Case CVD NH
Case CVD NH
Case CVD NH
Cerebrovaskular Disease
Oleh:
Ardi Septiawan, S. Ked. (04054821618060)
Disease fokal atau global yang berkembang dengan cepat atau tiba-tiba, berlangsung
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, dengan tidak tampaknya
penyebab lain selain penyebab vaskular
Pekerjaan IRT
Agama Islam
Suku Sumatera
II.
Anamnesis
Keluhan utama Penderita dirawat di bagian Neurologi karena
penurunan kesadaran secara tiba-tiba.
RPP
Sejak 12 jam yang lalu penderita mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba yang berlangsung
hingga sekarang. Sebelum serangan penderita tidak ada sakit kepala, tidak ada mual muntah, tidak ada
kejang , tidak ada demam, tidak ada sesak, ada kelemahan di kedua sisi tubuh dengan intensitas yang
berbeda, dimana sisi kanan lebih aktif dibandingkan sisi kiri, ada rasa baal dan kebas sesisi tubuh sebelah
kiri, ada bicara pelo, ada mulut yang mengot ke sebelah kanan, penderita tidak mampu mengungkapkan isi
pikirannya baik secara lisan, tulisan, ataupun isyarat, penderita tidak mampu memahami isi pikiran orang
lain baik secara lisan, tulisan, ataupun isyarat. Sehari-hari penderita menggunakan tangan kanan untuk
beraktivitas. Penderita lalu dibawa ke IGD RSMH.
Riwayat hipertensi pada penderita ada namun tidak minum obat secara rutin. Riwayat penyakit diabetes
melitus tidak ada, riwayat sakit jantung tidak ada.
bingung
KEPALA
Bentuk : Normochepali
Perhatian : ada Deformitas : (-)
Ukuran : normal
Status
Fraktur : (-)
Kontak Psikik : ada Simetris : simetris
Nyeri fraktur : (-)
pasien
Hematom : (-)
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
Tumor : (-)
Pulsasi : (-)
LEHER
Sikap : lurus
Deformitas : (-)
Torticolis : (-)
Tumor : (-)
Kaku kuduk : (-)
Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
Fundus Oculi - -
Papil edema - -
Papil atrofi - -
The Power of PowerPoint | thepopp.com 12
Perdarahan retina - -
N. Occulomotorius, Trochlearis, & Abducens Kanan baik Kiri baik
Pupil
Mengerutkan dahi + +
Menutup mata + _
Sensorik
Refleks
Muntah Tidak ada kelainan
Batuk Tidak ada kelainan
Okulokardiak Tidak ada kelainan
Sinus karotikus Tidak ada kelainan
MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan lateralisasi ke kiri
Kekuatan
Tonus meningkat meningkat
Refleks fisiologis
Biceps meningkat meningkat
Triceps meningkat meningkat
Radius meningkat meningkat
Ulnaris meningkat meningkat
Refleks patologis
Hoffman Tromner + +
Leri - -
Meyer tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Trofi - -
The Power of PowerPoint | thepopp.com 17
TUNGKAI Kanan Kiri
Gerakan
Kekuatan laterasi ke kiri
Tonus meningkat meningkat
Klonus
Paha + +
Kaki _ _
Refleks fisiologis
KPR meningkat meningkat
APR meningkat meningkat
Refleks patologis
Babinsky + +
Chaddock + +
Oppenheim
Gordon
Schaeffer bdd
Rossolimo - +
1. Rontgen Thorax : tidak ada kelainan 2. CT Scan Kepala : Lesi hipodens di temporo-
parieto-oksipital kanan.
Kesan : Infark serebri iskemik.
VI. PROGNOSIS
Area Broadman
Menggambarkan letak lesi
1. stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis dari gangguan
fungsi serebri fokal atau global yang berkembang dengan cepat atau tiba-tiba, berlangsung
lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, dengan tidak tampaknya penyebab lain
selain penyebab vaskular (Aho, K, dkk. 1980).
2. suatu defisit neurologis yang terjadi akibat trauma fokal yang terjadi secara akut pada sistem
saraf pusat yang disebabkan oleh gangguan pada sistem vaskular, termasuk infark serebri,
perdarahan intraserebri, dan perdarahan subaraknoid, dan merupakan penyebab terbesar
dari disabilitas dan kematian di seluruh dunia (Sacco, dkk. 2013)
Mortalitas pasien stroke di RSUP Dr Sardjito 60 tahun dan relatif menjadi hampir sama di usia
Yogyakarta menduduki peringkat ketiga setelah lebih dari 60 tahun.
penyakit jantung koroner dan kanker, 51,58%
akibat stroke hemoragik, 47,37% akibat stroke
iskemik, dan 1,05% akibat perdarahan
subaraknoid (PERDOSSI, 2011 & Setyopranoto,
2013).
