Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 112

BAHAN AJAR

STRUKTUR BETON BERTULANG I

Ditulis oleh :
Ir. Lilis Indriani, S.T., M.T., IPM., ASEAN ENG.

Diterbitkan, dicetak, dan didistribusikan oleh


PT. Literasi Nusantara Abadi Grup
Perumahan Puncak Joyo Agung Residence Kav. B11 Merjosari
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang 65144
Telp : +6285887254603, +6285841411519
Email: [email protected]
Web: www.penerbitlitnus.co.id
Anggota IKAPI No. 340/JTI/2022

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip


atau memperbanyak baik sebagian ataupun keseluruhan isi buku
dengan cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit.

Cetakan I, Januari 2024

Perancang sampul: Noufal Fahriza


Penata letak: Noufal Fahriza

ISBN : 978-623-114-466-9
viii + 102 hlm. ; 15,5x23 cm.

©Januari 2024
KATA PENGANTAR

S egala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya, hingga penyusun
dapat menyelesaikan Buku ini.
Buku ini berjudul Bahan Ajar Struktur Beton Bertulang I.
Penyusunan Buku ini merupakan salah satu syarat untuk Modul
Pembelajaran.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ayah, bunda, anak dan suami yang selalu mendukung dalam
menyelesaikan Buku ini.
2. Teman – teman Dosen di Politeknik Sampit yang banyak
memberikan motivasi dalam menyelesaikan Buku Ini.
Menyadari adanya keterbatasan pengetahuan, referensi dan
pengalaman, penyusun mengharapkan saran dan masukan demi
lebih baiknya skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga buku ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Sampit, November 2023

Penyusun

iii
iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................... iii


Daftar Isi......................................................................................................v

MODUL I
MATERIAL BETON BERTULANG (ANALISIS
TEGANGAN-REGANGAN DAN KONSEP DASAR
PENULANGAN)...................................................................... 1
Kurva Beton f-ε Tekan.......................................................................1
Kekuatan Tarik Beton........................................................................3
Modolus Elastisitas Beton.................................................................4
Konversi Kuat Tekan Beton Kubus vs Silinder...............................4
Kurva Tegangan-Regangan Tulangan Baja.....................................5
Karakter Leleh Tulangan Baja...........................................................6
Baja Tulangan......................................................................................7
Spesifikasi Baja Tulangan..................................................................7
Konsep Beton Bertulang...................................................................8
Kombinasi Beton dan Baja Tulangan..............................................8
Konsep Dasar Penempatan Penulangan Balok Lentur.................9
Umpan Balik Modul 1.....................................................................11

v
MODUL 2
METODE PERHITUNGAN BETON
(BERDASARKAN SK.SNI.T-15-1991-03). . .....................13
Konsep Perhitungan Beton.............................................................13
Diagram Tegangan Regangan Baja................................................14
Diagram Regangan Blok Tegangan Ekuivalen Beton.................15
Keamanan Struktur..........................................................................15
Nilai Beban Mati...............................................................................17
Nilai Beban Hidup............................................................................18
Nilai Beban Angin............................................................................18
Umpan Balik Modul 2.....................................................................19

MODUL 3
LENTUR PADA BALOK PERSEGI (TULANGAN
TUNGGAL).. ..........................................................................21
Asumsi Dasar Dalam Perencanaan...............................................21
Diagram Tegangan Regangan Baja................................................22
Diagram Regangan Blok Tegangan Ekuivalen Beton.................22
Keseimbangan Gaya.........................................................................23
Desain Penulangan Lentur Balok Persegi Bertulangan `
Tunggal..............................................................................................33
Desain Penampang Balok Persegi Bertulangan ` Tunggal.........34
Umpan Balik Modul 3.....................................................................37

MODUL 4
LENTUR PADA BALOK PERSEGI (TULANGAN
RANGKAP)......................................................................... 39
Desain Balok Segiempat Bertulangan Rangkap (Doubly
Reinforced Section)..........................................................................39
Analisis Balok Segiempat Bertulangan Rangkap.........................46

vi
Analisis Balok Persegi Bertulangan Rangkap Simetris
(As = As’)...........................................................................................48
Analisis Diagram Regangan pada Tulangan Tekan.....................50
Umpan Balik Modul 4.....................................................................59

MODUL 5
LENTUR PADA BALOK T DAN L (TULANGAN
TUNGGAL).. ......................................................................... 61
Desain Analisis Balok T dan Balok L............................................61
Desain Penulangan Lentur Penampang Balok T.........................73
UMPAN BALIK MODUL 5...........................................................78

MODUL 6
GESER PADA BALOK. . ...................................................... 79
Pendahuluan.....................................................................................79
Kombinasi dari Tegangan Geser dan Tegangan Lentur..............80
Gaya Geser Vu..................................................................................92
Perencanaan Tulangan Geser.........................................................97
Umpan Balik Modul 6...................................................................100

vii
viii
MODUL I

MATERIAL BETON BERTULANG


(ANALISIS TEGANGAN-
REGANGAN DAN KONSEP DASAR
PENULANGAN)

Kurva Beton f-ε Tekan

Umumnya perilaku dari material beton digambarkan sebagai


responnya terhadap beban unixial tekan dari test kuat silinder umur
28 hari. Diperlukan mesin tekan yang kuat (kaku) untuk mendapat
kurva yang lengkap (kurva setelah melampaui titik puncak).
atau (1.1)
(1.2)
dimana
= kuat tekan beton (N/mm2)
= beban unaxsial (N)
= luas permukaan benda uji (mm2)

1
= regangan beton
= perpendekan benda uji (mm)
= tinggi benda uji (mm)
Gambar 1.1 menunjukkan proses pembebanan tekan pada
material beton dengan benda uji berbentuk silinder.

Gambar 1.1 Uji Kuat Tekan Beton Silinder

Kurva tegangan regangan beton untuk benda uji silinder seperti


pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 Kurva Tegangan – Regangan Beton Silinder

2 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Secara umum bentok tegangan –regangan beton menurut
Hognestad seperti Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Kurva Tegangan Regangan Beton Empiris

Kurva pendekatan empiris ini banyak digunakan dalam riset


untuk kondisi beban unaxial tekan.

Kekuatan Tarik Beton

Kuat tarik beton jauh lebih rendah dari kuat tekannya, salah satu
cara untuk mencari data dengan split cylinder test. Dari test didapat
hubungan (approximate) dari modulus of rupture beton.
(1.3)
dimana
= kuat tekan beton rupture (MPa)
= koefisien (0,7)
= kuat tekan beton (MPa)

Gambar 1.4 Uji Kuat Tarik Beton

MODUL I 3
Modolus Elastisitas Beton

Modulus elastisitas beton selalu berubah tergantung kuat tekannya,


nilainya juga tergantung dengan umur beton. Biasanya yang dianggap
cukup mewakili adalah secant modulus untuk 25 s/d 50%. . SNI
1991 menentukan nilai modulus elastisitas untuk beton normal
adalah:
(1.4)
SNI 1991 juga menetapkan nilai adlah 0,003. Gambar 1.5
menunjukkan modulus elastisitas beton pada kurva tegangan –
regangan.

Gambar 1.5 Kurva Modulus Elastisitas Beton

Konversi Kuat Tekan Beton Kubus vs Silinder

Konversi kuat tekan beton untuk model silinder terhadap model


kubus.
Tabel 1.1 Konversi Kuat Tekan Beton
Benda Uji Kokoh Tekan Beton

= 15, 20, 25, 30, 35,…. (MPa)

4 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


K-175, 225, 300 (kg/cm2)

Sedangkan konversi kuat tekan kubus vs silinder seperti Tabel 1.2


Tabel 1.2 Konversi Kuat Tekan Kubus vs Silinder
Benda Uji Kubus Benda Uji Silinder
(150 mm x 150 mm x 150 mm) (150 mm x 300 mm)
(MPa) (MPa)
15 12
20 16
25 20
30 25
35 30
40 35
45 40
50 45
55 50

Persamaan yang digunakan untuk konversi dari kg/cm2 dan MPa


adalah:
(1.5)
dimana
= kuat tekan beton dalam kg/cm2

Kurva Tegangan-Regangan Tulangan Baja

Kurva tegangan regangan baja dapat dilihat pada Gambar 1.6 sebagai
berikut:

MODUL I 5
Gambar 1.6 Kurva Tegangan Regangan Baja

Karakter Leleh Tulangan Baja

Karakter leleh tulangan baja sangat tergantung dengan mutu baja


tulangan. Pada Gambar 1.7 dijelaskan perbedaan karakter leleh
tulangan baja.

Gambar 1.6 Karakter Leleh Tulangan Baja

6 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Baja Tulangan

Jenis baja tulangan ada yang berbentuk tulangan polos dan tulangan
spiral (uniform).
Tabel 1.3 Jenis dan Notasi Tulangan Baja
Jenis Notasi
f
BjTP 24
5f6, ….. Balok, Kolom
Baja Tulangan Polos dengan fy = 240 MPa
f10-50,……………… Pelat
BjTP 40 D
Baja Tulangan Uniform dengan fy = 400 5D6, ….. Balok, Kolom
MPa D10-50,……………… Pelat

Dalam praktek mungkin masih dijumpai istilah:


U24 = fy 240 MPa untuk mutu 2400 kg/cm2
U39 = fy 390 MPa untuk mutu 3900 kg/cm2

Gambar 1.7 Jenis Tulangan Baja

Spesifikasi Baja Tulangan

Spesifikasi baja tulangan untuk jenis polos dan jenis uniform adlah
sebagai berikut:

MODUL I 7
Tabel 1.4 Spesifikai Baja Tulangan

Konsep Beton Bertulang

Konsep beton bertulang merupakan gabungan antara kekuatan tekan


tetapi kurang terhadap kekuatan tarik. Jadi, fungsi tarik dari beton
digantikan oleh tulangan baja.

Kombinasi Beton dan Baja Tulangan

Kombinasi beton dan baja tulangan dapat bekerja dengan baik karena:
1. Lekatan yang kuat antara baja tulangan dengan beton yang
menyelimutinya mencegah terjadinya slip, beton memiliki
impermeabilitas tinggi melindungi baja tulangan dari karat.
2. Koefisien muai akibat temperatur hampir sama antara beton dan
baja.

8 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Konsep Dasar Penempatan Penulangan Balok Lentur

Daerah tekan pada balok beton berada pada bagian atas sedangkan
daerah tarik berada pada bagian tulangan.

Gambar 1.8 Konsep Dasar Penempatan Penulangan Balok Lentur

Beberapa contoh penulangan pada beton:


1. Kolom

MODUL I 9
2. Ba!lok

3. Pelat Lantai

10 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


4. Pondasi

Umpan Balik Modul 1

Soal 1
Sebutkan keuntungan dan kerugian penggunaan material beton
sebagai bahan bangunan
Soal 2
Mengapa beton dapat dikombinasikan dengan tulangan baja dan
mengapa beton memerluakn tulangan baja sebagia tulangan tarik
Soal 3
Jelaskan perbedaan kuat tekan karakteristik kubus dan kuat tekan
karakteristik silinder
Soal 4
Hitung nilai kuat tekan karakteristik silinder (fc’) jika nilai kuat tekan
karakteristik kubus 375 kg/cm2.

MODUL I 11
12 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I
MODUL 2

METODE PERHITUNGAN
BETON (BERDASARKAN
SK.SNI.T-15-1991-03)

Konsep Perhitungan Beton

Parameter yang digunakan dalam perhitungan beton adalah


1. Analisis keseimbangan dalam perencanaan ada 2 yaitu:
a. Keseimbangan statis
b. Kompatibilitas dari tegangan
2. Asumsi perhitungan Momen Lentur Nominal (Mn) adalah:
a. Regangan baja ( ) dan regangan beton ( ) dianggap
berbanding lulur dengan jarak terhadap garis netral (c.
b. Regangan beton pada serat tekan ( ) adalah 0,003
3. Penambahan akibat strain hardening baja diabaikan:
a.
b.

13
c.
d.
4. Modulus elastisitas baja = 200000 MPa.
5. Kekuatan tarik beton diabaikan

Diagram Tegangan Regangan Baja

Diagram tegangan regangan baja membentuk empat daerah yaitu


1. Daerah elastic yaitu daerah dimana bentuk material masih dapat
kembali setelah mengalami regangan.
2. Daerah strain hardening adalah daerah garis lurus dimana
regangan mengalami penambahan sementara tegangan tetap.
3. Daerah plastis yaitu daerah dimana peningkatan regangan
bersamaan dengan peningkatan tegangan.
4. Daerah rupture yaitu daerah dimana tegangan akan mengalami
penurunan sedangkan regangan bertambah sempai kondisi
material hancur.

Gambar 2.1 Diagram Tegangan Regangan Baja

14 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Diagram Regangan Blok Tegangan Ekuivalen Beton

Menurut SK.SNI T-15-1991-03 Pasal 3.3.2 butir 7.(3), nilai reduksi


( ) = 0,08 untuk setiap kenaikan 10 MPa dari ( ) = 30 MPa.
Ketentuan ini dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Koefisien Blok Beton

Koefisien Blok Strees Mutu Beton ( )


MPa

= 0,85

= 0,65

Sedangkan hubungan antara dan seperti pada Tabel 2.2


berikut ini:
Tabel 2.2 Nilai dan

( )
psi MPa SNI-91
3000 21 0,85
4000 28 0,85
5000 34 0,81
6000 42 0,76
7000 48 0,70

Keamanan Struktur

Kuat desain (Desain Strength) diperoleh dari perkalian beban kerja


(Q) dengan faktor beban ) yang memperhitungkan kelebihan
beban. ( . Kuat perlu (Required Strenght) merupaka produk
perkalian Nominal Strenght (R) dan faktor reduksi kekuatan (f) yang
memperhitungkan kekurang sempurnaan dalam pelaksanaan. Makin
jelek mutu pelaksanaan di lapangan akan makin kecil f ini.

MODUL 2 15
1. Faktor kemungkinan pelampauan beban
U = 1,2 D + 1,6 L
U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W)
U = 0,90 D + 1,30 W
U = 1,05 (D + Lr + E)
U = 0,90 (D + E)
U = 0,75 (1,2 D + 1,2 T + 1,6 L)
U = 1,20 (D + T)
Keterangan:
U = beban ultimit
D = beban mati
L = beban hidup
W = beban angin
E = beban gempa
Lr = beban hidup yang telah tereduksi
H = beban horizonyal tanah
T = beban akibat perubahan suhu
2. Faktor reduksi kekuatan
Faktor reduksi kekuatan beton tergantung dengan jenis kekuatan
yang ditinjau, pada Tabel 2.3 terlihat faktor reduksi dari berbagai
peraturan.
Tabel 2.3 Faktor Reduksi Kekuatan
Faktor Reduksi Kekuatan (f)
No Jenis Kekuatan
SNI 91 ACI 318-83 Usul Mac.G
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Lentur murni 0,80 0,90 0,85
Aksial tarik, aksial tarik
2. 0,80 0,90 0,70
dan lentur
Aksial tekan, aksial
tekan dan lentur
3. a. dgn tulanga spiral 0,70 0,75 0,70
b. dgn tulangan 0,65 0,70 0,65
sengkang
4. Geser dan torsi 0,60 0,85 0,70
5. Tumpuan pada beton 0,70 0,70 0,60

16 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


3. Alasan perlunya keamanan
Alasan perlunya ketahanan atau kekuatan adalah:
a. Variabilitas ketahanan atau kekuatan
1) Variabilitas kekuatan beton dan baja tulangan
2) Dimensi aktual tidak sama dengan dimensi rencana
3) Simplifikasi asumsi
b. Variabilitas pembebanan
c. Konsekuensi keruntuhan
1) Korban jiwa
2) Kerugian waktu, biaya
3) Biaya pembongkaran dan biaya pembangunan kembali

Nilai Beban Mati

Unit masa dari bahan bangunan yang sering dijumpai dalam


perancangan adalah sebagai berikut:
4. Baja = 7850 kg/cm3
5. Beton tak bertulang = 2200 kg/cm3
6. Beton bertulang = 2400 kg/cm3
7. Kayu = 1000 kg/cm3
8. Kaca = 2500 kg/cm3
9. Pasir = 1800 kg/cm3
10. Tanah = 2000 kg/cm3
11. Air = 1000 kg/cm3
Sedangkan untuk bahan bangunan lain adalah:
1. Penggantung langit – langit (dari kayu), dengan bentang
maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 0,80 m: 7 kg/m2
2. Adukan dari semen: 21 kg/m2
3. Adukan dari kapur, tras atau semen merah: 17 kg/m2
4. Dinding batu bata (satu bata): kg/m2
5. Dinding batu bata (setengan batu): 250 kg/m2

MODUL 2 17
6. Aspal, bahan mineral penambah, per-cm tebal: 14 kg/m2
7. Penutup atap genting dengan reng dan usuk atau kaso per m2
bidang atap: 50 kg/m2
8. Penutup atap sirap dengan reng dan usuk atau kaso m2 bidang
atap: 40 kg/m2
9. Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gording: 10 kg/m2

Nilai Beban Hidup

Beban hidup untuk beberapa jenis konstruksi adalah:


