Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Bayi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 47

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan
memperlihatkan rasa senang-nyaman berdekatan dengan orang yang dikenal,
usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak sosial, dan usia
9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat merangkak atau
meraih sesuatu. Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau
pengasuhnya dan usia 2 tahun mulai mengikuti perbuatan. Dalam
perkembangan psikososial, khususnya pada masa bayi, memiliki hubungan
dengan perihal keterikatan (attachment), perkembangan psikososial,
temperamen, perkembangan rasa percaya, dan emosi.
Tahap bayi, Basic trust vs Miss Trust adalah tahap perkembangan bayi
usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar terhadap kepercayaan dan
ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang dihadapi oleh bayi
Masa bayi merupakan masa awal kehidupan manusia. Perkembangan masa
bayi dan bayi yang sehat jiwa sangat mempengaruhi dasar dari perilaku
individu di kehidupan selanjutnya.
Berdasarkan hal ini penulis merasa tertari untuk menyusun sebuah
makalah mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Sehat Jiwa”. Dalam
makalah ini akan dibahas asuhan keperawatan pada bayi sehat jiwa dimulai
dari pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep dasar keperawatan bayi sehat jiwa?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi sehat jiwa?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui konsep dasar keperawatan bayi sehat jiwa
1.3.2 Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi sehat jiwa
BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Dasar Keperawatan Sehat Jiwa Bayi


1.1.1 Definisi Bayi Sehat Jiwa
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500
gram sampai 4000 gram (Kemenkes RI, 2007).
Menurut Pottter Perrry (2002) bayi menurut tahapan
perkembangan psikosisal Erickson berada dalam tahapan trust
– mistrust ((kepercayaan – ketidakpercayaan) berada pada
rentang usai 0 – 1.5 tahun. Menurut Ericson bayi sejak
dilahirkan dan mulai kontak dengan dunia luar sangat
bergantung pada orang lain dan lingkugannya. Perkembangan
rasa percaya dan rasa aman yang dibentuk oleh bayi dimulai
dari orang yang merawat bayi tersebut, terutama orangtuanya.
Apabila hubungan orang tua dengan bayi berjalan dengan baik,
maka rasa percaya (trust) terhadap lingkungan dapat
berkembang dengan baik, dan sebaliknya. Kegagalan
mengembangkan rasa percaya menyebabkan bayi akan merasa
curiga dikemudian hari.

1.1.2 Karakteristik Bayi Sehat Jiwa


1. Perkembangan Psikososial
Potter and Perry, 2013, menyebutkan bahwa
perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2
bulan memperlihatkan rasa senang-nyaman berdekatan
dengan orang yang dikenal, usia 4-7 bulan memberikan
respon emosional terhadap kontak sosial, dan usia 9-10
bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat
merangkak atau meraih sesuatu. Usia 1 tahun tampak
interaktif rasa aman dengan ibu atau pengasuhnya dan usia
2 tahun mulai mengikuti perbuatan. Adanya gangguan
psikososial ini kemungkinan dapat memperkirakan apakah
anak akan cendrung menjadi pendiam atau hiperaktif.
Teori psikososial Erikson, menyatakan bahwa kepribadian
terbentuk ketika seseorang melewati tahap psikososial
seumur hidupnya dimana masing-masing tahap memiliki
tugas perkembangan yang khas dan mengharuskan
individu menhadapi dan menyelesaikan krisis yang di
alami.
Bayi juga berpartisipasi dalam menjalin hubungan
dengan cara-cara yang halus. Lebih dari itu, bayi juga
menyatakan perasaan atau kebutuhannya dengan cara-cara
yang membingungkan. Perilaku demikian menunjukakan
adanya dua tema utama dalam perkembangan psikosial
selama masa bayi, yaitu kepercayaan dan otonomi. Bayi
mempelajari apa yang di harapkan dari orang-orang yang
penting dalam hidupnya. Mereka mengembangkan suatu
perasaan mengenai siapa yang mereka senangi dan
makanan apa yang di senangi serta yang tidak disenangi.

2. Perkembangan Emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan
gejolak fisiologis dan perilaku yang tampak sekaligus.
Emosi pada bayi hanya ditunjukkan dengan menangis dan
tersenyum, karena kedua hal itu adalah mekanisme yang
terpenting untuk mengembangkan komunikasi bayi
tersebut. Emosi memiliki peranan dan fungsi tertentu,
seperti, media untuk penyesuaian diri dan
mempertahankan kelangsungan
hidup (adaptation&survival), sebagai media pengaturan
diri(regulation) dan media komunikasi (Kozier, 2016).
Menurut Wasz-Hockert dan kawan-kawan (1968),
bayi memiliki tiga jenis tangisan yaitu tangisan dasar atau
basic cry (ketika menunjukan rasa lapar), tangisan marah
atau anger cry (variasi basic cry yang menunjukan
kegusaran), dan tangisan sakit atau pain cry (tangisan
merintih yang butuh upaya menarik nafas cukup lama dan
menunjukan rasa sakit). Menurut Emde, Gaensbauer, dan
Harmon (1976), bayi memiliki dua tipe senyuman yaitu
senyum refleksi atau reflexive smile (bukan karena
rangsang luar) dan senyum sosial atau social smile (respon
atas stimulus).

3. Perkembangan Temperamen.
Temperamen merupakan sebuah aspek karakter
yang menyelubungi seseorang secara umum, yang
dibentuk oleh kecenderungan-kecenderungan pola-pola
khusus reaksi emosional, perubahan suasana hati, dan
tingkat kepekaan yang dihasilkan rangsangan.
Temperamen juga bisa dilihat sebagai reaksi seseorang
terhadap respon lingkungannya. Temperamen umumnya
diperoleh seseorang melalui orang tuanya dengan cara
diturunkan, juga dipengaruhi lingkungan sekitar.

4. Perkembangan Attachment
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali
diperkenalkan oleh J. Bowlby tahun 1958 untuk
menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak.
Kebanyakan ahli psikologi perkembangan mempercayai
bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi
pembentukan kehidupan sosial anak di kemudian hari.
Menurut J. Bowlby, pentingnya attachment dalam tahun
pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya
secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk
suatu katerikatan.

