LP Hipertensi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI
A. Konsep Teori Hipertensi
1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah
sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekanan darah normal. Tekanan darah
sistolik adalah tekanan puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan
memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah diastolik diambil
tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah Kembali
(Masriadi, 2016).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung
dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus-menerus
lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriol- arteriol konstriksi. Konstriksi
arterioli membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila
berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Irianto,
2014).
Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan dimana tekanan
darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg
(Triyanto, 2014).

2 Faktor resiko Hipertensi


Seseorang yang sedang perawatan penyakit Hipertensi dan Ketika diperiksa
tekanan darahnya tersebut dalam keadaan normal, hal tersebut tidak bisa menutup
kemungkinan tetap memiliki risiko besar mengalami Hipertensi kembali. Kita
harus selalu mengontrol dengan dokter sehingga kita bisa menjaga kesehatan agar
tekanan darah tetat terkontrol dengan baik. Ada beberapa faktor risiko yaitu:
1) Faktor yang tidak dapat dikontrol :
a) Keturunan
Faktor ini tidak dapat diubah karena jika di dalam keluarganya atau
saudara yang memiliki tekanan darah yang tinggi maka bisa menjadi
dugaan akan terjadinya Hipertensi.
b) Usia
Faktor ini juga tidak bisa diubah. Kaena semakin bertambahnya
umur semakin besarnya risiko menderita tekanan darah tinggi
karena berhubungan dengan regulasi hormon yang berbeda.
c) Jenis kelamin
Adanya penurunan hormon estrogen yang dimana dialami perempun
akan meningkatkan terjadinya risiko Hipertensi karena itu
perempuan sangat rentan mengalami Hipertensi dibandingkan
dengan laki-laki.
2) Faktor yang dapat di Kontrol :
a) Merokok
b) Merokok salah satu dari faktor resiko yang kuat untuk terjadinya
kematian yang diakibatkan oleh Hipertensi. Jika bisa menghentikan
merokok bisa untuk mengurangi risiko penyakit Hipertensi.
c) Konsumsi garam yang berlebih
Garam akan menyebabkan adanya penumpukan cairan yang ada di
dalam tubuh.
d) Konsumsi kafein secara berlebih
Kandungan kafein yang terdapat pada teh, kopi, dan minuman
bersoda. Jika kita mengonsumsi kafein yang berlebih maka dapat
mengakibatkan Hipertensi.
e) Obesitas
Obesitas bukanlah suatu penyebab dari Hipertensi tetapi prevalensi
pada penyakit Hipertensi pada obesitas lebih besar karena memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk mengalami Hipertensi.

3 Etiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, Hipertensi
terbagi menjadi dua bagian:
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer ini sangat sering terjadi pada populasi orang dewasa di
antaranya sekitar 90%-95%. Hipertensi primer ini tidak memiliki
penyabab dan belum bisa di identifikasi (Smeltzer, 2013; Lewis,
Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi primer ini tidak bisa
disembuhkan tetapi bisa dikontrol dengan cara terapi yang tepat. Faktor
genetik ini mungkin sangat berperan dalam untuk
mengembangkan Hipertensi primer (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder ini memiliki ciri-ciri dengan adanya peningkatan
tekanan darah yang disertai penyebab yang spesifik yaitu seperti adanya
penyempitan arteri renalis, kehamilan, medikasi dan penyebab lainnya.
Hipertensi sekunder ini bersifat akut karena adanya perubahan pada
curah jantung (Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017).

4 Patofisiologi Hipertensi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah
jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh
dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantug). Pengaturan
tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara
lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin
angiotensin dan autoregulasi vascular (Udjianti, 2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini bermula pada
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Titik neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah (Padila, 2013).
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013). Meski etiologi hipertensi
masih belum jelas, banyak faktor diduga memegang peranan dalam genesis
hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal,
jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan
air (Syamsudin, 2011).
Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah (Padila, 2013).
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cendrung mencetuskan
keadaan hipertensi (Padila, 2013).
5 Pathway Hipertensi
6 Klasifikasi Hipertensi
Berikut kategori tekanan darah menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (2016):

TDS TTD
Kategori Stadium (mmHg) (mmHg)
Normal 120-129 80-89
Normal Tinggi 130-139 89
Hipertensi Derajat I 140-159 90-99
Hipertensi Derajat II ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi Derajat III >180 >110
(Depkes RI, 2016).

