47927-Article Text-284101-1-10-20240621

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Juli 2024 Vol.

29 (3): 323330
ISSN 0853-4217 http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI
EISSN 2443-3462 DOI: 10.18343/jipi.29.3.323

Kaitan Struktur Komunitas Fitoplankton dengan Konsentrasi Nutrien dan


Kekeruhan di Waduk Kedung Ombo
(Relation of Phytoplankton Community Structure with Nutrient
Concentration and Turbidity in Kedung Ombo Reservoir)
Mei Larasati, Siti Rudiyanti, Arif Rahman*, Haeruddin, Kukuh Prakoso

(Diterima Juni 2023/Disetujui Mei 2024)

ABSTRAK
Sisa pakan dan kotoran ikan dari aktivitas keramba jaring apung di Waduk Kedung Ombo menjadi isu utama dalam
penurunan kualitas perairan yang berdampak pada kelimpahan fitoplankton sebagai produsen primer. Tujuan penelitian
ini adalah mengevaluasi kaitan nutrien dan kekeruhan dengan kelimpahan fitoplankton. Penelitian ini menggunakan
metode survei lapangan dengan teknik purposive sampling. Sampel dikumpulkan 3 kali dengan interval waktu 1 bulan di
3 stasiun yang berbeda. Sampel air dan fitoplankton diambil di permukaan. Analisis data menggunakan regresi linier
berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat 0,2–0,7 mg/L; fosfat 0,1–0,87 mg/L; dan kekeruhan 3,52–20,18
NTU. Kelimpahan fitoplankton adalah 17.882–90.280 sel/L dengan indeks keanekaragaman rendah (1,127–1,849), indeks
keseragaman tinggi (0,406–0,701), dan indeks dominansi rendah (0,243–0,557). Terdapat korelasi yang kuat antara nutrien
maupun kekeruhan dan kelimpahan fitoplankton dengan nilai r = 0,800. Koefisien determinasi (R2) = 0,640 menunjukkan
bahwa kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh nutrien dan kekeruhan sebesar 64%, sedangkan sisanya 36%
dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata kunci: fitoplankton, kualitas air, nutrien, waduk kedung ombo

ABSTRACT
Feed residues and fish waste from floating net cage activities in Kedung Ombo Reservoir are the main issues in
decreasing water quality, impacting the abundance of phytoplankton as primary producers. This study aimed to evaluate
the relationship of nutrients and turbidity with phytoplankton abundance. This study used a field survey method with a
purposive sampling technique. Samples were collected 3 times at intervals of 1 month at 3 different stations. Samples of
water and phytoplankton were taken on the surface. Data analysis using multiple linear regression. The results showed
that the nitrate concentration was 0.2–0.7 mg/L; phosphate 0.1–0.87 mg/L; and turbidity of 3.52–20.18 NTU. The
phytoplankton abundance was 17,882–90,280 cells/L with a low diversity index (1.127–1.849), a high uniformity index
(0.406–0.701), and a low dominance index (0.243–0.557). There is a strong correlation between nutrients, turbidity, and
phytoplankton abundance, with a value of r = 0.800. The coefficient of determination (R2) = 0.640 indicates that
phytoplankton abundance is influenced by nutrients and turbidity by 64%, while other factors influence the remaining
36%.

Keywords: Kedung Ombo reservoir, nutrients, phytoplankton, water quality

PENDAHULUAN Sungai Uter yang mengalir dari selatan ke utara. Zona


hilir terletak di gunung Kendeng sebelah selatan
Waduk Kedung Ombo terletak di antara tiga Grobogan, sedangkan zona hulu terletak di gunung
Kabupaten, yakni Sragen, Boyolali, dan Grobogan. Merbabu. Waduk ini berkapasitas tampungan 723 juta
Sumber mata air berasal dari DAS (Daerah Aliran m3 dengan volume efektif 634,6 juta m3 (Balai Besar
Sungai) Jerabung, Tuntang, Serang, Lusi, dan Juwana. Wilayah Sungai Pemali Juana 2017). Waduk
DAS tersebut mengalir pada dua aliran sub-DAS, yaitu dimanfaatkan untuk irigasi, sumber air minum,
Sungai Serang yang mengalir ke arah timur laut dan pembangkit tenaga listrik, pariwisata, perikanan tangkap,
dan keramba jaring apung (KJA) (Aida & Utomo 2012).
Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Berdasarkan data dari Balai Besar Wilayah Sungai
Departemen Sumber Daya Akuatik, Fakultas Perikanan dan Pemali Juana (2017), jumlah KJA di Waduk Kedung
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Ombo mencapai 3.978 petak, yang telah melebihi daya
Tembalang, Semarang 50241 dukungnya yang hanya 1.026 petak. Kegiatan budi daya
* Penulis Korespondensi: Email: [email protected]
ikan dalam KJA yang berkembang pesat sering
324 JIPI, Vol. 29 (3):323330