Ada 4 tahap perkembangan attachment pada bayi :


1. Tahap indiscriminate sosibility (0-2 bulan),
Bayi tidak membedakan antara orang- orang dan
merasa senang dengan atau menerima dengan
senang orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.
2. Tahap attachment is the makin (2-7 bulan),
Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang
yang dikenal, tersenyum pada orang yang lebih
dikenal.
3. Tahap specific, clear-cut attachment (7-24 bulan),
Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu
atau pengasuh pertama lainnya dan akan berusaha
untuk senantiasa dekat dengannya, akan menangis
ketika berpisah dengannya.
4. Tahap goal-coordination partenerships (24-
seterusnya)
Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan
pengasuh pertama, bayi tidak merasa sedih selama
berpisah dengan ibunya atau pengasuh pertamanya
dalam jangka waktu yang lama.

Kegagalan membentuk keterikatan dengan sesorang atau


beberapa orang pada tahun pertama kehidupannya, akan
berakibat ketidakmampuan mempererat hubungan sosial
yang akrab pada masa dewasa. Penelitian Baltes dan
rekan-rekannya juga menunjukkan bahwa ibu-ibu yang
diperkenankan berinteraksi segera setelah dia melahirkan
anaknya, ternyata di kemudian hari jarang ditemui
persoalan- persoalan, seperti ibu yang melalaikan anak,
menyiksa atau pergi meninggalkan anak.kualitas ikatan
tersebut berbeda-beda, sesuai dengan tingkat respon ibu
terhadap kebutuhan mereka.

5. Perkembangan Rasa Percaya

Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun


pertama (bayi usia 1-2 bulan) kehidupan ditandai dengan
adanya tahap perkembangan rasa percaya dan rasa tidak
percaya. Ketika bayi baru lahir, maka dapat tahapan
sampai bayi berusia dua bulan sebagai berikut:

Bayi 0-1 bulan. Kelekatan hanya bisa tercipta


jikalau orang tua mengenal bayi dan mengurus sendiri
bayi sejak awalnya. Jika orang tua sedang menantikan
kelahiran bayi pertama, lebih baik untuk memilih lahir
normal (jika memungkinkan). Sekalipun kedengarannya
lebih mengerikan dibandingkan dengan operasi,
kelahiran normal memberikan memory tersendiri antara
anda-suami-anak. Memory itu dapat mempererat
hubungan orang tua. Dalam tahap ini, orang tua
utamanya ibu lebih baik memilih tidur sekamar dengan
bayi. Keberadaan ayah di tengah malam juga sangat
menolong. (bread feeding father)

Bayi 1-2 bulan. Sekitar usia 6 minggu, sistem


penglihatan bayi sudah mulai berkembang. Pada level
ini, bayi mulai memasuki level interaksi sosialnya. Ia
mulai menatap wajah ibu dan mulai membesarkan
matanya. Pada saat inilah untuk pertama kalinya ibu
merasa si bayi memandangi wajahnya dan mulai
berinteraksi lebih hangat lagi dengan si bayi. Pada usia 2
bulan bayi akan menggapaikan tangannya di hadapan
mukanya. Pada saat seperti itu orang tua dapat
membiarkannya sendiri di baby box dan pergi
mengerjakan hal-hal lain.

6. Perkembangan Otonomi
Menurut erikson, otonomi (kemandirian)
merupakan tahap kedua perkembangan psikososial yang
berlangsung pada akhir masa bayi dan baru berjalan.
Otonomi dibangun diatas perkembangan kemampuan
mental dan kemampuan motorik. Pada tahap ini bayi
tidak hanya dapat berjalan tetapi mereka juga dapat
memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan,
menolak dan menarik, memegang dan melepas. Bayi
merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin
melakukannya dengan sendiri.Penting bagi orang tua
untuk mengenal motivasi balita berjalan untuk
melakukan apa yang dapat mereka lakuan sesuai dengan
kemampuan. Mereka dapat belajar mengendalikan otot
dan dorongan keinginan mereka sendiri. Dengan
demikian, setelah memperoleh kepercayaan bayi mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka
sendiri dan menyatakan rasa mandiri (otonomi).

Dalam tahap ini, orang tua selalu memberikan


dorongan kepada anak agar dapat melatih kemampuan,
sebaliknya jika orang tua cenderung menuntut terlalu
banyak atau membatasi untuk menyelidiki lingkungan,
maka anak akan mengembangkan rasa malu dan ragu
tentang kemampuan mereka untuk mengendalikan diri
sendiri dan dunia mereka.
Erikson yakin bahwa tahap Otonomi versus rasa
malu dan ragu memiliki implikasi yang penting bagi
perkembangan kemandirian dan identitas selama masa
remaja. Perkembangan otonomi selama tahun balita
memberi remaja dorongan untuk menjadi individu yang
mandiri, yang dapat memiliki dan menentukan masa
depan mereka sendiri.

1.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Sehat Jiwa

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan diantaranya faktor mikroskosmos dan
makroskosmos.

1) Faktor Mikroskosmos
Faktor mikrokosmos adalah faktor yang ada dalam diri
anak, seperti kondisi genetika dan berbagai masalah
intrauterin. Kondisi genetika ditentukan oleh komposisi
kromosom, yang akan memengaruhi identitas gender,
kecenderungan perlakuan berikutnya, dan pewarisan
sifat orang tuanya. Masalah intrauterin meliputi usia
(ibu atau janin), nutrisi, obat-obatan yang dikonsumsi
ibu, radiasi, dan berbagai komplikasi kehamilan lainnya
2) Faktor Makroskosmos
Faktor makrokosmos merupakan faktor luar dari anak
yang juga akan memengaruhi pertumbuhan
perkembangan. Faktor tersebut meliputi pola asuh yang
dilakukan ayah, ibu, saudara, atau teman di
lingkungannya.

1.1.4 Upaya Yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Bayi Sehat


Jiwa
1) Memahami penyesuaian setiap orang terhadap bayi
baru lahir, terutama kebutuhan emosional.
2) Mengajarkan perawatan bayi dan bantu orang tua
memahami kebutuhan dan temperamwn pribadinya.
3) Membantu orang tua untuk memahami bahwa bayi
mengekspresika keinginnanya melalui tangusan.
4) Mendorong orang tua untuk menetapkan jadwal yang
memenuhi kebutuhan bayi dan diri mereka sendiri.
5) Membantu orang tua memahami kebutuhan bayi akan
rangsang dari lingkungan.
6) Mengajarkan keamanan dalam mobil dengan
penggunaan restran
7) Mempersiapkan orang tua dengan informasi mengenai
kecemasan terhadap orang asing yang dialami bayi.
8) Mendorong orang tua untuk mengizinkan bayi
memeluknya
9) Mendorong orang tua untuk memperlihatkan perhatian
terdalam ketika bayi berperilaku baik.
10) Mengajarkan tindakan pencegahan cedera karena
semakin meningkatnya keterampilan dan keingintahuan
bayi.