7 Manifestasi Klinik Hipertensi


Tanda dan Gejala Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita
Hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.
Menurut (Aspiani, 2015), Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita
Hipertensi sebagai berikut:
1) Sakit kepala.
2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh.
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat.
5) Telinga berdenging.

8 Komplikasi Hipertensi
Pada tekanan darah tinggi atau hipertensi jika tidak diobati dan di
tanggulangi maka dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan
kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari
arteri tersebut (Aspiani, 2015). Komplikasi yang paling sering dipengaruhi
hipertensi antara lain:
1) Stroke
Stroke dapat terjadi karena hemoragi yang di akibatkan oleh tekanan
darah tinggi di otak. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila
arteri yang memperdarahi otak dan mengalami hipertrofi dan penebalan,
sehingga aliran darah ke otak yang diperdarahi berkurang.
2) Infark Miokard
Infark miokard terjadi apabila arterikoroner tidak dapat menyuplai
oksigen ke miokardium atau terbentuknya pembekuan darah yang
menghambat aliran darah dan melewati pembuluh darah. Hipertensi
kronis dan hipertrofi ventrikel merupakan kebutuhan oksigen
miokardium yang mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Pada hipertrofi ventrikel
dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik yang melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
risiko pembentukan bekuan.
3) Gagal Ginjal
Gagal ginjal terjadi karena kerusakan yang terus menerus akibat tekanan
tinggi pada kapiler glomerulus.
4) Ensefalopati
Sangat tinggi ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan keruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5) Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita yang dimana terjadi peningkatan
tekanan darah pada saat kehamilan. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian
dapat mengalami hipoksia dan adanya penumpukan asam dalam darah
jika ibu mengalami kejang selama dan sebelum proses persalinan.

9 Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Rudianto (2013) penatalaksanaan Hipertensi dibagi menjadi 2
jenis yaitu :
1) Penatalaksanaan Farmakologi
Banyaknya jenis obat anti Hipertensi yang beredar saat ini. Untuk
pemilihan obat yang sangat tepat maka diharapkan menghubungi dokter
terlebih dahulu, diantaranya:
a) Diuretik
Obat yang bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh lewat
air kencing sehingga volume di dalam tubuh sangat berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung yang lebih ringan dan berefek
menurunkan tekanan darah.
b) Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan cara menghambat aktifitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita sedang beraktifitas).
c) Betabloker
Proses kerja obat anti Hipertensi ini yaitu dengan cara penurunan
daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada penderita gangguan
pernafasan. Contoh golongan obatnya: atenolol, metoprolol dll.
d) Vasodilatator
bekerja pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos. Contoh
obatnya yaitu: prazosin dan hidralazim.
e) Penghambat enzim Konvesi Angiotensi
Kerja obat ini yaitu dengan cara menghambat adanya pembentukan
zat angiotensin II (zat yang dapat menimbulkan peningkatan
tekanan darah).

2) Penatalaksanaan Non Farmakologi


a) Diet rendah garam, kolestrol, dan lemak jenuh.
b) Mengurangi asupan garam kedalam tubuh.
c) Ciptakan keadaan rileks.
Ada beberapa cara relaksasi seperti medikasi, yoga dapat
mengontrol sistem saraf yang pada akhirnya dapat menurunkan
tekanan darah.

