Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4
Nama : Desmana Mei Yuliyati
NIM : R212110314 Mata Kuliah : Standarisasi Bahan Alam (Tugas Pertemuan II) Prodi : S2 Farmasi Sains Universitas Setia Budi Solo
a. Standarisasi bahan baku
Definisi : Standarisasi bahan (simplisia atau ekstrak) adalah stuatu persyaratan agar dapat diwujudkannya reprodusibilitas terhadap kualitas farmasetik maupun terapetik. Kebijakan : Farmakope Herbal Indonesia Edisi II Prosedur : Melakukan pemantauan terhadap media tanam dan waktu panen Melakukan determinasi Melakukan metode untuk pembuatan ekstrak (destilasi, maserasi, perkolasi, infusan, soxhlet, dan reflux) Melakukan uji bioaktivitas (in vitro dan in vivo) Diharapkan kandungan senyawa aktif pada tanaman yang digunakan dalam bahan baku obat tradisional sama atau konstan secara kualitatif dan kuantitatif Suatu simplisia dan ekstrak tidak dapat dikatakan bermutu FHI apabila tidak memenuhi FHI / MMI. Parameter : Organoleptik Kadar air Keseragaman bobot Waktu hancur Volume terpindahkan Kadar alcohol Berat jenis pH Bahan tambahan Aflatoksin total Cemaran logam berat ALT, AKK, bakteri patogen Rekomendasi & refrensi : Farmakope Herbal Indonesia Edisi II b. Standarisasi proses Definisi : suatu metode atau proses dan peralatan dalam pembuatan sesuai dengan CPOBT. Pengontrolan yang ketat terhadap bahan baku hasil kultivasi (pemilihan bibit, pengontrolan lahan penanaman, saat panen, pengeringan dan atau pengontrolan terhadap setiap tahap proses dari bahan baku sampai dengan bentuk sediaan jadi) dapat diharapkan terwujudnya suatu homogenitas bahan obat / sediaan fitofarmaka. Kebijakan : Farmakope Herbal Indonesia Edisi II, Formularium Obat Herbal Indonesia Prosedur : Melakukan prosedur uji kualitatif meliputi Organoleptis, KLT, GC, HPLC, IR) Melakukan prosedur uji kuantitatif untuk melihat efek farmakologis yang akan ditimbulkan meliputi kadar senyawa larut, kadar senyawa aktif dan kadar senyawa larut etanol. Parameter : Parameter non spesifik : berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisik yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, meliputi : kadar air, cemaran logam berat, aflatoksin, dll Parameter spesifik : berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggungjawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif. Rekomendasi & refrensi : Farmakope Herbal Indonesia Edisi II c. Standarisasi produk obat herbal Definisi : adalah rangkaian proses melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam (tanaman obat). Kebijakan : Peraturan Kepala BPOM no. 12 Tahun 2014 CPOTB, GMP Database badan POM per 23 juli 2020 Farmakope Herbal Indonesia Prosedur : Jamu (hanya perlu prosedur sesuai dengan bukti empiris) OHT (perlu prosedur uji pra klinik meliputi toksisitas dan farmakodinamik, sertifikat CPOTB, perlu dilakukan uji mutu produk) Fitofarmaka (perlu prosedur uji pra klinik meliputi toksisitas dan farmakodinamik, sertifikat CPOTB, perlu dilakukan uji mutu produk) Persyaratan : Penentuan pelarut Sifat sediaan obat Pengujian identitas Kemurnian ekstrak / sediaan Kadar air Logam berat Kontaminaaan alkali dan asam Kadar residu pestisida Parameter : Organoleptik Kadar air Keseragaman bobot Waktu hancur Volume terpindahkan Kadar alcohol Berat jenis pH Bahan tambahan Aflatoksin total Cemaran logam berat ALT, AKK, bakteri patogen Rekomendasi & refrensi : Peraturan Kepala BPOM no. 12 Tahun 2014. Standardisasi penentuan marker obat bahan alam (pendahuluan) : Team dosen fakultas farmasi dan sains UHAMKA 2020. Database badan POM