Draft Lengkap 03
Draft Lengkap 03
Draft Lengkap 03
Oleh :
ROBI
NIM R2001043
“Proposal ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber pustaka yang
menjadi rujukan dalam penyusunan proposal ini telah saya nyatakan dengan benar.
berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu dengan resiko yang
Nama : Robi
NIM : R.20.01.043
Tanda Tangan :
Materai
Rp.10.000
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Robi
Tempat/ Tanggal Lahir : Indramayu, 08 Maret 1999
Agama : Islam
Alamat : Desa Pranti RT 004/002
Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu
Pendidikan
STIKes Indramayu : Tahun 2020 – Sekarang
SMKN 1 Losarang : Tahun Lulus 2017
SMPN 1 Kandanghaur : Tahun Lulus 2014
SDN Pranti : Tahun Lulus 2011
Pekerjaan : Mahasiswa
Profesi lainnya : -
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : R.20.01.043
STIKes Indramayu”
Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Penulisan proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dan mendukung sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik
diantaranya :
3. Novi Dwi Irmawati, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi
yang telah berkenan menyediakan waktu, tenaga, pikiran, motivasi dan ilmunya
iv
5. Bambang Eryanto, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing II yang
telah berkenan menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan ilmunya untuk memberikan
6. Eka Juwita Handayani, S.Kep., Ns., M. Kep., dan Rd. Gita Mujahidah,
S.Kep., Ns., M.Kep., selaku wali kelas Program Studi Sarjana Keperawatan
angkatan 2020 yang selalu senantiasa sabar memberikan bimbingan dan sarannya
7. Seluruh dosen, staff karyawan dan seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu dalam Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi
8. Kedua orang tua dan keluarga yang sangat peneliti cintai, yang selalu
Peneliti sangat berterima kasih apabila ada saran dan kritik bagi peneliti
Peneliti
v
DAFTAR ISI
vi
BAB IV METODE PENELITIAN..................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR SINGKATAN
FB : Facebook
Hp : Handphone
IG : Instagram
PR : Pekerjaan Rumah
WA : Whattsapp
x
DAFTAR LAMPIRAN
Penelitian
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media sosial adalah sebuah media online, dimana para penggunanya bisa
(Tongkotow, Fonny & Jouke, 2022). Media sosial merupakan salah satu alat
komunikasi yang bisa membuat seseorang berinteraksi dengan orang lain, yang
dijangkau kapan saja dan dimana saja karena sifat dari media sosial yang fleksibel
membuat pengguna media sosial menjadi sulit untuk berhenti mengakses dan bisa
Berdasarkan data dari We Are Social, dan KEPIOS (2023) pada bulan
Januari pengguna afktif media sosial di dunia mencapai 4,76 miliar orang atau
59,4% dari total populasi dunia. Pengguna media sosial didominasi usia 20-29
pengguna media sosial aktif mencapai 167 juta (60,4% dari total populasi).
lanjut, survei yang dilakukan We are Social dan KEPIOS pada tahun 2023
1
2
terhadap sosial media dan munculnya perasaan tidak menyenangkan apabila tidak
bisa menggunakan sosial media tersebut (Longstreet & Brooks, 2017). Menurut
Hartinah, Sriati, & Kosasih, (2019) hasil penelitian tingkat gejala kecanduan media
yang mengalami gejala kecanduan media sosial tingkat rendah (11,7%) tingkat
sedang (72,2%) dan tingkat tinggi (16,2%). Hal ini menunjukkan bahwa pada
psikologis, faktor sosial dan faktor biologis (Rahimaniar & Nuryono, 2021). Faktor
psikologis atau stress tersering yang dialami oleh mahasiswa yaitu stres akademik.
Kemudian faktor sosial juga bisa mengakibatkan seseorang kecanduan akan media
sosial. Hal ini dikarenakan sesorang yang mempunyai masalah sosial dan sulit
Rajesh dan Rangaiah (2020), seseorang yang kurang terampil saat berkomunikasi
langsung dengan orang lain bisa membuat perasaannya lebih nyaman untuk
berinteraksi melalui dunia maya. Selain itu, faktor biologis berhubungan dengan
fungsi otak saat kontrol diri. Seseorang yang tidak mampu dalam kontrol diri
menjadi penyebab dewasa awal mengalami kecanduan media sosial (Rahimaniar &
Nuryono, 2021).
emosional dan kognitif individu terhadap sebuah kondisi dimana individu tersebut
hanya mempunyai sedikit hubungan sosial dan tidak memuaskannya karena tidak
STIKes Indramayu
3
yang bersifat subjektif dan dialami seseorang ketika harapan mereka mengenai
menggunakan sosial media secara berlebihan (Savci & Aysan, 2016). Pada individu
yang menggunakan sosial media selama lebih dari 120 menit per hari, mereka
mengalami isolasi sosial dua kali lebih besar dibanding individu yang
menggunakan sosial media selama kurang dari 60 menit per harinya (Primack,
menjelaskan bahwa hasil hubungan kesepian dengan kecanduan media sosial pada
mahasiswa diperoleh p value = 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang
bahwa kecanduan media sosial dengan kesepian didapatkan hasil p value 0,00 <
STIKes Indramayu
4
0,306 yang artinya terdapat hubungan signifikan antara hubungan kesepian dengan
Media sosial memiliki dampak bagi individu, baik positif maupun negatif.