1. Lantai dan tangga rumah tinggal: 200 kg/m2
2. Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana dan gudang – gudang
yang tidak penting dan bukan took atau ruang kerja 150 kg/m2
3. Lantai sekolah, ruang kuliah, kantor, took, restaurant, hotel dan
asrama 250 kg/m2
4. Lantai ruang olahraga, balkon dalam ruang – ruang pertemuan,
seperti mesjid, gereja, ruang konser, ruang pertunjukan, bioskop,,
ruang rapat dan panggung penonton dengan tempat duduk tetap:
400 kg/m2
5. Tangga, bordes tangga 300 kg/m2
6. Lantai ruang dansa dan panggung penonton temat berdiri atau
tempat duduk dengan tidak tetap: 500 kg/m2
7. Balkon – balkon yang menjorok bebas keluar 300 kg/m2

Nilai Beban Angin

Beban angin untuk bebara kondisi bangunan adalah:


1. Tekanan tiup angin minimum: 25 kg/m2
2. Tekanan tiup angin minimum dilaut dan tepi laut sampai sejauh
5 km dari pantai: 40 kg/m2

18 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


3. Untuk daerah dekat laut, dan daerah daerah lain tertentu, dimana
kecepatan angin (V) (m/dtk) memungkinkan tekanan angin (p)
yang lebih besar, (kg/m2)

Umpan Balik Modul 2

Soal 1
Jelaskan asumsi diagram tegangan – regangan beton yang digunakan
pada SNI
Soal 2
Jelaskan asumsi diagram tegangan – regangan baja yang digunakan
pada SNI
Soal 3
Jelaskan makna dari faktor reduksi kekuatan untuk desain lentur,
geser dan aksial.
Soal 4
Jelaskan mengenai penggunaan konsep desain SNI untuk beton mutu
tinggi

MODUL 2 19
20 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I
MODUL 3

LENTUR PADA BALOK PERSEGI


(TULANGAN TUNGGAL)

Asumsi Dasar Dalam Perencanaan

1. Analisis keseimbangan dalam perencanaan ada 2 yaitu:


a. Keseimbangan statis
b. Kompatibilitas dari tegangan
2. Asumsi perhitungan Momen Lentur Nominal (Mn) adalah:
a. Regangan baja ( ) dan regangan beton ( ) dianggap
berbanding lulur dengan jarak terhadap garis netral (c.
b. Regangan beton pada serat tekan ( ) adalah 0,003
3. Penambahan akibat strain hardening baja diabaikan:
a.
b.
c.
d.
4. Modulus elastisitas baja = 200000 MPa.
5. Kekuatan tarik beton diabaikan

21
Diagram Tegangan Regangan Baja

Diagram tegangan regangan baja membentuk empat daerah yaitu


1. Daerah elastic yaitu daerah dimana bentuk material masih dapat
kembali setelah mengalami regangan.
2. Daerah strain hardening adalah daerah garis lurus dimana
regangan mengalami penambahan sementara tegangan tetap.
3. Daerah plastis yaitu daerah dimana peningkatan regangan
bersamaan dengan peningkatan tegangan.
4. Daerah rupture yaitu daerah dimana tegangan akan mengalami
penurunan sedangkan regangan bertambah sempai kondisi
material hancur.

Gambar 2.1 Diagram Tegangan Regangan Baja

Diagram Regangan Blok Tegangan Ekuivalen Beton

Menurut SK.SNI T-15-1991-03 Pasal 3.3.2 butir 7.(3), nilai reduksi


( ) = 0,08 untuk setiap kenaikan 10 MPa dari ( ) = 30 MPa.
Ketentuan ini dirumuskan sebagai berikut:

22 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Tabel 2.1 Koefisien Blok Beton

Koefisien Blok Strees Mutu Beton ( )


MPa

= 0,85

= 0,65

Sedangkan hubungan antara dan seperti pada Tabel 2.2


berikut ini:
Tabel 2.2 Nilai dan

( )
psi MPa SNI-91
3000 21 0,85
4000 28 0,85
5000 34 0,81
6000 42 0,76
7000 48 0,70

Keseimbangan Gaya

Persamaan keseimbangan gaya adalah:

Momen Nominal Penampang Balok:


Mn = Cc. (d–½.a) = T (d – ½.a)
Mn = 0,85.fc’.b.k.d.(d – ½.k.d)
Mn = 0,85.fc’.b.d2.k.(1 – ½.k)

MODUL 3 23
Mn = As.fs.(d – ½.k.d)
Mn = As.fs.d.(1 – ½.k)
Tergantung nilai fs, ada 3 keruntuhan yang mungkin terjadi,
yaitu:
• Keruntuhan seimbang (balance failure)
→ Balanced reinforced
• Keruntuhan tarik (tension failure)
→ Under reinforced
• Keruntuhan tekan (compression failure)
→ Over reinforced
1. ANALISIS BALOK SEGIEMPAT BERTULANGAN TUNGGAL
PADA KERUNTUHAN SEIMBANG
Baja tulangan mulai meleleh sedangkan daerah tekan beton
mencapai regangan tekan maksimum
• es = ey à fs = fy dengan ey = fy / Es
• ec = ecu = 0,003
• r = rb

Gambar 3.1 Analisis Penampang berdasarkan Blok Tegangan Ekivalen

24 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Syarat:es = ey à fs = fy
ecu = 0,003 ; r < rb

MODUL 3 25
Momen Nominal Balok:
Mn = Cc.(d–½.ab) = Cc.(d – ½.kb.d)
Mn = Cc.d.(1 – ½.kb)
Mn = 0,85.fc’.b.d2.kb.(1 – ½.kb)
Mn = T.(d – ½.ab) = T.d.(1 – ½.kb)
Mn = Asb.fy.d.(1 – kb/d)
2. ANALISIS BALOK PERSEGI EMPAT BERTULANGAN
TUNGGAL PADA KERUNTUHAN TARIK
• Tanda-tanda keruntuhan:
Lelehnya tulangan tarik diikuti lendutan yang besar
• Sifat sifat keruntuhan tarik:
Terjadi secara bertahap
Tidak mendadak/getas
Penampang daktail

Syarat:es = ey à fs = fy
ecu = 0,003 ; r < rb

26 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Momen Nominal Balok:
Mn = 0,85.fc’.b.d2.k.(1–½.k) atau
Mn = Cc.d.(1 – ½.k)
Mn = As.fy.d.(1 – ½.k) atau
Mn = T.d.(1 – ½.k)
Syarat penampang balok daktail:
Agar tidak terjadi keruntuhan getas, maka rasio tulangan baja
(r) harus ada pembatasan minimum & maximum dgn harga r:
rmin = 1.4 / fy – fy dalam MPa
rmax = 0,75. rb
3. ANALISIS BALOK PERSEGI EMPAT BERTULANGAN
TUNGGAL PADA KERUNTUHAN TEKAN
Keruntuhan diawali dengan hancurnya beton dan saat itu
tegangan baja belum mencapai tegangan lelehnya.
r > rb dan ec = ecu = 0,003, es < ey

MODUL 3 27
• Tidak terlihat tanda-tanda awal seperti terjadinya lendutan.
• Keruntuhan total terjadi secara mendadak dan dinamakan
keruntuhan getas (brittle).

Berdasarkan diagram tegangan-regangan beton diatas didapat:

d −c k ⋅d
e s = e cu ⋅   ,c =
 c  b1
1− c  1− k 
 d   b1   b1 − k 
e s = 0,003 ⋅ d ⋅  
; e s = 0,003 ⋅   = 0,003 ⋅  
c  k   k 
   b1 
 b1 − k 
e s < e y → f s = Es ⋅ e y = E
s ⋅ 0,003 ⋅  
 k 

28 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Momen Nominal Balok:
Mn = Cc.d.(1 – ½.a)
Mn = 0,85.fc’.b.d2.k.(1–½.k)
Mn = T.d.(1 – ½.a)
Mn = As.fs.d.(1 – ½.k)
Kesimpulan:
• Regangan Tekan Beton Ultimit (ecu = 0,003)
• Regangan tulangan baja:
Under Reinforced: es ³ ey diambil es = ey (leleh)
Balanced: es = ey (leleh)
Over Reinforced: es < ey (belum leleh)
• Tegangan tulangan baja:
Under Reinforced: fs = fy (leleh)
Balanced: fs = fy (leleh)
Over Reinforced: fs = Es.ey (belum leleh)
Posisi garis netral (c) untuk beberapa kondisi penulangan

Lanjutan Kesimpulan:
• Garis netral:
c1 < c2 < c3

MODUL 3 29
• Rasio tulangan:
Under Reinforced: r < rb
Balanced: r = rb
Over Reinforced: r > rb
Peraturan SK.SNI’91 telah membatasi rasio penulangan sbb.:
• Under Reinforced: r < 0,75.rb
• Balanced: r = 0,75.rb
• Over Reinforced: r > 0,75.rb
Kondisi Penulangan Kurang (Under Reinforced)