menimbulkan masalah pencemaran bahan organik dari konsentrasi nutrien dan kekeruhan di Waduk Kedung
sisa pakan dan kotoran hasil metabolisme ikan yang Ombo.
lolos ke perairan. Bahan organik yang berasal dari KJA
tersebut akan memengaruhi parameter kualitas
lingkungan perairan, terutama nutrien dan kekeruhan. METODE PENELITIAN
Sisa pakan dan kotoran ikan dari KJA merupakan
penyumbang nutrien tertinggi sekitar 80% (Garno 2000). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tingginya produktivitas primer dalam suatu perairan survei lapangan, dipilih karena merupakan langkah awal
mengindikasikan tingginya ketersediaan nutrien. Nutrien untuk mengetahui kondisi alamiah saat sampling di
berperan penting dalam pertumbuhan dan metabolisme wilayah Waduk Kedung Ombo. Penelitian dilaksanakan
biota akuatik. Kandungan nutrien yang tinggi akan pada bulan Juni–Agustus 2022, yang terdiri atas
terakumulasi di perairan sehingga menyebabkan pengambilan sampel air dan fitoplankton. Sampel
eutrofikasi (Pratiwi et al. 2013). Eutrofikasi merupakan diambil sebanyak 3 kali ulangan dengan rentang waktu 1
fenomena ekologi akibat pengayaan nutrien oleh bahan bulan. Teknik pengambilan sampel menggunakan
organik yang masuk ke perairan (Vincon-Leite & purposive sampling, yaitu menggunakan beberapa
Casenave 2019). Semakin tinggi pasokan nutrien yang pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria yang
masuk ke perairan, semakin meningkat status kesuburan diinginkan untuk dapat menentukan jumlah sampel yang
perairan. Berdasarkan penelitian Simanjuntak & akan diteliti. Dasar pertimbangan dari pemilihan lokasi
Muhammad (2018), kesuburan perairan Waduk Kedung sampling tersebut berdasarkan survei pendahuluan,
Ombo tergolong tinggi (eutrofik) dengan kadar nitrogen yaitu aktivitas pemanfaatan KJA oleh masyarakat sekitar
0,01–1,28 mg/L serta kadar fosforus 0,068–0,433 mg/L. waduk yang akan memengaruhi kondisi kualitas
Kesuburan perairan ditandai dengan meningkatnya lingkungan perairan.
pertumbuhan alga berupa fitoplankton (blooming algae) Sampel diambil pada 3 stasiun, yang masing-masing
yang tidak terkendali. mewakili kondisi perairan. Ketiga stasiun ini memiliki
Fitoplankton adalah produsen primer di perairan yang karakteristik yang berbeda-beda berdasarkan kepadatan
menjadi sumber kehidupan bagi seluruh organisme KJA. Stasiun 1 merupakan area bebas KJA yang terletak
akuatik. Keberadaan fitoplankton dipengaruhi oleh di dekat aliran air keluar (outlet) waduk. Stasiun 2
kondisi parameter kualitas perairan yang saling merupakan area dengan kepadatan KJA sedang yang
berinteraksi antara faktor fisika dan kimia perairan seperti terletak di sekitar tempat wisata dan rumah makan.
nutrien berupa nitrat dan fosfat, serta kekeruhan Stasiun 3 merupakan area KJA dengan kepadatan tinggi
(Goldman & Horne 1983). Perubahan kondisi perairan di tengah waduk. Hampir seluruh area terdapat KJA milik
seperti peningkatan atau penurunan kadar nutrien dan masyarakat sekitar waduk (Gambar 1).
kekeruhan dapat memengaruhi kelimpahan fitoplankton Variabel kualitas air yang diukur secara in situ ialah
di perairan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan kedalaman dan kecerahan menggunakan secchi disc;
mengevaluasi kaitan kelimpahan fitoplankton dengan suhu, oksigen terlarut, dan pH diukur dengan Water

Gambar 1 Lokasi penelitian di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
JIPI, Vol. 29 (3):323330 325

n
Quality Checker (WQC). Variabel yang diukur secara ex

situ antara lain konsentrasi nitrat dan fosfat H = − ∑ PilnPi
menggunakan spektrofotometer, kekeruhan dengan i=1
turbidimeter, dan fitoplankton menggunakan mikroskop
binokuler merek Olympus dengan tipe CX23 yang Keterangan:
ditetapkan di Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya H’ = Indeks keanekaragaman
Ikan dan Lingkungan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Pi = ni/N
Kelautan, Universitas Diponegoro. ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu
Pengambilan Sampel Air
Sampel air untuk analisis nitrat, fosfat, dan kekeruhan Indeks keseragaman dihitung dengan persamaan:
diambil menggunakan botol sampel pada permukaan H′
perairan sebanyak 600 mL. Sampel air dalam botol E=
Hmaks
kemudian dimasukkan ke dalam cool box yang sudah
diisi es batu sampai suhunya 4°C, untuk selanjutnya
Keterangan:
dianalisis di laboratorium.
E = Indeks keseragaman
H’ = Indeks keanekaragaman
Pengambilan Sampel Fitoplankton
Hmaks = Keanekaragaman maksimum
Sampel fitoplankton diambil secara pasif dengan cara
menyaring air 50–100 L di permukaan menggunakan
Indeks dominansi dihitung dengan persamaan:
ember ukuran 10 L (Nasution et al. 2019). Sampel
disaring menggunakan plankton net dengan mesh size 𝑛𝑖
25 µm dengan volume bucket 50 mL. Dari hasil dari C = ∑( )²
𝑁
penyaringan didapatkan sampel fitoplankton sebanyak
50 mL. Air sampel yang tersaring dimasukkan dalam Keterangan:
botol sampel dan diawetkan dengan menggunakan lugol C = Indeks dominansi
iodine 1% sebanyak 15 tetes, dan diberi kertas label ni = Jumlah individu jenis ke-i
pada botol agar tidak tertukar, untuk selanjutnya dibawa N = Jumlah total individu
ke laboratorium. s = Jumlah jenis
Identifikasi jenis fitoplankton mengacu pada buku
Vuuren et al. (2006); Bellinger dan David (2010); Sulastri Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
(2018). Perhitungan kelimpahan fitoplankton mengevaluasi kaitan struktur komunitas fitoplankton
menggunakan alat Sedgewick-Rafter Counting Cell dengan nutrien dan kekeruhan. Analisis regresi
(SRC) dengan luas 1000 mm2 yang diamati dengan menggunakan perangkat lunak Jamovi. Dari uji regresi
mikroskop binokuler pada perbesaran 100x. Kelimpahan akan diperoleh hubungan variabel dan nilai koefisien
fitoplankton dihitung berdasarkan persamaan (APHA determinasi (R2) dengan persamaan sebagai berikut.
2005):
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 …………………… (2)
Acg Vt 1
N= n x x x ……………………… (1)
Aa Vs 𝐴𝑠 Keterangan:
Y = Kelimpahan fitoplankton
Keterangan: X1 = Nitrat
N = Kelimpahan plankton (sel/L) X2 = Fosfat
n = Jumlah sel yang diamati (sel) X3 = Kekeruhan
Acg = Luas SRC (1000 mm2) a = Intercept
Aa = Luas pengamatan (25 mm2) b = Slope
Vt = Volume yang tersaring (50 mL)
Vs = Volume air tersaring (100 L)
As = Volume air dalam SRC (1 mL) HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data Konsentrasi Nutrien dan Kekeruhan di Waduk
Analisis data meliputi struktur komunitas fitoplankton Kedung Ombo
dan regresi. Analisis struktur komunitas fitoplankton Konsentrasi nitrat pada Stasiun 1 lebih tinggi
ditentukan menggunakan indeks biologi, yaitu indeks dibanding stasiun lain karena merupakan tempat akhir
keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi perairan sebelum keluar dari waduk sehingga banyak
(C), yang mengacu pada Odum (1993). Indeks kotoran ikan yang tertahan dan mengendap di dasar
keanekaragaman dihitung dengan persamaan:
326 JIPI, Vol. 29 (3):323330

bendungan. Konsentrasi nitrat di lapisan permukaan rendah. Kondisi ini juga terjadi di beberapa lokasi KJA di
lebih rendah dibandingkan di lapisan dekat dasar karena Danau Toba (Barus et al. 2008). Danau Toba banyak
nitrat lebih banyak dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh dimanfaatkan untuk berbagai macam aktivitas seperti
fitoplankton di permukaan. Selain itu, konsentrasi nitrat pertanian, budi daya, pariwisata, dan pemukiman.
yang tinggi di dekat dasar perairan juga dipengaruhi oleh Aktivitas tersebut berpotensi memberi masukan bahan
sedimen. Di dalam sedimen, nitrat diproduksi dari organik yang menghasilkan nutrien. Sumber utama
biodegradasi bahan-bahan organik menjadi amonia yang nutrien di Danau Toba ialah limpasan pupuk pertanian,
selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat (Seitzinger 1988). limbah domestik dan industri, detergen, deposisi nitrogen
Konsentrasi nitrat di Waduk Kedung Ombo meningkat dari atmosfer, serta erosi tanah (Rahman et al. 2016).
dari tahun ke tahun. Tahun 2012, konsentrasi nitrat Konsentrasi nutrien di seluruh waduk selama
adalah 0,02–1,16 mg/L dengan rata-rata 0,37 mg/L (Aida penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P
dan Utomo 2012); sedangkan tahun 2014, konsentrasi > 0,05). Perbedaan jumlah, lokasi, dan karakteristik KJA
nitrat 0,13–0,74 mg/L dengan rata-rata 0,40 mg/L tidak memengaruhi konsentrasi nutrien antarstasiun. Hal
(Hidayah et al. 2014) (Tabel 1). ini mengindikasikan bahwa sumber nutrien tidak hanya
Konsentrasi fosfat pada Stasiun 3 lebih tinggi berasal dari KJA, tetapi juga dari aktivitas daratan seperti
daripada stasiun lain karena banyaknya sisa pakan dari limpasan pupuk pertanian dan limbah domestik per-
kegiatan KJA. Konsentrasi fosfat di Waduk Kedung mukiman. Aktivitas tersebut dapat memengaruhi nutrien
Ombo berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, di perairan. Semua sumber nutrien menyumbangkan
konsentrasi fosfat 0,01–0,67 mg/L dengan rata-rata jumlah yang sama ke perairan sehingga kondisi
0,046 mg/L (Aida & Utomo 2012); sedangkan tahun antarstasiun tidak jauh berbeda. Nutrien dipengaruhi
2014, konsentrasi fosfat 0,01–0,15 mg/L dengan rata- oleh aktivitas manusia di daratan, gerakan massa air,
rata 0,03 mg/L (Hidayah et al. 2014). Peningkatan dan aktivitas pembusukan bahan organik (Yanti 2023).
konsentrasi fosfat disebabkan oleh pengaruh Fenomena ini sama dengan yang terjadi di Waduk
peningkatan aktivitas KJA pada Stasiun 3. Jumlah KJA Saguling; sumber masukan nutrien yang masuk ke
di stasiun tersebut yang paling padat karena hampir di waduk berasal dari limbah pertanian, rumah tangga, dan
seluruh area ini terdapat KJA milik masyarakat. Area industri (Purnamaningtyas 2014).
padat KJA banyak menghasilkan sisa pakan dari ikan Konsentrasi kekeruhan optimum untuk suatu perairan
yang dibudidayakan. Semakin banyak aktivitas budidaya menggenang seperti waduk berkisar adalah 5–30 NTU
ikan, semakin tinggi pula konsumsi pakan yang (Wirabumi et al. 2017). Kekeruhan pada Stasiun 1 lebih
dibutuhkan. Pakan ikan tidak semua habis dimakan oleh tinggi daripada di stasiun lain. Hal ini karena stasiun ini
ikan. Sisa pakan mengendap di dasar perairan. Menurut merupakan outlet waduk; sebelum beban perairan
Indriani et al. (2016), tingginya konsentrasi fosfat di dasar terbuang, banyak sisa pakan dan kotoran ikan yang
terjadi karena fosfat memiliki sifat yang reaktif dan tertahan di bendungan sehingga mengendap di dasar
mudah mengendap pada sedimen sehingga unsur fosfat perairan, yang mengakibatkan kekeruhan. Menurut Ali &
terakumulasi di dasar. Kegiatan KJA dapat Aida (2017), kekeruhan sangat ditentukan oleh partikel-
meningkatkan fosfat yang disebabkan oleh akumulasi partikel terlarut dan lumpur. Semakin banyak partikel
sisa pakan dari aktivitas budi daya (Adawiah et al. 2021). atau bahan organik yang terlarut di perairan, semakin
Kandungan nutrien sangat memengaruhi keberadaan meningkat kekeruhan. Kekeruhan dapat menyebabkan
fitoplankton. Nutrien berupa sisa pakan dan kotoran ikan terhambatnya penetrasi cahaya matahari yang masuk ke
digunakan untuk pertumbuhan fitoplankton. Namun, perairan (Patty et al. 2019). Tingkat kecerahan Waduk
kelimpahan fitoplankton di perairan menunjukkan Kedung Ombo tergolong rendah. Kecerahan yang
kelimpahan yang rendah. Hal ini karena ikan yang rendah mengindikasikan laju sedimentasinya tinggi.
dibudidayakan di dalam KJA juga memakan fitoplankton Kecerahan merupakan faktor terpenting dalam
sebagai makanan alami sehingga dapat dimengerti pertumbuhan fitoplankton, terutama dalam kelancaran
mengapa lokasi KJA tersebut memiliki kelimpahan fotosintesis (Rahmah et al. 2022).
Tabel 1 Kondisi kualitas air di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah selama penelitian
Stasiun
Kualitas air Baku mutu PP RI No. 22/2021 Kelas II
1 2 3
Kekeruhan (NTU) 9,61 4,66 4,11 #
Kedalaman (m) 30,24 31,52 37,14 #
Kecerahan (cm) 77,50 81,17 75,00 #
Suhu (°C) 29,87 29,37 29,40 Deviasi 3
Nitrat (mg/L) 0,43 0,30 0,33 10
Fosfat (mg/L) 0,21 0,14 0,40 0,2
DO (mg/L) 3,19 2,92 2,88 ≥4
pH 8,10 7,86 7,76 6–9
JIPI, Vol. 29 (3):323330 327

Struktur Komunitas Fitoplankton digunakan sebagai bioindikator kecemaran perairan


Komposisi fitoplankton terdiri atas Kelas karena cepat berkembang biak pada kondisi perairan
Bacillariophyceae (3 genera), Chlorophyceae (12 yang cemar, baik yang sedang maupun sangat cemar.
genera), Cyanophyceae (4 genera), Dinophyceae (1 Chlorophyceae dapat tumbuh dengan baik pada kisaran
genus), dan Euglenoidea (2 genera) (Gambar 2). suhu 30–35°C (Haryoko et al. 2018) (Gambar 2).
Chlorophyceae merupakan kelas yang terbanyak. Kelimpahan fitoplankton antarstasiun adalah 48.247–
Menurut Fachrul et al. (2016), Chlorophyceae banyak 54.846 sel/L. Kelimpahan tertinggi pada kelas
ditemukan di perairan air tawar karena mudah Cyanophyceae jenis Aphanizomenon sp. (39.438 sel/L)
beradaptasi dan cepat berkembang biak sehingga dan kelimpahan terendah pada genus Mougeotia sp. (10
populasinya banyak ditemukan. Chlorophyceae sel/L) (Gambar 3). Aphanizomenon mudah ditemukan

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

Gambar 2 Spesies fitoplankton yang banyak ditemukan di Waduk Kedung Ombo: A) Aphanizomenon sp.; B) Sphaerellocystis sp.;
C) Sphaerocystis sp.; D) Navicula sp.; E) Chroococcus sp.; dan F) Merismopedia sp.

60000
Kelimpahan (Sel/L)

50000

40000

30000

20000

10000

0
1 2 3
Stasiun
Anabaenopsis Aphanizomenon Ceratium Chlamydomonas Chroococcus
Cosmarium Dictyosphaerium Merismopedia Monoraphidium Mougeotia
Navicula Nitzschia Oocystis Pandorina Pediastrum
Phacus Scenedesmus Sphaerocystis Staurastrum Synedra
Trachelomonas Ulothrix
Gambar 3 Kelimpahan jenis fitoplankton di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah
328 JIPI, Vol. 29 (3):323330

selama cuaca hangat dan tenang di perairan tawar terdapat genus yang secara ekstrem mendominasi
dengan konsentrasi nutrien yang relatif tinggi (Paerl & genus lainnya (Tabel 2).
Tucker 1995). Aphanizomenon memiliki toleransi untuk
tetap tumbuh dengan nutrien yang berfluktuasi karena Kaitan Nutrien dan Kekeruhan dengan Kelimpahan
kemampuannya menyimpan fosfat. Kelimpahannya di Fitoplankton
perairan semakin tinggi karena bukan merupakan jenis Kaitan antara konsentrasi nutrien (nitrat, fosfat) dan
fitoplankton yang disukai untuk dikonsumsi zooplankton. kekeruhan dengan kelimpahan fitoplankton di Waduk
Aphanizomenon pada kelas Cyanophyceae lebih Kedung Ombo berdasarkan model regresi linier
menyukai habitat perairan dengan pH netral atau sedikit berganda dinyatakan dengan persamaan: Y = 50.603 –
basa. Apabila suatu perairan didominasi oleh 104.283 nitrat + 21.358 fosfat + 5.332 kekeruhan. Nilai
Aphanizomenon, dapat dikatakan bahwa perairan koefisien korelasi (r) 0,800, artinya kaitan nutrien dan
tersebut eutrofik (Antosiak et al. 2022) (Gambar 3). kekeruhan dengan kelimpahan fitoplankton berkorelasi
Struktur komunitas fitoplankton ditentukan kuat. Nilai koefisien determinasi (R2) bernilai 0,640, yang
menggunakan beberapa indeks biologi seperti indeks mengindikasikan kelimpahan fitoplankton dipengaruhi
keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi. Indeks oleh konsentrasi nutrien dan kekeruhan sebesar 64%.
keanekaragaman di Waduk Kedung Ombo termasuk Sisanya 36%, kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh
kategori rendah. Keanekaragaman fitoplankton sangat faktor lain (Tabel 3).
dipengaruhi oleh stabil atau tidaknya suatu lingkungan Faktor lain yang memengaruhi kelimpahan
perairan. Tingginya kelimpahan fitoplankton tersebut fitoplankton ialah parameter fisika, kimia, dan hayati,
sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrien dari aktivitas selain faktor interaksi dengan biota lain seperti
KJA. Indeks keseragamannya termasuk kategori tinggi. pemangsaan oleh zooplankton. Faktor lingkungan
Hal tersebut karena fitoplankton di Waduk Kedung Ombo seperti kecerahan, suhu, DO, dan pH berpengaruh pada
memiliki jenis yang relatif sama atau tidak jauh berbeda. kelimpahan fitoplankton, dengan kata lain kualitas
Indeks dominansi termasuk kategori rendah; hampir perairan menjadi tolok ukur kelimpahannya (Zainuri et al.
tidak ada individu yang mendominasi. Kondisi tersebut 2023).
mengindikasikan bahwa perairan tersebut dalam kondisi
yang baik, tanpa ada tekanan dari jenis fitoplankton
tertentu. Menurut Triawan & Arisandi (2020), indeks KESIMPULAN
dominansi mendekati 0 menggambarkan struktur
komunitas dalam keadaan stabil dan tidak terjadi Kaitan nutrien dan kekeruhan dengan kelimpahan
tekanan ekologis terhadap biota di perairan serta tidak fitoplankton di Waduk Kedung Ombo menunjukkan
korelasi kuat. Kelimpahan fitoplankton dipengaruhi oleh

Tabel 2 Struktur komunitas fitoplankton di Waduk Kedung Ombo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah
Struktur komunitas fitoplankton Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Indeks keanekaragaman (H') 1,595 1,348 1,477
Indeks keseragaman (E) 0,580 0,480 0,532
Indeks dominansi (D) 0,351 0,467 0,416

Tabel 3 Model analisis regresi linier berganda


Model Fit Measures

Model R R²

1 0,800 0,640

Model koefisien - Kelimpahan fitoplankton

Prediktor Perkiraan SE t p

Intersep 50.603 17.233 2,936 0,032


Nitrat 10.4283 86.807 1,201 0,283
Fosfat 21.358 24.660 0,866 0,426
Kekeruhan 5.332 2.439 2,186 0,081
JIPI, Vol. 29 (3):323330 329

konsentrasi nutrien dan kekeruhan sebesar 64%. kimia air di perairan Parapat Danau Toba. Jurnal
Sisanya 36% dipengaruhi oleh faktor lain. Budi daya KJA Biologi Sumatera. 3(1): 1116.
dari tahun ke tahun di waduk ini meningkat pesat hingga
melebihi daya dukungnya, yang berdampak pada Bellinger EG, Sigee DC. 2010. Freshwater Algae:
penurunan kualitas perairan. Keadaan ini mengharuskan Identification and Use as Bioindicators. Chichester
strategi pengelolaan yang tepat, berkenaan pengaturan (UK): John Wiley and Sons.
zonasi, ukuran dimensi, jumlah dan jenis ikan yang Fachrul MF, Rinanti A, Hendrawan D, Satriawan A. 2016.
dibudidayakan, jumlah dan jenis pakan yang diberikan, Kajian kualitas air dan keanekaragaman jenis
serta periode usaha sehubungan dengan fluktuasi air fitoplankton di perairan Waduk Pluit Jakarta Barat.
waduk. Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga
Penelitian Universitas Trisakti. 1(2): 109120.
http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v1i2.1458..
UCAPAN TERIMA KASIH
Garno YS. 2000. Daya tahan beberapa organisme air
pada pencemar limbah detergen. Jurnal Teknologi
Penelitian ini didukung oleh dana Hibah Fakultas
Lingkungan. 1(3): 212218.
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
https://doi.org/10.29122/jtl.v1i3.183.
melalui Sumber Dana selain APBN tahun anggaran
2022 dengan kontrak Nomor 64/UN7.5.10.2/HK/2022. Goldman CR, Horne AJ. 1983. Limnology. New York
(US): McGraw-Hill.
Haryoko I, Melani WR, Apriadi T. 2018. Eksistensi
DAFTAR PUSTAKA Bacillariophyceae dan Chlorophyceae di perairan Sei
Timun Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Jurnal
Adawiah SR, Amalia V, Purnamaningtyas SE. 2021.
Akuatiklestari. 1(2): 17.
Analisis kesuburan perairan di daerah keramba jaring
https://doi.org/10.31629/akuatiklestari.v1i2.2287.
apung berdasarkan kandungan unsur hara (nitrat dan
fosfat) di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur Purwakarta. Hidayah T, Ridho MR, Suheryanto. 2014. Struktur
Jurnal Kartika Kimia. 4(2): 96105. komunitas fitoplankton di Waduk Kedung Ombo Jawa
https://doi.org/10.26874/jkk.v4i2.90. Tengah. Journal of Fisheries. 3(1): 17.
https://doi.org/10.56064/maspari.v6i2.3035.
Aida SN, Utomo AD. 2012. Tingkat kesuburan perairan
Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah. Jurnal Indriani W, Hutabarat S, Ain C. 2016. Status trofik
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap. 4(1): perairan berdasarkan nitrat, fosfat, dan klorofil-a di
5666. http://dx.doi.org/10.15578/bawal.4.1.2012.56- Waduk Jatibarang, Kota Semarang. Diponegoro
66. Journal of Maquares. 5(4): 258264.
https://doi.org/10.14710/marj.v5i4.14418.
Ali M, Aida SN. 2017. Kualitas fisis dan kimia air Waduk
Batutegi Lampung. Jurnal Kinetika. 8(2): 2532. Nasution A, Widyorini N, Purwanti F. 2019. Analisis
hubungan kelimpahan fitoplankton dengan
Antosiak A, Sulcius S, Malec P, Tokodi N, Lobodzinska kandungan nitrat dan fosfat di Perairan Morosari,
A, Dziga D. 2022. Cyanophage infections reduce Demak. Diponegoro Journal of Maquares. 8(2):
photosynthetic activity and expression of CO2 fixation
7886. https://doi.org/10.14710/marj.v8i2.24230.
genes in the freshwater bloom-forming
Cyanobacterium Aphanizomenon Flos-Aquae. Nida M, Rahman, Rahman A. 2017. Hubungan Status
Journal of Harmfful Algae. 116(1): 19. Mutu Air Metode indeks pencemaran dengan
https://doi.org/10.1016/j.hal.2022.102215. kegiatan keramba jaring apung di Waduk Riam
Kanan, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar,
American Public Health Association [APHA]. 2005. Provinsi Kalimantan Selatan. Fish Scientiae Journal.
Standard Methods for the Examination of Water and
7(1): 117.
Wastewater. Edisi ke-17. New York (US): New York
https://doi.org/10.20527/fishscientiae.v7i1.106.
Health Association.
Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan:
Balai Besar Wilayah Sungai [BBWS] Pemali Juana.
Samingan T. Edisi ke-3. Yogyakarta (ID): Gajah Mada
2017. Data Teknis Waduk Kedung Ombo. Grobogan
University.
(ID).
Paerl HW, Tucker CS. 1995. Ecology of blue-green algae
Barus TA, Sinaga, Tarigan R. 2008. Produktivitas primer
in aquaculture ponds. Journal of the World
fitoplankton dan hubungannya dengan faktor fisika-
Aquaculture Society. 26(2): 109131.
https://doi.org/10.1111/j.1749-7345.1995.tb00235.x.
330 JIPI, Vol. 29 (3):323330

Patty SI, Rizki MP, Rifai H, Akbar N. 2019. Kajian kualitas Sulastri. 2018. Fitoplankton Danau-Danau di Pulau
air dan indeks pencemaran perairan laut di Teluk Jawa: Keanekaragaman dan Perannya sebagai
Manado ditinjau dari parameter fisika-kimia air laut. Bioindikator Perairan. Jakarta (ID): LIPI Press. 122
Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan. 2(2): 113. hlm.
http://dx.doi.org/10.33387/jikk.v2i2.1387.
Triawan AC, Arisandi A. 2020. Struktur komunitas
Pratiwi NT, Hariyadi S, Ayu IP, Iswantari A, Amalia FJ. fitoplankton di perairan muara dan laut Desa Kramat
2013. Komposisi fitoplankton dan status kesuburan Kecamatan, Bangkalan, Kabupaten Bangkalan.
perairan Danau Lido, Bogor, Jawa Barat, melalui Jurnal Trunojoyo. 1(1): 97110.
beberapa pendekatan. Jurnal Biologi Indonesia. 9(1): https://doi.org/10.21107/juvenil.v1i1.6867.
111120.
Vincon-Leite B, Casenave C. 2019. Modeling
Purnamaningtyas SE. 2014. Distribusi konsentrasi eutrophication in lake ecosystems. Science of the
oksigen, nitrogen, dan fosfat di Waduk Saguling, Total Environment Journal. 651(1): 29853001.
Jawa Barat. Jurnal Limnotek. 21(2): 125134. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2018.09.320.
http://dx.doi.org/10.14203/limnotek.v21i2.5.
Vuuren SJV, Taylor J, Ginkel CV, Gerber A. 2006. Easy
Rahmah N, Zulfikar A, Apriadi T. 2022. Kelimpahan Identification of The Most Common Freshwater Algae.
fitoplankton dan kaitannya dengan beberapa Potchefstroom (PT): North-West University.
parameter lingkungan perairan di estuari Sei Carang
Wirabumi P, Sudarsono, Suhartini. 2017. Struktur
Kota Tanjungpinang. Journal of Marine Research.
komunitas plankton di perairan Waduk Wadaslintang
11(2): 189200. Kabupaten Wonosobo. Jurnal Prodi Biologi. 6(3):
https://doi.org/10.14710/jmr.v11i2.32945.
174184.
Rahman A, Pratiwi NTM, Hariyadi S. 2016. Struktur
Yanti EV. 2023. Dinamika Musiman Kualitas Air di
komunitas fitoplankton di Danau Toba, Sumatera
Daerah Aliran Sungai Kahayan Kalimantan Tengah.
Utara. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 21(2):
Pekalongan (ID): Penerbit NEM.
120127. https://doi.org/10.18343/jipi.21.2.120.
Zainuri M, Indriyawati N, Syarifah W, Fitriyah A. 2023.
Simanjuntak ICBH, Muhammad F. 2018. Carrying Korelasi intensitas cahaya dan suhu terhadap
capacity of Kedung Ombo Reservoir for net cage kelimpahan fitoplankton di perairan estuari Ujung
culture. ICENIS Journal. 73(03018): 15. Piring Bangkalan. Buletin Oseanografi Marina. 12(1):
https://doi.org/10.1051/e3sconf/20187303018. 2026. https://doi.org/10.14710/buloma.v12i1.44763.

Anda mungkin juga menyukai