Pada 1053 kasus stroke di 5 rumah sakit di Stroke mempunyai multifaktor risiko. Faktor
Yogyakarta, angka kematian tercatat sebesar risiko tersebut ada yang major dan minor,
28.3%; sedangkan pada 780 kasus stroke serta ada yang bersifat modifiable atau
iskemik adalah 20,4%, lebih banyak pada laki- nonmodifiable.
laki (PERDOSSI, 2011 & Setyopranoto, 2013).
Klasifikasi
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya Berdasarkan Berdasarkan sistem pembuluh darah
stadium/pertimbangan waktu
Stroke hemoragik
1. Perdarahan intra serebral
2. Perdarahan subarakhnoid
Patofisiologi
Status Neurologikus
Pemeriksaan mototrik gerakan, kekuatan, tonus, klonus,
refleks fisiologis, refleks patologis
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan nervus kranialis
Pemeriksaan GRM
Pemeriksaan gerakan abnormal
Pemeriksaan fungsi luhur
Pemeriksaan fungsi vegetatif
Pemeriksaan gait dan keseimbangan
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
6. Pengendalian kejang dengan Diazepam bolus lambat intravena 5-20 mg dan diikuti Fenitoin loading dose
15-20 mg/kgBB bolus dengan kecepatan 50 mg/menit jka masih kejang (AHA/ASA, Class I, Level of
evidence C)
7. Pengendalian hiperpireksia dengan antipiretika Asetaminofen 650 mg jika suhu >38,5C dan diatasi
penyebabnya (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C)
8. Penatalaksanaan hiperglikemia (BSS>180 mg/dl) pada stroke akut dengan titrasi insulin (AHA/ASA, Class
I, Level of evidence C). Hipoglikemia berat (<50mg/dl) diobati dengan Dekstrosa 40% intravena atau infus
glukosa 10-20%. Target yang harus dicapai adalah normoglikemia.
9. Pemberian H2 antagonis (Ranitidin) atau penghambat pompa proton (Omeprazole) secara intravena
dengan dosis 80 mg bolus jika terjadi stress ulcer (Class I, Level of evidence A)
10. Pemberian analgesik dan anti muntah sesuai indikasi.
11. Pemberian Neuroprotektor (Citicholin) dengan dosis 2x1000 mg intravena selama 3 hari dilanjutkan
dengan oral 2x1000 mg selama 3 minggu (ICTUS).
1. Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 - 48 jam pada stroke iskemik akut (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A) atau terapi
kombinasi Aspirin dosis rendah 25 mg dengan extended release dipyridamole 200 mg (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)
2. Pada penderita tidak toleran dengan Aspirin, Clopidogrel 75 mg atau extended release dipyridamole 2x200 mg dapat digunakan
(AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B)
3. Pada stroke iskemik aterotrombotik dan arterial stenosis simptomatik dianjurkan memakai Cilostazol 100 mg 2 kali sehari (AHA/ASA,
Class I, Level of evidence A)
4. Trombolitik (harus memenuhi kriteria inklusi): pemberian iv rTPA dosis 0,9 mg/kgBB (maksimum 90 mg), 10% dari dosis total diberikan
sebagai bolus inisial, dan sisanya sebagai infus selama 60 menit. Direkomendasikan secepat mungkin dalam rentang waktu 3 jam.
(AHA/ASA, Class I, Level of evidence A)
5. Antikoagulan (heparin, LMWH, heparinoid) atau antagonis vitamin K (warfarin) direkomendasikan untuk stroke iskemik atau TIA yang
disertai denngan fibrilasi atrial intermitten atau permanen yang paroksismal. (target INR 2,5 dengan rentang 2,0-3,0) (AHA/ASA, Class
I, Level of evidence A)
6. Pemberian statin dengan efek penurunan lipid direkomendasikan pada stroke iskemik dan TIA yang disertai aterosklerosis tanpa PJK
dengan LDL 100mg/dl (AHA/ASA, Class I, Level evidence B)
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Anemia
3. Dislipidemia
Pemeriksaan 4. Pemeriksaan rontgen thorax dalam
penunjang batas normal
5. Pemeriksaan CT scan infark
serebri iskemik
Hasil skor siriraj <-1 yaitu kemungkinan stroke iskemik. Namun dari hasil
algoritma gajah mada didapatkan bahwa pada kasus ini merupakan
perdarahan intraserebral.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 53
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pada kasus ini pasien didiagnosis:
Tatalaksana yang diberikan yaitu IVFD NaCl 0,9% XX gtt/menit, injeksi omeprazole
1x40 mg (IV), injeksi citicolin 2x500 mg (IV), neurodex 1x1 Tab (PO), dan Aspilet
2x160 mg.
Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam dubia ad bonam, quo ad
functionam dubia ad malam, dan quo ad sanationam dubia ad malam.