Pola Retak beban 20 kN Pola Retak beban 25 kN

Pola Retak beban 30 kN Pola Retak beban Ultimit 33,8 kN

30 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Kondisi Penulangan Lebih (Over Reinforced)

Pola Retak beban 30 kN Pola Retak Beban 45 kN

Pola Retak beban 60 kN Pola Retak Beban Ultimit


Contoh soal 1:
Sebuah balok segiempat dengan ukuran
lebar (b) = 250 mm, tinggi (h) = 500 mm,
selimut beton ds = 50 mm, mutu baja fy = 400 MPa, mutu beton fc’
= 20 MPa, dan modulus elastisitas (Es) = 2.105 MPa.
Hitung Momen Nominal untuk kondisi:
r = 0,5 rb
r = 0,75 rb

MODUL 3 31
r = rb
r = 1,25 rb

Tabel Hasil Perhitungan


Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4
r
0,50.rb rmax =0,75.rb rb 1,25.rb

As (mm2) 1.219,219 1.828,828 2.438,438 3.048,047

r (%) 1,084 1,626 2,168 2,709

T = Cc (N) 487.687,50 731.531,25 975.375,00 1.037.288,22

k 0,255 0,383 0,510 0,542

j 0,873 0,809 0,745 0,729


Mn (kN.m) 191,478 266,232 326,994 340,195
Mn/Mb 0,59 0,81 1,00 1,04

32 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


• Kasus 4:
A =1912500 N, B=1828828 N, C=1554504 N
Cc= 0,85 fc’.b.d.k= 1037288,22 N
Mn= Cc.d.j= 340,195 KN.m

Desain Penulangan Lentur Balok Persegi


Bertulangan ` Tunggal

Diketahui: Md, b, d, fc’, fy


Ditanya: As = ?
Prosedur Desain:
1. Menghitung Momen Nominal (Mn): M n = M d j
2. Menentukan nilai kperlu

MODUL 3 33
3. Menentukan nilai As yang diperlukan

4. Pilih tulangan dengan syarat: Ast ³ As


5. Kontrol kapasitas momen, syarat: Mnt ³ Mn

Desain Penampang Balok Persegi Bertulangan `


Tunggal

1. Menentukan ukuran penampang

Tentukan nilai lebar (b)


b/d = ½ à d = 2. b
Keterangan:
ACI 95 / SNI 91 : kmaks £ 0,75.kb
UBC/Gempa : kmaks £ 0,50.kb
Pengalaman : kmaks £ 0,30.kb

34 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


2. Menentukan nilai kperlu

3. Menentukan Luas Tulangan Perlu Asperlu

Check tulangan yang dipakai:


Ast ³ Asperlu dan Asmin £ Ast £ Asmaks
4. Kontrol Kapasitas Momen Nominal:

Contoh soal 2:
Sebuah pelat lantai sebuah bangunan air dengan tebal 120 mm,
selimut beton ds = 20 mm, mutu baja fy = 240 MPa, dan mutu
beton fc’ = 15 MPa. Momen ultimit yang bekerja pada pelat
tersebut adalah sebesar 11,64x106 N.mm.
Desainlah tulangan pelat tersebut per meter.
Penyelesaian:
Momen Nominal:

Rasio tulangan minimum:

1,4 1,4
r min = = = 0,00583
f y 240

MODUL 3 35
Rasio tulangan maksimum:

Tinggi efektif pelat:


perkiraan diameter tulangan Æ = 12 mm

Rasio Tulangan Perlu:

Luas tulangan perlu:

dicoba tulangan Ø = 12 mm

Maka dipakai tulangan Ø12–160


Cek jarak antar tulangan 160 mm < 3h = 360 mm dan < 500 mm
…. ok!

36 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Umpan Balik Modul 3

Soal 1
Sebuah balok segiempat yang terletak diatas 2 tumpuan dengan
panjang bentang balok L = 10 m dan memikul beban merata berfaktor
total sebesar qu, balok tersebut berdimensi lebar 350 mm, tinggi 600
mm, diameter sengkang 8 mm dan jarak minimum antar tulangan
utama 20 mm. Tulangan tarik 8D-28 dan tulangan tekan 6D-28,
selimut beton 50 mm. Hitunglah besarnya beban qu yang mampu
dipikul penampang balok.
Nim Ganjil: fy = 350 MPa, fc’ = 22 MPa.
Nim Genap: fy = 400 MPa, fc’ = 32 MPa.

Soal 2
Sebuah balok segiempat dengan ukuran lebar (b) = 250 mm, tinggi
(h) = 500 mm, selimut beton ds = 50 mm, mutu baja fy = 400 MPa,
mutu beton fc’ = 20 MPa, dan modulus elastisitas (Es) = 2.105 MPa.
Momen ultimit yang bekerja adalah 160 kN.m
Desainlah tulangan balok tersebut dengan kondisi under
reinforced.

MODUL 3 37
Soal 3
Sebuah pelat satu arah dengan tebal 150 mm, selimut beton ds = 20
mm, mutu baja fy = 300 MPa, dan mutu beton fc’ = 20 MPa. Momen
ultimit yang bekerja pada pelat tersebut adalah sebesar 15 kN.m.
Desainlah tulangan pelat tersebut per meter.

38 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


MODUL 4

LENTUR PADA BALOK PERSEGI


(TULANGAN RANGKAP)

Desain Balok Segiempat Bertulangan Rangkap


(Doubly Reinforced Section)

39
Desain Balok Bertulangan Rangkap
1. Tentukan Momen Nominal Maksimum (Mn1)

Hitung kapasitas momen Mn1:


Mn1 = 0,85.fc’.b.d2.kmaks. (1–½.kmaks )
Tentukan tulangan As1 untuk memikul Mn1

2. Menghitung Tulangan Rangkap


Hitung selisih momen: Mn2 = DM = Mn – Mn1
• Jika Mn0 > 2 diperlukan tulangan rangkap
• Jika tulangan rangkap diperlukan, maka harus ada tulangan
tekan
• Jika Mn0 < 2 cukup dipakai tulangan tunggal
3. Jika diperlukan tulangan rangkap

Luas Tulangan Tekan :


Mn 2
As ' =
(d − d ') ⋅ f y
Luas Total Tulangan Tarik :
As 2 = As ' ⇒ Ast = As1 + As 2
M n1 M n2
Ast = +
 k  (d − d ' ) f y
f y ⋅ d ⋅ 1 − maks 
 2 

40 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


4. Pembatasan rasio tulangan baja
Tulangan tekan belum leleh, fs’ = Es. es’

Tulangan tekan belum leleh fs' = fs maka:

Contoh soal 1:
Desainlah balok segiempat dengan momen ultimit Mu = 290 kN.m,
dimensi balok dibatasi b = 25 cm, h = 50 cm, dan d = 45 cm. Jika mutu
baja fy = 400 MPa dan mutu beton fc’ = 25 MPa. Hitung luas tulangan
yg diperlukan.
Penyelesaian:
Hitung momen yg dapat ditahan oleh tul. tunggal:
b1 = 0,85 à fc’ £ 30 MPa, f = 0,80 untuk balok yang menahan lentur.

Mn1 = 0,85. fc’. b. d2. kmaks. (1–½. kmaks)


Mn1 = 0,85.25.250.4502.0,3825(1–½. 0,3825).(10-6)
= 332,790 kN.m
Mu1 = f. Mn1 = 0,80. 332,790 = 266,232 kN.m

MODUL 4 41
Hitung selisih momen:
Mu2 = Mu – Mu1 = 290–266,232 = 23,768 kN.m > 0 ð tulangan rangkap
Mn2 = Mu2 / f = 23,768 / 0,80 = 29,71 kN.m
Hitung tulangan tekan

Hitung luas total tulangan tarik:


Ast = As1 + As2 ; Ast = 2286 + 185,70
= 2471,70 mm2
Maka dipakai:
Tulangan tekan: 3D-10 (As’ = 235,50 mm2)
Tulangan tarik: 7D-22 (Ast = 2660 mm2)

Contoh soal 2:
Sebuah balok segiempat diatas 2 tumpuan, bentang L = 8 m, memikul
beban merata terfaktor total (qu) = 62,50 kN/m. Desainlah tulangan
balok untuk menahan momen ultimit struktur jika dimensi balok
dibatasi b = 300 mm, h = 500 mm, fy = 350 MPa, fc’ = 28 Mpa., selimut
beton 50 mm, Ø skg. = 8 mm dan jarak min. antar tulangan utama 20
mm. Ø baja utk tulangan tekan = 18 mm & tulangan tarik = 27 mm.

42 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


qu = 62,50 kN/m

L=8m

Penyelesaian
Hitung momen nominal akibat beban terfaktor:

Hitung titik tangkap tulangan tarik dan tekan


terhadap serat tekan beton:
Asumsi tulangan tarik 1 lapis:
d = h – (ds + fs + ½. ft)
d = 500 – (50 + 8 + ½. 27) = 428,50 mm
Asumsi tulangan tekan 1 lapis:
d’ = ds + fs + ½. ft
d’ = 50 + 8 + ½. 18 = 67 mm
Hitung Momen yang dapat ditahan oleh
tulangan tunggal (kmaks):
b1 = 0,85 à fc’ £ 30 MPa
f = 0,80 untuk balok yang menahan lentur

Mn1 = 0,85. fc’. b. d2. kmaks. (1–½. kmaks)


Mn1 = 0,85.28.300.428,502. 0,4026.(1–½. 0,4026).(10-6)
= 421,583 kN.m
Mu1 = f. Mn1 = 0,80. 421,583 = 337,266 kN.m

MODUL 4 43
1. Hitung selisih momen:
Mu2 =Mu – Mu1 = 500 – 337,266
= 162,734 kN.m > 0
(maka perlu tulangan rangkap)
Mn2 = Mu2/f = 162,734/0,80
= 203,417 kN.m
2. Hitung Tulangan Tekan:

Hitung luas total tulangan tarik:


Ast = As1 + As2
Ast = 3519,564 + 1607,724 = 5127,288 mm2
Dipakai:
Tulangan tekan: 7D-18 (As’ = 1781,283 mm2)
Tulangan tarik: 9D-27 (Ast = 5152,997 mm2)

Sketsa
Penulangan Balok

d' = 77,857 mm

7D-18

h = 500 mm

9D-27

b = 300 mm

44 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


• Perhitungan Titik Tangkap Tulangan:

d'=
∑ A '⋅x
s

∑A ' s

= 7 ,857 m

Titik Berat Tulangan Tarik thd. Serat Tekan

MODUL 4 45
Analisis Balok Segiempat Bertulangan Rangkap

46 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Prosedur:
1. Asumsi tulangan tekan meleleh: es’ ³ ey
2. Hitung:
C2 = As’. fy
Mn2 = C2. (d – d’) = As’. (d – d’). fy
3. Hitung:
T2 = C2 = As’. fy
T1 = T – T2 = As. fy–As’. fy
C1 = T1
4. Hitung

5. check asumsi es ³ ey

6. Jika step 5 terpenuhi: es’ ³ ey, maka:


Mn1 = 0,85. fc’.b.d2.k.(1–½.k)
Momen kapasitas penampang:
Mn = Mn1 + Mn2
Mn = 0,85. fc’.b.d2.k.(1–½.k) + As’.(d – d’).fy
NB: rmaks = 0,75.rb + r’
7. Jika step 5 tidak terpenuhi es’ < ey(tul. tekan tdk
leleh), maka: fs’ = Es. es’
C2 = As’.(Es. es’) ; C1 = 0,85.fc’.b.d.k
T = As. fy

MODUL 4 47
Keseimbangan gaya

Analisis Balok Persegi Bertulangan Rangkap Simetris


(As = As’)

48 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Prosedur:
1. Asumsi tulangan tekan meleleh: es’ ³ ey
2. Hitung:
T2 = 0 ; T2 = C2 = 0
Mn2 = C2. (d – d’) = 0
3. Hitung:
T1 = T – T2 = As. fy – 0 = As. fy
C1 = T1 = As. fy
4. Hitung:

5. Hitung regangan tulang antekan (es')

6. Hitung Tegangan Tulangan Tekan (fs’)


Jika es’³ ey’, maka: fs’= fy’
Jika es’< ey’, maka: fs’= Es. es’
7. Hitung ratio tulangan seimbang

8.8. Hitung
Hitungratio tulangan
ratio minimum
tulangan min imum
1,4
r =
min
fy

MODUL 4 49
9. Hitung ratio tulangan maksimum

10. Momen nominal yang ditahan tulangan tarik


Mn1 = 0,85. fc’. b. d2. k. (1- ½.k)
11. Momen nominal kapasitas penampang
Mn = Mn1 + Mn2
Mn = 0,85. fc’. b. d2. k. (1–½.k)
12. Momen Ultimit penampang
Mu = f. Mn

Analisis Diagram Regangan pada Tulangan Tekan

Asumsi: tulangan tekan meleleh (es’ ³ ey)

50 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Kontrol tulangan tekan:
• Jika k < ky tulangan tekan belum leleh fs’ = Es. es’
• Jika k ³ ky maka tulangan tekan leleh atau:

Contoh soal 3:
Sebuah balok segiempat diatas 2 tumpuan bentang (L) = 10 m dan
memikul beban merata berfaktor total sebesar qu, dimensi lebar 350
mm, tinggi 600 mm, diameter sengkang 8 mm dan jarak minimum
antar tulangan 20 mm.
Tulangan tarik 8D-28,
Tulangan tekan 6D-28, Selimut beton 50 mm,
fy = 350 MPa, dan fc’ = 22 MPa.
Hitunglah besarnya beban qu yang dapat dipikul balok!

MODUL 4 51
Penyelesaian:
Perhitungan titik tangkap tulangan:

d'=
∑ A '⋅x = 8
s
m
∑A ' s

d=
∑A ⋅x s

∑A s

= 504 m
• Nilai b1, fc’ = 22 MPa ————- b1 = 0,85
• Faktor Reduksi Kekuatan ——- f = 0,80 (lentur)

52 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


• Hitung rasio tulangan

• Check batasan rasio tulangan


(asumsi tulangan tekan leleh)

• Check kondisi leleh tulangan tekanan

MODUL 4 53
• Tulangan tekan belum leleh

• Regangan tulangan tekan yang terpasang

• Regangan tulangan tarik yang terpasang

54 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


• Koreksi rasio tulangan tarik maksimum karena tulangan tekan
belum leleh

Hitung Momen Nominal:


Momen Nominal Akibat Tulangan Tarik:
Mn1 = 0,85. fc’. b. d2. k. (1–½. k)
Mn1 = 0,85. 22. 350. 5042. 0,24985.(1- ½. 0,24985). 10-6
= 363,487 kN.m
Momen Nominal Akibat Tulangan Tekan:
Mn2 = As’.(d – d’). fs’
= 3694,513. (504 – 88). 243,590. 10-6
= 374,377 kN.m
Momen Nominal Total (Mn):
Mn = Mn1 + Mn2 = 363,487 + 374,377 = 737,864 kN.m
Momen Desain / ultimit (Mu):
Mu = f. Mn
Mu = 0,80. 737,864 = 590,291 kN.m
Beban merata berfaktor yang mampu dipikul balok (qu):

MODUL 4 55
Contoh soal 4:
Sebuah balok lebar 300 mm dan tinggi 550 mm, mutu beton fc’ =
20 MPa dan mutu baja fy = 300 MPa. Tulangan tarik 4D-25, selimut
beton 50 mm. Hitung kapasitas momen nominal & momen desain
dari penampang ini bila:
1. Tulangan tekan 2D-13
2. Tulangan tekan 3D-19
Penyelesaian
1. Tulangan tekanan 2D-13
• Hitung rasio tulangan

• check batasan rasio tulangan


(asumsi tulangan tekan leleh):

• hitung nilai k
• Hitung nilai k
fy 300
k= ⋅ [r − r '] = ⋅ [0,013 − 0,00177]
0,85 ⋅ f c ' 0,85 ⋅ 20
= 0,1982

56 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


• check regangan tulangan baja

• tulangan baja tekan meleleh

Momen Nominal (Mn):


Mn = Mn1 + Mn2 = 227,66 + 35,91 = 263,57 kN.m
Momen Desain/ultimit (Mu):
Mu = f. Mn ; Mu = 0,80. 263,57 = 210,856 kN.m
2. Tulangan tekan 3d-19
• hitung rasio tulangan

• hitung nilai k

• check regangan tulangan baja

MODUL 4 57
• tulangan tekan belum meleleh

Hitung Momen Nominal:


Mn2 = As’. (d – d’). fs’ = 852. (500 – 50). 260. 10-6
= 99,68 kN.m
Mn1= 0,85. fc’. b. d2. k. (1–½. k)
Mn1= 0,85. 20. 300. 5002. 0,1458.(1–½.0,1458). 10-6
= 172,34 kN.m
Momen Nominal Total (Mn):
Mn = Mn1 + Mn2 = 172,34 + 99,68 = 272,02 kN.m
Momen Desain / ultimit (Mu):
Mu = f. Mn
Mu = 0,80. 272,02 = 217,62 kN.m

58 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Kesimpulan:

• Peningkatan tulangan tekan sampai sebesar 3,2 x hanya


memberikan sedikit kenaikan nilai momen nominal.
• Semakin besar rasio tulangan tekan akan menyebabkan nilai k
semakin kecil (r’ ~ 1/k)
• Semakin besar rasio tulangan tekan akan menyebabkan nilai
kapasitas rotasi balok akan semakin besar pula (r’ ~ j) sehingga
balok akan semakin daktail (j ~ mj).

• Semakin besar rasio tulangan tekan akan mengurangi lendutan


akibat creep dan susut.

Umpan Balik Modul 4

Soal 1:
Sebuah balok segiempat diatas 2 tumpuan bentang (L) = 10 m dan
memikul beban merata berfaktor total sebesar qu, dimensi lebar 300
mm, tinggi 500 mm, diameter sengkang 8 mm dan jarak minimum
antar tulangan 20 mm.
Tulangan tarik 8D-22,
Tulangan tekan 4D-22, Selimut beton 50 mm,
fy = 240 MPa, dan fc’ = 20 MPa.

MODUL 4 59
Hitunglah besarnya beban qu yang dapat dipikul balok.

Soal 2:
Desainlah balok segiempat dengan momen ultimit Mu = 400 kN.m,
dimensi balok dibatasi b = 30 cm, h = 50 cm, dan d = 45 cm. Jika mutu
baja fy = 400 MPa dan mutu beton fc’ = 32 MPa. Hitung luas tulangan
yang diperlukan.

60 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


MODUL 5

LENTUR PADA BALOK T DAN L


(TULANGAN TUNGGAL)

Desain Analisis Balok T dan Balok L

Pada penampang balok T dan L yang flensnya tertekan dapat


direncanakan/dianalisis dengan cara seperti balok persegi. Flens
menyediakan luas bidang tekan yang besar, oleh sebab itu tdk perlu
meninjau baja tekan yg diperlukan.
Namun jika diperlukan, perencanaan dapat menggunakan
prinsip balok persegi dengan tulangan rangkap.

61
Lebar Efektif Balok T & Balok L
Pada balok segiempat, tegangan leleh didaerah tekan merata dalam
arah melintang. Pada balok T dengan flens lebar dapat timbul tegangan
tidak merata pada arah melintang karena terdapat deformasi geser
pada arah tersebut (shear leg).

0,85 fC'

0,85 fC'

Lebar bagian slab yang dianggap bekerja sama dengan balok,


harus memenuhi persyaratan berikut:

62 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Ada dua kasus analisis:
1. Bila sumbu netral lebih kecil atau sama
dengan tebal slab (hf), balok dapat dianalisis sebagai BALOK
PERSEGI dengan lebar balok sama dengan flens efektif (be).
2. Bila sumbu netral lebih besar dari tebal slab (hf), analisis harus
dilakukan dengan memperhatikan daerah tekan, balok dianalisis
sebagai BALOK T.
Kasus (1):
Syarat: a £ hf dan c £ b1.hf atau As ≤ Asf
Karena dalam kasus ini a < hf, penampang dianggap sebagai balok
persegi (BERPENAMPANG SEGIEMPAT) dengan lebar be.

MODUL 5 63
Keseimbangan gaya internal, C = T

Maka momen nominal penampang:

Keruntuhan tarik terjadi bila:

Kasus (2):
Syarat: a > hf dan c > b1.hf atau As > Asf
Karena dalam kasus ini a > hf, maka penampang dianalisis sebagai
BALOK T, kemudian dianalisis dengan memberikan tulangan
dibadan (web), sebesar: Asw = As – Asf

64 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Bagian Flens:
T1 = Asf. fy
Gaya tekan beton pada bagian flens:

dengan Asf adalah luas tulangan yang pada kondisi tegangan leleh
fy akan mengimbangi gaya tekan pada bagian flens gantung yg.
bertegangan 0,85. fc’

Bagian Web:
Luas tulangan sisanya, Asw = As–Asf, pada kondisi tegangan leleh fy
akan diimbangi oleh bagian balok segiempat.

MODUL 5 65
KONDISI SEIMBANG BALOK T
Keseimbangan Horisontal:

66 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


rasio tulangan maksimum:

jika didefinisikan:

ratio tulangan seimbang:

dimana:

Contoh soal 1:
Tentukan nilai momen nominal (Mn) balok T seperti pada gambar.
Digunakan beton mutu fc’ = 17,5 MPa dan mutu baja fy = 400 MPa
dengan tulangan (As) adalah 12D-25 = 5890 mm2.
bw = 400 mm
be = 1150 mm
d = 600 mm

MODUL 5 67
fc’ = 17,50 MPa
fy = 400 MPa

Penyelesaian:
anggap persyaratan lebar efektif dipenuhi, periksa posisi sumbu:

Keseimbangan gaya horizontal:

Harga a melampaui tebal flens hf = 120 mm


maka balok perlu dianalisis sebagai penampang T

Sehingga: T = Cw + Cf ; Cw = T – Cf
5950. A = 2356000 – 1338750

68 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Momen nominal balok T
Mn = Cw (d – a/2) + Cf (d – hf/2)
Mn = [1017450 (0,60 – 0,171/2) + 1338750 (0,60-0,20/2)] 10-3
= 1246 kNm
Momen Ultimit/rencana penampang:
Mu = f Mn = 0,80. 1246 = 997 kNm
Contoh soal 2:
Suatu balok T tunggal ukuran flens 750 mm, tebal 150 mm dicor
monolit dengan badan balok. Tulangan tarik terdiri dari 10D-25 yang
ditempat-kan dua lapis. Jarak garis sumbu tulangan dari bidang atas
adalah 650 mm. Bila digunakan beton mutu fc’ = 20 MPa dan baja fy =
400 MPa, hitunglah momen kapasitas balok.
bw = 300 mm, be = 750 mm
hf = 150 mm, d = 650 mm
fc’ = 20 MPa, fy = 400 MPa

MODUL 5 69
Penyelesaian:
Luas tulangan tarik:

Luas tulangan tarik:

kontrol dimensi balok T tunggal:

ternyata dimensi balok T memenuhi syarat


Periksa lokasi sumbu netral dengan asumsi sebagai balok
segiempatdengan lebar be = 750 mm.

Ternyata nilai a > hf ,⇒ dianalisis sebagai Balok T


Bagian Flens∶ T1 = Asf . fy
Gaya tekan beton pada bagian flens :

dengan Asf adalah luas tulangan pada kondisi


tegangan leleh fy akan mengimbangi gaya tekan
pada bagian flens gantung, tegangan 0,85. fc
Keseimbangan gaya internal, Cf = T1

70 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Maka momen nominal pada flens:

Bagian Web∶
Luas tulangan sisanya, Asw = As - Asf ,pada kondisi
tegangan leleh fy akan diimbangi oleh bagian balok
segiempat, T2 = (As - Asf ) . fy
Gaya tekan beton pada bagian web∶ Cw = 0,85⋅fc'⋅bw⋅a
Keseimbangan gaya internal, Cw= T2

Maka Momen Nominal pada web

Total Momen Lentur Nominal penampang:

Momen kapasitas/ultimit penampang:

MODUL 5 71
Contoh soal 3:
Hitunglah kekuatan momen nominal dan momen ultimit balok
seperti pada gambar dibawah ini. Jarak sumbu ke sumbu balok 2,50
m dan jarak bentang 6,0 m, serta jarak garis sumbu tulangan dari
bidang atas adalah 500 mm. Bila digunakan beton mutu fc’ = 20 MPa
dan baja fy = 400 MPa serta As = 4560 mm2.
bw = 350 mm, hf = 100 mm, d = 500 mm
fc’ = 20 MPa, fy = 400 MPa, As = 4560 mm2

Penyelesaian:
Lebar efektif Balok T

Diambil yang terkecil,yaitu: be = 1500 mm

72 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Periksa Rasio Tulangan maksimum , ρmaks ≤ 0,75 . ρb

Periksa lokasi sumbu netral∶


Asumsi sbg balok segiempat dgn. lebar be = 1500 mm

Ternyata a< hf ,balok dianalisis sebagai Balok Persegi

Maka Momen Nominal penampang∶

Desain Penulangan Lentur Penampang Balok T

Diketahui: M _u ,b,d, f _c ', f _y


Ditanya: As = ?
Prosedur desain Balok T:

MODUL 5 73
1. Hitung momen nominal Mn

2. Hitung nilai Mf dan bandingkan dengan nilai Mn.

3. Jika Mn = Mf ,berarti penampang dianalisis sebagai


BALOK PERSEGI (BERPENAMPANG SEGIEMPAT)
dgn lebar be.Luas tulangan (Asf )
4. Jika Mn > Mf, ini berarti penampang dianalisis sebagai
BALOK T,dan momen pada web dapat ditentukan
sebesar Mw = Mn - Mf

5. Menentukan nilai k yang diperlukan

6. Menentukan nilai Asw yang diperlukan∶

74 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


7. Menentukan nilai Asf yang diperlukan:

8. Luas total tulangan tarik:

9. Pilih tulangan dengan syarat: Ast ≥ As


Contoh soal 4:
Suatu balok T, lebar flens 762 mm, tebal 180 mm dan lebar balok
350 mm dicor monolit dengan badan balok. Balok tersebut memikul
momen akibat beban mati sebesar 50 tm dan beban hidup sebesar 70
tm. Jarak garis sumbu tulangan dari bidang atas adalah 930 mm. Mutu
beton fc’= 21 MPa dan baja fy = 350 MPa, hitunglah luas tulangan
balok T tsb.
Penyelesaian:

1. Hitung Momen berfaktor Mu ∶

2. Hitung Momen Nominal Mn ∶ (φ=0,80⇒lentur)

3. Hitung nilai Mf dan bandingkan dengan nilai Mn.

MODUL 5 75
4. arena Mn > Mf ,penampangdianalisis sebagai
BALOK T,dan momen pada web dapat ditentukan
sebesar Mw = Mn - Mf ; Mw = Mn - Mf = 215-111,196
= 103,804 Tm
5. Menentukan nilai k yang diperlukan

6. Menentukan nilai Asw yang diperlukan:

7. Menentukan nilai Asf yang diperlukan:

8. Luas total tulangan tarik:

9. Pilih tulangan dengan syarat: Ast ≥ As


Diambil tulangan 15D-25

76 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


10. Periksa Pembatasan Luas Tulangan Maksimum:

11. Periksa Pembatasan Luas Tulangan minimum

12. Karena Asmin ≤ Ast ≤ Asmaks maka perencanaan Ok!


karena telah memenuhisyarat daktilitas
13. Sketsa tulangan balok:

MODUL 5 77
UMPAN BALIK MODUL 5

Soal 1:
Tentukan nilai momen nominal (Mn) balok T seperti pada gambar.
Digunakan beton mutu fc’ =20 MPa dan mutu baja fy = 240 MPa
dengan tulangan (As) adalah 12D-25 = 5890 mm2.
bw = 400 mm
hf = 100 mm
be = 1200 mm
d = 500 mm
fc’ = 20 MPa
fy = 240 MPa

Soal 2:
Suatu balok T, lebar flens 800 mm, tebal 160 mm dan lebar balok
400 mm dicor monolit dengan badan balok. Balok tersebut memikul
momen akibat beban mati sebesar 60 tm dan beban hidup sebesar 80
tm. Jarak garis sumbu tulangan dari bidang atas adalah 950 mm. Mutu
beton fc’= 25 MPa dan baja fy = 400 MPa. Hitunglah luas tulangan
balok T tsb.

78 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


MODUL 6

GESER PADA BALOK

Pendahuluan

Struktur selama umur struktur struktur terhadap segala ragam


keruntuhan akibat tersebut. Salah satu keruntuhan yang harus
dicegah adalah keruntuhan akibat geser, yang mana keruntuhan geser
ini akan mengurangi kekuatan elemen struktur dibawah kekuatan
kapasitas lenturnya dan sangat mengurangi daktalitas dari elemen.
Keruntuhan ini dalam kenyataannya merupakan keruntuhan
akibat kombinasi gaya geser dan momen lentur, dan kadang-kadang
gaya normal atau torsi atau kedua-duanya.
Tingkah laku beton adalah tidak homogen, kekuatan tarik beton
kira-kira hanya 1/10 dari kekuatan tekannya. Sehingga beton mudah
sekali mengalami keretakan akibat tegangan tarik sedangkan pada
daerah tekan tidak mengalami keretakan.
Keretakan terjadi pada daerah tumpuan karena pada daerah
itu gaya geser dan tegangan geser v berharga maksimum sehingga
didaerah perletakan tegangan utama tarik bekerja pada sudut sekitar
45okeretakan yang akan terjadi. Semua konsep dasar di atas kemudian

79
dikembangkan untuk digunakan pada analisis dan desain dari balok
beton bertulang.

Kombinasi dari Tegangan Geser dan Tegangan


Lentur

Trayektori dari principal stresses pada sebuah balok

Dengan trajectory tegangan utama dapat diperkirakan arah dari


keretakan yang akan terjadi. Untuk mencegah keretakan ini maka
diperlukan penulangan tarik diagonal.
TIPE RETAK MIRING PADA BALOK BETON

80 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


• Awalnya web shear cracking terjadi pada interior dari balok di
mana principal tensile stresses > kuat tarik dari beton di tempat
tersebut;
• Flexure-shear cracking dimulai dengan flexural cracks. Pada saat
terja-di flexural cracking, tegangan geser pada beton di atas retak
bertambah. Flexure-shear crack terjadi pada saat kombinasi dari
tegangan geser dan tegangan tarik melampaui kuat tarik beton.
JENIS-JENIS RETAK PADA BALOK
1. Flexural Crack (Retak Lentur)
Keretakan pada daerah yang mempunyai harga momen lentur
besar. Arah retak hampir tegak lurus pada sumbu balok

2. Flexural Shear Crack (Retak Geser Lentur)


Keretakan pada daerah yang sebelumnya telah mengalami retak
akibat lentur.
Retak ini merupakan perambatan retak miring dari retak
lentur yang sudah terjadi sebelumnya.

MODUL 6 81
TERJADINYA DIAGONAL TENSION CRACK (SHEAR SPAN
BESAR)

Penjelasan gambar
1. Diagram (a) mem-perlihatkan urutan terjadinya cracks;
2. Sketsa (b) adalah keseimbangan gaya pada bagian dari balok ;
3. Keruntuhan balok. Awalnya cracks terjadi sebagai flexural cracks
→ (tahap 1 Gbr. a)
4. Cracks kemudian se-cara bertahap beru-bah menjadi diago-nal
tension cracks → lihat tahap 3 & 4 Gbr. a).

82 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Shear Compression Failure pada Balok dengan Bentang Geser Kecil

1. Shear compression failure untuk shear span kecil. Keruntuhan


terjadi akibat adanya kompresi miring (inclined thrust) antara titik
beban dengan tumpuan dan akibatnya praktis menghilangkan
konsep diagonal tension. Concrete crushing terjadi dekat titik
beban → Kuat geser ber-tambah;
2. Shear span < d, di sini umumnya keruntuhan terjadi akibat
mekanisme
POLA RETAK BALOK DENGAN VARIASI BENTANG

MODUL 6 83
KATEGORI KERUNTUHAN BALOK
1. Jenis I:
Jika a/d < ½ maka balok tinggi
Tegangan geser lebih menentukan daripada tegangan lentur
2. Jenis II:
Jika 1 < a/d < 2½ maka balok pendek
Kekuatan gesernya melampaui kapasitas keretakan miring
3. Jenis III:
Jika 2½ < a/d < 6 maka balok pendek
Kekuatan gesernya samadengan kapasitas keretakan miring.
Lentur mulai bersifat dominan

84 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


4. Jenis IV:
Jika a/d > 6 maka balok panjang
Keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan lentur
BALOK DIBEBANI GESER (Tanpa Tulangan Geser)

Pola Retak beban 25 kN Pola Retak beban 35 kN

Pola Retak beban 40 kN Pola Retak Ultimit

BALOK DIBEBANI GESER (Dengan Tulangan Geser)

MODUL 6 85
Pola Retak beban 30 kN Pola Retak beban 45 kN

Pola Retak beban 60 kN Pola Retak Ultimit

KASUS KEGAGALAN GESER

86 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Berikan Komentar !!!
KASUS BALOK (Kegagalan Geser)

MODUL 6 87
Berikan Komentar !!!
KASUS KEGAGALAN GESER

88 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Gempa di Aceh 26 Desember 2004

Berikan Komentar !!!


KASUS KEGAGALAN GESER

MODUL 6 89
Gempa di Aceh 26 Desember 2004
Berikan Komentar !!!

90 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


SEBAB KERUNTUHAN BANGUNAN
• Umumnya keruntuhan terjadi karena pelaksanaan pekerjaan
tidak memenuhi ketentuan teknis yang dipersyaratkan dalam
Standar Bangunan Tahan Gempa yang ada (SNI Gempa dan SNI
Beton);
• Keruntuhan banyak terkonsentrasi pada daerah sambungan
antar elemen struktur di mana yang teramati detail tulangan
sengkang ikat tidak cukup hingga terjadi tekuk pada tulangan
utama dari elemen struktur tegak (kolom);
• Pada bangunan yang praktis hancur total, umumnya di samping
masalah di atas kualitas material yang digunakan tidak memenuhi
ketentuan minimum yang dipersyaratkan. Hal ini bisa dilihat
dari fakta bahwa bangunan disekitarnya kerusakannya biasa-
biasa saja;
• Tidak jarang pelaku konstruksi yang terlibat tidak profesional;
• Harga unit pekerjaan dalam suatu bangunan umumnya sudah
standar dan mudah dihitung serta mudah diverifikasi;
• Untuk jenis pekerjaan yang didapat oleh kontraktor melalui
lelang, apalagi lelang terbuka, maka harga per unit pekerjaan
tidak bisa lari jauh dari harga standar yang berlaku di saat itu
• Salah satu sebab tidak langsung, tapi signifikan kontribusinya,
adalah adanya KKN dan/atau praktek penipuan pelaksanaan;
• KKN hanya mungkin terlaksana melalui 2 cara:
• Manipulasi volume pekerjaan (umumnya jarang karena mudah
diperiksa)
• Manipulasi kualitas produk, khususnya bagian yang tidak terlihat
setelah jadi, misal:
• Jumlah, volume, dan kualitas tulangan
• Kualitas material
• Dampak langsung, pekerjaan sub-standar dan rawan runtuh bila
kena gempa kuat

MODUL 6 91
Gaya Geser Vu

Lokasi Dari Potongan Kritis Vu


1. Diagram free body dari ujung sebuah balok
Mekanisme yang menjelaskan mengapa untuk keperluan desain
geser dihitung sejarak d dari tumpuan

2. Lokasi potongan kritis untuk geser, balok dibebani dibagian


bawah
Geser yang bekerja pada potongan kritis harus memperhitungkan
semua gaya yang di bawah potongan kritis.

92 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


3. Tipikal kondisi tumpuan untuk memperhitungkan Vu

• Gambar (c), dan (d) menunjukkan kondisi di mana Vu


dihitung pada jarak d dari tumpuan;
• Gambar (e) dan (f) menunjukkan kondisi di mana Vu
dihitung pada bidang permukaan dari tumpuan.
• Untuk kondisi (e) perlu diperhatikan geser pada bagian
connection dari kedua elemen, yang umumnya harus diberi
tulangan khusus (special corner reinforcement),
• Perhatikan kasus di mana beban tidak bekerja di bagian atas
balok seperti kasus (B) pada slide sebelumnya.
Mekanisme Transfer Geser
1. Penampang Tanpa Tulangan Geser
Dalam sebuah balok beton bertulang yang tidak dilengkapi
dengan tulangan geser, gaya lintang dipikul oleh suatu kombinasi
dari tiga unsur utama, yaitu:

MODUL 6 93
• Beton didalam daerah tekan: 40 – 20 %
• Tulangan tarik yang bertindak sebagai pasak: 25 – 15 %
• Kaitan antar agregat melintasi retakan lentur: 50 – 33 %
V = Vcz + Vd + Vay
dimana:
Vcz = komponen gaya geser pada daerah blok beton tekan
Vd = komponen gaya dowel action oleh tulangan memanjang
Vay = komponen gaya geser antar permukaan retak
Cara menentukan kekuatan geser balok tanpa tulangan geser
berdasarkan hasil regresi dari percobaan 440 model benda uji.

94 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Peraturan Indonesia (SNI) mengizinkan penggunaan
persamaan berikut untuk perhitungan kapasitas geser, yaitu:

Gaya aksial tekan akan menahan terjadinya keretakan


sehingga akan memperbesar kapasitas gesernya, yaitu:

Gaya aksial tarik Nu (negatif untuk tarik) akan mempercepat


proses retak sehingga akan memperkecil kapasitas geser, yaitu:

Pada penampang beton bertulang dengan tulangan geser,


selain gaya-gaya diatas terdapat satu komponen gaya lagi, yaitu
sumbangan dari baja tulangan geser (Vs), sehingga persamaannya
menjadi:
Vu = f(Vcz + Vd + Vay + Vs) atau
Vu = fVc + fVs

MODUL 6 95
Manfaat Tulangan Geser
Penggunaan sengkang akan meningkatkan kekuatan balok karena:
1. Sengkang akan memikul sebagian gaya geser penampang.
2. Sengkang akan menahan perkembangan lebar retak tarik
diagonal.
3. Sengkang yang cukup rapat akan mengikat tulangan memanjang
sehingga meningkatkan dowel capacity.
Spasi Sengkang Minimum
Untuk menjamin tidak terjadinya keruntuhan geser dibawah kapasitas
lenturnya dan menjamin terpotongnya sengkang oleh retak miring
maka peraturan mensyaratkan pembatasan spasi tulangan sengkang
minimum, sbb:

Pembatasan Harga VS
Untuk balok beton yang mempunyai badan (web) yang sangat tipis,
keruntuhan diawali dengan hancurnya beton pada badan sebelum
melelehnya tulangan sengkang.
Untuk mencegah keruntuhan semacam ini maka tegangan tekan
diagonal/tegangan geser yang terjadi pada badan harus dibatasi, yaitu
dengan pembatasan harga Vs sebesar:

Zonasi Penulangan Geser


Karena keruntuhan geser pada balok tanpa tulangan geser biasanya
bersifat tiba-tiba dan getas, maka SNI’91 mensyaratkan adanya

96 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


tulangan geser minimum pada balok yang dikenai gaya geser Vu yang
besarnya melebihi (0,5.fVc) dan memerlukan tulangan geser jika Vu
≥ f Vc.

Perencanaan Tulangan Geser

Langkah-langkah dalam perencanaan tulangan geser sengkang:


1. Hitung gaya geser berfaktor Vu berdasarkan penampang kritis
2. Jika maka tidak perlu tulangan geser
3. Gunakan tulangan geser minimum bila
Luas tulangan geser minimum:
4. Bila, tulangan geser harus diberikan
dimana: untuk sengkang vertikal
untuk sengkang miring

5. Jarak maksimum sengkang:

MODUL 6 97
6. Bila maka dimensi penampang balok
harus diperbesar
Contoh Soal:
Sebuah balok terletak pada tumpuan sederhana panjang bentang
bersih 5 m dan mendukung beban mati merata sebesar 21,5 kN/m
(termasuk beban sendiri) dengan beban hidup merata 34,5 kN/m,
bila fc’ = 24 MPa dan fyh = 275 MPa serta penampang berukuran bw
= 350 mm. Rencanakan penulangan geser balok tsb.

Penyelesaian:
• Tahap 1:
Beban merata berfaktor:
Wu = 1,6 x 34,50 + 1,2 x 21,50 = 81 kN/m
Gaya geser pada muka tumpuan:
Ru = 81 x 2,5 = 202,50 kN
Gaya geser pada jarak d dari muka tumpuan:

• Tahap 2:
Kekuatan geser yang diberikan beton:

98 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


karena Vu > fVc maka diperlukan tulangan sengkang
• Tahap 3:
Penulangan geser pada daerah yang perlu tulangan geser:
Kekuatan geser yang diberikan tulangan baja:

Dicoba f = 10 mm (Luas satu kaki = 78,5 mm2 )


Jadi Av = 2 x 78,5 = 157 mm2
Jarak spasi tulangan sengkang (a = 90o):

Jadi dipakai tulangan geser f10-150.


Penulangan geser pada daerah yang cukup tulangan geser
minimum:
Syarat tulangan geser minimum jika:

Luas 1 kaki tulangan sengkang = 85/2 = 42,50 mm2


——- dipakai fs = 8 mm (As = 50 mm2)

MODUL 6 99
Jadi dipakai tulangan geser f 8-200.
Batasan daerah tulangan sengkang:

Daerah perlu tulangan sengkang:


x1 = 1550 mm
Daerah tulangan sengkang minimum:
x2 – x1 = 2000–1550 = 450 mm
Daerah tidak perlu tulangan sengkang:
0,5.Ln – x2 = 2500–2000 = 500 mm

Umpan Balik Modul 6

Soal 1
Sebuah balok pada struktur portal dengan panjang bentang bersih 5
m mempunyai hasil analisa gaya lintang seperti pada gambar dibawah
ini, rencanakan dan gambarlah tulangan geser balok tersebut.

100 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I


Data:
1. fyh = 350 MPa, fc’ = 28 MPa., bw = 30 cm, d = 45 cm,
Nu = 2,50 ton (tekan)
2. fyh = 400 MPa, fc’ = 35 MPa., bw = 35 cm, d = 50 cm,
Nu = 2,00 ton (tarik)

MODUL 6 101
102 BAHAN AJAR STRUKTUR BETON BERTULANG I

Anda mungkin juga menyukai