Kelompok 11 Hadis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

HADIS TENTANG FILANTROPI

Dosen Pengampu:

Syaufin Nazmi, LC, MA

Program Study/ Semester :

Perbankan Syariah B / Semester IV

Disusun Oleh :

Kelompok 11

Rizky Mahvi 0503213101

Diva Ananda 0503213108

MUHAMMAD IDRIS HASIBUAN 0503202032

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


T.A. 2022/2033

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
Hidayah-nya sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul“HADIS TENTANG FILANTROPI” ini tepat pada Waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan makalah Kami ini adalah untuk Memenuhi tugas dari dosen
pada mata kuliah Hadis Ekonomi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah


Memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
Hadis tentang filantropi dengan Bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang telah memberikan sebagian
pengetahuannya sehingga kami Dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami sebagai penulis menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
Dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
Nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 07 Maret 2023

Pemakalah
DAFTAR ISI

PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

PENDAHULUAN ...............................................................................................iv

A.Latar Belakang .....................................................................................iv

B.Rumusan Masalah ................................................................................iv

C.Tujuan...................................................................................................iv

PEMBAHASAN...................................................................................................1

A.Filantropi Dalam Tradisi Islam.............................................................1

B.Bentuk-Bentuk Filantropi Dalam Islam................................................2

C.Hadis tentang filantropi.........................................................................3

PENUTUPAN......................................................................................................5

Kesimpulan .............................................................................................5

Saran .......................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................6
BAB I

PENDAHULUAN

Filantropi dalam Islam mengarah kepada perlakuan Sosial kepada


masyarakat, yang memiliki peranan Penting dalam membangun, menegakkan
keadilan Serta memberikan ruang kepada masyarakat yang Membutuhkan sumber
daya yang belum terpenuhi Dalam pemenuhan kebutuhannya. Praktik filantropi
Dalam Islam berupa zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF). Di samping itu,
filantropi Islam telah Memberikan kontribusi penting dalam pemberdayaan
Ekonomi masyarakat secara luas di tengah terjadinya

Dalam mengatasi problematika yang muncul di masyarakat yalni,


Kemiskinan, Lingkungan yang buruk, korupsi, ketimpangan sosial, minimnya
taraf hidup masyarakat. Filantropi sangat berperan penting dalam mengatasi
problematika yang muncul di tengah masyarakat, untuk dapat mengatasi
kesenjangan sosial yang terjadi pada masyarakat.Islam menerapkan konsep
berbentuk filantropi yang telah dijelaskan dalam Al- Qur’an dan hadist, dimana
tujuannya adalah mengharapkan serta mengutamakan ridha Allah SWT serta
kegiatan filantropi islam ini bersifat sosial sebagai perwujudan kebersamaan
mahluk Allah SWT

Dalam pemberdayaan ekonomi umat, islam Berupaya meningkatkan


kesejahteraan di masyarakat. Islam menganjurkan kepada umatnya untuk
senantiasa Mempunyai sifat kedermawanan serta memiliki akhlak Yang mulia
untuk menghindari sifat yang tercela. Filantropi islam sendiri dalam prakteknya
dapat berupa kedermawanan kepada sesama umat yang berupa zakat, infak,
sedekah serta wakaf. Filantropi islam saat ini banyak dikaitkan dengan kondisi
ekonomi karena bersinggungan dengan kondisi sosial. Bentuk pratek dari
filantropi islam adalah zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu Filantropi Dalam Tradisi Islam?


2. Apa Itu Bentuk-bentuk filantropi Dalam Islam
3. Apa Hadis filantropi?

C. Tujuan

1. Mengetahui Filantropi Dalam Tradisi Islam.


2. Mengetahui bentuk bentuk filantropi Dalam Islam.
3. Mengetahui Hadis filantropi l.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Filantropi Dalam Tradisi Islam

Filantropi Dalam Tradisi “filantropi” merupakan istilah baru dalam


Islam, Namun demikian belakangan ini sejumlah istilah Arab Digunakan sebagai
padanannya. Filantropi kadang-kadang Disamakan dengan al-„ata‟ al-ijtima‟i
yang artinya pemberian Sosial, al-takaful al-insani yang artinya solidaritas
kemanusiaan„ata‟ khayri yang artinya pemberian untuk kebaikan, atau Sadaqah
yang artinya sedekah (Ibrahim, 2008: 11).

Istilah sadaqah Sudah dikenal dalam Islam, tetapi istilah filantropi Islam
Merupakan pengadopsian kata pada masa sekarang.Kata filantropi berasal dari
kata Yunani, yaitu dari kata Philo yang artinya cinta dan anthrophos yang artinya
manusia (Sulek, 2010: 386). Filantropi itu sendiri lebih dekat maknanya Dengan
charity, kata yang berasal dari Bahasa Latin (caritas) yang artinya cinta tak
bersyarat (unconditioned love). Namun, sebenarnya terdapat perbedaan antara
kedua istilah tersebut, charity cenderung mengacu pada pemberian jangka pendek,
sedangkan filantropi lebih bersifat jangka panjang (Anheier dan List, 2005: 196,
Anderson, 2007: 26).

Makna filantropi di atas telah melahirkan beragam definisi. Filantropi


diartikan sebagai tindakan sukarela personal yang didorong kecenderungan untuk
menegakkan kemaslahatan umum (Friedman dan McGarvie, 2003: 37), atau
perbuatan sukarela untuk kemaslahatan umum (Payton dan Moody, 2008: 6).
Filantropi juga diartikan sebagai sumbangan baik materi maupun non materi
untuk mendukung sebuah kegiatan yang bersifat sosial tanpa balas jasa bagi
pemberinya (Anheier dan List, 2005: 196). Definisi di atas menunjukkan bahwa
tujuan umum yang mendasari setiap definisi filantropi adalah cinta yang
diwujudkan dalam bentuk solidaritas sesama manusia (Sulek, 2010: 395).

Praktik filantropi telah ada sebelum Islam seiring Dengan


berkembangnya wacana keadilan social (Rahardjo, 2003: 34). Filantropi juga
bukan merupakan tradisi yang baru Dikenal pada masa modern, sebab kepedulian
seseorang Terhadap sesame manusia juga ditemukan pada zaman kuno (Young,
2000: 149-172).

B. Bentuk-Bentuk Filantropi Dalam Islam

Islam mengenal dua dimensi utama hubungan, yaitu Hubungan manusia


dengan Allah, dan hubungan manusia Dengan manusia (Alhasbi dan Ghazali,
1994: 7-22). Tujuan dari Kedua hubungan ini adalah keselarasan dan kemantapan
Hubungan dengan Allah SWT, dan sesama manusia termasuk Dirinya sendiri dan
lingkungan. Inilah aqidah atau keyakinan Dan wasilah (jalan) untuk mencapai
kesejahteraan baik di dunia Maupun di akhirat (Ali, 1988: 29).

Kesejahteraan tersebut, tidak hanya diperoleh melalui Hubungan dengan


tuhan semata seperti; kewajiban shalat, Puasa, dan haji, melainkan juga harus
dibarengi dengan Hubungan yang berdimensi sosial seperti kewajiban
Menngeluarkan zakat. Zakat termasuk infak dan sedekah berfungsi untuk
menjembatani dan mempererat hubungan sesama manusia terutama hubungan
antara kelompok yang kuat dengan yang lemah (Bremer, 2004: 1-26)

a. Zakat

Zakat merupakan komponen utama kebijakan fiskal Dalam ekonomi


Islam. Dana zakat merupakan sumber pertama Dan terpenting dari penerimaan
negara, pada awal Pemerintahan Islam (Shaikh, 2010: 1-18). Pada beberapa ayat
Al-Quran zakat beberapa kali di sejajarkan dengan kewajiban Shalat. Hal ini
memang tidak diherankan karena zakat pun Menjadi salah satu dari lima perkara
yang harus dilakukan oleh Seorang muslim, dimana Nabi Muhammad Saw.,
bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Ilah Yang
berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad Utusan Allah, menegakkan
shalat, menunaikan zakat, Melaksanakan haji, dan puasa Ramadhan.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

Konsep zakat secara mendasar tidak mengalami Perubahan yang


signifikan dari waktu ke waktu. Hal yang Membedakan hanyalah masalah
operasional penghimpunan Dan pemberdayaan dana zakat, karena konsep fikih
zakat Menyebutkan bahwa sistem zakat berusaha untuk Mempertemukan pihak
surplus muslim dengan pihak defisit Muslim. Hal ini dengan harapan terjadi
proyeksi pemerataan Pendapatan antara surplus dan defisit muslim atau bahkan
Menjadikan kelompok yang defisit (mustahik) menjadi surplus (muzakki)
(Nasution dan Wibisono, 2005: 48).

Perkembangan kajian dan pembahasan tentang zakat di Indonesia telah


memasuki babak baru pasca disahkannya Undang-Undang nomor 38 tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat. Dalam Undang-Undang tersebut, zakat didefinisikan
Sebagai harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau Badan yang
dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan Ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak Menerimanya.Zakat adalah bagian dari harta dengan
persyaratan Tertentu, yang Allah Swt. Mewajibkan kepada pemiliknya, Untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan Persyaratan tertentu pula.
Dengan pemahaman ini, zakat dapat dikategorikan sebagai ibadah maaliyah
ijtima‟iyyah, artinya ibadah di bidang harta yang memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam membangun masyarakat (Syafei, 2015: 155-164).

b. Infak

Secara bahasa, kata infak berarti hal menafkahkan, Membelanjakan, dan


berarti pula mengeluarkan sesuatu (harta) Untuk kepentingan sesuatu. Sedang kan
menurut terminologi Syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian harta untuk
suatu Kebaikan yang diperintahkan Allah SWT (Djuanda, dkk., 2006: 11). Atau
infak adalah pengeluaran suka rela yang dilakukan Seseorang, setiap kali kita
memperoleh rizki, sebanyak yang ia Kehendakinya sendiri. Infak berarti
memberikan harta dengan Tanpa konpensasi apapun (Bremer, 2004: 1-26) .
Perintah wajib menginfakkan kelebihan harta tercantum Setelah anjuran
beriman kepada Allah. “(Yaitu) mereka yang Beriman kepada yang gaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan Sebagian rizki yang Kami anugrahkan
kepada mereka.” (Q.S. AlBaqarah: 3). Menurut Yusuf Qardhawi, Al-Qur‟an
menetapkan Infak berupa sebagian dari rizki Allah, maksudnya yang Dinafkahkan
itu hanya sebagian, sedangkan sebagian lagi Ditabungkan dan dikembangkan
untuk kegiatan produktif (Faizal, Ridhwan, dan Kalsom, 2013: 191-196).

c. Sedekah

Kata sedekah berasal dari bahasa arab yaitu shadaqa, Artinya benar,
menurut terminologi syariah, pengertian Sedekah sama dengan pengertian infak,
termasuk juga hukum Dan ketentuannya, penekanan infak berkaitan dengan
materi, Sedangkan sedekah memiliki arti lebih luas menyangkut hal Yang bersifat
non-materi (Kato, 2014: 90-105). Sedekah juga Diartikan sebagai pemberian
seseorang secara ikhlas, kepada Yang berhak menerimanya yang diiringi oleh
pemberian pahala Dari Allah (Makhrus dan Utami, 2015: 175-184).

Islam memperbolehkan adanya kepemilikan pribadi, Sehingga secara


fitrah terdapat individu-individu yang Berinisiatif untuk memperoleh kekayaan
sebanyak banyaknya. Karena Al-Qur‟an mendorong semua orang untuk berusaha
Mencari kekayaan untuk dirinya sendiri. Akan tetapi perlu Untuk diakui adanya
seseorang lebih kaya dari yang lainnya. Allah berfirman: “Dan Allah Melebihkan
sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam Hal rizki, …” (Q.S. An-Nahl: 71).

Islam tidaklah menetapkan seberapa besar harta yang Disedekahkan,


namun mendidik manusia untuk mengeluarkan Harta dalam bersedekah dan
berinfak baik dikala susah Ataupun senang, siang ataupun malam, dan secara
sembunyisembunyi ataupun terang-terangan sesuai dengan kemampuan. Jika
manusia enggan berinfak atau bersedekah, maka sama Halnya dengan
menjatuhkan diri pada kebinasaan.“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan
Allah, dan Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam Kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah Menyukai orang-orang yang berbuat
baik.” (Q.S. AlBaqarah:195).
C. Hadis tentang filantropi
Semangat filantropi dalam Islam dapat ditemukan dalam sejumlah ayat al-Quran
dan hadits nabi yang menganjurkan umatnya agar berderma
QS. Al-Baqarah ayat 215

‌ؕ‫َي ۡســ َٔـ ُل ۡو َن َك َما َذا ُي ۡن ِف ُق ۡو َن ؕ  ُق ۡل َم ٓا َا ۡن َف ۡق ُت ۡم ِّم ۡن َخۡي ٍر َف ِل ۡل َوا ِل َد ۡي ِن َوا ۡل َا ۡق َر ِبۡي َن َوا ۡل َي ٰت ٰمى َوا ۡل َم ٰس ِكۡي ِن َوا ۡب ِن ال َّس ِب ۡي ِل‬
‫َو َما َت ۡف َع ُل ۡوا ِم ۡن َخۡي ٍر َف ِا َّن ال ّٰل َه ِب ٖه َع ِلۡي ٌم‬

Artinya; Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus


mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya
diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.

Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa Amir bin al-Jamuh al-Ansari, orang yang telah
lanjut usia dan mempunyai banyak harta, bertanya kepada Rasulullah saw, “Harta
apakah yang sebaiknya saya nafkahkan dan kepada siapa nafkah itu saya
berikan?” Sebagai jawaban, turunlah ayat ini. Nafkah yang dimaksud dalam ayat
ini, ialah nafkah sunah, yaitu sedekah, bukan nafkah wajib seperti zakat dan lain-
lain.

Ayat ini mengajarkan bahwa apa saja yang dinafkahkan, banyak ataupun sedikit
pahalanya adalah untuk orang yang menafkahkan itu dan tercatat di sisi Allah swt
sebagai amal saleh sebagaimana
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Istilah filantropi merupakan hal baru dalam Islam, meskipun demikian praktik
filantropi sebenarnya telah dipraktikan jauh sebelum istilah filantropi itu sendiri
muncul. Berbagai bentuk filantropi diajarkan dalam Islam seperti; zakat, infak dan
sedekah. Sebagai Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, potensi
zakat, infak dan sedekah di Indonesia sangatlah besar. Besarnya potensi zakat
nasional telah banyak diungkap oleh berbagai penelitian.

Saran

Penulis menyadari banyaknya kekurangan pada tulisan ini, namun


Penulis tetap Berharap semoga ada manfaat bagi para pembacanya sehingga bisa
menambah wawasan kita. Penulis juga sangat mengharapkan kritikan yang
bersifat membangun dari para pembaca Untuk menjadi perbaikan di tulisan-
tulisan berikutnya.
Daftar pustaka

A. G. Perikhanian. 1986. “Iranian Society and Law”, dalam


Cambridge History of Iran, Cambridge: Cambridge University Press.

Mazrul Shahir Md Zuki, “Waqf and Its Role in Socio-Economic


Development”, International Journal of Islamic Finance,Vol. 4, Issue 2,
(ISRA, 2012).
Jennifer Bremer, “Zakat and Economic Justice: Emerging
International Models and their Relevance for Egypt”, Third Annual
Conference on Arab Philanthropy and Civic Engagement June 4-6,
(Department of Public Policy and Administration American University in
Cairo, 2013).

Anda mungkin juga menyukai