Kesehatan Reproduksi Di Tempat Kerja (Pelatihan 16 April 2015)

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 50

Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga

Kementerian Kesehatan RI
PENDAHULUA
N
Kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas SDM agar semakin tangguh,
mandiri, dan berkualitas, serta mampu bersaing dalam
ketatnya persaingan bebas pada era globalisasi

Indek Pembangunan Manusia (IPM)


Usia kerja
DATA KOMPOSISI
PENDUDUK INDONESIA

(BPS, Pebruari 2012)


ANGKATAN KERJA: 120,4 jt
PENDUDUK
INDONESIA
238,22 JUTA

BEKERJA 112,8 jt (93%)


FORMAL 42,1 jt (37%) PENGANGGURAN 7,7
jt
INFORMAL 70,7(63%)

Laki-laki 64.539.117 25 JT USIA


(62%) REPRODUKSI
Perempuan 4
4
1 CONTINUUM OF Lansi
Kualitas
Degeneras
i

CARE a

SASARAN KESEHATAN KERJA Usia


Kerja
Polusi di
Tempat
Pelayanan Kerja
bagi anak Produktifitas
Pelayanan SMP/SMA
PUS dan remaja
Pelayana
Pemeriksaa Persalinan, n bagi
n nifas dan Pelayanan anak SD
Kehamilan Pelayanan
neonatal bagi balita
bagi bayi dan Kespro
prasekolah remaja
1000 Hari Ancaman
PM dan
KIE PTM
UKS
lemah Gangguan

UHH Kecerdasan Dokcil
PMT
AKI 228/100.000
KH Usia rentan ASI <15%
AKB 32/1000 Tumbuh
D/S 71,3%
KH Kembang
AKBAL 34/1000
bayi/balit
KH
a

SASARAN KESEHATAN OLAHRAGA


Angkatan Kerja ~ Usia Produktif ~ masa reproduktif

Umumnya pekerja berada di tempat kerja 1/3 waktu


dalam hidupnya.

Ketersediaan waktu bagi pekerja untuk mengakses


fasilitas yankes terbatas

Selama bekerja perempuan maupun laki-laki yang


bekerja sering terpajan berbagai risiko yang berpotensi
mengancam kesehatan (termasuk kesehatan
reproduksi)

Belum semua tempat kerja menerapkan program


kesehatan kerja menurut WHO hanya 5 10%
pekerja di negara berkembang mempunyai akses
terhadap pelayanan kesehatan kerja
KELOMPOK
KELOMPOK RENTAN
RENTAN

Jumlah pekerja perempuan semakin meningkat dari


tahun ke tahun.

Perempuan melalui fase kehidupan reproduksi yang


berbeda, seperti mengalami: Siklus haid, Kehamilan,
Menyusui

Perempuan saat ini bekerja di hampir semua sektor


dan jenjang pekerjaan

Pada perempuan yang bekerja mempunyai beban


ganda yang akan berdampak pada kesehatan
reproduksinya.
KONDISI SAAT INI

AKI yg masih tinggi (penyebab ke ibu terbanyak :


perdarahan (28%) pe upaya di berbagai
sektor termasuk di tempat kerja
WHO diperkirakan 15-20% kehamilan mengalami
abortus spontan.

Prevalensi anemia pada pekerja wanita usia


reproduksi masih berkisar 26,8 %,
Anemia pada wanita hamil 40 % (depkes 2003)
DAMPAK INDUSTRIALISASI
TERHADAP KESPRO MDGS

POSITIF NEGATIF

Kesejahteraan Kel. Sasaran Akses pelayanan Bahaya Potensial Pengasuhan anak


homogen

GIZI PROMKES PEMANFAATAN GG. KESPRO ASI EKSKLUSIF


PEL KES
Upaya pemerintah menurunkan AKI, AKB,
masalah gizi serta peningkatan kualitas
SDM tidak berhasil optimal bila program
Kesehatan Kerja tidak diterapkan
adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-
mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem, fungsi serta proses reproduksi
pada laki-laki dan perempuan
REPRODUKSI MANUSIA ANAK
Usia Sekolah
REMAJA
2 ANAK
3 Balita
2

USIA BAYI
SUBUR 2
4
Pendekatan
BAYI menyu sui
Siklus Hidup 2 A si ekslusif
(dan Ibu
M enyusui)
2

2
USIA 5
TUA BAYI BARU LAHIR
2 (dan ibu Bersalin)
1

1
P erempuan KONSEPSI
(Ibu Hamil
Pe rem pua n
& Laki-lak i dan Janin)

Setiap fase perkembangan dapat diganggu agen eksogen


Dapat mempengaruhi sistem reproduksi laki maupun
perempuan mulai dari gangguan terhadap sperma/sel
telur sampai pada gangguan kehamilan
a. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
b. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
c. Keluarga Berencana
d. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS
e. Pencegahan dan Deteksi dini kanker pada organ
reproduksi dan/atau Osteoporosis
Apakah kondisi kerja tersebut dapat
menjamin
kesehatan reproduksi ?
Apakah kondisi kerja tersebut dapat
menjamin
kesehatan reproduksi ?
Apakah kondisi kerja tersebut dapat
menjamin
kesehatan reproduksi ?
Faktor
Faktor Risiko
Risiko Non
Non Faktor
Faktor Risiko
Risiko
Okupasi
Okupasi Okupasi
Okupasi
Umur,
Umur, --Lingkungan
LingkunganKerja
Kerja
Gizi,
Gizi, Pajanan
PajananKimia
Kimia
Penyakit
Penyakitkronis
kronis Pajanan
PajananFisik
Fisik
Infeksi
InfeksiMenular
MenularSeksual
Seksual Pajanan
PajananBiologi
Biologi
(IMS)
(IMS) Pajanan
PajananErgonomi
Ergonomi
genetik
genetik Faktor
FaktorPsikososial
Psikososial
Penggunaan
Penggunaanobat-
obat- --Beban
BebanKerja
Kerja
obatan
obatan
Olahraga
Olahraga
Rokok,
Rokok,alkohol
alkoholdan
dankopi
kopi
Dukungan
Dukungansosial
sosial
Penghasilan
Penghasilan
Pelayanan kesehatan,
DAMPAK PAJANAN
Tergantung dosis, lama dan saat pajanan
Saat pajanan:
Trimester 1: abortus spontan dan kel.
Kongenital
Trimester 2 dan 3: gg. kehamilan dan BBL
Dosis Pajanan:
Kelainan Kongenital < Abortus spontan <
infertilitas
BAHAYA
KIMIA
Perkembangan industri banyak
menggunakan bahan kimia beracun.

Bahan kimia tersebut bersifat keratogenik,


mutagenik dan teratogenik sehingga
berbahaya bagi kesehatan reproduksi
pekerjanya terutama pada pekerja wanita.
AKIBAT FAKTOR KIMIA
PRA
PRAKONSEPSI
KONSEPSI SELAMA
SELAMAKEHAMILAN
KEHAMILAN SETELAH
SETELAHKEHAMILAN
KEHAMILAN

Perubahan Kerusakan janin Pertumbuhan


libido Lahir cacat anak
Merusak sel Retardasi mental terganggu
telur Abortus akibat
Merusak bahan kimia
sperma yang
Mutasi genetik terbawa oleh
orang
tuanya mell
pakaian, rambut,
kulit, ASI, dll
Bahaya pajanan kimia pada reproduksi laki-laki
Penurunan Bentuk Ggn Perubahan
Faktor kimia jml sperma sperma mortalitas hormon/
abnormal sperma performa
sperma
Lead X X X X

Dibromochloropropane X

Carbaryl (Sevin) X

Toluendiamine & X
dinitrotoluen
Ethylene dibromide X X X

Plastic production X
(styrene & acetone)
Ethylen glikol X
monoethyl ether
Bahaya pajanan kimia pada reproduksi laki-laki
Penurun Bentuk Ggn Perubahan
Faktor kimia an jml sperma mortalitas hormon/
sperma abnormal sperma performa
sperma
Perchloroethylene X

Mercury vapor X

Kepone X

Bromine vapor X X X

Chernobyl X X X X

2,4 dichlorophenoxy acetic X X


acid (2,4 D)
Carbon disulfide x

Uap logam (pengelasan) X X


Bahaya Pajanan Kimia
pada Reproduksi Perempuan

Dampak Pajanan Kimia

Infertil gas anastesia, Pb


CS2, dioxin, pelarut
Gangguan siklus haid
organik.
gas anastesia, obat
Abortus spontan antineoplastik, arsen, CS2,
etilen oksida, CO2, Mercuri

BBLR Arsen, CO, DDT


Prematur DDT,
Hasil Penelitian..
Cina (2007) 40% responden pekerja
perempuan di sektor garmen mengalami
gangguan haid.

Sandra Yucra, dkk (Peru, 2006) pada


penyemprot pestisida : volume semen naik,
pH naik, jumlah sperma turun, motilitas turun,
bentuk sprema normal berkurang secara
bermakna.
Hasil Penelitian..

Astrid Sulistomo, 2007, menunjukkan bahwa


petani perempuan yang terpajan pestisida
tinggi mempunyai risiko abortus 3,57 kali.

Perawat yang terpajan ethylene Oksida


selama kehamilan 16,7% mengalami abortus
spontan.

