Anifa Nurjana 051048276 Artikel PKN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI SARANA MEMAHAMI


INDONESIA

Anifa Nurjana
051048276

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
Pendahuluan

Indonesia adalah bangsa memiliki sosial budaya, suku dan bahasa. Bangsa yang
memiliki banyak keberagaman, membutuhkan alat pemersatu supaya berfungsi dalam
ketahanan keutuhan suatu negara. Wawasan nusantara sebagai salah satu alat pemersatu bangsa
sangat penting untuk dipahami. Upaya peningkatan pemahaman wawasan nusantara saat ini
masih terus dilakukan. Konsep wawasan nusantara sebaiknya diketahui dan dipahami setiap
warga negara Indonesia melalui pengenalan dan pengajaran pada setiap jenjang sekolah bahkan
sampai kuliah terdapat mata kuliah PKn yang mana di dalamnya mempelajari tentang wawasan
nusantara, dengan ini para generasi milenial akan menjadi lebih sadar dalam mempertahankan
wilayah kedaulatan negaranya dan lebih mementingkan kebhinekaan, sehingga setiap generasi
tidak rela NKRI akan terpecah belah ataupun jatuh dan dikuasai oleh negara tetangga. (Utami
dan Wardani 2023).
Definisi wawasan nusantara yaitu asal katanya dari kata wawas (dalam bahasa jawa)
artinya pandangan, tinjauan, dan sesuatu yang dilihat oleh indrawi yang artinya cara melihat
atau cara memandang. Sedangkan kata Nusantara asal katanya dari nusa yang artinya pulau
atau kesatuan. Maka wawasan nusantara merupakan cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang serba mengutamakan kesatuan dan persatuan dengan
tetap menghargai kebhinekaan dalam tiap aspek kehidupan untuk mencapai tujuan nasional
Indonesia (Utami dan Wardani 2023)
Pengembangan wawasan nusantara saat ini masih terus berjalan, karena setiap bangsa
memiliki wawasan nasional dan tujuan yang ingin digapai. Seiring perkembangan teknologi
yang semakin maju membuat rasa nasionalisme para generasi milenial semakin berkurang
karena terpengaruh oleh budaya barat. Cara menangani hal tersebut maka diperlukan adanya
sebuah solusi. Solusi tersebut yaitu adanya pembelajaran wawasan nusantara yang wajib
dipelajari oleh setiap jenjang sekolah untuk peningkatan pemahaman wawasan nusantara.
(Utami dan Wardani 2023)
Selain itu, wawasan nusantara sebagai konsepsi juga dirumuskan sebagai salah satu
upaya dalam rangka menumbuhkan dan membentuk karakter kebangsaan generasi muda.
memaknai karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang unik tiap individu untuk hidup
berkerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang dapat mengambil keputusan dan siap bertanggung jawab
setiap akibat dari keputusan yang diambilnya. (Setiawan & Setiawan:2014).
Melalui pendidikan formal, mahasiswa telah mengenal Indonesia dengan konsepsi
wawasan nusantaranya. Akan tetapi yang lebih penting dalam hal ini adalah bagaimana nilai-
nilai nasionalisme dan semangat kebangsaan yang terkandung dalam konsepsi tersebut dapat
menginternalisasi ke dalam jiwa setiap warga negara dan mengimplementasikan ke
kehidupannya sehari-hari.nilai yang ada dalam jiwa dideskripsikan sebagai sesuatu yang
berharga menjadi landasan dalam menentukan perbuatan baik-buruk, benar-salah atau yang
sering disebut dengan moral (Kirschenbaum, 1995).
Terlebih pada era dewasa ini, wawasan nusantara sangat diperlukan dalam rangka
menghadapi ancaman dan tantangan sebagai pengaruh dari adanya modernisasi dan globalisasi
yang tidak hanya memberikan pengaruh positif, tetapi juga memberi pengaruh yang negatif
seperti individualisme, hedonisme, konsumerisme dan westernisasi yang dapat menyebabkan
degradasi moral dan mengikis rasa nasionalisme.
Pemahaman mengenai wawasan nusantara menjadi salah satu upaya yang bisa
dilakukan untuk membangun rasa dan sikap nasionalisme di kalangsa bangsa Indonesia sebagai
dasar untuk menjaga persatuan Indonesia dan keutuhan NKRI. Pemahaman wawasan nusantara
dapat diberikan kepada warga negara melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui
pendidikan. melalui pendidikan, pemahaman tentang wawasan nusantara dan sikap
nasionalisme berusaha diwujudkan dan diimplementasikan. Upaya tersebut dimanifestasikan
ke dalam tujuan pendidikan nasional. Hal ini terbukti dengan tujuan pendidikan yang juga
harus dilandasi dengan jiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kajian Pustaka

A. Pengertian wawasan Nusantara


Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau yang didiami oleh berbagai macam suku dengan
budaya yang budaya yang berbeda-beda. Rasa memiliki satu sama lain, menjadikan perbedaan
sebagai suatu kekayaan yang saling melengkapi, bukan menjadi pemecah peersaudaraan.
Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri atas pulau-pulau. Letak pulau-pulau tersebut
terpisah satu sama lain oleh perairan. Keadaan itu membutuhkan kerja keras dari bangsa
Indonesia agar kesatuan tetap terjaga. (Widayati, 2020)
Pemahaman wawasan nusantara juga akan meningkatkan rasa bangga atas bangsa
karena sesungguhnya Indonesia dikaruniai dengan keberagaman, tetapi tetap bisa bersatu.
Sebagai warga negara yang baik, penting untuk mengenali makna wawasan nusantara bagi
bangsa Indonesia. Makna wawasan nusantara bagi bangsa Indonesia mengandung arti cara
pandang dan pengetahuan. Makna wawasan nusantara bagi bangsa Indonesia dikaitkan dengan
dasar ideologi dan konstitusional. (Widayati, 2020)
Kata “nasional” menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup. Bentuk kata yang
berasal dari istilah nation ituberarti bangsa yang telah mengidentifikasikan diri ke dalam
kehidupan bernegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai bangsa yang telah
menegara. Adapun “Nusantara” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Indonesia, serta di antara benua Asia dan Australia. (Sumardiman. 1982)
Secara keseluruhan, wawasan Nusantara merupakan “cara pandang” bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya. Wawasan tersebut merupakan penjabaran dari
falsafah bangsa Indonesia sesuai dengan keadaan geografis suatu bangsa serta sejarah
yang pernah dialaminya. Esensinya adalah pelaksanaan dari Bangsa Indonesia itu sendiri
dalam memanfaatkan kondisi geografis, sejarah, serta kondisi sosial-budayanya dalam
mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. (Sunarso, et all, 2006)
Dengan demikian, wawasan Nusantara juga dapat diartikan sebagai cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang
dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka,
berdaulat, bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam
mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara adalah cara pandang, cara memahami, cara
menghayati, cara bersikap, cara berpikir, cara bertindak, cara bertingkah laku Bangsa
Indonesia sebagai interaksi proses psikologis, sosio-kultural, dengan aspek astagatra (kondisi
geografis, kekayaan alam, dan kemampuan penduduk). (Basrie, 2002)

B. Unsur Dasar Wawasan


Nusantara Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang
diri dan lingkungannya merupakan fenomena (gejala) sosial yang dinamis dan memiliki
tiga unsur dasar, yaitu wadah, isi, dan tata laku.
Untuk meninjau konsep wadah, perlu ditinjau pula mengenai asas archipelago, yaitu
kumpulan pulau-pulau dan lautan sebagai kesatuan wilayah. Artinya, antara kepulauan
dan wilayah perairan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang batas-
batasnya ditentukan oleh wilayah laut. Dalam lingkungan tersebut terdapat pulau-pulau dan
gugusan pulau yang menjadi satu kesatuan wilayah. (Piaris, 1988)

1) Bentuk Wujud
Bentuk wujudnya berupa kepulauan Nusantara yang memiliki kedudukan geografis yang
khas, yaitu yang berada di posisi silang dunia serta memiliki pengaruh besar dalam tata
kehidupan dan sifat peri kehidupan nasional. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut meliputi
menjadi lalu-lintas aspek-aspek kehidupan sosial dunia, hubungan antarbangsa akan
lancar apabila kepentingan nasionalnya terpenuhi atau minimal tidak dirugikan, wilayah
Nusantara memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya manusia yang melimpah dan
murah yang merupakan daya tarik tersendiri bagi negara-negara yang tidak memilikinya.
(Sunarso, et all, 2006)

2.) Tatanan Susunan Pokok/Tata Inti Organisasi


Salah satu sarana untuk mengetahui organisasi suatu negara adalah dengan mempelajari
UUD-nya. Demikian halnya untuk Indonesia harus dilihat pada UUD 1945. Tata inti organisasi
yang dimaksud menyangkut hal-hal berikut ini:
i. Pertama
Bentuk kedaulatan (Bab I Pasal 1) yang meliputi negara kesatuaan yang berbentuk
republik dan kedaulatan ada di tangan rakyat dan sepenuhnya dilaksanakan oleh MPR.
ii. Kedua
Kekuasaan pemerintah negara (Bab III Pasal 4-15) yang berkenaan dengan ketentuan
bahwa presiden memegang kekuasaan pemerintah menurut UUD 1945.
iii. Ketiga
Sistem pemerintah negara (penjelasan UUD 1945) yang berkenaan dengan ketentuan
bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan
atas kekuasaan belaka, pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi dan tidak
berdasarkan absolutisme (kekuasaan tidak terbatas), kekuasaan tertinggi ada di tangan
MPR, presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi di bawah MPR, presiden tidak
bertanggung jawab kepada MPR, menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara
tidak bertanggung jawab kepada DPR, dan kekuasaan kepala negara tidak terbatas
iv. Keempat
Sistem perwakilan (Bab VII Pasal 19) yang berkenaan dengan ketentuan bahwa
kedudukan DPR kuat, tidak dapat dibubarkan oleh presiden dan anggota DPR semuanya
merangkap menjadi anggota MPR, sehingga dapat senantiasa mengawasi tindakan presiden.

3)Tata Susunan Pelengkap/Kelengkapan Organisasi


Agar tujuan nasional dapat tercapai dengan tertib dan mantap, diperlukan suatu tata
kelengkapan organisasi, yaitu aparatur negara harus mampu mendorong, menggerakkan
dan mengerahkan usaha-usaha pembangunan ke sasaran yang telah ditetapkan untuk
kepentingan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Selain itu, diperlukan pula kesadaran politik dan kesadaran bernegara dari
masyarakat, organisasi negara harus mampu untuk meningkatkan kesadaran politik dan
kesadaran bernegara dari masyarakat, serta menampung aspirasi politik masyarakat,
baik sebagai perorangan atau organisasi masyarakat dalam rangka meningkatkan stabilitas
politik.
Aspirasi bangsa Indonesia sebagai “isi” dari wawasan Nusantara dapat dirinci
menjadi cita-cita proklamasi, asas/sifat dan ciri-ciri, serta cara kerja. Cita-cita yang
terkandung di dalam wawasan Nusantara sebagaimana dirumuskan di dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu “mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur”. Cita-cita wawasan Nusantara itu bertujuan untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tanah air, mewujudkan kesejahteraan umum, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Aspirasi bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sebagai kesatuan yang utuh dan
menyeluruh memiliki ciri-ciri atau sifat sebagai berikut:
i. Manunggal, yaitu keserasian dan keseim-bangan yang dinamis dalam segenap aspek
kehidupan sesuai makna sesanti “Bhinneka Tunggal Ika”.
ii. Utuh-menyeluruh, yaitu bahwa aspirasi bangsa dalam mewujudkan wawasan
Nusantara yang utuh dan menyeluruh (komprehensif dan integral) dalam seluruh aspek
kehidupan sesuai dengan makna Sumpah Pemuda “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu
Bahasa”.
iii. Cara kerja Bangsa Indonesia untuk mewujudkan wawasan Nusantara berpe-
doman kepada Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan UUD 1945 yang memberikan
arah mengenai pengendalian hidup bermasyarakat serta penetapan hak asasi dan kewajiban
bangsa Indonesia.
Tata laku sebagai unsur dari wawasan nusantara adalah tindakan perilaku bangsa
Indonesia dalam melaksanakan aspirasinya guna mewujudkan Indonesia sebagai kesatuan
yang utuh dan menyeluruh dalam mencapai tujuan nasional. Tata laku batiniah berwujud
pengamalan falsafah Pancasila yang melahirkan sikap mental sesuai kondisi lingkungan
hidupnya dalam mewujudkan wawasan Nusantara. Tata laku batiniah terbentuk karena
kondisi dalam proses pertumbuhan hidupnya yang merupakan produk dari kebiasaan
yang membudaya. Tata laku lahiriah sendiri dituangkan dalam suatu pola tata laku yang
dapat diperinci dalam tata-perencanaan, tata-pelaksanaan, dan tata-pengendalian atau
pengawasan. ( Rukiyati, et all, 2008)
Pembahasan

Kurangnya pemahaman wawasan nusantara pada generasi milenial disebabkan oleh dua
faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Contoh faktor internal seperti adanya
egosentrisme dan etnosentrisme. Pertama, egosentrisme adalah pemahaman dari semangat
lokal yang dibangun tanpa memperdulikan kepentingan bangsa dan negara, hal ini sering
dialami oleh etnis mayoritas. Kedua, etnosentrisme adalah perlakuan negatif yang muncul
akibat pelaksanaan rekrutmen politik yang berarti memprioritaskan orang-orang yang berasal
dari daerah tersebut untuk menduduki jabatan. Ketiga, ketidakseimbangan program
pembangunan pemerintah pusat pada pemerintah daerah menyebabkan pemerintah daerah
merasa dianak tirikan. Hal ini menyebabkan timbulnya gerakan separatis di berbagai daerah.
Faktor eksternal ini contohnya pengaruh globalisasi, pengaruh dari konstalasi politik
internasional. Pertama, pengaruh globalisasi menyebabkan bangsa Indonesia yang semula
sangat menjunjung tinggi nilainilai moral dan budaya menjadi tidak memperdulikan etika yang
sesuai dengan nilai tersebut. Kedua, pengaruh dari konstalasi politik internasional terjadi akibat
adanya usaha dari negara adidaya untuk menyebarluaskan ideologi yang dianutnya. Sehingga
demokrasi di Indonesia yang semula berdasar pada nilai-nilai pancasila menjadi terpengaruh
dengan demokrasi liberal dan demokrasi komunis.
Untuk mengatasi hal diatas maka warga negara Indonesia khususnya generasi milenial
perlu diberi pemahaman lebih mengenai wawasan nusantara dengan cara melalui Pendidikan
Kewarganegaraan disetiap jenjang pendidikan bahkan sampai perguruan tinggi karena
Pendidikan Kewarganegaraan menjadi sarana penting pemahaman akan wawasan nusantara
dan mengembangkan rasa naisonalisme serta karakter bangsa. Adanya Pendidikan
Kewarganegaraan ini diharapkan dapat meningkatkan sadar diri pada generasi milenial tentang
pentingnya persatuan dan keutuhan NKRI.
Dalam pendidikan formal diperkenalkan eksistensi wilayah laut Indonesia untuk
mengenalkan semangat nasionalisme kepada siswa agar menghargai jasa para pahlawan yang
telah mempertahankan wilayah Indonesia untuk mewujudkan sebuah negara kepualauan.
Kesadaran pemahaman siswa tersebut akan menghilangkan rasa kedaerahan yang muncul
dalam diri siswa sehingga siswa mengetahui bahwa seluruh wilayah di Indonesia ini
merupakan satu kesatuan yang dapat memperkuat semangat nasionalisme. Wawasan nusantara
juga membahas tentang kondisi sosial budaya masyarakat, dengan ini maka para generasi
milenial dapat mengetahui keanekaragaman yang ada di Indonesia. Keanekaragaman ini
bagaikan dua ujung tombak, maksudnya bisa memberikan dampak positif maupun dampak
negatif.
Dampak positif keanekaragaman ini dapat menumbuhkan rasa toleransi antarmasyarakat
sehingga dapat hidup berdampingan dalam sehari-hari, dapat memunculkan kemajuan dan
perkembangan masyarakat dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, memunculkan
identitas persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan
diantaranya dapat menyebabkan konflik dalam masyarakat, memunculkan sikap
primordialisme dan fanatisme berlebihan. Untuk itu diperlukan pemahaman akan wawasan
nusantara untuk mencegah terjadinya dampak negatif yang ditimbulkan oleh keanekaragaman
sosial budaya. Dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diatasi dengan pemahaman wawasan
nusantara karena wawasan nusantara berperan sebagai alat pemersatu bangsa. Peran wawasan
nusantara yaitu sebagai sebagai motivasi, prinsip serta arah dalam membuat kebijaksanaan,
keputusan atau hasil akhir, tindakan yang akan dilakukan, dan perbuatan bagi penyelenggara
negara di tingkat pusat dan maupun daerah bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Penutup
A. Kesimpulan

Wawasan Nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi yang


sama bagi seluruh warga Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan friksi-
friksi antar kelompok dalam konteks sosiologis, politis, serta demokrasi dianggap sebagai hal
yang wajar dan sah-sah saja. Hal tersebut justru diharapkan dapat menghasilkan masyarakat
yang dinamis, kreatif, dan sinergis untuk saling menyesuaikan menuju integrasi. Suatu
pantangan yang harus dihindari adalah perbuatan dan tindakan yang melanggar norma-
norma etika, moral, nilai agama, atau tindakan anarkis menuju ke arah disintegrasi
bangsa.
Dengan persepsi yang sama diharapkan dapat membawa bangsa menuju kesepahaman
dan kese-hatian dalam mewujudkan cita-cita nasional. Suatu persepsi atau pandangan yang
berbeda-beda dalam mencapai tujuan bersama akan merugikan kesatuan, kebersamaan, dan
keserasian, sehingga menimbulkan gejolak sosial yang dapat merugikan bangsa secara
keseluruhan. Pembinaan dan sosialisasi wawasan Nusantara sangat penting bagi warga
negara Indonesia karena dapat menghasilkan ketahanan nasional. Daya tahan yang kuat bagi
suatu bangsa dan kerja sama yang sinergis di berbagai bidang yang diusahakan secara
terus-menerus dapat menghasilkan integrasi nasional yang utuh dan menyeluruh.
Wawasan nusantara merupakan sudut pandang suatu bangsa mengenai diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan kondisi
keberadaan dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.
Faktor-faktor yang memengaruhi memudarnya pemahaman wawasan nusantara dan rasa
nasionalisme adanya disebabkan baik faktor internal maupun faktor eksternal dimana
nasionalisme ini menurun karena adanya beberapa faktor yang menghambat untuk
mewujudkan nasionalisme diantaranya karena penyelenggara negara dan masyarakat kurang
memahami apa itu konsep kedaulatan negara kita sebagai negara kepulauan, adanya budaya
egosentrisme, etnonasionalisme, dan pemahaman konsep untuk mengimpelementasikan
otonomi daerah yang sempit yang memunculkan sikap etnosentrisme pada masyarakat lokal.
Penerapan ke masyarakat mengenai wawasan nusantara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dapat dilakukan baik melaluiXpendidikan formal maupun
pendidikan nonformal dengan mengenalkan keberadaan negara kita sebagai Negara Kepulauan
yang berdaulat sehingga kita sebagai masyarakat bangsa Indonesia dapat menghadapi ancaman
dan tantangan yang datang baik dari dalam maupun dari luar.

B. Saran
Hilangnya wawasan akan arti dan hakikat bangsa Indonesia akan menimbulkan arah
dan perpecahan. Pentingnya wawasan nusantara untuk menciptakan kehidupan yang lebih
baik dan harmonis bagi semua Rakyat Indonesia, maka akan terwujudnya cita-cita
bangsa Indonesia bersama. Pentingnya mensosialisasikan pemahaman tentang masa depan
nusantara agar setiap warga negara Indonesia dapat memahami artinya berwawasan
nusantara dan berpartisipasi dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Adapaun
cara meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan melalui wawasan nusantara. Dengan cara
meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong royong dan negoisasi. Meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia dalam segala aspek kehidupan. Terus meningkatkan
kesadaran akan wawasan nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

Basrie, C. (2002). Pemantapan Wawasan Nusantara Menuju Ketahanan Nasional.


Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Kirschenbaum. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth
Settings. Allys & Bacon.

Piaris, J. (1988). Strategi Kelautan dalam Perspektif Pembangunan Nasional. Jakarta:


Penerbit Pustaka Sinar Harapan.

Rukiyati, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta Press.

Setiawan, D., & Setiawan, F. (2014). Pendidikan Karakter dalam Perspektif


Kewarganegaraa (Larispa (ed.)).

Sumardiman, A., dkk. (1982). Wawasan Nusantara. Jakarta: Yayasan Harapan


Nusantara.

Sunarso, dkk. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press.

Utami, A. H & Wardani, W. N. 2023 Upaya Peningkatan Pemahaman Wawasan


Nusantara Sebagai Alat Pemersatu Bangsa. Yogyakarta. Vol. XII. No. 1. Hal 7-10.

Widayati, S. 2020. Wawasan Nusantara. Alprin, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai