Edgar Allan Poe
Edgar Allan Poe
Edgar Allan Poe
Edgar Allan Poe [1809-1849]. Seorang cerpenis, penyair, wartawan, dan kritikus seni
kelahiran Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, 19 Januari 1809. Ia berpengaruh besar
terhadap para pengarang setelahnya. Poe banyak menulis cerita misteri dan kisah detektif.
Ia memiliki kisah hidup yang tragis layaknya isi cerpen-cerpennya. Orangtuanya adalah
sepasang aktor keliling yang meninggal dunia sebelum ia genap berumur dua tahun.
Kemudian ia diadopsi oleh seorang pedagang tembakau kaya, John Allan. Saat tumbuh
dewasa, ia dikeluarkan dari universitas Virginia dan West Point karena berutang akibat
berjudi dan mabuk-mabukan. Lalu, istrinya yang masih terhitung sepupunya mati karena
tuberkolosis pada usia awal dua puluhan. Namun, Poe memiliki bakat beasr sebagai penulis
dan merupakan seorang pekerja keras walaupun nyaris sepanjang hidupnya didera
kemiskinan. Kisah-kisahnya mengenai misteri, horror, dan kejahatan menjadi dasar bagi
cerita detektif modern. Hanya segelintir penulis yang mampu mendekati pencapaian Poe
dalam hal kekuatan dramatis dan intensitas emosional. Pada 1832, ia merupakan orang
pertama yang bersikeras bahwa cerpen seharusnya membangun sebuah efek tunggal.
Gagasannya yang lain berkaitan dengan panjang sebuah cerpen. Ia meyakini bahwa seorang
pembaca seharusnya bisa menuntaskan sebuah cerpen “dalam sekali duduk”. Bisa dibilang,
ia adalah orang pertama yang menciptakan ilmu cerpen melalui perumusan aturan-
aturannya.
Bisa dikatakan beliau adalah Bapak Cerpen Amerika. Tidak peduli hasil karyanya
menghasilkan atau tidak yang penting menulis saja tanpa batas. Namanya tidak saja menjadi
kebanggaan bangsa Amerika, akan tetapi menjadi milik dunia. Dalam dunia cerita pendek ia
laiknya “nabi”, seorang visioner yang selalu menciptakan bentuk dan gaya tulisan, serta
pikiran-pikiran yang melampaui masanya. Ia selalu melangkah ke depan, sehingga pada saat
cerita-ceritanya ditulis, ada banyak kalangan yang sulit menerima, bahkan cenderung
menolak. Kejeniusan pikiran-pikiran Poe, keanehan-keanehan gaya dan bentuk atas tulisan-
tulisan yang ditawarkan Poe (yang pada masanya banyak ditolak oleh para penerbit itu),
pada akhirnya mencatatkan sejarah tersendiri. Karya-karya Poe dikagumi, ditunggu
kehadirannya, dan menjadi genre tersendiri. Karya-karya Poe menyebar ke seluruh dunia.
Ia menjadi peneguh pada gaya penulisan cerita yang pendek pada saat orang-orang (baik
kalangan pembaca maupun kalangan penerbit) mengharapkan dan mengandrungi tulisan-
tulisan dengan cerita yang panjang. Ia memperkenalkan bahasa yang liar, binal, misterius,
dengan tema-tema yang keras (cerita-cerita horor dan detektif) pada saat orang-orang
menggandrungi cerita-cerita yang sopan, romantis, dan lembut. Ia mengejutkan dunia
kesusastraan dengan imajinasi-imajinasinya yang melampaui batas masa depan (pada
cerita-cerita yang bertemakan sains-fiksional), memperkenalkan pemikiran-pemikiran
mustahil yang menggiring realitas “biasa” menjadi realitas imajinatif yang serba mungkin. Di
tangan Poe, realitas “biasa” menjadi “tidak biasa”. Pada kunjungan pengarang kenamaan
Inggris Charles Dickens bulan Maret 1842 ke Philadelphia, dan ketika kedua penulis ini
bertemu, Dickens yang kemudian mengagumi kecerdasan dan keliaran imajinasi Poe
mengatakan, “Lelaki ini benar-benar seorang iblis!” Cerita-cerita Poe memang selalu
mengandung pikiran-pikiran yang tak waras dan karakter iblis yang mendekam dalam jiwa
manusia: kekejaman, kebencian, dan kemarahan.
Jika kreativitas Poe dalam bercerita ditandai oleh kemisteriusan serta keajaiban bahasa yang
mengangkat tema-tema keras dan liar, maka berbanding terbalik dengan puisi-puisinya yang
amat romantis dan lembut. Pemujaan terhadap keindahan kecantikan, serta impian-impian
cinta pada sosok perempuan yang sempurna, menandai betapa kontradiksi kepribadian Poe
amat sulit ditebak. Ada banyak dugaan serta fitnah yang ditujukan untuk menghancurkan
reputasi Poe dengan mengatakan bahwa Poe menggunakan opium sebagai perangsang
kreativitas, -seperti halnya kebiasaan beberapa penulis yang ngawur dan tidak layak
dipercaya. Akan tetapi belakangan Poe bisa meyakinkan bahwa ia menulis dalam kondisi
pikiran yang waras. Dr. Thomas Dunn English, seorang dokter yang mengenal Poe dengan
baik di awal 1839, turut memberi peneguhan dengan mengatakan bahwa, “Jika Poe
menggunakan opium, maka ia sebagai dokter dan sekaligus pengamat kesehatan yang
terlatih, tentu sudah akan mengetahuinya.”
Kontradiksi juga terlihat dalam tulisan-tulisan Poe yang berbentuk kritik. Ada banyak tulisan
kritik yang ditulis Poe dengan kejam, tegas, dan tanpa ampun; akan tetapi kadangkala ia
juga menulis kritik dengan bahasa yang indah, lembut, dan mempesona. Ketajaman
analisisnya dalam menilai karya-karya yang baik dan karya yang buruk, pada saat ia menjadi
editor pada halaman sastra koran Messengger (1836), telah semakin memperkuat
kreadibilitasnya. Setidaknya, pada periode itu Poe telah menulis 80 kritik yang memberi
pengaruh besar terhadap perkembangan sastra.
Keluasan pengetahuan serta kecerdasan Poe memang tak terbantahkan. Sebagai pecinta
sains serta pengamat lapangan (empirik) yang teliti, yang mampu menuliskan pikiran-
pikirannya dengan detail mengagumkan, ditambah dengan pendiriannya yang tidak mudah
takluk terhadap kebenaran yang ia yakini, menjadikan karya-karya Poe mampu menerabas
waktu. Bahkan di saat kondisi fisik Poe mulai menurun, idealismenya untuk mewujudkan
sebuah karya yang menurutnya “karya tersulit yang pernah dibuatnya”, telah melahirkan
tulisan kontroversial bertajuk Eureka (1848), --setahun sebelum kematiannya. Eureka adalah
karya yang berkaitan dengan teori-teori Poe tentang berbagai penemuan sains yang
(diimajinasikan) bakal terjadi di masa depan. Dalam karya jenius itu, Poe telah melakukan
apa yang tak pernah dipertimbangkan oleh banyak penulis lain.
Poe mati muda di usia 40 tahun akibat kebiasaan buruknya mabuk-mabukan dan diakui
secara luas sebagai salah seorang pengarang Amerika paling penting di abad ke-19.
Perjuangan panjang seorang legendaris Poe untuk mewujudkan impian-impiannya, telah
mengguratkan sebuah kisah tersendiri yang menjadi inspirasi bagi para penulis yang lahir
kemudian. Segala kepedihan, kehinaan, kebangkrutan, kegagalan, serta kemuliaan Poe –
yang namanya kemudian tumbuh dan menyebar ke seluruh dunia justru setelah ia wafat
pada 1849, ikut menanamkan sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya penegakkan
nilai dan konsistensi. Bahwa apa yang diperjuangkan dengan keyakinan penuh, dengan
kegigihan yang pantang menyerah, pada saatnya ia akan tumbuh dan menjadi buah yang
bisa dipetik.
Karya-karyanya antara lain terhimpun dalam buku Tamerlane (1827, kumpulan puisi) dan
The Complete Works of Edgar Allan Poe (1902). Beberapa karya dongengnya antara lain:
TheBlack Cat, The Cask of Amontillado, A Descent into the Maelström, The Facts in the Case
of M. Valdemar, The Fall of the House of Usher, The Gold-Bug, Hop-Frog, The Imp of the
Perverse, Ligeia, The Masque of the Red Death, Morella, The Murders in the Rue Morgue,
The Oval Portrait, The Pit and the Pendulum, The Premature Burial, The Purloined Letter, The
System of Doctor Tarr and Professor Fether, The Tell-Tale Heart.
Beberapa karya puisinya antara lain: Al Aaraaf, Annabel Lee, The Bells, The City in the Sea,
The Conqueror Worm, A Dream Within a Dream, Eldorado, Eulalie, The Haunted Palace, To
Helen, Lenore, Tamerlane, The Raven, Ulalume.
Ambil yang baik sebagai inspirasi, buang yang buruk sebagai pelajaran.
Osya *_*