Mini Pro REKKI S
Mini Pro REKKI S
Mini Pro REKKI S
Disusun oleh:
dr. REKKI SAMSON DAKHI
Pendamping:
dr. YELLI DEFITA
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga karya tulis ilmiah
Mini Project pada Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) ini dapat
diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas Program
Internsip Dokter Indonesia (PIDI) dan menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca, khususnya dalam bidang pencegahan dan pengendalian penyakit.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kata sempurna. Kritik
dan saran membangun dari pembimbing dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan karya tulis ilmiah ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
orang-orang yang terlibat dalam penyusunan karya tulis ini. Semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan demi kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
3. Polio
a) Pengertian
Imunisasi polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah penyakit
poliomyelitis yang bisa menyebakan kelumpuhan pada anak. Kandungan
vaksin ini ialah virus yang dilemahkan (Fida dan Maya 2012).
b) Kemasan
1 box vaksin yang terdiri dari 10 vial. 2 vial berisi 10 dosis. vaksin polio
adalah vaksin yang berbentuk cairan. Setiap vaksin polio disertai 1 buah
penetes (dropper) terbuat dari bahan plastik (Proverawati, Setyo, dan Dwi A
2010).
c) Jumlah/ dosis pemberian
Pemberian imunisasi polio bisa jadi lebih dari jadwal yang telah ditentukan,
mengingat adanya imunisasi polio massal. Namun, jumlah yang berlebihan ini
tidak berdampak buruk. Sebab, tidak ada istilah overdosis dalam pemberian
imunisasi (Fida dan Maya 2012)
d) Usia Pemberian
Pemberian imunisasi polio dapat langsung diberikan saat anak lahir 9 bulan),
kemudian pada usia 2, 4 dan 6 bulan. Saat lahir pemberian imunisasi polio
selalu dibarengi dengan imunisasi DPT (Fida dan Maya 2012).
e) Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Pemberian imunisasi polio bisa melalui suntikan (inactivated poliomyelitis
vaccine atau IPV) maupun mulut (oral poliomyelitis vaccine atau OPV). Di
Indonesia, pemberian vaksin polio yang digunakan adalah OPV (oral
poliomyelitis vaccine) (Fida dan Maya 2012).
f) Efek samping
Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil yang mengalami pusing, diare ringan,
dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang (Putra R. Satiatava 2012).
g) Kontra indikasi
Vaksin polio tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit akut
atau demam tinggi, muntah atau diare, penyakit kangker HIV/AIDS sedang
menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak
dengan mekanisme kekebalan yang terganggu (Fida dan Maya 2012).
h) Tingkat kekebalan
Efektivitas vaksin polio terbilang cukup tinggi, yaitu mampu mencekal
terjangkitnya hingga 90% (Fida dan Maya 2012).
5. Imunisasi Campak
a) Pengertian
Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun,
seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga
butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit
campak mudah menular dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang
sekali terserang penyakit yang disebabkan oleh virus morbili ini. Namun,
untungnya penyakit campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali
terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi (Maryunani
2010).
b) Kemasan
1 box vaksin terdiri dari 10 vial. 1 vial berisi 10 dosis. 1 box pelarut berisi 10
ampul @ 5 ml. Vaksin ini berbentuk beku kering (Proverawati, Setyo, dan
Dwi A 2010).
c) Jumlah/ dosis pemberian
Pemberian vaksin campak diberikan sebanyak satu kali, dapat dilakukan pada
umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc (Proverawati, Setyo, dan Dwi A 2010).
d) Usia Pemberian
Vaksin campak diberikan sebanyak 2 kali, yaitu ketika anak berusia 9 bulan,
kemudian saat ia memasuki usia 6 tahun. Pemberian imunisasi pertama sangat
dianjurkan sesuai jadwal. Sebab, antibodi dari ibu sudah menurun ketika anak
memasuki usia
9 bulan, dan penyakit campak umumnya menyerang anak dan balita. Jika
sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan, anak harus segera diimunisasikan MMR (meales, mump, dan rubell)
(Fida dan Maya 2012).
