Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Bayi
Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Bayi
Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Bayi
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui konsep dasar keperawatan bayi sehat jiwa
1.3.2 Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi sehat jiwa
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Perkembangan Emosi
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan
gejolak fisiologis dan perilaku yang tampak sekaligus.
Emosi pada bayi hanya ditunjukkan dengan menangis dan
tersenyum, karena kedua hal itu adalah mekanisme yang
terpenting untuk mengembangkan komunikasi bayi
tersebut. Emosi memiliki peranan dan fungsi tertentu,
seperti, media untuk penyesuaian diri dan
mempertahankan kelangsungan
hidup (adaptation&survival), sebagai media pengaturan
diri(regulation) dan media komunikasi (Kozier, 2016).
Menurut Wasz-Hockert dan kawan-kawan (1968),
bayi memiliki tiga jenis tangisan yaitu tangisan dasar atau
basic cry (ketika menunjukan rasa lapar), tangisan marah
atau anger cry (variasi basic cry yang menunjukan
kegusaran), dan tangisan sakit atau pain cry (tangisan
merintih yang butuh upaya menarik nafas cukup lama dan
menunjukan rasa sakit). Menurut Emde, Gaensbauer, dan
Harmon (1976), bayi memiliki dua tipe senyuman yaitu
senyum refleksi atau reflexive smile (bukan karena
rangsang luar) dan senyum sosial atau social smile (respon
atas stimulus).
3. Perkembangan Temperamen.
Temperamen merupakan sebuah aspek karakter
yang menyelubungi seseorang secara umum, yang
dibentuk oleh kecenderungan-kecenderungan pola-pola
khusus reaksi emosional, perubahan suasana hati, dan
tingkat kepekaan yang dihasilkan rangsangan.
Temperamen juga bisa dilihat sebagai reaksi seseorang
terhadap respon lingkungannya. Temperamen umumnya
diperoleh seseorang melalui orang tuanya dengan cara
diturunkan, juga dipengaruhi lingkungan sekitar.
4. Perkembangan Attachment
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali
diperkenalkan oleh J. Bowlby tahun 1958 untuk
menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak.
Kebanyakan ahli psikologi perkembangan mempercayai
bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi
pembentukan kehidupan sosial anak di kemudian hari.
Menurut J. Bowlby, pentingnya attachment dalam tahun
pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya
secara naluriah memiliki keinginan untuk membentuk
suatu katerikatan.
6. Perkembangan Otonomi
Menurut erikson, otonomi (kemandirian)
merupakan tahap kedua perkembangan psikososial yang
berlangsung pada akhir masa bayi dan baru berjalan.
Otonomi dibangun diatas perkembangan kemampuan
mental dan kemampuan motorik. Pada tahap ini bayi
tidak hanya dapat berjalan tetapi mereka juga dapat
memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan,
menolak dan menarik, memegang dan melepas. Bayi
merasa bangga dengan prestasi ini dan ingin
melakukannya dengan sendiri.Penting bagi orang tua
untuk mengenal motivasi balita berjalan untuk
melakukan apa yang dapat mereka lakuan sesuai dengan
kemampuan. Mereka dapat belajar mengendalikan otot
dan dorongan keinginan mereka sendiri. Dengan
demikian, setelah memperoleh kepercayaan bayi mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka
sendiri dan menyatakan rasa mandiri (otonomi).
1) Faktor Mikroskosmos
Faktor mikrokosmos adalah faktor yang ada dalam diri
anak, seperti kondisi genetika dan berbagai masalah
intrauterin. Kondisi genetika ditentukan oleh komposisi
kromosom, yang akan memengaruhi identitas gender,
kecenderungan perlakuan berikutnya, dan pewarisan
sifat orang tuanya. Masalah intrauterin meliputi usia
(ibu atau janin), nutrisi, obat-obatan yang dikonsumsi
ibu, radiasi, dan berbagai komplikasi kehamilan lainnya
2) Faktor Makroskosmos
Faktor makrokosmos merupakan faktor luar dari anak
yang juga akan memengaruhi pertumbuhan
perkembangan. Faktor tersebut meliputi pola asuh yang
dilakukan ayah, ibu, saudara, atau teman di
lingkungannya.
1.2.1 PENGKAJIAN
a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
d. Tempat dan tanggal lahir
e. Ras/kelompok entries
f. Jenis kelamin
g. Agama
h. Tanggal wawancara
i. Informan
a. Menyeluruh/umum
b. Integument
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Dada
k. Respirasi
l. Kardiovaskuler
m. Gastrointestinal
n. Genitourinaria
o. Ginekologik
p. Muskuluskeletal
q. Neurologi
r. Endokrin
Riwayat Psikososial
Riwayat Keluarga
Pengkajiaan Nutrisi
a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko
tinggi saat hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan
tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah
ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg
tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh
kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka
keadaan anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya,
apakah secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu
lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila
kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan
tindakan seperti forceps, partuss lama, atau kasep), maka
gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh
kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan
fisik. Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya,
pengukuran antropometri yang sering digunakan di lapangan
untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan
lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada
baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka
petugas tersebut cukup mengukur BB, TB, dan lingkar
kepala. Meskipun tidak semua ukuran antropometri
digunakan, berikut ini akan dijelaskan cara pengukuran dari
masing-masing ukuran antropometri:
1. Berat Badan (BB)
2. Tinggi Badan (TB)
3. Lingkar Kepala
4. Lingkar Lengan Atas (lila)
5. Lingkar Dada
6. Pemeriksaan fisik
7. Perkembangan anak
8. Data lain ( pemeriksaan penunjang)
1.2.3 PERENCANAAN
1. Potensial mengembangkan rasa percaya
Tujuan :
Untuk bayi :
Merasa aman dan nyaman
Dapat mengembangkan rasa percaya
Untuk keluarga :
Menjelaskan perilaku yang menggmbarkan bayi sehat dan
yang menyimpang.
Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan rasa percaya
bayi.
Merencanakan tindakan untuk menstimulasi rasa percaya
bayinya.
Intervensi :
Untuk perkembangan psikososial bayi :
a. Panggil bayi sesuai namanya
Rasional : mengajarkan pada bayi untuk mengenalin dirinya
sendiri.
b. Gendong dan peluk bayi saat menangis.
Rasional: dengan menggendong bayi akna merasa aman dan
nyaman.
c. Saat bayi menangis, cari penyebabnya (kebutuhan dasar yang
mengganggu) seperti lapar, haus, basah, atau sakit.
Rasional : menumbuhkan perasaan percaya bahwa bayi
menangis merupakan okode perasaan bayi atau telah terjadi
sesuatu padabayi tersebut.
d. Penuhi kebutuhan aman dan nyaman bayi.
Rasional : memberikan keamanan dan kenyamanan
e. Ajak bayi bermain.
Rasional : melibatkan bayisecara langusng untuk tindakan
dalam rangka menumbuhkan rasa percaya.
Untuk keluarga :
a. Informasikan pada keluarga perilaku bayi yang
menggambarkan babyi sehat dan yang menyimpang.
Rasional : karakterisik bayi sehat adalah seperti
tersenyum/tertawa saat dihampiri ibunya, menangis ketika
ditinggalkan ibunya, menangis saat merasa tidak nyaman,
mencari suara yang memanggilnya, memleuk saat digendong,
dan menolak/menangis saat digendong dengan orang yang
tidak dikenal.
b. Informasikan cara menstimulasi perkembangan rasa percaya
anak.
Rasional : keluarga harus mengetehui tahap perkembangan
bayinya.
c. Beri kesempatan keluarga untuk mempraktekkan cara
menjaga keamanan, kenyamanan,dan keselamatan bayinya.
Rasionla : melibatkan keluarga dalam tindakan dalam rangka
memandirikan keluarga dalam perkembangan bayinya.
Kasus
Tn. A (27 tahun) dan Ny. S berusia 25 tahun merupakan sepasang suami istri,
keduanyan lulusan SMA, tinggal di rumah sendiri dan memiliki pekerjaan sebagai
pedagang. Mereka memiliki seorang anak yang merupakan anak pertama yaitu
bayi perempuan yang bernaman By. M. Tanggal 30 Oktober 2017 By. M berusia
7 bulan dan mengikuti posyandu rutin di balai desa. Dari hasil pemeriksaan
diposyandu, bayi M memiliki BB 8,4kg, PB : 65 cm, imunisasi rutin sesuai
jadwal, masih minum ASI dan juga MPASI dan By. M tergolong bayi sehat.
Diusianya bayi M sudah mampu merangkak.. Ny. S mengatakan bahwa Bayi M
memang menunjukkan respon yang lambat ketika diajak berinteraksi dengan
orang lain, tidak langsung menangis ketika diajak orang lain yang baru ketemu.
Menurut Ny.S, bayinya merupakan bayi yang anteng(pendiam). Hal ini terbukti
ketika perawat menggendongnya, By.M diam saja tidak langsung menangis, tetapi
menunjukkan gestur penolakan (tidak mau digendong perawat) dan menunjuk
ibunya. Ny. S pun tidak mempermasalahkan kondisi bayinya tersebut dan
mengatakan aman dan sudah biasa dari lahir.
2.1 PENGKAJIAN
1. Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
Identitas Anak
a. Nama :By. M
b. Alamat : Komplek Raya
c. Telepon : -
d. Tempat dan tanggal lahir: Cimahi, 30 Maret 2017
e. Ras/kelompok etnis: -
f. Jenis kelamin: laki - laki
g. Agama:Islam
Identitas Orang Tua:
a. Nama ayah : Tn. A
Nama ibu : Ny. S
b. Alamat : Komplek Raya
c. Telepon :-
d. Tempat dan tanggal lahir ayah: Sukabumi, 4 Maret 1990
Tempat dang tanggal lahir ibu: Jakarta, 21 Agustus 1992
e. Agama ayah : Islam
Agama ibu : Islam
2.3 Perencanaan
Dx: Kesiapan peningkatan perkembangan dan kesehatan bayi sesuai tumbuh
kembang (readiness for enhanced organized infant)
Intervensi :
i. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi
menangis
j. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
k. Memberi selimut saat bayi kedingingan
l. Mengajak berbicara dengan bayi
m. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
n. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
o. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan
pada bayi
p. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi
mengalami masalah kesehatan atau sakit.
* Memberikan kesempatan
kepada peserta edukasi untuk
menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
* Terminasi
2.5 Evaluasi
Evaluasi (dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan)
Melakukan evaluasi dengan memberi pertanyaan secara langsung disesuaikan
dengan tujuan penyuluhan. Adapun beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam
proses evaluasi adalah :
4.1 Kesimpulan
Bayi yang sehat jiwa merupakan bayi yang secara fisik sehat dan dengan
tumbuh kembang yang sesuai dengan tahapan usianya. Masa bayi merupakan
krisis pertama yang dihadapi oleh bayi. Masa bayi merupakan masa awal
kehidupan manusia. Perkembangan masa bayi dan bayi yang sehat jiwa sangat
mempengaruhi dasar dari perilaku individu di kehidupan selanjutnya.
Perkembangan rasa percaya dan rasa aman yang dibentuk oleh bayi
dimulai dari orang yang merawat bayi tersebut, terutama orangtuanya. Apabila
hubungan orang tua dengan bayi berjalan dengan baik, maka rasa percaya (trust)
terhadap lingkungan dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya. Kegagalan
mengembangkan rasa percaya menyebabkan bayi akan merasa curiga dikemudian
hari.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L., Richard C. Atkinson, dan Ernest R. Hilgard. 1983. Pengantar
Psikologi I, edisi kedelapan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Berman, A.T., Snyder, S. & Frandsen, G. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktis. Jakarta: EGC
Craven, R.F., Hirnle, C.J. (2017). Fundamental of nursing: Human health and
function. Eight edition. Wolters Kluwers.
Evans, Katie., Nizette, Debra., & O’Brien, Anthony. (2016). Psychiatric & Mental
Health Nursing. Fourth Edition. St. Louis: Elsevier Mosby
Everly, G.S. & Lating, J.M. (2013). A clinical guide to the treatment of the human
stres response. Third Edition. New York: Kluwer Academic Publishing
Hockenberry, Marilyn J. & Wilson, David. (2014). Wong’s Nursig Care of Infants
and Children. (10th ed). St. Louis: Elsevier Mosby
Kozier, B., Erb., Berman, A.J. & Snyder (2016). Fundamental nursing: Concepts,
process and practice. Tenth edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional Indonesia.
Contoh kasus :
Perawat melakukan kunjungan ke rumah sepasang suami istri yang memiliki anak
pertama berumur 7 bulan untuk memberikan pendidikan kesehatan terkait
tumbuh kembang anak. Bayi ketika digendong perawat tidak langsung menangis
namun dia menunjukan gestur penolakan saat digendong perawat dan menunjuk
ibunya.