1.1.5 Peran Perawat Dalam Mempertahankan Kualitas Bayi


Sehat Jiwa
1) Hubungan Terapeutik
Perawat perlu berhubungan dengan bayi dan
keluarganya dan harus dapat memisahkan antara
perasaan dan kebutuhan mereka.
2) Advokasi/Caring keluarga
Tanggung jawab utama perawat adalah memberikan
asuhan keperawatan kepada konsumen yaitu bayi dan
keluarganya. Perawat harus bekerja sama dengan
anggota keluarga, mengidentifikasi tujuan dan
kebutuhan dan merencanakkan intervensi yang paling
dapat mengatasi masalah.
3) Pencegahan Penyakit/Promosi Kesehatan
Setiap perawat yang terlibat dalam perawatan bayi
harus memperhatikan kesehatan preventif. Perawat
merencanakan asuhan keperawatan yang
mengembangkan setiap aspek pertumbuhan dan
perkembangan.
4) Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari
advokasi dan prevesni keluarga. seperti merujuk
keluarga ke profeisonal kesehatan tau kelompok
pendukung.
5) Dukungan/Konseling
Perawat mendukung melalui pendekatan individual
yang sangat alamiah. Konseling melibatkan pertukaran
pendapa dan ide yang memberi dasar untuk pemecahan
masalah bersama.
6) Peran Restorative
Perawat secara langsung terlibat dlam pemenuhan
kebutuhan fisik dna emosi bayi. Aspek penting dari
restorasi kesehatan adalah pengkajian dan evaluasi
status fisik yang berkesinambungan.
7) Koodinasi/Kolaborasi
Perawat berkolaborasi dan mengoordinasi pelayanan
keperawatan dengan aktivitas profeisonal lain.
8) Pengambilan Keputusan Etis
9) Riset
Perawat pelaksana berperan pada riset karena perawat
adalah individu yang mengamati respon manusia
terhadap kesehatan dan kesakitan.
10) Perencanaan Pelayanan Kesehatan
Perencanaan pelayanan kesehatan melibatkan tidak
hanya penyedian layanan yang baru tetapi juga
meningkatkan kualitas yang paling tinggi atas
pelayanan yang ada.

1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anak Sehat

1.2.1 PENGKAJIAN

1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan

Identitas Anak dan/atau Orang Tua

a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal wawancara
i. Informan

Keluhan Utama (KU)

Perlu ditanyakan dan dikaji apakah bayi memiliki keluhan kesehatan


baik secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya
beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan
indikator tindakan apa yang akan diberikan, harus dilanjutkan, ditunda
sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan


utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam
kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk
mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan
imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah bayi harus
mendapat perawatan lebih lanjut mengenai kondisinya.

Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)

Untuk memperoleh profil penyakit bayi, cedera-cedera, atau


pembedahan sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan
sebagai petunjuk yang berarti dalam pemberian imunisasi.

a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).


b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan perilakunya baik
ditujukan secara langsung ataupun melalui keluarganya.
f. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.

Pemeriksaan Sistem (TS)

Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan


masalah kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya
berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan
kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak
belum disadari olehnya dan juga keluarga. Tinjauan sistem meliputi:

a. Menyeluruh/umum
b. Integument
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Dada
k. Respirasi
l. Kardiovaskuler
m. Gastrointestinal
n. Genitourinaria
o. Ginekologik
p. Muskuluskeletal
q. Neurologi
r. Endokrin

Riwayat pengobatan keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang


memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan
kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti
merokok dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan
keluarga saat anak mengalami sakit.

Riwayat Psikososial

Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri bayi, terutama


terfokus pada tumbuh kembang anak dan kondisi saat ini yang terjadi
pada bayi.

Riwayat Keluarga

Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami


tentang kondisi bayi yang mungin pernah terjadi sebelumnya, pernah
dialami keluarga, dan jika memang pernah terjadi maka tindakan apa
yang diambil kelurga tersbut untuk mengatasi masalah yang terjadi.

Pengkajiaan Nutrisi

Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan


kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat
ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan
untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi
meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.

Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan bayi bertujuaan


mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang
bayi, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai
keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga
pendidikan kesehatan bayi. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas
pertumbuhan dan perkembangan bayi, hal penting yang harus
diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan bayi agar pemeriksaan
berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang
perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:

a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya


memberikan warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan
peralatan yang menakutkan bagi anak, dan menyediakan
makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain
agar bayi menjadi kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti
mengabaikan tugas utama, tetapi untuk pendekatan agar anak
tidak takut sehingga memudahkan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan
tidak menakutkan bayi.
d. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Bayi dapat
berbaring di pangkuaan orang tua.
e. Berikan pujiaan kepada bayi yang kooperatif.
f. Berikan pujian pada orang tua apabila bayi kooperatif.

Setelah memahami prinsip-prinsip ini, berikutnya adalah melakukan


pengkajiaan pada bayi dimana yang perlu dikaji adalah

a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko
tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan
tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah
ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg
tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh
kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka
keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya,
apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu
lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila
kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan
tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka
gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh
kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan
fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya,
pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan
untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan
lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada
baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka
petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar
kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri
digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari
masing-masing ukuran antropometri:
1. Berat Badan (BB)
2. Tinggi Badan (TB)
3. Lingkar Kepala
4. Lingkar Lengan Atas (lila)
5. Lingkar Dada
6. Pemeriksaan fisik
7. Perkembangan anak
8. Data lain ( pemeriksaan penunjang)

1.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Potensial mengembangkan rasa percaya


2. Kesiapan peningkatan perkembangan infant (readiness for
enhanced organized infant)
3. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan situasi yang terjadi di lingkungan
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak
berdasarkan tumbuh kembangnya.

