Mini Pro REKKI S

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 54

MINI PROJECT

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG


IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI DI
KELURAHAN SEI LAKAM BARAT TANJUNG BALAI
KARIMUN

Disusun oleh:
dr. REKKI SAMSON DAKHI

Pendamping:
dr. YELLI DEFITA

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA PUSKESMAS TANJUNG BALAI
KARIMUN PERIODE MEI 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga karya tulis ilmiah
Mini Project pada Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas Program
Internsip Dokter Indonesia (PIDI) dan menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca, khususnya dalam bidang pencegahan dan pengendalian penyakit.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata sempurna. Kritik
dan saran membangun dari pembimbing dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan karya tulis ilmiah ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
orang-orang yang terlibat dalam penyusunan karya tulis ini. Semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan demi kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran.

Karimun, 2 mei 2024

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya Penyakit
menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan
sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai
Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka
kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017).
Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per
tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, &
World Bank, 2009). Angka kesakitan bayi di Indonesia relative masih cukup
tinggi, meskipun menunjukan penurunan dalam satu decade terakhir. Program
imunisasi bias didapatkan tidak hanya di puskesmas atau di rumah sakit, akan
tetapi juga diberikan di posyandu yang di bentuk masyarakat dengan maksud
program imunisasi dapat berjalan sesuai harapan. Program imunisasi di posyandu
telah menargetkan sasaran yang ingin di capai yakni pemberian imunisasi pada
bayi dengan lengkap. Imunisasi dikatakan lengkap apabila mendapat BCG 1 kali,
DPT 3 kali, Hepatitis 3 kali, Campak 1 kali, dan polio 4 kali, bayo yang tidak
mendapatkan imunisasi secara lengkap dapat mengalami berbagai Penyakit,
misalnya difteri, tetanus, campak,polio, dan sebagaimya. (Sri,RSH, dkk, 2005).
Menurut program organisasi dunia World Health Organization (WHO),
pemerintah mewajibkan imunisasi yang termasuk dalam Program Pengembangan
Imunisasi (PPI). Imunisasi tersebut adalah BCG, DPT-HB, Polio, Campak, dan
Hepatitis B. Kelima imunisasi tersebut dikenal dengan Lima Imunisasi dasar
Lengkap (LIL) yang merupakan imunisasi wajib bagi anak di bawah 1 tahun.
Jumlah dan interval pemberian setiap imunisasi berbeda-beda, diantaranya satu
kali imunisasi BCG diberikan ketika bayi berumur kurang dari 3 bulan, imunisasi
DPT-HB diberikan ketika bayi berumur 2,3,4 bulan dengan interval minimal 4
minggu, imunisasi polio diberikan pada bayi baru lahir dan tiga kali berikutnya
diberikan dengan jarak paling cepat 4 minggu. Imunisasi Campak diberikan pada
bayi berumur 9 bulan (Depkes, 2010). Tiga upaya imunisasi di Indonesia mulai
diselenggarakan pada tahun 1956, ini merupakan upaya kesehatan yang paling
cost effective, karena dengan imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah
terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974.
Pada tahun 1977 upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan
Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu : tuberkulosis, difteri, pertusis, campak,
polio, tetanus, dan hepatitis B (Depkes, 2006).
Menurut Data Depkes RI (2008) kurang dari separuh (46%) anak usia satu
tahun mendapat imunisasi dasar lengkap, (45%) mendapat imunisasi dasar tidak
lengkap, dan (9%) sama sekali tidak mendapat imunisasi dasar. Menurut data
yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (2010), didapatkan hasil dengan
persentase imunisasi menurut jenisnya yang tertinggi sampai terendah adalah
untuk BCG (77,9%), campak (74,4%), polio4 (66,7%), dan terendah DPT-HB3
(61,9%).
Berdasarkan data evaluasi PKP UKM essensial Puskesmas Paciran bulan
Desember 2022, capaian imunisasi di wilayah Puskesmas paciran masih sebesar
60,26% dengan jumlah imunisasi dasar dan bias rendah. Desa dengan capaian
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) paling rendah yaitu Desa Blimbing 46.1%, desa
Sendangduwur 86,2% dan desa Paciran 88,4%.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena pada
umumnya tanggung jawab untuk mengasuh anak diberikan pada orang tua
khususnya ibu. Oleh karena itu, pendidikan seorang ibu sangatlah penting dalam
mendidik seorang anak. Karena tingkat pendidikan ibu sangat menentukan
kemudahan dalam menerima setiap pembaharuan. Makin tinggi tingkat
pendiidkan ibu, maka akan semakin cepat tanggap dengan perubahan kondisi
lingkungan, dengan demikian lebih cepat menyesuaikan diri dan selanjutnya akan
mengikuti perubahan itu (Notoatmodjo, 2003)
Pengetahuan seorang ibu adalah bagian dari perilaku seorang ibu, awal dari
seseorang melakukan suatu tindakan biasanya disebabkan karena pengetahuan
seseorang tentang yang akan dilakukan tersebut. Semakin luas pengetahuan
seorang ibu semakin mudah orang melakukan perubahan dalam tindakannya.
Status pekerjaan ibu berkaitan dengan kesempatan dalam mengimunisasai
anaknya. Seorang ibu yang tidak bekerja akan mempunyai kesempatan untuk
mengimunisasikan anaknya dibanding dengan ibu yang bekerja. Pada ibu-ibu
yang bekerja diluar rumah sering kali tidak mempunyai kesempatan untuk datang
ke pelayanan imunisasi karena mungkin saat dilakukan pelayanan imunisasi ibu
masih bekerja ditempat kerjanya. Sering juga ibu yang terlalu sibuk dengan
urusan pekerjaannya lupa akan jadwal imunisasi anaknya (Notoatmodjo, 2003)
Peran ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena penggunaan
sarana kesehatan untuk anakk berkaitan erat dengan faktor ibu. Masih ada anak
yang belum menerima imunisasi lengkap, walaupun imunisasi sudah diberikan
gratis oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan berbagai macam faktor seperti
pengetahuan maupun sikap ibu yang kurang mengenai imunisasi dan rendahnya
kesadaran ibu membawa anaknya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi
yang lengkap. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap
Pentingnya Imunisasi Dasar Pada Balita Di Kelurahan Sei Lakam Barat Tanjung
Balai Karimun ”
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya imunisasi dasar
pada balita di Kelurahan Sei Lakam Barat Tanjung Balai Karimun periode maret
2024?
1.3 Tujuan
Mengetahui gambaran pengetahuan ibu mengenai pentingnya imunisasi
dasar di Kelurahan Sei Lakam Barat Tanjung Balai Karimun periode Maret 2024.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dalam bidang
kesehatan yang berkaitan dengan Imunisasi Dasar.
1.4.2 Manfaat Praktis
Institusi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
upaya promosi kesehatan khusunya dalam pemberian imunisasi dasar pada balita
di wilayah puskesmas Tanjung Balai Karimun.
Manfaat bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakay khususnya bagi ibu-ibu tentang
pentingnya imunisasi dasar pada anak, dan meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk ikut berpartisipasi dalam program imunisasi di Puskesmas Tanjung Balai
Karimun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan


2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh
melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
(Notoatmodjo,2010).
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu (Nurjanah, 2013) :
a. Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, mengingat kembali (recall). Tahu merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami(Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk menjelaskan
secara kasar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
atau pengetahuan yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya).
d. Analisis(Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain, dan mencoba
memahami struktur informasi.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk.
f. Evaluasi(evaluation)
Evaluasi mencakup pengambilan keputusan atau menyimpulkan
berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya memakai kata:
pertimbangkanlah, bagaimana, ataupun kesimpulannya.
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain (Notoatmojo,
2003; Kemenkes, 2011):
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri
bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan
yang dimilikinya. Sebaliknya orang yang tingkat pendidikanya rendah, akan
menghambat sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang
baru diperkenalkan (Mubarak dan Ikbal 2011).
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan, diperbuat, dikerjakan untuk
mendapatkan nafkah atau menghasilkan uang. Mereka yang digolongkan bekerja
adalah yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-
jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan bilamereka
bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. Lama bekerja adalah kejadian yang
pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, Lingkungan
pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan,
baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak dan Ikbal 2011).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Lingkungan pekerjaan
dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, akan tetapi
orang yang tidak bekerja lebih banyak mempunyai waktu di rumah sehingga
dapat berpengaruh terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan.
3. Umur
Usia berpengaruh pada daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua. Terdapat dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan hidup. Pertama, semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak
hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan. Kedua, tidak dapat
mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami
kemunduran fisik maupun mental. Diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia, khususnya kemampuan lain seperti kosa kata dan
pengetahuan umum (Efendi et al., 2009).
Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat ketika berumur belasan tahun
(Notoatmodjo 2011). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperoleh seseorang, akan tetapi perlu diingat bahwa pada umur-umur tertentu
atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang
2.1.4 Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur. Guna mengukur suatu
pengetahuan dapat digunakan suatu pertanyaan. Adapun pertanyaan yang dapat
dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan
pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-
salah dan pertanyaan menjodohkan (Notoatmodjo, 2007).
Pertanyaan esai disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk
pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan
berbeda dari seorang penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari
satu waktu ke waktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan
disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan- pertanyaan itu dapat dinilai secara
pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai
(Notoatmodjo, 2007).
Pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti. Pertanyaan objektif
khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam pengukuran pengetahuan
karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan
penilaiannya akan lebih cepat. Bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru,
didalam diri seseorang terjadi proses berurutan yakni Awareness (kesadaran)
dimana orang tersebut menyadari terlebih dahulu terhadap stimulus, Interest
(merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus, Trail yaitu subjek mulai mencoba
melakukan sesuatusesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan ada dua kategori
yaitu menggunakan pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan esai dan
pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice),
pertanyaan betul-salah dan pertanyaan menjodohkan.
2.1.5 Cara pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga :
1. Tingkat pengetahuan baik
Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang
mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis,
dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan baik jika seseorang
mempunyai 76 – 100% pengetahuan.
2. Tingkat pengetahuan cukup
Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang
mengetahui, memahami, tetapi kurang mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan sedang jika
seseorang mempunyai 56 – 75% pengetahuan.
3. Tingkat pengetahuan kurang
Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan dimana seseorang
kurang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan kurang jika
seseorang mempunyai < 56% pengetahuan.
.
2.2 Imunisasi Dasar Anak
2.2.1 Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila ia terkena antigen yang sama, maka ia
tidak akan tekena Penyakit.( Ranuh, 2008,p.10).
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang tidak
hanya diberikan pada anak bayi saja tetapi diberikan kepada remaja
dan pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri
atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibody
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat
mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut.

2.2.2 Tujuan Imunisasi


Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkitan. Secara umum tujuan imunisasi antara lain:
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
3. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) pada balita.
4. Menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.
5. Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi yaitu : polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC, dan Hepatitis
B (IDAI, 2008)
Adapun tujuan umum pemberian imunisasi adalah menurunkan angkah
kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Sedangkan tujuan khususnya adalah tercapainya target Universal Child
Immunization (UCI) diseluruh desa atau kelurahan pada tahun 2010. (Dompas,
2010). Imunisasi diberikan juga bertujuan untuk :
1. Kekebalan Tubuh
Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur penyakit
(patogen), misalnya bakteri, virus, jamur, protozoa, dan parasit, yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal
umumnya singkat dan jarang menimbulkan kerusakan permanen. Hal ini
disebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem yang disebut sistem imun
(kekebalan) yang memberikan respon dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur
patogen tersebut (WHO, 2007 dan Kliegman dkk, 2007). Bila sistem imun
terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada 2 jenis respon imun yang akan
terjadi, yaitu:
a. Respon imun non spesifik.
Respon imun non spesifik umumnya merupakan kekebalan bawaan, dalam
arti bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh
sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut (Grabenstein, 2006).
b. Respon imun spesifik.
Respon imun spesifik merupakan respon didapat yang timbul terhadap zat
asing tertentu, dimana tubuh pernah terpapar sebelumnya. Respon imun jenis
ini memiliki memori sehingga paparan berikutnya akan meningkatkan
keefektifan mekanisme pertahanan tubuh. Respon imun spesifik inilah
merupakan dasar dilakukannya vaksinasi (Grabenstein, 2006).
2.2.4 Manfaat Imunisasi
Menurut WHO, 2007 dan DEPKES, 2004, manfaat imnusasi yaitu :
1. Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

2.2.5. Lokasi Pemberian Imunisasi


1) Puskesmas
a. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
b. UKS (Usaha Kesehatan Masyarakat)
c. Posyandu
2) Non Puskesmas, meliputi :
a. Rumah sakit
b. Dokter praktek anak
c. Dokter umum praktek
d. Dokter spesialis kebidanan
e. Bidan praktek
2.2.6. Imunisasi Dasar
Jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah adalah imunisasi tujuh penyakit
yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis, poliomyelitas, campak dan hepatitis. Jenis
imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah sebelum usia setahun tersebut adalah :
a) Imunisasi BCG, yang dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan
b) Imunisasi DPT, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan
interval minimal 4 minggu
c) Imunisasi polio, yang diberikan 4 kali pada bayi usia 0-11 bulan dengan
interval minimal 4 minggu
d) Imunisasi campak, diberikan sekali pada bayi usia 9-11 bulan.
e) Imunisasi Hepatitis B, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan
dengan interval minimal 4 minggu (Maryunani 2010).

