulangan adalah:
1) Berfokus pada pasien. Nilai, keinginan dan kebutuhan pasien merupakan hal
penting dalam perencanaan. Pasien dan keluarga harus berpartisipasi aktif
dalam hal ini.
2) Kebutuhan dasar pasien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada waktu
masuk dan terus dipantau pada masa perawatan.
3) Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan implementasi
dan evaluasi secara periodik.
4) Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan dari
berbagai disiplin ilmu.
5) Pasien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana
pemulangan.
c. Cara Penyampaian
1) Ikut sertakan keluarga dalam proses pemulangan pasien.
2) Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.
3) Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu perawatan.
4) Perkuat penjelasan lisan dengan intruksi tertulis.
5) Motivasi pasien untuk mengikuti langkah-langkah tersebut dalam
melakukan perawatan dan pengobatan.
6) Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada tim
kesehatan.
7) Berikan nama dan nomor telepon fasilitas kesehatan terdekat yang dapat
dihubungi pasien.
d. Asesmen Awal Pasien (Pengkajian Keperawatan)
Identifikasi pasien dengan mempelajari rekam medis untuk merancang
Discharge Planning.
1) Lakukan kajian / asesmen
2) Setelah asesmen awal pasien dilakukan, analisis hasil asesmen dengan tim
multidisipliner terkait mengenai:
a) Perencanaan
b) Penatalaksanaan
1) Persiapan sebelum hari pemulangan pasien
2) Penatalaksanaan pada hari pemulangan
3) Evaluasi

2. Kriteria Pasien Pulang


a. Pasien diperbolehkan pulang berdasarkan status kesehatan dan kebutuhan
pelayanan selanjutnya.
b. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien sebaiknya
dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai.
c. Yang berwenang memutuskan pasien boleh pulang atau tidak adalah dokter
Penangggung Jawab Pelayanan (DPJP).
d. Pastikan pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemulangan pasien.
e. Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh (olistik).
f. Nilailah kondisi fisik, mental, emosional dan spiritual pasien.
g. Pertimbangkan juga aspek sosial, budaya, etnis dan finansial pasien.
h. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari rumah
sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Penentuan
tempat ini dilakukan oleh perawat bersama dengan dokter penanggung jawab
pasien.
i. Pastikan terjadinya komunikasi efektif antara pelaksanaan perawatan primer,
sekunder dan sosial untuk menjamin bahwa setiap pasien menerima perawatan
dan penanganan yang sesuai dan akurat., yaitu dengan:
1) Petugas rumah sakit sebaiknya melakukan komunikasi dengan dokter
keluarga pasien / tim pelayanan primer mengenai rencana pemulangan
pasien.
2) Identifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus / ekstra
seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, sosial dan sebagainya.
Usahakan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan berikan dukungan
tambahan.
3) Diskusikan kembali dengan pasien dan buatlah kesepakatan mengenai
rencana keperawatan.
4) Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien.
5) Pastikan bahwa pasien dan keluarga / carer telah memperoleh informasi yang
akurat.
6) Hak pasien sebelum dipulangkan:
a) Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, assesmen
medis, rencana perawatan, detail kontak yang dapat dihubungi dan
informasi relevan lainnya mengenai rencana perawatan dan tatalaksana
selanjutnya.
b) Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama dengan
kerabat, carer atau teman pasien.
c) Rancangan rencana pemulangan dimulai sesegera mungkin baik
sebelum / saat pasien masuk rumah sakit.
d) Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang relevan dengan
perawatannya dan tersedia di masyarakat.
e) Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan jangka
panjang, termasuk dampak finansialnya.
f) Diberikan nomor kontak yang dapat dihubungi saat pasien membutuhkan
bantuan / saran mengenai pemulangannya.
g) Diberikan surat pemulangan yang resmi dan berisi detail layanan yang
dapat diakses.
h) Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria dilakukannya perawatan
yang berkesinambungan.
i) Perawat tersedia sebagai orang yang dapat dihubungi oleh pasien dalam
membantu memberikan saran.
j) Memperoleh akses untuk memberikan komplain mengenai peraturan
discharge planning pasien dan memperoleh penjelasannya.
7) Proses penatalaksanaan pasien yang ingin pulang atas permintaan sendiri
(Pulang APS) atau menolak nasehat medis pada pasien rawat inap dan rawat
jalan diberikan informasi dan edukasi mengenai:
a) Resiko yang timbul akibat pulang paksa.
b) Pasien diberi alternatif ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, apabila
sewaktu-waktu ada keluhan
c) Pasien yang tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan
dengan pulang paksa, dikarenakan gangguan jiwa, maka informasi dan
edukasi diberikan kepada keluarga pasien.
d) Apabila ada keluarga pasien yang berprofesi sebagai dokter, kepadanya
diberitahukan tentang kondisi pasien tersebut untuk mengurangi resiko
karena menolak nasehat medis.
8) Resume medis dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang
9) Dokumentasikan resume medis pasien pulang pada rekam medis dan berikan
salinannya kepada pasien dan dokter keluarganya / praktisi kesehatan
perujuk.
10) Ringkasan / resume medis pasien pulang berisi:
a) Alasan masuk rumah sakit
b) Penemuan kelainan fisik dan lainnya yang penting
c) Prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan
d) Pemberian medikamentosa dan pemberian pasien pulang
e) Status / kondisi pasien waktu pulang
f) Instruksi / follow-up / tindak lanjut
11) Rencanakan dan aturlah pertemuan selanjutnya dengan pasien
Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo tidak mengatur proses pasien
yang diperbolehkan meninggalkan Rumah Sakit sementara dalam rencana
pengobatan dengan ijin yang disetujui untuk waktu tertentu.
12) Pasien dan keluarga yang tepat, diberikan pengertian tentang intruksi tindak
lanjut.
Untuk pasien yang tidak langsung dirujuk ke rumah sakit lain instruksi yang
jelas dimana dan bagaimana menerima pelayanan lanjutan adalah sangat
penting untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan yang
dibutuhkan.
13) Rumah sakit mempunyai proses untuk penatalaksanaan dan tindak lanjut
bagi pasien yang pulang karena menolak nasehat medis.

3. Rujukan dan Tindak Lanjut


1. Sistem Informasi Rujukan
a. Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim
dan dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan
rujukan;
b. Informasi rujukan spesimen dibuat oleh pihak pengirim dengan mengisi surat
rujukan specimen.
2. Prosedur Merujuk Pasien
Rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap
a. Prosedur standar merujuk pasien
1) Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja;
2) Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yang meminta
rujukan;
3) Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggujawab masing-
masing pihak.
b. Prosedur klinis
1) Melakukan anamesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding;
2) Memberikan instruksi tindakan pra rujukan sesuai kasus. Instruksi
mencakup kapan mendapatkan pelayanan yang mendesak;
3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan;
4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas medis / paramedis
yang berkompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi paien;
5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan (ambulance), agar petugas dan
kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada
kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat
inap atau rawat jalan.
6) Selama proses rujukan secara langsung semua pasien selalu dimonitor
dan kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan kondisi
pasien.
c. Prosedur Administratif
1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan;
2) Membuat catatan rekam medis pasien
3) Memberi informed consent (persetujuan / penolakan rujukan);
4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 lembar paertama dikirim ke
tempat rujukan bersama pasien yang bersangkutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip. Mencatat identitas pasien pada buku regist
rujukan pasien;
5) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin
komunikasi dengan tempat rujukan;
6) Pengiriman pasien sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan
administrasi yang bersangkutan.
3. Prosedur Menerima Rujukan Pasien
Prosedur Standar Menerima Rujukan Spesimen dan Penunjang Diagnostik
Lainnya
a. Prosedur Klinis
1) Menerima dan memeriksa spesimen / penunjang diagnostic lainnya sesuai
dengan kondisi pasien / bahan yang diterima dengan memperhatikan
aspek: sterilisasi, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien,
orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan.
2) Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa
sesuai dengan permintaan yang diinginkan.
3) Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis danpenunjang
diagnostik lainnya dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara
pemeriksaan yang diminta oleh pengirim.
b. Prosedur Administratif
1) Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostic lainnya yang
diterima secara cermat dan jelas termasuk nomorsurat dan status BPJS,
informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa
sementara serta identitas pengirim.
2) Mencatat informasi yang diperlukan di buku registrasi / arsip yang telah
ditentukan masisng-masing instansinya.
3) Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
4) Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis denganformat
standar masing-masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim.
4. Prosedur Membalas
a. Prosedur Klinis:
1) Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib
mengembalikan pasien ke Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes /
Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara lain:
a) Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan
selanjutnya perlu di follow up oleh Rumah Sakit / Puskesmas /
Polindes / Poskesdes pengirim.
b) Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis,
tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah
Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes pengirim.
2) Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien
sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit /
Puskesmas tersebut dalam keadaan:
a) Sehat atau Sembuh.
b) Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c) Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d) Pasien sudah meninggal.
3) Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus
memberikan laporan / informasi medis / balasan rujukan kepada Rumah
Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes pengirim pasien mengenai
kondisi klinis terakhir pasien apabila pasien keluar dari Rumah Sakit /
Puskesmas.
b. Prosedur Administratif:
1) Rumah Sakit / Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi
surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya
kepada Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes yang mengirim
pasien yang bersangkutan.
2) Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang
bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima
petuas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui sarana
komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili dan
sebagainya.
5. Pembagaian Wewenang dan Tanggungjawab
a. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tersebut tidak ikut menanganinya.
b. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
c. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
d. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu perlimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi
rujukan tidak ikut campur.
6. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah:
a. Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi kondisi pasien
sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk tujuan
keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan.
b. Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi oleh
minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan / atau perawat) yang kompeten.
c. Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir pasien,
serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang lain harus ikut
mengantar pasien ke tempat rujukan.
d. Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi identitas
pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat-obatan yang telah diberikan pada
pasien.
e. Persiapan alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
f. Persiapan obat, membawa obat-obatan esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk.
g. Persiapan kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat dan
bahan yang diperlukan.
h. Persiapan biaya, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang diperlukan di
tempat rujukan.
i. Persiapan donor darah, siapkan kantung darah sesuai golongan darah pasien
atau calon pedonor darah dari keluarga yang berjaga-jaga dari kemungkinan
kasus yang memerlukan donor darah.
F. TRANSPORTASI
Evakuasi dan transportasi merupakan salah satu bagian dalam sistem
pelayanan Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo. Karena terkadang
keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya di Rumkit TK. IV dr. Eddy
Kounang Gorontalo maka memerlukan upaya untuk merujuk atau mengirimkan pasien
ke rumah sakit lain yang memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Dalam pelaksanaan merujuk atau transfer pasien diperlukan transportasi yang
memadai berupa ambulance yang lengkap dengan sarana prasarananya.
Istilah Ambulance berasal dari bahasa Latin Ambulare berarti berjalan atau
bergerak yang merujuk pada perawatan saat pasien dipindahkan dengan kendaraan.
Istilah ini awalnya mengartikan rumah sakit bergerak yang dipakai dalam militer pada
masa itu. Istilah Ambulance digunakan menerangkan kendaraan yang digunakan
untuk membawa pasien di luar rumah sakit atau memindahkan pasien ke rumah sakit
untuk perawatan lebih lanjut. Kendaraan ini dilengkapi dengan sirene dan lampu
berwarna merah dan biru gawat darurat agar dapat menembus kemacetan lalu lintas.
Ambulance dibagi menjadi:
1) Ambulance Emergency dan Jenazah yaitu ambulance untuk pelayanan pasien
gawat darurat dan mengatar jenazah.
2) Ambulance Transportasi yaitu ambulance untuk pelayanan / pengantaran pasien-
pasien dalam kondisi stabil dan tidak gawat.
Ambulance dilengkapi dengan oksigen, obat-obatan, peralatan medis dan
sirene untuk menembus kemacetan lalu lintas.
BAB IV
PENUTUP

Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo menyusun Panduan Skrining


Pasien di Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo bagi seluruh petugas / karyawan
di Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo.
Terima kasih kami ucapkan kepada penyusun Panduan Skrining Pasien di
Rumkit TK. IV dr. Eddy Kounang Gorontalo ini dan masukan / saran penyempurnaan
panduan ini sangat diharapkan. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai