112723152012ok KSB.

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Putusan Nomor : PUT-112723.15/2012/PP/M.

IA Tahun 2018

Jenis Pajak : PPh Badan

K
Tahun Pajak : 2012

JA
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah
Koreksi Penghasilan Neto PPh Badan Tahun Pajak 2012 sebesar
Rp13.444.539.687,00, yang terdiri dari :

PA
1. Koreksi Peredaran Usaha Rp 9.115.918.581,00
2. Koreksi Biaya Luar Usaha Rp 4.328.621.106,00
Jumlah Rp 13.444.539.687,00

N
1. Koreksi Peredaran Usaha sebesar Rp9.115.918.581,00;

ILA
Menurut Terbanding:

bahwa yang menjadi sengketa dalam koreksi Peredaran Usaha adalah adanya Peredaran
Usaha yang belum dilaporkan dalam SPT, yang menurut Terbanding berasal dari pengujian
D
yang dilakukan terhadap produktivitas TBS (Tandan Buah Segar) milik Pemohon Banding;

bahwa selisih produktivitas TBS tersebut ditemukan dari Laporan Penilaian dari Kantor Jasa
GA
Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan Rekan di Medan. Laporan
tersebut diperoleh dari Pemohon Banding sendiri;

bahwa dalam rangka menilai kebenaran penyampaian SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak
EN

2011, Terbanding melakukan kegiatan Pemeriksaan Pajak. Tujuan Pemeriksaan Pajak adalah
untuk menguji kebenaran perhitungan pajak yang dilakukan oleh Pemohon Banding
berdasarkan sistem self assessment;

bahwa dalam rangka melakukan pengujian tersebut, sesuai ketentuan dan prosedur yang
TP

berlaku, Terbanding melakukan pengujian berdasarkan metode langsung dan/atau metode tidak
langsung;
bahwa apabila data-data yang dibutuhkan untuk melakukan pengujian secara langsung tidak
tersedia atau tidak diberikan oleh Terbanding maka dapat digunakan metode tidak langsung;
IA

bahwa penggunaan metode tidak langsung oleh Terbanding untuk menguji Peredaran Usaha
melalui pendekatan produktivitas TBS karena Terbanding tidak memperoleh seluruh dokumen-
AR

dokumen yang dibutuhkan untuk menguji pos Peredaran Usaha. Tidak diterimanya dokumen-
dokumen yang dibutuhkan tersebut telah dituangkan oleh Terbanding dalam Berita Acara Tidak
Dipenuhinya Permintaan Dokumen tanggal 4 September 2015;
ET

bahwa pelaporan transaksi dalam Laporan Keuangan harus sejalan dengan ketentuan
pelaksanaan pembukuan yang diatur dalam Undang-Undang KUP dan praktik akuntansi yang
lazim. Suatu transaksi seharusnya didasarkan pada bukti yang valid dan relevan serta
mencerminkan keadaan yang sebenarnya (substance over form);
KR

bahwa Terbanding telah membuat Surat Panggilan kepada Pemeriksa Pajak dalam rangka
Pembahasan dan Klarifikasi sengketa keberatan Pemohon Banding dengan Nomor: S-
177/WPJ.27/2017 pada tanggal 27 Januari 2017;
SE

bahwa berdasarkan Berita Acara Pembahasan dan Klarifikasi Atas Pengajuan Keberatan
Nomor: BA-17/WPJ.27/BD.06/ 2017 tanggal 02 Februari 2017 Pemeriksa menyatakan :
· Standar pelaksanaan Pemeriksaan salah satunya adalah bukti yang kompeten dalam
Pemeriksaan pajak. Berdasarkan judgement professional Terbanding, Laporan Kantor Jasa
Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan Rekan memiliki kualifikasi
sebagai bukti yang bersifat independen yang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai alat
bukti dalam metode pengujian oleh Terbanding yang juga telah dilegalkan dengan Bukti
Peminjaman Dokumen (Pemohon Banding meminjamkan Laporan Kantor Jasa Penilai Publik
kepada Terbanding pada tanggal 1 September 2015);
· Laporan Kantor Jasa Publik merupakan Data Pihak Ketiga yang bersifat Independen dan
dihasilkan oleh tenaga yang ahli dalam bidang penilaian properti termasuk perkebunan.

K
Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto, Rozak Uswatun dan Rekan telah
mendapatkan Surat Izin Usaha Kantor Jasa Penilai Publik (SIU-KJPP) No. 2.09.0027 dan
telah teregistrasi dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

JA
365/KM.1/2009 tanggal 6 Februari 2009. Dengan demikian apabila digunakan sebagai alat
bukti merupakan bukti yang lebih valid dibandingkan alat bukti yang lain sebagaimana di atur
dalam Pasal 5 huruf e PER-9/PJ./2010 tanggal 1 Maret 2010 jo. Pasal 4 huruf c

PA
PER-23/PJ/2013 tanggal 1 Februari 2013;
· Pada Laporan Kantor Jasa Penilai Publik dijelaskan bahwa telah dilakukan "Inspeksi
Lapangan", lnspeksi Lapangan atas kondisi properti tersebut dilakukan pada tanggal 25 Juli
2012. Dalam pelaksanaan inspeksi lapangan, seluruh asset dapat dilakukan inspeksi dengan
baik;

N
· Sesuai dengan maksud dan tujuan penilaian, "Dasar nilai", sesuai dengan maksud dan tujuan
sebagaimana di atas, maka dasar penilalan yang digunakan adalah Nilai Pasar dan Nilai Jual
Paksa;

ILA
· Pada Laporan Kantor Jasa Penilai Publik juga diterangkan tentang Asumsi dan Syarat-Syarat
Pembatas :"Semua data dan informasi yang kami terima dari pemberi tugas yang berkaitan
dengan penilaian ini kami anggap benar;
· Pada laporan Kantor Jasa Penilai Publik dijelaskan bahwa produksi rata-rata kebun
D
Pemohon Banding sebesar 12,03 ton/ha/tahun atau sebesar 60% dari standar produksi
PPKS untuk kesesuaian lahan S3. Proyeksi produksi diperoleh berdasarkan data historis
GA
produksi TBS di kebun Pemohon Banding.

