Makala H
Makala H
Makala H
(Filantropi Islam)
Disusun
OLEH
KELOMPOK 1
Aida Khairani Lubis
Hamidah Siregar
Merlinda Sundri
Ridhotul Mukhlis
Ningsih
M.Irzan Fikri Dalimunte
Tim Penulis
DAFTAR ISI
1
Yusuf, Dalam Pangkuan Sunnah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2013. Hlm.284-285
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Filantropi?
2. Apa PengertianFilantropi Islam?
3. Bagaimana sejarah Filantropi Islam ?
4. Apa saja yang termasuk kedalam kelembagaan Filantropi?
5. Hadis apa yang membahas tentang Filantropi Islam?
6. Apa saja ruang lingkup Filantropi Islam ?
7. Apa Manfaat dan Hikmah Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf?
2
Isnaini dkk, Hadis-Hadis Ekonomi, Prenadamedia Group, Medan:2015, hlm 207-208
untuk mempromosikan keadilan social dan maslahat bagi masyarakat umum . Dalam
ajaran Islam , wacana filantropi sesungguhnya sudah ada dan melekat dalam system
teologi yang dimilikinya dan telah dipraktekan sejak dahulu dalam bentuk zakat , wakaf
, dan sebagainya . Khusus di Indonesia , praktik-praktik tersebut masih berlangsung
secara konvensional , yaitu melalui hubungan perseorangna yang disalurkan secara
langsung , sehingga kegiatan karitas lebih banyak bersifat konsumtif ketimbang
produktif . Pada gilirannya , hal itu tidak mampu mencapai keadilan social sebagaimana
tujuan akhir dari Filantropi Islam itu sendiri .
Secara factual, selama ini usaha-usaha Filantropis yang dilakukan oleh
pemerintah organisasi social Islam, LSM dan sebagainya, seperti Domper Dhu’afa, LA
ZIZ Muhammadiyah, Yayasan Dana Sosial, Yayasan Daarut Tauhid , Yayasan Sosial
Ummul Quro’ , Baitul Mal , Rumah Zakat , Bank Mu’amalat , dll. Terbukti telah
berhasil menghasilkan dana sebesar 31.7 milliar dalam setahun . Maka , apabila segi-
segi dan mutu organisasional praktik filantropi islam ditingkatkan , maka bukan
mustahil upaya ini dapat menjadi kekuatan potensial untuk membangun masyarakat
Indonesia yang potensial untuk membangun masyarakat Indonesia yang sejahtera .3
3
http://nurarifah22.blogspot.co.id/2016/01/makalah-pengantar-studi-islam.html
Kita juga dapat belajar tentang filantropi Islam ini dari Universitas Al-Azhar,
Mesir. Al-Azhar adalah sebuah lembaga pendidikan yang amat kaya. Hal itu dapat
dilihat dari harta wakafnya dan juga hasil-hasil usaha lainnya. Aset Al-Azhar amat
melimpah, hal itu belum termasuk ZIS (zakat, infak, sedekah), yang terjadi sampai
tahun 1961. Pemerintah Mesir kala itu juga amat segan dengan eksistensi Al-Azhar.
Namun demikian, Presiden Mesir saat itu, Gamal Abdul Nasser, tampaknya sangat
menyadari kekuatan baru yang tersembunyi di Al-Azhar. Ia kemudian melakukan
nasionalisasi secara paksa atas seluruh harta wakaf Al-Azhar. Selanjutnya Al-Azhar
dijadikan bagian dari struktur negara; Syaikh Al-Azhar diangkat sebagai pejabat
setingkat perdana menteri dan digaji oleh negara. Akhirnya masyarakat menilai bahwa
Al-Azhar tidak lagi menjadi lembaga independen atau menjadi kekuatan penyeimbang
kekuasaan. Sampai sekarang, dibawah pemerintahan Husni Mubarak, Al-Azhar
dikooptasi dan menjadi bagian negara. Di Indonesia sendiri, filantropi ini mulai
menguat dalam berbagai bentuknya kira-kira pada abad ke-19 M. Hal itu ditandai oleh
pertumbuhan madrasah-madrasah, termasuk dengan pertumbuhan pesantren-pesantren.