2.2.6. Jenis / Macam Imunisasi Wajib Pada Balita :


1. Hepatitis B
a) Pengertian
Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang
dapat merusak hati (Maryunani 2010).
b) Kemasan
Vaksin Hepatitis B berbentuk cairan. Satu box vaksin Hepatitis B-PID. prefill
injection device (PID) merupakan jenis alat suntik yang hanya sekali pakai
dan telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabrik. Terdapat vaksin B-PID yang
diberikan sesaat setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari (Proverawati,
Setyo, dan Dwi A 2010).
c) Jumlah/ dosis pemberian
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua,
kemudian 5 bulan antara suntikan detiga dan kedua (Putra R. Satiatava 2012).
d) Usia Pemberian
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi dalam
keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru- paru dan jantung (Maryunani
2010)
e) Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Penyuntikan vaksin Hepatitis B dilakukan di lengan dengan cara
intramuskular (IM) pada anak. Sedangkan pada bayi dipaha lewat anterolateral
(antero=otot-otot bagian depan, sedangkan lateral=otot bagian luar). Akan
tetapi penyuntikan dipantat tidak dianjurkan karena bisa mnegurangi
efektifitas vaksin (Fida dan Maya 2012).
f) Efek samping
Sebagaimana vaksin BCG, penyuntikan hepatitis B juga tidak menimbulkan
efek samping. Andaipun ada (jarang), efek samping ini hanya berupa keluhan
nyeri pada bekas suntikan, yang disusul dengan deman ringan dan
pembengkakan. Namun, reaksi ini bisa menghilang dalam waktu dua hari
(Fida dan Maya 2012).
g) Kontra indikasi
Penyuntikan vaksin hepatitis B tidak dapat diberikan kepada anak yang sakit
berat (Fida dan Maya 2012). Vaksin ini tidak diberikan kepada penderita
infeksi berat yang disertai kejang (Proverawati, Setyo, dan Dwi A 2010).
h) Tanda keberhasilan
Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan sebgai patokan suksesnya
penyuntikan hepatitis B. Namun, dapat dilakukan pengukuran keberhasilan
melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B stelah anak
berusia 1 tahun. Jika kadarnya diatas 1.000, berarti daya tahanya sekitar 8
tahun, diatas 500, dan diatas 200, tahan 3 tahun. Akan tetapi, bila angkanya
Cuma 100, maka dalam setahun sudah menghilang. Sementara itu, jika
angkanya 0 berarti anak harus disuntik ulang sebanyak 3 kali lagi (Fida dan
Maya 2012).
i) Tingkat kekebalan
Tingkat kekebalan vaksin hepatitis B cukup tinggi, yakni 94- 96%. Pada
umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% anak mengalami respon
imun yang cukup (Fida dan Maya 2012).

2. BCG (Bacille Calmette-Guerin)


a) Pengertian
Imunisasi Basillus Calmette Guerin (BCG) merupakan upaya pencegahan
untuk jenis infeksi tuberkulosis (TBC) pada anak. TBC adalah salah satu
penyakit yang paling sering menyerang anak-anak dibawah usia 12 tahun.
Menurut data WHO, kasus penyakit TBC-baik pada anak-anak maupun orang
dewasa telah mencapai jumlah yang sangat besar. Ketahanan terhadap
penyakit TB berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacili yang hidup
didalam darah. Itulah sebabnya agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan
jenis bacil tak berbahaya ini kedalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Putra R.
Satiatava 2012).
b) Kemasan
Kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box berisi 10 ampul vaksin.Setiap 1
ampul vaksin dengan 4 ml pelarut (Proverawati, Setyo, dan Dwi A 2010)
c) Jumlah/ dosis pemberian
Vaksin BCG cukup diberikan 1 kali, tidak perlu diulang (Booster). Sebab,
vaksin ini berisi kuman hidup, sehingga antibodi yang dihasilkannya sangat
tinggi. Tentunya, itu berbeda dengan vaksin yang berisi kuman mati, sehingga
memerlukan pengulangan (Fida dan Maya, 2012). Sebelum disuntikkan vaksin
BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,55 cc untuk bayi dan 0,1 cc
untuk anak dan orang dewasa (Proverawati, Setyo, dan Dwi A 2010).
d) Usia Pemberian
Imunisasi BCG bisa dilakukan ketika anak masih di bawah usia 2 bulan. Jika
baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes mantoux (Tuberkulin)
dahulu untuk mengetahui apakah anak sudah kemasukan kuman
mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan jika hasil
tesnya negatif. Apabila ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering
kali bertandang kerumah, segera setelah lahir anak harus diberi imunisasi
BCG (Fida dan Maya 2012).
e) Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Menurut anjuran yang telah disampaikan oleh bidan kesehatan dunia (WHO),
bagian tubuh yang disuntik dengan vaksin BCG ialah lengan kanan atas
(Insersio M. Deltuideus). Meskipun demikian, ada juga petugas medis yang
melakukan penyuntikan dipaha. Adapun dosis yang diberikan untuk anak < 1
tahun adalah 0,05 ml (Fida dan Maya 2012).
f) Efek samping
Biasanya, imunisasi BCG tidak menimbulkan efek samping. Akan tetapi, pada
beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening diketiak atau leher
bagian bawah (atau selangkangan bila penyuntikan dilakukan dipaha). Namun,
efek samping tersebut biasanya sembuh dengan sendirinya (Fida dan Maya
2012)
g) Kontra indikasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan kepada anak berpenyakit TB atau
menunjukkan mantoux positif (Fida dan Maya 2012).
h) Tanda keberhasilan
Ada beberapa tanda bahwa imunisasi BCG berjalan sukses, seperti timbul
bisul kecil dan nanah didaerah bekas suntik setelah 4-6 minggu, tidak
menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas, serta bisul dapat sembuh dengan
sendiri dan menimbulkan luka parut. Apabila bisul tidak muncul, maka orang
tua tidak perlu cemas, bisa saja hal itu dikarenakan cara penyuntikan yang
slah, meningat cara penyuntikan BCG memerlukan keahlian khusus. Sebab,
vaksin harus masuk kedalam kulit. Apalagi, bila penyuntikan dilakukan
dipaha, maka proses menyuntikannya lebih sulit, karena lapisan lemak
dibawah kulit paha umumnya tidak tebal. Dengan demikian, meskipun bisul
tidak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah.
Sehingga, imunisasi BCG pun tidak perlu diulang, karena didaerah endemis
TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan ungkapan lain, anak bias
mendapatkan vaksinansi alamiah (Fida dan Maya 2012).

2. DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)


a) Pengertian
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalah aktif terhadap beberapa penyakit seperti Penyakit difteri, yaitu
radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan terggorokan
tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam
beberapa hari saja.Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan) yang
disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari karena sakitnya bisa mencapai
100 hari atau 3 bula lebih. Gejala penyakit ini sangat khas, yaitu batuk yang
bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “(whoop)”/ berbunyi dan diakhiri
dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita bisa meninggal karena
kesulitan bernapas. Penyakit pertusis, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh
dengan mulut terkunci/terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka/dibuka
b) Kemasan
Dipasaran terdapat 3 kemasan sekaligus, dalam bentuk kemasan tunggal bagi
tetanus, bentuk kombinasi DT (difteri dan tetanus) dan kombinasi ketiganya
atau dikenal dengan vaksin tripel (Proverawati, Setyo, dan Dwi A 2010)
c) Jumlah/ dosis pemberian
Imunisasi diberikan sebanyak 5 kali dan dilakukan sejak anak berusia 2 bulan,
dengan interval 4-6 minggu. DPT 1 diberikan saat usia 2-4 bulan, DPT 2
diberikan ketika usia 3-5 bulan, dan DPT 3 diberikan saat usianya memasuki
4-6 bulan (Fida dan Maya 2012). Imunisasi ini diberikan 3 kali karena
pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih sangat rendah, pemberian
kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga cukupan antibodi. Daya proteksi
vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar 80-90%, daya proteksi vaksin tetanus
sebesar 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis masih rendah yaitu
50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih berkemungkinan untuk terinfeksi
batuk seratus (100) atau pertusis, tetapi lebih ringan (Proverawati, Setyo, dan
Dwi A 2010).
d) Usia Pemberian
Imunisasi DPT diberikan pada usia 2 bulan, dengan interval 4-6 minggu.
DPT 1 diberikan saat usia 2-4 bulan, DPT 2 diberikan ketika usia 3-5 bulan,
dan DPT 3 diverikan saat usianya memasuki 4-6 bulan (Fida dan Maya
2012).
e) Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular.
Suntikan diberikan pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis
0,5 cc (Proverawati, Setyo, dan Dwi A 2010)
f) Efek samping
Biasanya, pemberian imunisasi DPT menimbulkan demam. Efek samping ini
dapat diatasi dengan obat penurun panas. Apabila demamnya tinggi dan tidak
kunjung reda setelah 2 hari, hendaknya anak segera dibawa kedokter. Akan
tetapi, jika demam tidak muncul, bukan berarti imunisasi gagal, namun bisa
saja karena kualitas vaksinya tidak baik.
Sementara itu bagi anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi
DPT tetap aman. Kejang demam tidak membahayakan, karena ia mengalami
kejang hanya ketika dia demam dan takkan mengalami kejang lagi setelah
demamnya menghilang. Seandainya orang tua tetap khawatir, ia bisa diberikan
imunisasi DPT assesular yang tidak menimbulkan demam atau kadang muncul
demam tetapi sangat ringan.
Pada anak yang mempunyai riwayat alergi, terutama alergi kulit, efek
samping yang kadang muncul ialah mengalami pembengkakan dibagian
imunisasi beberapa lama kemudian. Pembengkakan lokasi imunisasi setempat
ini biasanya menghilang sekitar 1-2 bulan (Fida dan Maya 2012).
g) Kontra indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami kejang
yang disebabkan oleh suatu penyakit, seperti epilepsis, menderita kelainan
sarafyang betul-betul berat, atau seusai dirawat karena infeksi otak, dan yang
alergi karena DPT. Anak sepertiitu hanya boleh menerima imunisasi DT tanpa
P, karena, antigen P inilah yang menyebabkan panas (Fida dan Maya 2012).
h) Tanda keberhasilan
Biasanya tanda keberhasilan imunisasi DPT menimbulkan demam setelah
diimunisasi namun demam tersebut dapat sembuh dengan obat penurun panas
dan sembuh dalam jangka waktu 2-3 hari (Fida dan Maya 2012).
i) Tingkat kekebalan
Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yaitu sebesar 80- 90%, daya proteksi
vaksin tetanus sebesar 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis masih
rendah yaitu 50-60% (Proverawati, Setyo, dan Dwi A 2010).

3. Polio
a) Pengertian
Imunisasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis yang bisa menyebakan kelumpuhan pada anak. Kandungan
vaksin ini ialah virus yang dilemahkan (Fida dan Maya 2012).
b) Kemasan
1 box vaksin yang terdiri dari 10 vial. 2 vial berisi 10 dosis. vaksin polio
adalah vaksin yang berbentuk cairan. Setiap vaksin polio disertai 1 buah
penetes (dropper) terbuat dari bahan plastik (Proverawati, Setyo, dan Dwi A
2010).
c) Jumlah/ dosis pemberian
Pemberian imunisasi polio bisa jadi lebih dari jadwal yang telah ditentukan,
mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun, jumlah yang berlebihan ini
tidak berdampak buruk. Sebab, tidak ada istilah overdosis dalam pemberian
imunisasi (Fida dan Maya 2012)
d) Usia Pemberian
Pemberian imunisasi polio dapat langsung diberikan saat anak lahir 9 bulan),
kemudian pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Saat lahir pemberian imunisasi polio
selalu dibarengi dengan imunisasi DPT (Fida dan Maya 2012).
e) Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Pemberian imunisasi polio bisa melalui suntikan (inactivated poliomyelitis
vaccine atau IPV) maupun mulut (oral poliomyelitis vaccine atau OPV). Di
Indonesia, pemberian vaksin polio yang digunakan adalah OPV (oral
poliomyelitis vaccine) (Fida dan Maya 2012).
f) Efek samping
Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil yang mengalami pusing, diare ringan,
dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang (Putra R. Satiatava 2012).
g) Kontra indikasi
Vaksin polio tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit akut
atau demam tinggi, muntah atau diare, penyakit kangker HIV/AIDS sedang
menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak
dengan mekanisme kekebalan yang terganggu (Fida dan Maya 2012).
h) Tingkat kekebalan
Efektivitas vaksin polio terbilang cukup tinggi, yaitu mampu mencekal
terjangkitnya hingga 90% (Fida dan Maya 2012).

5. Imunisasi Campak
a) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun,
seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga
butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit
campak mudah menular dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang
sekali terserang penyakit yang disebabkan oleh virus morbili ini. Namun,
untungnya penyakit campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali
terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi (Maryunani
2010).
b) Kemasan
1 box vaksin terdiri dari 10 vial. 1 vial berisi 10 dosis. 1 box pelarut berisi 10
ampul @ 5 ml. Vaksin ini berbentuk beku kering (Proverawati, Setyo, dan
Dwi A 2010).
c) Jumlah/ dosis pemberian
Pemberian vaksin campak diberikan sebanyak satu kali, dapat dilakukan pada
umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc (Proverawati, Setyo, dan Dwi A 2010).
d) Usia Pemberian
Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu ketika anak berusia 9 bulan,
kemudian saat ia memasuki usia 6 tahun. Pemberian imunisasi pertama sangat
dianjurkan sesuai jadwal. Sebab, antibodi dari ibu sudah menurun ketika anak
memasuki usia
9 bulan, dan penyakit campak umumnya menyerang anak dan balita. Jika
sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan, anak harus segera diimunisasikan MMR (meales, mump, dan rubell)
(Fida dan Maya 2012).
e) Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Imunisasi campak diberikan dengan cara penyuntikan pada otot paha atau
lengan bagian atas (Fida dan Maya 2012).
f) Efek samping
Pada umumya, imunisasi campak tidak memiliki efek samping dan relatif
aman diberikan. meskipun demikian, pada beberapa anak vaksin campak bisa
menyebabkan demam dan diare. Namun, kasusnya sangat kecil. Biasanya,
demam berlangsung sekitar 1 minggu. Terkadang ada pula efek kemerahan
mirip campak selama 3 hari. Dalam beberapa kasus, efek samping campak
diantaranya adalah demam tinggi yang terjadi setelah 8-10 hari setelah
vaksinasi dan berlangsung selama 24-48 jam (insedens sekitar 2 %) dan ruam
atau bercak-bercak merah sekitar 1- 2 hari (insedens sekitar 2 %). Efek
samping lainnya yang lebih berat ialah ensefalitis (Radang otak). Tetapi, kasus
ini sangat jarang terjadi, kurang dari 1 dari setiap 1-3 juta dosis yang diberikan
(Fida dan Maya 2012).
g) Kontra indikasi
Kontra indikai pemberian imunisasi campak adalah anak : Dengan penyakit
infeksi akut yang disertai demam
 Dengan penyakit gangguan kekebalan
 Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
 Dengan kekurangan gizi beratDengan penyakit keganasan
 Dengan kerntangan tinggi terhadap protein telur, kemanisan, dan
eritromisin (antibiotik) (Maryunani 2010).
h) Tingkat kekebalan
Cukup tinggi antara 94-96%.Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari
95% bayi mengalami respon imun yang cukup (Putra R. Satiatava 2012).

Tabel 2.2 Jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap IDAI 2020.


Pemberian imunisasi yang terbaik adalah pemberian yang tepat jadwal.
bila tidak, perlindungan terhadap penyakit yang ingin dicegah, menjadi tidak
optimal. boleh ditunda, bila kondisi anak sedang sakit. Bila anak sudah sehat
segera lengkapi imunisasinya.

