Draft Lengkap 03

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KESEPIAN DENGAN KECANDUAN


MEDIA SOSIAL PADA MAHASISWA PROGRAM
STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKes
INDRAMAYU

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Skripsi Pada Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Oleh :
ROBI
NIM R2001043

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INDRAMAYU
2024
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

“Proposal ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber pustaka yang

menjadi rujukan dalam penyusunan proposal ini telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa proposal ini merupakan hasil

plagiat/pemalsuan/penyuapan/pertukangan maka saya siap menerima sanksi yang

berlaku di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu dengan resiko yang

harus saya tanggung”

Nama : Robi

NIM : R.20.01.043

Tanggal : Mei 2024

Tanda Tangan :
Materai
Rp.10.000

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Robi
Tempat/ Tanggal Lahir : Indramayu, 08 Maret 1999
Agama : Islam
Alamat : Desa Pranti RT 004/002
Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu
Pendidikan
STIKes Indramayu : Tahun 2020 – Sekarang
SMKN 1 Losarang : Tahun Lulus 2017
SMPN 1 Kandanghaur : Tahun Lulus 2014
SDN Pranti : Tahun Lulus 2011

Pekerjaan : Mahasiswa
Profesi lainnya : -

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Robi

NIM : R.20.01.043

Judul : “Hubungan Kesepian dengan Kecanduan Media Sosial

Pada Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu”

Proposal ini telah disetujui dan siap untuk diseminarkan

Indramayu, Juni 2024

Oleh :

Pembimbing I

Wenny Nugrahati Carsita, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIK. 043 213 144

Pembimbing II

Bambang Eryanto, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIK. 043 213 085

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan karunia-Nya dan nikmat sehat yang tiada henti-hentinya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal dengan judul “Hubungan

Kesepian dengan Kecanduan Media Sosial Pada Mahasiswa Program Studi

Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu”

Penulisan proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah

membantu dan mendukung sehingga proposal ini dapat diselesaikan dengan baik

diantaranya :

1. Nur Rokhim Satria Nugraha, S.Kom., selaku Ketua Pengurus Yayasan

Indra Husada Indramayu.

2. Riyanto, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKes) Indramayu.

3. Novi Dwi Irmawati, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi

Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu yang selalu memotivasi peneliti.

4. Wenny Nugrahati Carsita, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing I

yang telah berkenan menyediakan waktu, tenaga, pikiran, motivasi dan ilmunya

untuk memberikan pengarahan, bimbingan ilmu pengetahuan, masukan dan saran

yang bermanfaat selama penyusunan proposal.

iv
5. Bambang Eryanto, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Pembimbing II yang

telah berkenan menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan ilmunya untuk memberikan

pengarahan, bimbingan ilmu pengetahuan, masukan dan saran yang bermanfaat

selama penyusunan proposal.

6. Eka Juwita Handayani, S.Kep., Ns., M. Kep., dan Rd. Gita Mujahidah,

S.Kep., Ns., M.Kep., selaku wali kelas Program Studi Sarjana Keperawatan

angkatan 2020 yang selalu senantiasa sabar memberikan bimbingan dan sarannya

dalam bimbingan proposal penelitian ini.

7. Seluruh dosen, staff karyawan dan seluruh pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu dalam Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu.

8. Kedua orang tua dan keluarga yang sangat peneliti cintai, yang selalu

mendukung dan memberikan semangat, serta senantiasa mendoakan peneliti.

9. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu angkatan 2020, yang senantiasa saling memberikan motivasi,

dan dukungan kepada peneliti.

Peneliti sangat berterima kasih apabila ada saran dan kritik bagi peneliti

yang sifatnya membangun sehingga akan memperbaiki kualitas proposal ini.

Semoga proposal ini dapat diterima dan dilanjutkan untuk penelitian.

Indramayu, Juni 2024

Peneliti

v
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. ii


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi


DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ x


DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
E. Ruang Lingkup Masalah Penelitian ............................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7


A. Konsep Kecanduan Media Sosial ................................................................ 7
B. Konsep Kesepian ....................................................................................... 20

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS PENELITIAN ........................................................................ 26

A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 26


B. Definisi Operasional ................................................................................. 26
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 28

vi
BAB IV METODE PENELITIAN..................................................................... 29

A. Rancangan Penelitian ................................................................................ 29


B. Populasi dan Sampel ................................................................................. 29
C. Tempat Penelitian .......................................................................................32
D. Waktu Penelitian........................................................................................ 33
E. Etika Penelitian.......................................................................................... 33
F. Alat Pengumpulan Data Penelitian............................................................ 34
G. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 36
H. Pengolahan Data .........................................................................................37
I. Analisa Data .............................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................. 27


Tabel 4.1 Perhitungan Jumlah Sampel Per Kelas ..................................................31
Tabel 4.2 Analisa Data ..........................................................................................39

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 26

ix
DAFTAR SINGKATAN

FB : Facebook

FOMO : Fear Missing Out

Hp : Handphone

IG : Instagram

Medsos : Media Sosial

PR : Pekerjaan Rumah

SMS : Short Message Service

STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

UCLA : University Of California

WA : Whattsapp

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 2 : Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 3 : Surat Permohonan Untuk Berpartisipasi Sebagai Responden

Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lampiran 5 : Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 6 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 : Buku Bimbingan Skripsi

Lampiran 8 : Dokumentasi Studi Pendahuluan

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media sosial adalah sebuah media online, dimana para penggunanya bisa

dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan komunikasi melalui dunia maya

(Tongkotow, Fonny & Jouke, 2022). Media sosial merupakan salah satu alat

komunikasi yang bisa membuat seseorang berinteraksi dengan orang lain, yang

dijangkau kapan saja dan dimana saja karena sifat dari media sosial yang fleksibel

dan luas. Media sosial terus memperbaharui fitur-fitur menarik. Akibatnya,

membuat pengguna media sosial menjadi sulit untuk berhenti mengakses dan bisa

mengakibatkan kecanduan media sosial (Hartinah, Sriati, & Kosasih, 2019).

Berdasarkan data dari We Are Social, dan KEPIOS (2023) pada bulan

Januari pengguna afktif media sosial di dunia mencapai 4,76 miliar orang atau

59,4% dari total populasi dunia. Pengguna media sosial didominasi usia 20-29

tahun dengan rincian perempuan 13,5% dan laki-laki 17,5% . Di Indonesia

pengguna media sosial aktif mencapai 167 juta (60,4% dari total populasi).

Media sosial yang paling banyak dikunjungi masyarakat Indonesia adalah

whatsapp (88,7%), instagram (89,15%), facebook (119,9%), tiktok (109,0%). Lebih

lanjut, survei yang dilakukan We are Social dan KEPIOS pada tahun 2023

menemukan bahwa rata-rata durasi penggunaan internet yang dihabiskan dengan

menggunakan perangkat pintar di Indonesia, yakni selama 7 jam 59 menit, dengan

alokasi waktu 3 jam 46 menit untuk aktif di media sosial.

1
2

Kecanduan sosial media didefinisikan sebagai ketergantungan seseorang

terhadap sosial media dan munculnya perasaan tidak menyenangkan apabila tidak

bisa menggunakan sosial media tersebut (Longstreet & Brooks, 2017). Menurut

Hartinah, Sriati, & Kosasih, (2019) hasil penelitian tingkat gejala kecanduan media

sosial pada mahasiswa Keperawatan Universitas Padjadjaran diperoleh mahasiswa

yang mengalami gejala kecanduan media sosial tingkat rendah (11,7%) tingkat

sedang (72,2%) dan tingkat tinggi (16,2%). Hal ini menunjukkan bahwa pada

mahasiswa mengalami tingkat kecanduan media sosial pada tingkat sedang.

Faktor penyebab terjadinya kecanduan media sosial terdiri dari faktor

psikologis, faktor sosial dan faktor biologis (Rahimaniar & Nuryono, 2021). Faktor

psikologis atau stress tersering yang dialami oleh mahasiswa yaitu stres akademik.

Kemudian faktor sosial juga bisa mengakibatkan seseorang kecanduan akan media

sosial. Hal ini dikarenakan sesorang yang mempunyai masalah sosial dan sulit

berkomunikasi secara interpersonal biasanya akan merasa kesepian. Menurut

Rajesh dan Rangaiah (2020), seseorang yang kurang terampil saat berkomunikasi

langsung dengan orang lain bisa membuat perasaannya lebih nyaman untuk

berinteraksi melalui dunia maya. Selain itu, faktor biologis berhubungan dengan

fungsi otak saat kontrol diri. Seseorang yang tidak mampu dalam kontrol diri

menjadi penyebab dewasa awal mengalami kecanduan media sosial (Rahimaniar &

Nuryono, 2021).

Menurut Hidayati (2015), loneliness atau kesepian adalah suatu reaksi

emosional dan kognitif individu terhadap sebuah kondisi dimana individu tersebut

hanya mempunyai sedikit hubungan sosial dan tidak memuaskannya karena tidak

STIKes Indramayu
3

sesuai dengan harapannya. Kesepian merupakan pengalaman tidak menyenangkan

yang bersifat subjektif dan dialami seseorang ketika harapan mereka mengenai

suatu hubungan interpersonal tidak sebanding dengan apa yang keyataannya

dialami (Perlman, 2019). Faktor yang mempengaruhi kesepian diantaranya adalah

ketidakmampuan personal, permasalahan di masa perkembangan, tidak

terpenuhinya kebutuhan akan hubungan akrab, pindah ke tempat baru atau

perpisahan, dan marginalitas sosial (Rokach, 2019).

Kesepian akan meningkat sejalan dengan penggunaan sosial media.

Individu yang kurang memiliki kontrol terhadap impulsnya akan cenderung

menggunakan sosial media secara berlebihan (Savci & Aysan, 2016). Pada individu

yang menggunakan sosial media selama lebih dari 120 menit per hari, mereka

mengalami isolasi sosial dua kali lebih besar dibanding individu yang

menggunakan sosial media selama kurang dari 60 menit per harinya (Primack,

2017). Penelitian lain menunjukkan bahwa pada individu yang mengalami

kesepian, motivasi menggunakan sosial media seperti Facebook akan meningkat

untuk memenuhi kebutuhan interaksinya (Guo, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Krisnadi dan Adhandayani (2022)

menjelaskan bahwa hasil hubungan kesepian dengan kecanduan media sosial pada

mahasiswa diperoleh p value = 0,000 < 0,05 yang artinya terdapat hubungan yang

signifikan antara hubungan kesepian dengan kecanduan media sosial. Selanjutnya

pada penelitian yang dilakukan Harahap dan Miftahurrahmah (2020) diperoleh

bahwa kecanduan media sosial dengan kesepian didapatkan hasil p value 0,00 <

STIKes Indramayu
4

0,306 yang artinya terdapat hubungan signifikan antara hubungan kesepian dengan

kecanduan media sosial pada mahasiswa.