STRETEGI PELAKSANAAN
1. Pengkajian
Tn. A (27 tahun) dan Ny. S berusia 25 tahun merupakan sepasang
suami istri, keduanyan lulusan SMA, tinggal di rumah sendiri dan
memiliki pekerjaan sebagai pedagang. Mereka memiliki seorang anak
yang merupakan anak pertama yaitu bayi perempuan yang bernaman
By. M. Tanggal 30 Oktober 2017 By. M berusia 7 bulan dan mengikuti
posyandu rutin di balai desa. Dari hasil pemeriksaan diposyandu, bayi
M memiliki BB 8,4kg, PB : 65 cm, imunisasi rutin sesuai jadwal, masih
minum ASI dan juga MPASI dan By. M tergolong bayi sehat. Diusianya
bayi M sudah mampu merangkak.. Ny. S mengatakan bahwa Bayi M
memang menunjukkan respon yang lambat ketika diajak berinteraksi
dengan orang lain, tidak langsung menangis ketika diajak orang lain
yang baru ketemu. Menurut Ny.S, bayinya merupakan bayi yang
anteng(pendiam). Hal ini terbukti ketika perawat menggendongnya,
By.M diam saja tidak langsung menangis, tetapi menunjukkan gestur
penolakan (tidak mau digendong perawat) dan menunjuk ibunya. Ny. S
pun tidak mempermasalahkan kondisi bayinya tersebut dan
mengatakan aman dan sudah biasa dari lahir.
2. Diagnosa keperawatan :
Kesiapan peningkatan perkembangan dan kesehatan bayi sesuai
tumbuh kembang.
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan yaitu pendidikan kesehatan
selama 1×30 menit, klien mampu mengerti dan memahami tentang
masalah tumbuh kembang pada bayi.
3. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 1×30 menit diharapkan klien
dapat:
8. Materi Terlampir
* Memberikan kesempatan
kepada peserta edukasi untuk
menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
* Terminasi
Lampiran materi.
Kemampuan gerak
Kemampuan berbicara
Kecerdasan
Kemampuan bergaul
· Berguman, memekik
· Berceloteh
KEBUTUHAN
NO. USIA BAYI ESENSIAL JENIS LAYANAN
* Pemberian makanan
bergizi seimbang bagi ibu
* Suplementasi gizi bagi
ibu
* Stimulasi dini
* Penyuluhan stimulasi
tumbuh kembang bagi ibu,
keluarga, dan pengasuh
lainnya
* Pencegahan penyakit
menular
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Tn. A (27 tahun) dan ny. S berusia 25 tahun merupakan sepasang suami
istri, keduanyan lulusan SMA, tinggal di rumah sendiri dan memiliki
pekerjaan sebagai pedagang. Mereka memiliki seorang anak yang
merupakan anak pertama yaitu bayi perempuan yang bernaman by. M.
Tanggal 30 oktober 2017 by. M berusia 7 bulan dan mengikuti posyandu
rutin di balai desa. Dari hasil pemeriksaan diposyandu, bayi M memiliki
BB 8,4kg, PB : 65 cm, imunisasi rutin sesuai jadwal, masih minum ASI
dan juga MPASI dan by. M tergolong bayi sehat. Diusianya bayi M sudah
mampu merangkak.. Ny. S mengatakan bahwa bayi M memang
menunjukkan respon yang lambat ketika diajak berinteraksi dengan orang
lain, tidak langsung menangis ketika diajak orang lain yang baru ketemu.
Menurut ny.S, bayinya merupakan bayi yang anteng(pendiam). Hal ini
terbukti ketika perawat menggendongnya, by.M diam saja tidak langsung
menangis, tetapi menunjukkan gestur penolakan (tidak mau digendong
perawat) dan menunjuk ibunya. Ny. S pun tidak mempermasalahkan
kondisi bayinya tersebut dan mengatakan aman dan sudah biasa dari lahir.
2. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan perkembangan dan kesehatan bayi sesuai
tumbuh kembang (readiness for enhanced organized infant)
3. Tujuan Khusus
Tujuan untuk bayi:
Membina hubungan saling percaya antara bayi dan perawat
Membina rasa aman dan nyaman antara bayi dan perawat
4. Tindakan Keperawatan
Membina hubungan saling percaya dengan bayi
Membina hubungan saling percaya dengan keluarga
Membina rasa aman dan nyaman untuk bayi
Membantu keluarga menyebutkan pengertian pertumbuhan dan
perkembangan dengan benar
Membantu keluarga menjelaskan perilaku yang menggambarkan
bayi yang normal dan menyimpang.
