KEWIRAUSAHAAN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

KEWIRAUSAHAAN

Dosen Pengampu : Asali Lase S.Pd., M.M

UNIVERSITAS NIAS (UNIAS)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

T.P : 2023/2024
BAB 1
KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN

1. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan berasal dari kata “entrepreneurship” yang berarti perilaku dinamis, berani
mengambil risiko, reaktif, dan berkembang. Dalam Instruksi Presiden (Inpres) RI Nomor 4
Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan (GNMMK) disebutkan bahwa kewirausahaan adalah sikap, semangat,
perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah
pada upaya kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan
adalah suatu proses menangkap peluang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui
kreativitas dan inovasi dengan memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah
suatu proses menciptakan sesuatu dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal,
jasa, dan risiko, serta menerima balas jasa, kepuasan, dan kebebasan pribadi. Kewirausahaan
adalah proses kemanusiaan (human process) yang berkaitan dengan kreativitas dan inovasi
dalam memahami peluang, mengorganisasi sumber- sumber, mengelola sehingga peluang itu
terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu
yang lama. Definisi tersebut menitikberatkan kepada aspek kreativitas dan inovasi, karena
dengan sifat kreativitas dan inovasi seseorang dapat menemukan peluang.

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau


hubungan-hubungan baru antar unsur, data, dan variabel yang sudah ada sebelumnya.

 Ciri-ciri orang kreatif adalah:


a. Mandiri,
b. Terbuka terhadap yang baru,
c. Percaya diri,
d. Berani mengambil risiko,
e. Melihat sesuatu dengan tidak biasa,
f. Memiliki rasa ingin tahu yang besar,
g. Dapat menerima perbedaan, dan
h. Objektif dalam berpikir dan bertindak.

Kegiatan yang bersifat kewirausahaan misalnya:

a. Menghasilkan produk baru dengan cara baru pula,


b. Menemukan peluang pasar baru dengan menghasilkan produk baru pula,
c. Mengkombinasikan faktor-faktor produksi dengan cara baru,
d. Mendukung budaya yang mendorong eksperimen yang kreatif,
e. Mendorong perilaku eksperimen, dan lain-lain.

Terdapat beberapa karakteristik dalam pola dasar kewirausahaan, di antaranya: Sikap


mental, Kepemimpinan, Tatalaksana, dan Keterampilan.

1
2. Tujuan Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan mengajarkan dan menanamkan sikap serta perilaku untuk


membuka bisnis, agar mereka di kemudian hari menjadi wirausaha yang berbakat dan
berhasil.

Adapun tujuan kewirausahaan adalah:

a. Untuk mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan


kemajuan dan kesejahteraan masyarakat,
b. Untuk membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di
kalangan pelajar dan masyarakat yang mampu, handal, dan unggul, dan
c. Untuk meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas.

3. Pengertian wirausaha

Wirausaha berasal dari bahasa Prancis “enterpreneur”, yang berarti orang yang membeli
barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang itu
akan dijual.

Ada beberapa pengertian wirausaha menurut beberapa pandangan, di antaranya adalah:

a. Menurut pandangan pebisnis Wirausaha adalah ancaman, pesaing baru, atau juga bisa
seorang mitra, pemasok, konsumen, atau seorang yang bisa diajak bekerja sama.
b. Menurut pandangan ekonom Wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mengorganisasi faktor-faktor produksi, alam, tenaga, modal, dan keterampilan untuk
tujuan produksi.
c. Menurut pandangan psikolog Wirausaha adalah seorang yang memiliki dorongan dari
dalam untuk mencapai suatu tujuan, suka mengadakan eksperimen, atau menampilkan
kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
d. Menurut pandangan pemodal Wirausaha ialah seseorang yang menciptakan kesejahteraan
bagi orang lain yang menemukan cara-cara untuk menggunakan sumber daya,
mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat.
e. Menurut Gede Prama Wirausaha adalah orang-orang yang berani memaksa dirinya untuk
menjadi pelayan bagi orang lain.

Wirausaha merupakan pelaku dari kewirausahaan, yaitu orang yang memiliki kreativitas
dan inovatif sehingga mampu menggali dan menemukan peluang dan mewujudkan menjadi
usaha yang menghasilkan nilai atau laba. Kegiatan menemukan sampai mewujudkan peluang
menjadi usaha yang menghasilkan disebut proses kewirausahaan. Kegiatan wirausaha adalah
menciptakan barang atau jasa baru, proses produksi baru, organisasi (manajemen) baru, bahan
baku baru, pasar baru. Hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan wirausaha tersebut menciptakan nilai
atau kemampu-labaan bagi perusahaan. Kemampu-labaan menciptakan nilai tersebut karena
seorang wirausaha memiliki sifat-sifat kreatif dan inovatif. Peranan wirausaha:

a. Meningkatkan standar atau kualitas hidup manusia,


b. Sebagai motor penggerak dalam pembangunan nasional,
c. Menciptakan lapangan kerja baru yang dapat mengatasi pengangguran.

2
Kegiatan menemukan sampai mewujudkan peluang menjadi usaha yang menghasilkan disebut
proses kewirausahaan. Dalam kegiatan mewujudkan peluang tersebut seorang wirausaha
diharuskan: Memiliki komitmen dan determinasi serta ketekunan, Mengarah kepada
pencapaian dan pertumbuhan, Berorientasi kepada sasaran dan peluang, Mengambil inisiatif
dan pertanggungjawaban personal, Tidak kenal menyerah dalam memecahkan masalah,
Realistis dan memiliki selera humor, Memanfaatkan dan selalu mencari umpan balik, Dapat
mengendalikan permasalahan-permasalahan di dalam perusahaan, Mampu mengelola dan
menghitung risiko, Tidak berorientasi kepada status, dan Memilki integritas dan dapat
dipercaya.

4. Manfaat Wirausaha
a. Menambah daya tampung tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran,
b. Memberi contoh bagaimana harus bekerja keras, tekun, dan konsisten,
c. Berusaha mendidik masyarakat agar hidup secara efisien, ekonomis, tidak berfoya-
foya, dan tidak boros,
d. Menjadi contoh bagi anggota masyarakat sebagai pribadi unggul yang patut diteladani,
dan
e. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan
kemampuannya.
5. Ruang Lingkup kewirausahaan

Banyak sekali bidang yang dapat digeluti dalam berwirausaha, di antaranya adalah:

a. Lapangan pemberi jasa: pedagang perantara, pemberi kredit atau perbankan, pengusaha
angkutan, pengusaha biro jasa perjalanan atau pariwisata, pengusaha asuransi, dan
sebagainya;
b. Lapangan perdagangan: pedagang besar, pedagang menengah, dan pedagang kecil;
c. Lapangan agraris: pertanian (tanaman berumur pendek dan berumur panjang),
perkebunan, dan kehutanan; dan
d. Lapangan perikanan: pemeliharaan ikan, penetasan ikan, makanan ikan, dan
pengangkutan ikan.
6. Faktor Pendukung Kewirausahaan

Beberapa faktor pendukung yang betul-betul memanfaatkan komitmen tinggi untuk


mendukung kewirausahaan adalah:

a. Konsisten, tegas, dan adil Dalam memutuskan sesuatu, seorang wirausaha harus
konsisten; maksudnya adalah sesuatu yang telah diputuskan tidak boleh berubah-ubah.
b. Mercusuar Seorang wirausaha harus memiliki karisma, tidak sekadar menerangi dari
kejauhan melainkan juga mempraktikkan apa yang dibicarakan dan disampaikan.
c. Konsentrasi pada manusia Seorang wirausaha yang selalu memperhatikan kepada
masalah, keinginan, dan perkembangan bawahannya akan berhasil menciptakan
atmosfer kerja yang lebih menyenangkan. Adanya perhatian yang baik dari pimpinan
membuat siapa pun yang mendapat tugas akan berusaha untuk menyelesaikan tugas
tersebut sebaik-baiknya. Seorang wirausaha dengan komitmen yang tinggi selalu
menerapkan perilaku tepat waktu, tepat janji, dan peduli terhadap mutu hasil kerja.

3
Sikap komitmen tinggi sangat penting bagi seorang wirausaha. Adapun pentingnya
komitmen tinggi bagi seorang wirausaha adalah: Memperoleh hasil yang maksimal dengan
sumber daya yang minimal, Meningkatkan etos semangat kerja baik pribadi dan karyawan,
Meningkatkan kesuksesan dalam berwirausaha, Meningkatkan rasa kepercayaan dalam
berwirausaha, dan Meningkatkan dan memajukan perusahaannya.

Sikap jujur dalam berwirausaha adalah mau dan mampu mengatakan sesuatu sesuai
dengan keadaan sebenarnya. Jika diberi kepercayaan dalam berwirausaha, seorang wirausaha
tidak berkhianat, selalu berkata benar, dan apabila berjanji tidak mengingkari. Seorang
wirausaha yang memiliki sikap jujur akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat atau
pelanggan karena sikap jujur merupakan kunci keberhasilan dalam berwirausaha. Adapun
upaya menumbuhkan makna kejujuran dan tanggung jawab dalam diri seorang wirausaha
dapat dilakukan melalui perilaku bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta melatih
disiplin diri. Selain sikap jujur, seorang wirausaha harus memiliki sikap selalu ingin maju.
Wirausaha yang selalu ingin maju adalah seorang wirausaha yang tidak mudah pasrah dan
menyerah, serta tidak gampang putus asa. Wirausaha yang selalu ingin maju akan mempunyai
etos kerja dan semangat yang tinggi berjuang tanpa mengenal lelah.

7. Kreativitas dan iovasi dalam kewirausahaan

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau


hubungan-hubungan baru antar unsur, data, dan variabel yang sudah ada sebelumnya.
Kemampuan memecahkan masalah dan memanfaatkan peluang didasari oleh sifat kreativitas
dari para pengelolanya, yaitu kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan menemukan
cara baru dalam menyikapi masalah dan memanfaatkan peluang. Sedangkan inovasi adalah
kemampuan untuk menerapkan gagasan-gagasan baru atau pemecahan kreatif terhadap
berbagai masalah dan dalam memanfaatkan peluang.

Pengertian kreativitas dan inovasi secara singkat sering dianalogikan sebagai berikut:
Kreativitas adalah memikirkan hal-hal baru, sedangkan inovasi adalah melakukan hal-hal
baru.

Kreativitas tidak selalu dihasilkan dari sesuatu yang tidak ada. Ia sering sekali merupakan
perbaikan dari sesuatu yang telah ada sebelumnya. Sering kali, gagasan baru timbul secara
kebetulan. Yang penting untuk dipahami adalah alasan kreativitas dan inovasi disebut sebagai
ciri-ciri yang melekat kepada wirausaha. Itu tak lain karena wirausaha merupakan sumber
pemikiran kreatif dan inovasi. Alam pikiran seseorang wirausaha berproses sehingga menjadi
sumber kreativitas dan inovasi melalui sikap dan tindakan sebagai berikut:

a. Seorang wirausaha selalu mengimpikan gagasan baru,


b. Selalu mencari peluang baru atau mencari cara baru menciptakan peluang baru,
c. Selalu berorientasi kepada tindakan,
d. Seorang pemimpi besar, meskipun mimpinya tidak selalu cepat direalisasikan,
e. Tidak malu untuk memulai sesuatu, walau dari skala kecil,
f. Tidak pernah memikirkan untuk menyerah, selalu mencoba lagi, dan
g. Tidak pernah takut gagal.

4
Beberapa kiat untuk medorong kreativitas bagi seluruh sumber daya manusia dalam
organisasi, antara lain:

 Kreativitas harus dipandang sebagai suatu kebutuhan perusahaan,


 Mempunyai sikap toleransi terhadap keberhasilan atau kegagalan,
 Mendorong sikap keingintahuan,
 Menyikapi masalah sebagai tantangan,
 Mengadakan pelatihan-pelatihan kreativitas secara teratur,
 Menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk terlaksananya kegiatan yang kreatif.
 Memberikan penghargaan bagi kreativitas yang berhasil, dan
 Membuat model-model teknik mengembangkan kreativitas untuk dipelajari untuk
perorangan maupun kelompok.

5
BAB 2

PROSES DAN TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN

1. Tantangan dan masalah dalam berwirausaha

Timmons dan Spinelli (2009) menyebutkan bahwa proses kewirausahaan adalah upaya
seorang wirausahawan mampu menemukan peluang, kemudian membentuk tim untuk
mewujudkan peluang tersebut dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya.
Keberhasilan seorang wirausahawan sangat ditentukan oleh cara ia mampu menyeimbangkan
ketiga faktor tersebut yakni peluang, tim, dan sumber daya.

a. Peluang,

Sebuah usaha seharusnya dimulai dari mencari dan menemukan peluang, serta
membentuk peluang tersebut menjadi usaha dengan potensi tinggi, yang dilanjutkan dengan
membentuk tim dan mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan agar dapat memanfaatkan
peluang tersebut. Timmon juga menjelaskan bahwa seringkali seorang wirausaha keliru
mengira bahwa memulai bisnis harus dimulai dengan mengembangkan business plan (rencana
bisnis/usaha) terlebih dahulu, baru kemudian mengidentifikasi peluang. Metode perencanaan
bisnis yang baru seharusnya menempatkan rencana bisnis dan hal-hal terkait dengan modal
atau keuangan sebagai proses berikutnya setelah peluang mampu diidentifikasi dengan baik.

b. Tim

Setelah seorang wirausahawan mampu mengidentifikasi peluang, maka tahap berikutnya


ialah memulai usaha dengan mengumpulkan tim dan sumber daya yang dibutuhkan. Besarnya
tim yang dibentuk harus disesuaikan dengan sifat peluang yang akan diejawantahkan sebagai
usaha yang nyata. Tim yang baik akan mampu menjawab peluang bisnis dengan baik,
sebaliknya tim yang buruk menyia-nyiakan ide yang bagus. Di antara semua sumber daya,
hanya tim yang baik yang dapat membuka potensi yang lebih tinggi dengan peluang apa pun
dan mengelola tekanan yang terkait dengan pertumbuhan bisnis. Dua peran utama faktor tim
terhadap dua faktor penting lainnya adalah: 1. Dengan tim yang baik maka seorang
wirausahawan akan mampu menghilangkan segala bentuk kebingungan dan ketidakpastian
dari peluang yang sudah diidentifikasikan; 2.Sebuah tim yang baik akan menyediakan
kepemimpinan untuk mengelola sumber daya yang tersedia dengan cara yang terefektif
melalui interaksi dengan kekuatan ekternal yang mungkin saja bisa berubah. Untuk
membangun tim yang baik, seringkali seorang wirausahawan atau pendiri bisnis harus
memikirkan untuk melatih anggota tim agar menjadi tim yang unggul.

c. Sumber Daya

Seperti halnya pembentukan tim, ukuran dan jenis peluang menentukan tingkat atau
kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan demi menangkap peluang yang sudah diidentifikasi
untuk menjadi bisnis yang sebenarnya. Tersedianya sumber daya yang ideal untuk menangkap
sebuah peluang usaha dan memulainya merupakan kondisi yang sangat langka terjadi. Karena
itu, seorang wirausahawan harus berfokus pada sumber daya yang dimiliki dan bisa dimiliki,
untuk mengurangi risiko serta mendorongnya berpikir lebih kreatif dalam memulai bisnis
dengan persyaratan minimal demi mencapai keunggulan bersaing. Contohnya, memilih untuk
6
menyewa peralatan daripada membeli peralatan baru untuk menghemat biaya pasar. Atau
memulai bekerja di garasi daripada menyewa sebuah kantor, dan lain- lain.

Seorang wirausaha harus bekerja dengan cara lebih cenderung untuk “meminimalkan dan
mengendalikan” sumber daya daripada “memaksimalkan dan memiliki”. Dengan sumber daya
yang dimiliki dan bisa dimilikinya, maka saat itu merupakan waktu yang tepat bagi seorang
wirausahawan untuk mulai menyusun rencana bisnisnya. Rencana bisnis yang baik hendaknya
memakai rumus “kesesuaian dan keseimbangan”. Ini berarti perlu upaya untuk
menyeimbangkan sumber daya yang tersedia dengan peluang dan potensi tim yang dimiliki.

2. Tantangan dalam Berwirausaha

Pada umumnya,terdapar beberapa tantangan atau masalah yang


dihadapi wirausahawan dalam menjalankan suatu usaha,
diantaranya:
a. Manajemen usaha,
idealnya memilki pengalaman dalam manajemen dan pengambilan
keputusan bisnisnya. Namun, pada kenyataanya tidak selalu seperti
itu. Sekarang ini banyaj lulusan universitas sudah memulai usahanya
walaupun mereka belum memiliki pengalaman manajemen tetapi
usaha mereka berhasil. Seperti yang sudah dibahas diatas, salah satu
hal yang seorang wirausahawan harus dapat kelola adalah timnya.
Seorang wirausahawan tidak harus sendiri untuk memikirkan cara
tumbuh-kembang usahanya. Kepemimpinan yang baik da terus
belajar dalam setiap proses yang dijalankan akan mempermudah
para wirausahawan baru tersebut mengelola usaha mereka.
Mengelola tim dan sumber daya yang ada merupakan tuga utama
wirausahwan untuk meyakinkan bahwa mereka sudah mencurahkan
segala kemampuannya untuk mewujudkan suatu peluang. Strategi
yang paling jitu bagi seorang wirausahwan untuk dapat membuat
seluruh sumber dayanya bekerja secara optimal adalah dengan
mengembangkan berbagai kebiasaan positif melalui pendekatan lebih
informal yang kemudia menjadi budaya keja dalm perusahaan.
Contohnya, memberikan kebebasan fasilitas perawatn anak ditempat
kerja bagi karyawan. yang memiliki anak pra-usia sekolah. Hal ini
akan memberikan perasaan tentram bagi karyawan sehingga mereka
bisa bekerja dengan lebih produktif. Kebiasaan lain yang sangat
penting dalam membangun budaya kerja yang baik bagi perusahaan
kecil adalah dengan mengembangkan hirarki organisasi yang tidak
struktural, tetapi lebih datar dengan komunikasi yang tidak selalu
harus formal. Karyawan dengan mudah memberikan umpan balik dan
masukan kepada atasannya kapan pun tanpa batasan dan alur
prosedur yang panjang.

b.Pengalaman
Seorang wirausahawan yang memiliki keterampilan teknik
(pengalaman kerja tentang pengoperasian fisik bisnis serta
kemampuan konsep yang mencukupi) akan akan mampu lebih cepat
7
dalam memproses tumbuh-kembang usahanya. Setiap wirausahawan
harus terus melatih kemampuan visualisasi, koordinasi, dan integrasi
berbagai kegiatan bisnis menjadi keseluruhan yang sinergis.
Mengambil setiap proses yang dilakukannya sebagai bagian
pembelajaran akan membantu wirausahawan untuk terus
memperbaiki kualitas bisnisnya agar tetap tumbuh. Seorang
wirausahawan dapat memperbaiki pengalaman yang kurang dengan
cara memperluas jaringan kerja. Studi populer menunjukkan bahwa
jaringan kerja yang luas akan membantu seorang wirausahawan
dalam menjalankan binisnya. Jaringan kerja yang baik akan
mengurangi keragu- raguan wirausahawan dalam mengambil
keputusan yang tidak pernah dia perbuat sebelumnya. Hal ini karena
ia bisa belajar dari pengalaman pengusaha lain dalam jaringan
kerjanya tersebut. Jaringan juga dapat membantu wirausahawan
pemula melihat peluang-peluang baru untuk berkembang. Kelemahan
sumber daya yang dia miliki bisa ditutupi dengan jaringan yang saling
menguntungkan dengan wirausahawan lain.

c. Keuangan
Mayoritas orang yang memulai usaha memandang modal (uang)
sebagai poin utama, padahal yang lebih penting dari hal tersebut
adalah motivasi wirausahawan itu sendiri berikut kreativitas timnya
dalam mewujudkan peluang menjadi bisnis nyata. Seorang
wirausahawan harus memiliki kemampuan menyeimbangkan
tuntutan bisnisnya dengan sumber daya yang dimiliki serta berusaha
sekuat mungkin memberdayakan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan bisnis yang sudah ditentukannya. Banyak studi
menyebutkan bahwa memulai bisnis lebih baik dilakukan dengan
keterbatasan modal. Dengan keterbatasan tersebut seorang
wirausahawan akan memaksa dirinya berpikir dan mencari cara-cara
yang kreatif untuk terus tumbuh. Wirausahawan yang memulai bisnis
dengan modal besar sering kali kalah dalam mempertahankan dirinya
karena pada kenyataannya ia menjawab tantangan lingkungan bisnis
dengan sikap kurang keras. Mengandalkan uang sebagai faktor
utama pemecahan masalah sangat tak pernah mencukupi.
Sebaliknya, memanfaatkan keterampilan individu tim yang
dikombinasikan dengan sumber daya nonmodal yang dimiliki akan
memaksa seorang wirausahawan lebih jeli dalam melihat dan
menjawab peluang yang dimiliki.

d. Perencanaan strategis
Banyak sekali wirausahawan yang mengabaikan proses
perencanaan strategis, karena mereka mengira hal tersebut hanya
bermanfaat untuk perusahaan besar. Namun, kegagalan
perencanaan biasanya mengakibatkan kegagalan dalam bertahan
hidup, dan ini berlaku untuk keduanya, baik usaha besar maupun
kecil. Tanpa suatu strategi yang didefinisikan dengan jelas, sebuah
8
bisnis tidak memiliki dasar yang berkesinambungan untuk
menciptakan dan memelihara keunggulan bersaing di pasar.
Perencanaan bisnis yang baik harus menganalisis tantangan untuk
menjawab peluang bisnis serta mengunakan sumber daya yang
dimiliki secara optimal untuk mewujudkan ide bisnis. Dalam banyak
kasus, perencanaan strategis harus dimulai dengan mengembangkan
visi dan misi organisasi, yang kemudian diwujudkan lebih detail
dalam berbagai kegiatan bisnis yaitu operasi, pemasaran, dan lain-
lain.
Respon terhadap Perubahan Terlambat merespon perubahan adalah
masalah yang sering kali terjadi pada bisnis pemula. Banyak
wirausahawan terlalu terpaku dengan kondisi bisnis yang sudah mulai
stabil dan lupa untuk mengantisipasi perubahan, khususnya soal
masuknya pelaku bisnis baru dengan teknologi baru. Sejarah
menunjukkan, keterlambatan perusahaan raksasa Nokia dalam
mengantisipasi sistem operasi BlackBerry dan Android di era awal
tahun 2000an merupakan contoh tentang pemimpin pasar yang lupa
untuk terus berinovasi. Begitu juga dengan BlackBerry yang terlalu
terlena dengan fasilitas BlackBerry Messenger atau BBM-nya dan lupa
mengantisipasi lahirnya WhatsApp serta media chatting lainnya.
Semakin maju teknologi, maka semakin cepat pula tuntutan
perubahan dan inovasi harus dilakukan oleh perusahaan. Inovasi
muncul dengan banyak cara, tidak hanya terkait produk/jasa yang
ditawarkan melainkan juga model bisnisnya. Terkadang, untuk
menjawab tantangan bisnis yang ada, wirausahawan tidak perlu
berinovasi dengan produk baru, tetapi mengubah cara untuk
memaksimalkan nilai yang ditawarkan dari produk atau jasa yang
diberikan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan kosmetik dengan
merek terkenal oleh PT X memiliki kebijakan untuk memberikan
diskon bagi para pelanggannya jika mereka datang kembali dan
berbelanja membawa kemasan botol kosong dari produk PT X yang
sudah habis dipakai. Model seperti ini bukan hanya membangun
loyalitas merek (brand loyalty) melainkan juga mendorong pembelian
kembali produk-produk mereka. Perusahaan tidak berinovasi dengan
produknya, tapi berinovasi dengan cara melayani konsumennya dan
sekaligus mengurangi biaya kemasan. Dalam kasus ini. botol produk
yang konsumen miliki dapat mereka daur ulang dan hanya melalui
proses sterilisasi sebelum kemudian dapat kembali digunakan
sebagai kemasan produk perusahaan.

9
BAB 3
MOTIVASI WIRAUSAHA

1. Pendekatan konseptual
a. Motivasi berprestasi

David McClelland dalam Minner (1980) menyampaikan, pada dasarnya ketika seseorang
sedang dalam kondisi lapar, apabila kepadanya ditunjukkan beragam gambar, maka ia akan
mempersepsikan pada gambar tersebut serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
kebutuhannya saat itu, yaitu makan. Hal ini juga akan tampak apabila seseorang mempunyai
kebutuhan yang berkaitan dengan motif–motif yang terkait motif prestasi, motif kekuasaan,
maupun motif afiliasi. Achievement Motivation Theory (AMT) dinamai sebagai motif yang
menjadi fokus utama sejak 1948 dari 2 motif utama yang dikenal waktu itu, yakni kekuasaan
(power) dan prestasi (achievement), yang pada akhirnya masuk pada ranah kewirausahaan
(Minner, 1980).

 Kontribusi David McClelland pada teori motivasi berprestasi. Menurut McClelland,


semua motif dapat dipelajari dan diatur dalam hierarki potensi untuk mempengaruhi
perilaku yang beragam dari individu ke individu. Pendapat ini menolak hierarki tetap
Maslow yang berdasarkan pada naluri alami. Ketika seseorang berkembang, mereka
10
mempelajari hubungan perasaan positif dan negatif dengan hal-hal tertentu yang terjadi
di sekelilingnya. Situasi berprestasi, seperti tugas yang menantang, dapat
membangkitkan perasaan senang, sehingga seseorang dapat dicirikan sebagai orang
dengan motivasi berprestasi yang kuat. Bagi orang tersebut, prestasi diarahkan pada
hierarki tertinggi, yang hanya memerlukan isyarat prestasi minimal untuk mengaktifkan
harapan, dan kemudian berusaha untuk meningkatkan kemungkinan prestasi. Dalam
keadaan seperti itu, motif yang lemah yang ada pada dirinya cenderung memberi jalan
kepada motif berprestasi. Jadi, jika seseorang diminta untuk menceritakan kisah tentang
gambar yang berisi isyarat potensi berprestasi, maka motif berprestasinya akan muncul,
seperti rasa kelaparan dari seseorang yang membutuhkan makanan, dan cerita yang
disampaikan akan mencerminkan apa yang ada dalam pikiran mereka, yaitu prestasi.
 Situasi berprestasi, McClelland melakukan spesifikasi karakteristik tertentu tentang
situasi dari seseorang dengan motivasi berprestasi yang tinggi. Pertama, situasi ini
memberikan kesempatan pada seseorang untuk mencapai kesuksesan melalui upaya dan
kemampuan sendiri daripada melalui kesempatan. Jadi, situasi tersebut yang
memungkinkan munculnya tanggung jawab pribadi, dan dampak dari hal itu adalah
munculnya pujian. Pujian tidak perlu datang dari orang lain. Bagi individu tersebut,
prestasi melalui upaya sendiri memuaskan dirinya secara intrinsik. Kedua, situasi
berprestasi dicirikan dengan adanya kesulitan dan risiko tingkat menengah. Apabila
tugas yang dilakukan terlalu sulit, maka tingkat keberhasilan akan minimal dan
kemungkinan untuk puas akan rendah. Tugas yang mudah mengisyaratkan bahwa siapa
pun dapat melakukannya, sehingga hanya ada sedikit kepuasan yang dirasakan apabila
ia bisa menyelesaikannya. Orang yang termotivasi untuk berprestasi cenderung
menghitung risiko yang terlibat dalam suatu situasi dan mereka dapat mengantisipasi
perasaan adanya tantangan yang sedikit berlebihan. Ketiga, situasinya harus jelas serta
adanya umpan balik yang tidak ambigu atas keberhasilan dari upaya yang dilakukan
oleh seseorang. Terdapat sedikit peluang untuk kepuasan berprestasi ketika seseorang
tidak dapat membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Jadi, situasinya harus
menyediakan pengetahuan akan hasil, dalam waktu yang wajar. McClelland
mengusulkan fakta dua aspek lain dari situasi berprestasi, yakni situasi yang
menunjukkan adanya inovasi dan kebaruan solusi sehingga menimbulkan rasa kepuasan
yang lebih besar ketika solusinya tercapai, dan perlunya orientasi ke depan contohnya
berpikir maju dan melakukan perencanaan. Hal-hal tersebut oleh McClelland disebut
dengan antisipasi kemungkinan masa depan (anticipation of future possibilities).

N MOTIVA PERBUATAN PEMI


O SI KIRA
N

11
1. Need for » Mengambil tanggung jawab » Ingin mengungguli atau
secara pribadi atas melebihi orang lain
Achievement perbuatannya » Ingin melebihi standar
(n. Ach) » Mengambil risiko-risiko yang keunggulan yang
Ingin berprestasi wajar ditentukan sendiri
lebih baik. » Berusaha melakukan sesuatu » Melakukan sesuatu yang
secara kreatif khas
dan inovatif » Bersibuk diri dengan
» Berusaha mendapatkan umpan- usaha-usaha memajukan
balik dari karier
perbuatannya.

2. Need for » Lebih suka berada » Merisaukan perpisahan


bersama orang lain dengan orang
Affiliation (n. » Berusaha mendapat » Ingin memelihara tata
Aff) persetujuan orang lain hubungan yang erat
Ingin berada » Melakukan tugas secara lebih atau
bersama orang efektif bila ia bekerja bersahabat dengan
lain sama dengan orang lain orang lain
» Sering berbicara di telepon

3. Need for » Mencoba membantu orang lain Memberikan


Power » Berusaha menguasai orang lain bantuan,
» Mencoba membuat orang lain
(n.Pow) atau dunia pada pertolongan,
Ingin umumnya terkesan walaupun bantuan
mempunyai tersebut tidak
pengaruh atas diminta
orang lain

BAB 4

Internalisasi Karakter Utama Kewirausahaan


(Kreativitas, Inovasi)
1. Kreativitas
Kreativitas Conny Semiawan
(1984) menyatakan bahwa kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan suatu produk baru. Produk baru artinya tidak perlu seluruhnya baru, tapi
dapat merupakan bagian-bagian produk saja. Contoh-contoh kegiatan kreativitas
adalah:
a. Pencipta sepatu roda: menggabungkan sepatu dengan roda;

12
b. Anak-anak menyusun permainan balok-balok: bisa berkreasi membuat berbagai
bentuk susunan balok, yang tadinya belum dikenalnya;
c. Seorang koki rumahan membuat kejutan: membuat masakan atau kue dengan resep
baru sebagai hasil eksperimennya;
d. Di laboratorium: seorang siswa mencoba berbagai eksperimen;
e. Seorang murid membuat karangan dalam Bahasa Indonesia;
f. Seorang wirausaha membuat berbagai kreasi dalam kegiatan usahanya seperti susunan
barang, pengaturan rak pajangan, menyebarkan brosur promosi, dan sebagainya.
Jadi, kreativitas adalah kemampuan
untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru
antara unsur, data, dan variabel yang sudah ada sebelumnya. Dengan berbagai sumber
yang tersedia, ide yang datang dan digunakan untuk melayani sebagai dasar untuk
usaha baru masih bisa menimbulkan masalah, terutama karena gagasan itu adalah
dasar untuk bisnis. Pengusaha dapat menggunakan beberapa metode untuk membantu
menghasilkan dan menguji ide- ide baru, seperti tukar pikiran (brainstorming), tukar
pikiran tertulis (brainwriting), analisis penyelesaian masalah, dan kelompok atau grup
fokus.
a. Curah pendapat
Metode curah pendapat
merangsang orang untuk menjadi kreatif dengan bertemu orang lain dan berpartisipasi
dalam pengalaman grup yang terorganisasi. Meskipun sebagian besar gagasan
dihasilkan oleh kelompok tidak memiliki dasar untuk pengembangan lebih lanjut,
terkadang ide yang bagus muncul. Ini terasa lebih bermanfaat ketika upaya curah
pendapat berfokus pada produk spesifik atau area pasar. Saat menggunakan metode
curah pendapat, terdapat empat aturan yang harus diikuti:
a. boleh memberikan kritik maupun komentar negatif kepada siapa pun di dalam grup,
b. Mendorong free-wheeling; semakin liar idenya, semakin baik
c. Memperbanyak ide yang diinginkan; semakin besar jumlah ide, semakin besar
kemungkinan munculnya ide-ide yang berguna,
d. Mendorong kombinasi dan peningkatan ide; ide orang lain bisa digunakan untuk
menghasilkan gagasan baru lagi.
Sesi curah pendapat dapat menjadi
menyenangkan, tanpa ada yang mendominasi atau menghambat diskusi. Sebagai
contoh, sebuah bank komersial besar menggunakan metode tukar pikiran untuk
mengembangkan jurnal yang akan digunakan untuk memberikan informasi
berkualitas kepada klien industrinya. Curah pendapat dilakukan antara para eksekutif
keuangan dan berfokus pada karakteristik pasar, konten informasi, banyaknya
masalah, dan jurnal nilai promosi untuk bank. Perusahaan Fortune 1000 di tiga kota di
Amerika Serikat yakni Boston, Chicago, dan Dallas mendiskusikan format jurnal baru
yang relevan nilainya bagi mereka. Hasil dari curah pendapat ini menjadi dasar untuk
jurnal keuangan baru yang diterima baik oleh pasar.

b. Tukar Pikiran Tertulis (Brainwriting), Brainwriting adalah bentuk tukar pikiran yang
dilakukan secara tertulis. Metode ini diciptakan oleh Bernd Rohrbach di akhir 1960-an
dengan nama Method 635. Metode tukar pikiran tertulis ini berbeda dengan metode tukar

13
pikiran klasik yang memberikan waktu lebih banyak kepada peserta untuk berpikir,
dengan ide-ide diungkapkan secara spontan. Tukar pikiran tertulis adalah gagasan yang
ditulis oleh sekelompok orang. Para peserta menuliskan ide mereka pada formulir atau
kartu khusus yang beredar di dalam kelompok, yang biasanya terdiri dari enam anggota.
Setiap anggota kelompok menghasilkan dan menulis tiga ide selama periode lima menit.
Formulir diteruskan kepada orang yang berdekatan yang menuliskan tiga ide baru, dan
seterusnya, hingga setiap formulir telah diisi oleh semua peserta. Seorang pemimpin
memonitor dalam interval waktu tertentu dan dapat mengurangi atau memperpanjang
waktu yang diberikan kepada peserta sesuai dengan kebutuhan kelompok. Peserta tukar
pikiran tertulis tersebar secara geografis, dengan formulir isian atau ide diputar secara
elektronik.

c. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion) Diskusi kelompok terfokus,


biasa disebut diskusi kelompok terpumpun atau grup fokus, telah digunakan untuk
berbagai tujuan sejak tahun 1950-an. Dalam grup fokus, moderator memimpin
sekelompok orang melalui diskusi terbuka dan mendalam, dan tidak mengajukan
pertanyaan untuk meminta tanggapan peserta. Untuk produk baru, moderator berfokus
pada diskusi kelompok baik dengan mengarahkan atau cara non-directive. Kelompok
yang terdiri dari 8-14 peserta dirangsang oleh komentar satu sama lain secara kreatif
untuk membuat konsep dan mengembangkan ide barang atau jasa baru untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Contohnya, perusahaan yang tertarik dengan pasar sepatu wanita
menerima konsep produk baru untuk “sandal hangat dan nyaman yang cocok seperti
sepatu lama” dari grup fokus yang terdiri atas 12 wanita yang datang dari berbagai latar
belakang sosial ekonomi. Konsep ini dikembangkan menjadi sandal wanita baru yang
sukses di pasaran, bahkan tema dari pesan iklan berasal komentar anggota grup fokus.
Selain menghasilkan ide-ide baru, grup fokus adalah metode yang bagus untuk awal
penyaringan ide dan konsep. Hasilnya dapat dianalisis secara kuantitatif, membuat grup
fokus merupakan metode yang lebih bermanfaat untuk menghasilkan ide-ide produk
baru.

2. Inovasi
Inovasi adalah kunci untuk
pengembangan ekonomi dari setiap perusahaan, suatu wilayah dalam suatu negara,
atau negara itu sendiri. Seiring perubahan teknologi, barang atau jasa yang lama
berkurang dalam penjualan dan industri lama.
a. Inovasi terobosan, Inovasi yang masuk kategori ini termasuk ide-ide seperti penisilin,
mesin uap, komputer, pesawat terbang, mobil, internet, dan nanoteknologi. Salah satu
dilema yang dihadapi oleh pengusaha adalah mendefinisikan barang atau jasa “baru”
atau mengidentifikasi apa yang sebenarnya baru atau unik dalam sebuah ide. Mode
celana jins menjadi sangat populer meskipun konsep blue jeans bukanlah hal baru.
Yang baru adalah penggunaan nama-nama seperti Sassoon, Vanderbilt, dan Chic pada
jins. Demikian pula, Sony membuat Walkman, salah satu produk baru paling populer
pada 1980-an, meskipun konsep pemutar kaset telah lama ada.
b. Inovasi teknologi, Perkembangan teknologi informasi menciptakan cara baru dalam
berbagai lini kehidupan. Inovasi dalam teknologi ini berdampak pada lingkungan

14
bisnis, khususnya perbankan --sebagai salah satu contoh-- yang membuatnya menjadi
sangat dinamis.
c. Inovasi inkremental, Inovasi inkremental merujuk pada perubahan yang sederhana
atau pengaturan terhadap produk, pelayanan, serta proses yang sudah ada. Bukti yang
berkembang menyatakan bahwa perusahaan mencari keuntungan dari investasi
inovasi dengan berfokus pada inovasi inkremental. Perusahaan harus menilai hasil
penelitian terhadap resiko inovasi. Pertama, menilai cara perusahaan menciptakan
inovasi inkremental. Penggerak utama inovasi inkremental di banyak perusahaan
dalam 10 tahun terakhir ini adalah program-program yang ditujukan untuk perbaikan
terus-menerus, pengurangan biaya, dan kualitas manajemen (Cristensen, 2018).
Perbaikan terus-menerus, yang dalam bahasa Jepang disebut Kaizen, adalah upaya
menemukan cara meningkatkan dan mempertinggi produk perusahaan serta proses
yang didesain dari pemasangan, penjualan, dan pelayanan. Pendekatan ini bertujuan
untuk menemukan pengembangan dan perbaikan dalam berbagai aspek dari semua
yang perusahaan lakukan sehingga akan menghasilkan biaya yang lebih rendah,
kualitas yang lebih tinggi, dan kecepatan untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

BAB 5

BAB 5
Internalisasi Karakter Utama Kewirausahaan
(Berpikir Kritis, dan Pemecahan Masalah)
1. Berpikir Kritis
a. Berpikir

15
`Berpikir merupakan aktivitas jiwa dengan arah yang ditentukan oleh masalah yang
dihadapi. Prosesnya diawali dengan pembentukan pengertian, diteruskan dengan
pembentukan pendapat, dan diakhiri oleh penarikan simpulan atau pembentukan keputusan.
Cepat dan lambatnya berpikir bagi individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar,
terutama belajar jenis pemecahan masalah. Jadi, manusia selalu berpikir untuk memperoleh
suatu pengertian atau sebagai cara untuk menentukan pilihan ataupun alternatif dari sebuah
keputusan dalam bertindak. Berpikir diartikan sebagai aktivitas mental untuk dapat
merumuskan pengertian, mensintesis, dan menarik simpulan (Sardiman, 2012). Manusia
mempunyai kemampuan kognitif yang sangat luar biasa yaitu berpikir. Meskipun manusia
bukanlah satu-satunya makhluk yang berpikir, tetapi tidak dapat disangkal bahwa manusia
merupakan makhluk pemikir. Karena setiap orang memiliki masalah yang bukan untuk
dihindari melainkan untuk dipecahkan, maka setiap orang juga memiliki kemampuan berpikir
kritis sehingga mereka dapat memikirkan langkah apa yang harus dipilih untuk memecahkan
masalah yang mereka hadapi.
Pengertian berpikir kritis menurut beberapa tokoh dapat dilihat sebagai berikut:
o Menurut Santrock sebagaimana dikutip Desmita (2012), berpikir kritis adalah
pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan
pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak
mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber (lisan
atau tulisan), dan berpikir secara reflektif dan evaluatif.
o Menurut Vincent Ruggiero sebagaimana dikutip oleh Elaine B. Johnson (2007), berpikir
kritis adalah segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan
masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami. C
o Menurut Muhibbin Syah (2017), berpikir kritis adalah perwujudan perilaku belajar
terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Dalam berpikir kritis, seseorang
dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan
gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.
Berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting bagi setiap orang. digunakan
untuk memecahkan masalah kehidupan dengan berpikir serius, aktif, teliti dalam menganalisis
semua informasi yang diterima berikut alasan rasional yang menyertainya sehingga setiap
tindakan yang akan dilakukan adalah benar. Berpikir kritis bukan hanya memikirkan sesuatu
sebagai kegiatan mental, melainkan juga meneliti dengan menggunakan bukti dan logika.
Semakin baik pengembangan kemampuan ini, maka semakin mampu seseorang mengatasi.
Ada banyak cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran.
Dalam hal ini, pengajar dan peserta harus berperan sebagai pemain bersama. Mereka
bersama-sama memecahkan suatu masalah. Pengajar tidak berpikir untuk menjadi peserta
tetapi pengajar dan peserta bersama-sama mencari dan bertanggung jawab dalam suatu proses
pertumbuhan. Pengajar dan peserta harus saling mengajar dan belajar, dan di dalam
pembelajaran harus terdapat dialog serta komunikasi horizontal. Pelaksanaan pembelajaran
dengan dialog inilah yang akan membangkitkan kesadaran berpikir kritis pada peserta.
Faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis (intelektual) adalah hereditas
(turunan) dan lingkungan.
o Faktor hereditas (turunan) Sejak dalam kandungan, anak memiliki sifat-sifat yang
menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial, anak telah membawa
16
kemungkinan, apakah akan menjadi kemampuan berpikir setara, di atas, atau di bawah
normal. Namun, potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal
apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu,
peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak.
o Faktor lingkungan Dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam
memengaruhi perkembangan berpikir pada anak adalah keluarga dan sekolah.
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah
memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga
anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat baginya untuk berpikir.
Sementara itu, sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk
meningkatkan perkembangan anak termasuk perkembangan berpikir anak.

b. Pemecahan masalah
Ada beberapa teknik dalam pemecahan masalah, diantaranya:
1. Bertukar pikiran
Bertukar pikiran mungkin merupakan teknik yang paling terkenal dan banyak digunakan
untuk pemecahan masalah kreatif serta dalam gagasan generasi, yang telah dibahas
sebelumnya. Dalam hal pemecahan masalah kreatif, bertukar pikiran dapat menghasilkan ide
tentang masalah dalam jangka waktu yang singkat melalui kontribusi spontan peserta. Sesi
bertukar pikiran yang bagus dimulai dengan pernyataan masalah yang tidak terlalu luas (yang
akan mendiversifikasi ide terlalu banyak sehingga tidak ada hal yang spesifik yang akan
muncul) atau terlalu sempit (yang cenderung membatasi tanggapan). Setelah pernyataan
masalah disiapkan, biasanya 8 hingga 12 orang dipilih untuk berpartisipasi.
2. Bertukar pikiran terbalik
Teknik bertukar pikiran-terbalik ini mirip dengan teknik bertukar pikiran, kecuali bahwa
kritik diperbolehkan. Faktanya, teknik ini didasarkan pada mencari kesalahan dengan
mengajukan pertanyaan, seperti “Dalam berapa banyak cara gagasan atau ide ini bisa gagal?”
Fokus teknik ini adalah pada aspek negatif dari suatu barang, jasa, atau ide, sehingga perlu
diambil kepedulian untuk menjaga moral kelompok. Bertukar pikiran-terbalik bisa lebih
efektif daripada teknik kreatif lainnya untuk merangsang pemikiran inovatif. Prosesnya
biasanya melibatkan identifikasi segala sesuatu yang salah dengan ide, diikuti dengan diskusi
mengenai cara mengatasi masalah ini. Bertukar pikiran-terbalik hampir selalu menghasilkan
beberapa hasil yang bermanfaat karena lebih mudah bagi seseorang untuk bersikap kritis
terhadap suatu ide daripada mendapatkan ide baru itu sendiri.
3. Metode gordon
Tidak seperti teknik pemecahan masalah kreatif lainnya, metode Gordon dimulai dengan
partisipasi anggota kelompok yang tidak mengetahui sifat sebenarnya dari masalah tersebut.
Hal ini untuk memastikan bahwa solusinya tidak ‘diselimuti’ oleh ide-ide dan pola perilaku
yang terbentuk sebelumnya. Pengusaha kemudian memulai dengan menyebutkan konsep
umum yang terkait dengan masalah. Kelompok tersebut menanggapi dengan mengungkapkan
sejumlah ide. Kemudian konsep dikembangkan, diikuti oleh konsep-konsep terkait, melalui

17
bimbingan pengusaha. Masalah sebenarnya kemudian terungkap yang memungkinkan grup
membuat saran untuk implementasi atau penyempurnaan solusi akhir.
4. Metode daftar periksa
Dalam metode daftar periksa, ide baru dikembangkan melalui daftar masalah
atau saran terkait. Pengusaha dapat menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan
untuk memandu arah mengembangkan ide-ide yang sama sekali baru atau
berkonsentrasi pada area ‘ide’ spesifik. Daftar periksa bisa menggunakan bentuk dan
keluasan apa saja.

5. Asosiasi bebas
Salah satu metode paling sederhana yang dapat digunakan para pengusaha
untuk menghasilkan ide-ide baru adalah asosiasi bebas. Teknik ini sangat membantu
dalam mengembangkan penyelesaian masalah yang sama sekali baru. Langkah
pertama adalah menuliskan kata atau frasa yang terkait dengan masalah, lalu
dilanjutkan dengan kata lain dan yang lainnya lagi, dengan setiap kata baru, yang
bertujuan mencoba untuk menambahkan sesuatu yang baru pada proses pemikiran
yang sedang berlangsung. Proses ini pada akhirnya menciptakan rantai ide yang
diakhiri dengan ide produk atau layanan baru yang muncul.

6. Penekanan hubungan
Hubungan yang dipaksakan, seperti namanya, adalah proses memaksa
hubungan di antara beberapa kombinasi produk. Ini adalah teknik yang
mempertanyakan objek atau ide yang diupayakan untuk mengembangkan ide baru.

BAB 6

INTERNALISASI KARAKTER UTAMA KEWIRAUSAHAAN

(Kepemimpinan)

18
1. Pengertian kepemipinan

Pengertian atau definisi dari kepemimpinan sangat beragam.


Namun, ada beberapa kata kunci yang banyak digunakan para ahli untuk
mendefinisikan kepemimpinan. Kata-kata kunci itu antara lain: pengaruh, pengikut,
relasi, tujuan, dan situasi.

Robbins dan Judge (2017) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk


mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang
ditetapkan. Bennis dan Townsend (1995) menegaskan bahwa kepemimpinan
dipahami sebagai kemampuan untuk mewujudkan sebuah visi dan menerjemahkan
visi itu ke dalam realitas organisasi. Peter Drucker (1993) mengatakan bahwa
pemimpin adalah seseorang yang mempunyai pengikut. Gary Yukl (2010)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk
memahami dan menyetujui mengenai apa yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu
dan bagaimana melakukannya, serta proses memfasilitasi upaya-upaya individu dan
kelompok dalam menyelesaikan tujuan-tujuan yang diinginkan.

Terdapat pula model kepemimpinan wirausaha lebih


berorientasi tim (team- oriented). Pada model ini, pemimpin mendorong tingkat
partisipasi dan keterlibatan tinggi bawahan untuk tim kerjanya. Selain berorientasi
tim, kepemimpinan wirausaha juga merupakan model kepemimpinan yang berbasis
nilai, yang kepemimpinannya mempunyai ideologi kuat untuk mengintegrasikan visi
dan misinya. Ideologi ini menunjukkan kepercayaan diri dan keyakinan yang kuat.
Kepemimpinan wirausaha yang didasari oleh nilai juga mempunyai pribadi yang
berkomitmen pada misi usahanya (Zijlstra, 2014).

Menurut Frinces (2004), kepemimpinan wirausaha mencakup


upaya perubahan organisasi, sebagai kebalikan dari kepemimpinan yang
mempertahankan status quo. SDM yang berkualitas secara umum hanya dapat
diciptakan oleh kondisi yang mendukung bagi kebebasan dan keberanian menyatakan
pendapat, pikiran, hasil penelitian, serta terselenggaranya proses pendidikan dan
pelatihan yang unggul. Keunggulan ini tercipta, salah satunya karena adanya sistem
pendidikan organisasi yang berbasis kompetisi. Proses yang demikian itu
menunjukkan adanya kualitas, semangat, dan jiwa seorang pemimpin yang
mempunyai kepemimpinan wirausaha.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa


kepemimpinan wirausaha merupakan kemampuan seorang pemimpin untuk
mempengaruhi orang lain secara strategis yang berorientasi pada tim dan nilai dalam
menciptakan peluang, berani ambil risiko, serta mencapai keuntungan..

2. Teori Kepemimpinan

Teori kepemimpinan ymemiliki empat karakter mirip, yakni


kepemimpinan transaksional, transformasional, kepemimpinan otentik, dan
kepemimpinan yang melayani. Empat teori kepemimpinan tersebut masuk dalam

19
gugus yang sama dari teori kepemimpinan yang mendasarkan pada hubungan
pemimpin (leader) dan pengikut (follower).

a. Kepemipinan transformasional
b. Kepemipinan otentik
c. Kepemimpinan yang melayani

3. Urgensi Kepemimpinan dalam Berwirausaha

Gaya kepemimpinan wirausaha bukan hanya bermanfaat bagi


seorang wirausaha melainkan juga bagi para manajer di perusahaan-perusahaan besar.
Studi yang dilakukan Engelen et al. (2015) dan Seong (2011) menyebutkan bahwa
gaya kepemimpinan wirusaha para manajer di perusahaan, yang seringkali disebut
sebagai gaya kepemimpinan berorientasi wirausaha, terbukti dapat meningkatkan
kinerja perusahaan (Amer, 2017). Hasil penelitian yang sama dilakukan Yang (2008)
pada para manajer papan atas di Taiwan. Hasilnya menyebutkan bahwa
kepemimpinan berorientasi wirausaha itu berkorelasi positif terhadap kinerja bisnis
mereka (Amer, 2017). Tipe wirausaha itu umumnya memiliki tingkat efikasi diri
(self-efficacy) dan keterampilan sosial yang tinggi yang memungkinkannya untuk
memulai sebuah bisnis. Namun, ketika bisnis sudah dimulai, seorang wirausaha harus
melanjutkan bisnis sekaligus mempersiapkan transisi dari perannya sebagai wirausaha
menuju pemimpin puncak perusahaan (CEO).

4. Karakteristik kepemimpinan dalam kewirausahaan

Menurut Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008), karakteristik kepemimpinan


yang baik untuk dunia usaha adalah mencakup hal-hal berikut:

 Memahami lingkungan bisnis


 Memiliki visi kedepan dan fleksibel
 Menciptakan opsi-opsi manajemen
 Mendorong terbentuknya kerja tim dan menggunakan pendekatan multidisiplin.
 Mendorong terciptanya keterbukaan dalam berdiskusi agar tim kerja dapat
berkembang dengan baik
 Membangun koalisi poendukung
 Seorang wirausaha haruslah tekun

20
BAB 7
INTERNALISASI KARAKTER UTAMA KEWIRAUSAHAAN
(KERJASAMA)
1. Pengertian Kerjasama
Kerja sama (co-operation) berasal dari kata Latin yakni “Co-operari”. “Co”
berarti “dengan” dan “operari” berarti “bekerja”. Co-operation berarti bekerja
bersama dengan orang lain untuk tujuan-tujuan tertentu.
Aristoteles, filsuf Yunani Kuno, mengakui bahwa manusia merupakan makhluk
(binatang) sosial. Manusia tidak akan dapat merasakan bahagia dalam hidupnya jika
hidupnya terisolasi. Karena itu, ada sebuah kebutuhan yang besar bagi manusia untuk
melakukan kerja sama, dan ini dapat dikatakan sebagai prinsip paling dasar dari
kehidupan manusia itu sendiri. Konsep kerja sama pada awal-awal manusia
melakukan kerja sama biasanya berhubungan dengan masalah-masalah budaya,
agama, dan aspek-aspek sosial lain.
2. Tujuan dari Kerjasama
Tujuan dari perilaku kerja sama, menurut model teori klasik, antara lain
memikirkan persoalan eksistensi dari biaya transaksi. Eksistensi akan ketidakpastian
dari sistem ekonomi klasik tidak dipertimbangkan, sementara yang ada bersifat tidak
terbatasnya dan akseptabel untuk proses pengambilan keputusan. Tujuan dari perilaku
kerja sama lainnya adalah mempertimbangkan bahwa barang konsumsi, walaupun
terbatas, tetap saja dapat diterima untuk semua agent maupun tempat. Meskipun
demikian, kita juga melihat bahwa perkiraan tidak sesuai dengan realitas yang
sesungguhnya (Deutsch, 2006).
3. Bentuk-Bentuk perilaku kerjasama
Tom Tyler and Steven Blader (2000) membedakan dua bentuk perilaku kerja
sama, yakni: perilaku kooperatif/kerja sama yang mempunyai
kebebasan/kesukarelaan untuk memilih (discretionary cooperative behavior) dan
perilaku kooperatif yang memperoleh mandat (mandated cooperative behavior).
Model kerja sama mandat terjadi ketika orang terikat dalam perilaku yang diperintah
atau diperlukan oleh norma-norma atau aturan kelompok.
Bentuk-bentuk perilaku kerja sama antara lain adalah: »
Ketaatan pada aturan (rule adherence) adalah bentuk dari perilaku kerja sama yang
mendukung kebijakan organisasi berdasarkan aturan yang berlaku.
Kinerja (performance) merupakan bentuk perilaku kerja sama yang produktif dan
menciptakan berbagai sumber untuk kelompok. Dengan kebijakan kepatuhan dan
aturan (adherence dan rule), karyawan diharapkan dapat bertindak secara konsisten
dengan kebijakan organisasi dan aturan mengenai perilaku yang dihargai. Berperilaku
sesuai aturan (compliance) merupakan perilaku yang dihargai, sementara deference
merupakan perilaku yang penuh rasa hormat terhadap atasan atau organisasi.

21
4. Bentuk-Bentuk Kerjasama
Ada beberapa bentuk kerjasama dalam kegiatan usaha yang sering dilakukan oleh
wirausaha, yaitu:
a. Merger (penggabungan), Perluasan usaha dapat dilakukan dengan ekspansi internal
(menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi, menambah divisi baru, dan
sebagainya). Selain itu perluasan usaha juga dapat dilakukan dengan menggabungkan
usaha yang telah ada atau membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi). Beberapa
perusahaan memilih menggabungkan perusahaannya atau mengakuisisi perusahaan
lain dalam mendukung usaha pengembangan mereka. Baik merger maupun akuisisi
sering kali sulit dibedakan. Akuisisi intinya pengambil-alihan saham, sementara
merger intinya penggabungan perusahaan. Namun, penggabungan perusahaan itu
pada umumnya melakukan pengambilalihan saham (akuisisi).
b. Joint venture (perusahaan patungan), Joint venture atau perusahaan patungan secara
umum dapat dimaknai sebagai suatu persetujuan di antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan kerja sama dalam suatu kegiatan. Persetujuan di sini adalah kesepakatan
atau perjanjian yang harus tetap berpedoman kepada syarat sahnya suatu perjanjian
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Subjek
dari perusahaan patungan dapat dibagi menjadi dua jenis kerja sama, yaitu antara: 1)
orang atau badan hukum RI dengan orang atau badan hukum RI; 2) badan hukum RI
dengan orang atau badan hukum asing atau lembaga internasional.
c. Waraalaba, Waralaba secara komprehensif dimaknai sebagai hubungan antara satu
pihak yang memberi hak (franchisor) kepada pihak lain (franchisee) untuk
mengoperasikan (menjalankan) bisnis berupa menjual barang atau jasa yang
sebelumnya telah dikembangkan oleh pihak franchisor, dengan ketentuan
menggunakan sistem manajemen dan format bisnis pihak franchisor serta merek
dagang juga dari franchisor (Wainwright, 2011). Waralaba di Indonesia diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Waralaba adalah hak
khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem
bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau atau jasa
yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak
lain berdasarkan perjanjian waralaba.

22
BAB 8
PENGAMBILAN RESIKO
1. Pengertian Pengambilan Resiko

Salah satu karakteristik seorang wirausaha adalah berani mengambil risiko


(risk- taking). Banyak orang berpikir, mengambil risiko merupakan perilaku ekstrem.
Namun, bagi seorang wirausaha, ia hampir selalu menghadapi ketidakpastian dan
harus mengambil keputusan yang penuh risiko. Pada umumnya, seorang wirausaha
tidak mempertimbangkan setiap macam risiko yang dihadapinya, tetapi mereka tetap
menghitung secara rasional risiko-risiko yang akan muncul. Ini berarti bahwa seorang
wirausaha tidak hanya sekadar mengikuti gagasan yang muncul dalam situasi kerja,
tetapi juga mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi berkaitan dengan
gagasannya tersebut. Risiko biasanya hadir dalam bentuk peluang atau ketidakpastian.
Ketika sebuah pekerjaan mempunyai risiko yang tinggi, itu berarti hasil usahanya
yang akan didapat adalah tidak pasti. Dengan kata lain, ada peluang untuk gagal di
samping peluang untuk sukses (AmanAllah dan Nakhaie, 2011).

Hasil yang dicapai dari suatu kegiatan jarang sekali yang dapat diramalkan
dengan hasil yang sempurna. Pada umumnya terjadi penyimpangan, biarpun kecil.
Risiko selalu terjadi bila keputusan yang diambil dengan memakai kriteria peluang
(decision under risk) atau kriteria ketidakpastian (decision under uncertainty). Pada
umumnya, untuk menghitung risiko digunakan nilai yang diperkirakan (expected
value) atau angka penyimpangan (variance). Risiko perlu dianalisis, yaitu dengan
memakai tolok ukur untuk menghitung besarnya risiko atas suatu alternatif.
Tujuannya ialah untuk memperoleh alternatif dengan risiko yang masih dapat
ditanggung. Analisis ini sangat penting untuk menentukan modal yang dianggarkan
dalam kegiatan usaha. Terdapat bermacam-macam risiko yang mungkin terjadi dalam
suatu kegiatan usaha, antara lain risiko teknis (kerugian), risiko pasar, risiko kredit,
serta risiko di luar kemampuan manusia. Semua risiko tersebut dapat dicegah atau
diperkecil, kecuali risiko alam yang probabilitasnya sangat kecil dan dapat diabaikan.

Bagi seorang wirausaha, menghadapi risiko adalah tantangan karena


mengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian
penting dalam mengubah ide menjadi kenyataan. Demikian pula pengambilan risiko
bagi wirausaha berkaitan dengan kepercayaan pada dirinya. Semakin besar keyakinan
pada kemampuan dirinya, semakin besar pula pada kesanggupan untuk menciptakan
hasil dari keputusan yang diambil. Bagi mereka yang bukan wirausaha (misalnya
pegawai negeri), kegiatan tersebut merupakan risiko, tetapi bagi wirausaha hal
tersebut adalah tantangan dan peluang untuk memperoleh hasil. Wirausaha berprinsip:
biar mundur satu langkah, tetapi nanti harus maju dua langkah. Majalah Wirausaha
“Executive”, pada lembaran khususnya, menulis sebuah kalimat yang ditulis dengan
huruf besar dengan warna yang berbeda yaitu: “Jangan tinggal diam di tempat (diikuti
dengan ilustrasi seekor kura-kura yang terbalik), tetapi berbuatlah yang pasti dan
mantap biarpun lambat (digambarkan dengan kura-kura yang berjalan merayap)”.
Risiko merupakan kegiatan, peristiwa tertentu yang berpotensi mengalami kerugian
atau kegagalan. Pengambilan risiko adalah proses mengambil keputusan dan tindakan
23
tanpa pengetahuan yang cukup terhadap kemungkinan hasilnya. Terdapat tiga jenis
pengambilan risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan dan para eksekutifnya, yaitu:
1) pengambilan risiko ’bisnis’, berupa risiko berkenaan dengan masuk pasar yang
baru tanpa uji coba terlebih dahulu atau menggunakan teknologi yang belum teruji; 2)
pengambilan risiko ’finansial’ pengeluaran biaya atau pinjaman yang besar tanpa
pengetahuan yang cukup terhadap peluang keberhasilannya; dan 3) pengambilan
risiko ’personal’, berupa sikap para eksekutif dalam penentuan tindakan strategis yang
dapat berdampak terhadap perkembangan karier mereka berikutnya (AmanAllah dan
Nakhaie, 2011).

2. Jenis resiko dalam bisnis


a. Risiko murni

Merupakan risiko yang sering digambarkan sebagai situasi yang akibatnya


adalah terjadi kerugian atau tidak ada kerugian sama sekali. Contoh: memiliki
properti menciptakan kemungkinan merugi yang mengacu pada kebakaran atau cuaca
buruk. Hasil akhirnya rugi atau tidak merugi sama sekali. Sebagai aturan umum,
hanya risiko yang murni saja yang diganti oleh asuransi. Hal itu berlaku bila asuransi
tidak dimaksudkan untuk melindungi para investor dari risiko pasar; di mana terdapat
keuntungan atau kerugian terjadi dalam kesepakatan-kesepakatan dari kedua belah
pihak.

b. Risiko Pasar ,

Risiko pasar adalah ketidakpastian yang dihubungkan dengan keputusan


investasi. Seorang wirausaha yang menginvestasikan bisnis baru berharap
mendapatkan keuntungan, tapi hasil akhirnya dapat menjadi kerugian. Hanya setelah
mengidentifikasi kesempatan investasi, strategi pengembangan, serta mengakui
sumber-sumber, harusnya si empunya menemukan hasil akhirnya, untung atau rugi.
(Justin G. Longenecker et al., 2001: 676).

3. Manajemen risiko

Penanganan risiko ada lima langkah, yang tujuan nya mempertahankan aset
perusahaan dan mengumpulkan kekuatan yakni sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi risiko, Penting bagi seorang pemilik bisnis untuk menyadari risiko
yang dihadapi perusahaan. Untuk mengurangi kesempatan risiko-risiko yang penting,
wirausaha harus mengambil langkah sistematis untuk mengidentifikasi risiko penting.
Metode identifikasi yang paling berguna di antaranya adalah kebijaksanaan daftar
periksa, pertanyaan dan berkas keuangan, asuransi, dan analisis secara hati-hati pada
operasi perusahaan.
b. Mengevaluasi risiko, Setelah risiko diidentifikasi, wirausaha harus mengevaluasi
besarnya potensi setiap risiko menghasilkan kerugian dan kemungkinannya terjadi.
Risiko yang paling kecil digolongkan dalam tiga kelompok: kritis (kerugian dapat
menghasilkan kebangkrutan), penting (kerugian akan meminta tambahan modal untuk
melanjutkan operasi), dan tidak penting (kerugian dapat segera diganti dengan
penghasilan yang ada).
24
c. Memmilih metode untuk menangani resiko, Kontrol risiko didesain untuk
meminimalkan kerugian melalui penghindaran atau pengurangan risiko. Penghindaran
risiko dicapai dengan memilih untuk tidak menghubungkan diri dalam suatu aktivitas
yang membingungkan. Sementara itu, pengurangan risiko yakni pengurangan
frekuensi, kerugian yang tidak terprediksi, dan pendanaan risiko, yaitu bagaimana
membuat dana yang ada dapat digunakan untuk menutup kerugian yang tidak dapat
dikendalikan oleh kontrol risiko. Hal ini melibatkan memindah risiko atau menahan
risiko.
d. Menerapkan keputusan, Sekali keputusan telah diambil untuk menggunakan teknik
tertentu guna menangani risiko-risiko perusahaan, keputusan ini harus diikuti dengan
tindakan, seperti membeli asuransi, dan lain-lain. Kegagalan bertindak atau
penundaan dapat menjadi kesalahan yang fatal.
e. Mengevaluasi dan mengulangi Evaluasi dan mengulangi teknik penanganan risiko
yang dipilih adalah penting karena kondisi yang terus berubah yakni risiko-risiko baru
timbul, sementara yang lama menghilang. Wirausaha perlu juga mengkaji ulang
keputusan yang lalu dan menggunakan metode khusus yang dapat mengidentifikasi
kesalahan yang dibuat sebelumnya (Justin G. Longenecker et al.,2001).

25
BAB 9
ETIKA BISNIS
1. PENGERTIAN ETIKA WIRAUSAHA/BISNIS
Apa itu etika bisnis? Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk
ekonomi tidak akan lepas dari istilah “etika”. Ketika kita membayar pajak, sebenarnya
kita sedang menerapkan sebuah etika bisnis. Istilah etika seringkali digunakan sebagai
sinonim dengan moral. Etika banyak juga yang menyebut sebagai teori moral. Etika
bisnis merupakan cabang disiplin ilmu yang mempelajari fenomena ekonomi dari
sudut pandang etika. Ekonomi ideal sesuai etika secara tradisional adalah
utilitarianisme. Tetapi utilitarian ini secara substansi mempunyai masalah, ketika
spekulasinya diperluas untuk melibatkan hak-hak dan tanggung jawab individu.
Persoalan etika bisnis yang bersumber dari paham utilitarian dewasa ini antara lain
penggunaan anak-anak (usia di bawah 18 tahun) untuk bekerja di pabrik-pabrik,
penerapan prinsip-prinsip perdagangan secara adil, dan masalah tanggung jawab
sosial (Tuomo Takala, 2012).
2. URGENSI ETIKA DALAM BERWIRAUSAHA
Etika berfungsi sebagai perekat yang mengikat komunitas. Eksistensi etika
memungkinkan orang untuk hidup bersama. Sebuah komunitas, kehidupan sosial, dan
ekonomi sangat tidak mungkin berjalan tanpa adanya etika dan moralitas. Agar
kehidupan sosial masyarakat dapat berfungsi, dibutuhkan norma dan aturan. Etika
bisnis menyediakan instrumen untuk menolong para manajer agar dapat mengelola
perusahaan lebih baik lagi. Berdasarkan pengalaman panjang, perusahaan-perusahaan
yang beroperasi dan mendasari operasinya pada etika terbukti mengalami kesuksesan
dibandingkan yang beroperasi tetapi tidak mempertimbangkan masalah etika.
Beberapa bukti empiris mendukung kenyataan di atas (Takala, 2012). Etika bisnis,
menurut Heiskanen (Takala, 2012), seperti memberikan alat bagi perusahaan untuk
melakukan bisnis lebih efektif dan produktif. Tanggung jawab terhadap etika dalam
masyarakat dan ekonomi telah tumbuh dalam beberapa dekade terakhir. Penerapan
etika bisnis telah diakui banyak pihak dapat menolong perusahaan untuk menciptakan
ekonomi dan produksi yang berkelanjutan di masa mendatang. Terdapat bukti kuat
bahwa etika telah menjadi sebuah strategi yang penting dewasa ini untuk kesuksesan
sebuah perusahaan di pasar kerja. Ungkapan yang sering dilontarkan, bisnis yang
“baik” secara etika adalah bisnis yang lebih baik (“good business is better business”).
Perusahaan dewasa ini hampir setiap hari menghadapi berbagai isu dan harus
mengambil keputusan secara etis. Bagi beberapa industri, hal ini menjadi sangat
signifikan. Misalnya, bagaimana seharusnya produk minuman beralkohol dapat

26
beredar di masyarakat? Bagaimana seharusnya sebuah iklan menyampaikan target
konsumennya yang masih anak-anak? (Pasternak, 2011).
3. Membangun Bisnis yang Beretika
Untuk mencapai kinerja yang etis, manajemen harus menyediakan jenis
kepemimpinan, budaya, dan instruksi yang mendukung perilaku yang etis. Model-
model kepemimpinan itu antara lain:
a. Kepemimpinan yang beretika, Para wirausaha yang peduli terhadap kinerja yang etis
dapat menggunakan pengaruh mereka sebagai pemimpin dan pemilik untuk
membesarkan hati, bahkan menuntut tiap orang anggota dalam perusahaan untuk
menunjukkan kejujuran dan integritas dalam semua organisasi, termasuk mereka
yang berada pada tingkat manajemen. Dengan kata lain, integritas pribadi pendiri
atau pemilik merupakan kunci kinerja sebuah perusahaan yang beretika. Peranan
yang dominan dari satu orang ini (tim kepemimpinan) memberinya sebuah suara
yang kuat dalam kinerja perusahaan yang beretika.
b. Budaya yang mendukung Kinerja yang beretika kuat dan konsisten dalam suatu
bisnis membutuhka budaya organisasi yang mendukung. Manajer dan karyawan
idealnya harus memecahkan setiap masalah etika dengan sendirinya, dan hanya
melakukan hal yang tepat. Sebuah budaya etika merupakan satu budaya yang
membuat perusahaan melakukan sebagai usaha dengan keyakinan yang baik untuk
memenuhi kewajiban pada semua, bukan hanya pada karyawan tapi juga pada para
konsumen, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan (Justin G. Longeneckeret
al., 2001).

27
BAB 10

PELUANG DAN IDE BISNIS

1. PELUANG USAHA

Proses kewirausahaan yang baik hendaknya dimulai dari proses mencari dan
mengidentifikasi peluang bisnis. Peluang usaha atau bisnis dapat diartikan sebagai ide
investasi atau usulan usaha yang menarik yang memberi kemungkinan untuk
memberikan hasil atau keuntungan bagi seseorang yang memiliki risiko. Peluang
seperti itu digambarkan oleh persyaratan dan mengarah ke penyediaan suatu usaha
produk atau usaha jasa yang dibuat atau ditambahkan nilainya untuk keperluan
pembeli atau pengguna akhir.

Suatu ide bagus belum tentu merupakan peluang usaha atau bisnis yang baik.
Sebagai contoh, Anda menciptakan suatu produk yang bagus dari segi teknis tetapi
pasar belum siap untuk produk itu. Atau, ide tersebut tidak masuk akal, tetapi tingkat
persaingan dan sumber daya yang dibutuhkan sedemikian rupa sehingga tidak layak
untuk dilanjutkan. Kadang-kadang, ada pasar yang siap untuk ide tersebut, tetapi
pengembalian investasi tidak sebanding. Sebagai pertimbangan, fakta menunjukkan
bahwa lebih dari 80 persen dari seluruh produk baru gagal berkembang. Bagi para
investor atau penanam modal, ide itu kelihatan bagus, tapi jelas bahwa ide tersebut
tidak tahan uji terhadap pasar.

Jadi, apa yang mengubah suatu peluang menjadi ide usaha? Jawaban
sederhananya adalah bila pendapatan melebihi biaya, atau yang biasa disebut laba.
Dalam praktik, secara menyeluruh Anda harus memeriksa faktor-faktor yang
menyebabkannya.

2. MENEMUKAN PELUANG USAHA

Peluang usaha dapat diperoleh dengan tiga cara atau juga gabungan dari satu
atau dua hal di bawah ini:

Menganalisa tren Menganalisa tren tidak berarti hanya melihat tren yang sedang
berkembang di pasar. Tren juga harus menjelaskan berapa lamakah sebuah peluang
usaha tersebut — dilihat dari tren masa depan — akan lama bertahan. Sebagai contoh,
pencipta mobil hibrid memprediksi peminat mobil hibrid akan tinggi dikarenakan

28
suplai minyak bumi terus menurun, bahkan diprediksikan pada tahun 2040 akan
terjadi kelangkaan besar-besaran.
Memecahkan masalah Ide bisnis juga bisa muncul dari upaya untuk memecahkan
masalah. Banyak bisnis baru dimulai dari permasalahan dan pengalaman yang tidak
menyenangkan para penciptanya. Sebagai contoh, lahirnya situs dan aplikasi belajar
online (daring) Ruang Guru berasal dari pengalaman pribadi pendirinya, Iman
Usman. Ketika itu Iman mendapat beasiswa ke Amerika Serikat untuk melanjutkan
studinya. Untuk mempersiapkan dirinya dan mencari tempat les cocok, dia mencoba
mencari di internet. Namun, hanya sedikit tempat les yang terdaftar di Indonesia, itu
pun dengan jumlah siswa tidak banyak. Sedangkan untuk mencari tempat les standar
dengan datang langsung ke lokasinya menjadi sangat tidak efisien karena kondisi
kemacetan lalu lintas berikut lamanya waktu tempuh yang dibutuhkan. Akhirnya,
muncul ide Iman untuk membuat sebuah marketplace yang menyediakan guru privat
yang dapat lebih cepat mempertemukan antara guru dan siswanya. Masalah juga bisa
muncul dari pengalaman orang lain. Wirausahawan yang jeli adalah mereka yang
mampu memperhatikan detail sebuah masalah. Untuk itu, seorang wirausahawan
harus kritis melihat sebuah fenomena sehingga dia mampu mengindentifikasi masalah
tersebut sebagai sebuah peluang bisnis.
Menemukan celah dari produk-produk yang ada di pasar Peluang bisnis juga bisa
lahir karena adanya celah (gap) di pasar yang tidak bisa dipenuhi oleh produk-produk
yang ada saat ini. Proses ini membutuhkan kejelian para wirausahawan dengan
membandingkan produk-produk yang sudah dikembangkan oleh pemain pasar saat
ini. Sebagai hal contoh, produk raket nyamuk lahir karena adanya celah antara produk
pembasmi nyamuk semprotan dan losion. Raket nyamuk menawarkan produk dengan
pendekatan baru, membunuh nyamuk tanpa bahan kimia yang diyakini berbahaya
bagi kesehatan. Walaupun losion dianggap aman untuk kulit, tetapi ia juga tetap tidak
aman jika masuk ke mulut atau mengenai mata. Selain itu, banyak orang tidak suka
dengan aroma produk semprotan. Sedangkan losion nyamuk tidak berfungsi
membunuh nyamuk, tetapi lebih untuk menghindari gigitan nyamuk. Adapun raket
nyamuk mampu membunuh nyamuk dengan sengatan elektronik rendah energi yang
tak mengandung bahan berbahaya bagi kesehatan, juga tidak menghasilkan bau.

3. KRITERIA PELUANG USAHA YANG BAGUS

Untuk dapat disebut bagus, suatu peluang usaha/bisnis harus memenuhi atau
mampu memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

Permintaan yang nyata, yaitu merespon kebutuhan yang tidak dipenuhi atau
mensyaratkan pelanggan yang mempunyai kemampuan untuk membeli dan bisa
memilih;
Pengembalian investasi (return on investment), yaitu memberikan hasil dalam jangka
waktu cepat, lama, dan tepat waktu;
Kompetitif, yaitu dapat mengimbangi, lebih baik, atau sama dari sudut pandang
pelanggan dibandingkan dengan produk atau jasa yang tersedia;
Mencapai tujuan, yaitu memenuhi tujuan dan aspirasi dari orang atau organisasi yang
mengambil risiko;
29
Ketersediaan sumber daya dan keterampilan, yaitu terjangkau oleh usahawan dari segi
sumber daya, kompetensi, dan persyaratan hukum.

4. MENGIDENTIFIKASI DAN MENILAI PELUANG USAHA

Ide dan peluang harus disaring dan dinilai kelayakannya setelah berhasil
diidentifikasi. Ini merupakan hal yang penting sekaligus bukanlah tugas yang mudah.
Hal ini dapat membedakan antara keberhasilan dan kegagalan, antara membuat kaya
atau melenyapkan apapun yang Anda miliki. Mengidentifikasi dan menilai peluang
usaha pada intinya adalah menentukan risiko dan hasil/imbalan, yang
menggambarkan beberapa faktor di bawah ini:

 Kondisi industri dan pasar;


 Lamanya masa peluang produk;
 Tujuan pengusaha dan kompetensi yang dimiliki pengusaha;
 Pengelola tim;
 Persaingan modal, teknologi, dan sumber daya
 Kondisi lingkungan (politik, ekonomi, hukum, kebijakan pemerintah).

5. PENGERTIAN IDE BISNIS

Suatu ide bisnis yang bagus adalah penting, atau bahkan merupakan
persyaratan untuk usaha/bisnis yang sukses. Namun demikian, ide bisnis yang bagus
biasanya tidak langsung datang kepada pengusaha melainkan hasil dari kerja keras
dan upaya untuk membangkitkan, mengidentifikasi, dan mengevaluasi peluang. Ide
bisnis adalah respon seseorang, banyak orang, atau suatu organisasi untuk
memecahkan masalah yang teridentifikasi atau untuk memenuhi kebutuhan di suatu
lingkungan (pasar, masyarakat). Mencari sebuah ide bisnis yang bagus merupakan
langkah awal untuk mengubah keinginan dan kreativitas pengusaha menjadi peluang
usaha/bisnis.

Ada dua hal penting yang harus dicatat dalam suatu ide bisnis bagus, yaitu:

1. Walaupun merupakan persyarat, ide bisnis hanyalah suatu alat;


2. Suatu ide diubah menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

Kreativitas merupakan kemampuan untuk merancang, membentuk, membuat,


atau melakukan sesuatu dengan cara yang baru atau berbeda. Ia adalah kemampuan
menimbulkan solusi yang kreatif untuk suatu kebutuhan/masalah serta untuk
memasarkan, yang sering kali menandai perbedaan antara sukses dan kegagalan
dalam bisnis. Kreativitas juga yang dapat membedakan bisnis yang tumbuh pesat atau
dinamis dengan perusahaan menengah biasa. Kenyataannya, pengusaha sukses selalu
kreatif dalam mengidentifikasi sebuah produk, jasa, atau peluang bisnis yang baru.
Agar kreatif, Anda perlu membuka pikiran dan mata, sambil mempelajari sumber-
sumber ide bisnis dan menerapkan tekniknya sebagaimana yang dijelaskan di bawah
ini:

a. Sumber-sumber ide bisnis


30
Ada jutaan pengusaha di dunia dan mereka semua membuktikan bahwa
sesungguhnya terdapat banyak sumber ide bisnis yang potensial. Beberapa sumber
bisnis berguna tersebut antara lain:
 Hobi
 Keterampilan
 Pengalam pribadi
 Waralaba
 Media massa
 Pameran

6. MEMETAKAN PELUANG BISNIS MENJADI IDE BISNIS

Sebuah ide bisnis yang baik haruslah diyakini menawarkan sesuatu yang
berbeda dengan apa yang sudah yang ditawarkan di pasar dan mampu menghasilkan
uang. Agar sebuah ide bisnis itu bisa diyakini memiliki peluang pasar yang besar,
perlu dilakukan pemetaannya. Salah satu pendekatan yang populer adalah dengan
kanvas proposisi nilai (value proposition canvas) yang diperkenalkan oleh Alexander
Osterwarder, penulis buku Business Model Canvas. Value proposition diterjemahkan
secara mudahnya sebagai “alasan kenapa orang membeli produk/jasa yang akan
ditawarkan.” Kanvas proposisi nilai menyediakan perangkat strategis yang mencoba
menjelaskan kecocokan antara kebutuhan pasar dan nilai dari produk/jasa yang
ditawarkan Value proposition canvas memiliki dua komponen utama:

1. Profil konsumen, Menjelaskan sisi konsumen atau orang yang nanti diyakini mau
membeli produk/jasa yang akan ditawarkan.
 Pekerjaan konsumer (consumer job): menjelaskan aktivitas, pekerjaan yang
dilakukan oleh potensi konsumen yang dijadikan objek yang mau dibantu untuk
membuat pekerjaan tersebut bisa lebih baik dan mudah dikerjakan. Contoh
consumer job: membuat dokumen, mengirim barang ke luar negeri. Pekerjaan
konsumer juga dapat berupa perasaan atau emosional yang muncul ketika
melakukan sebuah kegiatan. Misalnya, gangguan nyamuk ketika melakukan
aktivitas. Pekerjaan konsumer seperti ini kemudian memunculkan ide bisnis
berbagai solusi obat nyamuk;
 Kesulitan/kesakitan (pain): sesuatu yang dirasakan menyusahkan dan
menyulitkan bagi konsumen untuk mengerjakan pekerjaan yang dia lakukan
pada poin a di atas. Sisi ini lebih menjelaskan masalah, kesulitan, atau hal-hal
yang dirasakan konsumen sesuatu yang ia tak sukai saat melakukan pekerjaan
tersebut;
 Harapan (gain): segala sesuatu yang diharapkan oleh konsumen untuk dia
peroleh atau inginkan dalam melakukan pekerjaan pada poin a di atas. Misalnya,
biaya yang lebih murah, kemudahan dalam pemakaian, dan lain- lain. Namun hal
ini bukanlah hal-hal yang menjawab poin b.
2. Penciptaan Nilai (Value Creation), bagian ini menjelaskan nilai dari produk/jasa
yang ditawarkan. Produk/jasa yang ditawarkan tersebut harus bisa menjawab
kesulitan (pain) dan harapan (gain) yang dirasakan konsumen. Seperti profil
konsumen, penciptaan nilai terdiri atas tiga komponen yaitu:.
31
 Profil produk/jasa yang ditawarkan: menjelaskan karakter utama dari produk
yang ditawarkan;
 Penyembuh kesakitan (pain relievers): menjelaskan bagian atau fungsi yang
ditawarkan dari produk/jasa yang dapat menjawab atau mengurangi kesulitan;
 Pencipta harapan (gain creators): menjelaskan fungsi dari produk/jasa yang
ditawarkan untuk memenuhi harapan konsumen.

BAB 11

ANALISIS LINGKUNGAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI

1. ANALISIS INDUSTRI

Memiliki ide usaha baru atau bertekad terjun memiliki usaha sendiri amat
memerlukan pemahaman mengenai karakter industri yang akan dimasuki. Hal ini
hendaknya dilakukan sebelum mendesain strategi bisnis dari usaha yang ingin
dikembangkan. Dengan melakukan analisis industri, maka pemilik ide usaha bukan
hanya memiliki wawasan tentang karakter industrinya, melainkan juga akan mampu
mengidentifikasi strategi bisnis yang cocok dengan ide usahanyaagar dapat
mengambil sebagian pangsa pasar pada pasar yang dituju. Analisis ini juga berguna
untuk memperkirakan potensi terjadinya perubahan pasar yang akan mempengaruhi
peta persaingan pada suatu pasar (Fleisher & Bensousasan, 2003).

Ada beberapa alat umum yang digunakan untuk menganalisis sebuah industri.
Salah satunya adalah Metodologi Sembilan Kekuatan (Nine Forces) yang dikenalkan
oleh Boston Consultant, yang diolah dengan melakukan kombinasi dua metodologi
Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five Forces) dan PEST Analysis (Fleisher &
Bensousasan, 2003). Metodologi Sembilan Kekuatan cukup kompleks jika dipakai
untuk sebuah bisnis baru, karena itu bisnis mula disarankan cukup dengan
menggunakan Lima Kekuatan Porter (Porter, 1980). Metodologi Lima Kekuatan
Porter memberikan pendekatan yang cukup logis untuk memahami tingkat
kesulitan/kemudahan dan seberapa kuat persaingan yang mungkin akan dihadapi oleh
seorang pebisnis pemula atau seorang wirausaha ingin memiliki bisnis baru. Kelima
kompenen analisis industri itu adalah: 1) Halangan untuk masuk industri (barrier to
entry); 2) Kekuatan tawar pemasok (supplier bargaining power); 3) Kekuatan tawar
konsumen (consumer bargaining power); 4) Tantangan produk pengganti (threat of

32
substitution products); dan 5) Persaingan antarpelaku bisnis (rivalry among
competitors).

a. Tantangan masuk industri

Setiap usaha baru yang ingin masuk dalam suatu industri akan membawa
kapasitasnya masing-masing dan perlu mengambil bagian untuk memperoleh pangsa
pasar pada pasar yang akan ditujunya. Ini akan memberikan tekanan pada persaingan
baru bagi perusahaan lama yang sudah berada pada industri tersebut. Ada enam
tantangan yang harus diuji oleh pemiliki ide usaha pemula ketika mempertimbangkan
akan masuk pada suatu industri

 Skala ekonomi; Skala ekonomi menjelaskan tentang seberapa besar skala untuk
memulai sebuah usaha. Skala ekonomi tidak hanya terkait dengan besar investasi, tapi
juga dengan teknologi yang harus dimanfaatkan untuk mendukung bisnis yang akan
dijalankan. Bisnis yang bisa dijalankan dengan teknologi tinggi biasanya
membutuhkan skala bisnis yang cukup besar, untuk memaksimalkan pemanfaatkan
teknologi yang ada. Sebagai contoh, memulai bisnis pada industri pertambangan atau
manufaktur tertentu membutuhkan mesin produksi tertentu yang harganya sangat
mahal. Untuk memulai bisnis dalam bidang ini tidak bisa dengan skala kecil agar
dapat mengoptimalkan pemanfaataan teknologi pendukung bisnis tersebut
 Pembeda produk; Pembeda produk (product differentiation) berarti bahwa perusahan
yang sudah masuk pasar akan memiliki identitas tertentu yang diidentikkan dengan
mereknya. Barang atau jasa yang sudah cukup lama ada dalam pasar biasanya
memiliki konsumen yang setia, yang terbentuk dari proses sebelumnya melalui iklan
dan promosi untuk memperkenalkan produk atau jasa tersebut. Pembeda produk dapat
menciptakan sebuah halangan baru masuk pasar bagi bisnis baru karena bisnis baru
tersebut harus memiliki strategi untuk memecahkan tantangan tersebut serta merusak
konsumen setia yang sudah terbangun cukup lama pada perusahaan-perusahaan yang
telah lebih dahulu berjalan. Hal ini sering kali membuat para pebisnis baru gagal
karena tidak mengantisipasi hal ini sedini mungkin (Porter, 1980). Kegagalan ini
terjadi khususnya akibat strategi yang dilakukan pebisnis baru untuk membangun
merek dagangnya tidak memiliki nilai yang berbeda dangan bisnis yang sudah ada di
pasar.
 Persyaratan Modal; Jika biaya masuk ke industri tinggi atau butuh investasi besar,
maka pemain pada pasar ini tidak akan banyak. Ini artinya tantangan masuk pasar
tersebut besar. Sebaliknya, jika investasi masuk industri ini relatif kecil, berarti
tantangan masuk dalam industri juga kecil. Artinya, peluang akan munculnya pemain-
pemain baru dalam bisnis ini cukup besar. Bebeberapa bisnis terkadang membutuhkan
modal yang besar untuk penelitian dan pengembangan (litbang). Selain itu, sebuah
perusahaan tidak hanya membutuhkan modal besar untuk melakukan litbang demi
mendukung lini produksinya melainkan juga untuk hal-hal terkait dengan strategi
pemasaran dan pilihan saluran untuk mendistribusikan produknya.
 Kebijakan Pemerintah; Salah satu potensi yang menjadi tantangan masuk suatu usaha
dalam suatu industri adalah adanya kebijakan dan persyaratan tertentu pemerintah di
industri tertentu. Sebagai contoh, adanya kebijakan untuk produk-produk tertentu

33
harus memenuhi uji klinis, khususnya untuk produk-produk farmasi dan obat-obatan.
Selain itu, ada persyaratan Standard Nasional Indonesia (SNI) yang harus dipenuhi
suatu produk untuk boleh dipasarkan.

b. Daya tawar pemasok

Mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dan bahan pendukung lainnya


sejak sebuah usaha direncanakan merupakan hal yang sangat penting. Ketika ide
usaha yang ingin dijalankan tidak bisa diyakini akan mendapat pasokan bahan baku
yang cukup, mata keberlanjutan bisnis itu menjadi taruhan. Yang perlu
dipertimbangkan pada tahap ini adalah, apakah ide bisnis yang akan kerjakan
tergantung pada satu atau dua pemasok saja, atau jumlah pemasoknya cukup banyak
sehingga perusahaan bisa memilih pemasok yang diinginkan.

Pengujian kekuatan daya tawar pemasok dapat dilihat dari ketesediaan jumlah
pemasok, serta besar atau kecil biaya yang dikeluarkan jika terdapat kemungkinan
pindah pemasok. Jika ide usaha yang akan dijalankan ternyata harus tergantung pada
satu atau dua pemasok saja, maka daya tawar pemasok bisa dianggap tinggi. Begitu
juga jika ada keinginan untuk pindah ke pemasok lain membutuhkan biaya yang
tinggi, maka daya tawar pemasoknya juga tinggi.

Dengan kata lain, ide usaha yang akan dijalankan berpotensi menghadapi
tantangan ketika pemasok tiba-tiba menaikkan harga atau malah tidak mampu
mencukupi kebutuhan bahan baku yang diinginkan. Jika usaha yang akan dijalankan
memiliki banyak pemasok dan proses mengganti pemasok tidak membutuhkan biaya,
maka ini berarti daya tawar pemasok rendah. Dengan demikian, ide usaha yang akan
dijalankan memiliki posisi yang cukup kuat atas pemasok. Usaha baru yang akan
dijalankan kemungkinan tidak kesulitan bahan baku bahkan bisa menawar dalam hal
harga dengan melakukan perbandingan dengan tawaran antara berbagai pemasok.

c. Daya tawar konsumen

Daya tawar konsumen menjelaskan kekuatan posisi dari usaha yang akan
dijalankan terhadap pembelinya. Jika bisnis yang dijalankan adalah produk atau
layanan yang yang jarang ada di pasar tetapi memiliki peminat atau pembeli yang
banyak, maka usaha yang dijalankan memiliki daya tawar yang lebih tinggi terhadap
kosumennya. Sebaliknya, jika konsumen memiliki banyak pilihan di pasar dan
mereka tidak membutuhkan biaya banyak untuk beralih ke produk lain, maka artinya
daya tawar konsumen tinggi. Biasanya, kondisi ini ditemui pada bisnis-bisnis
produksi massal yang banyak ditemui di pasaran, sehingga boleh dikatakan pasar
memiliki posisi pasar sempurna. Ide usaha yang masuk pada industri dengan karakter
seperti ini akan kemungkinan akan bersaing dengan harga kompetitornya untuk
mendapatkan hati konsumen.

d. Tantangan produk-produk pengganti

Produk substitusi adalah produk berbeda dengan usulan usaha yang akan
dilakukan namun memiliki fungsi yang sama bagi target konsumen. Contoh, produk
34
substitusi air mineral adalah air teh, kopi, dan minuman botol atau kalengan lainnya.
Baik air mineral dan minuman lain tersebut memiliki fungsi yang sama untuk
mengurangi dahaga. Ketika produk pengganti sudah memiliki konsumen yang cukup
loyal dan menguasai pasar yang lama cukup lama, maka daya tawar produk pengganti
bisa dianggap tinggi. Sebaliknya jika produk-produk substitusi yang sudah ada di
pasar masih belum memiliki posisi kuat, maka daya tawar produk pengganti rendah,
apalagi jika barang atau jasa yang ditawarkan memiliki nilai guna dan harga yang
lebih baik dari pada produk pengganti.

e. Persaingan antar pelaku usaha

Faktor ini menjelaskan bagaimana persaingan antara para pelaku usaha yang
sudah ada di pasar saat ini. Tinggi atau rendahnya tingkat persaingan pada suatu
industri ditentukan dengan: a) jumlah pemain atau pelaku usaha dalam industri
tersebut dan tingkat kompetensi para pelaku usaha tersebut mampu meraih pangsa
pasar atau penerimaan konsumen pada produk-produk yang dijual oleh industri
tersebut. Jika jumlah produk sejenis hanya ditekuni sedikit perusahaan, maka
persaingannya rendah; b) tingginya persaingan dalam suatu industri juga ditentukan
dengan pertumbuhan industri itu sendiri. Jika industrinya tumbuh, terjadi peningkatan
jumlah pelaku di dalamnya, maka persaingan antar pelaku usaha tinggi. Pada saat ini,
maka konsumen dapat dengan gampang berpindah pada produsen lain. Industri yang
terus tumbuh juga mengartikan daya tarik pendatang baru juga tinggi, sehingga
tantangan masuknya rendah. Seluk-beluk pertumbuhan industri ini dapat dilihat dari
data- data statistik yang dimiliki oleh pemerintah atau lembaga survei yang dapat
dipercaya.

2. ANALISIS PESAING

Pesaing atau kompetitor adalah pihak atau usaha lain yang memiliki barang atau jasa
yang sama-sama memecahkan masalah yang sama pada konsumen yang sama.
Analisis pesaing perlu dilakukan oleh setiap wirausaha pemula. Tujuannya adalah: 1)
untuk mengetahui kekuatan dan kelamahan pesaing ketika masuk dalam satu pasar.
Dengan mengetahui kelemahan dan kelebihan pesaing utama, pebisnis pemula bisa
mengidentifiasi hal-hal yang bisa dijadikan keunggulan dari usaha yang akan
dilakukan; 2) analisis pesaing, juga sangat baik untuk memahami cara para calon
pesaing dulu melakukan pasar penentrasi. Bagaimanapun, pelaku usaha pemula
membutuhkan strategi yang generik untuk melakukan penetrasi pasar, belajar dari
pesaing-pesaing akan menjadi langkah mempermudah proses penetrasi. Untuk
menentukan pesaing langsung dari usaha yang akan dilakukan, usahawan perlu
melakukan analisis pesaing. Pada prinsipnya terdapat tiga jenis pesaing:

1. Pesaing langsung (direct competitors): perusahaan lain yang memproduksi produk yang
sama dan memeroleh uang dengan cara dan dari sumber yang sama. Misalnya antara Go-
Jek dengan Grab. Atau juga antara Coca Cola dengan Pepsi Cola. B

35
2. Pesaing tidak langsung (indirect competitors): perusahaan lain yang menawarkan produk
yang sama, tapi mereka menghasilkan uang dengan cara yang berbeda dengan ide usaha
yang akan dilakukan. Misalnya, PlayStation akan mengganggap semua mainan daring
sebagai pesaingnya. PlayStation menjual gim (game) dalam berbentuk CD bersamaan
dengan alat PlayStationnya. Sementara itu, gim daring menghasilkan uang berdasarkan
unggahan daring para penggunanya, yang dimainkan melalui ponsel pintar.
3. Pesaing produk pengganti (replacement competitor): pesaing yang berasal dari produk-
produk yang berbeda tapi produk tersebut bisa dimiliki konsumen untuk mengganti
produk yang kita miliki. Produk pesaing itu juga mengunakan cara yang mirip atau
sumber daya yang sama yang akan dilakukan untuk menjual produk kita (usaha yang
akan dirintis). Contohnya, Coca Cola akan melihat Teh Sosro sebagai saingannya juga
karena fungsi Coca Cola bisa digantikan dengan Teh Sosro dan mereka mengunakan
saluran penjualan yang mirip atau sama.

BAB 12

LEGAL BISNIS

1. URGENSI LEGAL BISNIS

Hukum adalah keseluruhan peraturan yang dibuat penguasa, yaitu masyarakat dan
negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Adapun unsur dari hukum
tersebut adalah berisi tentang aturan tingkah laku masyarakat, dibuat oleh yang berwenang
atau berwajib, berisi perintah atau larangan, dan bersifat memaksa atau mengikat. Pada dunia
bisnis, unsur-unsur tersebut harus disiapkan terlebih dahulu sebelum dimulainya kegiatan
usaha. Kegiatan kerja sama usaha yang tanpa diawali dengan perencanaan dan persetujuan
hukum bisnisnya akan sangat berisiko untuk mengalami kerugian, baik bagi penjual, pembeli,
maupun investor.

2. BENTUK HUKUM PERUSAHAAN

36
Sebelum menentukan cara mengorganisasikan suatu bisnis, seorang wirausaha harus
mampu menentukan bentuk kelembagaan bisnis bagaimana yang sesuai dengan kebutuhan
dari bisnis tersebut. Hal ini dikarenakan faktor-faktor seperti pajak, keuangan perusahaan,
modal, dan lain-lain berbeda untuk masing-masing bentuk hukum bisnis yang akan dijalankan
(Kent Royalty, 1988). Secara umum, dikenal tiga bentuk hukum bisnis yaitu

 usaha pribadi,
 persekutuan (firma dan komanditer/CV), dan
 perseroan terbatas (PT).

Karena ketiga bentuk bisnis ini masing-masing memilik kelebihan dan kekurangan,
maka dapat dikatakan mustahil untuk merekomendasikan suatu bentuk bisnis yang sesuai
untuk segala jenis usaha. Modul ini akan menganalisis secara rinci mengenai ketiga bentuk
bisnis yang disebutkan di atas, ditambah bentuk-bentuk khusus seperti usaha waralaba dan
perseroan terbatas jenis lainnya, serta beberapa aspek hukum bisnis di Indonesia.

Selain bentuk0bentuk hukum bisnis yang disebutkan di atas, terdapat beberapa bentuk
bisnis lainnya, seperti:

 perusahaan domestik
 perusahaan publik atau pribadi
 yayasan
 perkumpulan profesi
 perusahaan tertutup

3. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN AKIR DALAM PEMILIHAN BENTUK


USAHA

Secara garis besar, ada tiga masalah pokok dalam pemilihan bentuk usaha yaitu motivasi
usaha, efisiensi (akuntabilitas), serta bentuk usaha yang dipilih. Dalam motivasi usaha, faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan dengan cermat menyangkut pengertian bentuk usaha yang
akan dijalankan, kelompok bentuk usaha yang akan didirikan, maksud pendirian usaha,
perundingan pendirian usaha, dan kesepakatan pendirian usaha. Pada efisiensi usaha, faktor-
faktor yang dipertimbangkan menyangkut pertanggungjawaban yang harus diberikan, fungsi
manajemen dan kontrol yang harus diadakan, aspek formalitas, fleksibilitas, dan permodalan
yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar. Dalam hal bentuk usaha yang dipilih,
faktornya banyak ditentukan oleh jenis badan usaha tersebut, bentuk permodalan, tanggung
jawab usaha keanggotaan, pembagian laba, publikasi atas perkiraan tahunan, dan banyak lagi.

4. SERTIFIKASI PRODUK

Produk yang dikembangkan oleh seorang wirausaha perlu melalui proses sertifikasi agar
lebih dipercaya oleh konsumennya. Sertifikasi produk adalah pemberian jaminan tertulis dari
pihak ketiga independen bahwa suatu produk beserta proses yang mendukungnya telah
memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan, keselamatan, dan lingkungan. Sertifikasi
dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro). Perusahaan yang ingin produknya
disertifikasi mengajukan aplikasi ke LSPro dan mengikuti proses sertifikasi yang ada di
LSPro.
37
5. PERIZINAN USAHA

Setelah menemukan gagasan dan menjadikannya sebagai peluang usaha, memilih cara
berusaha, serta jenis atau badan usaha yang tepat, maka wirausaha memerlukan sebuah
dokumen dan izin dari pemerintah dalam bentuk formal badan usaha. Perizinan ini sangat
penting terkait dengan kerja antar perusahaan, dokumen kontrak, dan sumber permodalan.
Kelengkapan usaha tersebut diperlukan bukan hanya terkait dengan urusan hukum dan
perundang-undangan suatu negara saja, melainkan juga dapat meyakinkan pelanggan, dan
menjaga keberlangsungan usaha dari segala sesuatu yang terkait dengan hukum dalam
menjalankan usaha. Banyaknya dokumen dan izin yang dibutuhkan tergantung pada jenis
usaha yang dijalankan. Satu jenis usaha dengan jenis usaha lainnya memerlukan dokumen dan
izin yang berbeda. Misalnya, izin untuk mendirikan pabrik akan berbeda dengan izin
mendirikan tempat penginapan dan pusat kebugaran. Namun secara umum, terdapat dokumen
atau persyaratan yang harus dimiliki semua kegiatan usaha, seperti Badan Usaha, Tanda
Daftar Perusahaan (TDP), dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), serta kelengkapan Bukti
Diri dari lingkungan setempat.

Beberapa perizinan yang harus diurus sesuai dengan bidang usahanya antara lain:

1. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), diperoleh melalui Kementerian Perdagangan.


2. Surat Izin Usaha Industri (SIUI), diperoleh dari Kementerian Perindustrian;
3. Izin Domisili, didapat melalui kelurahan setempat, di mana lokasi perusahaan atau
proyek berada;
4. Izin Gangguan, didapat melalui kelurahan setempat di mana perusahaan tersebut
berdomisili;
5. .Izin Mendirikan Bangunan (IMB), didapat memalui pemerintah daerah setempat;
6. Izin dari instansi atau departemen teknis yang terkait sesuai bidang usaha yang
dijalankan.

BAB 13

RANTAI NILAI DAN MODEL BISNIS

1. RANTAI NILAI

Rantai nilai mengambarkan sebuah rangkaian dan proses di mana nilai tambah dapat
ditingkatkan atau dicapai dengan mengenali serangkaian elemen aktivitas sebuah ide usaha.
Porter (1998) menjelaskan ada dua aktivitas dalam bisnis yaitu aktivitas utama (primary
activities) dan aktivitas pendukung (support activities). Aktivitas utama adalah aktivitas yang
terlibat secara langsung dalam proses penciptaan nilai, saat bahan baku diubah menjadi
produk hingga produk tersebut tiba di tangan konsumen. Proses ini bisanya diawali dengan
membawa semua bahan baku ke lokasi produksi, proses pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi, proses distribusi produk ke pasar, hingga sampai ke konsumen. Aktivitas utama
juga menjelaskan semua aktivitas pemasaran dan aktivitas terkait layanan purnajual. Dengan
kata lain, aktivitas utama mencakup semua aktivitas terkait dengan produksi, rantai pasok, dan
pemasaran produk. Sementara itu, aktivitas pendukung adalah semua aktivitas yang harus

38
dimiliki oleh sebuah usaha agar aktivitas utama bisa berjalan dengan baik. Di antaranya
adalah cara mengelola sumber daya manusia atau karyawan, pengelolaan dan infrastruktur
pendukung aktivitas usaha yang dimiliki, teknologi yang dibutuhkan, serta aktivitas terkait
dengan pengelolaan pembelanjaan pada usaha.

Beberapa elemen proposisi nilai yang bisa dipikirkan sejak awal pada usaha yang akan
ditawarkan adalah:

 Kebaruan: Apakah ada hal baru ditawarkan dari barang atau jasa yang akan atau
sedang dijalankan, yang berbeda dari yang sudah ditawarkan di pasaran (nilai yang
diberikan oleh pesaing).
 Kinerja (performance): Apakah barang atau jasa yang ditawarkan memiliki tawaran
kinerja yang lebih baik yang dibutuhkan oleh konsumen, yang belum dimiliki oleh
produk yang ada di pasaran saat ini. Sebagai contoh, pada usaha logistik, layanan
waktu yang cepat sering dijadikan proposisi nilai yang ditonjolkan.
 Pengubahsuaian (customization): Apakah barang atau jasa yang ditawarkan juga
menawarkan permintaan khusus dari segmentasi konsumen tertentu? Hal ini banyak
dilakukan untuk produk-produk untuk jenis Business to Business (B to B) atau juga
sering kali kita temui pada produk mode, yakni ada pakaian hanya dibuat dengan satu
model, sehingga konsumen memiliki perasaan eksklusif ketika membeli pakaian
tersebut.
 Mempermudah pekerjaan konsumen: Apakah produk dan jasa yang ditawarkan
menawarkan sesuatu yang mempermudah pekerjaan konsumen, yang mungkin tidak
ditawarkan oleh produk-produk yang sudah ada di pasaran saat ini.
 Desain (design): Apakah produk yang ditawarkan memiliki desain yang berbeda dari
produk sebelumnya. Bisanya proposisi nilai ini banyak ditawarkan pada produk-
produk kreatif atau jenis dengan proposisi nilai lain, seperti mempermudah kerja
konsumen pada produk-produk elektronik.
 Brand atau status: Biasanya ini ditonjolkan oleh produk-produk mewah untuk
memberikan status sosial tertentu pada konsumennya.
 Harga: Apakah harga yang ditawarkan memiliki harga yang berbeda dari produk yang
sudah ada di pasar.
 Pengurangan biaya: Apakah barang atau jasa yang ditawarkan memberikan atau
menawarkan efisiensi atau pengurangan biaya ketika konsumen melakukan
pekerjaannya
 Pengurangan risiko: Apakah produk yang ditawarkan mampu memberikan
pengurangan risiko ketika melakukan pekerjaannya. Misalnya, helm diciptakan untuk
mengurangi risiko fatal pada pengemudi kendaraan saat terjadi kecelakaan.
 Mempermudah akses
 Kenyamanan

39
BAB 14

RENCANA BISNIS

1. KARAKTERISTIK USULAN RENCANA BISNIS YANG BAIK

Sebelum mulai menyusun usulan rencana usaha, ada baiknya wirausaha melakukan
pemetaan tentang posisi tawar dan karakter usaha yang akan dikembangkan. Dengan
menggunakan informasi dan data-data yang dikembangkan dari bab-bab sebelumnya,
pemetaan dan tahapan berikut dilakukan untuk melihat kelayakan usaha yang akan dijalankan.
Jika ada informasi yang dikumpulkan ternyata tidak atau belum cukup memadai, maka
wirausaha dapa melakukan riset tambahan.

Sebagai panduan agar mampu mengidentifikasi cukup-tidaknya data yang sudah dimiliki,
maka wirausaha bisa mengisi lembar kerja (worksheet) yang tersedia pada bab ini (lihat pada
bagian tugas mahasiswa). a. Pemetaan potensi pasar dan keunggulan bersaing barang atau
jasa yang ditawarkan Pertama, lakukan pemetaan tentang permintaan pasar (demand).

40
Memenuhi kebutuhan (meeting the need) adalah kunci dasar sebuah bisnis yang baik.
Mengembangkan bisnis tanpa tahu siapa yang akan membeli dan apakah barang atau jasa
yang ditawarkan akan dibeli atau dibutuhkan merupakan hal pertama yang mesti dikenali
sebelum mengembangkan sebuah rencana bisnis. Banyak cara agar seseorang bisa
menemukan ide bisnisnya, tetapi sebuah bisnis yang berhasil harus mampu menampilkan
paling tidak satu dari beberapa hal berikut ini: •

 barang atau jasa yang dikenalkan menawarkan sesuatu yang baru kepada konsumen,
 barang atau jasa yag ditawarkan lebih baik dibandingkan dengan produk- barang atau
jasa yang sudah ada di pasaran,
 pasar yang dilayani lebih luas dari pasar yang dijangkau pesaing,
 produk dan jasa yang ditawarkan menawarkan cara distribusi yang baru dan/atau
barang atau jasa yang ditawarkan memiliki kemampuan untuk meningkatkan integrasi
antar barang atau jasa yang sudah ada sebelumnya.

Oleh karena itu, memahami pasar yang akan dimasuki adalah hal utama yang harus
dilakukan oleh usaha baru. Ide bagus atau temuan baru saja tidak cukup sebagai dasar
menjalankan sebuah bisnis. Wirausaha harus yakin bahwa pasar yang akan dimasuki cukup
besar, dapat diakses, dan bisa merespon secara cepat terhadap barang atau jasa yang
dikembangkan. Contohnya, mesin anjungan tunai mandiri (ATM) gagal pada saat pertama
produknya diperkenalkan kepada pasar karena dikembangkan tanpa perencanaan terlebih
dahulu tentang cara membangun kepecayaan masyarakat pemakainya.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah kondisi industri dan tren yang berkembang
terkait dengan ide usaha yang akan dijalankan. Sebuah usaha tidak bekerja pada ruang hampa
udara sosial. Ia akan menjadi subjek di pasar dan juga kondisinya akan dipengaruhi oleh
banyak faktor lain. Contoh, kondisi ekonomi sebuah negara akan menentukan sebuah usaha
menjanjikan atau tidak. Sebuah usaha menjadi hal yang tidak menjanjikan ketika data
menunjukkan daya beli masyarakat menurun, atau sulit mendapatkan izin usaha, khususnya
yang terkait dengan upaya untuk melakukan penetrasi pasar. Sebagai contoh, PT Paragon,
yang memproduksi produk kosmetik Wardah, mengambil peluang dengan membangun brand
sebagai produk kosmetik pertama dengan label halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)
untuk dapat diterima pasar. Strategi ini berhasil karena ada tren meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk menjalankan ketentuan agama Islam, khususnya di Indonesia yang
mayoritas muslim. Oleh karena itu, amat penting untuk melihat kembali data analisis industri
yang sudah dilakukan. Dengan demikian, pelaku usaha baru sudah bisa mengidentifikasi
tantangan yang akan dihadapinya dan yakin bisa berstrategi dalam menghadapi tantangan
tersebut.

Ada sembilan komponen yang harus dimasukkan ke dalam sebuah usulan rencana usaha
yang baik. Komponen-komponen tersebut adalah:

1. Ringkasan eksekutif (executive summary);


2. Profil perusahaan;
3. Analisis industri dan tren;
4. Analisis tentang konsumen;
5. Analisis Persaingan;
41
6. Rencana strategi pemasaran dan penjualan;
7. Perencanaan operasional;
8. Manajemen sumber daya; dan
9. Rencana keuangan.

Penggunaan data dari analisis industri, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya dan pada bagian awal dari bab ini, memiliki beberapa komponen sebagai berikut:

1. Gambaran pasar
2. Ukuran pasar
3. Design manufaktur

42

Anda mungkin juga menyukai