Media sosial memiliki dampak bagi individu, baik positif maupun negatif.

Hal positif dari penggunaan media sosial adalah sebagai sarana dalam mempererat

tali silaturahmi dimanapun dan kapan pun, sarana dalam mendapatkan informasi,

sarana dalam mengembangkan keterampilan, maupun wadah dalam

mengembangkan bisnis dengan cara promosi di media-media sosial. Di sisi lain,

kecanduan media sosial memiliki dampak negatif yaitu kualitas interaksi sosial

yang menurun, cenderung merasa depresi dan kesepian, mendorong perasaan tidak

aman dan kurang nyaman dengan area di sekitar. Kecanduan media sosial

cenderung menurunkan kesejahteraan psikologis pada individu (Fatmawati, 2019).

Dari hasil studi pendahuluan pada mahasiswa Program Studi Sarjana

Keperawatan STIKes Indramayu pada tanggal 21 Maret 2024 melalui wawancara

dengan 10 mahasiswa didapatkan hasil 10 mahasiswa menggunakan media sosial

meliputi Whattsap, Facebook, Instagram dan Twitter sebagai pengguna aktif. Untuk

penggunaan media sosial didapatkan sebanyak 6 mahasiswa menggunakan media

sosial selama 2 jam per hari sedangkan 4 mahasiswa menggunakan media sosial

selama 4-5 jam sehari. Selanjutnya, 6 mahasiswa mengatakan merasa kesepian di

dunia nyata jadi menggunakan media sosial untuk berkomunikasi melalui dunia

maya, sedangkan 4 mahasiswa merasa tidak kesepian.

STIKes Indramayu
5

B. Rumusan Masalah

Penggunaan media sosial didominasi kelompok usia 20-29 tahun. Faktor

penyebab terjadinya kecanduan media sosial terdiri dari faktor psikologis, faktor

sosial dan faktor biologis. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kesepian adalah

faktor sosial, dikarenakan seseorang yang mempunyai masalah sosial dan sulit

untuk berkomunikasi secara langsung dengan orang lain bisa membuat perasaannya

lebih nyaman untuk berinteraksi melalui media sosial. Ketika individu

menggunakan media sosial berlebihan mempunyai dampak negatif diantaranya

kualitas interaksi sosial yang menurun, cenderung merasa depresi dan kesepian,

mendorong perasaan tidak aman dan kurang nyaman di area sekitar.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka rumusan

masalahnya adalah apakah ada hubungan kesepian dengan kecanduan media sosial

pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian dengan

kecanduan media sosial pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi gambaran kesepian pada mahasiswa Program

Studi Sarjana Keperawatan.

b. Untuk mengidentifikasi gambaran kecanduan media sosial pada

mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan.

STIKes Indramayu
6

c. Untuk mengidentifikasi hubungan kesepian dengan kecanduan media

sosial pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi institusi

pendidikan terkait hubungan kesepian dengan kecanduan media sosial pada

mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu.

2. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan tentang dampak negatif dalam

penggunaan media sosial secara berlebihan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi

data untuk peneliti selanjutnya, terkait dengan pengaruh kesepian dengan

kecanduan media sosial pada mahasiswa.

E. Ruang Lingkup Masalah Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan

menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada

penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah stratified random sampling. Analisa bivariat menggunakan

Uji pearson Chi-Square.

STIKes Indramayu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kecanduan Media Sosial

1. Pengertian Kecanduan

Kecanduan atau dalam bahasa Inggris disebut addiction, adalah sesuatu

bentuk kondisi dimana individu memiliki ketergantungan secara psikologis

terhadap suatu hal yang disebut stimulus, namun tidak terpenuhi hasratnya maka

akan berdampak secara psikologis terhadap perilaku seseorang tersebut, sehingga

suatu kategori perilaku yang disebut sebagai kecanduan tidak selalu soal

ketergantungan oleh zat-zat adiktif, melainkan dapat pula berupa suatu perilaku

atau kegiatan tertentu yang dapat menjadi penyebab kecanduan (Artono, 2022).

Pada dasarnya kecanduan dapat dikatakan berbeda dengan suatu kebiasaan,

dimana kebiasaan merupakan pilihan seseorang untuk melakukannya, dan sewaktu-

waktu kita dapat memilih untuk menghentikannya, sehingga kebiasaan dapat

berhenti pada waktu yang dikehendaki. Berbeda halnya dengan kecanduan dimana

orang yang hasrat "candu" nya karena kondisi baik mental maupun fisik juga ikut

terlibat di dalamnya, sehingga saat seseorang sudah sampai pada tahap kecanduan,

maka ia tidak bisa jauh-jauh dari hal yang membuatnya kecanduan (Artono, 2022).

Dapat disimpulkan bahwa kecanduan adalah kegemaran terhadap suatu hal

yang digunakan terus menerus sehingga mengalami ketergantungan yang

mengakibatkan kurang kontrol terhadap perilakunya yang berdampak pada

7
8

psikologisnya ketika perilaku tersebut dihentikan atau ditunda akan menyebabkan

ketidaknyamanan.

2. Pengertian Media Sosial

Media sosial menurut tata bahasa, terdiri dari kata “sosial” yang memiliki

arti kemasyarakatan atau sebuah interaksi dan “media” adalah sebuah wadah atau

tempat sosial itu sendiri. Media sosial adalah sebuah media online, dengan para

penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi

meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial

dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh

masyarakat di seluruh dunia (Muqsith, 2022). Dengan kata lain media sosial adalah

sebuah wadah yang mampu menghasilkan berbagai bentuk komunikasi dan

menyebarkan berbagai macam informasi bagi semua kalangan masyarakat

(Hutahayan, 2019).

3. Ciri-Ciri Media Sosial

Menurut Pahlevi (2021) ciri-ciri media sosial diantaranya adalah:

a. Bersifat umum

Ciri pertama media sosial adalah umum, yaitu pesan atau informasi yang

disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja melainkan untuk banyak orang.

Informasi tersebut tidak hanya bisa dikonsumsi untuk satu wilayah atau satu daerah

saja, tetapi bersifat global yang bisa diakses oleh semua orang diberbagai daerah di

dunia. Kita, orang Indonesia bisa mengakses informasi dari luar negeri melalui

media sosial dan begitupun sebaliknya.

STIKes Indramayu
9

b. Bersifat bebas

Ciri lain media sosial adalah bebas. Maksudnya, informasi atau pesan yang

disampaikan adalah bebas, tanpa perlu melalui Gatekeeper. Karena ciri inilah, maka

ada undang-undang yang mengatur batas-batas kebebasan dalam berpendapat atau

memberikan informasi. Salah satu batasan itu adalah larangan SARA, larangan

pornografi, dan berbagai hal yang tidak pantas dikonsumsi publik.

c. Bersifat cepat

Ciri ketiga media sosial terletak pada kecepatannya dalam menyajikan

informasi. Dalam satu detik saja sebuah informasi sudah bisa diserap oleh banyak

banyak orang di seluruh dunia. Jadi, media sosial dalam menyajikan pesan ataupun

informasi cenderung lebih cepat dibandingkan dengan media lainnya.

d. Interaktif

Ciri lainnya adalah bersifat interaktif, yaitu si penyampai informasi dan si

penerima informasi dapat saling berkomunikasi.

4. Dampak Positif dan Negatif Media Sosial

Media sosial memiliki dua pengaruh dalam kehidupan masyarakat modern,

yaitu positif dan negatif. Berikut adalah dampak positif dari media sosial menurut

Makhmudah (2019) diantaranya:

a. Memudahkan untuk berinteraksi dengan banyak orang. Dengan media

sosial kita dapat dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja termasuk dengan

artis favorit kita yang juga menggunakan media sosial terkenal seperti Facebook

dan Twitter.

STIKes Indramayu
10

b. Memperluas pergaulan. Media sosial membuat kita bisa memiliki banyak

koneksi dan jaringan yang luas. Tentu saja hal ini berdampak positif bagi orang

yang ingin mendapatkan teman atau pasangan hidup dari tempat yang jauh ataupun

dari Negara asing.

c. Jarak dan waktu bukan lagi masalah. Di era media sosial seperti sekarang

ini, hubungan jarak jauh bukan lagi halangan besar karena kita tetap dapat

berinteraksi dengan orang lain kapan saja walaupun dipisahkan oleh jarak yang

cukup jauh.

d. Lebih mudah untuk mengekspresikan diri. Media sosial memberikan

sarana baru bagi manusia untuk mengekspresikan dirinya. Orang biasa, orang

pemalu, atau orang yang selalu gugup mengungkapkan pendapatnya didepan umum

akhirnya mampu menyuarakan diri mereka secara bebas.

e. Biaya lebih murah. Bila dibandingkan dengan media lainnya, maka

media sosial memerlukan biaya yang lebih murah karena kita hanya perlu

membayar biaya internet untuk dapat mengakses media sosial.

Pahlevi (2021) berpendapat bahwa media sosial juga memiliki sisi negatif.

Berikut adalah dampak negatif dari media sosial :

a. Membuat pengguna media sosial menjadi malas untuk berkomunikasi di

dunia nyata. Hal ini terutama terjadi dikalangan remaja dan dewasa awal. Kita

banyak melihat, dimana seorang remaja atau anak-anak lebih asyik bermain Hp

(baca: media sosial) daripada bermain dengan teman-temannya di dunia nyata.