e) Cara pemberian/lokasi penyuntikan
Imunisasi campak diberikan dengan cara penyuntikan pada otot paha atau
lengan bagian atas (Fida dan Maya 2012).
f) Efek samping
Pada umumya, imunisasi campak tidak memiliki efek samping dan relatif
aman diberikan. meskipun demikian, pada beberapa anak vaksin campak bisa
menyebabkan demam dan diare. Namun, kasusnya sangat kecil. Biasanya,
demam berlangsung sekitar 1 minggu. Terkadang ada pula efek kemerahan
mirip campak selama 3 hari. Dalam beberapa kasus, efek samping campak
diantaranya adalah demam tinggi yang terjadi setelah 8-10 hari setelah
vaksinasi dan berlangsung selama 24-48 jam (insedens sekitar 2 %) dan ruam
atau bercak-bercak merah sekitar 1- 2 hari (insedens sekitar 2 %). Efek
samping lainnya yang lebih berat ialah ensefalitis (Radang otak). Tetapi, kasus
ini sangat jarang terjadi, kurang dari 1 dari setiap 1-3 juta dosis yang diberikan
(Fida dan Maya 2012).
g) Kontra indikasi
Kontra indikai pemberian imunisasi campak adalah anak : Dengan penyakit
infeksi akut yang disertai demam
Dengan penyakit gangguan kekebalan
Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
Dengan kekurangan gizi beratDengan penyakit keganasan
Dengan kerntangan tinggi terhadap protein telur, kemanisan, dan
eritromisin (antibiotik) (Maryunani 2010).
h) Tingkat kekebalan
Cukup tinggi antara 94-96%.Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari
95% bayi mengalami respon imun yang cukup (Putra R. Satiatava 2012).
1.
2.
3.
3.1 Kerangka Teori
Pengetahuan Ibu
Imunisasi Dasar
Gambar 3.1 Kerangka Teori. Modifikasi teori Bloom pengetahuan dan pemberian
imunisasi dasar lengkap (Atikah, 2010)
3.2 Kerangka Konsep
Baik : 76-100% jawaban benar
Tingkat Pengetahuan Ibu Mengenai Imunisasi Dasar Cukup : 56-75% jawaban benar
Arikunto (2013) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2013). Sampel terdiri atas bagian dari populasi
terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui tehnik sampling.
Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu kriteria inklusi dan eksklusi.
Penentuan kriteria sampel membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian
(Nursalam, 2015). Pada penelitian ini sampel yang di ambil yaitu ibu yang memiliki balita
berusia 0-3 tahun di desa Blimbing. Sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yaitu:
a. Kriteria Inklusi:
1. Ibu yang memiliki anak berusia 0-3 tahun.
2. Bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner
b. Kriteria Eksklusi:
1. Ibu yang menolak mengisi kuesioner
Menurut Slovin dalam Notoadmojo (2012), besar sampel untuk populasi kecil
kurang dari 10.000 dapat menggunakan rumus sederhana yaitu :
n= 221 = 68,8 = 69
2
1 + 221 (0,1 )
n = besar sampel
N = besar
populasi d =
presisi (0,1%)
4.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi (Nursalam, 2015). Pada penelitian ini sampel diambil dengan cara non
probability sampling dengan teknik acciedental sampling yaitu pengambilan sampel
dengan mengambil kasus yang kebetulan ada atau tersedia (Arifin, 2017). Sampel
yang di ambil memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang di tetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono 2013). Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan
ibu tentang pemberian imunisasi dasar.