Petugas kesehatan terpajan gas anastesi


mempunyai risiko terjadi abortus spontan 3 kali
lebih besar.
Hasil Penelitian..

Ibu pekerja yang terpajan CO mempunyai


risiko 2-3 kali untuk melahirkan BBLR.

Petugas kesehatan hewan mempunyai risiko


lebih tinggi melahirkan bayi cacat.
AKIBAT FAKTOR FISIK
FAKTOR LAKI-LAKI PEREMPUAN
SUHU oligosperma Perkembangan janin terganggu
PANAS
BISING - Gangguan pendengaran
pada janin, BBLR
GETARAN - Gangguan haid, prematur, abortus
RADIASI Kerusakan Gangguan haid
sperma Kelainan kongenital
PENGION
Infertilitas BBLR
Abortus
Me(-) libido
Faktor fisik
AKIBAT FAKTOR BIOLOGI
FAKTOR AKIBAT

Hepatitis Kuning pada kehamilan


Prematuritas atau retardasi psikomotor
Human Penurunan daya tahan tubuh
Immunodeficiency Penularan HIV transplacenta, ASI
Virus (HIV)
Rubella atau German Trimester I kelainan kongenital (mata,
Measles telinga, jantung janin), Mental retardasi
Cytomegalo retardasi mental, masalah penglihatan dan
virus pendengaran.
Varicella atau Chicken Trimester I keguguran, atropi otot, clubbed
Pox foot dan katarak.
Listeria Abortus
Toksoplasmosis hidrosefalus, retardasi mental, abortus
AKIBAT FAKTOR ERGONOMI
Berdiri lama
Henriksen et al, 1995 : perempuan hamil yang berdiri
lebih dari 4 jam dalam satu shif (8 jam) memiliki
potensial risiko abortus, melahirkan bayi prematur.
AKIBAT FAKTOR ERGONOMI
Duduk lama
Sohn et al, 1989 : Duduk yang lama akan menyebabkan
kualitas dan jumlah darah yang disuplai ke uterus secara
significant berkurang.
AKIBAT FAKTOR ERGONOMI

Mengangkat
Fourn et al, 1999 : mengangkat beban berat akan
menyebabkan kontraksi uterus, lahir prematur, BBLR
dan abortus.
AKIBAT FAKTOR PSIKOSOSIAL
STRESS
Terjadi peningkatan tegangan otot, pernafasan
dan tekanan darah.
Respon tubuh terhadap stres dengan variasi
perubahan hormonal (baik laki-laki maupun
perempuan), biokimia, dan neurologi.

Mempengaruhi
Mempengaruhisiklus
siklusmenstruasi
menstruasi
Sulit
Sulithamil,
hamil,menurunkan
menurunkanlibido
libido
Prematuritas,
Prematuritas, BBLR,
BBLR,
1. Perlindungan di Tempat Kerja
Identifikasi Bahaya Kesehatan di tempat kerja

Melakukan pengukuran besarnya pajanan

Penilaian risiko kerja/tempat kerja

Pengendalian tempat kerja


Eliminisasi , substitusi
Engineering control
Administrative control
Alat Pelindung Diri
Edukasi ttg bahaya di tempat kerja, perilaku
kerja, PHBS, dll
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi

-Gizi pekerja -ANC Persalinan -PNC


-KB -Gizi pekerja di Faskes -KB Pasca salin
-Pencegahan IMS -Konseling oleh -ASI eksklusif
Nakes
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Peningkatan
Peningkatanpengetahuan
pengetahuan
kesehatan
kesehatanttgttgBahaya
Bahaya kespro
kesprodidi
tempat
tempatkerja
Sebelum konsepsi kerja
Pencegahan
Pencegahan&&Konseling
KonselingIMS
IMS
Saat kehamilan Peningkatan
Peningkatanpengetahuan
pengetahuan
tentang
tentang gizi
gizi
Pasca melahirkan Pemberian
Pemberiantablet
tabletFe
Fe
untuk
untukanemia
anemia
Imunisasi
ImunisasiTTTTcalon
calon
pengantin
pengantin
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi

KIE
KIEttg
ttgtumbuh
tumbuhkembang
kembang
janin,
janin,gizi
giziibu
ibuhamil
hamil
Pemeriksaan
Pemeriksaankehamilan
Saat kehamilan kehamilan
minimal
minimal44
kali
kaliselama
selamakehamilan
kehamilan
Pemberian
Pemberiantablet
tabletFe
Fe
Memberikan
Memberikanjaminan
jaminan
persalinan
persalinandan
danpenanganan
penanganan
komplikasi
komplikasi
Memberikan
Memberikanhak
hakcuti
cuti
melahirkan
melahirkan
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Pelayanan
PelayananKBKB
Pemberian
PemberianVit
Vitdan
dan
Fe
Fepd
pdibu
ibunifas
nifas
Peningkatan
Peningkatan
Pasca melahirkan pemberian
pemberianASIASIpada
pada
ibu
ibupekerja
pekerjaruang
ruang
memerah
memerahASIASI
PENINGKATAN PEMBERIAN ASI pada
IBU PEKERJA
Bayi yang mendapat ASI akan terhindar dari
pengeluaran biaya perawatan yang tinggi akibat
penyakit-penyakit infeksi, kegemukan, diabetes dan
penyakit kronis lainnya

Pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian


kurang gizi , karena gizi yang terkandung dalam ASI
sangat optimal bagi tumbuh kembang anak

Dengan menyusui akan mengurangi biaya tinggi akibat


konsumsi makanan pengganti ASI (susu formula)
PENINGKATAN PEMBERIAN ASI pada
IBU PEKERJA
UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 83
menyebutkan bahwa pekerja/buruh perempuan yang
anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan
sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus
dilakukan selama waktu kerja.

SKB 3 menteri tentang Peningkatan Pemberian ASI


selama waktu kerja di tempat kerja

Ruang memerah ASI


KEUNTUNGAN BAGI
TEMPAT KERJA SAYANG BAYI

Mengurangi Seringnya Penggantian


Staf Yg Sudah Terlatih Karena
Melahirkan
Mengurangi absen karyawan karena
Anak jarang sakit
Mengurangi Biaya Kesehatan
Meningkatkan Produktivitas Kerja,
Kepuasan Kerja, Moral Kerja
Meningkatkan kualitas Tenaga Kerja
Masa Depan Yg Lebih Baik
Monev
Monevprogram
program Monev
Monevprogram
program
perlindungan
perlindungan pelayanan
pelayanankespro
kesprodi
di
kespro
kesprodi
ditempat
tempatkerja
kerja tempat
tempatkerja
kerja

Cakupan
CakupanANC
ANC
Pemantauan
Pemantauanlingkungan
lingkungan Cakupan KB
Cakupan KB
(Workplace monitoring)
(Workplace monitoring) Cakupan
Cakupanpemberian
pemberiantab
tab
Fe
Fe
Surveilans
Surveilansmedis
medis; ; Cakupan
CakupanTTTT
Kasus
Kasusinfertilitas
infertilitas Jaminan melahirkan
Kasus abortus Jaminan melahirkan
Kasus abortus Pemanfaatan
Kasus Pemanfaatanruang
ruang
Kasuskelainan
kelainan memerah
kongenital memerahASIASI
kongenitalpada
padabayi
bayi Kegiatan preventif
baru lahir Kegiatan preventif
baru lahir promotif
promotif
1. Unit pelayanan kesehatan di tempat kerja
(klinik perusahaan)
Melaksanakan program kespro dan kesja
secara paripurna
Berkoordinasi/bekerjasama dgn puskesmas
setempat
Melaporkan cakupan program kespro di
tempat kerja ke Dinas kesehatan melalui
Puskesmas setempat
2. Puskesmas
Membina tempat-tempat kerja/yankes lain dalam
pelaksanaan kesehatan kerja
Kerjasama dengan unit yankes lain (klinik
perusahaan)
Mengumpulkan laporan kesehatan kerja dari unit
yankes lain
Melaksanakan rujukan jika diperlukan
3. BKKM
Menerima rujukan medik dan rujukan kesehatan
kerja masyarakat
4. Rumah Sakit
Menerima rujukan medik berkaitan dgn kespro
5. Dinas Kesehatan
Menggalang dukungan LS, Pemda,
organisasi profesi, dunia usaha, dll
Bimbingan teknis dan fasilitasi
Menerapkan syarat kesehatan kerja dan
kespro di berbagai tempat kerja
Melaksanakan peningkatan kapasitas
petugas
Mengupayakan ketersediaan dukungan
dana, sarana, prasarana
6. Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi
Pengawasan norma K3
Pengawasan terhadap pelaksanaan
kewajiban perusahaan dalam program
kespro di tempat kerja
Penyelesaian aspek legal kasus terkait
kespro sesuai peraturan yang ada
PENUTUP
Industrialisasi mempunyai dampak yang
positif maupun yang negatif terhadap
kesehatan reproduksi para pekerjanya.
Cukup banyak faktor di lingkungan kerja
yang dapat berdampak buruk bagi
kesehatan reproduksi baik pekerja
perempuan maupun laki-laki.
Penerapan kesehatan reproduksi dapat
mewujudkan penyediaan SDM masa depan
yang sehat, cerdas dan Produktif serta
berkontribusi dalam pencapaian MDGs

Anda mungkin juga menyukai