Dampak buruk ini akan membuat jalinan silatuhrahmi di dunia nyata menjadi

STIKes Indramayu
11

terancam. Tentu hal ini sangat berbahaya, dan bisa mengancam hubungan sosial di

masyarakat.

b. Media sosial membuat penggunanya egois dan lebih mementingkan diri

sendiri. Hal ini juga terjadi pada anak dan remaja, atau orang dewasa yang tidak

bisa mengontrol sisi buruk media sosial ini.

c. Media sosial ini juga bisa membuat penggunanya tidak lagi

memperdulikan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kenapa? Karena tidak

ada aturan baku penggunaan bahasa di media sosial. Dari mulai anak-anak, remaja,

hingga dewasa pun, mereka kerap menggunakan bahasa yang diluar ejaan. Bahkan

kata-kata kasar dan sarat dengan SARA pun sering terlontar dengan mudah.

d. Media sosial sebagai ajang kejahatan. Inilah dampak negatif paling

mengerikan pada media sosial. Tidak sedikit orang tau pengguna media sosial yang

melakukan tindak kejahatan atau cyber crime. Sudah banyak kasus perkenalan di

media sosial yang berujung pada pencabulan. Tidak sedikit kasus pengguna media

sosial untuk menipu atau merampok korbannya.

e. Pornografi tidak hanya tindak kejahatan saja yang rentan dilakukan di

media sosial, tetapi pornografi juga. Artinya, media sosial memiliki dampak buruk

bagi perkembangan generasi muda masa depan bangsa, karena media sosial

menyajikan konten-konten yang bersifat pornografi masih merajalela di internet

dan tidak bisa dibendung. Hoaks atau informasi bohong. Dengan berkembangnya

media sosial, maka makin banyak pula yang namanya hoaks atau informasi bohong.

Benar, media sosial menjadi ajang berita hoaks. Inilah dampak negatif lain dari

STIKes Indramayu
12

sebuah media sosial. Bahkan, informasi bohong atau hoaks ini menempati posisi

yang hampir sama dengan pornografi.

5. Macam-Macam Media Sosial

Menurut Harahap (2022) macam-macam media sosial diantaranya:

a. Youtube

Macam media sosial yang pertama adalah youtube. Youtube sendiri

merupakan media sosial yang memungkinkan para penggunanya untuk melihat,

mengirim, dan berbagi video.

b. Whatsapp

Pada urutan kedua, macam media sosial yang paling banyak digunakan oleh

orang Indonesia selanjutnya adalah whatsapp (WA). Whatsapp atau yang biasa

disebut dengan WA merupakan media sosial chatting tanpa menggunakan biaya,

namun cukup menggunakan koneksi internet saja.

c. Facebook

Facebook merupakan aplikasi media sosial yang dapat dikatakan lengkap

karena kita dapat berkomunikasi dengan orang lain, berbagai video, membuat suatu

grup atau perkumpulan, membuat jadwal bersama, dan sebagainya.

d. Instagram

Macam media sosial yang paling sering digunakan oleh orang Indonesia

berikutnya adalah instagram. Instagram atau orang Indonesia menyebutnya IG

merupakan media sosial yang memungkinkan bagi penggunanya untuk berbagi foto

dan video serta membuat cerita singkat pada fitur stories.

STIKes Indramayu
13

e. Tiktok

Macam media sosial berikutnya adalah tiktok. Tiktok masuk kedalam

sepuluh besar media sosial terpopuler saat ini. Aplikasi yang diluncurkan pertama

kali pada 2016 dan dikembangkan oleh perusahaan ByteDance yang bermarkas

China. Tiktok merupakan layanan jejaring sosial dimana kita bisa berbagi video

berdurasi pendek yang menampikan musik sebagai latar belakang dan dapat diedit

seperti dipercepat, diperlambat, ataupun ditambah filter baru.

Sebagai aplikasi yang memiliki jumlah pengguna aktif mencapai lebi dari

500 juta orang. Tiktok tak hanya dapat digunakan untuk membuat video pribadi.

6. Pengertian Kecanduan Media Sosial

Kecanduan media sosial itu sendiri ialah, kondisi dimana seseorang tidak

bisa lepas dari media sosial. Kecanduan media sosial sangat tidak baik untuk

kesehatan, khususnya untuk psikologis atau kejiwaan seseorang. Orang yang tidak

bisa lepas dari sosial media akan terkena sindrom FOMO, singkatan dari Fear

Missing Out. Para penderita biasanya akan mulai keasyiakan dengan notifikasi yang

ada pada situs jejaring sosial, dimana si penderita sindrom tersebut akan selalu

mengecek notifikasi akan tetapi dia lebih cenderung merasa takut berlebihan

tertinggal informasi atau kabar terbaru di sosial media atau internet (Fitriana, dkk

2018).

Kecanduan media sosial yaitu perhatian yang berlebihan terhadap media

sosial yang dirasakan individu sehingga mendorong individu tersebut untuk

menggunakannya secara berkepanjangan, dan menganggu berbagai aktivitas sosial

lain seperti pekerjaan dan studi, hubungan sosial, serta kesehatan dan kesejahteraan

STIKes Indramayu
14

psikologisnya (Andreassen, 2015). Pengertian tersebut serupa dengan yang telah

disebutkan dari tokoh sebelumnya yaitu individu yang memberikan perhatian lebih

kepada media sosial sehingga mengganggu aktivitas lain di luar media sosial.

Menurut Kuss dan Griffiths (2017) kecanduan media sosial dianggap sebagai

semacam kecanduan internet. Kuss dan Griffiths menganggap kecanduan media

sosial adalah bagian dari kecanduan internet, orang-orang yang kecanduan media

sosial sudah pasti kecanduan internet karena madia sosial terus terhubung dengan

internet.

Berdasarkan dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan kecanduan

media sosial adalah aktivitas atau perhatian yang lebih secara terus-menerus atau

berlebihan dalam bermain media sosial seperti Facebook,whatsaap, Instagram,

Tiktok, Youtube, dan lainnya sehingga dapat beresiko kepada kesehatan psikologis

dan kejiwaan mental individu tersebut.

Kecanduan media sosial adalah ketidakmampuan individu untuk

mengontrol penggunaan media sosial yang sangat intensif dan berlebihan sehingga

menyebabkan masalah psikologis dan sosial (Kootesh, Raisi, dan Ziapour 2016,

dalam Hartinah, Sriati, & Kosasih, 2019).

Berdasarkan pengertian tersebut kecanduan media sosial adalah individu

yang tidak mampu mengendalikan dalam bermain media sosial yang dapat

menimbulkan efek psikologis seperti adanya ketidakmampuan dalam

mengendalikan emosi dan masalah sosial seperti individu lebih nyaman

bersosialisasi dengan teman-temannya yang ada di media sosial.

STIKes Indramayu
15

7. Aspek-Aspek Kecanduan Media Sosial

Menurut Sahin (2018), terdapat aspek-aspek dalam kecanduan media sosial

yaitu :

a. Virtual Tolerace atau Toleransi Virtual

Kecanduan media sosial terjadi dikarenakan adanya kebutuhan untuk

seseorang terhubung terus menerus secara online di media sosial. Individu berhasrat

atau ingin sekali menggunakan media sosial. Individu terus mencari koneksi

internet dimanapun berada dan ingin selalu bisa mengakses media sosial. Individu

mengakses atau menggunakan media sosial sebagai pelarian dan invidu tersebut

merasa tidak bermakna tanpa media sosial.

b. Virtual Communication atau Komunikasi Maya

Kecanduan media sosial dikarenakan individu kurang memiliki

keterampilan mempresentasikan diri sehingga lebih memilih komunikasi secara

virtual daripada interaksi tatap muka secara langsung. Individu lebih memilih

komunikasi di sosial media daripada berkomunikasi langsung dengan orang sekitar.

Individu lebih mudah mengekspresikan diri di media sosial dan lebih percaya diri

di media sosial. Individu lebih banyak menghabiskan waktu dengan interaksi di

media sosial ketimbang interaksi di dunia nyata.

c. Virtual Problem atau Masalah Dunia Maya

Kecanduan media sosial yang terjadi merupakan pelarian dari dunia nyata

yang berbeda dengan apa yang diinginkan untuk memunculkan rasa bahagia

maupun senang. Individu sering menggunakan media sosial sehingga melewati PR

atau tugas. Individu lupa kepada keluarga, lupa makan, dan minum. Individu

STIKes Indramayu
16

bahkan sakit fisik, kurang produktif, dan individu sedih ketika harus mengurangi

waktu di sosial media, individu juga tidak bahagia ketika tidak menggunakan media

sosial.

d. Virtual information atau Informasi Dunia Maya

Kebutuhan seseorang untuk mendapatkan informasi yang dibagikan secara

online di media sosial. Individu ingin mendapatkan informasi yang cepat, terkini,

dibicarakan oleh banyak orang. Individu ingin mendapatkan informasi momen

penting, aktivitas/pekerjaan, dan juga informasi tentang teman dan kerabat.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecanduan Gadget (Media

Sosial)

Menurut Nasution (2021) mengemukakan beberapa faktor yang

mempengaruhi kecanduan media sosial atau gadget yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor ini terdiri dari faktor-faktor yang menggambarkan karakteristik

individu.

1) Faktor seeking atau pencarian

Sensation seeking atau pencarian sensasi adalah kecenderungan individu

untuk terlibat dalam kegiatan yang tidak monoton untuk mencari pengalaman baru.

Individu dengan tingkat pencarian sensasi yang tinggi cenderung mudah mengalami

kebosanan ketika melakukan hal-hal yang monoton, sehingga individu tersebut

membutuhkan kepuasan psikologis untuk mengurangi kebosanan. Kepuasan

psikologis ini dapat diperoleh dengan menggunakan ponsel misalnya untuk

STIKes Indramayu
17

mendengarkan lagu, mengirim SMS, melihat foto atau video, bermain game,

mengakses media sosial, atau browsing internet.

2) Low self esteem atau rendah diri

Individu dengan harga diri rendah memiliki tingkat kepercayaan diri dan

kontrol diri yang rendah. Individu dengan harga diri rendah mengevaluasi diri

secara negatif dan merasa memiliki banyak kekurangan serta merasa minder ketika

berinteraksi dengan orang lain. Ketika individu dengan harga diri rendah

mendapatkan keamanan dan kepuasan psikologis, mereka cenderung menggunakan

telepon seluler untuk berkomunikasi daripada tatap muka. Aktivitas menggunakan

ponsel ini secara tidak sadar akan meningkat dan menjadi berlebihan karena

kurangnya pengendalian diri.

3) High extraversion personality atau kepribadian yang tinggi

Individu dengan tipe kepribadian extraversion memiliki kemampuan sosial

yang ditandai dengan memiliki banyak teman, mudah bergaul, ramah, responsif

terhadap lingkungan, membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi, dan tidak

menyukai aktivitasnya sehingga individu yang memiliki kepribadian ini perlu

menjalin hubungan dengan orang lain. orang lain. misalnya melalui media sosial

yang diakses melalui gadget.

4) Low self control atau pengendalian diri yang rendah

Pengendalian diri merupakan kemampuan untuk menahan keinginan dan

impuls dalam diri sendiri, namun kebiasaan penggunaan gadget yang tinggi dan

kesenangan pribadi yang tinggi dapat memprediksi kerentanan individu untuk

mengalami kecanduan gadget dan media sosialnya.

STIKes Indramayu
18

b. Faktor Eksternal

Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ini

terkait dengan tingginya terpaan media sosial tentang gadget dan berbagai

fasilitasnya. Semakin tinggi paparan media sosial terhadap iklan gadget, semakin

besar kemungkinan menyebabkan kecanduan gadget.

c. Faktor Situasional

Faktor ini terdiri dari berbagai penyebab yang mengarah pada penggunaan

gadget sebagai sarana untuk membuat individu merasa nyaman secara psikologis

ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman sehingga berpotensi mengalami

kecanduan gadget. Faktor situasional ini meliputi:

1) Stres

Dari hasil yang terdapat hubungan positif antara stres dengan kecanduan

media sosial, artinya semakin tinggi stres yang dialami individu maka semakin

tinggi pula penggunaan media sosial sehingga berpotensi menimbulkan kecanduan.

2) Kesedihan

Individu yang mengalami kesedihan akan mencari sesuatu yang menghibur

dirinya, seperti mendengarkan musik, melihat berbagai macam gambar yang

menurut mereka bagus dan menghibur, dan bermain media sosial. Ini berbagai hal

bisa dinikmati melalui fitur-fitur di gadget sehingga cenderung kecanduan media

sosial di gadget.

3) Kesepian

Kesepian adalah keadaan mental dan emosional yang terutama ditandai

dengan perasaan terisolasi dan kurangnya hubungan sosial yang ada. Ketika

STIKes Indramayu
19

individu merasa kesepian, mereka cenderung menggunakan gadget untuk

menemaninya, seperti bermain game, bermain media sosial dan update status di

media sosial.

4) Kecemasan

Ketika individu merasa cemas akan informasi yang hilang, mereka sering

menggunakan gadget untuk mendapatkan informasi dari media sosial yang up to

date. Inilah salah satu penyebab kecanduan media sosial di gadget.

d. Faktor Sosial

Terdiri dari faktor penyebab kecanduan smartphone sebagai sarana

berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang lain. Faktor tersebut terdiri dari:

1) Perilaku Wajib

Perilaku wajib mengacu pada perilaku yang harus dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan interaksi yang dirangsang atau didorong oleh orang lain.

Dengan menggunakan smartphone seseorang dapat membangun hubungan dengan

orang lain dan berinteraksi melalui dunia yang diakses dan smartphone, jika

kebutuhan akan interaksi tinggi maka penggunaan smartphone juga akan tinggi,

sehingga cenderung kecanduan media sosial.

2) Kehadiran yang terhubung tinggi

Kehadiran terhubung lebih didasarkan pada perilaku berinteraksi dengan

orang lain yang berasal dari dalam untuk menjaga kontak dengan orang lain.

Seseorang dapat tetap terhubung dan berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat

dengan bantuan fitur smartphone, yang dapat menyebabkan kecanduan media

sosial.

STIKes Indramayu
20

B. Konsep Kesepian

1. Pengertian Kesepian

Arti kesepian berbeda-beda, tapi prosesnya sama sangat sulit untuk di lalui.

Kesepian menggambarkan sebagai pengalaman yang sangat menyakitkan dan

menakutkan orang akan sekuat tenaga menghindarinya dengan melakukan apa saja.

Meskipun dimensi kesepian terutama di tekankan pada efek emosional, tentu saja

meluas ke dimensi intelektual dan relasional juga. Ketika mulai mengalami

kesepian, ketika itu pula akan merasakan marah, cemas dan sakit yang

menimbulkan kebingungan mental (Zehra, 2022).

Menurut Ezalina (2024) kesepian adalah suatu keadaan mental dan

emosional yang dicirikan dengan perasaan kehampaan dan merasa sunyi. Perlman

dan peplau mendefinisikan loneliness sebagai suatu kesenjangan antara harapan dan

kenyataan yang dirasakan seseorang tentang tingkat hubungan sosial yang

dimilikinya. Kekurangan tersebut dapat bersifat kuantitatif seperti merasa tidak

memiliki teman dan juga dapat bersifat kualitatif seperti merasa bahwa hubungan

sosial yang dibina hanya bersifat seadanya. Kesepian dalam penelitian ini merujuk

pada teori Peplau dan Perlman.

2. Aspek-Aspek Kesepian

Terdapat empat aspek kesepian menurut Suryono (2022) yaitu:

a. Affective (Afektif)

Merupakan suatu kondisi ketika para mahasiswa kesepian dengan ciri-ciri

merasa panik, putus asa, tidak berdaya, bodoh, membenci diri sendiri, bosan dengan

STIKes Indramayu
21

rutinitas. Selain itu, perasaan yang dirasakan juga termasuk, tertekan, sedih, cemas,

marah, takut, dan mudah memusuhi orang lain.

b. Motivational (Motivasi)

Yaitu kesepian merupakan rasa sepi yang dialami mahasiswa yang

menyababkan perasaan putus asa yang mendalam dan merasa sia-sia. Akibatnya,

para mahasiswa berani untuk mengambil inisiatif dan keputusannya sendiri pada

lingkup sosialnya, meskipun muncul rasa cemas dan ragu ketika melakukan

interaksi. Tipe demikian akan menjadikan seseorang pergi dan menghindar secara

agresif.

c. Cognitive (Kognitif)

Kesepian kognitif merupakan kondisi para mahasiswa yang merasa

kesepian dan berkurangnya tingkat konsentrasi. Para mahasiswa akan merasa

bahwa dirinya tidak berarti bagi orang lain. Orang-orang tersebut juga akan percaya

bahwa kesepian yang dirasakannya akibat dari prilakunya di masa lalu, sehingga

dia dijauhi oleh orang lain dan lingkungannya.

d. Behavioral (Perilaku)

Merupakan perasaan sepi seorang mahasiswa yang ditunjukan dalam

sejumlah prilakunya, seperti mimik, intonasi, jarak berdiri, cara berpakaian,

seringnya menangis, tidur, mengurangi aktivitas berbicara dengan oranglain, dan

lain sebagainya.

STIKes Indramayu
22

Sementara aspek-aspek kesepian menurut Rusell, Peplau dan Cutrona

(1980) yaitu:

a. Personality (kepribadian)

Adalah suatu kesatuan dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan

karakteristik perilaku dan cara berpikir individu. Individu mengalami kesepian

karena disebabkan oleh kepribadian mereka atau adanya pola yang lebih stabil dari

perasaan kesepian yang terkadang berubah dalam situasi tertentu.

b. Social desirability (keinginan sosial)

Adalah kesepian yang terjadi karena individu tidak mendapatkan kehidupan

sosial yang diinginkan pada kehidupan di lingkungannya. Hal ini disebabkan oleh

adanya keinginan individu untuk membentuk atau membangun kehidupan sosial

yang disenangi pada kehidupan individu.

c. Depression (depresi)

Adalah kesepian yang terjadi merupakan salah satu gangguan alam perasaan

atau tekanan dalam diri individu yang ditandai dengan sikap perasaan tidak

berharga, tidak bersemangat, murung, bersedih hati dan ketakutan pada kegagalan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merujuk ke aspek yang dikemukakan

oleh Peplau dan Perlman yaitu affective, motivational, cognitive, dan behavioral.

Alasan peneliti memilih aspek tersebut yaitu karena aspek tersebut sudah sering

digunakan pada peneliti terdahulu, selain itu aspek ini sesuai dengan kontek yang

akan diteliti oleh peneliti.

STIKes Indramayu
23

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesepian

Menurut Cagan (2023) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesepian

yaitu:

a. Faktor kesibukan

Merupakan faktor yang berasal dari tugas atau kesibukan yang dialami

mahasiswa. Salah satunya jika saat menggunakan handphone atau laptop secara

berlebihan maka akan memaksa invidu tersebut terlalu fokus terhadap dirinya

sendiri. Sehingga dapat menimbulkan kesepian karena terlalu fokus bermain

handphone dan kurangnya berinteraksi sosial.

b. Faktor kesedihan

Kesedihan atau penderitaan yang mendalam akan mengakibatkan

munculnya kesepian terhadap individu tersebut. Ketika merasa sedih secara

emosional dan tidak seseorang yang menghibur atau mensupport maka individu

tersebut akan selalu merasa kesepian dan tertekan meskipun berada di tengah

keramaian. Kondisi ini biasanya akan bersifat sementara dan akan hilang dengan

sendirinya.

c. Faktor keegoisan

Keegoisan dapat menimbulkan ketidakbahagiaan yang tidak seharusnya

dirasakan oleh individu tersebut. Faktor ini disebabkan karena seringnya

mengasihani diri sendiri dan itu dapat membangun asumsi pada keyakinan yang

salah. Misalnya saat seseorang menganggap bahwa dirinya sudah tidak diinginkan,

dibutuhkan, atau tidak dihargai lagi oleh oranglain. Hal tersebut dapat

menimbulkan penderitaan pada kesepian yang nyata.

STIKes Indramayu
24

4. Penyebab-Penyebab Kesepian

Menurut Triantoro, dkk (2022). Secara umum, penyebab kesepian

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Kepribadian

Kepribadian secara signifikan berkorelasi dengan kurangnya keintiman,

kenyamanan, dan pemahaman, dan keresahan untuk lebih berhati-hati,

ketidakpercayaan, dan konflik, sehingga tidak diragukan bahwa kesepian juga

dikaitkan dengan kompetensi sosial yang rendah, penolakan dan dikorbankan oleh

teman sebaya, kurangnya persahabatan berkualitas tinggi, dan penilaian yang lebih

negatif terhadap dukungan sosial. Di sisi lain, siswa dengan keberhasilan akademik

rendah memiliki tingkat kesepian yang lebih tinggi. Tingkat kesepian yang tinggi

pada siswa dengan keberhasilan sekolah yang rendah disebabkan oleh fakta bahwa

siswa tersebut menghabiskan lebih banyak waktu dengan perangkat teknologi.

Siswa dari ibu yang memiliki gelar sarjana dan pendidikan tinggi juga memiliki

tingkat kesepian yang lebih tinggi. Ibu yang memiliki gelar sarjana lebih banyak

menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga waktu yang dihabiskan ibu yang

bekerja untuk anak-anak mereka cenderung lebih sedikit. Hal tersebut menjadi

penyebab kesepian.

b. Situasional

Pada tingkat pendidikan menengah (sederajat), konflik dengan keluarga,

permasalahan autisme, keinginan menjauh, dan kesepian di kalangan kaum muda

meningkatkan kecenderungan penggunaan internet dan smartphone hingga tingkat

kecanduan. Smartphone, komputer, dan internet menjadi media yang digunakan

STIKes Indramayu
25

dan dibutuhkan oleh para siswa dalam menempuh pendidikan. Akibatnya, mereka

menghabiskan waktu lebih dari yang diperlukan terkait penggunaan alat teknologi

tersebut, yang kemudian meningkatkan status kesepian kaum muda.

STIKes Indramayu
BAB III

KERANGKA, DEFINISI OPERASIONAL DAN KONSEP

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan sebuah rumusan teori-teori yang

mendukung suatu penelitian. Kerangka konsep terdiri dari hubungan antar variabel

yang satu dengan yang lain, baik berupa variabel yang diteliti maupun variabel yang

tidak diteliti (Notoatmodjo, 2018). Kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari

dua komponen yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah kesepian dan variabel terikat adalah

kecanduan media sosial. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Varibel Independen Variabel Dependen

Kesepian Kecanduan media sosial

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian terkait batasan pengertian dari

masing-masing variabel yang diteliti. Definisi operasional bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

26
27

akan diteliti dan sebagai pengembangan instrument (alat ukur) (Notoatmodjo,

2018). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Independen
Kesepian Perasaan Kuesioner Dengan melihat Dikategorikan Ordinal
subjektif UCLA jawaban 1. Tidak
responden Loneliness responden, kesepian : 20-
yang Scale pertanyaan 34
merupakan version 3 berupa skala 2. Kesepian
akibat dari disusun likert dengan ringan : 35-
kurangnya oleh Rusell pilihan : 49
hubungan (1996). Pertanyaan 3. Kesepian
yang (Astutik, favourable: Sedang : 50-
memuaskan 2019) Tidak Pernah : 4 64
Jarang : 3 4. Kesepian
Kadang-kadang berat : 65-80
:2
Selalu : 1

Unfavourable:
Tidak Pernah : 1
Jarang : 2
Kadang-kadang
:3
Selalu : 4

Dependen
Kecanduan Tingkat Kuesioner Dengan melihat Dikategorikan : Ordinal
media sosial ketidakmamp (Imran, jawaban 1. Sangat
uan 2020) responden, Tinggi :
responden pertanyaan 162-184
untuk berupa skala 2. Tinggi :
mengontrol likert dengan 133-161
penggunaan pilihan : 3. Sedang :
media sosial Pertanyaan 104-132
favourable: 4. Rendah :
Sangat sesuai : 4 75-103
Sesuai : 3 5. Sangat
Tidak sesuai : 2 Rendah :
46-74

STIKes Indramayu
28

Variabel Definisi Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional
Sangat tidak
sesuai : 1

Unfavourable:
Sangat sesuai : 1
Sesuai : 2
Tidak sesuai : 3
Sangat tidak
sesuai : 4

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari fenomena yang akan

diteliti oleh peneliti yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian.

Hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, yakni

variabel independen dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2018). Adapun hipotesis

pada penelitian ini adalah Ha yaitu ada hubungan antara kesepian dengan

kecanduan media sosial pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu.

STIKes Indramayu
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini yakni

menggunakan analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu jenis penelitian

yang mengidentifikasi mengapa suatu fenomena kesehatan itu bisa terjadi.

Selanjutnya dilakukan analisis dinamika korelasi antara variabel independen dan

variabel dependen dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi.

Pengukuran atau pengumpulan data variabel independen dan dependen sekaligus

pada satu kali waktu (Notoatmodjo, 2018).

Dalam penelitian ini memiliki dua variabel yaitu kesepian sebagai variabel

independen dan kecanduan media sosial sebagai variabel dependen. Adapun tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan

kecanduan media sosial pada mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan

STIKes Indramayu.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan objek yang diteliti atau keseluruhan objek penelitian

(Sugiyono, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 2,4,6

dan 8 Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes indramayu dengan total

keseluruhan mahasiswa yaitu 302 mahasiswa.

29
30

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari karakteristik dan jumlah yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2020). Besar sampel pada penelitian ini menggambarkan

populasi yaitu seluruh mahasiswa program studi sarjana keperawatan STIKes

indramayu semester 2,4,6 dan 8. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan

teknik stratified random sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan pada suatu

pertimbangan tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti, berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2018). Pada

penelitian ini jumlah sampel dihitung dan ditentukan menggunakan rumus Slovin :

𝑁
𝑛=
1+𝑁(𝑒)2

302
𝑛 = (1+302(0,05)2 ))

302
𝑛 = 1+302(0,0025)⬚

302
𝑛 = 1+302 𝑥 (0,0025)
302
𝑛 = 1+0,75
302
𝑛 = 1,75= 173

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Total populasi

e = Tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (5%)

STIKes Indramayu
31

Maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini 173 mahasiswa

Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu. Adapun cara pengambilan

sampel dari setiap kelas menggunakan rumus dari Sugiyono (2020) sebagai berikut:

𝑋
𝑛 = 𝑁 x 𝑛1
Keterangan:

n = Jumlah sampel setiap kelas

X = Jumlah populasi setiap kelas

N= Jumlah populasi

𝑛1 = Sampel

Untuk mempermudah dalam pengambilan sampel maka peniliti melakukan

perhitungan jumlah sampel per kelas, adapun cara perhitungannya dapat dilihat

pada tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1
Perhitungan Jumlah Sampel Per Kelas

Tingkat Kelas Mahasiswa Jumlah Sampel Total


44
Semester 2-A 44 𝑥 173 25
302
47
Semester 2-B 47 𝑥 173 27
302
46
Semester 4-A 46 𝑥 173 26
302
46
Semester 4-B 46 𝑥 173 26
302
33
Semester 6-A 33 𝑥 173 19
302
33
Semester 6-B 33 𝑥 173 19
302
25
Semester 8-A 25 𝑥 173 14
302

STIKes Indramayu
32

Tingkat Kelas Mahasiswa Jumlah Sampel Total


30
Semester 8-B 30 𝑥 173 17
302
Total 173

Agar kriteria sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum

dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah sejumlah kriteria atau persyaratan yang harus

dipenuhi, sehingga sampel atau subjek penelitian dinyatakan layak atau memenuhi

syarat untuk berpartisipasi dalam penelitian (Swarjana, 2022). Kriteria inklusi pada

penelitian ini adalah:

1) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

2) Mahasiswa yang memiliki media sosial

b. Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi adalah kondisi dimana sampel telah memenuhi kriteria

inklusi, tetapi karena satu atau beberapa hal menyebabkan sampel tidak layak

berpartisipasi sebagai sampel atau subjek penelitian (Swarjana, 2022). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah:

1) Mahasiswa yang tidak hadir pada saat penelitian

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kampus STIKes Indramayu.

STIKes Indramayu
33

D. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2024.

E. Etika Penelitian
Etika penelitian terdiri dari 3 prinsip, yaitu prinsip kegunaan, prinsip

menghargai terhadap hak asasi manusia, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2020).

Pada penelitian ini yang akan dilakukan peneliti tidak lupa menerapkan prinsip

etika penelitian. Oleh karena itu, prinsip-prinsip etika berikut harus diperhatikan :

1. Right to self determination (Hak untuk menentukan nasib sendiri)

Respondem memiliki hak untuk terlibat atau tidak dalam penelitian. Pada

penelitian ini peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada responden

terkait tujuan penelitian dan memberikan lembar informed consent kepada

responden sebagai bentuk kesediaan responden. Peneliti akan menghormati

keputusan reponden jika terdapat responden yang tidak bersedia dalam penelitian.

2. Right to privacy and dignity (Hak atas privasi dan martabat)

Pada penelitian ini peneliti tidak menyebutkan nama atau merahasiakan

nama menggunakan inisial, sehingga kerahasiaan identitas responden dapat dijaga

selama penelitian ini berlangsung.

3. Right to anonymity and confidentiality (Hak atas anonimitas dan

kerahasiaan)

Selama pengumpulan data berlangsung peneliti akan menjaga kerahasiaan

responden. Peneliti tidak memberikan informasi atau data tentang responden di luar

kepentingan atau tujuan penelitian.

STIKes Indramayu
34

F. Alat Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian

dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2014). Metode pengumpulan data

terdiri atas pengamatan atau observasi, angket pengukuran, dokumentasi dan

wawancara (Sucipto, 2020).

1. Instrumen

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengetahui gambaran

tingat kecanduan pada remaja adalah lembar kuesioner. Lembar kuesioner

merupakan pengumpulan data secara formal kepada subjek untuk menjawab

pertanyaan secara tetulis (Nursalam, 2014). Dalam metode kuesioner ini instrument

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bagian yaitu:

a. Bagian A Kesepian

Kuisoner yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesepian dari UCLA

Loneliness Scale Version 3 (Skala kesepian UCLA) disusun oleh Rusell (1996)

kemudian sudah diadopsi dari Astutik, (2019). Skala yang digunakan yaitu

menggunakan skala Likert dengan empat point pilihan jawaban yang terdiri dari 20

item pertanyaan. Setiap pertanyaan terdiri dari empat alternatif jawaban, jawaban

favorable yaitu skor 4 (tidak pernah), skor 3 (jarang), skor 2 (kadang-kadang), skor

1 (selalu). Untuk jawaban unfavorable yaitu skor 1 (tidak pernah), skor 2 (jarang),

skor 3 (kadang-kadang), skor 4 (selalu). Untuk petunjuk pengisiannya responden

dapat menjawab dengan memberikan tanda ceklist (✓) pada kotak jawaban.

STIKes Indramayu
35

b. Bagian B Kecanduan Media Sosial

Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tingkat keacanduan media

sosial menggunakan jenis skala tipe Likert dengan empat point pilihan jawaban

yang terdiri dari 46 item . Setiap pernyataan terdiri dari empat alternatif jawaban

favourable dan unfavourable yaitu 1 (sangat sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak sesuai), 4

(sangat tidak sesuai).Untuk petunjuk pengisiannya responden dapat menjawab

dengan memberikan tanda ceklist (✓) pada kotak jawaban yang sudah disediakan,

dengan pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai

(Imran, 2020).

2. Uji Validitas

a. Kuiosoner Kesepian

Pada skala UCLA loneliness scale version 3 terdapat 20 item. Peneliti telah

melakukan uji validitas terhadap skala ini dengan menguji apakah 20 item yang ada

bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur perasaan kesepian saja yang

sudah diadopsi dari Astutik, (2019). Hasil dari uji validitas nilai korelasi setiap

pertanyaan dengan rentang nilai 0,313-0,783.

b. Kuisoner Kecanduan Media Sosial

Uji validitas skala dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS

23,00 For windows Imran (2020). Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh nilai

Corrected Item-Total Correlation yang berada di bawah 0,30 sebanyak 4 item.

Sehingga dari hasil uji validitas ini menyisahkan 46 item pernyataan yang valid.

Hasil uji validitas kecanduan media sosial dengan rentang nilai 0,421-0, 993.

Adapun item yang tidak valid dihapus.

STIKes Indramayu
36

3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah suatu pengukuran yang digunakan untuk mengetahui

apakah instrumen tersebut bisa digunakan atau tidak untuk mengukur beberapa kali

objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama atau tidak (Sugiyono &

Puspandhani, 2020). Hasil uji reliabilitas pertanyaan kecanduan media sosial

dengan membandingkan nilai Cronbach Alpha dengan nilai standar 0,6. Bila

Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 maka pertanyaan dikatakan reliable. Dari hasil

uji didapatkan nilai r Alpha (0,886) lebih besar dibandingkan dengan nilai 0,6 maka

pertanyaan dikatakan reliabel.

Sedangkan untuk variabel kesepian menunjukkan hasil bahwa skala tersebut

sangat dapat diandalkan, baik dari segi konsistensi internal (koefisien alpha berkisar

antara 0,891).

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap Perizinan

a. Surat izin studi pendahuluan dari STIKes Indramayu Nomor

499/U/D/III/2024.

b. Surat balasan dari STIKes Indramayu tanggal 15 Maret 2024.

c. Surat izin penelitian di kampus STIKes Indramayu.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti meminta izin kepada Ketua Prodi Keperawatan STIKes

Indramayu, dan wali kelas.

b. Peneliti melakukan identifikasi responden dan melakukan pengacakan

dengan aplikasi spin sesuai urut absen.

STIKes Indramayu
37

c. Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan

kepada mahasiswa/i.

d. Setelah penjelasan dari peneliti, peneliti meminta persetujuan kepada

mahasiswa/i.

e. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti langsung memberikan

kuesioner kepada mahasiswa/i.

f. Selesai pengisian kuesioner peneliti memeriksa kembali hasil isian

kuesioner tersebut.

H. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2018) pengolahan data dibagi menjadi antara lain

sebagai berikut :

a. Editing

Pada proses ini peneliti mengecek kelengkapan jawaban dari responden.

Semua jawaban sudah terisi dengan lengkap. Editing dilakukan setelah kuesioner

sudah selesai diisi oleh responden.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean atau coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Koding yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu tingkat kecanduan media sosial sangat tinggi diberi kode 1, tinggi diberi kode

2, sedang diberi kode 3, rendah diberi kode 4, untuk jenis kelamin responden laki-

laki diberi kode 1 dan perempuan 2, sedangkan untuk kategori kesepian diberi kode

STIKes Indramayu
38

1 tidak kesepian, kode 2 kesepian ringan, kode 3 kesepian sedang, kode 4 kesepian

berat, kemudian untuk semester yaitu diberi kode 1 semester 2, kode 2 semester 4,

kode 3 semester 6 dan kode 4 semester 8.

c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Dalam tahap ini peneliti memasukan data-data hasil penelitian dari masing-

masing skor per item dengan menggunakan aplikasi dan komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Pada tahap ini peneliti mengecek kembali data-data yang telah selesai

dimasukan kedalam komputer bertujuan untuk melihat adanya kesalahan dikode,

ketidaklengkapan, dan lain sebagainya, lalu dilakukan pembetulan atau koreksi.

I. Analisis Data

Analisis merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian ilmiah

karena dengan menganalisis data maka data tersebut dapat mempunyai arti yang

berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Hastono, 2020). Analisis data

terjadi setelah pengolahan data. Analisis data dalam penelitian ini ada dua, yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat.

1. Analisa Univariat

Analisis univariat menjelaskan atau menggambarkan sifat-sifat dari setiap

variabel yang diteliti. Dimana analisis univariat ini menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase masing-masing variabel (Hastono, 2020). Analisa

univariat yang digunakan dengan rumus presentase menurut (Hastono, 2020)

adalah sebagai berikut: Analisa univariat unttuk variabel independen berbentuk

STIKes Indramayu
39

kategorik kemudian dianalisis dengan menggunakan hasil dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan presentase.

2. Analisa Bivariat

Analisa dilakukan terhadap kedua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi dari suatu tabel yang menyajikan data dari dua variabel secara silang

menggunakan cross tabulation (Hastono, 2020). Adapun data yang dianalisis adalah

variabel kesepian dengan kecanduan media sosial pada Mahasiswa Program Studi

Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu. Dalam penelitian ini, analisa bivariat

menggunakan analisa dari hasil uji statistik uji pearson chi square yang dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.

Tabel 4.2
Analisa Data

Variabel independen Variabel dependen Uji statistik

Kesepian Kecanduan media sosial Uji Pearson Chi Square

Menurut Hastono (2020). Ketentuan yang berlaku pada uji chi square antara:

a) Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka

yang digunakan “Fisher Exact Test”

b) Bila pada tabel 2x2 dan tidak ada nilai E <5 maka uji yang dipakai adalah

“Continuity Correction”

c) Bila lebih dari tabel 2x2 misal 3x2, 3x3 dan seterusnya, maka uji yang

dipakai adalah Pearson Chi Square.

d) Uji Likehood Ratio dan Linear -by- Linear Assciation biasanya

digunakan ketika akan mengisi stratifikasi pada bidang epidemiologi serta untuk

STIKes Indramayu
40

mengetahui hubungan linier dua variabel kategorik. Peneliti menerapkan

confidence interval (CI) 95% dengan nilai α sebesar 5% atau (0,05) dengan

ketentuan pengujian hipotesis sebagai berikut:

a) Jika p value ≤ nilai α (0,05) maka Ha diterima artinya : Ada hubungan

antara kesepian dengan kecanduan media sosial pada mahasiswa Program Studi

Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu.

b) Jika p value > nilai α (0,05) maka Ha ditolak artinya : Tidak ada

hubungan antara kesepian dengan kecanduan media sosial pada mahasiswa

Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu.

STIKes Indramayu
DAFTAR PUSTAKA

Al-faruq M. S. S., & Sukatin . (2021). Psikologi perkembangan (1st ed).


Yogyakarta: CV Budi Utama.

Andreassen, C. S. (2015). Online Social Network Site Addiction: A Comprehensive


Review. Current Addiction Report. Vol, 2 No,2. Diakses pada tanggal 26
maret 2024 jam 20.00 Wib.

Ariani, M. D., Supradewi, R., & Syafitri, U. (2019). Pada remaja akhir Keywords :
Internet Addiction , Loneliness , and Online Self Disclosure Peran Kesepian
dan Pengungkapan Diri Online Terhadap Kecanduan Internet Pada Remaja
Akhir Pendahuluan Berkembangnya zaman mempengaruhi perkembangan
teknologi. Proyeksi, 14(1), 12–21, doi
http://dx.doi.org/10.30659/jp.14.1.12-21.
Armalita, R., & Helmi, A. F. (2018). Iri di Situs Jejaring Sosial: Studi tentang Teori
Deservingness. Jurnal Psikologi, 45(3), 218, doi
https://doi.org/10.22146/jpsi.33313.

Artono, H. B. (2022). Kecanduan sekolah (2 nd ed). Jakarta: Pemimpi SEGAP


Pustaka.
Astutik, (2019). Hubungan Kesepian Dengan Psychological Well-Being Pada
Lansia Di Kelurahan Sananwetan Kota Blitar.
https://repository.unair.ac.id/84019/
Ayub, M., & Sulaiman, S. F. (2021). Dampak sosial media terhadap interaksi sosial
pada remaja. Jurnal penelitian bimbingan dan konseling, 6(2): 87-90, doi
10.35856/mdj.v6i2.28.
Cagan, M, S. (2023). Cara cepat menaklukan ketakutan, kecemasan, dan frustasi.
Yogyakarta: Psikologi Corner.
Cahyono & Anang Sugeng. (2016). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perdubahan
Sosial Masyarakat Di Indonesia, Publikasi, 9 (1) doi
http://jurnalunita.org/index.php/publiciana/article/view/79.
Chou, C., & Hsiao, M. C. (2000). Internet addiction, usage, gratification, and
pleasure experience: The Taiwan college students’ case. Computers and
Education, 35(1), 65–80. https://doi.org/10.1016. Retrieved From
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0360131500000191

41
42

Dr. Ezalina, Dkk (2024). Bunga rampai lansia dan permasalahannya (1st ed).
Bandung: Media Pustaka Indo.

Fatmawati, S. (2019). Hubungan Antara Kesejahteraan psikologis dengan


Kecanduan Media Sosial pada Mahasiswa. Universitas Mercubuana, 1 (2) doi
https://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/id/eprint/7212/.

Fernandes, B., Maia, B. R., & Pontes, H. M. (2019). Internet addiction or


problematic internet use which term should be used, Psicologia USP,
30(1), 1–8. https://doi.org/10.1590. Retrieved From
https://www.semanticscholar.org/paper/Internet-addiction-or-problematic-
internet-use-term-Fernandes-Maia.
Fitriana, Y. R Dkk (2018). Social media deviation (1st ed). Jakarta: PT Gramedia
Fuchs, C. (2014). Social Media a cricitcal intoduction. London: SAGE
Publications, Ltd. Nasrullah, Rulli. (2015). Media Sosial; Persfektif
Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Gani, A. G (2020). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perkembangan Anak
Remaja. Jurnal Mitra Manajemen , 7 (2). Doi
https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jmm/article/viewFile
/533/499.
Gunawan & Ratmono (2021). Medsos di antara dua kutub (1st ed). Jakarta Timur:
RAYYANA Komunikasindo.

Guo, H. (2018). Linking Loneliness and Use of Social Media. Tesis Master, tidak
diterbitkan, University of Helsinki, Helsinki, Finland. Diakses pada tanggal
19 maret 2024 jam 22.00 wib.

Halim, C. F., & Dariyo, A. (2016). Hubungan Psychological Well Being dengan
Loneliness pada Mahasiswa yang Merantau. Jurnal Psikogenesis, Vol 4(2),
170181.

Harahap, R. (2022). Penulisan fitur media daring (1st ed.). Medan: Guepedia
Hartinah, S., Sriati, A., & Kosasih, C. E. (2019). Gambaran Tingkat Gejala
Kecanduan Media Sosial pada Mahasiswa Keperawatan Universitas
Padjadjaran. Jurnal Keperawatan BSI, 7(1), 123–133.
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk.
Hasgimianti, Habibah, S., Alfiah & Purnama, D. B. (2022). Tingkat adiksi
penggunaan media sosial remaja. Education Guidance And Conseling
Development Journal,5(2),. http://dx.doi.org/10.24014/egcdj.v5i2.19731
43

Hastono, S. P. (2020). Analisis data pada bidang kesehatan. Depok: Rajawali Pers.
Hidayati, D. S. (2015). Self compassion dan loneliness. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 03(01), 154–164. Diakses pada tanggal 19 maret 2024 jam 22.00
wib.
Hurlock, E. B (1966). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Diakses pada
tanggal 20 maret 2024 jam 11.00 wib.
Hutahayan, B. (2019). Peran kepemimpinan spiritual dan media sosial rohani
pemuda (1st ed). Yogyakarta: CV Budi Utama.

Imran, N. A. (2020). Penerapan Teknik Self Management Untuk Mengurangi


Kecanduan Media Sosial Pada Siswa di SMA Negeri 1 Sinjai.
https://eprints.unm.ac.id/19360/1/JURNALNURAZIZAHIMRAN.pdf.

Intan, P. S, Esi. A & Elvi. O. (2023) Kecanduan Gadget Dan Efeknya Pada
Konsentrasi Belajar,Indramayu, Penerbit Adab.
Jiang, L. C., Bazarova, N. N., & Hancock, J. T. (2016). The disclosureintimacy link
in computermediated communication: An attributional extension of the
hyperpersonal model. Human Communication Research, 37(1), 58–77.
(Diakses pada tanggal 19 maret 2024 jam 22.00 wib).

Kemenkes RI. (2018). Bijak gunakan smartphone agar tidak ketergantungan.


https://www.kemkes .go.id/article/view/18070600008/bijak-gunakan-
smartphone-agar-tidak-ketergantungan.html.
Khan, G.F, Swar, &Lee K.S. (2014). Social Media Risks and Benefits: A Public
Sector Perspective. Social Science Computer Review.Vol, 32 No,5.

Krisnadi, B., & Adhandayani, A. (2022). Kecanduan media sosial pada dewasa
awal: Apakah dampak dari kesepian? JCA of Psychology, 3(1), 47–55.
https://jca.esaunggul.ac.id/index.php/jpsy/article/view/187.

Kuss, D & Griffiths, D. M (2017). Social Networking Site and Addiction Ten
Lessons Learned. Artikel Jurnal Internasional Enviromental Research and
Public Health. Diakses pada tanggal 26 maret 2024 jam 20.00 Wib.
https://doi.org/10.3390/ijerph14030311
Latifah & Lubis (2018). Hubungan Self Regulated Learning dan Self Esteem
dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Mengerjakan Skripsi
Di Fakultas Ilmu Pendidikan. Jurnal Penelitian Psikologi. Jil. 05 Nomor 03.
Diakses pada tanggal 26 maret 2024 jam 20.00 wib.
44

Lestary, Y. D.,& Winingsih,E. (2020). Penerapan konseling kelompok dengan


strategi self management untuk mengurangi kecanduan media sosial siswa
di SMAN 1 Driyorejo. Jurnal BK UNESA, 11(3), 288-294. https//jurnal
mahasiswa.unesa.ac.id/indeks.php/jurnal-bk

Li,W., Lin, X., Wu, J., Xue, W., & Zhang,J. (2021). Impact Social Media Have on
Young Generation and Older Adults. Advance in Social Science, Education
and Humanities Research,615,294-300.(Yusuf, 2015).

Lidwina, Andrea. “Facebook, Media Sosial Paling Bayak Digunakan di Dunia”,


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/02/17/facebook-media
sosialpaling-banyak-digunakandi-dunia).

Longstreet, P., & Brooks, S. (2017). Life satisfaction: A key to managing internet
& social media addiction. Technology in Society, 50 (9), 73-77. Diakses
pada tanggal 19 maret 2024 jam 22.00 wib.

Makhmudah, S. (2019). Medsos dan dampaknya pada prilaku keagamaan remaja


dan dewasa (1st ed). Jakarta: Guepedia.
Marshall, T. C., Lefringhausen, K., & Ferenczi, N. (2015). Journal The Big Five,
self-esteem, and narcissism as predictors of the topics people write about in
Facebook status updates. Personality and Individual Differences, 85, 35–40.
https://doi.org/10.1016/j.paid.2015.04.039. Diakses pada tanggal 19 maret
2024 jam 22.00 wib.
Muqsith, M. A. (2022). Pesan politik media sosial “twitter” (1st ed). Surabaya: CV.
Jakad Media Publishing.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial : persfektif komunikasi, budaya, dan
sosioteknologi. Bandung: Simbiosa rekatama media.
Nurul F. (2023). Hubungan Kesepian Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Siswa
Sman 1 Mutiara Pidie, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 25, doi
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/26424/.

Pahlevi, N. A. (2021). Pengaruh media sosial dan gerakan massa terhadap


hakim.Surabaya: Cipta media nusantara (CMN).
Nurdiani, A.F. (2013). Uji validitas konstruk UCLA loneliness scale version 3.
Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 2 (8), 499-503.
Nursalam. (2014). Metodologi penelitian ilmu keperawatan (3rd ed.). Jakarta
Salemba Medika.
45

Nursalam. (2020). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


Salemba Medika Edisi 5.

Perlman, D. (2019). Lonelines, Journal A life-span, family perspective, 5, doi


https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Perlman%2
C+D.+%282019%29.+Lonelines%2C+Journal+A+life-span.

Pramitha, R. (2018). Hubungan Kesejahteraan Psikologis dengan Kesepian pada


Mahasiswa Merantau di Yogyakarta. Skripsi, Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.

Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., et al. (2017). Social Media Use and
Perceived Social Isolation among Young Adults in the US. American
Journal of Preventive Medicine, 53(1), 1-8, doi

Rahimaniar, I., & Nuryono, W. 2021. Studi Kepustakaan Tentang Faktor Penyebab
dan Penanganan Kecanduan Media Sosial. Jurnal BK UNESA. 12(2):185–
196.

Rajesh, T., & Rangaiah, D. B. (2020). Facebook addiction and personality. Heliyon,
6(1), e03184. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e03184.
Rokach, A. (2019). The Psychological Journey To and From Loneliness:
Development, Causes, and Effects of Social and Emotional Isolation (1st
ed.). San Diego: Elsevier Science Publishing. Diakses pada tanggal 19 maret
2024 jam 22.00 wib.
Rusell, D., Peplau, L. A., & Cutrona, C. E (1980). The Revised UCLA loneliness
scale. Concurretn and discriminant validity evidence. Journal of personality
and Social psychology, Vol 39 (3), 472-480.
Sahin, C. (2018). Social Media Addiction scale-Stdent Form: Thereliability and
Validity Study. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational
Technology. Vol, 17 No,1.
Savci, M., & Aysan, F. (2016). Relationship between Impulsivity, Social Media
Usage and Loneliness. Educational Process: International Journal. 5 (2),
106-115. Diakses pada tanggal 19 maret 2024 jam 22.00 wib.
Sucipto, C. D. (2020). Metodologi penelitian kesehatan (1st ed.). Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2020) Metode Penelitian Kesehatan. Bandung : Alfabeta.


46

Suryono, A, D, S. (2022). Selamat datang pensiun. Malang: UB press


Swarjana, I. K. (2022). Populasi-sampel teknik sampling & bias dalam penelitian
(1st ed.). Yogyakarta: ANDI.
Tongkotow L, Fonny J & Jouke J. (2022). Peran Media Sosial Dalam Mempererat
Interaksi Antar Keluarga Di Desa Esandom Kecamatan Tombatu Timur
Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Ilmiah Society, 2(1), doi
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnalilmiahsociety/article/view/381
18.

Triwijayanti, R., & Rahmania, A. (2022). Mutu Pelayanan puskesmas dalam


persepsi pasien (1 st ed.). Sumatera Barat: CV. Mitra Cendekia Media.
We Are Social, & Kepios. (2023). Digital 2023: Indonesia.
https://datareportal.com/reports/digital-2022-indonesia. Diakses pada
tanggal 04 April 2024 jam 13.50 Wib.
Yahya, Y., & Rahim, N. Z. A. (2017). Factors influencing social networking sites
addiction among the adolescents in Asian Countries. Proceedings Ot the
21st Pacific Asia Conference on Information Systems: “‘Societal
Transformation Through IS/IT’”, PACIS 2017.

Young, K. S., & Abreu, C. N. (2017). Kecanduan Internet (K. S. Young & C. N. de
Abreu (eds.)). Pustaka Belajar. Diakses pada tanggal 26 maret 2024 jam
20.00 Wib.
Yusuf, N. F. (2015). Kesepian dan Depresi : Studi Metaanalisis. Seminar Psikologi
& Kemanusiaan,.

Zehra, E. (2022). Psikologi Kesepian (1st ed). Jakarta: Penerbit Baca.


LAMPIRAN

47
Lampiran 1

Surat Izin Studi Pendahuluan

48
Lampiran 2

Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan dari Kampus STIKes Indramayu

49
Lampiran 3

Surat Permohonan Untuk Berpartisipasi Sebagai Responden Penelitian

SURAT PERMOHONAN

UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Robi

NIM : R2001043

Alamat : Desa Pranti RT 004/002 Kecamatan Kandanghaur

Kabupaten Indramayu

Dengan ini mengajukan dengan hormat kepada


Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden penelitian yang akan saya lakukan,
dengan judul “Hubungan Kesepian dengan Kecanduan Media Sosial Pada
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu”

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan


antara Sikap Perawat dan Pemberdayaan Struktural Perawat Dengan Penerapan
Sasaran Keselamatan Pasien.

Pada penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara akan mengisi kuesioner untuk


mengukur kesepian dan kecanduan media sosial. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara
dalam penelitian ini bersifat suka rela dan tanpa paksaan. Identitas dan data atau
informasi yang Bapak/Ibu/Saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya. Hal yang
belum dapat dipahami, dapat dikomunikasikan langsung pada peneliti. Demikian
permohonan ini, atas kesediaan dan kerjasamanya, saya mengucapkan terima kasih.

Peneliti

Robi

50
Lampiran 4

Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN


UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Saya telah membaca atau memperoleh penjelasan, sepenuhnya menyadari,
mengerti, dan memahami tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul
dalam penelitian, serta telah diberi kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab
dengan memuaskan, juga sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikut
sertaan, maka saya:
Setuju/Tidak Setuju*)
Ikut dalam penelitian ini, yang berjudul:
“Hubungan Kesepian dengan Kecanduan Media Sosial Pada Mahasiswa
Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Indramayu”
Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa
tekanan/paksaan siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan
formulir persetujuan yang telah saya tandatangani untuk arsip saya.

Tanggal: Tanda tangan (bila tidak


bisa dapat digunakan cap
jempol)
Nama Responden :
Umur :
Alamat :
Nama Peneliti :

Nama Saksi :

51
Lampiran 5

Kisi-kisi Kuesioner

Kisi-Kisi

A. Kesepian

Dimensi Indikator Favourable Unfavourable Total


(Nomor) (Nomor)
Emotional Individu tidak 15, 16 2, 3, 4, 7 6
isolation merasakan hadirnya
hubungan emosional
yang intim
Sosial Individu tidak memiliki 1, 10 12, 17, 18 5
isolation keterlibatan dalam
kelompok
Individu tidak ikut 5, 19, 20 6, 8 5
berpatisipasi dalam
kelompok
Individu merasa di 9 11, 13, 14 4
kucilkan dengan
sengaja dari jaringan
sosial
Total 8 12 20

B. Kecanduan Media Sosial

Variabel Aspek Indikator No Item Jumlah


(+) (-)
Intensitas 1. Penggunaan 2, 8, 12, 16, 24, 9
Waktu media sosial 21, 34 27, 29
Penggunaan berlebihan
2. Menambah 5, 18 9 3
Kecanduan intensitas
media penggunaan
sosial setiap saat
(Mukodim, Mengulur 1. Menunda 11, 14, 1, 7, 22, 11
dkk, 2004) waktu pekerjaan 17, 32, 19, 26,
produktif 45 31

52
2. Tidak dapat 4, 10, 20 3
menghentikan
penggunaan
3. Ketidak- 15, 44, 6, 38, 10
mampuan 25, 30, 41, 33,
mengontrol 35 28

Mengabaikan 1. Mengurangi 3, 36, 13 5


kehidupan aktivitas sosial 39, 42
sosial 2. Lebih 40 43, 37, 5
mengutamakan 23, 46
interaksi
secara online
Jumlah 46

53
Lampiran 6

KUESIONER PENELITIAN

A. Biodata Responden
Nama (Inisial) :
Jenis Kelamin :
Semester :
Usia :

B. Kuesioner Kesepian

Petunjuk pengisian
1. Berikut terdapat butir item – item pernyataan yang harus anda jawab dengan
jujur sesuai dengan kondisi diri anda.
2. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dibawah ini dengan teliti dan
seksama.
3. Pada lembar jawaban terdapat 4 kolom alternatif jawaban atas respon anda.
Berikan tanda centang (√) pada setiap jawaban atas pernyataan pada soal
yang sesuai dengan keadaan yang anda rasakan yaitu:
TP = jika pernyataan tersebut tidak pernah anda rasakan .
J = jika pernyataan tersebut jarang anda rasakan.
S = jika pernyataan tersebut sering anda rasakan.
SS = jika pernyataan tersebut selalu anda rasakan.
4. Jangan sampai ada butir pertanyaan di bawah ini yang terlewati.

No Pertanyaan TP J S SS
1. Seberapa sering anda merasa cocok dengan
orang-orang di sekitar anda?
2. Seberapa sering anda tidak punya teman
dekat?
3. Seberapa sering anda tidak ada orang
untuk berbagi bila ada masalah?
4. Seberapa sering anda merasa tidak pernah
sendirian?
5. Seberapa sering anda merasa menjadi
bagian dari teman - teman?

54
6. Seberapa sering anda merasa memiliki
banyak kesamaan dengan orang orang
disekitar anda?
7. Seberapa sering anda merasa tidak ada satu
orangpun yang dekat dengan anda?
8. Seberapa sering ide/usulan anda tidak
ditanggapi oleh orang lain disekitar anda?
9. Seberapa sering anda merasa menjadi
orang yang mudah bergaul dan ramah?
10. Seberapa sering anda merasa dekat dengan
orang orang disekitar anda?
11. Seberapa sering anda merasa jauh dari
orang-orang?
12. Seberapa sering hubungan sosial anda
dengan orang lain tidak berarti?
13. Seberapa sering anda merasa tidak
seorangpun menganal anda dengan baik?
14. Seberapa sering anda merasa dijauhkan
(terisolasi) dari orang lain?
15. Seberapa sering anda mendapatkan
bantuan orang lain ketika anda
membutuhkan?
16. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang benar-benar memahami anda?
17. Seberapa sering anda merasa tidak malu?
18. Seberapa sering anda merasa kesepian
ketika ada banyak orang disekitar anda?
19. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang mau diajak bicara bila anda ada
masalah?
20. Seberapa sering anda merasa ada orang
yang bisa jadikan sebagai tempat
mengadu?

C. Kuesioner Kecanduan Media Sosial

Petunjuk Pengisian :

1. Berikut terdapat butir item – item pernyataan yang harus anda jawab
dengan jujur sesuai dengan kondisi diri anda.
2. Baca dan fahamilah setiap pernyataan dibawah ini dengan teliti dan
seksama.
3. Pada lembar jawaban terdapat 4 kolom alternatif jawaban atas respon

55
anda. Berikan tanda centang (√) pada setiap jawaban atas pernyataan pada
soal yang sesuai dengan keadaan yang anda rasakan yaitu:
SS = jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai anda rasakan .
S = jika pernyataan tersebut Sesuai anda rasakan.
S = jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai anda rasakan.
SS = jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai anda rasakan.
4. Jangan sampai ada butir pernyataan di bawah ini yang terlewati.

NO. PERNYATAAN SS S TS STS


Saya mengerjakan tugas terlebih dahulu lalu
1.
menggunakan media sosial.
2. Saya mengakses media social sepanjang waktu.
Saya mengabaikan seseorang yang ada di
3.
dekat saya saat bermain media sosial.
Saya lupa waktu ketika menggunakan media
4.
sosial.
Jumlah waktu penggunaan media sosial saya
5.
setiap hari selalu bertambah.
Saya dapat mengatur waktu dengan baik
6.
dalam penggunaan media sosial.
Saya tidak akan membuka media sosial
7.
ketika sedang belajar atau berkegiatan
Setiap hari waktu saya tersita hanya untuk
8.
bermain media sosial.
Saya dapat mengurangi waktu penggunaan
9. media sosial setiap hari.

Saya merasa cemas dan tidak tenang jika


10. sehari tidak membuka media sosial sehingga
saya sulit berhenti.
Saya lebih mementingkan menggunakan media
11.
social disbanding mengerjakan tugas.
Saya menggunakan media sosial lebih dari 7 jam
12.
perhari.
Saya lebih memilih menikmati kumpul
13. bersama teman atau keluargadisbanding
bermain media sosial.
Saya menunda pekerjaan untuk bermain media
14.
sosial.

56
Saya sulit membagi waktu antara pekerjaan
15.
saya dan menggunakan mediasosial.
16. Saya dapat membatasi penggunaan media sosial.
Saya membuka media sosial ketika sedang belajar
17.
atau berkegiatan.
Saya menambahkan jumlah waktu penggunaan
18.
media social setiap saat.
Saya tidak akan membuka media sosial ketika
19.
sedang belajar atau berkegiatan.
Saya merasa tenang dan biasa saja ketika
20.
tidak mengakses media socialseharian.
Saya tidak dapat membatasi penggunaan media
21.
sosial.
Bermain media social tidak mengganggu kegiatan
22
saya.
Saya tanggap untuk memulai pembicaraan secara
langsung dibanding di grup
23
chatting media sosial.

Saya memilih bermain media social apabila tidak


24
melakukan kegiatan.
25 Saya boros dalam pembelian kuota internet.
Saya mengabaikan pesan masuk di media social
26
ketika sedang melakukan kegiatan atau belajar.
Saya menggunakan media social kurang dari 3 jam
27
per hari.
Saya cukup istirahat dan tidak pernah begadang
28
untuk bermain media sosial
Saya dapat menata waktu dengan bijak dalam
29
menggunakan media sosial
30 Saya begadang untuk bermain media sosial.
Saya tidak pernah sibuk dengan media social
31
sehingga kewajiban saya selalu terpenuhi.
Saya membalas pesan atau membuka notifikasi
32 yang masuk walaupun bukanpesan penting saat
sedang berkegiatan.
33 Saya dapat mengatur pemakaian kuota internet
34. Saya menggunakan media social secara berlebihan
35 Saya ingin menulis status disetiap kejadian pada

57
media sosial.
Saya akan memilih bermain media social apabila
36 orang-orang disekitar saya asyik dengan
handphone-nya.
Saya lebih memilih mengobrol dengan teman di
37
samping saya tanpa bermainmedia sosial.
Saya biasa membagi waktu dalam menggunakan
38
media social dan focus padapekerjaan saya.
Saya kurang bersosialisasi dengan teman dan
39
keluarga karena sibukmenggunakan media sosial.
Saya lebih aktif di grup chatting media sosial
40
disbanding ketika berdiskusi secara langsung
Saya mencari tempat dan waktu yang tepat untuk
41
bermain media sosial.
Saya ditegur keluarga atau teman saya apabila
42
sibuk bermain media social saat sedang berkumpul.
Saya lebih memilih berbicara secara langsung
43
disbanding melalui media sosial.
Saya mengakses media social dimanapun,
44
kapanpun dan dalam kondisi apapun.
Saya melalaikan kewajiban saya karena terlalu
45
sibuk dengan media sosial
Saya lebih aktif berdiskusi secara langsung
46
dibanding di grup chatting media sosial.

58
Lampiran 7

Buku Bimbingan Skripsi

Pembimbing I

59
60
Pembimbing II

61
62
Lampiran 8

Dokumentasi Studi Pendahuluan

63
64

Anda mungkin juga menyukai