Pada abad ke-20 M., sekolah-sekolah Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU),
dan sejenisnya, sangat terkait dengan philantrophism tersebut, colonial Pasca
kemerdekaan, nature ini tetap bertahan. Lembaga-lembaga pendidikan Islam maupun
masjid-masjid mampu mengurus diri mereka sendiri. Untuk kasus aktivitas masjid
misalnya, jika dibandingkan dengan Malaysia, maka terdapat perbedaan yang amat
mencolok. Di Malaysia, institusi rumah ibadah amat tergantung dengan pemerintah.
Konsekuensinya, para pengurus masjid maupun khatib menjadi tidak independen.
Seorang khatib tidak dapat berkhutbah kecuali dengan teks yang telah disiapkan dari
kantor Perdana Menteri. Di Indonesia hal itu tidak terjadi, salah satunya karena
Departemen Agama tidak cukup mempunyai wibawa untuk menyiapkan semua itu.4
Pada tahun 90-an, eksistensi filantropi di Indonesia terlihat semakin membaik.
Hal tersebut terlihat tidak saja pada pendirian masjid, pesantren, maupun madrasah, tapi
juga penyaluran beasiswa untuk para penuntut ilmu. Tentu saja hal ini merupakan
fenomena yang menggembirakan dibanding dengan yang terjadi di Timur Tengah. Jika
ada orang kaya Arab yang ingin menyumbangkan uangnya, kebanyakan mereka
memilih membangun masjid ketimbang memberikan uangnya untuk berbagai ragam
4
http://sulisrieny.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-filantrophi.html
penelitian ilmiah dan pembiayaan pendidikan mahasiswa. Padahal untuk konteks
Indonesia, pemberian beasiswa jauh lebih signifikan dibanding dengan membangun
masjid. Mengingat di Indonesia sudah banyak masjid, itupun tidak sedikit yang kosong.
Apalagi di benak sebagian besar umat Islam tersimpan keyakinan bahwa orang yang
membangun masjid akan pula dibangunkan untuknya rumah di surga kelak.
Karenanya, berbagai bentuk terobosan baru di dalam filantropi Islam dalam
rangka merealisir keadilan sosial perlu ditingkatkan. Filantropi itu diharapkan tidak saja
memberikan terobosan-terobosan baru dalam bentuk kelembagaannya, tetapi dalam
ranah interpretasi doktrinalnya. Hal itu tentu saja akan menjadi sebuah landasan
normatif baru yang mengarah pada kemakmuran secara luas. Akibatnya seorang
penderma merasa senang dan nyaman, sementara pihak-pihak yang layak dibantu
mendapatkan hak-haknya. Karena itu, eksistensi filantropi Islam ini sangat menantang,
kaitannya tidak hanya pada kemakmuran material, tapi juga pencerdasan masyarakat
melalui beragam beasiswa bagi para peserta didik di setiap level pendidikan. Allahu
a’lam.5
5
http://nurarifah22.blogspot.co.id/2016/01/makalah-pengantar-studi-islam.html
Kelembagaan filantropi islam di Indonesia
Filantropi islam telah mengakar dalam praktik masyarakat islam di Indonesia
sejak lama. Zakat, yang menjadi focus utama kajian di sini, adalah suatu kegiatan
keagamaan yang nilai dan praktiknya setua masuknya islam di nusantara. Secara
sepesifik, masyarakat muslim telah mempraktikan zakat sejak abad ke 13 masehi (
Amelia fauzia dan Ari hermawan, 2003 ; 159-162) bahkan menurut Daud ali
masyarakat islam di nusantara telah menggunakan zakat sebagai sumber dana untuk
menggembangkan ajaran islam, dan juga melawan penjajah. K.H Ahmad dahlan pada
awal abad ke 20 yang mengusulkan perlunya di bentuk pengelolaan zakat secara
terlembaga. Karenanya, fenomena kelembagaan filantropi islam melalui organisasi
modern di Indonesia adalah fenomena baru.
َحدّثَّنَا: قَا لُوا.س ِع ْيدٍ) َواب ُْن ُح ُج ٍر َ حدّثنا َي ْح َيى ب ُْن أَي ُّْو
َ ب َو قُت َ ْي َبةُ ( َي ْع ِني اب ُْن
س ْو َل ُ َع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ ؛ أ َ َّن َر، َع ْن أ َ ِب ْي ِه، ِإ ْس َما ِع ْي ُل ( ُه َو اب ُْن َج ْعفَ ٍر) َع ِن ْال َعالَ ِء
ع ْنهُ َع َملُهُ ِإالَّ ِم ْن ثَالَث َ ٍة
َ ط َع َ َان ا ْنق
ُ س َ اال ْن
ِ اتَ سلَم قَا َل < ِإذَا َم َ صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ِهللا
> ُعو لَه َ أ َ ْو َولَ ٍد. أ َ ْو ِعل ٍٍم يُ ْنت َفَ ُع بِ ِه.ٍاريَة
ُ صا ِلحٍ يَ ْد َ ِإالَّ ِم ْن:
ِ صدَقَ ٍة َج
“ Yahya bin Ayyub dan Qutaibah, yaitu Ibnu Sa’id dan Ibnu Hujur berkata kepada
kami. Mereka berkata: berkata kepada kami Isma’il tentang ‘ala, tentang ayahnya,
tentang abi Huraira; sesungguhnya rasulullah saw berkata: “Apabila anak Adam
meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga (macam), yaitu
sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang
mendoakannya”. (HR Muslim)6
Dari Abu Zar r.a katanya: “ Pada suatu petang, saya berjalan bersama-sama
Rasulullah saw di luar kota Madinah; sambil kami mengarahkan pandangan ke gunung
Uhud, beliau berkata: “Hai Abu ZAr”: Ya, jawabku. Rasulullah saw pun menyambung
6
“صحيح مسلم “ االمام أبي زكريا يحيى بن النّورDaru Fikri, Dimisko, 2004 hlm 71
perkataannya sambil beliau menuju ke gunung Uhud itu. Beliau berkata, Saya tidak
senang jika sekiranya saya memiliki Emas sebesar Gunung Uhud itu, sebelum aku
selesaikan pembagiannya kepada yang berhajat sebelumnya, kecuali sedinar yang akan
aku sediakan untuk membayar utang, maka sambil berkata beliau merauf ke depan,
kekanan dan kekiri seolah-olah meragukan cara pembagiannya. Kemudian beliau
berkata pula: Bahwa para hartawan itu pada hari kiamat kelak akan menjadi melarat
kecuali yang berbuat semacam ini (sambil merauf-rauf seperti itu). 7
7
H.A Razak dan H Rais Lathief “ terjemahan hadis Shahih Muslim” , Pustaka Al Husna, Jakarta, 1988
cet III hlm 37-38
jika seorang demang, memang harus memberikan upetinya kepada raja, maka manusia
juga memberikan upetinya kepada Tuhan melalui zakat.
Sejatinya pemberian harta kepada orang yang membutuhkan bukalah hanya
sekedar manifestasi keimanan seseorang kepada Tuhannya atau lebih disebabkan oleh
ketakutan terhadap ancaman hukuman, melainkan satu bentuk komitmen sosial seorang
muslim lainnya.
Pemberian itu hendaknya didasarkan rasa cinta yang tulus kepada sesama
manusia. Dengan demikian, pembayaran zakat, juga sedekah dan infaq tidak lagi
semata-mata sebatas kewajiban seorang muslim untuk mengeluarkan hartanya dalam
kerangka mendapat perkenaan (ridho) Allah saja, melainkan juga dipahami sebagai
bentuk komitmen terhadap sesame manusia. Singkatnya, ZISWAF dalam Islam bukan
hanya mengandung dimensi etis teologis tetaapi juga sosial ekonomi.
ZISWAF sebagai bentuk filantropi Islam, jika dikembalikan kepada makna
asalnya dipastikan dapat mendatangkan sumber dana yang besar. Syaratnya paradigm
yang mendasarinya harus digeser. Selam ini infaq dan sedekah diapahami sekedar
pemberian karitatif yang ala kadarnya. Sehingga, infaq dan sedekah seringkali tidak
dipersiapkan dengan matang karena dianggap bukan pemberian yang sungguh-sungguh.
Untuk membuktikannya, kita bisa melihat bagaimana isi kotak-kotakinfaq
seperti hari Jum’at. Di dalam kotak infaq itu, ditemukan recehan uang kalaupun ada
yang besar paling satu dua harga sepuluh atau dua puluh ribu. Contoh berikutnya,
pengahasilan yang di dapat pengemis yang telah kehilangan satu kainya. Mereka tidak
lebih mendapatkan kumpulan recehan, kalaupun ada yang besar, paling-paling seribu
rupiah. Lagi-lagi ada paradigm yang salah, karena infaq itu hukumnya sunnah, boleh
dilakukan dan juga tida ada cela jika ditinggalkan.
Perubahan paradigm yang dimaksud ZISWAF sebagai bentuk filantropi Islam
yang diimplementasikan dalam bentuk kepedulian dan kecintaan kepada sesama
manusia. Sejatinya, ia tidak lagi dibelenggu oleh konsep-konsep hukum yang kaku,
melainkan ia menjadi sesuatu yang bebas dan hanya diikat oleh komitmen kemanusiaan.
Bedanya adalah jika filantropi yang berkembang di Barat semata-mata
didasarkan humanism universal. Sedangkan filantropi Islam didasari semangat berbakti
kepada Allah dan berempati kepada manusia. Lepas dari itu adalah penting bagi kita
untuk membudayakan semangat filantropi Islam dan tidak memposisikannya hanya
sebagai aktivitas yang sporadic dan temporer.8
a. Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai berbagai arti yaitu al-barakatu
“ keberkahan”, al-namaa “pertumbuhan dan perkembangan”, ath-thaharatu “ kesucian”
dan ash shalahu “keberesan”. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama
mengemukakan nya dengan redaksinya agak berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, akan tetapi prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat itu adalah bagian dari harta
dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkannya kepada pemiliknya, untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan pengertian
menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya
akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan beres (baik), hal ini
sebagaimana dinyatakan dalam surah At-Taubah: 103 dan surah Ar-Ruum:39.9
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta mengandung hikmah dan manfaat yang
demikian besar dan mulia, penerimanya (mustahik), harta yang dikeluarkan zakatnya,
maupun bagi masyarakat keseluruhan.10
8
Azhari Akmal Tarigan “Etika dan Spiritualitas Bisnis” Febi Press, Medan,2016 cet III hlm 257-260
9
Infak adalah menyerahkan harta untuk kebajikan yang diperintahkan Allah SWT. Sedekah adalah
sesuatu yang diberikan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hak salah satu artinya
adalah ketetapan yang bersifat pasti. Lihat Majma’ Laughah Al-‘Arabiyyah.
10
Hafidhuddin, Didin, Zakat dalam perekonomian modern, Jakarta: Gema Insani, 2006, hlm.7-9
b. Infaq
Infak (bahasa Arabnya: infâq), maknanya lebih umum. Infak berarti
‘membelanjakan harta, uang, ataupun ben uk kekayaan yang lain, yang bersifat wajib
maupun yang bukan wajib’.Infak dari akar kata : Nafaqa (Nun, Fa’, dan Qaf), yang
mempunyai arti keluar. Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang
mempunyai arti orang yang keluar dari ajaran Islam. Kata (infaq), yang huruf akhirnya
mes inya “Qaf”, oleh orang Indonesia dirubah menjadi huruf “ Kaf ”, sehingga menjadi
(infak).Maka, Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu
kepentingan yang baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan firman Allah
yang menyebutkan bahwa orang-orang kafirpun meng "infak" kan harta mereka untuk
menghalangi jalan Allah :“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta
mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam
Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (Qs. Al Anfal : 36)11
Sedangkan Infak secara istilah adalah : Mengeluarkan sebagian harta untuk
sesua tu kepentingan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala, seperti
menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga.12
c. Shadaqoh
Sedekah“ secara bahasa berasal dari akar kata (shodaqa) yang terdiri dari tiga huruf
: Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang benar atau jujur. Kemudian orang Indonesia merubahnya
menjadi Sedekah.
Sedekah bisa diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti kejujuran atau kebenaran
iman seseorang. Maka Rasulullah menyebut sedekah sebagai burhan (bukti), sebagaimana
sabdanya :
Dari Abu Malik Al harits Bin Ashim Al as'ariy ra.. ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: "Suci adalah sebagian dari iman, membaca alhamdulillah dapat memenuhi timbangan,
Subhanallah dan Alhamdulillah dapat memenuhi semua yang ada diantara langit dan bumi, salat
adalah cahaya, sedekah itu adalah bukti iman, sabar adalah pelita dan AlQuran untuk berhujjah
terhadap yang kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu
11
Qs. Al Anfal : 36
12
http://nurhayrahastutiarman.blogspot.co.id/2014/12/normal-0-false-false-false-in-zh-cn-x.html
pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang
membinasakan dirinya.” (HR. Muslim).
Sedekah bisa diartikan juga dengan mengeluarkan harta yang tidak wajib di jalan Allah.
Tetapi kadang diartikan sebagai bantuan yang non materi, atau ibadah-ibadah fisik non materi,
seperti menolong orang lain dengan tenaga dan pikirannya, mengajarkan ilmu, bertasbih,
berdzikir, bahkan melakukan hubungan suami istri, disebut juga sedekah. Ini sesuai dengan
hadits :
Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu : Sesungguhnya sebagian dari para sahabat berkata
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak
mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa
sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka”. Nabi
bersabda : “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah?
Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah shadaqah, tiap-tiap
tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran
adalah shadaqah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah
shadaqah“. Mereka bertanya : “ Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami
memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
menjawab : “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia
berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat
pahala”. (HR. Muslim).13
d. Wakaf
Ditinjau dari segi bahasa wakaf berarti menahan. Sedangkan menurut istilah
syara’, ialah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk diambil manfaatnya
untuk kebaikan dan kemajuanIslam. Menahan suatu benda yang kekal zatnya, artinya
tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak pula diwariskan, tetapi hanya disedekahkan
untuk diambil manfaatnya saja.
Wakaf itu termasuk salah satu diantara macam pemberian, akan tetapi hanya
boleh diambil manfaatnya, dan bendanya harus tetap utuh. Oleh karena itu, harta yang
layak untuk diwakafkan adalah harta yang tidak habis dipakai dan umumnya tidak dapat
dipindahkan, mislanya tanah, bangunan dan sejenisnya. Utamanya untuk kepentingan
13
http://sriramadan.blogspot.co.id/2014/12/makalah-zakat-infaq-sedekah-dan-wakaf.html
umum, misalnya untuk masjid, mushala, pondok pesantren, panti asuhan, jalan umum,
dan sebagainya.
Hukum wakaf sama dengan amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya maka
berwakaf bukan sekedar berderma (sedekah) biasa, tetapi lebih besar pahala dan
manfaatnya terhadap orang yang berwakaf. Pahala yang diterima mengalir terus
menerus selama barang atau benda yang diwakafkan itu masih berguna dan bermanfaat.
Ditinjau dari kekuatan hukum yang dimiliki, ajaran wakaf merupakan ajaran yang
bersifat anjuran (sunnah), namun kekuatan yang dimiliki susungguhnya begitu besar
sebagai tonggak menjalankan roda kesejahteraan masyarakat banyak. Sehingga dengan
demikian ajaran wakaf masuk dalam wilayah ijtihad, dengan sendirinya menjadi
pendukung non menajerial yang bisa dikembangkan pengelolaannya secara
optimal.14Hukum wakaf adalah sunah. Ditegaskan dalam hadits:
ِ ص َدقَ ٍة ج
)َاريَ ٍة ا َ ْو ِع ْل ٍم يَ ْنتَفَ ُع بِ ِه اَ ْو َولَ ِد صَا ِلحٍ يَ ْدع ُْولَهُ (رواه مسلم َ اِذَا َماتَ ا ْبنَ ا َد َم اِ ْنقَ َط َع
ٍ َع َملُهُ اِالَّ ِم ْن ثَال
َ :ث
Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya,
kecuali tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang
dimanfaatkan, atu anak shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)
Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. Akan
tetapi, harta wakaf tersebut harus secara terus menerus dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umum sebagaimana maksud orang yang mewakafkan. Hadits Nabi yang
artinya: “Sesungguhnya Umar telah mendapatkan sebidang tanah diKhaibar. Umar
bertanya kepada Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah apakah perintahmu kepadaku
sehubungan dengan tanah tersebut? Beliau menjawab: Jika engkau suka tahanlah
tanah itu dan sedekahkan manfaatnya! Maka dengan petunjuk beliau itu, Umar
menyedekahkan tanahnya dengan perjanjian tidak akan dijual tanahnya, tidak
dihibahkan dan tidak pula diwariskan.” (HR Bukhari dan Muslim)15
Kemajuan praktik pengelolaan wakaf yang terjadi pada masa dinasti Umayah
dan dinasti Abbsdiyah telah mengarah kepada praktik pengelolaan wakaf modern. Hal
ini bisa menjadi inspirasi pengembangan wakaf sesuai dengan perkembangan
masyarakat.16
14
Sumuran, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007, hlm
28
15
http://sriramadan.blogspot.co.id/2014/12/makalah-zakat-infaq-sedekah-dan-wakaf.html
16
Sumuran, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007, hlm 11
Adapun macam-macam Wakaf terdiri dari :
- Wakaf Ahli
- Wakaf Khairi17
17
Sumuran, Fiqh Wakaf, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf, 2007, hlm 15-17
Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah.
1. Sarana Pembersih Jiwa.
Sebagaimana arti bahsa dari zakat adalah suci, maka seseorang yang berzakat, pada
hakekatnyameupakan buktrhadap duninya dari upyanya untuk mensucikan
diri;mensucikan diri dari sifat kikir, tamak dan dari kecintaan yang sangat terhadap
dunianya , juga mensucikan hartanya dari hak-hak orang lain (QS.:103,70:24-25)
5. Sebagai sumber dana bagi Pembangunan sarana dan prasarana yang harus
dimiliki umat islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi,
sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim.
6. Untuk memasyarkatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu buianoah
membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain
18
http://nurhayrahastutiarman.blogspot.co.id/2014/12/normal-0-false-false-false-in-zh-cn-x.html
dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah
SWT.19
19
Hafidhuddin, Didin, Zakat dalam perekonomian modern, Jakarta: Gema Insani, 2006, hlm.12-15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filantropi (bahasa Yunani: philein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia)
adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia, sehingga menyumbangkan
waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini umumnya diberikan
pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal.
Filantropi berasal dari dunia Barat yang berarti kedermawanan . Filantropi Islam
dapat diartikan sebagai pemberian karitas (charity) yang berdasarkan pada pandangan
untuk mempromosikan keadilan social dan maslahat bagi masyarakat umum .Ruang
Lingkup Filantropi Islam di Indonesia. Ruang lingkup mengandung arti luasnya subjek
yang tercakup. Ruang lingkup filantropi yang di kenal luas mencakup kegiatan Zakat,
Infaq, Shadaqoh, dan Wakaf.
DAFTAR PUSTAKA
http://nurarifah22.blogspot.co.id/2016/01/makalah-pengantar-studi-islam.html
http://sulisrieny.blogspot.co.id/2011/11/sejarah-filantrophi.html
“صحيح مسلم “ االمام أبي زكريا يحيى بن النّورDaru Fikri, Dimisko, 2004
Hafidhuddin, Didin, Zakat dalam perekonomian modern, Jakarta: Gema Insani, 2006
http://nurhayrahastutiarman.blogspot.co.id/2014/12/normal-0-false-false-false-in-zh-cn-
x.html
H.A Razak dan H Rais Lathief “ terjemahan hadis Shahih Muslim” , Pustaka Al Husna,
Jakarta, 1988