Tabel 2.3 Cara Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap (Depkes, 2009)


Vaksin Dosis Cara pemberian
BCG 0,05 ml Disuntikkan secara intrakutan di daerah kanan atas
DPT 0,5 ml Secara intramuscular

Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut


Hepatitis B 0,5 ml Intramuscular pada anterolateral paha
Campak 0,5 ml Subkutan, biasanya dilengan kiri atas
BAB III
KERANGKA KONSEP

1.
2.
3.
3.1 Kerangka Teori

Pengetahuan Ibu
Imunisasi Dasar

Tahu Memahami Aplikasi


Analis Sintetis Evaluasi BCG DPT
Polio Hepatitis B Campak

Karakteristik Ibu Definisi imunisasi Tujuan


diberikan imunisasi
Manfaat imunisasi Jumlah
pemberian imunisasi
Usia Jadwal pemberian
Pendidik imunisasi
an
Pekerjaa
n Budaya
Status ekonomi

Gambar 3.1 Kerangka Teori. Modifikasi teori Bloom pengetahuan dan pemberian
imunisasi dasar lengkap (Atikah, 2010)
3.2 Kerangka Konsep
Baik : 76-100% jawaban benar
Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Imunisasi Dasar Cukup : 56-75% jawaban benar

Kurang : 40-55% jawaban benar


Karakteristik
Ibu Usia
Pendidikan
Pekerjaan

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
pada masa kini tanpa mencari hubungan antara variabel (Nursalam, 2015). Desain
penelitian ini adalah menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran atau obsevasi data variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2015).

4.2 Tempat Waktu Penelitian


4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sei Lakam Barat Tanjung
Balai Karimun.
4.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai bulan Maret 2024 yang dimulai dari pengumpulan
data dan pelaksanaan penelitian.

4.3 Subjek Penelitian


4.3.1 Populasi
Menurut Arikunto (2013), Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian.
Jadi yang dimaksud populasi adalah individu yang memiliki sifat yang sama
walaupun presentase kesamaan itu sedikit. Atau dengan kata lain seluruh individu
yang akan dijadikan obyek penelitian. Sedangan menurut Sugiyono (2013), Populasi
adalah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
balita berusia 0-5 tahun di Kelurahan Sei Lakam Barat Tanjung Balai Karimun.
4.3.2 Sampel

Arikunto (2013) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2013). Sampel terdiri atas bagian dari populasi
terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui tehnik sampling.
Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.
Penentuan kriteria sampel membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian
(Nursalam, 2015). Pada penelitian ini sampel yang di ambil yaitu ibu yang memiliki balita
berusia 0-3 tahun di desa Blimbing. Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yaitu:
a. Kriteria Inklusi:
1. Ibu yang memiliki anak berusia 0-3 tahun.
2. Bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner
b. Kriteria Eksklusi:
1. Ibu yang menolak mengisi kuesioner
Menurut Slovin dalam Notoadmojo (2012), besar sampel untuk populasi kecil
kurang dari 10.000 dapat menggunakan rumus sederhana yaitu :

n= 221 = 68,8 = 69
2
1 + 221 (0,1 )
n = besar sampel
N = besar
populasi d =
presisi (0,1%)

4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2015). Pada penelitian ini sampel diambil dengan cara non
probability sampling dengan teknik acciedental sampling yaitu pengambilan sampel
dengan mengambil kasus yang kebetulan ada atau tersedia (Arifin, 2017). Sampel
yang di ambil memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2013). Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan
ibu tentang pemberian imunisasi dasar.
4.5 Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner a. Baik: bila Ordinal
diketahui responden pengetahuan
mengenai pemberian responden 76-
imunisasi dasar 100%
lengkap b. cukup : bila
pengetahuan
responden: 56-
75%
c. kurang : <50%
(arikunto, 2005)
Usia Jenis usia responden Kuesioner 1. Usia < 20 Ordinal
diukur sejak dia lahir tahun
hingga waktu usia 2. Usia 20-35
itu dihitung tahun
berdasarkan 3. Usia >35
keterangan tahun
responden (Susianti, 2016)
Tingkat Jenjang pendidikan Kuesioner 1. SD Ordinal
pendidikan sekolah formal 2. SMP
responden 3. SMA
berdasarkan ijazah 4. Perguruan
terakhir Tinggi
Pekerjaan Pekerjaan adalah Kuesioner 1. Bekerja Ordinal
segala usaha yang 2. Tidak bekerja
dilakukan untuk
memperoleh
penghasilan, baik
yang dilakukan
didalam maupun
diluar rumah

4.6 Metode Pengumpulan Data


Sumber data pada penelitian ini yaitu data primer yang didapatkan
menggunakan alat pengumpulan data. Alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data adalah kuesioner yang berisi tentang pengetahuan ibu tentang
imunisasi dasar terdiri dari 20 pernyataan dengan jawaban diukur dengan skor positif
(1) bila jawaban benar dan skor (0) bila jawaban salah dan negatif benar (0) dan salah
(1).

4.7 Pengolahan dan Analisis Data


4.7.1 Pengolahan Data
Menurut (Notoatmodjo 2011) pengelolahan data dapat dilakukan secara
dengan komputer dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Editing (Pemeriksaan data)
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir ataukuesioner.
2. Coding (Pemberian kode)
Coding yaitu memberikan kode pada jawaban – jawaban responden dan
ukuran/nilai yang diperoleh responden melalui pengisian kuesioner.
3. Data entry (Masukkan Data)
Data entry yaitu mengisi kolom – kolom atau kotak lembar kode sesuai
dengan jawaban masing – masing jawaban pertanyaan.
4. Tabulating (Tabulasi )
Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data sesuai dengan jawaban
masing-masing pertanyaan.
5. Cleaning
Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukan
kedalam komputer untuk memastikan data yang telah bersih dari kesalahan
sehingga data siap dianalisis
4.7.2 Analisis Data
Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian adalah Analisa
Univariat yaitu menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian
untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari variabel
(Notoatmodjo 2011).
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan menurut (Suharmisi 2010) adalah
sebagai berikut :
a. Baik : 76-100% (16-20 jawaban yang benar)
b. Cukup : 56-75% (12-15 jawaban yang benar)
c. Kurang : 40-55% (8-11 jawaban yang benar).