4.5 Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner a. Baik: bila Ordinal
diketahui responden pengetahuan
mengenai pemberian responden 76-
imunisasi dasar 100%
lengkap b. cukup : bila
pengetahuan
responden: 56-
75%
c. kurang : <50%
(arikunto, 2005)
Usia Jenis usia responden Kuesioner 1. Usia < 20 Ordinal
diukur sejak dia lahir tahun
hingga waktu usia 2. Usia 20-35
itu dihitung tahun
berdasarkan 3. Usia >35
keterangan tahun
responden (Susianti, 2016)
Tingkat Jenjang pendidikan Kuesioner 1. SD Ordinal
pendidikan sekolah formal 2. SMP
responden 3. SMA
berdasarkan ijazah 4. Perguruan
terakhir Tinggi
Pekerjaan Pekerjaan adalah Kuesioner 1. Bekerja Ordinal
segala usaha yang 2. Tidak bekerja
dilakukan untuk
memperoleh
penghasilan, baik
yang dilakukan
didalam maupun
diluar rumah
𝐹
P= x 100
N
Keterangan :
P : Nilai soal pengetahuan
F : Jumlah jawaban benar
N : Jumlah Soal
100 : Bilangan tetap.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1 Distribusi Freukensi Karakteristik Ibu di kelurahan Sei Lakam Barat
Tajung Balai Karimun
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20 Tahun 6 8.8 8.8 8.8
20-35 Tahun 47 69.1 69.1 77.9
>35 Tahun 15 22.1 22.1 100.0
Total 68 100.0 100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sekolah 1 1.5 1.5 1.5
SD 3 4.4 4.4 5.9
SMP 14 20.6 20.6 26.5
SMA 39 57.4 57.4 83.8
S1 11 16.2 16.2 100.0
Total 68 100.0 100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ibu Rumah 42 61.8 61.8 61.8
Tangga
Pegawai Negeri 6 8.8 8.8 70.6
Sipil/Swasta
Wiraswasta 20 29.4 29.4 100.0
Total 68 100.0 100.0
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwasanya pada kelompok usia <20
Tahun, distribusi pengetahuan kurang-cukup-baik cenderung menyebar merata
secara frekuensi yakni sebesar 33,3%. Pada kelompok usia 20-35 Tahun
mayoritas memiliki nilai pengetahuan cukup yakni sebanyak 46,8%. Sedangkan
untuk kelompok usia >35 Tahun, mayoritas memiliki tingkat pengetahuan kurang
yakni sebesar 42,6%. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa seiring
bertambahnya usia, maka memiliki kecenderungan berkurangnya skor
pengetahuan.
Ketika seseorang sudah mulai tua, mereka akan mengalami kemunduran
fisik maupun mental, diperkirakan IQ akan menurun sejalan dimana hal-hal yang
disampaikan mudah lupa (Efendi et al., 2009)
Hal ini diperkuat dengan pendapat (Notoatmodjo 2011) Semakin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan
tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat ketika berumur belasan tahun. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan
yang diperoleh seseorang, akan tetapi perlu diingat bahwa pada umur-umur
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai gambaran pengetahuan ibu tentang
imunisasi dasar di desa Blimbing dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan
ibu yang baik 17.6%%, cukup 39.7% % dan kurang 42.6%.
Implementasi pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada ibu saat
berada diposyandu serta memberika leaflet tentang imunisasi dasar sehingga ibu
dapat membacanya dirumah. Selain itu juga dapat diberikan sertifikat imunisasi
untuk meningkatkan motivasi ibu untuk mengimunisasikan anaknya.
6.2 Saran
Tenaga kesehatan diharapkan lebih aktif lagi dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya Imunisasi Dasar pada Bayi seperti memotivasi kader agar
lebih aktif dalam memberikan penyuluhan tentang imunisasi dasar agar Ibu lebih
mengerti dan mau membawa bayinya untuk melakukan Imunisasi pada bayinya.
Menganjurkan pada ibu untuk mencari informasi tentang pentingnya imunisasi
pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Atika Putri, Eryati Darwin, dan Edison. 2013. “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di
Kelurahan Parupuk Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota
Padang Tahun 2013.” Padang, Sumatra Barat: Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas.
Dinkes Kab. Tegal. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2015.
Tegal: Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.
Fida, dan Maya. 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: Diva Press.
Fitriyani, Amin Dewi. 2013. “Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta 2013,” 59.
Hafid, Wahyuni, Santi Martini, dan Shrimarti Devy. 2016. “Faktor Determinan
Status Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Puskesmas Konang Dan
Geger Tahun 2016.” Bangkalan Jawa Timur: Universitas Airlangga.
( )
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DI
KELURAHAN SEI LAKAM BARAT TAJUNG BALAI KARIMUN
I. Petunjuk Pengisian Kuesioner
a. Isilah data yang ada pada lembar kuesioner ini dengan benar
b. Pilih salah satu jawaban yang menurut anda benar
c. Pilih salah satu jawaban dengan cara memberi tanda silan
(X) pada jawaban yang menurut anda benar
d. Setiap pertanyaan diisi dengan 1 jawaban
Pengetahuan Kode
No Nama Usia PDKN PKRJN Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nilai
1 M 3 SMP IRT 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 40 1
2 S 3 SMA IRT 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 40 1
3 N 2 SMA IRT 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 60 2
4 S 2 SMA IRT 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 45 1
5 J 2 SMA IRT 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 60 2
6 H 2 SI PS 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 3
7 A 2 SMA IRT 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 60 2
8 R 1 SMP IRT 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 20 1
9 N 2 SMP IRT 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 40 1
10 R 2 SMA IRT 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 60 2
11 S 1 SMA IRT 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 45 1
12 E 2 SMA IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 40 1
13 N 1 SMP IRT 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 35 1
14 N 1 SMP IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 35 1
15 H 2 TS IRT 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 40 1
16 N 1 SMA IRT 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 40 1
17 M 1 SMP IRT 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 65 2
18 S 2 SMA IRT 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 40 1
19 N 1 SMP IRT 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 60 2
20 S 2 SD IRT 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 35 1
21 H 3 SMA IRT 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 40 1
22 S 3 SMA IRT 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 35 1
23 K 2 SMA IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 35 1
24 H 2 SMP IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 30 1
25 S 2 SI IRT 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 25 1
26 S 2 SI IRT 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 85 3
27 S 2 SMA IRT 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 40 1
28 H 2 SMA IRT 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 45 1
29 F 1 SMA IRT 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 60 2
30 D 2 SD IRT 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 45 1
31 M 2 SMP IRT 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 50 1
32 M 2 SMA IRT 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 60 2
33 S 2 SMA IRT 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 35 1
34 N 1 SD IRT 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 50 1
35 N 2 SMA IRT 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 40 1
36 M 2 SMA IRT 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 45 1
37 S 2 SI IRT 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 60 2
38 Y 2 SI IRT 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 45 1
39 M 1 SMP IRT 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 40 1
40 M 2 SMA IRT 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 60 2
41 A 2 SI IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 90 3
42 S 2 SMP IRT 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 50 1
43 I 2 SI IRT 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 50 1
44 H 1 SMA IRT 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 65 2
45 S 2 SMP WS 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 35 1
46 A 2 SMA WS 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 50 1
47 R 2 SMA IRT 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 40 1
48 M 2 SMP IRT 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 50 1
49 N 2 SI IRT 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 85 3
50 H 2 SMP IRT 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 45 1
51 J 2 SMA IRT 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 40 1
52 M 2 SD IRT 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 50 1
53 S 1 SMA IRT 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 40 1
54 A 2 SMA WS 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 50 1
55 M 2 SI PS 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 50 1
56 H 2 SI PS 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 55 1
57 M 2 SMA WS 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 40 1
58 M 2 SMA IRT 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 60 2
59 D 2 SMA WS 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 45 1
60 H 2 SI PS 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 60 2
61 M 2 SI PS 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 50 1
62 M 2 SMA WS 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 80 3
63 S 2 SMP WS 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 45 1
64 S 2 SMA WS 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 50 1
65 N 2 SI PS 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 45 1
66 R 1 SMP IRT 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 65 2
67 S 2 SI IRT 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 50 1
68 W 2 SI IRT 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 45 1
Lampiran 4
Dokumentasi
Pengisian Kuesioner
Leaflet Imunisasi