1.2.3 PERENCANAAN
1. Potensial mengembangkan rasa percaya
Tujuan :
Untuk bayi :
 Merasa aman dan nyaman
 Dapat mengembangkan rasa percaya
Untuk keluarga :
 Menjelaskan perilaku yang menggmbarkan bayi sehat dan
yang menyimpang.
 Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan rasa percaya
bayi.
 Merencanakan tindakan untuk menstimulasi rasa percaya
bayinya.
Intervensi :
Untuk perkembangan psikososial bayi :
a. Panggil bayi sesuai namanya
Rasional : mengajarkan pada bayi untuk mengenalin dirinya
sendiri.
b. Gendong dan peluk bayi saat menangis.
Rasional: dengan menggendong bayi akna merasa aman dan
nyaman.
c. Saat bayi menangis, cari penyebabnya (kebutuhan dasar yang
mengganggu) seperti lapar, haus, basah, atau sakit.
Rasional : menumbuhkan perasaan percaya bahwa bayi
menangis merupakan okode perasaan bayi atau telah terjadi
sesuatu padabayi tersebut.
d. Penuhi kebutuhan aman dan nyaman bayi.
Rasional : memberikan keamanan dan kenyamanan
e. Ajak bayi bermain.
Rasional : melibatkan bayisecara langusng untuk tindakan
dalam rangka menumbuhkan rasa percaya.
Untuk keluarga :
a. Informasikan pada keluarga perilaku bayi yang
menggambarkan babyi sehat dan yang menyimpang.
Rasional : karakterisik bayi sehat adalah seperti
tersenyum/tertawa saat dihampiri ibunya, menangis ketika
ditinggalkan ibunya, menangis saat merasa tidak nyaman,
mencari suara yang memanggilnya, memleuk saat digendong,
dan menolak/menangis saat digendong dengan orang yang
tidak dikenal.
b. Informasikan cara menstimulasi perkembangan rasa percaya
anak.
Rasional : keluarga harus mengetehui tahap perkembangan
bayinya.
c. Beri kesempatan keluarga untuk mempraktekkan cara
menjaga keamanan, kenyamanan,dan keselamatan bayinya.
Rasionla : melibatkan keluarga dalam tindakan dalam rangka
memandirikan keluarga dalam perkembangan bayinya.

2. Kesiapan peningkatan perkembangan infant (readiness for


enhanced organized infant.
Intervensi :
a. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat
bayi menangis
b. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
c. Memberi selimut saat bayi kedingingan
d. Mengajak berbicara dengan bayi
e. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
f. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan
benda, memperlihatkan benda berwarna menarik, benda
berbunyi)
g. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau
kemarahan pada bayi
h. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila
bayi mengalami masalah kesehatan atau sakit.
3. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan bayi
berdasarkan tumbuh kembangnya.
Intervensi :
a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang
terjadi
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap
tumbang
b. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui
tentang tahapan tumbang yang dilewati anak dengan
masa pertumbuhandan perkembangan
Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh
kembang anaknya
c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang
perawatan anaknya
4. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan situasi yang terjadi di lingkungan
Intervensi :
a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang
pada anak
b. Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai
mainan dalam tempat tidur anak.
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam
tumbang
c. Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan
rasa takut.
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
d. KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
BAB III
PEMBAHASAN

Kasus
Tn. A (27 tahun) dan Ny. S berusia 25 tahun merupakan sepasang suami istri,
keduanyan lulusan SMA, tinggal di rumah sendiri dan memiliki pekerjaan sebagai
pedagang. Mereka memiliki seorang anak yang merupakan anak pertama yaitu
bayi perempuan yang bernaman By. M. Tanggal 30 Oktober 2017 By. M berusia
7 bulan dan mengikuti posyandu rutin di balai desa. Dari hasil pemeriksaan
diposyandu, bayi M memiliki BB 8,4kg, PB : 65 cm, imunisasi rutin sesuai
jadwal, masih minum ASI dan juga MPASI dan By. M tergolong bayi sehat.
Diusianya bayi M sudah mampu merangkak.. Ny. S mengatakan bahwa Bayi M
memang menunjukkan respon yang lambat ketika diajak berinteraksi dengan
orang lain, tidak langsung menangis ketika diajak orang lain yang baru ketemu.
Menurut Ny.S, bayinya merupakan bayi yang anteng(pendiam). Hal ini terbukti
ketika perawat menggendongnya, By.M diam saja tidak langsung menangis, tetapi
menunjukkan gestur penolakan (tidak mau digendong perawat) dan menunjuk
ibunya. Ny. S pun tidak mempermasalahkan kondisi bayinya tersebut dan
mengatakan aman dan sudah biasa dari lahir.

2.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Identitas Anak
a. Nama :By. M
b. Alamat : Komplek Raya
c. Telepon : -
d. Tempat dan tanggal lahir: Cimahi, 30 Maret 2017
e. Ras/kelompok etnis: -
f. Jenis kelamin: laki - laki
g. Agama:Islam
Identitas Orang Tua:
a. Nama ayah : Tn. A
Nama ibu : Ny. S
b. Alamat : Komplek Raya
c. Telepon :-
d. Tempat dan tanggal lahir ayah: Sukabumi, 4 Maret 1990
Tempat dang tanggal lahir ibu: Jakarta, 21 Agustus 1992
e. Agama ayah : Islam
Agama ibu : Islam

Keluhan Utama (KU)


Keluarga mengatakan by. M tampak sehat. Tidak ada keluhan terkait kesehatannya
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Keluarga mengatakan, selama ini by.M belum pernah mengalami sakit yang berat.
Terakhir by.M mengalam demam dan segera dibawa ke pelayanan kesehatan.
Riwayat pengobatan keluarga
Keluarga mengatakan baru – baru ini ayah by M terserang batuk dan flu, namun
telah menjalani pengobatan. Ayah by M memiliki kebiasaan merokok.
Riwayat Psikososial
Keluarga mengatakan, by. M sulit dekat dengan orang yang baru dikenal. Jika
digendong oleh orang yang tidak dikenal akan meronta – ronta mencari ibunya
Riwayat Keluarga
Keluarga mengatakan, by. M pernah mengalami demam, dan segera dibawa ke
pelayanan kesehatan terdekat. Keluarga juga mengatakan, by.M pernah menangis
kencang di malam hari, yang ternyata karna by.M digigit serangga.
Pengkajiaan Nutrisi
Keluarga mengatakan, by M sudah diberi MPASI sejak usia 6 bulan. MPASI yang
diberikan merupakan buatan Ibu by. M. Tidak ada penolakan untuk makan, dan
by.M juga mau jika disusui.
Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Keluarga mengatakan, by.M akan menengok mencari arah suara jika ada yang
memanggil. Jika diberikan mainan by.M akan mencoba meraih mainan tersebut.
By.M juga senang jika diajak bermain.
a. Riwayat Pranatal
Keluarga mengatakan, Ibu by.M sempat mangalami darah tinggi ketika sedang
megandung by.M. Ibu memeriksakan kehamilannya secara berkala sehingga
tekanan darahnya dapat tertangani.
b. Riwayat Kelahiran
Ibu by. M melahrikan by.M dengan normal dan spontan, tidak menggunakan
bantun alat..
c. Pertumbuhan Fisik
By. M memiliki BB 8.4 kg, PB: 65 cm, lingkar kepala 40 cm

2.2 Diagnosa Keperawatan

5. Potensial mengembangkan rasa percaya


6. Kesiapan peningkatan perkembangan dan kesehatan bayi sesuai tumbuh
kembang (readiness for enhanced organized infant)
7. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan situasi yang terjadi di lingkungan
8. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan
tumbuh kembangnya.

2.3 Perencanaan
Dx: Kesiapan peningkatan perkembangan dan kesehatan bayi sesuai tumbuh
kembang (readiness for enhanced organized infant)
Intervensi :
i. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
j. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
k. Memberi selimut saat bayi kedingingan
l. Mengajak berbicara dengan bayi
m. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
n. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
o. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan
pada bayi
p. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi
mengalami masalah kesehatan atau sakit.

2.4 Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pelaksanaan tindakan keperawatan berupa penyuluhan kepada keluarga terkait
persiapan peningkatan perkembangan dan kesehatan bayi.
NO. Pelaksanaan Kegiatan Petugas Kegiatan Klien
1. Persiapan 5 menit * Mengucapkan salam dan * Menjawab salam dan
perkenalan berespon terhadap kegiatan
* Menjelaskan tujuan umum yang ada
dan tujuan khusus penyuluhan * Mendengarkan penjelasan
tentang tujuan penyuluhan
* Menggali pengalaman awal
tentang pengertian * Menjawab pertanyaan dari
pertumbuhan dan petugas
perkembangan

2. Pelaksanaan 15 * Menyampaikan materi * Mendengarkan informasi


menit penyuluhan tentang : selama proses penyuluhan
1. Pengertian pertumbuhan & * Bertanya secara aktif tentang
perkembangan hal-hal yang belum dipahami
selama pross penyuluhan
2. Stimulus tumbuh kembang

3. Proses tumbuh kembang


bayi

4. Kebutuhan pada masa bayi

* Memberikan kesempatan
kepada peserta edukasi untuk
menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti

* Menciptakan suasana yang


kondusif saat menyampaikan
materi

3. Evaluasi 10 menit * Melakukan evaluasi * Menjawab pertanyaan dari


pemahaman dengan petugas
memberikan pertanyaan secara
langsung kepada peserta * Mendengarkan kesimpulan
edukasi selama evaluasi dari materi penyuluhan
* Menyampaikan materi
penyuluhan

* Terminasi

2.5 Evaluasi
Evaluasi (dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan)
Melakukan evaluasi dengan memberi pertanyaan secara langsung disesuaikan
dengan tujuan penyuluhan. Adapun beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam
proses evaluasi adalah :

1. Pengertian pertumbuhan & perkembangan


2. Stimulus tumbuh kembang
3. Proses tumbuh kembang bayi
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Bayi yang sehat jiwa merupakan bayi yang secara fisik sehat dan dengan
tumbuh kembang yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa bayi merupakan
krisis pertama yang dihadapi oleh bayi. Masa bayi merupakan masa awal
kehidupan manusia. Perkembangan masa bayi dan bayi yang sehat jiwa sangat
mempengaruhi dasar dari perilaku individu di kehidupan selanjutnya.

Perkembangan rasa percaya dan rasa aman yang dibentuk oleh bayi
dimulai dari orang yang merawat bayi tersebut, terutama orangtuanya. Apabila
hubungan orang tua dengan bayi berjalan dengan baik, maka rasa percaya (trust)
terhadap lingkungan dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya. Kegagalan
mengembangkan rasa percaya menyebabkan bayi akan merasa curiga dikemudian
hari.

Bayi yang sehat jiwa memiliki beberapa karakteristik perkembangan


seperti perkembangan psikososial, emosi, temperamen, attachment, rasa percaya
dan otonomi.

4.2 Saran

Bayi memiliki berbagai karakteristik perkembangan yang perlu diperhatikan.


Karena masa – masa ini adalah masa yang penting bagi kehidupannya sebagai
manusia. Peran perawat dibutuhkan dalam hal ini. Terutama suhan keperawatan
yang diberikan. Asuhan keperawatan pada bayi sehat jiwa, tidak hanya bertujuan
pada bayi nya saja tetapi juga pada keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard. 1983. Pengantar
Psikologi I, edisi kedelapan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Berman, A.T., Snyder, S. & Frandsen, G. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktis. Jakarta: EGC

Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2017). Fundamental of nursing: Human health and
function. Eight edition. Wolters Kluwers.

Evans, Katie., Nizette, Debra., & O’Brien, Anthony. (2016). Psychiatric & Mental
Health Nursing. Fourth Edition. St. Louis: Elsevier Mosby
Everly, G.S. & Lating, J.M. (2013). A clinical guide to the treatment of the human
stres response. Third Edition. New York: Kluwer Academic Publishing

Hockenberry, Marilyn J. & Wilson, David. (2014). Wong’s Nursig Care of Infants
and Children. (10th ed). St. Louis: Elsevier Mosby

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak I, edisi keenam. Jakarta :


Penerbit Erlangga.

Kozier, B., Erb., Berman, A.J. & Snyder (2016). Fundamental nursing: Concepts,
process and practice. Tenth edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.


Potter, P.A. & Perry, A.G. (2013). Fundamental of nursing: Concepts, process,
and practice. Eighth edition. St. Louis: Elsevier Mosby.

Santrock, John W. 1983. Life—Span Development : Perkembangan Masa Hidup


I, edisi kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia.

Walker, Sandra. (2015). Psychosocial Interventions in Mental Health Nursing.


Los Angeles: SAGE Learning Matters.

Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku


Kedokteran EGC.
Yusuf, Ah. Et al. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Lampiran

Contoh kasus :

Perawat melakukan kunjungan ke rumah sepasang suami istri yang memiliki anak
pertama berumur 7 bulan untuk memberikan pendidikan kesehatan terkait
tumbuh kembang anak. Bayi ketika digendong perawat tidak langsung menangis
namun dia menunjukan gestur penolakan saat digendong perawat dan menunjuk
ibunya.