Hal positif dari penggunaan media sosial adalah sebagai sarana dalam mempererat
tali silaturahmi dimanapun dan kapan pun, sarana dalam mendapatkan informasi,
kecanduan media sosial memiliki dampak negatif yaitu kualitas interaksi sosial
yang menurun, cenderung merasa depresi dan kesepian, mendorong perasaan tidak
aman dan kurang nyaman dengan area di sekitar. Kecanduan media sosial
meliputi Whattsap, Facebook, Instagram dan Twitter sebagai pengguna aktif. Untuk
sosial selama 2 jam per hari sedangkan 4 mahasiswa menggunakan media sosial
dunia nyata jadi menggunakan media sosial untuk berkomunikasi melalui dunia
STIKes Indramayu
5
B. Rumusan Masalah
penyebab terjadinya kecanduan media sosial terdiri dari faktor psikologis, faktor
sosial dan faktor biologis. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kesepian adalah
faktor sosial, dikarenakan seseorang yang mempunyai masalah sosial dan sulit
untuk berkomunikasi secara langsung dengan orang lain bisa membuat perasaannya
kualitas interaksi sosial yang menurun, cenderung merasa depresi dan kesepian,
masalahnya adalah apakah ada hubungan kesepian dengan kecanduan media sosial
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
STIKes Indramayu.
2. Tujuan Khusus
STIKes Indramayu
6
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Mahasiswa
STIKes Indramayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kecanduan
terhadap suatu hal yang disebut stimulus, namun tidak terpenuhi hasratnya maka
suatu kategori perilaku yang disebut sebagai kecanduan tidak selalu soal
ketergantungan oleh zat-zat adiktif, melainkan dapat pula berupa suatu perilaku
atau kegiatan tertentu yang dapat menjadi penyebab kecanduan (Artono, 2022).
berhenti pada waktu yang dikehendaki. Berbeda halnya dengan kecanduan dimana
orang yang hasrat "candu" nya karena kondisi baik mental maupun fisik juga ikut
terlibat di dalamnya, sehingga saat seseorang sudah sampai pada tahap kecanduan,
maka ia tidak bisa jauh-jauh dari hal yang membuatnya kecanduan (Artono, 2022).
7
8
ketidaknyamanan.
Media sosial menurut tata bahasa, terdiri dari kata “sosial” yang memiliki
arti kemasyarakatan atau sebuah interaksi dan “media” adalah sebuah wadah atau
tempat sosial itu sendiri. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial
dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia (Muqsith, 2022). Dengan kata lain media sosial adalah
(Hutahayan, 2019).
a. Bersifat umum
Ciri pertama media sosial adalah umum, yaitu pesan atau informasi yang
disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja melainkan untuk banyak orang.
Informasi tersebut tidak hanya bisa dikonsumsi untuk satu wilayah atau satu daerah
saja, tetapi bersifat global yang bisa diakses oleh semua orang diberbagai daerah di
dunia. Kita, orang Indonesia bisa mengakses informasi dari luar negeri melalui
STIKes Indramayu
9
b. Bersifat bebas
Ciri lain media sosial adalah bebas. Maksudnya, informasi atau pesan yang
disampaikan adalah bebas, tanpa perlu melalui Gatekeeper. Karena ciri inilah, maka
memberikan informasi. Salah satu batasan itu adalah larangan SARA, larangan
c. Bersifat cepat
informasi. Dalam satu detik saja sebuah informasi sudah bisa diserap oleh banyak
banyak orang di seluruh dunia. Jadi, media sosial dalam menyajikan pesan ataupun
d. Interaktif
yaitu positif dan negatif. Berikut adalah dampak positif dari media sosial menurut
sosial kita dapat dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja termasuk dengan
artis favorit kita yang juga menggunakan media sosial terkenal seperti Facebook
dan Twitter.
STIKes Indramayu
10
koneksi dan jaringan yang luas. Tentu saja hal ini berdampak positif bagi orang
yang ingin mendapatkan teman atau pasangan hidup dari tempat yang jauh ataupun
c. Jarak dan waktu bukan lagi masalah. Di era media sosial seperti sekarang
ini, hubungan jarak jauh bukan lagi halangan besar karena kita tetap dapat
berinteraksi dengan orang lain kapan saja walaupun dipisahkan oleh jarak yang
cukup jauh.
sarana baru bagi manusia untuk mengekspresikan dirinya. Orang biasa, orang
pemalu, atau orang yang selalu gugup mengungkapkan pendapatnya didepan umum
media sosial memerlukan biaya yang lebih murah karena kita hanya perlu
Pahlevi (2021) berpendapat bahwa media sosial juga memiliki sisi negatif.
dunia nyata. Hal ini terutama terjadi dikalangan remaja dan dewasa awal. Kita
banyak melihat, dimana seorang remaja atau anak-anak lebih asyik bermain Hp
Dampak buruk ini akan membuat jalinan silatuhrahmi di dunia nyata menjadi
STIKes Indramayu
11
terancam. Tentu hal ini sangat berbahaya, dan bisa mengancam hubungan sosial di
masyarakat.
sendiri. Hal ini juga terjadi pada anak dan remaja, atau orang dewasa yang tidak
memperdulikan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kenapa? Karena tidak
ada aturan baku penggunaan bahasa di media sosial. Dari mulai anak-anak, remaja,
hingga dewasa pun, mereka kerap menggunakan bahasa yang diluar ejaan. Bahkan
kata-kata kasar dan sarat dengan SARA pun sering terlontar dengan mudah.
mengerikan pada media sosial. Tidak sedikit orang tau pengguna media sosial yang
melakukan tindak kejahatan atau cyber crime. Sudah banyak kasus perkenalan di
media sosial yang berujung pada pencabulan. Tidak sedikit kasus pengguna media
media sosial, tetapi pornografi juga. Artinya, media sosial memiliki dampak buruk
bagi perkembangan generasi muda masa depan bangsa, karena media sosial
dan tidak bisa dibendung. Hoaks atau informasi bohong. Dengan berkembangnya
media sosial, maka makin banyak pula yang namanya hoaks atau informasi bohong.
Benar, media sosial menjadi ajang berita hoaks. Inilah dampak negatif lain dari
STIKes Indramayu
12
sebuah media sosial. Bahkan, informasi bohong atau hoaks ini menempati posisi
a. Youtube
b. Whatsapp
Pada urutan kedua, macam media sosial yang paling banyak digunakan oleh
orang Indonesia selanjutnya adalah whatsapp (WA). Whatsapp atau yang biasa
c. Facebook
karena kita dapat berkomunikasi dengan orang lain, berbagai video, membuat suatu
d. Instagram
Macam media sosial yang paling sering digunakan oleh orang Indonesia
merupakan media sosial yang memungkinkan bagi penggunanya untuk berbagi foto
STIKes Indramayu
13
e. Tiktok
sepuluh besar media sosial terpopuler saat ini. Aplikasi yang diluncurkan pertama
kali pada 2016 dan dikembangkan oleh perusahaan ByteDance yang bermarkas
China. Tiktok merupakan layanan jejaring sosial dimana kita bisa berbagi video
berdurasi pendek yang menampikan musik sebagai latar belakang dan dapat diedit
Sebagai aplikasi yang memiliki jumlah pengguna aktif mencapai lebi dari
500 juta orang. Tiktok tak hanya dapat digunakan untuk membuat video pribadi.
Kecanduan media sosial itu sendiri ialah, kondisi dimana seseorang tidak
bisa lepas dari media sosial. Kecanduan media sosial sangat tidak baik untuk
kesehatan, khususnya untuk psikologis atau kejiwaan seseorang. Orang yang tidak
bisa lepas dari sosial media akan terkena sindrom FOMO, singkatan dari Fear
Missing Out. Para penderita biasanya akan mulai keasyiakan dengan notifikasi yang
ada pada situs jejaring sosial, dimana si penderita sindrom tersebut akan selalu
mengecek notifikasi akan tetapi dia lebih cenderung merasa takut berlebihan
tertinggal informasi atau kabar terbaru di sosial media atau internet (Fitriana, dkk
2018).
lain seperti pekerjaan dan studi, hubungan sosial, serta kesehatan dan kesejahteraan
STIKes Indramayu
14
disebutkan dari tokoh sebelumnya yaitu individu yang memberikan perhatian lebih
kepada media sosial sehingga mengganggu aktivitas lain di luar media sosial.
Menurut Kuss dan Griffiths (2017) kecanduan media sosial dianggap sebagai
sosial adalah bagian dari kecanduan internet, orang-orang yang kecanduan media
sosial sudah pasti kecanduan internet karena madia sosial terus terhubung dengan
internet.
media sosial adalah aktivitas atau perhatian yang lebih secara terus-menerus atau
Tiktok, Youtube, dan lainnya sehingga dapat beresiko kepada kesehatan psikologis
mengontrol penggunaan media sosial yang sangat intensif dan berlebihan sehingga
menyebabkan masalah psikologis dan sosial (Kootesh, Raisi, dan Ziapour 2016,
yang tidak mampu mengendalikan dalam bermain media sosial yang dapat
STIKes Indramayu
15
yaitu :
seseorang terhubung terus menerus secara online di media sosial. Individu berhasrat
atau ingin sekali menggunakan media sosial. Individu terus mencari koneksi
internet dimanapun berada dan ingin selalu bisa mengakses media sosial. Individu
mengakses atau menggunakan media sosial sebagai pelarian dan invidu tersebut
virtual daripada interaksi tatap muka secara langsung. Individu lebih memilih
Individu lebih mudah mengekspresikan diri di media sosial dan lebih percaya diri
Kecanduan media sosial yang terjadi merupakan pelarian dari dunia nyata
yang berbeda dengan apa yang diinginkan untuk memunculkan rasa bahagia
atau tugas. Individu lupa kepada keluarga, lupa makan, dan minum. Individu
STIKes Indramayu
16
bahkan sakit fisik, kurang produktif, dan individu sedih ketika harus mengurangi
waktu di sosial media, individu juga tidak bahagia ketika tidak menggunakan media
sosial.
online di media sosial. Individu ingin mendapatkan informasi yang cepat, terkini,
Sosial)
a. Faktor Internal
individu.
untuk terlibat dalam kegiatan yang tidak monoton untuk mencari pengalaman baru.
Individu dengan tingkat pencarian sensasi yang tinggi cenderung mudah mengalami
STIKes Indramayu
17
mendengarkan lagu, mengirim SMS, melihat foto atau video, bermain game,
Individu dengan harga diri rendah memiliki tingkat kepercayaan diri dan
kontrol diri yang rendah. Individu dengan harga diri rendah mengevaluasi diri
secara negatif dan merasa memiliki banyak kekurangan serta merasa minder ketika
berinteraksi dengan orang lain. Ketika individu dengan harga diri rendah
ponsel ini secara tidak sadar akan meningkat dan menjadi berlebihan karena
yang ditandai dengan memiliki banyak teman, mudah bergaul, ramah, responsif
menjalin hubungan dengan orang lain. orang lain. misalnya melalui media sosial
impuls dalam diri sendiri, namun kebiasaan penggunaan gadget yang tinggi dan
STIKes Indramayu
18
b. Faktor Eksternal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini
terkait dengan tingginya terpaan media sosial tentang gadget dan berbagai
fasilitasnya. Semakin tinggi paparan media sosial terhadap iklan gadget, semakin
c. Faktor Situasional
Faktor ini terdiri dari berbagai penyebab yang mengarah pada penggunaan
gadget sebagai sarana untuk membuat individu merasa nyaman secara psikologis
1) Stres
Dari hasil yang terdapat hubungan positif antara stres dengan kecanduan
media sosial, artinya semakin tinggi stres yang dialami individu maka semakin
2) Kesedihan
menurut mereka bagus dan menghibur, dan bermain media sosial. Ini berbagai hal
sosial di gadget.
3) Kesepian
dengan perasaan terisolasi dan kurangnya hubungan sosial yang ada. Ketika
STIKes Indramayu
19
menemaninya, seperti bermain game, bermain media sosial dan update status di
media sosial.
4) Kecemasan
Ketika individu merasa cemas akan informasi yang hilang, mereka sering
d. Faktor Sosial
berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor tersebut terdiri dari:
1) Perilaku Wajib
memenuhi kebutuhan interaksi yang dirangsang atau didorong oleh orang lain.
orang lain dan berinteraksi melalui dunia yang diakses dan smartphone, jika
kebutuhan akan interaksi tinggi maka penggunaan smartphone juga akan tinggi,
orang lain yang berasal dari dalam untuk menjaga kontak dengan orang lain.
Seseorang dapat tetap terhubung dan berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat
sosial.
STIKes Indramayu
20
B. Konsep Kesepian
1. Pengertian Kesepian
Arti kesepian berbeda-beda, tapi prosesnya sama sangat sulit untuk di lalui.
menakutkan orang akan sekuat tenaga menghindarinya dengan melakukan apa saja.
Meskipun dimensi kesepian terutama di tekankan pada efek emosional, tentu saja
kesepian, ketika itu pula akan merasakan marah, cemas dan sakit yang
emosional yang dicirikan dengan perasaan kehampaan dan merasa sunyi. Perlman
dan peplau mendefinisikan loneliness sebagai suatu kesenjangan antara harapan dan
memiliki teman dan juga dapat bersifat kualitatif seperti merasa bahwa hubungan
sosial yang dibina hanya bersifat seadanya. Kesepian dalam penelitian ini merujuk
2. Aspek-Aspek Kesepian
a. Affective (Afektif)
merasa panik, putus asa, tidak berdaya, bodoh, membenci diri sendiri, bosan dengan
STIKes Indramayu
21
rutinitas. Selain itu, perasaan yang dirasakan juga termasuk, tertekan, sedih, cemas,
b. Motivational (Motivasi)
menyababkan perasaan putus asa yang mendalam dan merasa sia-sia. Akibatnya,
para mahasiswa berani untuk mengambil inisiatif dan keputusannya sendiri pada
lingkup sosialnya, meskipun muncul rasa cemas dan ragu ketika melakukan
interaksi. Tipe demikian akan menjadikan seseorang pergi dan menghindar secara
agresif.
c. Cognitive (Kognitif)
bahwa dirinya tidak berarti bagi orang lain. Orang-orang tersebut juga akan percaya
bahwa kesepian yang dirasakannya akibat dari prilakunya di masa lalu, sehingga
d. Behavioral (Perilaku)
lain sebagainya.
STIKes Indramayu
22
(1980) yaitu:
a. Personality (kepribadian)
karena disebabkan oleh kepribadian mereka atau adanya pola yang lebih stabil dari
sosial yang diinginkan pada kehidupan di lingkungannya. Hal ini disebabkan oleh
c. Depression (depresi)
Adalah kesepian yang terjadi merupakan salah satu gangguan alam perasaan
atau tekanan dalam diri individu yang ditandai dengan sikap perasaan tidak
berharga, tidak bersemangat, murung, bersedih hati dan ketakutan pada kegagalan.
oleh Peplau dan Perlman yaitu affective, motivational, cognitive, dan behavioral.
Alasan peneliti memilih aspek tersebut yaitu karena aspek tersebut sudah sering
digunakan pada peneliti terdahulu, selain itu aspek ini sesuai dengan kontek yang
STIKes Indramayu
23
yaitu:
a. Faktor kesibukan
Merupakan faktor yang berasal dari tugas atau kesibukan yang dialami
mahasiswa. Salah satunya jika saat menggunakan handphone atau laptop secara
berlebihan maka akan memaksa invidu tersebut terlalu fokus terhadap dirinya
b. Faktor kesedihan
emosional dan tidak seseorang yang menghibur atau mensupport maka individu
tersebut akan selalu merasa kesepian dan tertekan meskipun berada di tengah
keramaian. Kondisi ini biasanya akan bersifat sementara dan akan hilang dengan
sendirinya.
c. Faktor keegoisan
mengasihani diri sendiri dan itu dapat membangun asumsi pada keyakinan yang
salah. Misalnya saat seseorang menganggap bahwa dirinya sudah tidak diinginkan,
dibutuhkan, atau tidak dihargai lagi oleh oranglain. Hal tersebut dapat
STIKes Indramayu
24
4. Penyebab-Penyebab Kesepian
a. Kepribadian
dikaitkan dengan kompetensi sosial yang rendah, penolakan dan dikorbankan oleh
teman sebaya, kurangnya persahabatan berkualitas tinggi, dan penilaian yang lebih
negatif terhadap dukungan sosial. Di sisi lain, siswa dengan keberhasilan akademik
rendah memiliki tingkat kesepian yang lebih tinggi. Tingkat kesepian yang tinggi
pada siswa dengan keberhasilan sekolah yang rendah disebabkan oleh fakta bahwa
Siswa dari ibu yang memiliki gelar sarjana dan pendidikan tinggi juga memiliki
tingkat kesepian yang lebih tinggi. Ibu yang memiliki gelar sarjana lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga waktu yang dihabiskan ibu yang
bekerja untuk anak-anak mereka cenderung lebih sedikit. Hal tersebut menjadi
penyebab kesepian.
b. Situasional
STIKes Indramayu
25
dan dibutuhkan oleh para siswa dalam menempuh pendidikan. Akibatnya, mereka
menghabiskan waktu lebih dari yang diperlukan terkait penggunaan alat teknologi
STIKes Indramayu
BAB III
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
mendukung suatu penelitian. Kerangka konsep terdiri dari hubungan antar variabel
yang satu dengan yang lain, baik berupa variabel yang diteliti maupun variabel yang
tidak diteliti (Notoatmodjo, 2018). Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari
dua komponen yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah kesepian dan variabel terikat adalah
kecanduan media sosial. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
B. Definisi Operasional
26
27
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Unfavourable:
Tidak Pernah : 1
Jarang : 2
Kadang-kadang
:3
Selalu : 4
Dependen
Kecanduan Tingkat Kuesioner Dengan melihat Dikategorikan : Ordinal
media sosial ketidakmamp (Imran, jawaban 1. Sangat
uan 2020) responden, Tinggi :
responden pertanyaan 162-184
untuk berupa skala 2. Tinggi :
mengontrol likert dengan 133-161
penggunaan pilihan : 3. Sedang :
media sosial Pertanyaan 104-132
favourable: 4. Rendah :
Sangat sesuai : 4 75-103
Sesuai : 3 5. Sangat
Tidak sesuai : 2 Rendah :
46-74
STIKes Indramayu
28
Unfavourable:
Sangat sesuai : 1
Sesuai : 2
Tidak sesuai : 3
Sangat tidak
sesuai : 4
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, yakni
pada penelitian ini adalah Ha yaitu ada hubungan antara kesepian dengan
STIKes Indramayu.
STIKes Indramayu
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki dua variabel yaitu kesepian sebagai variabel
independen dan kecanduan media sosial sebagai variabel dependen. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan
STIKes Indramayu.
1. Populasi
(Sugiyono, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2,4,6
29
30
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari karakteristik dan jumlah yang dimiliki oleh
teknik stratified random sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti, berdasarkan ciri atau
penelitian ini jumlah sampel dihitung dan ditentukan menggunakan rumus Slovin :
𝑁
𝑛=
1+𝑁(𝑒)2
302
𝑛 = (1+302(0,05)2 ))
302
𝑛 = 1+302(0,0025)⬚
302
𝑛 = 1+302 𝑥 (0,0025)
302
𝑛 = 1+0,75
302
𝑛 = 1,75= 173
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Total populasi
STIKes Indramayu
31
Maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini 173 mahasiswa
sampel dari setiap kelas menggunakan rumus dari Sugiyono (2020) sebagai berikut:
𝑋
𝑛 = 𝑁 x 𝑛1
Keterangan:
N= Jumlah populasi
𝑛1 = Sampel
perhitungan jumlah sampel per kelas, adapun cara perhitungannya dapat dilihat
Tabel 4.1
Perhitungan Jumlah Sampel Per Kelas
STIKes Indramayu
32
a. Kriteria inklusi
dipenuhi, sehingga sampel atau subjek penelitian dinyatakan layak atau memenuhi
syarat untuk berpartisipasi dalam penelitian (Swarjana, 2022). Kriteria inklusi pada
b. Kriteria ekslusi
inklusi, tetapi karena satu atau beberapa hal menyebabkan sampel tidak layak
C. Tempat Penelitian
STIKes Indramayu
33
D. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2024.
E. Etika Penelitian
Etika penelitian terdiri dari 3 prinsip, yaitu prinsip kegunaan, prinsip
menghargai terhadap hak asasi manusia, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2020).
Pada penelitian ini yang akan dilakukan peneliti tidak lupa menerapkan prinsip
etika penelitian. Oleh karena itu, prinsip-prinsip etika berikut harus diperhatikan :
Respondem memiliki hak untuk terlibat atau tidak dalam penelitian. Pada
keputusan reponden jika terdapat responden yang tidak bersedia dalam penelitian.
kerahasiaan)
responden. Peneliti tidak memberikan informasi atau data tentang responden di luar
STIKes Indramayu
34
dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2014). Metode pengumpulan data
1. Instrumen
pertanyaan secara tetulis (Nursalam, 2014). Dalam metode kuesioner ini instrument
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Bagian A Kesepian
Loneliness Scale Version 3 (Skala kesepian UCLA) disusun oleh Rusell (1996)
kemudian sudah diadopsi dari Astutik, (2019). Skala yang digunakan yaitu
menggunakan skala Likert dengan empat point pilihan jawaban yang terdiri dari 20
item pertanyaan. Setiap pertanyaan terdiri dari empat alternatif jawaban, jawaban
favorable yaitu skor 4 (tidak pernah), skor 3 (jarang), skor 2 (kadang-kadang), skor
1 (selalu). Untuk jawaban unfavorable yaitu skor 1 (tidak pernah), skor 2 (jarang),
dapat menjawab dengan memberikan tanda ceklist (✓) pada kotak jawaban.
STIKes Indramayu
35
sosial menggunakan jenis skala tipe Likert dengan empat point pilihan jawaban
yang terdiri dari 46 item . Setiap pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban
dengan memberikan tanda ceklist (✓) pada kotak jawaban yang sudah disediakan,
dengan pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai
(Imran, 2020).
2. Uji Validitas
a. Kuiosoner Kesepian
Pada skala UCLA loneliness scale version 3 terdapat 20 item. Peneliti telah
melakukan uji validitas terhadap skala ini dengan menguji apakah 20 item yang ada
bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur perasaan kesepian saja yang
sudah diadopsi dari Astutik, (2019). Hasil dari uji validitas nilai korelasi setiap
23,00 For windows Imran (2020). Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh nilai
Sehingga dari hasil uji validitas ini menyisahkan 46 item pernyataan yang valid.
Hasil uji validitas kecanduan media sosial dengan rentang nilai 0,421-0, 993.
STIKes Indramayu
36
3. Uji Reliabilitas
apakah instrumen tersebut bisa digunakan atau tidak untuk mengukur beberapa kali
objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama atau tidak (Sugiyono &
dengan membandingkan nilai Cronbach Alpha dengan nilai standar 0,6. Bila
Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka pertanyaan dikatakan reliable. Dari hasil
uji didapatkan nilai r Alpha (0,886) lebih besar dibandingkan dengan nilai 0,6 maka
sangat dapat diandalkan, baik dari segi konsistensi internal (koefisien alpha berkisar
antara 0,891).
1. Tahap Perizinan
499/U/D/III/2024.
2. Tahap Pelaksanaan
STIKes Indramayu
37
kepada mahasiswa/i.
mahasiswa/i.
kuesioner tersebut.
H. Pengolahan Data
sebagai berikut :
a. Editing
Semua jawaban sudah terisi dengan lengkap. Editing dilakukan setelah kuesioner
b. Coding
pengkodean atau coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan. Koding yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu tingkat kecanduan media sosial sangat tinggi diberi kode 1, tinggi diberi kode
2, sedang diberi kode 3, rendah diberi kode 4, untuk jenis kelamin responden laki-
laki diberi kode 1 dan perempuan 2, sedangkan untuk kategori kesepian diberi kode
STIKes Indramayu
38
1 tidak kesepian, kode 2 kesepian ringan, kode 3 kesepian sedang, kode 4 kesepian
berat, kemudian untuk semester yaitu diberi kode 1 semester 2, kode 2 semester 4,
Dalam tahap ini peneliti memasukan data-data hasil penelitian dari masing-
Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data-data yang telah selesai
I. Analisis Data
karena dengan menganalisis data maka data tersebut dapat mempunyai arti yang
terjadi setelah pengolahan data. Analisis data dalam penelitian ini ada dua, yaitu
1. Analisa Univariat
STIKes Indramayu
39
2. Analisa Bivariat
berkorelasi dari suatu tabel yang menyajikan data dari dua variabel secara silang
menggunakan cross tabulation (Hastono, 2020). Adapun data yang dianalisis adalah
variabel kesepian dengan kecanduan media sosial pada Mahasiswa Program Studi
menggunakan analisa dari hasil uji statistik uji pearson chi square yang dapat
Tabel 4.2
Analisa Data
Menurut Hastono (2020). Ketentuan yang berlaku pada uji chi square antara:
a) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka
b) Bila pada tabel 2x2 dan tidak ada nilai E <5 maka uji yang dipakai adalah
“Continuity Correction”
c) Bila lebih dari tabel 2x2 misal 3x2, 3x3 dan seterusnya, maka uji yang
digunakan ketika akan mengisi stratifikasi pada bidang epidemiologi serta untuk
STIKes Indramayu
40
confidence interval (CI) 95% dengan nilai α sebesar 5% atau (0,05) dengan
antara kesepian dengan kecanduan media sosial pada mahasiswa Program Studi
b) Jika p value > nilai α (0,05) maka Ha ditolak artinya : Tidak ada
STIKes Indramayu
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, M. D., Supradewi, R., & Syafitri, U. (2019). Pada remaja akhir Keywords :
Internet Addiction , Loneliness , and Online Self Disclosure Peran Kesepian
dan Pengungkapan Diri Online Terhadap Kecanduan Internet Pada Remaja
Akhir Pendahuluan Berkembangnya zaman mempengaruhi perkembangan
teknologi. Proyeksi, 14(1), 12–21, doi
http://dx.doi.org/10.30659/jp.14.1.12-21.
Armalita, R., & Helmi, A. F. (2018). Iri di Situs Jejaring Sosial: Studi tentang Teori
Deservingness. Jurnal Psikologi, 45(3), 218, doi
https://doi.org/10.22146/jpsi.33313.
41
42
Dr. Ezalina, Dkk (2024). Bunga rampai lansia dan permasalahannya (1st ed).
Bandung: Media Pustaka Indo.
Guo, H. (2018). Linking Loneliness and Use of Social Media. Tesis Master, tidak
diterbitkan, University of Helsinki, Helsinki, Finland. Diakses pada tanggal
19 maret 2024 jam 22.00 wib.
Halim, C. F., & Dariyo, A. (2016). Hubungan Psychological Well Being dengan
Loneliness pada Mahasiswa yang Merantau. Jurnal Psikogenesis, Vol 4(2),
170181.
Harahap, R. (2022). Penulisan fitur media daring (1st ed.). Medan: Guepedia
Hartinah, S., Sriati, A., & Kosasih, C. E. (2019). Gambaran Tingkat Gejala
Kecanduan Media Sosial pada Mahasiswa Keperawatan Universitas
Padjadjaran. Jurnal Keperawatan BSI, 7(1), 123–133.
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk.
Hasgimianti, Habibah, S., Alfiah & Purnama, D. B. (2022). Tingkat adiksi
penggunaan media sosial remaja. Education Guidance And Conseling
Development Journal,5(2),. http://dx.doi.org/10.24014/egcdj.v5i2.19731
43
Hastono, S. P. (2020). Analisis data pada bidang kesehatan. Depok: Rajawali Pers.
Hidayati, D. S. (2015). Self compassion dan loneliness. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 03(01), 154–164. Diakses pada tanggal 19 maret 2024 jam 22.00
wib.
Hurlock, E. B (1966). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Diakses pada
tanggal 20 maret 2024 jam 11.00 wib.
Hutahayan, B. (2019). Peran kepemimpinan spiritual dan media sosial rohani
pemuda (1st ed). Yogyakarta: CV Budi Utama.
Intan, P. S, Esi. A & Elvi. O. (2023) Kecanduan Gadget Dan Efeknya Pada
Konsentrasi Belajar,Indramayu, Penerbit Adab.
Jiang, L. C., Bazarova, N. N., & Hancock, J. T. (2016). The disclosureintimacy link
in computermediated communication: An attributional extension of the
hyperpersonal model. Human Communication Research, 37(1), 58–77.
(Diakses pada tanggal 19 maret 2024 jam 22.00 wib).
Krisnadi, B., & Adhandayani, A. (2022). Kecanduan media sosial pada dewasa
awal: Apakah dampak dari kesepian? JCA of Psychology, 3(1), 47–55.
https://jca.esaunggul.ac.id/index.php/jpsy/article/view/187.
Kuss, D & Griffiths, D. M (2017). Social Networking Site and Addiction Ten
Lessons Learned. Artikel Jurnal Internasional Enviromental Research and
Public Health. Diakses pada tanggal 26 maret 2024 jam 20.00 Wib.
https://doi.org/10.3390/ijerph14030311
Latifah & Lubis (2018). Hubungan Self Regulated Learning dan Self Esteem
dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Mengerjakan Skripsi
Di Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurnal Penelitian Psikologi. Jil. 05 Nomor 03.
Diakses pada tanggal 26 maret 2024 jam 20.00 wib.
44
Li,W., Lin, X., Wu, J., Xue, W., & Zhang,J. (2021). Impact Social Media Have on
Young Generation and Older Adults. Advance in Social Science, Education
and Humanities Research,615,294-300.(Yusuf, 2015).
Longstreet, P., & Brooks, S. (2017). Life satisfaction: A key to managing internet
& social media addiction. Technology in Society, 50 (9), 73-77. Diakses
pada tanggal 19 maret 2024 jam 22.00 wib.
Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., et al. (2017). Social Media Use and
Perceived Social Isolation among Young Adults in the US. American
Journal of Preventive Medicine, 53(1), 1-8, doi
Rahimaniar, I., & Nuryono, W. 2021. Studi Kepustakaan Tentang Faktor Penyebab
dan Penanganan Kecanduan Media Sosial. Jurnal BK UNESA. 12(2):185–
196.
Rajesh, T., & Rangaiah, D. B. (2020). Facebook addiction and personality. Heliyon,
6(1), e03184. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e03184.
Rokach, A. (2019). The Psychological Journey To and From Loneliness:
Development, Causes, and Effects of Social and Emotional Isolation (1st
ed.). San Diego: Elsevier Science Publishing. Diakses pada tanggal 19 maret
2024 jam 22.00 wib.
Rusell, D., Peplau, L. A., & Cutrona, C. E (1980). The Revised UCLA loneliness
scale. Concurretn and discriminant validity evidence. Journal of personality
and Social psychology, Vol 39 (3), 472-480.
Sahin, C. (2018). Social Media Addiction scale-Stdent Form: Thereliability and
Validity Study. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational
Technology. Vol, 17 No,1.
Savci, M., & Aysan, F. (2016). Relationship between Impulsivity, Social Media
Usage and Loneliness. Educational Process: International Journal. 5 (2),
106-115. Diakses pada tanggal 19 maret 2024 jam 22.00 wib.
Sucipto, C. D. (2020). Metodologi penelitian kesehatan (1st ed.). Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Young, K. S., & Abreu, C. N. (2017). Kecanduan Internet (K. S. Young & C. N. de
Abreu (eds.)). Pustaka Belajar. Diakses pada tanggal 26 maret 2024 jam
20.00 Wib.
Yusuf, N. F. (2015). Kesepian dan Depresi : Studi Metaanalisis. Seminar Psikologi
& Kemanusiaan,.
47
Lampiran 1
48
Lampiran 2
49
Lampiran 3
SURAT PERMOHONAN
Nama : Robi
NIM : R2001043
Kabupaten Indramayu
Peneliti
Robi
50
Lampiran 4
Nama Saksi :
51
Lampiran 5
Kisi-kisi Kuesioner
Kisi-Kisi
A. Kesepian
52
2. Tidak dapat 4, 10, 20 3
menghentikan
penggunaan
3. Ketidak- 15, 44, 6, 38, 10
mampuan 25, 30, 41, 33,
mengontrol 35 28
53
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN
A. Biodata Responden
Nama (Inisial) :
Jenis Kelamin :
Semester :
Usia :
B. Kuesioner Kesepian
Petunjuk pengisian
1. Berikut terdapat butir item – item pernyataan yang harus anda jawab dengan
jujur sesuai dengan kondisi diri anda.
2. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dibawah ini dengan teliti dan
seksama.
3. Pada lembar jawaban terdapat 4 kolom alternatif jawaban atas respon anda.
Berikan tanda centang (√) pada setiap jawaban atas pernyataan pada soal
yang sesuai dengan keadaan yang anda rasakan yaitu:
TP = jika pernyataan tersebut tidak pernah anda rasakan .
J = jika pernyataan tersebut jarang anda rasakan.
S = jika pernyataan tersebut sering anda rasakan.
SS = jika pernyataan tersebut selalu anda rasakan.
4. Jangan sampai ada butir pertanyaan di bawah ini yang terlewati.
No Pertanyaan TP J S SS
1. Seberapa sering anda merasa cocok dengan
orang-orang di sekitar anda?
2. Seberapa sering anda tidak punya teman
dekat?
3. Seberapa sering anda tidak ada orang
untuk berbagi bila ada masalah?
4. Seberapa sering anda merasa tidak pernah
sendirian?
5. Seberapa sering anda merasa menjadi
bagian dari teman - teman?
54
6. Seberapa sering anda merasa memiliki
banyak kesamaan dengan orang orang
disekitar anda?
7. Seberapa sering anda merasa tidak ada satu
orangpun yang dekat dengan anda?
8. Seberapa sering ide/usulan anda tidak
ditanggapi oleh orang lain disekitar anda?
9. Seberapa sering anda merasa menjadi
orang yang mudah bergaul dan ramah?
10. Seberapa sering anda merasa dekat dengan
orang orang disekitar anda?
11. Seberapa sering anda merasa jauh dari
orang-orang?
12. Seberapa sering hubungan sosial anda
dengan orang lain tidak berarti?
13. Seberapa sering anda merasa tidak
seorangpun menganal anda dengan baik?
14. Seberapa sering anda merasa dijauhkan
(terisolasi) dari orang lain?
15. Seberapa sering anda mendapatkan
bantuan orang lain ketika anda
membutuhkan?
16. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang benar-benar memahami anda?
17. Seberapa sering anda merasa tidak malu?
18. Seberapa sering anda merasa kesepian
ketika ada banyak orang disekitar anda?
19. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang mau diajak bicara bila anda ada
masalah?
20. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang bisa jadikan sebagai tempat
mengadu?
Petunjuk Pengisian :
1. Berikut terdapat butir item – item pernyataan yang harus anda jawab
dengan jujur sesuai dengan kondisi diri anda.
2. Baca dan fahamilah setiap pernyataan dibawah ini dengan teliti dan
seksama.
3. Pada lembar jawaban terdapat 4 kolom alternatif jawaban atas respon
55
anda. Berikan tanda centang (√) pada setiap jawaban atas pernyataan pada
soal yang sesuai dengan keadaan yang anda rasakan yaitu:
SS = jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai anda rasakan .
S = jika pernyataan tersebut Sesuai anda rasakan.
S = jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai anda rasakan.
SS = jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai anda rasakan.
4. Jangan sampai ada butir pernyataan di bawah ini yang terlewati.
56
Saya sulit membagi waktu antara pekerjaan
15.
saya dan menggunakan mediasosial.
16. Saya dapat membatasi penggunaan media sosial.
Saya membuka media sosial ketika sedang belajar
17.
atau berkegiatan.
Saya menambahkan jumlah waktu penggunaan
18.
media social setiap saat.
Saya tidak akan membuka media sosial ketika
19.
sedang belajar atau berkegiatan.
Saya merasa tenang dan biasa saja ketika
20.
tidak mengakses media socialseharian.
Saya tidak dapat membatasi penggunaan media
21.
sosial.
Bermain media social tidak mengganggu kegiatan
22
saya.
Saya tanggap untuk memulai pembicaraan secara
langsung dibanding di grup
23
chatting media sosial.
57
media sosial.
Saya akan memilih bermain media social apabila
36 orang-orang disekitar saya asyik dengan
handphone-nya.
Saya lebih memilih mengobrol dengan teman di
37
samping saya tanpa bermainmedia sosial.
Saya biasa membagi waktu dalam menggunakan
38
media social dan focus padapekerjaan saya.
Saya kurang bersosialisasi dengan teman dan
39
keluarga karena sibukmenggunakan media sosial.
Saya lebih aktif di grup chatting media sosial
40
disbanding ketika berdiskusi secara langsung
Saya mencari tempat dan waktu yang tepat untuk
41
bermain media sosial.
Saya ditegur keluarga atau teman saya apabila
42
sibuk bermain media social saat sedang berkumpul.
Saya lebih memilih berbicara secara langsung
43
disbanding melalui media sosial.
Saya mengakses media social dimanapun,
44
kapanpun dan dalam kondisi apapun.
Saya melalaikan kewajiban saya karena terlalu
45
sibuk dengan media sosial
Saya lebih aktif berdiskusi secara langsung
46
dibanding di grup chatting media sosial.
58
Lampiran 7
Pembimbing I
59
60
Pembimbing II
61
62
Lampiran 8
63
64