bahwa berdasarkan Laporan Kantor Jasa Penilai Publik tersebut, Terbanding melakukan
pengujian terhadap produktivitas TBS. Berdasarkan pengujian tersebut diketahui terdapat selisih
produktivitas TBS yang belum dilaporkan oleh Pemohon Banding dalam SPT Tahunannya;
EN

bahwa Laporan Penilai dari Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak
Uswatun dan Rekan dibuat oleh pihak profesional yang telah memiliki izin resmi dari Menteri
Keuangan melalui Keputusan Nomor: Kep.Menkeu No. 365/KM.1/2009 tanggal 6 April 2009
TP

dengan Nomor izin 2.09.0027. Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak
Uswatun dan Rekan terdaftar dengan izin Penilai Publik Nomor P-1.10.00303. dan anggota
MAPPI No. 06.S-02052;

bahwa penggunaan pihak Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak
IA

Uswatun dan Rekan dilakukan oleh Pemohon Banding sendiri untuk menilai prospek usahanya
dalam rangka pengajuan kredit ke pihak perbankan. Bahwa dalam laporan tersebut,
berdasarkan data-data yang diserahkan oleh Pemohon Banding sendiri untuk dinilai kelayakan
AR

usahanya, diketahui bahwa seharusnya Pemohon Banding mempunyai produktivitas TBS yang
dihasilkan lebih besar dari yang dilaporkan dalam SPT Tahunan Tahun Pajak 2012;

bahwa pihak Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan
ET

Rekan dalam melakukan penilalan usaha berdasarkan standar profesional yang berlaku.
Berdasarkan Laporan Kantor Jasa Penilai Publik Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan
Rekan Nomor : 0323/PNL-P/MBPRU-MDN/SHW/IX/2012 diketahui hal-hal sebagai berikut :
· Penilai menyatakan bahwa penilai telah memenuhi persyaratan pendidikan profesional yang
KR

ditentukan dan/atau diselenggarakan oleh Asosiasi Penilai yang diakui oleh pemerintah;
· Dalam batas kemampuan dan keyakinan serta pemahaman yang terbaik, sebagai penilai,
dengan ini menerangkan bahwa pernyataan dalam laporan ini yang menjadi dasar analisis,
pendapat dan kesimpulan yang diuraikan di dalamnya adalah betul dan benar, telah
memenuhi ketentuan kode etik Penilai Indonesia (KEPI) dan Standar Penilai Indonesia (SPI-
SE

2007) serta Peraturan Perundangan yang berlaku;


· Pada Laporan Kantor Jasa Penilai Publik dijelaskan bahwa telah dilakukan "Inspeksi
Lapangan', Inspeksi Lapangan atas kondisi properti tersebut dilakukan pada tanggal 25 Juli
2012. Dalam pelaksanaan inspeksi lapangan, seluruh asset dapat dilakukan inspeksi dengan
baik;
bahwa Terbanding telah mengirimkan Surat Konfirmasi Validitas Laporan Kantor Jasa Penilai
Publik Pada tanggal 01 Februari 2017 kepada Pimpinan Kantor Jasa Penilai Publik Muttagin
Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan Rekan di Medan untuk meminta Kebenaran atas Isi
Laporan Penilaian Pemohon Banding. Namun Terbanding belum menerima jawaban atas
konfirmasi tersebut;

K
bahwa koreksi yang dibuat oleh Terbanding dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Koreksi

JA
dibuat berdasarkan suatu teknik pengujian dan bersumber dari bukti kompeten dan valid. Sesuai
dengan prosedur Pemeriksaan, tidak ada kewajiban bagi Terbanding untuk menyediakan 2
(dua) alat bukti untuk membuktikan koreksinya;

PA
berdasarkan uraian di atas, Terbanding tidak mempunyai dasar keyakinan yang memadai untuk
menerima keberatan dan tanggapan Pemohon Banding dan berpendapat koreksi yang dibuat
oleh Terbanding sudah sesuai dengan ketentuan dan prosedur Pemeriksaan yang berlaku.
Dengan demikian jumlah Peredaran Usaha yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Pajak Penghasilan Nomor: 00002/206/12/331/16 Tanggal 07 Maret 2016 Tahun 2012

N
tetap dipertahankan;

ILA
Menurut Pemohon Banding:

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi dan terhadap pernyataan Terbanding
sebagai berikut : D
a. bahwa Pemohon Banding telah membukukan baik produksi maupun penjualan dengan benar
GA
sesuai kenyataan yang sebenarnya, Laporan Appraisal untuk kepentingan kredit Bank,
sebagaimana diungkapkan pada halaman ii, butir IV Maksud dan Tujuan yaitu :

“Tujuan Penilaian ini ialah untuk melakukan verifikasi antara dokumen dan keadaan fisik
EN

lapangan, memperoleh opini nilai pasar properti pada saat penilaian untuk keperluan
agunan PT. BP Tbk;

Atas Laporan Penilaian ini dikaji lagi oleh Pihak Bank dan terbukti permohonan Pemohon
Banding tidak diproses, dalam arti umum yaitu tidak disetujui sehingga tetap membutuhkan
TP

pinjaman dari Afiliasi;

b. bahwa Pemohon Banding menawarkan ke Terbanding untuk menempatkan Terbanding untuk


mendapatkan data yang lebih konkrit tentang jumlah konkrit Peredaran Usaha Pemohon
IA

Banding, namun tidak mendapat respon dari Terbanding (Pemeriksa);

bahwa Terbanding (Peneliti) berpendapat bahwa kegiatan Pemeriksaan merupakan bentuk


AR

post audit, dimana gambaran di lapangan pada saat Risalah Pembahasan tidak
mencerminkan kondisi pada tahun 2012;

Menurut Pemohon Banding, data yang menjadi dasar koreksi adalah data Laporan Penilaian
ET

yang hanya untuk kepentingan kredit Bank, ternyata hasil penilaian ini bukan menjadi dasar
patokan setelah direview ulang pihak Bank dan Pihak Bank tidak menyalurkan kredit. Jika
Terbanding melakukan pengecekan lapangan tentunya lebih mengetahui secara detail
gambaran penghasilan dari Pemohon Banding, usulan yang diberikan Pemohon Banding
KR

supaya Terbanding mempunyai dua alat bukti, namun usulan tersebut tidak direspon
Terbanding, hal ini membuktikan bahwa Terbanding sebenarnya tidak yakin dengan
koreksinya.

bahwa sebagaimana diketahui kondisi yang dialami Pemohon Banding adalah :


SE

1) Infrastruktur yang kurang memadai,


2) Selain itu infrastruktur di perusahaan kurang memadai, sering kebanjiran dan banyak
hama yang merusak tanaman,
3) Juga banyak terjadi pencurian bibit dan TBS, sehingga hasil yang diperoleh sangat jauh
dari standard perusahaan sejenis,
4) Sebagian besar perkebunan masih merupakan plasma,
5) Selain itu masyarakat sekitar kebun sangat sulit diatur dan susah diajak bekerjasama
dengan perusahaan. Para staf kewalahan melayani tuntutan mereka bahkan ada staf
Pemohon Banding yang mendapat musibah pada saat perundingan dengan mereka, hal
ini mengakibatkan tenaga staff yang cukup profesional pindah ke perusahaan lain;

K
c. bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pernyataan Terbanding karena, sebagaimana
diketahui usulan Pemohon Banding supaya Terbanding bisa memantau lapangan supaya
mengetahui keadaan sebenarnya dilapangan namun Terbanding tidak mempertimbangkan

JA
dan hanya mengacu pada KJPP, yang akhirnya juga tidak dipertimbangkan pihak Bank
sebagai dasar untuk menyalurkan kredit;

PA
Menurut Majelis:

bahwa perbandingan nilai Peredaran Usaha tahun 2012 menurut Terbanding dan menurut
Pemohon Banding adalah sebagai berikut:

N
Uraian Penjualan TBS Nilai Penjualan
(Kg) (Rp)

ILA
Menurut Terbanding 10.985.462 14.215.188.346,00
Menurut Pemohon Banding 3.939.777 5.099.269.765,00
Selisih/Koreksi Terbanding 7.045.685 9.115.918.581,00

D
bahwa menurut Terbanding, volume penjualan TBS sebesar 10.985.462 Kg berdasarkan angka
proyeksi produktivitas TBS pada Laporan Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto
Rozak Uswatun dan Rekan tanggal 28 September 2012;
GA
bahwa nilai penjualan sebesar Rp14.215.188.346,00 merupakan hasil perkalian volume TBS
yang dijual sebesar 10.985.462 Kg dengan harga jual rata-rata per Kg TBS sebesar Rp1.294,00
sebagaimana dilaporkan oleh Pemohon Banding;
EN

bahwa menurut Pemohon Banding, dalam Laporan Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang
Purwanto Rozak Uswatun dan Rekan tanggal tanggal 28 September 2012, pada halaman 16 Tabel 8
menyajikan data realisasi produksi TBS tahun 2009 s/d tahun 2012 sedangkan pada Tabel 9 menyajikan
data tentang proyeksi produksi TBS berdasarkan standar produktivitas kebun kelapa sawit untuk
TP

kelompok lahan S3 yang diterbitkan oleh PPKS;

bahwa yang digunakan oleh Terbanding dalam menghitung nilai penjualan TBS adalah angka proyeksi
produksi TBS bukan angka realisasi produksi, sehingga menurut Pemohon Banding tidak dapat dijadikan
dasar koreksi oleh Terbanding, oleh karena itu koreksi Terbanding seharusnya dibatalkan;
IA

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berkas sengketa, penjelasan para pihak serta hasil
pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang diserahkan para pihak dalam persidangan, diuraikan sebagai
AR

berikut:

bahwa dalam rangka memperoleh kredit modal kerja, Pemohon Banding telah mengajukan permohonan
kredit kepada PT. BP Tbk, dengan agunan berupa property antara lain berupa kebun Kelapa Sawit milik
Pemohon Banding;
ET

bahwa dalam proses pengajuan kredit tersebut, Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto
Rozak Uswatun dan Rekan telah ditunjuk oleh Pemohon Banding, untuk melakukan verifikasi antara
dokumen dan keadaan fisik lapangan serta memperoleh opini nilai pasar property untuk keperluan
KR

agunan kepada PT. BP Tbk;

bahwa dalam Laporan Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan
Rekan tanggal tanggal 28 September 2012, antara lain pada halaman 16 pada Tabel 8 disajikan data
Realisasi Produksi TBS pada tahun 2009 sd tahun 2012;
SE

bahwa pada Tabel 9 disajikan Proyeksi Produksi TBS, yang menyajikan asumsi perbandingan produksi
TBS antara potensi produksi sesuai standar yang dikeluarkan oleh PPKS untuk kelas lahan S3 dengan
angka poyeksi yang dihitung oleh perusahaan appraisal, sehingga dapat disimpulkan proyeksi produksi
yang dihitung oleh appraisal adalah 60% dari standar produksi PPKS untuk kelas lahan S3;

bahwa berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Laporan Kantor appraisal tersebut
diterbitkan dalam rangka verifikasi asset/property dan penghitungan nilai pasar, sebagai kelengkapan
dokumen pengajuan permohonan kredit yang diajukan oleh Pemohon Banding kepada PT. BP Tbk;

bahwa sekalipun dalam laporan tersebut terdapat data realisasi produksi TBS tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012 namun dalam menghitung nilai penjualan TBS tahun 2012 Terbanding menggunakan data
proyeksi produksi TBS tahun 2012 (Tabel 9 halaman 16), dengan argumentasi data proyeksi tersebut

K
dihitung berdasarkan data historis produksi kebun Pemohon Banding;

JA
bahwa Majelis berpendapat, dalam laporan appraisal tersebut sangat jelas dinyatakan bahwa angka
proyeksi produksi TBS dihitung berdasarkan asumsi dan hasil analisis yang dilakukan oleh perusahaan
appraisal sehingga disimpulkan angka proyeksi produksi tersebut adalah 60 % dari potensi produksi
berdasarkan Standar Produktivitas untuk kelas lahan S3 yang dikeluarkan oleh PPKS;

PA
bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat data produksi TBS yang digunakan oleh
Terbanding untuk menghitung nilai penjualan tahun 2012 adalah data proyeksi produksi yang dihitung
berdasarkan asumsi tertentu, sehingga bukan merupakan data realisasi produksi TBS tahun 2012 yang
sebenarnya;

N
bahwa berdasarkan undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
beberapa kali telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 (selanjutnya disebut
dengan UU PPh), antara lain diatur sebagai berikut:

ILA
Pasal 4:
(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
D
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
GA
Memori Penjelasan Pasal 4 Ayat (1):
“ Undang-Undang ini menganut prinsip pemajakan atas penghasilan dalam pengertian yang
luas, yaitu bahwa pajak dikenakan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi
EN

atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut.


Pengertian penghasilan dalam Undang-Undang ini tidak memperhatikan adanya penghasilan
dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis.

Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak merupakan
TP

ukuran terbaik mengenai kemampuan Wajib Pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul
biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan;

bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) UU PPh tersebut, Majelis
IA

berpendapat penghasilan yang dikenakan pajak adalah penghasilan yang benar-benar diterima
oleh Wajib Pajak sebagai tambahan kemampuan ekonomis yang dapat digunakan untuk
konsumsi atau menambah kekayaaan Wajib Pajak ;
AR

bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat nilai penjualan yang harus
diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak adalah nilai penjualan
yang benar-benar diterima oleh Wajib Pajak, dengan kata lain harus berdasarkan nilai realisasi
penjualan;
ET

bahwa dalam proses pemeriksaan maupun proses keberatan, Pemohon Banding telah
menyerahkan dokumen dan bukti-bukti yang terkait nilai penjualan tahun 2012 kepada
Terbanding, untuk membuktikan bahwa nilai penjualan yang dilaporkan dalam SPT PPh Badan
KR

tahun 2012 telah sesuai dengan realisasi penjualan yang sebenarnya ;

bahwa disamping hal tersebut, Pemohon Banding juga menyerahkan Laporan Kantor Jasa Penilai
Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan Rekan tanggal tanggal 28 September 2012,
SE

yang didalamnya terdapat data tentang realisasi produksi TBS tahun 2009 sd tahun 2012 dan juga data
tentang proyeksi produksi TBS berdasarkan standar produktivitas yang dikeluarkan oleh PPKS;

bahwa dalam Surat Uraian Banding, Terbanding menyatakan bahwa Laporan Penilai dari Kantor
Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan Rekan dibuat oleh pihak profesional
yang telah memiliki izin resmi dari Menteri Keuangan melalui Keputusan Nomor: 365/KM.1/2009 tanggal 6
April 2009 dengan Nomor izin: 2.09.0027. Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak
Uswatun dan Rekan terdaftar dengan izin Penilai Publik Nomor P-1.10.00303. dan anggota MAPPI No.
06.S-02052;

bahwa oleh karena itu, data proyeksi produksi TBS yang dibuat oleh Kantor Jasa Penilai
tersebut dianggap data realisasi produksi yang sebenarnya, sehingga terdapat produksi TBS
yang sekaligus dijual oleh Pemohon banding yang tidak dilaporkan dalam SPT PPh Badan

K
tahun 2012 ;

JA
bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat dalam menghitung nilai penjualan
tahun 2012 Terbanding menggunakan angka proyeksi produksi TBS tahun 2012 sebagaimana
terdapat pada Tabel 9 pada halaman 16 Laporan Appraisal, yang nyata-nyata merupakan angka
proyeksi yang dihitung berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan asumsi-asumsi

PA
tertentu, yang dibandingkan dengan standar produktivitas kebun kelapa sawit yang diterbitkan
oleh PPKS;

bahwa Majelis berpendapat, perhitungan nilai penjualan yang didasarkan pada angka proyeksi
produksi (bukan didasarkan atas realisasi produksi yang sebenarnya) sebagaimana yang

N
dilakukan oleh Terbanding, bertentangan dengan prinsip pengenaan pajak sebagaimana
ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) UU PPh;

ILA
bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana beberapa kali telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 tahun
2009 (selanjutnya disebut dengan UU KUP), antara lain diatur sebagai berikut:

Pasal 12: D
(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan
GA
peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya
surat ketetapan pajak.
(2) Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib
Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
EN

(3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut
Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar, Direktur Jenderal
Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.
TP

Memori Penjelasan Pasal 29 ayat (2), antara lain dinyatakan:


“ Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan
berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”;

bahwa berdasarkan uaraian dan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi


IA

Terbanding atas Peredaran Usaha sebesar Rp9.115.918.581,00 tidak didasarkan pada bukti-
bukti yang kuat dan berkaitan, serta tidak berlandaskan pada peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku, sehingga harus dibatalkan seluruhnya;
AR
ET

2. Koreksi Biaya Luar Usaha sebesar Rp4.328.621.106,00;

Menurut Terbanding:
KR

bahwa yang menjadi sengketa atas koreksi biaya di luar usaha berupa biaya bunga. Bahwa Biaya Di luar
Usaha yang dalam Laporan Keuangan Pemohon Banding timbul akibat adanya pembayaran bunga dari
transaksi afiliasi (hubungan istimewa) yaitu Utang Kepada Pihak Yang Terafiliasi. Pemohon Banding
mendapatkan pinjaman dari PT. SI dan PT. PHS, yang merupakan pihak yang berafiliasi dengan
SE

pomohon banding;

Bahwa berdasarkan Berita Acara Pembahasan dan Klarifikasi atas Pengajuan Keberatan No BA-
17/WPJ.27/BD.06/2017 tanggal 02 Februari 2017 Pemeriksa menyatakan :
· Perjanjian pinjaman yang ada tidak wajar karena tidak jelas objeknya (tidak ada jumlah pinjaman
maupun plafon pinjaman), tidak ada jadwal angsuran, dan tidak ada jatuh tempo pembayaran pokok
pinjaman. Tidak ada manfaat yang didapatkan dari pinjaman karena terjadi pada saat Pemohon
Banding mengalami kesulitan likuiditas sehingga yang dibutuhkan adalah suntikan modal dan bukan
pinjaman yang dibebani bunga dari pinjaman tersebut;
· Rasio Utang terhadap modal pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 yaitu tahun 2009 sebesar
1766 %, tahun 2010 sebesar 2262 % dan rasio ini sangat besar sehingga tidak wajar bila Pemohon
Banding mendapatkan utang jikalau bukan karena hubungan istimewa;
· Terdapat beban bunga pinjaman afiliasi yang tidak jelas dasar perhitungannya. Karena berdasarkan

K
dokumen sumber yang seharusnya dipakai yaitu Surat Perjanjian Utang tidak disebutkan adanya
tingkat suku bunga, perhitungan bunga dan jatuh tempo pembayaran bunga.;

JA
· Berdasarkan Pemeriksaan diketahui bahwa semua perjanjian pinjaman dengan pihak yang terafiliasi
tidak menyebutkan besarnya pinjaman, tidak ada persentase bunga, tidak ada jadwal angsuran, tidak
ada jatuh tempo pembayaran bunga maupun pokok pinjaman dan tidak menyatakan dengan jelas
pihak yang menjadi kreditur dan debitur.

PA
bahwa dalam Laporan Pemeriksaan Nomor : LAP5O/WPJ.27/KP.0105/2016 tanggal 3 Maret 2016
Terbanding menjelaskan bentuk hubungan istimewa Pemohon Banding dengan CV. SI dan PT. PHS
sebagai berikut :

Susunan Pemegang Saham:

N
Nama Nilai Saham %
Jhonny Virgo 250.000.000 10%

ILA
Maria Wijaya 750.000.000 30%
Robert 1.250.000.000 50%
Diana Virgo 250.000.000 10%
Jumlah 2.500.000.000 100%

Susunan Pengurus:

Maria Wijaya
Nama
D
Komisaris Utama
Jabatan
GA
Diana Virgo Komisaris
Robert Direktur Utama
Jhonny Virgo Direktur
Toto Chandra Direktur
EN

Toto Chandra merupakan pemegang saham pada CV. SI

bahwa berdasarkan data PT. PHS, Susunan Pemegang Saham dan susunan Pengurus terdiri atas:
Nama Nilai Saham %
PT. Damai Empat Sekawan 19.680.000.000 39,36%
TP

Jufri Gono 5.000.000.000 10,00%


Daulay Mirza Muhammad 2.820.000.000 5,64%
Hardy Virgo 5.000.000.000 10,00%
Maria Wijaya 5.000.000.000 10,00%
Robert 12.500.000.000 25,00%
IA

Jumlah 50.000.000.000 100,00%

Hubungan antara Pemohon banding dengan CV. SI dan PT. PHS termasuk ke dalam hubungan intimewa;
AR

bahwa berdasarkan Berita Acara Pembahasan dan Klarifikasi Atas Pengajuan Keberatan Nomor: BA-
19/WPJ.27/BD.06/2017 tanggal 3 Februari 2017, Pemohon Banding menyatakan membutuhkan Utang
Kepada Pihak Yang Terafiliasi agar perusahaan dapat beroperasi dan Pemohon Banding keberatan jika
Beban Bunga Kepada Pihak terafiliasi dikoreksi karena Pemohon Banding telah memungut dan menyetor
ET

PPh Pasal 23 atas Beban Bunga. Pemohon Banding menyatakan telah mencoba menggunakan pinjaman
kepada bank namun tidak berhasil;

bahwa sehubungan dengan alasan tidak berhasilnya peminjaman yang dilakukan Pemohon Banding ke
KR

pihak bank, Terbanding telah meminta data berupa Surat Penolakan Pinjaman dari BP sehubungan
dengan Laporan Kantor Jasa Penilai Publik Muttaqin Bambang Purwanto Rozak Uswatun dan Rekan.
Namun hingga laporan ini dibuat Pemohon Banding tidak menyerahkan dokumen yang diminta tersebut;

bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
SE

Ketentuan Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 dinyatakan bahwa:
“ Dalam hubungan pekerjaan, kemungkinan dapat terjadi pembayaran imbalan yang diberikan kepada
pegawai yang juga pemegang saham. Karena pada dasarnya pengeluaran untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang boleh dikurangkan dari Penghasilan Bruto adalah
pengeluaran yang jumlahnya wajar sesuai dengan kelaziman usaha, berdasarkan ketentuan ini jumlah
yang melebihi kewajaran tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya”;
bahwa berdasarkan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
menyatakan bahwa:
“ Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
harus ditempatkan dan disetor penuh”

K
bahwa informasi yang didapat dalam akte perusahaan serta akte perubahan, Pemohon Banding memiliki
modal dasar sebanyak Rp10.000.000.000 dan modal yang ditempatkan sebesar Rp2.500.000.000,-.

JA
bahwa berdasarkan informasi tersebut Pemohon Banding seharusnya dapat meningkatkan jumlah Modal
yang ditempatkan dalam perusahaan tanpa harus melakukan pinjaman (utang) kepada pihak-pihak yang
terafilisasi (hubungan istimewa) yang berasal dari pemegang saham. Pemegang saham Saudara Robert
dan Maria Wijaya juga diketahui sebagai pemegang saham di PT. PHS sebagai pihak pemberi pinjaman.

PA
bahwa berdasarkan transaksi pinjaman antara Pemohon Banding dengan pihak pemberi pinjaman yang
merupakan pihak terafiliasi, diketahui tidak jelasnya informasi yang termuat didalamnya antara lain:
· Tidak jelasnya pihak pemberi dan penerima pinjaman,
· tidak jelasnya kewajiban para pihak sehingga tidak mencerminkan suatu dokumen transaksi

N
pinjaman sebagaima lazimnya,

ILA
bahwa berdasarkan dokumen pinjaman yang ada, Terbanding berpendapat transaksi pinjaman yang
dilakukan oleh Pemohon Banding tidak sesuai dengan kelaziman yang ada baik secara formal maupun
material sehingga koreksi yang dibuat oleh Terbanding cukup kuat dan dapat dipertahankan;

berdasarkan uraian di atas, Terbanding tidak mempunyai dasar keyakinan yang memadai untuk
menerima keberatan dan tanggapan Pemohon Banding. Dengan demikian jumlah Biaya Diluar Usaha
D
yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor:
00002/206/12/331/16 tanggal 07 Maret 2016 tahun 2012 tetap dipertahankan;
GA
Menurut Pemohon Banding:

bahwa Biaya dari Luar usaha Pemohon Banding dikoreksi sebesar Rp4.328.621.106,00 dengan
perincian sebagai berikut :
EN

Menurut SPT/Pemohon Banding Rp Rp4.328.621.106,00


Menurut Pemeriksa Rp 0,00
Koreksi Rp Rp4.328.621.106,00
TP

bahwa Terbanding menyatakan Koreksi beban bunga afiliasi dikoreksi hanya dengan alasan
pertimbangan susunan pemegang saham, susunan pengurus, keberadaan pinjaman dan
kewajaran pinjaman tidak diyakini Terbanding.
IA

bahwa atas pernyataan Terbanding, Pemohon Banding menguraikan hal-hal berikut :


1) Sebenarnya Pemohon Banding telah mencoba untuk mengajukan pinjaman ke Pihak Bank
AR

sehingga dilakukanlah appraisal namun tidak ada kabar dari pihak Bank setelah mereview
hasil tersebut, sehingga dapat diartikan kondisi perusahaan tidak mendukung.

2) Terbanding menyatakan bahwa Perjanjian pinjaman tidak menyebutkan tingkat suku bunga
namun dalam Perjanjian ada pernyataan mengikuti suku bunga pasar, sebagaimana kita
ET

ketahui bahwa tingkat suku bunga berubah-ubah sehingga dalam perjanjian dibuat suku
bunga mengikuti bunga pasar adalah sebuah pernyataan yang lebih tepat, semua
perhitungan jelas dan telah disampaikan ke Terbanding. PPh Pasal 23 yang telah dibayarkan
dan pihak penerima penghasilan juga telah melaporkan penghasilan bunga dan
KR

mengkreditkan PPh Pasal 23.

3) PT. PHS (PT. PHS) selaku pihak pemberi pinjaman, atas penghasilan bunga telah dibukukan
sebagai penghasilan dengan mencatat Penghasilan neto fiskal sebesar Rp149.777.375.000
SE

dengan PPh Terutang sebesar Rp37.444.343.750, dan pajak yang masih harus dibayar
sebesar Rp. 2.068.279.750,-.
Sementara Pemohon Banding sampai tahun 2016 masih kondisi rugi, dengan demikian rugi
Tahun Pajak 2010 tidak bisa dikompensasi. Hal ini sebagai bukti bahwa Pemohon Banding
tidak melakukan pergeseran laba.
bahwa pemberian pinjaman telah sesuai dengan tarif bunga pasar dan pinjaman tersebut
diperlukan karena tidak mendapat pinjaman dari Bank untuk keperluan perusahaan;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi tersebut yang menganggapnya sebagai
dividen karena :
1) Pemohon Banding sampai dengan Tahun Pajak 2016 masih kondisi rugi, bagaimana bisa

K
membagikan dividen,
2) Tidak ada manfaat yang diperoleh Pemohon Banding, bahkan untuk kompensasi kerugian

JA
2010 ini melewati daluarsa,
3) Perusahaan afiliasi yang memberikan pinjaman dalam kondisi laba, atas pendapatan bunga
pinjaman ini Pemohon Banding telah melakukan pemotongan PPh dengan tarif 15% dan

PA
menjadi kredit pajak sehingga pajak yang masih harus dibayar adalah 10%, dengan demikian
keseluruhan PPh yang dibayar adalah 25% yaitu tarif PPh Badan. Apabila perusahaan
pemberi pinjaman membagikan dividen ke Pemegang saham dikenakan lagi PPh final
sebesar 10%.

N
bahwa berdasarkan uraian tersebut koreksi Terbanding tanpa kajian yang benar dan tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

ILA
Menurut Majelis:

bahwa menurut Terbanding, terdapat pembayaran bunga pinjaman kepada pihak afiliasi yakni PT. PHS
D
sebesar Rp4.328.621.106,00 yang tidak wajar baik dari segi perjanjian hutang piutangnya
maupun rasio hutang terhadap ekuitas Pemohon Banding, oleh karena itu berdasarkan Pasal 18
Ayat (3) UU Pajak Penghasilan biaya bunga tersebut dikoreksi seluruhnya, dan diperlakukan
GA
sebagai deviden terselubung;

bahwa menurut Pemohon Banding, tingkat bunga yang dibayarkan kepada pihak afiliasi
menggunakan tingkat bunga wajar (yang berlaku di Bank Mandiri) dan atas pembayaran bunga
EN

tersebut telah dipungut PPh Pasal 23 dan atas penghasilan bunga tersebut telah dilaporkan
sebagai penghasilan dalam SPT PPh Badan oleh perusahaan afiliasi pemberi pinjaman;

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, menurut Pemohon Banding biaya bunga tersebut
dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto, oleh karena itu koreksi Terbanding seharusnya
TP

dibatalkan;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berkas sengketa, penjelasan para pihak serta hasil
pemeriksaan terhadap bukti-bukti yang diserahkan dalam persidangan, diuraikan sebagai berikut:
IA

bahwa berdasarkan undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
beberapa kali telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 (selanjutnya disebut
AR

dengan UU PPh), antara lain diatur sebagai berikut:

Pasal 18:
(1) Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan
antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan pajak berdasarkan
ET

Undang-undang ini.
(2) Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak
dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha
yang menjual sahamnya di bursa efek, dengan ketentuan sebagai berikut:
KR

a. besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah 50% (lima
puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau
b. secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan
modal paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor.
SE

(3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan
Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi
oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak
yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode
lainnya.
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (3d), Pasal
9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah
25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak
dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak

K
atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di

JA
bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
dan/atau ke samping satu derajat.

PA
Memori Penjelasan Pasal 18 Ayat (3):
“ Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak
yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa,
kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun
pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya. Dalam hal demikian, Direktur Jenderal

N
Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau biaya sesuai
dengan keadaan seandainya di antara para Wajib Pajak tersebut tidak terdapat hubungan

ILA
istimewa.

Dalam menentukan kembali jumlah penghasilan dan/atau biaya tersebut digunakan metode
perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price method),
metode harga penjualan kembali (resale price method), metode biaya-plus (cost-plus method),
D
atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method) dan metode laba
bersih transaksional (transactional net margin method).
GA
Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan
menyatakan penyertaan modal tersebut sebagai utang maka Direktur Jenderal Pajak
berwenang untuk menentukan utang tersebut sebagai modal perusahaan. Penentuan tersebut
dapat dilakukan, misalnya melalui indikasi mengenai perbandingan antara modal dan utang
EN

yang lazim terjadi di antara para pihak yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa atau
berdasar data atau indikasi lainnya.

Dengan demikian, bunga yang dibayarkan sehubungan dengan utang yang dianggap sebagai
TP

penyertaan modal itu tidak diperbolehkan untuk dikurangkan, sedangkan bagi pemegang
saham yang menerima atau memperoleh bunga tersebut dianggap sebagai dividen yang
dikenai pajak.
IA

bahwa berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-32/PJ/2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER-43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran Dan
Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak Dengan Pihak Yang Mempunyai
AR

Hubungan Istimewa (selanjutnya disebut dengan PER-32/PJ/2011) antara lain diatur sebagai
berikut:

Pasal 2:
(1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini berlaku untuk Penentuan Harga Transfer (Transfer
ET

Pricing)atas transaksi yang dilakukan Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap
di Indonesia dengan Wajib Pajak Luar Negeri diluar Indonesia.
(2) Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai
Hubungan Istimewa yang merupakan Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap
KR

di Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini hanya berlaku untuk transaksi yang
dilakukan oleh Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa untuk
memanfaatkan perbedaan tarif pajak yang disebabkan antara lain:
a. perlakuan pengenaan Pajak Penghasilan final atau tidak final pada sektor usaha tertentu;
SE

b. perlakuan pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah; atau


c. transaksi yang dilakukan dengan Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Migas.

bahwa berdasarkan akte pendirian dan akta perubahan Pemohon Banding susunan pemegang
saham dan susunan pengurus adalah sebagai berikut:
Susunan Pemegang Saham:
Nama Nilai Saham %
Johny Virgo 250.000.000 10
Maria Wijaya 750.000.000 30
Robert 1.250.000.000 50

K
Diana Virgo 250.000.000 10
Jumlah 2.500.000.000 100

JA
Susunan Pengurus
Nama Jabatan
Johny Virgo Direktur

PA
Maria Wijaya Komisaris
Robert Direktur Utama
Diana Virgo Komisaris
Toto Chandra Direktur

N
bahwa Toto Chandra juga merupakan pemegang saham dari CV SI dimana direkturnya
bernama Heryanto Chandra;

ILA
bahwa berdasarkan data PTPHS, susunan pemegang saham terdiri dari
Nama Nilai Saham (Rp) %
PT Damai Empat Sekawan 19.680.000.000 39,36
Julo Gono
Daulay Mirza Muhammad
D 5.000.000.000
2.820.000.000
10
5,64
GA
Hardy Virgo 5.000.000.000 10
Maria Wijaya 5.000.000.000 10
Robert 12.500.000.000 25
Jumlah 50.000.000.000 100
EN

bahwa berdasarkan data tersebut, terdapat pemilikan saham pada dua perusahaan sebagai
berikut:

Nama % Saham di % Saham di


TP

Pemohon Banding PT. PHS


Maria Wijaya 30 10
Robert 50 25
IA

bahwa Majelis berpendapat, berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 18 Ayat (4) UU
PPh, terdapat hubungan istimewa antara Pemohon Banding dengan PT. PHS dari segi
kepemilikan modal secara tidak langsung, yakni saham Pemohon Banding dimiliki oleh Sdr
AR

Robert sebanyak 50%, sedangkan PT Pemata Hijau Sawit sahamnya 25% juga dimiliki oleh Sdr.
Robert;

bahwa dalam persidangan, Pemohon Banding menyerahkan dokumen dan bukti-bukti yang
terkait dengan sengketa, antara lain berupa:
ET

- Perjanjian hutang dengan PT PHS


- Bukti Pemungutan dan Penyetoran PPh Pasal 23 atas pembayaran bunga kepada
perusahaan afiliasi;
KR

- SPT Masa PPh Pasal 23


- Rekening Koran Bank;
- Buku Besar: Akun Kas, Bank, Biaya Bunga, Biaya Tanaman, Tanaman Belum Menghasilkan,
dan akun lainnya yang terkait;
- SPT PPh Badan Tahun 2012
SE

- Dokumen lainnya yang terkait dengan sengketa

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap dokumen dan bukti-bukti tersebut, diuraikan
sebagai berikut:
- bahwa pada tahun 2012 terdapat biaya bunga kepada perusahaan afiliasi sebesar
Rp7.034.398.125,00 yang dialokasikan oleh Pemohon Banding sebagai berikut:
1) Biaya Bunga (Biaya di Luar Usaha) :Rp 4.328.621.106,00
2) Menambah Nilai Tanaman Belum Menghasilkan :Rp 2.705.777.019,00
Jumlah : Rp 7.034.398.125,00

K
- bahwa Biaya Bunga yang dibayarkan kepada pihak afiliasi pada tahun 2012 sebesar

JA
Rp6.350.846.042,00 terdiri dari:

Beban Bunga tahun 2011 sebesar : Rp 564.172.917,00


Beban Bunga tahun 2012 sebesar : Rp 5.786.673.125,00

PA
Jumlah : Rp 6.350.846.042,00

bahwa atas beban bunga tahun 2012 sebesar Rp7.034.398.125,00 yang dibayarkan kepada
pihak afiliasi pada bulan Januari 2013 sebesar Rp1.247.725.000,00 (Rp7.034.398.125,00 -
Rp5.786.673.125,00);

N
- bahwa tingkat suku bunga pinjaman yang dibayarkan kepada perusahaan afiliasi adalah tingkat

ILA
suku bunga kredit yang berlaku pada Bank Mandiri;

- bahwa seluruh bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman sebesar Rp6.350.846.042,00
telah dipungut PPh Pasal 23 dan telah disetorkan ke Kas Negara oleh Pemohon Banding, dan
telah dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 23;
D
- bahwa atas beban bunga pinjaman tahun 2012 sebesar Rp7.034.398.125,00 Terbanding hanya
GA
melakukan koreksi terhadap yang dibebankan sebagai biaya bunga sebesar
Rp4.328.621.106,00 sedangkan yang dibebankan sebagai akun neraca penambah nilai
tanaman yang belum menghasilkan sebesar Rp2.705.777.019,00 tidak dikoreksi oleh
Terbanding tanpa alasan apapun;
EN

- bahwa atas penghasilan bunga yang diperoleh dari Pemohon Banding, telah dilaporkan sebagai
pendapatan lain-lain pada SPT PPh Badan Tahun 2012 oleh perusahaan afiliasi yang menerima
pendapatan bunga dari Pemohon Banding;
TP

bahwa berdasarkan uraian tersebut Majelis berpendapat, bahwa meskipun terdapat hubungan
istimewa karena kepemilikan saham secara tidak langsung, antara Pemohon Banding dengan
PT. PHS dan CV SI, namun transaksi yang dilakukan oleh Pemohon Banding dengan afiliasinya
tersebut telah menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, sehingga biaya bunga yang
dibayarkan sepenuhnya dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto;
IA

bahwa indikator adanya kewajaran dan kelaziman usaha, antara lain sebagai berikut:
- bahwa tingkat bunga pinjaman yang dikenakan kepada Pemohon Banding adalah tingkat
AR

suku bunga kredit yang berlaku pada Bank Mandiri, sehingga menggunakan tingkat bunga
pasar yang berlaku (harga wajar);
- bahwa atas pembayaran bunga kepada afiliasi telah dipungut PPh Pasal 23, disetorkan dan
dilaporkan oleh Pemohon Banding,;
ET

- bahwa atas penghasilan yang diterima dari Pemohon Banding, telah dilaporkan sebagai
pendapatan dalam SPT PPH Badan oleh perusahaan afiliasi sebagai penerima pendapatan
bunga;
KR

bahwa dalam persidangan Terbanding menegaskan bahwa biaya bunga tersebut dikoreksi
dikarenakan dianggap sebagai pembayaran deviden terselubung kepada PT. PHS dan CV. SI,
meskipun kedua perusahaan tersebut bukan sebagai pemegang saham Pemohon Banding;
SE

bahwa selanjutnya Terbanding menyatakan, bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
Pasal 18 Ayat (3) UU PPH Terbanding berhak menetapkan terlebih dahulu dana yang
dipinjamkan oleh CV SI dan PT. PHS diperlakukan sebagai setoran modal pada perusahaan
Pemohon Banding sehingga kedua perusahaan tersebut dianggap sebagai pemegang saham;

bahwa selanjutnya Terbanding menganggap biaya bunga yang dibayarkan oleh Pemohon
Banding kepada perusahaan afiliasi tersebut sebagai pembayaran deviden terselubung;

bahwa Majelis berpendapat, yang dilakukan oleh Terbanding tersebut tidak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Pasal 18 Ayat (3) UU PPh beserta memori penjelasannya, serta
aturan pelaksanaannya;

K
bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 2 Ayat (2) Peraturan Dirjen Pajak
Nomor: PER-32/PJ/2011 dinyatakan bahwa

JA
“ Dalam hal Wajib Pajak melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa yang merupakan Wajib Pajak Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap di Indonesia,
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini hanya berlaku untuk transaksi yang dilakukan oleh Wajib

PA
Pajak dengan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa untuk memanfaatkan
perbedaan tarif pajak yang disebabkan antara lain:
a. perlakuan pengenaan Pajak Penghasilan final atau tidak final pada sektor usaha tertentu;
b. perlakuan pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah; atau
c. transaksi yang dilakukan dengan Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Migas.

N
bahwa Majelis berpendapat, pembayaran bunga kepada CV. SI dan PT. PHS merupakan
transaksi dengan Wajib Pajak Dalam Negeri yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana diatur

ILA
dalam Pasal 2 Ayat (2) PER-32/PJ/2011, sehingga seluruh ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Dirjen Pajak tersebut tidak dapat diperlakukan terhadap pembayaran bunga yang
dilakukan oleh Pemohon Banding kepada afiliasinya;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi


D
Terbanding atas Biaya di Luar Usaha yang berasal dari pembayaran bunga pinjaman dari
perusahaan afiliasi sebesar Rp4.328.621.106,00 tidak berlandaskan pada peraturan perundang-
GA
undangan perpajakan yang berlaku, oleh karena itu harus dibatalkan seluruhnya;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan sebagaimana pada angka 1 dan 2, Majelis
berkesimpulan koreksi Terbanding atas Penghasilan Neto Tahun 2012 sebesar
EN

Rp13.444.539.687,00 harus dibatalkan seluruhnya;

Menimbang:
TP

bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Kompensasi Kerugian;

Kompensasi Kerugian menurut Terbanding Rp 0,00


Kompensasi Kerugian menurut Pemohon Banding Rp 14.010.597.436,00
IA

Nilai sengketa Kompensasi Kerugian Rp 14.010.597.436,00

Menurut Terbanding:
AR

bahwa yang menjadi sengketa dalam koreksi atas Kompensasi Kerugian. Menurut Pemohon Banding
berhak atas Kompensasi Kerugian di tahun 2011, karena mengalami kerugian fiskal, sementara menurut
Terbanding tidak ada Kompensasi Kerugian karena berdasarkan hasil Pemeriksaan atas tahun 2011 tidak
ada kerugian fiskal;
ET

bahwa berdasarkan Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
kompensasi kerugian menurut Pemohon Banding tidak dapat diakui pada Surat Pemberitahuan (SPT)
KR

Tahunan jika Surat Ketetapan Pajak (SKP) atas telah diterbitkan;

bahwa berdasarkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor:
00002/206/11/331/16 tanggal 11 Maret 2016 Tahun Pajak 2011 diketahui kompensasi kerugian adalah
sebesar Rp. 0, karena Wajib Pajak diketahui memiliki Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp.
SE

5.117.020.729;

bahwa atas hasil Pemeriksaan untuk Tahun Pajak 2011 diketahui Pemohon Banding juga mengajukan
Keberatan yang mana permohonan keberatannya diproses bersamaan dengan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor: 00002/206/12/331/16 Tanggal 7 Maret 2016 Tahun Pajak 2012;

berdasarkan uraian di atas, keberatan dan tanggapan Pemohon Banding tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku;

Menurut Pemohon Banding:

bahwa sehubungan perusahaan masih dalam keadaan rugi tidak ada kompensasi yang
digunakan, total kompensasi saldo 2011 sebesar Rp. 14.010.597.436,-.

K
Pendapat Majelis:

JA
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis terhadap sengketa Pajak Penghasilan Badan
Tahun 2010, 2011 dan 2012 disimpulkan bahwa Penghasilan Neto untuk masing-masing tahun

PA
pajak adalah sebagai berikut:

Tahun 2010 Laba (Rugi) (Rp 5.905.986.253,00)


Tahun 2011 Laba (Rugi) (Rp 6.527.825.211,00)
Tahun 2012 Laba (Rugi) (Rp 8.167.467.187,00)
Jumlah (Rp 20.601.278.651,00)

N
Tahun 2009 Laba (Rugi) - SPT (Rp 1.576.205.972,00)
Jumlah Saldo Rugi s/d Tahun 2012 (Rp 22.177.484.623,00)

ILA
bahwa karena tahun 2012 berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis Pemohon Banding
mengalami kerugian, maka tidak terdapat kerugian dari tahun-tahun sebelumnya yang harus di
kompensasikan pada tahun 2012;
D
bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut, Koreksi Terbanding atas Kompensasi
Kerugian sebesar Rp14.010.597.436,00 tetap di pertahankan;
GA

Menimbang:
EN

bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak;

Menimbang:
TP

bahwa dalam sengketa Banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Kredit Pajak;

Menimbang:
IA

bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai Sanksi Administrasi;
AR

Menimbang:

bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, rekapitulasi pendapat Majelis atas pokok sengketa
ET

adalah sebagai berikut:

No Uraian Sengketa Nilai Sengketa Dipertahankan Tidak Dapat


(Rp) Majelis Dipertahankan
KR

(Rp) Majelis
(Rp)
1 Koreksi Penghasilan Neto
1. Koreksi Peredaran Usaha 9.115.918.581 0 9.115.918.581
SE

2. Koreksi Biaya Luar Usaha 4.328.621.106 4.328.621.106


Jumlah 13.444.539.687 0 13.444.539.687

2 Koreksi Kompensasi Kerugian 14.010.597.436 14.010.597.436 0


Menimbang:

bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk mengabulkan
sebagian banding Pemohon Banding, sehingga Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2012,
dihitung kembali sebagai berikut :

K
- Penghasilan Neto Cfm Terbanding : Rp 5.277.072.500,00

JA
- Koreksi dibatalkan oleh Majelis : Rp 13.444.539.687,00
- Penghasilan Neto Cfm Majelis (Rugi) : (Rp 8.167.467.187,00)

PA
Mengingat:

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang-
undangan lainnya yang berkaitan dengan sengketa ini;

N
ILA
Memutuskan:

Mengabulkan Sebagian banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal


D
Pajak Nomor: KEP-00058/KEB/WPJ.27/2017 tanggal 28 April 2017, tentang Keberatan Wajib
Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2012 Nomor:
GA
00002/206/12/331/16 tanggal 07 Maret 2016 sebagaimana telah dibetulkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-00479/NKEB/WPJ.27/2018 tanggal 2 April 2018, atas
nama: Pemohon Banding, sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2012
menjadi sebagai berikut :
EN

Penghasilan Neto (Rp 8.167.467.187,00)


Kompensasi Kerugian Rp 0,00
Penghasilan Kena Pajak (Rp 8.167.467.187,00)
Pajak Penghasilan terutang Rp 0,00
TP

Kredit Pajak Rp 0,00


Pajak Penghasilan Kurang/(lebih) Bayar Rp 0,00

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan


IA

dicukupkan pada hari Senin tanggal 23 April 2018, oleh Hakim Majelis I Pengadilan Pajak,
dengan susunan Majelis sebagai berikut:
AR

Rasono, Ak, MSi sebagai Hakim Ketua,


Tri Andrini Kusumandari, S.E., Ak, MBT sebagai Hakim Anggota,
Rahmaida, S.H., M.Kn. sebagai Hakim Anggota,
Dengan dibantu oleh
Asnidar, S.H. sebagai Panitera Pengganti,
ET

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua Majelis IA pada hari Senin
tanggal 10 September 2018 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota dan Panitera Pengganti,
tanpa dihadiri baik oleh Terbanding mapun oleh Pemohon Banding;
KR
SE

Anda mungkin juga menyukai