STRETEGI PELAKSANAAN

Topik : Tumbuh Kembang Pada Bayi

Perawat : Mila Charonika

Pelaksanaan : Rabu, 01 November 2017

Tempat : Di rumah Ny. S

1. Pengkajian
Tn. A (27 tahun) dan Ny. S berusia 25 tahun merupakan sepasang
suami istri, keduanyan lulusan SMA, tinggal di rumah sendiri dan
memiliki pekerjaan sebagai pedagang. Mereka memiliki seorang anak
yang merupakan anak pertama yaitu bayi perempuan yang bernaman
By. M. Tanggal 30 Oktober 2017 By. M berusia 7 bulan dan mengikuti
posyandu rutin di balai desa. Dari hasil pemeriksaan diposyandu, bayi
M memiliki BB 8,4kg, PB : 65 cm, imunisasi rutin sesuai jadwal, masih
minum ASI dan juga MPASI dan By. M tergolong bayi sehat. Diusianya
bayi M sudah mampu merangkak.. Ny. S mengatakan bahwa Bayi M
memang menunjukkan respon yang lambat ketika diajak berinteraksi
dengan orang lain, tidak langsung menangis ketika diajak orang lain
yang baru ketemu. Menurut Ny.S, bayinya merupakan bayi yang
anteng(pendiam). Hal ini terbukti ketika perawat menggendongnya,
By.M diam saja tidak langsung menangis, tetapi menunjukkan gestur
penolakan (tidak mau digendong perawat) dan menunjuk ibunya. Ny. S
pun tidak mempermasalahkan kondisi bayinya tersebut dan
mengatakan aman dan sudah biasa dari lahir.

2. Diagnosa keperawatan :
Kesiapan peningkatan perkembangan dan kesehatan bayi sesuai
tumbuh kembang.

3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan yaitu pendidikan kesehatan
selama 1×30 menit, klien mampu mengerti dan memahami tentang
masalah tumbuh kembang pada bayi.

3. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 1×30 menit diharapkan klien
dapat:

1. Menyebutkan pengertian pertumbuhan dan perkembangan


dengan benar.
2. Menyebutkan stimulasi tumbuh kembang bayi.
3. Menjelaskan proses tumbuh kembang bayi sesuai umur.
4. Menyebutkan kebutuhan pada masa bayi.

4. Sasaran : orangtua bayi terutama ibu bayi.


5. Metode : Ceramah, Tanya Jawab.
6. Media : materi (powepoint) dan Leaflet.
7. Referensi :
a) Davies, Lorna dan Mc Donald, Sharon. 2012. Pemeriksaan
kesehatan bayi pendekatan multidimensi. Diterjemahkan oleh
Ni putu indri mahayuni. Jakarta : EGC
b) Mansur, Herawati, dan Temu Budiarti. 2014. PSIKOLOGI ibu dan
anak. Malang : Salemba Medika
c) Sulistijani, Dina Agoes, dan Maria Poppy. 2001. Menjaga
kesehatan bayi dan balita. Jakarta : Puspa Swara

8. Materi Terlampir

9. Evaluasi (dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan)


Melakukan evaluasi dengan memberi pertanyaan secara langsung
disesuaikan dengan tujuan penyuluhan. Adapun beberapa hal yang
dapat ditanyakan dalam proses evaluasi adalah :

1. Pengertian pertumbuhan & perkembangan


2. Stimulus tumbuh kembang
3. Proses tumbuh kembang bayi
4. Kebutuhan pada masa bayi
Proses Pelaksanaan

NO. Pelaksanaan Kegiatan Petugas Kegiatan Klien


1. Persiapan 5 menit * Mengucapkan salam dan * Menjawab salam dan
perkenalan berespon terhadap kegiatan
* Menjelaskan tujuan umum yang ada
dan tujuan khusus penyuluhan * Mendengarkan penjelasan
tentang tujuan penyuluhan
* Menggali pengalaman awal
tentang pengertian * Menjawab pertanyaan dari
pertumbuhan dan petugas
perkembangan

2. Pelaksanaan 15 * Menyampaikan materi * Mendengarkan informasi


menit penyuluhan tentang : selama proses penyuluhan
1. Pengertian pertumbuhan & * Bertanya secara aktif tentang
perkembangan hal-hal yang belum dipahami
selama pross penyuluhan
2. Stimulus tumbuh kembang

3. Proses tumbuh kembang


bayi

4. Kebutuhan pada masa bayi

* Memberikan kesempatan
kepada peserta edukasi untuk
menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti

* Menciptakan suasana yang


kondusif saat menyampaikan
materi

3. Evaluasi 10 menit * Melakukan evaluasi * Menjawab pertanyaan dari


pemahaman dengan petugas
memberikan pertanyaan * Mendengarkan kesimpulan
secara langsung kepada dari materi penyuluhan
peserta edukasi selama
evaluasi
* Menyampaikan materi
penyuluhan

* Terminasi

Lampiran materi.

TUMBUH KEMBANG BAYI

1. Pertumbuhan dan Perkembangan


Pada dasarnya, manusia selalu tumbuh dan berkembang untuk
melakukan proses kehidupan. Hal ini mempengaruhi tubuh manusia itu
sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan kuantitas dan perkembangan
lebih pada kualitas.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran berbagai organ
tubuh. Pertumbuhan berhubungan dengan bertambahnya ukuran dan
volume serta jumlah sel yang mengakibatkan bertambahnya ukuran
makhluk hidup.

Perkembangan adalah proses pematangan fungsi organ tubuh,


berkaitan dengan pematangan sifat dan karakter manusia, lebih
bersifat kualitatif.

Kecepatan pertumbuhan pada setiap tahapan usia berbeda beda.


Sebagai contoh dapat diperhatikan penjelasan berikut.

 Otak bayi tumbuh sangat cepat selama dalam proses kandungan


dan pertumbuhannya akan lengkap pada usia 2 tahun.
 Waktu lahir, tengkorak bayi sudah berukuran ¾ dari ukuran dewasa.
 Pertumbuhan organ sex berlangsung lambat pada masa kanak
kanak, tetapi melaju pada masa akil baliq
 Umumnya, pada usia 4 bulan pertama, berat badan bayi 2x lebih
besar dibandingkan waktu baru lahir dan pada usia 4 tahun,
panjang / tingginya menjadi 2x lebih besar dibandingkan waktu
lahir.
Pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan dengan menimbang
berat badan dan mengukur tinggi badan secara teratur pada waktu
tertentu sehingga normal tidaknya pertumbuhan anak dapat
diketahui.

2. Stimulasi Tumbuh Kembang


Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang
tua, agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan
sesuai umurnya. Upaya untuk merangsang tumbuh kembang anak
disebut stimulasi tumbuh kembang anak. Perkembangan anak meliputi
4 aspek, yaitu :

1. Perkembangan gerak kasar.


2. Perkembangan gerak halus
3. Perkembangan bicara, bahasa, dan kecerdasan, serta
4. Perkembangan pergaulan dan percaya diri.

Jenis perkembangan anak yang perlu di stimulasi sebagai berikut:

 Kemampuan gerak

 Kemampuan berbicara

 Kecerdasan

 Kemandirian/ percaya diri

 Kemampuan bergaul

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang, ada beberapa prisip dasar


yang perlu diperhatikan yakni :

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang


2. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak bermain.
3. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur bayi.
4. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana dan aman untuk
bayi.
5. Memberikan pujian apabila anak berhasil melakukan kegiatan
stimulasi.
1. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi

NO. USIA BAYI PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN

1. 1 bulan · Menggerakkan kepala dari sisi ke sisi pada saat posisi


tengkurap

· Cengkraman yang kuat


· Menatap tangan dan jari-jari

· Mengikuti gerakan dengan mata

2. 2 bulan · Menahan kepala dan leher sebentar pada saat


telungkup

· Membuka dan menutup tangan, pukulan diarahkan


tanpa arah

· Mulai bermain dengan jari-jari, membuat asosiasi


(menangis berarti digendong atau diberi makan)

· Tersenyum dengan responsif, mengadakan kontak mata

3. 3 bulan · Meraih dan mengambil objek, kepala tegak saat


digendong, mulai merasakan beban pada kaki

· Mengenggam objek dengan tangan, mengisap ibu jari


dan meninju

· Berguman, memekik

· Menirukan anda saat anda menjulurkan lidah, mulai


tertawa

4. 4 bulan · Mendorong badan ke atas dengan tangan pada posisi


telungkup, duduk bertumpu pada lengan

· Mengambil objek, menggenggam seperti menggunakan


sarung tangan
· Tertawa keras, mengamati dengan akurat

· Menikmati bermain dan mungkin menangis ketika


dihentikan, mengangkat lengan sebagai isyarat “gendonglah
aku”

5. 5 bulan · Mulai berguling ke salah satu sisi badan

· Belajar memindahkan objek dari tangan yang satu ke


tangan yang lain

· Meniup raspberry (menyemburkan busa)

· Menjangkau mama atau papa dan menangis kalau


ditinggal

6. 6 bulan · Berguling ke sisi kiri dan kanan

· Memakai tangan untuk menyambar objek kecil

· Berceloteh

· Mengenali wajah pengasuh, keluarga dan teman yang


sudah akrab

7. 7 bulan · Bergerak sedikit – mulai merangkak

· Belajar menggunakan ibu jari dan jari tangan lainnya

· Berceloteh dengan cara yang lebih kompleks


· Merespon ekspresi emosi orang lain

8. 8 bulan · Duduk tanpa dibantu

· Mulai bertepuk tangan

· Merespon kata-kata yang sudah akrab, melihat ketika


dipanggil

· Bermain permainan interaktif seperti cilukba

9. 9 bulan · Mungkin mencoba naik/merangkak ke atas tangga

· Menguasai genggaman cubit

· Belajar keberadaan objek — bahwa sesuatu ada bahkan


kalau mereka tidak dapat melihatnya

· Sedang takut-takutnya sama orang asing

10 10 bulan · Menarik diri untuk berdiri

· Menyusun dan mengurutkan mainan

· Melambaikan bye-bye dan mengangkat tangan untuk


mengatakan “naik”

· Belajar memahami sebab akibat. Contoh: saya


menangis, mama datang

11. 11 bulan · Menjelajah menggunakan perabotan


· Membalik halaman saat anda membaca

· Memanggil mama atau papa dengan “mama” atau ”


dada”

12. 12 bulan · Berdiri tanpa dibantu dan mungkin memulai langkah


pertama

· Membantu pada saat dipakaikan baju (memasukkan


tangan ke lengan baju)

· Mengucapkan kira-kira 2 sampai 3 kata (biasanya


“mama” dan”dada”)

· Bermain permainan meniru seperti pura-pura sedang


nelpon

2. Kebutuhan pada masa bayi

KEBUTUHAN
NO. USIA BAYI ESENSIAL JENIS LAYANAN

1. Bayi 0-28 Asupan gizi seimbang * Inisiasi menyusui dini


hari
* Pemberian asi ekslusif

* Pemberian makanan
bergizi seimbang bagi ibu
* Suplementasi gizi bagi
ibu

Asupan bayi baru * Pencatatan berat dan


lahir panjang lahir

* Manajemen terpadu bayi


muda (MTBM) yang
mencakup antara lain,
pemeriksaan, kesehatan,
penganan penyakit, injeksi
vitamin, perawatn tali
pusar,menjaga bayi tetap
hangat.

Pencegahan penyakit Pemberian imunisasi

Tumbuh kembang Stimulasi tumbuh


normal kembang

Akta kelahiran Pencatatan kelahiran

2. Bayi 1-12 Asupan gizi seimbang * Pemberian ASI


bulan
* makanan bergizi dan
suplemen gizi makro pada
ibu

* Pemberian ASI dimulai


pada usia 6 bulan
Tumbuh kembang * Penimbangan setiap
normal bulan

* Stimulasi dini

* Penyuluhan stimulasi
tumbuh kembang bagi ibu,
keluarga, dan pengasuh
lainnya

* Deteksi dan intervensi


dini tumbuh kembang

Pencegahan & * Imunisasi lengkap


pengobatan penyakit sebelum usia 1 bulan

* Pencegahan penyakit
menular
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Tn. A (27 tahun) dan ny. S berusia 25 tahun merupakan sepasang suami
istri, keduanyan lulusan SMA, tinggal di rumah sendiri dan memiliki
pekerjaan sebagai pedagang. Mereka memiliki seorang anak yang
merupakan anak pertama yaitu bayi perempuan yang bernaman by. M.
Tanggal 30 oktober 2017 by. M berusia 7 bulan dan mengikuti posyandu
rutin di balai desa. Dari hasil pemeriksaan diposyandu, bayi M memiliki
BB 8,4kg, PB : 65 cm, imunisasi rutin sesuai jadwal, masih minum ASI
dan juga MPASI dan by. M tergolong bayi sehat. Diusianya bayi M sudah
mampu merangkak.. Ny. S mengatakan bahwa bayi M memang
menunjukkan respon yang lambat ketika diajak berinteraksi dengan orang
lain, tidak langsung menangis ketika diajak orang lain yang baru ketemu.
Menurut ny.S, bayinya merupakan bayi yang anteng(pendiam). Hal ini
terbukti ketika perawat menggendongnya, by.M diam saja tidak langsung
menangis, tetapi menunjukkan gestur penolakan (tidak mau digendong
perawat) dan menunjuk ibunya. Ny. S pun tidak mempermasalahkan
kondisi bayinya tersebut dan mengatakan aman dan sudah biasa dari lahir.

2. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan dan kesehatan bayi sesuai
tumbuh kembang (readiness for enhanced organized infant)

3. Tujuan Khusus
Tujuan untuk bayi:
 Membina hubungan saling percaya antara bayi dan perawat
 Membina rasa aman dan nyaman antara bayi dan perawat

Tujuan untuk keluarga:

 Membina hubungan saling percaya antara keluarga dan perawat


 Keluarga mampu menyebutkan pengertian pertumbuhan dan
perkembangan dengan benar
 Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan bayi
yang normal dan menyimpang.

 Keluarga mampu menjelaskan proses tumbuh kembang bayi sesuai


umur.
 Keluarga mampu menyebutkan kebutuhan pada masa bayi.
 Keluarga mampu menjelaskan cara menstimulasi perkembangan
tumbuh kembang bayi.
 Keluarga mampu mendemonstrasikan dan melatih cara
memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan bayi
 Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan rasa percaya anaknya

4. Tindakan Keperawatan
 Membina hubungan saling percaya dengan bayi
 Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
 Membina rasa aman dan nyaman untuk bayi
 Membantu keluarga menyebutkan pengertian pertumbuhan dan
perkembangan dengan benar
 Membantu keluarga menjelaskan perilaku yang menggambarkan
bayi yang normal dan menyimpang.
 Membantu keluarga menjelaskan proses tumbuh kembang bayi
sesuai umur.
 Membantu keluarga menyebutkan kebutuhan pada masa bayi.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
 “Selamat pagi, bapak dan ibu. Saya perawat Mila, sebelumnya
kita sudah bertemu ya kemarin di Posyandu”
 “Sesuai dengan janji kemarin, hari ini kita akan berdiskusi
terkait tumbuh kembang bayi bapak-ibu berhubung bulan ini
bayi bapak-ibu menginjak usia 7 bulan”

b. Evaluasi
 “Bagaimana kabar bapak – ibu hari ini?”
 “Bagaimana kabar bayi. M?

c. Validasi
 “Syukurlah semua sehat – sehat ya”

d. Kontrak
- Topik:
 “Kemarin kita berencana ya bapak – ibu, hari ini kita akan
membahas pengertian pertumbuhan dan perkembangan, perilaku
yang menggambarkan bayi yang normal dan menyimpang, proses
tumbuh kembang bayi sesuai umur, kebutuhan pada masa bayi,
menstimulasi perkembangan tumbuh kembang bayi,
mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan
dan pertumbuhan bayi, menstimulasi perkembangan rasa percaya ”
 “Bagaimana?”
 “Tujuannya adalah agar bapak – ibu siap ketika perkembangan dan
kesehatan bayi M bertambah”
- Waktu:
 “Kurang lebih waktu yang dibutuhkan sekitar 45 menit untuk kita
berdiskusi, bagaimana menurut bapak – ibu? “
- Tempat:
 “Untuk tempatnya, kita akan lakukan di sini saja?

2. Fase Kerja
 “Bagaimana kondisi bayi M hari ini bu?”
 “Adakah perkembangan baru yang ibu rasakan dari bayi M?”
 “Baiklah, bagaimana kalau kita sekarang berdiskusi tentang
pengertian pertumbuhan dan perkembangan”
 “menurut bapak dan ibu apa maksud dari pengertian dan
perkembangan itu?”
 “Sudah baik sekali ya yang bapak dan ibu jelaskan tadi, nah
lengkapnya pertumbuhna dan perkembangan adalah ....”
 “Nah selanjutnya, kita akan membahas perilaku yang
menggambarkan bayi yang normal dan menyimpang, menurut
bapak – ibu bagaimana?”
 “Jadi perilaku yang menggambarkan bayi yang normal dan
menyimpang itu ...”
 “Lalu bagaimana proses tumbuh kembang bayi sesuai umur? ....”
 “Untuk kebutuhan pada masa bayi ada ... dan ...”
 “Ada beberapa teknik untuk menstimulasi perkembangan tumbuh
kembang bayi seperti ...”
 “Bagaimana jika sekarang kita mendemonstrasikan dan melatih
cara memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan bayi, dan
menstimulasi perkembangan rasa percaya dari bayi?”
 “Baik sekali, yang bapak dan ibu lakukan itu sudah sangat baik”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi Subjektif
 “Tidak terasa sudah 45 menit waktu berlalu, kita sudah
berdiskusi banyak hal ya”
 “Bagaimana perasaan bapak – ibu setelah kita berdiskusi
dan sharing pengalaman pada pertemuan kali ini?”
 “Adakah yang bapak – ibu ingin tanyakan?

- Evaluasi Objektif
 “Adakah yang mau menyimpulkan hasil dari diskusi kita
kali ini?”
 “Coba bapak – ibu mendemonstrasikan kembali melatih
cara memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan bayi,
dan menstimulasi perkembangan rasa percaya dari bayi”
- Rencana Tindak Lanjut
 “Apa yang sudah kita diskusikan tadi bisa bapak – ibu
terapkan dalam keseharian sehingga pertumbuhan dan
perkembangan bayi M optimal”

b. Kontrak yang akan datang


- Topik:
 “Untuk pertemuan berikutnya rencan kita membahas
bagaimana membuat MPASI sendiri yang sehat bagi bayi
M, bagaimana bapak – ibu?”

- Waktu:
 “Untuk waktunya bisa minggu depan, ketika bapak – ibu
ada waktu?”
 “Hari Jumat diminggu depan saja? Baiklah jika bapak – ibu
memiliki waktu hari jum’at.”
- Tempat:
 “Untuk tempatnya disini saja, dirumah bapak – ibu?”
- Salam
 “Baiklah bapak -ibu, saya rasa cukup untuk pertemuan kita
hari ini, saya permisi dulu jika ada yang dibutuhkan bapak
– ibu bisa datang ke Puskesmas.”

Anda mungkin juga menyukai