Jbptunikompp GDL Bibrasaleh 34932 1 Unikom - P I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan


penting bagi pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 1990-an sektor industri
manufaktur mulai menggantikan peran sektor pertanian sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini terlihat dari kontribusi kedua sektor
tersebut dalam pembentukan Produk Domestik Bruto sejak tahun 1995 hingga
sekarang. Menurut Hidayanti dan Kuncoro (2004), kontribusi sektor industri
manufaktur pada tahun 1995 sebesar 24,13 persen dan meningkat menjadi 26,16
persen di tahun 2000. Sebaliknya kontribusi sektor pertanian tahun 1995 sebesar
17,14 persen dan menurun pada tahun 2000, yaitu sebesar 17,03 persen.
Peningkatan nilai kontribusi ini semakin memantapkan kedudukan sektor
manufaktur sebagai engine of growth perekonomian Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan industri akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Jika persebaran industri tersebut merata secara
spasial, maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi juga akan merata di setiap
daerah. Akan tetapi pada kenyataannya, pertumbuhan industri tersebut tidak diiringi
dengan persebaran industri yang merata secara spasial. Hal ini dikarenakan setiap
daerah belum tentu mempunyai syarat-syarat untuk dapat menjadi lokasi industri.
Banyak faktor yang diperhitungkan pada saat menentukan suatu lokasi industri.
Oleh karena itu industri cenderung berkelompok di suatu daerah tertentu. Fenomena
pengelompokkan aktivitas ekonomi pada wilayah tertentu dikenal dengan istilah
aglomerasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bale (1984), yang mendefinisikan
aglomerasi industri sebagai pengumpulan jenis industri dalam suatu wilayah.
Kuncoro (2002) dalam studinya menemukan bahwa pusat konsentrasi
industri manufaktur Indonesia berlokasi di Pulau Jawa, dengan konsentrasi yang
membentuk pola dua kutub (bipolar pattern). Dua kutub tersebut antara lain, di
ujung barat Pulau Jawa yang beliputi JABOTABEK (Jakarta, Bogor, Tanggerang,
dan Bekasi) dan Bandung. Sedangkan di ujung timur Pulau Jawa berpusat di
kawasan Surabaya. Fenomena menarik yang terjadi di kutub bagian barat, adalam

1
perkembangan aktivitas industri pada kota-kota ini (core region) seperti Jakarta dan
Bandung cenderung menurun. Sebaliknya aktivitas industri di daerah-daerah
pinggiran (fringe region) seperti Bogor, Bekasi dan Tanggerang justru semakin
meningkat.
Berkaitan dengan penetapan pusat-pusat pertumbuhan serta hirarki
pelayanan, maka ditentukan sistem kota-kota yang berlaku di masing-masing
Wilayah Pengembangan (WP) terdiri dari PKN, PKWp, PKLp, PKLd, dan PPK.
Berdasarkan Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
JABODETABEKPUNJUR, Cikarang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) dengan kegiatan utama berupa industri dan permukiman. Menurut rencana
sistem perkotaan Kabupaten Bekasi dalam RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2011
– 2031, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi perkotaan Cikarang Pusat, sedangkan
Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) meliputi perkotaan Cikarang Selatan,
Cikarang Utara, Cikarang Barat, dan Cikarang Timur. Pengembangan beberapa
kota sebagai pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan daya tarik kecamatan di
dalam wilayah Kabupaten Bekasi menunjukkan adanya beberapa kota kecamatan
berfungsi sebagai pusat pertumbuhan yaitu Cikarang Pusat, Cikarang Barat,
Cikarang Selatan, dan Cikarang Utara. Keempat kecamatan tersebut mengakomodir
aktivitas sosial ekonomi penduduk kota-kota kecamatan lain yang menjadi
hinterland-nya.
Kabupaten Bekasi merupakan wilayah yang perekonomiannya ditunjang
besar oleh sektor perindustrian. Hal ini dapat dilihat dari data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Bekasi Tahun 2013 yang menjelaskan bahwa sektor industri merupakan
sektor terbesar dengan angka mencapai 102.673.539,21 Juta Rupiah dari hasil
pendapatan kabupaten secara keseluruhan (lihat Tabel 1.1).

2
Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan
Usaha Tahun 2013 (Juta/Million Rp).
Lapangan
2010 2011 2012 2013
Usaha
Pertanian 2.233.339,67 2.523.637,72 2.690.275,44 3.036.423,03
Pertambangan
dan 1.777.325,22 1.922.218,79 1.756.856,54 1.558.577,92
Penggalian
Industri
75.037.439,62 81.544.745,73 91.449.277,94 102.673.539,21
Pengolahan
Listrik, Gas
2.302.109,32 2.533.408,84 2.774.182,79 3.246.078,41
dan Air Bersih
Bangunan 1.645.158,89 1.865.102,11 2.311.302,78 2.809.997,67
Perdagangan,
Hotel dan 9.424.761,75 10.692.526,06 12.118.726,43 14.069.134,67
Restoran
Pengangkutan
dan 1.666.072,72 1.866.135,85 2.054.348,22 2.399.237,26
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan
1.306.609,45 1.468.226,72 1.591.333,27 1.820.346,00
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa 2.133.905,64 2.357.284,62 2.593.518,34 2.934.951,96
TOTAL 97.526.722,28 106.773.286,44 119.339.821,75 134.548.286,13
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014.

Selain itu, dapat dilihat juga pada Tabel 1.2 bahwa dalam kurun waktu
2010-2013 persentase kontribusi PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga
Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun 2013, sektor industri pengolahan memliki
kontribusi paling besar (76%) terhadap PDRB Kabupaten Bekasi secara
keseluruhan setiap tahunnya.

3
Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Berlaku
menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 (%).
Lapangan
2010 2011 2012 2013
Usaha
Pertanian 2,28 2,36 2,25 2,25
Pertambangan
dan 1,82 1,80 1,47 1,15
Penggalian
Industri
76,94 76,37 76,62 76,30
Pengolahan
Listrik, Gas
2,36 2,37 2,32 2,41
dan Air Bersih
Bangunan 1,68 1,74 1,93 2,08
Perdagangan,
Hotel dan 9,66 10,01 10,15 10,45
Restoran
Pengangkutan
dan 1,70 1,74 1,72 1,78
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan
1,33 1,37 1,33 1,35
dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa 2,18 2,20 2,17 2,18
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014. (diolah)

Cikarang dipilih menjadi daerah yang diteliti karena merupakan bagian dari
pinggiran Jakarta (fringe region) dan juga menjadi Ibukota Kabupaten Bekasi yang
mempunyai perkembangan aktivitasi industri yang sangat pesat, dilihat dari status
wilayah perkotaan cikarang yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan I (WP
I) yang difungsikan pengembangan industri, perdagangan dan jasa serta
permukiman pada Kecamatan Cikarang Utara, Kecamatan Cikarang Selatan,
Kecamatan Cikarang Barat, dan Kecamatan Cikarang Timur yang menjadi Pusat
Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) dan Wilayah Pengembangan II (WP II) yang
difungsikan pengembangan pusat pemerintahan kabupaten, industri serta
perumahan dan permukiman skala besar, disamping itu juga karena banyaknya
kawasan industri yang ada daerah tersebut diantaranya kawasan industri Jababeka,
Greenland International Industrial Center (GIIC), Kota Deltamas (Deltamas), East
Jakarta Industrial Park (EJIP), Delta Silicon, MM2100, BIIE dan sebagainya.
Kawasan-kawasan industri tersebut kini digabung menjadi sebuah Zona Ekonomi

4
Internasional (ZONI) yang memiliki fasilitas khusus di bidang perpajakan,
infrastruktur, keamanan dan fiskal. Tahun 2006 dan 2013 dipilih oleh peneliti
karena pada tanggal 6 Desember 2006 Gubernur Provinsi Jawa Barat Danny
Setiawan meresmikan perancangan pembangunan infrastruktur serta kesepakatan
bersama antara Departemen Pekerjaan Umum, Pemerintah Kabupaten Bekasi, dan
PT Jasa Marga (Persero) mengenai Zona Ekonomi Internasional (ZONI) yang
terdiri dari 7 kawasan industri diatas. Sedangkan tahun 2013 dipilih oleh peneliti
karena data terakhir yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan
Koperasi dan UMKM Kabupaten Bekasi tentang daftar perusahaan industri adalah
tahun 2013.
Berdasarakan hasil pemaparan di atas, informasi ini mejadi hal yang
menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, maka penelitian ini berusaha untuk
mendeskripsikan karakteristik aglomerasi industri pengolahan di Cikarang
Kabupaten Bekasi tahun 2006 dan 2013.

5
1.2 Perumusan Masalah

Cikarang mengalami perkembangan aktivitas industri pengolahan yang


sangat pesat dilihat dari banyaknya kawasan industri yang ada di daerah tersebut.
Akan tetapi belum ada penelitian yang menjelaskan aktifitas pengelompokkan
industri di Cikarang sebagai indikator aglomerasi, serta perkembangan wilayah
aglomerasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini akan berusaha menjawab
pertanyaan:

1. Bagaimana perkembangan aglomerasi industri pengolahan di Cikarang antara


tahun 2006 dan 2013.
2. Bagaimana karakteristik aglomerasi industri pengolahan di Cikarang tahun 2006
dan 2013.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan aglomerasi


industri pengolahan di Cikarang antara tahun 2006 dan 2013 dan mengetahui
karakteristik aglomerasi industri pengolahan di Cikarang tahun 2006 dan 2013.

1.3.2 Sasaran

Untuk mencapai tujuan di atas, diperlukan sasaran sebagai landasan dan


arah dalam melakukan tahapan-tahapan yang terdapat di dalam penelitian ini,
berikut adalah sasarannya:

- Mengidentifikasi perkembangan aglomerasi industri pengolahan di Cikarang


antara tahun 2006 dan 2013.
- Mengidentifikasi karakteristik aglomerasi industri pengolahan di Cikarang tahun
2006 dan 2013.

6
1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi dua yakni, ruang lingkup
wilayah yang menjelaskan batasan pembahasan penelitian berdasarkan batas
geografis dan ruang lingkup materi yang menjelaskan tentang batasan pembahasan
berdasarkan batas kajian ilmu.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang membatasi penelitian ini adalah seluruh lahan
terbangun kawasan industri yang terletak di wilayah perkotaan Cikarang Kabupaten
Bekasi yang tersebar diberbagai kecamatan yakni, Kecamatan Cikarang Utara,
Kecamatan Cikarang Selatan, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan Cikarang
Timur dan Kecamatan Cikarang Pusat, lihat Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian.

7
1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang membatasi penelitian ini adalah:

1) Industri

Industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri pengolahan, yaitu
cabang industri yang mencakup segala kegiatan pengumpulan, peningkatan
terhadap kegunaan melalui perubahan bentuk serta pengiriman komoditi yang lebih
berharga ke tempat lain (Daldjoeni, 1986).

2) Industri Pengolahan

Industri pengolahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri pengolahan
skala besar dan menengah. Industri pengolahan skala besar dan menengah
merupakan industri yang termasuk Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN), Izin Usaha Industri (IUI), Izin Perluasan dan Tanda
Daftar Industri (TDI) pada Daftar Perusahaan Industri Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Pemerintah Kabupaten Bekasi.

3) Jenis Industri

Jenis industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggolongan industri
berdasarkan komoditinya. Klasifikasi jenis industri yang digunakan mengacu pada
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Dalam penelitian ini
digunakan KBLI dua dijit.

4) Kepadatan Industri

Tingkat kepadatan industri menunjukkan banyaknya jumlah industri yang terdapat


pada suatu daerah. Dalam penelitian ini tingkat kepadatan industri ditentukan
berdasarkan banyaknya jumlah perusahaan yang terdapat pada sebuah daerah yang
akan dikelompokkan kedalam grid berukuran 1x1 km2.

5) Aglomerasi Industri

Merupakan pengumpulan berbagai jenis industri dalam suatu wilayah (Bale, 1984).

8
6) Wilayah Aglomerasi

Wilayah aglomerasi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu daerah
yang dibatasi oleh garis khayal yang memiliki karakteristik tertentu dengan adanya
pengelompokkan aktivitas industri di dalamnya. Dalam penelitian ini wilayah
aglomerasi digambarkan pada grid berukuran 1x1 km2 yang mempunyai lebih dari
2 perusahaan di dalamnya.

7) Karakteristik Wilayah Aglomerasi

Karakteristik wilayah aglomerasi yang dimaksud adalah gambaran wilayah


aglomerasi yang dilihat berdasarkan jumlah perusahaan industri, jumlah tenaga
kerja, jumlah jenis industri, luas wilayah, tingkat kepadatan industri, tingkat
kepadatan tenaga kerja, dan aksesibilitas.

8) Perkembangan Wilayah Aglomerasi

Perkembangan wilayah aglomerasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


peningkatan jumlah perusahaan industri, jumlah tenaga kerja, jumlah jenis industri,
luas wilayah, tingkat kepadatan industri dan tingkat kepadatan tenaga kerja pada
suatu wilayah aglomerasi.

9
1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah dalam mendapatkan


pengetahuan ilmiah/ilmu atau dapat dikatakan juga sebagai cara sistematis untuk
menyusun ilmu pengetahuan. Berikut adalah penjelasan tentang metodologi
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

1.5.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian


yang dilakukan ini tergolong ke dalam penelitian kuantitatif perkembangan suatu
objek menurut pola dan urutan berdasarkan fungsi waktu. Untuk dapat mengetahui
perkembangan tersebut dibutuhkan suatu data dari rentang waktu tertentu sampai
batas waktu tertentu atau yang biasa disebut dengan data time series.

1.5.2 Metode Penelitian

Metode analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini untuk


menjelaskan persebaran industri pengolahan, mengetahui lokasi terjadinya
aglomerasi, serta karakteristik wilayah aglomerasi industri pengolahan di
Kabupaten Bekasi.

1) Variabel-Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Jumlah perusahaan industri


b. Jumlah tenaga kerja industri
c. Jumlah jenis industri
d. Tingkat kepadatan industri
e. Tingkat kepadatan tenaga kerja
f. Jaringan jalan

10
2) Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh data primer dan data sekunder.

 Data Primer

Data Primer yang akan diperoleh untuk penelitian ini langsung dari sumbernya
dengan cara observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu
obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis
tentang hal-hal tertentu yang diamati. Observasi dilakukan pada lahan industri
terbangun di Cikarang Kabupaten Bekasi berupa gambar atau foto kawasan industri
eksisting dengan kegunaan sebagai bukti dasar dalam uji verifikasi lapangan.

 Data Sekunder

Data sekunder yang akan diperoleh untuk penelitian ini melalui literatur atau studi
pustaka yang berkaitan dengan wilayah penelitian. Data sekunder juga dapat
diperoleh dari instansi-instansi terkait berupa hardcopy maupun softcopy. Untuk
lebih jelasnya mengenai data-data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian
dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Data sekunder yang digunakan dalam penelitian.


Bentuk
No Data Sumber Data
Data
Peta Administrasi Kabupaten Dokumen
1 BPS dan BAPPEDA
Bekasi dan Peta
2 Peta Guna Lahan Peta BPS dan BAPPEDA
Dinas Perindustrian
Jumlah Perusahaan Industri
Perdagangan Koperasi
3 Pengolahan skala Besar dan Dokumen
dan Usaha Mikro Kecil
Menengah
dan Menengah (UMKM)
Dinas Perindustrian
Jumlah Tenaga Kerja Industri di Perdagangan Koperasi
4 Dokumen
Kabupaten Bekasi dan Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM)
5 Jaringan Jalan Peta BAPPEDA
Informasi Klasifikasi Jaringan
6 Dokumen BPS
Jalan
Klasifikasi Jenis Industri
7 Dokumen BPS
Berdasarkan KBLI
Sumber: Peneliti, 2014.

11
3) Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan berbagai macam teknik analisis yang penjelasannya


dibedakan berdasarkan hasil (output) dari analisis tersebut, berikut adalah
penjelasannya:

a. Melakukan proses digitasi pada Peta Administrasi Kabupaten Bekasi


menggunakan perangkat lunak ArcMap 10.2, untuk menentukan batas daerah
penelitian.
b. Melakukan proses plotting menggunakan perangkat lunak ArcMap 10.2 untuk
mendapatkan informasi sebaran perusahaan industri pengolahan besar dan
menengah di Cikarang Kabupaten Bekasi tahun 2006 dan 2013. Informasi
sebaran perusahaan industri tersebut mengacu pada Data Perusahaan Industri
yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pemerintah Kabupaten Bekasi.
c. Mengelompokkan jenis-jenis industri berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) dua dijit.
d. Membuat grid dengan ukuran 1x1 km2 yang disesuaikan dengan skala peta.
e. Membuat peta klasifikasi tingkat kepadatan industri di Kabupaten Bekasi pada
tahun 2006 dan 2013 dengan menggunakan grid dengan ukuran 1x1 km2.
Menurut Shidiq (2009), tingkat kepadatan industri tiap grid didapatkan dengan
menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑔𝑟𝑖𝑑

Hasil klasifikasi berdasarkan hasil pengolahan data di atas, adalah sebagai


berikut:

12
Tabel 1.4 Klasifikasi Tingkat Kepadatan Industri.
Tingkat Kepadatan Nilai (Industri/km2)

Rendah 1-2

Sedang 3-7

Tinggi 8-11
Sumber: Pengolahan Data, 2016.

f. Membuat peta klasifikasi tingkat kepadatan tenaga kerja industri di Cikarang


Kabupaten Bekasi pada tahun 2006 dan 2013 dengan menggunakan grid dengan
ukuran 1x1 km2.
Tingkat kepadatan tenaga kerja industri didapatkan dengan menggunakan
rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐼𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑔𝑟𝑖𝑑

Hasil klasifikasi berdasarkan sebaran data, adalah sebagai berikut:

Tabel 1.5 Klasifikasi Tingkat Kepadatan Tenaga Kerja Industri.


Tingkat Kepadatan Nilai (Orang/km2)

Rendah 1-300

Sedang 301-550

Tinggi 551-1405
Sumber: Pengolahan Data, 2016.

g. Mendeskripsikan tiap wilayah tingkat kepadatan industri berdasarkan jumlah


perusahaan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah jenis industri pada tahun 2006 dan
2013.
h. Menentukan wilayah aglomerasi berdasarkan persebaran perusahaan, jumlah
tenaga kerja, jumlah jenis industri, luas wilayah, serta tingkat kepadatan industri.

13
1.6 Kerangka Pemikiran

Aktivitas Industri di
wilayah perkotaan
Cikarang

Perusahaan
Jaringan
Industri
Jalan
Pengolahan

Persebaran Tenaga Kerja Jumlah Jenis


Perusahaan Industri Industri
Industri Pengolahan Pengolahan
Tahun 2006 Tahun 2006 Tahun 2006
dan 2013 dan 2013 dan 2013

Tingkat Tingkat
Kepadatan Kepadatan
Industri Tenaga Kerja
Tahun 2006 Tahun 2006
dan 2013 dan 2013

Aglomerasi
Industri
Pengolahan

Karakteristik Aglomerasi Industri


Pengolahan di Cikarang Kabupaten
Bekasi Tahun 2006 dan 2013

Gambar 1.2 Diagram Kerangka Pemikiran

14
1.7 Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran, ruang lingkup atau batasan wilayah dan materi, metodologi
penelitian, kerangka pemikiran, serta sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini.
Tinjauan pustaka berisikan tentang industri, industri pengolahan, pengelompokan
industri, kriteria industri, konsep dan teori aglomerasi, aglomerasi industri,
karakteristik wilayah aglomerasi industri, serta penelitian terdahulu.

BAB III: GAMBARAN UMUM

Pada bab ini berisikan gambaran umum daerah atau wilayah penelitian
tentang kondisi geografis, kondisi fisik dan non fisik, kondisi industri pengolahan
di Cikarang Tahun 2006, kondisi industri pengolahan di Cikarang Tahun 2013, serta
kondisi perindustrian pengolahan.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan mengenai analisis atau penyelesaian dari data yang ada
yang akan dibahas secara terperinci.

BAB V: KESIMPULAN

Berisi tentang simpulan.

15

Anda mungkin juga menyukai