Membantu keluarga menjelaskan proses tumbuh kembang bayi
sesuai umur.
Membantu keluarga menyebutkan kebutuhan pada masa bayi.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, bapak dan ibu. Saya perawat Mila, sebelumnya
kita sudah bertemu ya kemarin di Posyandu”
“Sesuai dengan janji kemarin, hari ini kita akan berdiskusi
terkait tumbuh kembang bayi bapak-ibu berhubung bulan ini
bayi bapak-ibu menginjak usia 7 bulan”
b. Evaluasi
“Bagaimana kabar bapak – ibu hari ini?”
“Bagaimana kabar bayi. M?
c. Validasi
“Syukurlah semua sehat – sehat ya”
d. Kontrak
- Topik:
“Kemarin kita berencana ya bapak – ibu, hari ini kita akan
membahas pengertian pertumbuhan dan perkembangan, perilaku
yang menggambarkan bayi yang normal dan menyimpang, proses
tumbuh kembang bayi sesuai umur, kebutuhan pada masa bayi,
menstimulasi perkembangan tumbuh kembang bayi,
mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan
dan pertumbuhan bayi, menstimulasi perkembangan rasa percaya ”
“Bagaimana?”
“Tujuannya adalah agar bapak – ibu siap ketika perkembangan dan
kesehatan bayi M bertambah”
- Waktu:
“Kurang lebih waktu yang dibutuhkan sekitar 45 menit untuk kita
berdiskusi, bagaimana menurut bapak – ibu? “
- Tempat:
“Untuk tempatnya, kita akan lakukan di sini saja?
2. Fase Kerja
“Bagaimana kondisi bayi M hari ini bu?”
“Adakah perkembangan baru yang ibu rasakan dari bayi M?”
“Baiklah, bagaimana kalau kita sekarang berdiskusi tentang
pengertian pertumbuhan dan perkembangan”
“menurut bapak dan ibu apa maksud dari pengertian dan
perkembangan itu?”
“Sudah baik sekali ya yang bapak dan ibu jelaskan tadi, nah
lengkapnya pertumbuhna dan perkembangan adalah ....”
“Nah selanjutnya, kita akan membahas perilaku yang
menggambarkan bayi yang normal dan menyimpang, menurut
bapak – ibu bagaimana?”
“Jadi perilaku yang menggambarkan bayi yang normal dan
menyimpang itu ...”
“Lalu bagaimana proses tumbuh kembang bayi sesuai umur? ....”
“Untuk kebutuhan pada masa bayi ada ... dan ...”
“Ada beberapa teknik untuk menstimulasi perkembangan tumbuh
kembang bayi seperti ...”
“Bagaimana jika sekarang kita mendemonstrasikan dan melatih
cara memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan bayi, dan
menstimulasi perkembangan rasa percaya dari bayi?”
“Baik sekali, yang bapak dan ibu lakukan itu sudah sangat baik”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
- Evaluasi Subjektif
“Tidak terasa sudah 45 menit waktu berlalu, kita sudah
berdiskusi banyak hal ya”
“Bagaimana perasaan bapak – ibu setelah kita berdiskusi
dan sharing pengalaman pada pertemuan kali ini?”
“Adakah yang bapak – ibu ingin tanyakan?
- Evaluasi Objektif
“Adakah yang mau menyimpulkan hasil dari diskusi kita
kali ini?”
“Coba bapak – ibu mendemonstrasikan kembali melatih
cara memfasilitasi perkembangan dan pertumbuhan bayi,
dan menstimulasi perkembangan rasa percaya dari bayi”
- Rencana Tindak Lanjut
“Apa yang sudah kita diskusikan tadi bisa bapak – ibu
terapkan dalam keseharian sehingga pertumbuhan dan
perkembangan bayi M optimal”
- Waktu:
“Untuk waktunya bisa minggu depan, ketika bapak – ibu
ada waktu?”
“Hari Jumat diminggu depan saja? Baiklah jika bapak – ibu
memiliki waktu hari jum’at.”
- Tempat:
“Untuk tempatnya disini saja, dirumah bapak – ibu?”
- Salam
“Baiklah bapak -ibu, saya rasa cukup untuk pertemuan kita
hari ini, saya permisi dulu jika ada yang dibutuhkan bapak
– ibu bisa datang ke Puskesmas.”