Menurut (Riwidikdo 2010) Untuk memperoleh nilai tingkat pengetahuan


yaitu dengan rumus sebagaai berikut :

𝐹
P= x 100
N

Keterangan :
P : Nilai soal pengetahuan
F : Jumlah jawaban benar
N : Jumlah Soal
100 : Bilangan tetap.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu tentang Imunisasi Dasar di Desa Blimbing, diperoleh sebanyak
68 orang yang dijadikan sebagai responden dengan hasil penelitian karakteristik
responden yang diamati sebagai berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Freukensi Karakteristik Ibu di kelurahan Sei Lakam Barat
Tajung Balai Karimun
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20 Tahun 6 8.8 8.8 8.8
20-35 Tahun 47 69.1 69.1 77.9
>35 Tahun 15 22.1 22.1 100.0
Total 68 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sekolah 1 1.5 1.5 1.5
SD 3 4.4 4.4 5.9
SMP 14 20.6 20.6 26.5
SMA 39 57.4 57.4 83.8
S1 11 16.2 16.2 100.0
Total 68 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ibu Rumah 42 61.8 61.8 61.8
Tangga
Pegawai Negeri 6 8.8 8.8 70.6
Sipil/Swasta
Wiraswasta 20 29.4 29.4 100.0
Total 68 100.0 100.0

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik dilihat dari kategori usia adalah


responden memiliki usia pada rentang 20-35 tahun sebanyak 47 orang (69,1%),
usia pada rentang <20 tahun sebanyak 6 orang (8,9%) dan usia pada rentang >35
tahun sebanyak 15 orang (22%). Dilihat dari kategori tingkat pendidikan adalah
pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 39 orang (57,4%), pada tingkat
pendidikan SI/Diploma sebanyak 11 orang (16,1%), pada tingkat pendidikan SMP
sebanyak 14 orang (20,7%), pada tingkat SD sebanyak 3 orang (4,4%), dan
padatingkat pendidikan Tidak Sekolah sebanyak 1 orang (1,4%). Dilihat dari
kategori pekerjaan adalah pada pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 42
orang (61.8%), pada pekerjaan Wiraswasta sebanyak 20 orang (29.4%), dan pada
pekerkerjaan sebagai PNS/Pegawai Swasta sebanyak 6 orang (8.8%).

5.2 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar


Pengetahuan ibu tentang imunisasi merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pemberian imunisasi pada bayi. Apabila ibu memiliki pengetahuan
yang baik tentang imunisasi maka akan memberikan imunisasi yanglengkap dan
tepat kepada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar
adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar di
kelurahan sei lakam barat tanjung balai
karimun
Kategori Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 12 17.6%
Cukup 27 39.7%
Kurang 29 42.6%

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi


adalah tingkat pengetahuan kurang sebanyak 29 orang (42.6%), tingkat
pengetahuan cukup sebanyak 27 orang (39.7%) dan pengetahuan baik sebanyak
12 orang (17.6%). Hal ini dapat disebabkan karena dipengaruhi beberapa faktor
yang muncul seperti lokasi penelitian yang masih pedesaan, sehingga
memungkinkan ibu-ibu lebih sulit dan lambat mendapatkan informasi tentang
imunisasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock dalam (yudhi 2017) yang
menyatakan bahwa tempat tinggal merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Tempat tinggal adalah tempat menetap
responden sehari-hari. Pengetahuan seseorang akan lebih baik jika berada di
perkotaan dari pada di pedesaan karena di perkotaan akan meluasnya kesempatan
untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial maka wawasan sosial makin kuat, di
perkotaan mudah mendapatkan informasi.

5.2.1 Gambaran Pengetahuan Ibu Berdasarkan Umur


Usia berpengaruh pada daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia muda
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua (Efendi et al., 2009).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu berdasarkan Usia


Nilai Pengetahuan
Kurang Cukup Baik Total
Usia <20 Tahun Frekuensi 2 2 2 6
% 33.3% 33.3% 33.3% 100.0%
20-35 Tahun Frekuensi 15 22 10 47
% 31.9% 46.8% 21.3% 100.0%
>35 Tahun Frekuensi 12 3 0 15
% 80.0% 20.0% 0.0% 100.0%
Total Frekuensi 29 27 12 68
% 42.6% 39.7% 17.6% 100.0%

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwasanya pada kelompok usia <20
Tahun, distribusi pengetahuan kurang-cukup-baik cenderung menyebar merata
secara frekuensi yakni sebesar 33,3%. Pada kelompok usia 20-35 Tahun
mayoritas memiliki nilai pengetahuan cukup yakni sebanyak 46,8%. Sedangkan
untuk kelompok usia >35 Tahun, mayoritas memiliki tingkat pengetahuan kurang
yakni sebesar 42,6%. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa seiring
bertambahnya usia, maka memiliki kecenderungan berkurangnya skor
pengetahuan.
Ketika seseorang sudah mulai tua, mereka akan mengalami kemunduran
fisik maupun mental, diperkirakan IQ akan menurun sejalan dimana hal-hal yang
disampaikan mudah lupa (Efendi et al., 2009)
Hal ini diperkuat dengan pendapat (Notoatmodjo 2011) Semakin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan
tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat ketika berumur belasan tahun. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan
yang diperoleh seseorang, akan tetapi perlu diingat bahwa pada umur-umur
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.

5.2.2 Gambaran Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pendidikan


Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain
terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya orang yang tingkat pendidikanya rendah, akan menghambat sikap
seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan
(Mubarak dan Ikbal 2011).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu berdasarkan pedidikan Ibu di
kelurahan sei lakam barat tanjung balai
karimun
Nilai Pengetahuan
Kurang Cukup Baik Total
Pendidikan Tidak Frekuensi 1 0 0 1
Sekolah % 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
SD Frekuensi 2 1 0 3
% 66.7% 33.3% 0.0% 100.0%
SMP Frekuensi 6 5 3 14
% 42.86% 35.7% 21.4% 100.0%
SMA Frekuensi 17 17 5 39
% 43.56% 43.56% 12.82% 100.0%
S1 Frekuensi 3 4 4 11
% 27.27% 36.36% 36.36% 100.0%
Total Frekuensi 29 27 12 68
% 42.6% 39.7% 17.6% 100.0%

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwasanya pada kelompok Pendidikan


Tidak Sekolah mayoritas memiliki tingkat pengetahuan kurang (100%), kelompok
Pendidikan SD mayoritas memiliki tingkat pengetahuan kurang (66,7%),
kelompok SMP mayoritas memiliki tingkat pendidikan kurang ( 42.86%), Tingkat
SMA mayoritas memiliki tingkat pengetahuan kurang dan cukup ( 43.56%) dan
kelompok Sarjana/S1 mayoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup dan baik
(36.36%). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa seiring bertambahnya
pendidikan, maka memiliki kecenderungan meningkatnya skor pengetahuan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan yang
dimilikinya. Sebaliknya orang yang tingkat pendidikanya rendah, akan
menghambat sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang
baru diperkenalkan (Mubarak dan Ikbal 2011). Oleh karena itu, semakin tinggi
pendidikan seseorang maka rasa ingin tahu untuk mencari informasi terkini dari
berbagai sumber informasi sehingga semakin mudah pula bagi para ibu untuk
menerima informasi khususnya tentang imunisasi dasar.

5.2.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan, diperbuat, dikerjakanuntuk
mendapatkan nafkah atau menghasilkan uang. Mereka yang digolongkan bekerja
adalah yangmelakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-
jasa dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan atau keuntungan bilamereka
bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh. Lama bekerja adalah kejadian yang
pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya,
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Mubarak dan Ikbal
2011).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu berdasarkan pekerjaan Ibu


Nilai Pengetahuan
Kurang Cukup Baik Total
Pekerjaan Ibu Rumah Frekuensi 18 19 5 42
Tangga % 42.9% 45.2% 11.9% 100.0%
PNS/Pegawai Frekuensi 0 3 3 6
Swasta % 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%
Wiraswasta Frekuensi 11 5 4 20
% 55.0% 25.0% 20.0% 100.0%
Total Frekuensi 29 27 12 68
% 42.6% 39.7% 17.6% 100.0%

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwasanya pada kelompok pekerjaan


sebagai ibu rumah tangga mayoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup
(45,2%), kelompok pekerjaan PNS mayoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup
dan baik (50%), serta kelompok pekerjaan wiraswasta mayoritas memiliki tingkat
pendidikan kurang (55%). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kelompok
yang berprofesi sebagai PNS/pegawai Swasta dari sisi pengetahuan cenderung
memiliki tingkat pengetahuan lebih baik dibandingkan kedua kelompok pekerjaan
lainnya. Hal tersebut sejalan dengan teori bahwa lingkungan pekerjaan dapat
membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung (Mubarak dan Ikbal 2011).
Berdasarkan hasil dari jawaban responden, yang banyak tidak diketahui
responden pada soal tentang tujuan imunisasi dasar,efek samping imunisasi dasar,
dan jenis jenis imunisasi dasar. Pengetahuan ibu tentang imunisasi merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian imunisasi pada
bayi.Apabila ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi maka akan
memberikan imunisasi lengkap kepada bayinya. Upaya mengurangi tingkat angka
kematian pada bayi dan meningkatkan derajat kesehatan nasional dengan
mencegah enam penyakit mematikan, yaitu: tuberculosis, difteri, pertusis,
campak, tetanus dan polio.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa para ibu di desa
Blimbing mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang imunisasi dasar.
Pada umumnya ibu-ibu dilokasi penelitian kurang mengerti dan kurang tahu
tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap untuk kesehatan bayi. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian dimana lebih banyak ibu yang berpengetahuan
kurang dari pada ibu yang berpengetahuan baik, kurangnya pengetahuan ibu dapat
dikarenakan lokasi penelitian merupakan wilayah yang masih pedesaan, sehingga
memungkinkan ibu-ibu lebih sulit dan lambat mendapatkan informasi kesehatan
khususnya mengenai imunisasi dasar lengkap. Informasi lain dari media massa
baik cetak maupun elektronik juga sulit didapatkan untuk menambah pengetahuan
ibu khususnya tentang imunisasi (Susianti 2016).

5.3 Implementasi Pemecahan Masalah


Adapun pemecahan masalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang
Imunisasi Dasar Lengkap adalah dengan membuat lembar balik berisi penyuluhan
tentang imunisasi dasar dan membagikan leaflet tentang imunisasi dasar kepada
ibu-ibu.
Lembar balik yang berisi informasi tentang imunisasi dasar diharapkan
memudahkan bidan maupun kader dalam melakukan penyuluhan tentang
imunisasi di posyandu karena menggunakan peralatan sederhana dan tidak
memerlukan alat-alat lain seperti lcd atau laptop yang susah dibawa. Pemberian
penyuluhan sudah dilakukan di beberapa posyandu dan terlihat antusias ibu-ibu
untuk mendengarkan penyuluhan.

Gambar 5.1 Penyuluhan Posyandu Menggunakan Lembar Balik Imunisasi


Leaflet tentang imunisasi dasar diberikan kepada ibu-ibu yang datang ke
posyandu untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar. Leaflet
dirasa efektif bagi ibu-ibu yang mempunyai sedikit waktu sehingga ibu balita
dapat membaca leaflet tersebut sewaktu-waktu.

Gambar 5.2 Leaflet Imunisasi Dasar

Selain penyuluhan menggunakan lembar balik dan pemberian leaflet, juga


diberikan sertifikat imunisasi bagi anak yang sudah lengkap mendapatkan
imunisasi dasar. Pemberian sertifikat imunisasi diharapkan dapat meningkatkan
motivasi ibu untuk menyuntikkan anaknya.

Gambar 5.3 Sertifikat Imunisasi


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang
imunisasi dasar di desa Blimbing dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
ibu yang baik 17.6%%, cukup 39.7% % dan kurang 42.6%.
Implementasi pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu saat
berada diposyandu serta memberika leaflet tentang imunisasi dasar sehingga ibu
dapat membacanya dirumah. Selain itu juga dapat diberikan sertifikat imunisasi
untuk meningkatkan motivasi ibu untuk mengimunisasikan anaknya.

6.2 Saran
Tenaga kesehatan diharapkan lebih aktif lagi dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya Imunisasi Dasar pada Bayi seperti memotivasi kader agar
lebih aktif dalam memberikan penyuluhan tentang imunisasi dasar agar Ibu lebih
mengerti dan mau membawa bayinya untuk melakukan Imunisasi pada bayinya.
Menganjurkan pada ibu untuk mencari informasi tentang pentingnya imunisasi
pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat. 2013. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika.
Bakhhtiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu. Depok: Rajawali Press.
Depkes RI. 2014. Sarana Kesehatan. Jakarta: Dinas Kesehatan Republik
Indonesia.

Dewi, Atika Putri, Eryati Darwin, dan Edison. 2013. “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di
Kelurahan Parupuk Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang Tahun 2013.” Padang, Sumatra Barat: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.

Dinkes Kab. Tegal. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2015.
Tegal: Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.

Efendi, Ferry, dan Makhfud. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fida, dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: Diva Press.
Fitriyani, Amin Dewi. 2013. “Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta 2013,” 59.

Hafid, Wahyuni, Santi Martini, dan Shrimarti Devy. 2016. “Faktor Determinan
Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Puskesmas Konang Dan
Geger Tahun 2016.” Bangkalan Jawa Timur: Universitas Airlangga.

Hidayat. 2009. Pengantar Ilmu keperawatan anak. Jakarta: Salemba Medika.


Kadir, Lisa, Fatimah, dan Hj.Hadia. 2014. “Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu
Pada Pemberian Imunisasi Dasar Bagi Bayi.” Sulawesi Selatan: Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar.

KemenKes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Lampiran 1
INFORM CONSENT

Perihal : Pemberian Informasi dan Persetujuan

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Alamat:

Setelah mendapatkan penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian


bahwa segala informasi penelitian ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian maka saya bersedia untuk menjadi responden
penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Di
Kelurahan Sei lakam Barat Tanjung Balai Karimun”. Persetujuan ini diambil dan
disepakati dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Karimun, Maret 2024


Yang membuat pernyataan

( )
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DI
KELURAHAN SEI LAKAM BARAT TAJUNG BALAI KARIMUN
I. Petunjuk Pengisian Kuesioner
a. Isilah data yang ada pada lembar kuesioner ini dengan benar
b. Pilih salah satu jawaban yang menurut anda benar
c. Pilih salah satu jawaban dengan cara memberi tanda silan
(X) pada jawaban yang menurut anda benar
d. Setiap pertanyaan diisi dengan 1 jawaban

II. Identitas Responden


a. No :
b. Nama :
c. Umur :
d. Alamat :
e. Pendidikan terakhir : tidak sekolah/SD/SMP/SMA/Sarjana
f. Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga/Wiraswasta/PNS.Pegawai Swasta/Petani

III. Kuesioner Pengetahuan


1. Apakah yang dimaksud imunisasi?
a. Kegiatan pemantauan tumbung kembang bayi
b. Upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh bayi
terhadap penyakit
c. Pencatatan angka kejadian kesakitan bayi
d. Upaya mengakibatkan timbulnya penyakit pada bayi

2. Apakah yang menjadi tujuan dilakukan imunisasi pada bayi?


a. Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit
b. Untuk menjadikan bayi selalu imunisasi
c. Untuk memperlihatkan bayi tentang imunisasi
d. Untuk menambah kegiatan ibu saja

3. Menurut pengetahuan anda ada berapa imunisasi yang harus


didapat bayi?
a. 5
b. 10
c. 15
d. 20

4. Di bawah ini manakah yang bukan merupakan manfaat imunisasi ?


a. Melindungi bayi dan anak dari penyakit berbahyaa
b. Mencegah terjadinya sakit berat, cacat atau kematian
c. Mencegah meluasnya penyebaran penyakit tertentu
d. Menambah usia bayi sedini mungkin

5. Salah satu penghambat bayi tidak dapat di imunisasi adalah ?


a. Bayi demam
b. Bayi yang obesitas
c. Bayi sehat
d. Bayi yang banyak minum ASI

6. Apa keunggulan bayi yang mendapatkan imunisasi dengan bayi


yang tidak mendapatkan imunisasi?
a. Bayi yang imunisasi kebal terhadap penyakit
b. Bayi yang imunisasi gampang sakit
c. Bayi yang tidak imunisasi tahan penyakit
d. Tidak terdapat perbedaan diantara keduanya

7. Dibawah ini manakah yang bukan merupakan faktor penyebab


tidak terpenuhinya imunisasi?
a. Faktor ketidakpedulian ibu
b. Faktor kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi
c. Faktor pekerjaan ibu yang sibuk
d. Faktor tidak tersediannya pelayanan kesehatan

8. Dibawah ini adalah alasan ibu tidak melakukan imunisasi


pada bayinya, kecuali?
a. Menganggap imunisasi tidak perlu
b. Tidak adanya waktu senggang ibu
c. Ibu ingin bayinya kebal terhadap penyakit
d. Kurangnya pengetahuan ibu tentnag angka kesakitan bayi

9. Efek samping imunisasi yang sering terjadi pada anak adalah?


a. Batuk
b. Pilek
c. Deman
d. Kejang

10. Diwah ini yang merupakan jenis-jenis imunisasi dasar adalah :


a. BCG, Campak, Polio, Rabies, Hepatitis
b. Campak, BCG, Meningitis, Polio, Hepatitis
c. Hepatitis Campak, Polio, BCG, Pneumokokus
d. BCG, Campak, Polio, Hepatitis, DPT

11. Mengapa bayi harus mendapatkan imunisasi polio?


a. Agar bayi yang tidak imunisasi tahan dengan penyakit
b. Agar bayi yang imunisasi gampang sakit
c. Agar bayi terhindar dari kelumpuhan
d. Agar bayi dapat cepat pertumbuhan

12. Menurut responden berapa kali imunisasi polio yang


harus didapatkan bayi?
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali

13. Imunisasi BCG adalah pemberian vaksin untuk mencegah


terjadinya penyakit?
a. TBC
b. Hepatitis
c. Campak
d. Polio

14. Pemberian imunisasi BCG pada usia bayi?


a. 0-7 hari
b. 0-28 hari
c. 1-2 bulan
d. 0-2 bulan

15. Program imunisasi yang bertujuan untuk memberikan


kekebalan pada bayi agara dapat mencegah penyakit difteri
disebut?
a. Polio
b. DPT
c. HB
d. Campak

16. Imunisasi DPT biasa diberikan pada bayi sebanyak :


a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali

17. Imunisasi yang dapat menimbulkan kekebalan aktif terhadap


peyakit yang dapat merusak hati adalah :
a. Campak
b. BCG
c. Hepatitis
d. Polio

18. Pemberian imunisasi campak pada usia :


a. 0-2 bulan
b. 9-11 bulan
c. 3-12 bulan
d. 0-11 bulan

19. Pemberian imunisasi campak biasanya akan memberika


efek samping ?
a. Demam dan diare
b. Demam dan batuk
c. Diare dan muntah
d. Flu dan batuk, rasa nyeri, demam, mual

20. Tindakan apa yang dapat dilakukan saat mendengar ada


pelayanan imunisasi ?
a. Menginformaksikan kepada ibu-ibu yang lain
b. Segera membawa anak ke posyandu
c. Menyiapkan buku pink/ KMS
d. Semua benar

(Sumber : Budiyanto, 2019)


Lampiran 3
Hasil Penelitian

Pengetahuan Kode
No Nama Usia PDKN PKRJN Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nilai
1 M 3 SMP IRT 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 40 1
2 S 3 SMA IRT 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 40 1
3 N 2 SMA IRT 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 60 2
4 S 2 SMA IRT 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 45 1
5 J 2 SMA IRT 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 60 2
6 H 2 SI PS 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 3
7 A 2 SMA IRT 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 60 2
8 R 1 SMP IRT 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 20 1
9 N 2 SMP IRT 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 40 1
10 R 2 SMA IRT 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 60 2
11 S 1 SMA IRT 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 45 1
12 E 2 SMA IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 40 1
13 N 1 SMP IRT 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 35 1
14 N 1 SMP IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 35 1
15 H 2 TS IRT 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 40 1
16 N 1 SMA IRT 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 40 1
17 M 1 SMP IRT 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 65 2
18 S 2 SMA IRT 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 40 1
19 N 1 SMP IRT 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 60 2
20 S 2 SD IRT 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 35 1
21 H 3 SMA IRT 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 40 1
22 S 3 SMA IRT 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 35 1
23 K 2 SMA IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 35 1
24 H 2 SMP IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 30 1
25 S 2 SI IRT 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 25 1
26 S 2 SI IRT 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 85 3
27 S 2 SMA IRT 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 40 1
28 H 2 SMA IRT 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 45 1
29 F 1 SMA IRT 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 60 2
30 D 2 SD IRT 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 45 1
31 M 2 SMP IRT 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 50 1
32 M 2 SMA IRT 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 60 2
33 S 2 SMA IRT 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 35 1
34 N 1 SD IRT 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 50 1
35 N 2 SMA IRT 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 40 1
36 M 2 SMA IRT 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 45 1
37 S 2 SI IRT 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 60 2
38 Y 2 SI IRT 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 45 1
39 M 1 SMP IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 40 1
40 M 2 SMA IRT 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 60 2
41 A 2 SI IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 90 3
42 S 2 SMP IRT 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 50 1
43 I 2 SI IRT 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 50 1
44 H 1 SMA IRT 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 65 2
45 S 2 SMP WS 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 35 1
46 A 2 SMA WS 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 50 1
47 R 2 SMA IRT 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 40 1
48 M 2 SMP IRT 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 50 1
49 N 2 SI IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 85 3
50 H 2 SMP IRT 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 45 1
51 J 2 SMA IRT 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 40 1
52 M 2 SD IRT 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 50 1
53 S 1 SMA IRT 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 40 1
54 A 2 SMA WS 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 50 1
55 M 2 SI PS 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 50 1
56 H 2 SI PS 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 55 1
57 M 2 SMA WS 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 40 1
58 M 2 SMA IRT 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 60 2
59 D 2 SMA WS 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 45 1
60 H 2 SI PS 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 60 2
61 M 2 SI PS 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 50 1
62 M 2 SMA WS 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 80 3
63 S 2 SMP WS 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 45 1
64 S 2 SMA WS 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 50 1
65 N 2 SI PS 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 45 1
66 R 1 SMP IRT 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 65 2
67 S 2 SI IRT 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 50 1
68 W 2 SI IRT 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 45 1
Lampiran 4
Dokumentasi

Pengisian Kuesioner

Penyuluhan Imunisasi Menggunakan Lembar Balik


Pembagian Leaflet

Pembagian Sertifikat Imunisasi


Sertifikat Imunisasi

Leaflet Imunisasi

Anda mungkin juga menyukai