10 Pemeriksaan penunjang Hipertensi


1) Pemeriksaan laboratorium
a) HB/Ht (Hemoglobin/Hematokrit)
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan
dapat mengidentifikasi faktor resiko yaitu seperti:
Hipokoagulabilitas dan anemia.
b) BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
c) Glucosa
DM adalah salah satu pencentus hipertensi yang dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketolamin.
d) Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal.
e) CT-scan
Yaitu mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
f) EKG
Dapat menunjukkan pola regangan yang dimana luas peninggian
gelombang P merupakan salah satu dari tanda dini penyakit
jantung yaitu Hipertensi.
g) IUP
Cara mengidentifikasi penyebab Hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal
h) Rontgen
Menunjukkan destruksi klasifikasi area katub dan pembesaran
jantung.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilakukan pada pasien hipertensi berat dengan
menggunakan pengkajian kegawatdaruratan yang meliputi :
1) Pengkajian Sekunder
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara
sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis data
tersebut sehingga dapat pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus
menerus mengenai keadaan pasien. Adapun tujuan utama dari pada pengkajian
adalah memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan pasien
yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan. (Arif mutaqim,
2017). Pengkajian pada laparatomi meliputi identitas klien keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penyakit psikososial.
1) Identitas pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung
jawab.
2) Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit jantung koroner dan gagal jantung,penyakit serebrovaskuler,
penyakit vaskuler perifer, diabetes mellitus, pirai,dislipidemia, asma
bronkhiale, disfungsi seksual, penyakit ginjal, penyakitnyata yang
lain dan informasi obat yang diminum.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah
sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, dislipidemia, penyakit jantung koroner, stroke atau penyakit
ginjal.
d. Lama dan tingkat tekanan darah tinggi sebelumnya dan hasil serta
efek sampinng obat antihipertensi sebelumnya.
e. Penilaian faktor risiko termasuk diet lemak, natrium, dan alcohol,
jumlah rokok, tingkat aktifitas fisik, dan peningkatan berat badan
sejak awal dewasa.
f. Riwayat obat-obatan atau bahan lain dapat meningkatkan tekanan
darah termasuk kontrasepsi oral, obat anti keradangan nonsteroid,
liquorice, kokaindan amfetamin. Perhatian juga untuk pemakaian
eritropoetin, siklosporin atau steroid untuk penyakit yang bersamaan.
g. Faktor pribadi, psikososial, dan lingkungan yang dapat
mempengaruhihasil pengobatan antihipertensi termasuk situasi
keluarga, lingkungan kerja, dan latar belakang pendidikan.
h. Pola Fungsional
a) Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cerebrovaskuler.
Tanda :Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, taikikardi, murmur stenosis valvular, distensi
vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ bertunda.
c) Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan).
Tanda :Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue,
tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
d) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
Riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e) Makanan/ Cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan
perubahan BB akhir akhir ini (meningkat/turun) Riwayat
penggunaan diuretic
Tanda: Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema,
glikosuria.
f) Neurosensori
Genjala: keluhan pusing/pening, sakit kepala, episode kebas,
kelemahan
pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan
kabur, diplopia), episode epiktasis.
Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,afek, proses pikir, penurunan kekuatan
genggaman tangan, perubahan retinal optic.
g) Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakit kepala.
h) Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi
nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i) Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura.
j) Pembelajaran/ penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM, penyakit ginjal Faktor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormone. (Dongoes Marilynn E, 2000)
2) Pengkajian Primer
a) Airway
- Kaji kepatenan jalan nafas.
- Kaji apakah ada benda asing yang menghalangi pernafasan.
- Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal).
- Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi
dan bawa segera mungkin ke ICU.
b) Breathing
- Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
- Kaji frekuensi pernafasan/auskultasi pernafasan.
- Lakukan pemeriksan sistem pernapasan, yang meliputi kedalaman,
irama, dan suara nafas tambahan.
- Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath mask.
- Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bagvalve-mask ventilation.
- Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan
PaCO2.
- Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang mengindikasikan
kongesti paru.
c) Circulation
- Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengar suara gallop pada
saat auskultasi.
- Kaji peningkatan JVP.
- Monitoring tekanan darah.
- Lakukan pemeriksaan EKG, yang mungkin menunjukkan :
a) Sinus tachikardi.
b) Right bundle branch block (RBBB).
c) Right axis deviation (RAD).
d) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3.
e) Lakukan IV akses dekstrose 5%.
f) Pasang Kateter.
g) Lakukan pemeriksaan darah lengkap.
h) Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual.
i) Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus
Diazoksid,Nitroprusid
d) Disability
- Kaji tingkat kesadaran dengan AVPU
Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan
membutuhkan perawatan di ICU.
- Kaji tanda-tanda cidera pada pasien.
- Kaji adanya nyeri pada pasien.
- Kaji kesimetrisan pupil pasien.
e) Eksposure
- Selalu mengkaji pemeriksaan fisik apabila kesadaran pasien
memungkinkan.
- Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
- Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Hipovolemia berhubungan dengan tidak beraktivitas ditandai dengan
kurang mobilitas fisik.
2) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur ditandai
dengan kecemasan.
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
gangguan metabolik.
4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
penyakit neurologis.
No Diagnosis Tujuan Intervensi
(PPNI, 2017) (PPNI, 2018) (PPNI, 2018)
1 Resiko Hipovolemia Setelah dilakuakn tindakan Manajemen Hipovelemia
berhubungan dengan keperawatan, diharapkan Observasi:
tidak beraktivitas resiko Hipovolemik teratasi , - Periksa tanda dan
ditandai dengan dengan kriteria hasil: gejala hypovolemia
kurang mobilitas fisik 1. Tekanan darah sistolik (mis. Frekuensi nadi
cukup membaik. meningkat, nadi teraba
2. Tekanan darah diastolic lemah,tekanan darah
cukup membaik. menurun, tekanan nadi
3. Akral cukup membaik. menyempit, turgor kulit
4. Kelemahan otot cukup menurun,membrane
cukup membaik. mukosa kering, volume
urine menurun,
hematocrit meningkat,
haus dan lemah).
- Monitor intake dan
output cairan.

Terapeutik:
- Hitung kebutuhan
cairan.
- Berikan posisi
modified
Trendelenburg.
- Berikan asupan cairan
oral.
Edukasi:
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral.
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak.
Kolaborasi .
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
Nacl, RL).
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%,
Nacl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate.
- Kolaborasi pemberian
produk darah.

2 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakuakn tindakan Dukungan Tidur


berhubungan dengan keperawatan, diharapkan Observasi:
kurangnya kontrol gangguan pola tidur teratasi , - Identifikasi pola tidur.
tidur ditandai dengan dengan kriteria hasil: - Identifikasi factor
kecemasan 1. Verbalisasi
pengganu tidur.
kepulingan energi
cukup meningkat.
2. Sakit kepala cukup Terapeutik:
menurun. - Lakukan prosedur untuk
3. Frekuensi nafas meningkatkan
cukuo menurun. kenyamanan.
4. Pola nafas cukup Edukasi:
membaik.
- Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainnya.
3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakuakan tindakan Manajemen Energi
berhubungan dengan Observasi:
keperawatan, diharapkan
kelemahan ditandai - Identifikasi gangguan
dengan gangguan Intoleransi Aktifitas teratasi, fungsi tubuh yang
metabolik mengakibatkan
dengan kriteria hasil :
1. Frekuensi nadi cukup kelelahan.
meingkat. - Monitor pola dan jam
2. Saturasi oksigen cukup tidur.
meningkat. Terapeutik:
3. Tekanan darah cukup - Lakukan Latihan
membaik. rentang gerak pasif
4. Frekuensi napas cukup
dan/atau aktif.
membaik.
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan.
Edukasi:
- Anjurkan aktivitas
secara bertahap.
- Anjurkan tirah baring.

Kolaborasi
- Lakukan Kolaborasi
dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.
4 Ansietas berhubungan Setelah dilakuakan tindakan Terapi Relaksasi
dengan kurang keperawatan, diharapkan Observasi:
terpapar informasi ansietas teratasi, dengan kriteria - Periksa ketegangan otot
ditandai dengan hasil : frekuensi nadi, tekanan
penyakit neurologis. 1. Keluhan pusing cukup darah, dan suhu sebelum
menurun. dan sesudah latihan.
2. Frekuensi pernafasan - Monitor respons
cukup menurun. terhadap tekhnik
3. Frekuensi nadi cukup relaksasi.
membaik. Terapeutik:
4. Tekanan darah cukup - Ciptakan lingkungan
membaik. tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
diperlukan.
Edukasi:
- Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia
- Anjurkan mengambil
posisi yang nyaman.
- Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
Teknik yang dipilih.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler


Aplikasi NIC & NOC (W. Praptiani, ed.). Jakarta: EGC.

Bell K, Twiggs J, Olin B. Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline
Recommendations (updated 1 Jun 2015). Alabama Pharmacy Association: Aubura
University.

Ignatavicius, Workman, & Rebar. 2017. Medical Surgical Nursing: Concepts For
Interprofessional Collaborative Care (9th ed.). St. Louis : Elsevier, Inc.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Bengkulu : Numed.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan 3 REVISI) 1 ed.). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II)1ED.). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan ((Cetak II) ed 1.). Jakarta : DPP PPNI.

Rudianto, Budi F. 2013. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes.Yogyakarta : Sakkhasukma.

Smeltzer, S. C., Bare, B. C., Hinkle, J., & Cheever, K. (2012). Brunner & Suddarth S
textbook of medical-surgical nursing twelfth edition. Wolters Kluwer Health.

Syamsudin. 2011. Buku Ajar Farmakoterapi Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika pp 31

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, Wajan. Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai