3.teknik Eksploitasi Gas Bumi (Materi Kuliah)
3.teknik Eksploitasi Gas Bumi (Materi Kuliah)
3.teknik Eksploitasi Gas Bumi (Materi Kuliah)
Gas Bumi
Wet Gas
Wet gas adalah gas bumi yang mengandung hidrokarbon yang lebih berat dalam jumlah
yang cukup banyak dan mudah dipisahkan dalam bentuk cairan. Cairan yang dihasilkan dari
gas basah disebut kondensat, sedangkan gas yang diperoleh disebut gas kondensat. Baik saat
awal maupun pada akhir produksi, biasanya di dalam reservoar fluida dalam keadaan fasa
gas.
Ciri-ciri gas basah antara lain :
1. Temperatur krikondenterm diagram fasanya lebih kecil dari temperature reservoar,
2 Fluida dari separator terdiri atas 10 % mol cairan dan 90 % mol fasa gas,
3. Cairan dari separator mempunyai gravity > 50 0API dan biasanya jernih seperti air,
4. GOR produksi dapat mencapai 100 000 SCF/STB atau kurang.
Dry Gas
Dry gas adalah terutama terdiri dari metana dan sedikit mengandung etana serta
kemungkinan propane.
Adapun ciri-ciri dari gas kering antara lain :
1. Temperatur kritis dan temperatur krikondenterm fluida relatif sangat rendah,
sehingga biasanya berharga jauh di bawah temperatur reservoarnya,
2. Sedikit sekali atau hampir dapat dikatakan tidak ada cairan yang diperoleh dari
separator produksi permukaan,
3. GOR produksi biasanya lebih dari 100 000 SCF/STB.
Gas Ideal
Fasa gas pada kondisi tekanan dan temperatur rendah (kondisi standar) dapat
memenuhi kaidah hukum gas ideal. Gas ideal adalah gas yang mempunyai volume
total molekul yang dapat diabaikan terhadap volume wadah, tidak mempunyai gaya
tarik menarik maupun tolak-menolak antar sesama molekul atau molekul dengan
dinding wadahnya, dan tumbukan antar molekul bersifat lenting sempurna
sehingga tidak terjadi kehilangan tenaga akibat tumbukan tersebut.
1. Hukum Boyle
Berbunyi pada suatu suhu, volume sejumlah gas berubah sedemikian,
sehingga selalu berbanding terbalik dengan tekanan gas. Dapat dituliskan sebagai
berikut :
PV = Tetapan
2. Hukum Charles
Berbunyi pada suatu tekanan, volume sejumlah tertentu gas berubah
sedemikian, sehingga selalu berbanding lurus dengan suhu mutlaknya. Dapat
dituliskan sebagai berikut :
V/T = Tetapan
Bila jumlah dan tekanan gas tetap, dan volume dialurkan terhadap suhu mutlak,
akan diperoleh garis lurus. Garis ini akan melalui titik dari sumbu, artinya pada 0oR
atau 0oK volume gas adalah 0. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal bahwa jika
suhu mutlak ini dicapai, gas akan mengembun dan bahkan kemudian membeku. Hal
ini menunjukkan bahwa pada suhu yang cukup rendah, hukum yang sederhana ini
tidak berlaku lagi gas-gas di alam. Suatu hukum yang hampir sama dengan hukum
Charles ialah hukum Gay Lussac.
3. Hukum Gay Lussac
Berbunyi dalam volume yang tetap, tekanan sejumlah tertentu gas selalu berbanding lurus dengan suhu
mutlaknya.
P/T = Tetapan
Hukum Boyle dan Hukum Charles dapat digabung, volume, V, dapat dianggap sebagai fungsi dari
tekanan, P dan suhu mutlak, T
V = f (P,T)
Deferensiasi akan memberikan : dV =
Integrasi persamaan deferensial ini akan memberikan : PV = C T
V V
dP dT
4. Hukum Avogadro P T T P
Berbunyi pada tekanan gas suhu yang sama, dalam suhu yang sama semua gas ideal memiliki jumlah
molekul yang sama. Pernyataan setara dengan pernyataan bahwa gas ideal apa saja dalam jumlah mol (gram
molekul) yang sama, akan menempati volume yang sama apabila diukur pada tekanan dan suhu yang sama.
Ternyata dari percobaan, 1 mol gas apa saja memiliki volume sebesar 22,4 liter, pada 0oC dan 1 atm.
Bila Hukum Avogadro digabungkan dengan persamaan Gay Lussac, yakni dengan mengambil C = nR,
akan diperoleh : PV = nRT atau
m
atm, lt/gr-mol, oK R = 0.08206 PV RT
Psia, cuft/lb-mol, R R = 10.73
o M
Gas Nyata
Pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi (keadaan tidak standar), fasa gas tidak sesuai lagi
dengan kaidah gas ideal sehingga disebut gas non ideal atau gas nyata. Pada kondisi inilah
umumnya perhitungan-perhitungan dilakukan. Ada beberapa cara untuk melakukan koreksi sehingga
bisa digunakan untuk gas nyata, yaitu :
1. Persamaan Van der Waals
Yang pertama kali menyelidiki kelakuan gas nyata dalah Van der Waals. Untuk n mol gas,
persamaan untuk gas nyata adalah :
n 2a
p 2 V nb nRT
V
Bila tetapan a dan b tidak diketahui, besaran ini dapat diperkirakan dari data kritik. Dapat
dibuktikan kemudian bahwa a = 3 Pc Vc2 dan b = 1/3 Vc, dengan Pc dan Vc masing-masing ialah
tekanan dan volume kritik gas tersebut.
Persamaan Van der Waals ini sering tidak sesuai untuk perhitungan teknik, karena sering harga
V harus dihitung dari P dan T yang diperoleh dari eksperimen. Persamaan ini tidak mudah
digunakan untuk campuran gas.
2. Persamaan Keadaan Berhubungan ( Compressibility Equation of State)
Hukum ini telah menampilkan faktor deviasi gas (compresibility faktor, Z) dan umum digunakan dalam
perhitungan teknik. Untuk gas nyata, hukum gas umum dapat dirubah menjadi :
PV = ZnRT
Untuk gas nyata, besarnya harga Z dapat lebih kecil atau lebih besar dari satu, bergantung pada tekanan
dan temperatur, sedangkan untuk gas ideal harga Z = 1.
Faktor Deviasi Gas
Dari persamaan gas nyata ( PV ZnRT), diketahui bahwa Z adalah faktor deviasi gas (compressibility
factor). Untuk gas ideal harga Z adalah 1 (satu) tetapi untuk gas nyata harga Z bisa lebih besar maupun lebih
kecil dari 1 (satu) tergantung tekanan dan temperatur.
Untuk mencari faktor kompresibilitas dari campuran gas nyata digunakan konsep Pseudo Reduced
Pressure (Ppr) dan Pseudo Reduced Temperature (Tpr). Persamaannya sebagai berikut :
T P
Tpr dan Ppr
Tpc Ppc
keterangan :
Ppc = Pseudo critical Pressure, psia,
Pci = Tekanan kritis komponen ke i, psia, (lihat tabel I),
Tpc = Pseudo critical temperatur, 0R,
Tci= Temperatur kritis komponen ke i, 0R, (lihat tabel I),
yi = Fraksi mol komponen ke i.
Selain dengan cara penentuan berdasarkan harga tekanan dan temperatur kritis gas murni (komponen)
penyusunnya, Ppc dan Tpc suatu campuran gas dapat juga ditentukan dengan menggunakan Grafik 1, apabila
telah diketahui specific gravity gas. Grafik 1, memenuhi persamaan Standing sebagai berikut :
Tpc = 168 + 325 (g) - 12,5 (g)2 *
Ppc = 677 + 15 (g) - 37,5 (g)2 *
dengan g adalah specific gravity gas atau campuran gas.
Setelah harga dari pseudo reduced temperature (Tpr) dan pseudo reduced pressure (Ppr) diperoleh, maka faktor
kompresibilitas dapat dicari dari Grafik 2. Harga Z dapat dicari dengan cara menarik garis lurus dari harga Ppr
yang memotong harga Tpr. Titik perpotongan antara Ppr dan Tpr kemudian ditarik ke kiri untuk mendapatkan
harga Z.
Za = ZnYn + (1 Yn) Zg *
keterangan :
Za = faktor kompresibilitas additive,
Zn = faktor kompresibilitas nitrogen,
Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon campuran,
Yn = fraksi mole nitrogen dari dalam campuran.
Harga faktor kompresibilitas yang sebenarnya yaitu Z dari campuran, didefinisikan sebagai :
Ztrue = C.Za
Dengan C adalah faktor koreksi yang tergantung pada konsentrasi nitrogen, temperature, dan tekanan.
* = Koreksi Eilbert
Pengaruh karbondioksida (CO2) terhadap kompresibilitas :
Didefinisikan faktor kompresibilitas additif, sebagai berikut :
Za = (ZCO2) YCO2 + (1 YCO2) (Zg) **
Ztrue = Za
keterangan :
Z CO2 = faktor kompresibilitas dari CO murni,
Y CO2 = fraksi mole CO2 di dalam campuran,
Zg = faktor kompresibilitas dari fraksi hidrokarbon.
Jika di dalam campuran gas terkandung gas CO2, N2, dan H2S dalam jumlah yang
cukup besar, dipergunakan persamaan :
Za = ZCO2 (YCO2) + Zn(Yn)+ Z H2SYH2S + (1- YCO2 Yn YH2S).Zg
Ztrue = C.Za (Faktor C tidak diperlukan bila tidak mengandung gas N2)
Gas alam akan dikatakan sour gas apabila mengandung 1 gram H2S per cubic feet. H2S dalam sour gas
bersifat korosif. H2S juga akan mempengaruhi besarnya harga Z.. Sour gas bersifat korosif, bahkan bisa menjadi
racun jika konsentrasinya cukup besar. H2S di dalam konsentrasi yang kecil dapat diabaikan, sehingga untuk
perhitungan faktor kompresibilitas dapat dilakukan tanpa koreksi seperti yang dilakukan terhadap nitrogen (N2) dan
karbondioksida (CO2). Tetapi jika konsentrasi H2S cukup besar, maka koreksi harus dilakukan.
m PM
keterangan : g V RT
m = berat gas, lb,
V = volume gas, cuft,
M = berat molekul gas, lb/lb mole,
P = tekanan reservoar, psia,
T = temperatur, R,
R = konstanta gas = 10.73 psi cuft/lb mole R.
Sedangkan untuk gas campuran digunakan rumus sebagai berikut :
PM a
g
zRT
keterangan :
z = faktor kompresibilitas gas,
Ma = berat molekul tampak.
Specific Gravity
Spesific gravity gas didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas gas dengan densitas udara
pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama. Untuk komponen tunggal persamaannya ditulis sebagai
berikut :
g atau MgP
g g RT
Mg
Mg
udara M udara P M udara 29
RT
Sedangkan untuk gas campuran, Mg diganti dengan Ma (berat molekul tampak campuran gas), yaitu :
Ma Ma
g
M udara 29
Dari uraian di atas, spesific gravity gas tidak dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur yang ada pada
sistem tersebut, tetapi hanya dipengaruhi oleh berat molekul tampak dari campuran gas tersebut. Jadi harga
spesific gravity stabil/tetap.
Menentukan Spesific Grafity gas yang mengandung N2, CO2, dan H2S
Dengan metode Meenhan :
keterangan : 1 y N 2 yCO2 y H 2 S
ghc = grafity gas mengandung impurities.
y N2 = mol fraksi N2 dalam gas.
y H2S = mol fraksi H2S dalam gas.
y CO2 = mol fraksi CO2 dalam gas.
Faktor Volume Formasi Gas
Satu cuft gas di dalam reservoar bila dibawa ke permukaan volumenya tidak akan tetap 1 cuft, melainkan
bertambah besar karena pemuaian. Faktor volume formasi gas adalah perbandingan volume dari sejumlah gas
pada kondisi reservoar dengan kondisi P & T standar, dapat dituliskan sebagai berikut :
Z r nRTr Z rTr
Volume Gas pada Kondisi Reservoar Vres Pr Pr
Bg
Volume Gas Dipermukaa n Vsc Z sc nRTsc 1* 5200 R
Psc 14.7 psia
keterangan :
Bg = faktor volume formasi gas, cuft/scf,
Vres = volume gas pada kondisi reservoar, cuft,
Vsec = volume gas pada kondisi standard, scf,
Psc= tekanan pada kondisi standard, psi ( 14.7 psi),
Pr = tekanan pada kondisi reservoar, psi,
Tsc = temperatur pada kondisi standard, 0R (5200R),
Tr = temperatur pada kondisi reservoar, 0R,
Zsc = faktor kompresibilitas gas pada kondisi standard (= 1),
Zr = faktor kompresibilitas gaszT
padacuft zT bbls p SCF p SCF
Bg 0.02829 0.00504
kondisi reservoar.
35.35 198.4
p SCF
Dari persamaan di atas, maka didapat persamaanp faktor
SCFvolume formasi
zT cuft
gas yaitu : zT bbls
Viskositas Gas
Viscositas gas murni (satu komponen) tergantung pada tekanan dan temperatur, tetapi untuk gas campuran (gas
alam) viscositas akan tergantung pula pada komposisi. Umumnya, dalam perhitungan teknik reservoar produksi dan yang
dimaksud dengan viskositas di sini adalah viskositas dinamik (), bukan viskositas kinematik ().
Cara untuk mencari harga viskositas gas dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Seacara langsung yaitu
dengan menggunakan alat Ball Pressure Viscosimeter atau Rankie Capillary Viscosimeter. Sacara tidak langsung
yaitu dengan menggunakan metode persamaan dan korelasi. Ada beberapa cara untuk menghitung viskositas gas alam,
antara lain :
1. Untuk menghitung viskositas pada tekanan atmosfer menggunakan persamaan :
keterangan : g gi yi Mi 0.5
g = Viskositas campuran gas pada tekanan atmosfer, yi Mi 0.5
gi = Viskositas gas murni (lihat grafik 1),
Mi = Berat mol gas murni ke-i.
2. Untuk menghitung viskositas gas alam pada temperatur dan tekanan sembarang dapat menggunakan :
g : ga f (M, T)
g ga dengan
(lihat grafik 2)
ga g
f (Pr , Tr )
ga (lihat grafik 3)
Grafik 1
()
Grafik 2
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Grafik 3
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Compresibilitas Gas
Kompresibilitas gas isothermal adalah perubahan volume per unit volum akibat perubahan tekanan
pada temperatur yang konstan, dapat ditulis sebagai berikut :
1 V 1 V
C psia -1 C
P nRT 1
2
v P T atau V P nRT(gas
ideal)
P P
P nRT Z 1 1 Z
C 2
P Z
ZnRT P P P Z P (gas nyata)
T P
Tr harga T, P, Tc,
Jika diketahui Pr dan Pc, maka penyelesaian harga kompresibilitas sebagai berikut :
Tc Pc
1. Cari harga dan
CrTr
Pr, cari harga CrTr dari Grafik 1 atau Grafik 2 (tergantung harga Tr).
2. Dari harga TrCrdan Tr Cr
3. Cari harga C
Pc
4. Cari harga kompresibilitas dengan rumus :
Grafik 1
Variasi Harga CrTr untuk Beberapa Harga Tr dan Pr
1.05 Tr 1.4;0.2 Pr 15.0
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Grafik 2
Variasi Harga CrTr untuk Beberapa Harga Tr dan Pr
1.4 Tr 3.0;0.2 Pr 15.0
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Termodinamika Gas
Pada suatu proses dinamis dalam suatu sistem termodinamika, berlangsung perpindahan energi dari
dan ke dalam sistem serta perubahan energi di dalam sistem. Energi yang terbawa bersama fluida
meliputi :
1. Energi dalam (internal energi) U; energi yang dimiliki oleh fluida tanpa ketergantungan pada lokasi
dan gerakan,
2
2. Energi kinetis mv; energi yang berkaitan dengan gerakan yang dinyatakan terhadap suatu titik tertentu,
2 gc
3. Energi potensial mgz ; yang diakibatkan oleh kedudukan dari sistem,
4. Energi penekanangcPV, yang terbawa ke dalam atau ke luar sistem sebagai akibat dari penekanan.
Kesetimbangan energi dimana pompa digunakan dalam sistem untuk mengalirkan gas diberikan oleh
persamaan berikut ini :
mV 2 mgz
U PV q W
2 gc gc
ENTHALPI GAS (H) :
Kandungan panas gas yang merupakan fungsi
kapasitas panas gas tsb., sehingga perubahan
enthalpi akbt P & T :
V
H C p T V T P
T p
H RT 2 Z
P T P T P
Dimana, Cp = spesifik panas, Btu/lbmol R
o
H Ho Ho H
H o
H RTc H H / RTc w H H / RTc
o
0
o
1
H o
=c
H / RT
1
koreksi penyimpangan enthalpi simple
H m H mo H o H m
wm xi wi
kondisi pseudoreduced
i digunakan untuk mendapatkan
harga dan
FLUIDA
H o
H / RTc
0
H o
H / RTc
1
Selanjutnya harga (H0 - H)m diperoleh dari persamaan :
sehingga entalpi
tertentu dapat
dari
gas
dihitung,
campuran
H H m RTcm H H /RT c
0 0
yaitu
pada
dengan
0 tekanan
menggunakan
dan
m H H /RT c
persamaan
'
0 temperatur
Hm H H H0
m 0
m
Enthalpi GaS iDEAL
(Engineering Data Book, Natural Gas Processors Association)
Enthalpi GaS iDEAL
(Engineering Data Book, Natural Gas Processors Association)
Pengaruh tekanan thd enthalpi simple fluid
(Engineering Data Book, Natural Gas Processors Association)
ENTH
FLUIDA
koreksi penyimpangan enthalpi simple fluid
akibat pengaruh tekanan
(Engineering Data Book, Natural Gas Processors Association)
ENTH
FLUIDA
EXERCISE
Tabel. PVT Matching Terhadap Komposisi Komponen Fluida
Reservoar dari Sumur PMS-01 (Upper Cibulakan)
Fraksi Mol (Y i ), %
Komponen P res = 2500 psia
Laboratorium Simulasi
T res = 220 F
CO2 6,22 6,22
C07-C08 1,05
Komponen-semu
C12+ 0,13
1.Metode Volumetris
Secara umum cadangan gas di tempat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
43560 Vb (1 Swi)
G
keterangan : Bgi
G = Cadangan gas mula-mula ditempat, scf,
Vb = Bulk volume reservoar, acre-ft,
= Porositas batuan reservoar,
Swi = Saturasi air conate,
Bgi = Faktor volume formasi gas awal, cuft/scf,
Bga = Faktor volume formasi gas pada tekanan abonden, cuft/scf,
43560 = Konversi dari acre-ft ke cuft.
Diperlukan peta isopach yang digunakan untuk menentukan volume total batuannya.
Metode Trapezoidal
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang berurutan ke bawah lebih
besar dari 0,5 atau A A maka :
n
0.5
n 1
An
h
Vb ( An An 1 )
2
Metode Pyramidal
Metode ini digunakan bila perbandingan luas garis kontur yang berurutan ke bawah lebih
kecil atau sama dengan 0,5 atau A A maka :
n n 1
0.5
An
h
Vb An An 1 An xAn 1
keterangan : 3
Vb = Volume bulk batuan, acree-ft,
An = Luas yang dibatasi oleh isopach di bawahnya, acre,
An+1 = Luas yang dibatasi oleh isopach di atasnya, acre,
h = Interval antar garis isopach, ft.
Cadangan
Cadangan = Gas Awal Gas Sisa.
1 1
Gp 43560 Ah 1 Swi x
Recofery Faktor Bgi Bga
Bgi PaZi
RF 1 1
Bga PiZa
Untuk reservoar gas dengan mekanisme pendorong
air (water drive reservoar) faktor perolehan adalah :
dimana :
Sgi = saturasi gas awal, fraksi
Sgr = saturasi gas sisa , fraksi
Bgi = faktor volume formasi gas pada tekanan
awal,Scf/cuft
Bga= faktor volume formasi gas pada tekanan abandon,
Scf/cuft
Tabel 1.2
Residual Gas Saturation After Water Flood as
Measured Core Plugs
(1 Water
Untuk Strong Swi Sgr )
Drive
RF x100%
(1 Swi)
Persamaan Umum Material Ballance
2.Metode Material Balance
untuk Depletion Drive Reservoir
G( Bg Bgi ) We WpBw
Gp
Bg
Asumsi yang digunakam pada reservoar jenis ini adalah :
Tidak ada perembesan air ke dalam reservoar dan atau produksi air sangat kecil dan dapat diabaikan,
Keadaan mula-mula dari reservoir adalah undersaturated,
Reservoir homogen dan isotropis,
Tenaga yang menyebabkan adanya produksi gas hanya berasal dari pengembangan gas itu sendiri.
Untuk depletion drive, persamaannya berubah menjadi :
Sebuah grafik GpBg vs Bg-Bgi merupakan garis lurus dengan harga slope sama dengan G (lihat Gambar
1). GpBg G ( Bg Bgi ) 0 ; y a b
* = MBE Straight-Line Method
Gambar 1
MBE Straight-Line Plot, Volumetrik Gas Reservoir
(Ikoku, Chi.U.DR;Natural Gas Production Engineeing)
Metoda Perssure Decline (P/Z vs Gp)
Untuk water drive reservoir, metode pressure decline tidak bisa digunakan kerena asumsinya tidak ada
perembesan air di reservoar, sehingga grafik yang terbentuk akan menyimpang dari garis lurus.
Penyimpangannya tergantung dari kekuatan pendorong airnya.
Gambar 3
Plot P/Z terhadap Gp dengan Efek Water Influx
(Gas Production Operation, Dale Beggs)
Jika data kumulatif produksi dan tekanan reservoar cukup tersedia, Initial Gas In Place (G) dan
cadangan gas dapat ditentukan tanpa harus mengetahui terlebih dahulu harga A, h, , dan Sw. Ini dibentuk
dengan membuat kesetimbangan massa atau mol dari gas, yaitu :
Mol produksi = mol awal ditempat mol tersisa.
Psc G p PiVi PVi
Dengan mengaplikasikan hukum gas, pV = ZnRT, maka didapat :
Tsc Z sc Tf Zi Tf Z
untuk Vi GB
sehingga
gi di dapat :
G( Bg Bgi ) We WpBw
Gp
Bg
G ( Bg Bgi )
Gp
Bg
keterangan :
Tf = Temperatur formasi,
Pi = Tekanan awal reservoar,
Tsc = Temperatur pada keadaan estndar,
Psc = Tekanan pada keadaan standar.
Metode Material Balance
untuk Water Drive Reservoir
Untuk reservoar Water Drive, yaitu adanya water influx dan produksi air, maka persamaannya berubah menjadi :
*
GpBg WpBw
C
QD P G ; y ax b
Bg Bgi Bg Bgi
keterangan :
We = CQDP.
C = Konstanta water influx
Sebuah grafik GpBg +WpBw/Bg-Bgi vs QDP/Bg-Bgi menghasilkan garis lurus dengan slope menyatakan
besarnya C, dan dapat diketahui besarnya IGIP dengan ekstrapolasi garis sehingga memotong sumbu y (lihat Gambar 2).
qsc
6
703x10 kh Pr Pwf
2 2
re
TZ ln 0.472 S Dq sc
rw
Persamaan untuk menentukan tekanan atau
kehilangan tekanan untuksuatu laju aliran gas
sebesar qsc.
1422T Z qsc re
Pr Pwf
2 2
ln 0.472 S Dqsc
kh rw
DIMANA :
Deliverabilitas Reservoar
qsc C Pr 2
Pwf 2 n
Pembuatan grafik dengan sistem koordinat log-log
berdasarkan persamaan 3.3 akan menghasilkan hubungan
yang linier.
log qsc log C n log P 2
; C
MMSCF / day
Psi
2 n
AOFP C PR 2 n
Plot Log P2 versus Log qsc
Exersice
SG gas = 0.65
T res = 200 F
Inflow Performance
qsc C Pr 2
Pwf 2 n
Persamaan Deliverabilitas menggambarkan hubungan antara
laju produksi gas (qsc) terhadap tekanan alir dasar sumur
(Pwf)
Hubungan tersebut dinamakan Inflow Relation ship
703x106 k
C
r
TZ ln 0.472 e S sc
rw
Faktor faktor Yang mempengaruhi Inflow
Performance
Permeabilitas
Ketebalan lapisan
Temperatur Reservoar
Jari jari pengurasan
Jari jari sumur
Skin faktor
Viskositas gas (g) dan faktor Kompresibilitas gas (Z) -
merupakan funsi tekanan, sehingga Konstanta
deliverabilitas menjadi
1
Ck
z
Peramalan Inflow performace
C z f
p
Atau :
C f
z p
z p
Cf Cp
z f
Peramalan Inflow Performance
Uji Deliverabilitas
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk berproduksi, yang dinyatakan dalam
bentuk grafik Pwf vs Qsc. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi deliverability sumur gas juga
sama dengan faktor yang mempengaruhi inflow performance relationship (IPR), yaitu :
Faktor teknis terdiri dari :
Tekanan statik
Tekanan reservoar akan menurun jika diproduksikan untuk jangka waktu tertentu, sehingga dengan
demikian kemampuan produksi suatu sumur juga akan berubah.
Water coning
Yaitu ikut terproduksinya air yang semakin lama semakin tinggi. Hal ini karena rate yang terlalu besar atau
kesalahan perforasi yang terlalu dekat dengan batas gas-air (GWC) dan biasanya dijumpai pada reservoar di
bawah pengaruh air yang kuat. Dengan demikian gas yang terproduksi semakin lama akan semakin kecil,
sedangkan produksi air akan semakin tinggi sehingga deliverability sumur gas tersebut akan terpengaruh
dan mengakibatkan sumur mati.
Skin effek
Kerusakan formasi dimana permeabilitasnya semakin mengecil dan mengakibatkan aliran dari formasi ke
lubang bor akan terhambat. Pengurangan harga permeabilitas tersebut biasanya terjadi di sekitar lubang bor
yang diakibatkan oleh adanya kontaminasi filtrat lumpur pada formasi di daerah zona invasi. Perubahan
aliran yang disebabkan oleh pengurangan permeabilitas tersebut akan mengurangi dari kemampuan sumur
untuk berproduksi.
Jenis aliran
Pada tes sumur gas dan analisanya, biasanya dianggap alirannya adalah laminar, yaitu untuk harga n = 1.
Untuk aliran yang turbulen, dimana harga n tidak sama dengan satu, persamaan yang digunakan akan
berbeda, sehingga deliverabilitynya juga akan berubah.
Jenis reservoar
Untuk tekanan reservoar yang berada di bawah depletion drive, tekanannya akan cepat turun sejalan dengan
waktu produksi dan hal ini dapat diamati setelah selang waktu produksi tertentu. Untuk reservoar water
drive, perubahan tekanan reservoar dipengaruhi oleh air yang aktif, sehingga perubahan dari tekanan
reservoar tidak akan turun dengan cepat.
Faktor nonteknis, yaitu :
Rate produksi dan tekanan produksi
Besarnya laju aliran berhubungan dengan tekanan aliran yang terdapat di dalam lubang
bor yang berupa drawdown terhadap tekanan reservoar (Pr). Dengan berubahnya
tekanan alir dasar sumur (Pwf), maka laju aliran yang dihasilkan juga akan berubah,
semakin kecil tekanan alir dasar sumur, maka laju aliran akan semakin besar. Dengan
demikian, apabila besarnya tekanan aliran dapat diatur laju aliran juga akan bisa
ditentukan, sehingga deliverability sumur gas juga akan berpengaruh terhadap
perubahan dari ke dua parameter tersebut.
Pada masa awal tes penentuan dari deliverabilitas ini, sudah dikenal persamaan empiris yang selaras
dengan hasil pengamatan. Persamaan ini menyatakan hubungan antara Qsc terhadap P2 pada kondisi
aliran yang stabil.
Qsc = C (PR2 - Pwf2)n
Harga n ini mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia turbulensi terhadap aliran. Harga n diperoleh
dari sudut kemiringan grafik dengan sumbu tegak (P2). Untuk aliran yang laminer akan memberikan
harga n sama dengan 1, dan bila faktor inersia- turbulensi berperan dalam aliran maka n < 1 (dibatasi
sampai harga paling kecil sama dengan 0,5).
Harga C dapat dilihat/dicari berdasarkan titik perpotongan grafik dan satuannya dapat dinyatakan dalam
:
q sc stabil kh
MMSCF / day
C
liquid di P r reservoar,
Harga C ini tergantung
2
dalam Pwf2 dari
n
sifat
1422
sebagai penurunan
. g .z g dan
fisik.Tbatuan
r
ln fluida
e yaitu,
0.75
tekanan
rw dari
s k dan .. Permeabilitas
depletion.
2 nadalah saturasi
( psi ) tertinggal akan
Gas yang
mengembang untuk menjaga Sg konstan. Kecuali condensat retrograt atau hadirnya water influx.
Untuk gas kering, perubahan k terhadap waktu tidak terlalu berpengaruh. Jika berada pada
permeabilitas tinggi, maka harga C juga akan tinggi begitu juga sebaliknya, tergantung dari klasifikasi
permeabilitasnya. Harga dan z tergantung dari perubahan harga tekanan reservoar. Satuan ukuran
lainnya digunakan dalam analisa deliverabilitas adalah absolut open flow (AOF).
Back Pressure Test
Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow test, metode ini pertama
kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui kemampuan sumur
berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan
dari tes yang konvensional ini dimulai dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga
PR. Selanjutnya sumur diproduksi dengan laju sebesar Qsc sehingga aliran mencapai stabil,
sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak didahului
dengan penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses back pressure test diperlihatkan pada Gambar 1. Analisis
deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil. Untuk keperluan ini diambil tekanan
alir di dasar sumur, Pwf, pada akhir dari periode suatu laju produksi.
Lama waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi oleh permeabilitas batuan. Waktu
untuk mencapai kestabilan ini dapat diperkirakan berdasarkan waktu mulai berlakunya aliran
semi mantap, maka harga waktu mencapai kondisi stabil, ts, adalah :
2 2
C re C re
dengan 1
t s 948 1000 C
k k PR PR
Flow After Flow Test
Gambar 1
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Back Pressure Test
(Ikoku, Chi.U.DR; Natural Gas Production Engineeing)
Contoh
Isochronal Test
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila dilangsungkan pada reservoar dengan
permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoar dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang
cukup lama untuk mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang belum
mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
Bertolak dari kelemahan back-pressure test, maka Cullender mengembangkan isochronal test guna
memperoleh harga deliverability pada sumur dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang
lama untuk mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara tes berdasarkan anggapan,
bahwa jari-jari daerah penyerapan yang efektif (efektive drainage radius), rd, adalah fungsi dari tD dan
tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang
sama, akan memberikan grafik log P2 vs log Qsc yang linier dengan harga eksponen n yang sama, seperti
pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai stabil, PR, yang diteruskan
dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju produksi tertentu selama jangka waktu t, tanpa
menanti kondisi stabil. Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan sumur sampai tekanan
mencapai stabil, PR. Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan urutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang waktu yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai P =PR, bukannya selang waktu yang sama panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai keadaan stabil, tetapi hal ini
tidak mutlak.
Gambar 2
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Isochronal Test
(Ikoku, Chi.U.DR; Natural Gas Production Engineeing)
Modified Isochronal Test
Metode ini merupakan pengembangan dari metode isochronal, perbedaannya terletak pada penutupan sumur
tidak perlu mencapai kondisi stabil. Pada reservoar yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu
menguntungkan bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk (1959) telah
mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati hasil tes isochronal. Perbedaan metode
ini dengan metode lain terletak pada persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain
dari itu, selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas sama seperti pada metode isochronal, kecuali untuk
harga PR diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan yang dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur.
Gambar 3
Diagram Laju Produksi dan Tekanan dari Modified Isochronal Test
(Ikoku, Chi.U.DR; Natural Gas Production Engineeing)
Modified Isochronal Test
Metode Analisis Data Hasil Uji Deliverability
Analisa data hasil uji deliverability gas digunakan untuk menentukan indikator produktivitas sumur gas,
yaitu Absolute Open Flow Potential (AOFP). Untuk keperluan tersebut, ada tiga metode analisa yang
digunakan, yaitu :
1. Metode Rawlins-Schellhardt,
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo Pressure atau LIT
Metode Analisis Rawlins-Schellhardt
(Metode Konvensional)
Pierce dan Rawlins (1929) merupakan orang pertama yang mengemukakan suatu metode uji sumur
gas untuk mengetahui kemungkinan sumur gas berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back
pressure), sehingga dikenal pula sebagai uji back pressure. Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt
mengembangkan suatu persamaan empiris yang menggambarkan hubungan antara laju alir dan tekanan pada
sumur gas. Hubungan tersebut dinyatakan dengan persamaan dalam bentuk pendekatan tekanan kuadrat
(square pressure), seperti berikut ini :
Qsc C P r Pwf
2
2 n
keterangan :
Qsc = Laju alir gas, Mscf/d.
C = Koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva deliverability yang stabil,
Mscfd/psia2.
n = Bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva deliverability yang stabil dan
mencerminkan derajat pengaruh faktor inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5
1, dengan n = 1/slope.
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
Persamaan di atas dapat dirubah, yaitu :
log P r Pwf
2 2
n1 log q sc log C
Harga eksponen n adalah n = 1/slope, yaitu :
Metode analisis Rawlins-Schellhardt kurang baik karena tidak memperhatikan faktor deviasi
gas, sehingga tidak cocok dengan real gas.
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze
Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan pada sumur gas untuk mendapatkan kinerja sumur
pada masa sekarang. Metode ini digunakan untuk menentukan koefisien laminar A dan koefisien turbulensi B. Persamaan
aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam bentuk :
12
1422 g ZTq sc 0.472 re 3.161 x 10 ZT g q sc 1 1
2
Pr Pwf
2 2
ln S
keterangan : h2
kh rw rw re
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
T = Temperatur dasar sumur, 0R.
g = Viskositas gas, cp.
g = Specific gravity gas, fraksi.
Z = Faktor deviasi gas, fraksi.
k = Permeabilitas efektif, mD.
h = Ketebalan formasi produktif, ft.
= Koefisien kecepatan aliran, ft-1 =
q = Laju alir gas.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
2.33x10 10
k 1.201
rw = Jari-jari sumur, ft.
S = Faktor skin, dimensionless.
Persamaan di atas bila di bagi dengan Qsc dapat ditulis sebagai berikut :
Pr Pwf
2 2
P 2
A Bq sc P 2 Aq sc Bq sc
2
atau
q sc q sc
HargaQlaju 2
A A 4 B P r Pwf
2
produksi gas (Qsc) dapat
2 12
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
sc
2B
Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan Qsc pada harga Pwf sebesar 0 psi.
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas, tetapi pada metode ini
dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena untuk mendapatkan harga stabil dari koefisien
laminar A diperlukan sekurang-kurangnya dua uji aliran yang stabil.
Bila diplot antara PvsqQ
2
sc
sc pada kertas grafik kartesian akan memberikan suatu garis lurus dengan
slope B yang menunjukkan derajat aliran turbulen di dalam sumur dan intercept A yang didapat sebagai
perpotongan garis berdasarkan dengan qsc = 0.
Gambar 1 P 2
Penentuan A dan B Berdasarkan Plot q sc vs qsc
(Ikoku, Chi.U.DR; Natural Gas Production Engineeing)
Metode Analisis LIT
Persamaan persamaan pada LIT ini mempunyai anggapan-anggapan :
1. Di dalam reservoar berlaku keadaan isotermal,
2. Pengaruh gravitasi diabaikan,
3. Fluida yang mengalir hanya satu fasa,
4. Pori-pori homogen dan isotropik, serta porositas konstan tersebar merata,
5. Permeabilitas konstan dan tidak dipengaruhi tekanan,
6. Viskositas fluida dan faktor permeabilitas konstan,
7. Kompresibilitas dan gradien tekanan kecil, dan
8. Model aliran adalah radial slinder.
P Pr Pwf A 2 q sc B2 q sc
2 2 2
3. Pendekatan Pseudo-Pressure ()
r wf A 3q sc B3q sc
2
Bagian pertama ruas kanan (A.qsc) menunjukkan hubungan penurunan tekanan dalam bentuk
tekanan, tekanan kuadrat, atau pseudo-pressure yang disebabkan oleh pengaruh aliran laminar dan
kondisi lubang sumur. Sedangkan bagian keduanya (B.qsc2) merupakan hubungan penurunan tekanan
yang disebabkan oleh aliran inertial-turbulence.
Anggapan-anggapan dalam analisa LIT, bahwa A dipengaruhi oleh waktu, tetapi tidak dipengaruhi
oleh laju aliran dan tingkatan tekanan tertentu, sedangkan harga B bukan merupakan fungsi dari
waktu aliran, sehingga tidak dikoreksi terhadap keadaan reservoar heterogen dan gradient tekanan
besar.
Dari persamaan di atas, plot antara (-Bqsc2) vs qsc pada kertas grafik log-log akan memberikan
garis lurus. Kurva ini merupakan garis deliverability yang stabil, dimana harga A dan B dapat dicari dari
persamaan berikut ini :
q q q
2
N q sc q sc
A sc
dan
sc sc
B
Nq q q N q sc q sc q sc
2 2
sc sc sc
Harga laju produksi gas (Qsc) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini :
q sc
A 3 A 3 4 B 3 r wf
2
0.5
2 B3
AOF
dan harga AOF apabila P2 wf = 0, dan
a a 4b R
0.5
harga AOFP apabila Pwf = 14.7 psia.
2b
AOFP
a a 4b R 14.7 0.5
2b
Laminer Inertia Turbulence
Contoh Test MIT
Solusi
Permeability
Skin
KINERJA ALIRAN GAS DALAM PIPA
dp vdv g dp
sin
f = faktor
Dalam bentuk Darcy-Weisbach, : ( ) f
gesekan
dL g c dL g c dL
dp f v 2
( )f
dL 2 gc D
Persamaan dasar aliran
e[in]
Relatif roughness
D[in]
Beberapa kekasaran absolut pipa
e [in]
Substitusi kedp
persamaan Darcy-Weisbach,
32 v sehingga:
( )f
dL gc D 2
fv 2 32 v
2 gc D gc D 2
64 64
f
vD N Re
Aliran Turbulen Satu Fasa
Ditentukan berdasarkan hasil percobaan
Sangat tergantung pada karakteristik permukaan pipa
Persamaan empiris untuk menentukan faktor gesekan (f)
Smooth-wall pipe
Untuk 3000 Nre 3 106
Persamaan Drew, Koo & McAdams:
0.32
f 0.0056 0.5 N Re
0.25
f 0.316 N Re
Aliran Turbulen Satu Fasa
Rough-wall pipe
Nikuradse telah membuat percobaan untuk menentukan faktor gesekan pipa
kasar
1 2
1.74 2 log
Colebrook D persamaan sebagai berikut:
f dan White (1939) untuk menyusun
1 2 18.7
1.74 2 log
Tidak bisa ditentukan secara langsung, dihitung dengan coba-coba
f D N Re f
Aliran Turbulen Satu Fasa
1 21.25
1.14 2 log 0 .9
Persamaan D sebesar
f ini memberikan kesalahan N Re
1% dibandingkan
dengan persamaan Colebrook dan White untuk 5000 < NRe < 108 dan
10-6 <e/D< 10-2.
Kesalahan maksimum sebesar 3% terjadi untuk NRe < 2000
Aliran Dalam Sumur
Banyak metoda untuk menghitung tekanan statik dan alir pada sumur
gas
Metoda paling sering dipakai adalah Cullender & Smith
Gradien acceleration diabaikan
Akan dibahas:
Tekanan statik
Tekanan alir
Aliran Dalam Sumur
Banyak metoda untuk menghitung tekanan statik dan alir pada sumur
gas
Metoda paling sering dipakai adalah Cullender & Smith
Gradien acceleration diabaikan
Akan dibahas:
Tekanan statik
Tekanan alir
Tekanan statik dasar sumur
Untuk vertikal, = 90, sin =1, kondisi shut-in (v=0)
dp g
g
Dimana dh g c
pM
g
ZRT
Kombinasi pesamaan diatas menjadi
dp gMdh
p g c ZRT
Ada beberapa cara untuk memperkirakan tekanan statik
berdasarkan persamaan diatas
Metoda P & T rata-rata
Jika Z dievaluasi pada p dan T rata-rata, dapat ditulis
pws dp gM H
Sehingga
pts
p g c Z RT
0
dh
pws TZ gM H gMH
pts p
dp
Harga integral
dh
g c disingkat
dpt R 0 gc R
0.01875 g H
ws TZ
Hargapintegral pws
dp
dpt didekati dengan deret sbb:
I dp 0.01875 g H
pts p pts
pws
2 I dp ( pms pts )( I ms I ts )
pts
( pws pms )( I ws I ms )
Prosedure perhitungan
1. Hitung harga
0.01875 g H
2. Hitung Its
3. Hitung tekanan titik tengah pmp
pmp pts
I mp I ts
4. Asumsi Imp=Its untuk kondisi awal, lakukan iterasi sampai didapat
harga pmp konvergen
5. Hitung
pws pmp
I ws I mp
Prosedure perhitungan
pws pts
I ws 4 I mp I ws
Aliran Fluida di Dalam Pipa Vertikal
Berdasarkan persamaan umum kesetimbangan energi dikembangkan beberapa metode perhitungan
kehilangan tekanan dalam tubing sumur gas. Untuk mempermudah penyelesaian digunakan anggapan-
anggapan berikut :
1. Aliran bersifat steady state.
2. Tidak ada kerja yang dilakukan dari luar terhadap sistem.
3. Perubahan energi kinetik diabaikan.
Dengan anggapan-anggapan di atas, maka persamaan umum kesetimbangan energi dapat dinyatakan
sebagai berikut :
dp vdv g dp
sin
f = faktor
Dalam bentuk Darcy-Weisbach, :( ) f
gesekan
dL g c dL g c dL
dp f v 2
( )f
dL 2 gc D
Moody friction factor chart
Bilangan Reynolds (NRe)
q[ Mscfd ] g
N Re 20
[cp]D[in]
Penyelesaian langsung secara analitis terhadap persamaan di atas sulit dilakukan, karena dalam
persamaan tersebut terdapat lebih dari satu variabel bebas yang saling mempengaruhi. Beberapa metode
pendekatan yang dapat digunakan untuk penyelesaian persamaan tersebut adalah :
1) Metode Temperatur dan Faktor Deviasi Rata-rata,
2) Metode Sukkar-Cornel, dan
3) Metode Cullender-Smith.
Metode Temperatur dan Faktor Deviasi Rata-rata
25 g q 2 T Z f MD EXPS 1
p wf ptf EXPS
2 2
Sd 5
keterangan :
P = Tekanan, psia,
S = 0,0375(TVD)/ TZ,
MD = Measured depth (kedalaman terukur), ft,
TVD = True vertical depth (kedalaman sebenarnya), ft,
Tavg = Temperatur, oR,
q = Laju alir gas, MMscfd,
d = Diameter tubing, inch,
f = Faktor friksi dari persamaan Jain atau Colebrook.
Harga Z dievaluasi pada =(ptf + pwf)/2. Dengan membagi sumur menjadi
beberapa bagian mendapatkan hasil yang lebih akurat. Konvergensi sering kali
lebih cepat didapat jika iterasi dilakukan berdasarkan harga faktor devisiai gas,
Z, dibandingkan dengan berdasarkan tekanan. Prosedur untuk metode ini
adalah :
1. Memperkirakan Z* (sebagai harga mula-mula dapat digunakan angka = 0,9)
2. Menentukan tekanan yang tak diketahui menggunakan persamaan di atas
dengan Z = Z*
3. Menentukan tekanan rata-rata, Pavg=(ptf + pwf)/2
4. Menentukan Z pada Pavg dan Tavg
5. Membandingkan Z dan Z*. Jika (Z Z*)/Z < e, dimana e adalah bilangan
yang kecil sebagai toleransi, maka perhitungan yang dilakukan adalah benar.
Jika tidak maka gunakan Z* = Z dan ulangi langkah 2 dan seterusnya.
Metoda Cullender & Smith
Gunakan
v q/ A
pscTZ
q
Akan menghasilkan qsc
pTsc Z sc
atau
dp pM cos MTZp sc 2
fqsc
dL ZRT 2 pRTsc2 g c DA2
p dp M p 2
( ) cos C
ZT dL R ZT
Metoda Cullender & Smith
Dimana
2
8 psc fqsc
C 2
Diintegrasikan, maka Tsc g c 2 D 5
p
pwf dp M MD
p p 2 ZTsatuan lapangan
Jika menggunakan
R dL
) cos C
0
tf (
ZT
p
pwf dp
ZT
p 2 TVD
18.75 g MD
ptf 0.001( ) F2
ZT MD
Metoda Cullender & Smith
Dimana
0.667 fqsc TVD
F cos
D5 MD
Dengan menulis yang lebih sederhana dan membagi sumur
dengan dua bagian H/2, menghasilkan:
Bagian atas
18.75 g ( MD ) ( pmf ptf )( I mf I tf )
Bagian bawah
Dimana
p
I ZT
p 2 TVD
0.001( ) F 2
ZT MD
Prosedur perhitungan sama dengan penentuan tekanan statik, akan
tetapi lebih rumit disebabkan harga I lebih kompleks
Pressure Traverse
Aliran Gas di Pipa Permukaan
dp v 2
PMfv2
f
dx 2 g c d ZRT .2 g c d
dimana :
P = psia q = MMscFD
L = ft d = inclies
T = 0R f = faktor gesekan
Persamaan diatas dapat diubah menjadi
bentuk perhitungan penentuan laju produksi
menjadi :
0.5
5634 10 Tsc 1 2
3 2 2
qsc d 2.5
P sc g f.l
PERSAMAAN f
Panhandle A 0.085
N Re 0.147
0.015
Panhandle B
N Re 0.183
0.187
IGT
N Re 0.2
Weymouth 0.032
1
d 3
Berdasarkan harga faktor gesekan , maka utuk masing masing
metode diperoleh persamaan umum laju produksi aliran gas di
permukaan sbb:
a3
P P
a4
1 a
a2
Tb
qh a1
1 2 d 5
T ZL
Pb g
Equation a1 A2 a3 a4 a5
Weymouth 433.50 1.0000 0.5000 0.5000 2.667
Panhandle A 435.87 1.0788 0.5394 0.4604 2.618
Panhandle B 737.00 1.0200 0.5100 0.4900 2.530
METODA PERHITUNGAN ALIRAN FLUIDA
DI DALAM PIPA HORISONTAL
METODA PERHITUNGAN
RUMUS ASUMSI
Untuk aliran horisontal : Perubahan energi kinetik diabaikan (=0)
Weymouth Tb P P
2 2
0.5
Aliran pada kondisi mantap dan isothermal
Qh 18.062 1 2
Pb G Z T L Aliran pada posisi horisontal
Tidak ada panas yang hilang atau masuk
Untuk aliran non horisontal :
kedalam sistem
Tipe A :
Tidak ada kerja yang dilakukan oleh gas
T
Qh 3.23 b 1
P 2 P 2 es D5
2
0.5 selama mengalir
Laju aliran gas diukur pada kondisi standard
Pb
Tipe B : G T f L Z
yaitu pada Tb dan Pb
0.5
P12 2
s P2
5
D
Tb
e
Qh 3.23
Pb G T f L Z
25 g q 2 T Z f L
P1 P2
2 2
Pada kondisi standar 14.7d 5psia dan 60 oF, persamaan di atas dapat dikembangkan
menjadi :
0.5
CT p12 p 2 2
q b d
2.5
pb g f T Z L
dimana harga C tergantung dari kombinasi satuan yang digunakan, seperti yang terdapat di
Tabel 1 bawah ini :
Tabel 1
Harga C untuk Kombinasi Satuan
(Beggs, Dale. H; Gas Production Operations)
P T d L q C
psia oR in mi scfd 77.54
psia oR in ft scfd 5634
psia oR in ft MMscfd 5.634x10-3
kpa oK m m m3/d 1.149x106
Metode Perhitungan Kehilangan Tekanan
Aliran Gas dalam Pipa Horisontal
Korelasi untuk memperkirakan gradien tekanan aliran gas dalam pipa horisontal telah dikembangkan
oleh :
1. Weymouth,
2. Panhandle A dan B,
3. Clinendist,
4. Ferguson,
5. Ford, Bacon, dan Davis, dan
6. Beggs and Brill (aliran dua fasa).
Persamaan Weymouth untuk Aliran Gas
pada Pipa Horisontal
Anggapan yang diambil untuk penurunan persamaannya adalah sebagai berikut:
1. Perubahan energi kinetik diabaikan, atau = 0,
2. Aliran pada kondisi mantap (steady-state) dan isothermal,
3. Aliran pada posisi horisontal,
4. Tidak ada panas yang hilang atau masuk kedalam sistem, dan
5. Tidak ada kerja yang dilakukan oleh dan terhadap gas selama aliran.
Weymouth mengusulkan persamaan faktor gesekan yang merupakan fungsi dari diameter
(dalam inch), sebagai berikut :
0,032
f
D1 / 3
Persamaan Weymouth untuk laju alir gas dalam pipa horinzontal apabila L dalam mile
dan D dalam inch adalah sebagai berikut :
0,5
Tb P1 P2 ( D )
2 2 5.333
q g 18.062
Pb g TLZ
Harga faktor deviasi gas, Z, dihitung pada tekanan dan temperatur rata-rata. Dalam hal ini tekanan rata-
rata dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
2 p13 p23
pm 2
2
3 p1 p2
Metode Weymouth umumnya digunakan untuk merencanakan pipa dengan inside diameter lebih kecil
dari 12 inch. Desain pipa dengan metode ini umumnya memberikan harga yang konservatif aman.
Persamaan Weymouth untuk Aliran Gas
pada Pipa Non-Horisontal
h = elevasi outlet dikurang dengan elevasi inlet, h out let hin let, (harga h akan positif apabila outlet lebih
tinggi daripada inlet).
Le = panjang effective yang dihitung dengan persamaan di bawah ini :
Untuk pipa yang mempunyai satu harga kemiringan,
persamaan berikut : es 1
Le
L
maka panjang ekivalen dihitung dengan
s
Apabila pipa salur gas antara dua inlet dan outlet mengikuti profile permukaan tanah yang
berbukit, maka panjang ekivalen ditentukan berdasarkan segmen-segmen pipa, yang masing-
masing mempunyai perbedaan ketinggian tertentu, dengan menggunakan persamaan berikut
:
Le
e s1
L
1
e s1 e s2
1 L e s1 s2 (e s3 1)
L3 ............
1 2
s1 s2 s3
nilai s1, s2, s3,., dihitung dengan menggunakan persamaan di atas.
Gambar 1
Diagram Aliran Non Horisontal
(Anas. P.S. Ir. M.T,; Kaitan Antara Penyebaran Titik Serap,
Konstruksi Sumur dan Surface Facilities Di Lapangan Gas)
Metode Panhadle A
Panhandle menggunakan persamaan dasar yang sama seperti Weymouth, hanya saja faktor gesekan
dinyatakan sebagai fungsi dari bilangan Reynold, yaitu :
0.085
f 0.147
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas dalam pipa adalah sebagai
berikut : 0.4604
1
1, 07881 0.5394
T P12 P22
q g 435.87 b D 2,6182
Pb TLZ g
Apabila dikalikan dengan harga E, maka pada persamaan Panhandle A, umumnya harga E diambil
0,92.
Persamaan ini dimaksudkan untuk merefleksikan aliran gas melalui smooth pipe, bila ditambah
dengan faktor efisiensi E (< 0,9) persamaan ini sesuai untuk perkiraan persamaan aliran turbulen sebagian.
Persamaan ini menjadi sedikit kurang akurat dengan naiknya laju alir.
Metode Panhadle B
Panhandle juga mengembangkan persamaan aliran gas, khusus untuk pipa transmisi jarak jauh, dengan
menganggap faktor gesekan menuruti hubungan sebagai berikut :
0.015
f 0.0392
N Re
Berdasarkan persamaan faktor gesekan tersebut, persamaan aliran gas dalam pipa adalah sebagai
0.51
Tb P12 P2 2
1, 02
berikut :
qg 737 0,961 .D
2 , 53
Pb g TLZ
Metode Clinendist
Metode ini mengetengahkan suatu persamaan aliran yang memperhitungkan efek kompresibilitas
(Z). Dalam hal ini, faktor kompresibilitas mempunyai harga yang berbeda untuk Pseudo Reduced Pressure
(Pr) yang berlainan. Persamaan Clinendist dapat dituliskan sebagai berikut :
1/ 2
Z bTb Pc
D r Pr
P Pr , 2
5
dPr
Pr
Q 397
Pb g TL f 0 Z
dPr
Z
0
Metode Ferguson
Dalam metode ini adanya faktor ketinggian diperhitungkan dalam persamaan aliran gas dalam
pipa. Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
0,5
Tb P1 e5 P2 D 5
2 2
Q 3,22
Pb g Ta Z a Le f
dengan :
s = (0,0375.G.X) / (TaZa)
X = Beda ketinggian, ft.
Metode Ford, Bacon, dan Davis
Metode ini hanya dipakai untuk kondisi khusus saja, dimana persamaan aliran gas berlaku untuk
diameter pipa 6-24 inchi, serta untuk pipa yang berdiameter 30 inchi. Adapun persamaan aliran gas di dalam
pipa horisontal dari metode Ford, Bacon, dan Davis dapat ditulis sebagai berikut :
0 , 541
2
2 , 625 P1 P2
2
Q 840 E M N D
L
keterangan :
Q = Aliran gas pada kondisi standar Tb dan Pb, cuft/h.
E = Efisiensi aliran (= 0,94).
M= (14,35 Tb)/(520 Pb).
N = Faktor penyesuaian untuk sifat-sifat gas alam.
P1 = Tekanan awal (input), psia.
P2 = Tekanan akhir (output), psia.
D = Diameter dalam pipa, inchi.
Faktor penyesuaian untuk sifat-sifat gas alam (N) dapat dicari dengan persamaan berikut :
0 , 08
7,0
0 , 46 0 , 54
0,6 520
NB 0 , 54
B T
keterangan :
B = 1/Z.
G = Spesifik grafity gas (untuk udara = 1).
= Viscositas, cp.
T = Temperature aliran, 0R.
Field Handling of
Natural Gas
Gathering System,
Compressor, Gas Processing
Gathering System
L mi
DB= 6 in DA= 4 in
L L A
B
RANGKAIAN PIPA SERI
Weymouth Formula
0.5
Tb P1 P2 D 3
2 2 16
Qh 18.062
Pb g TLZ
0.5 16
D 3 16
KD 3
Qh K L 2
L Qh
Equivalent Length
16
DA
16 3
LA DA
' 3
LA LB
'
'
LB DB DB
RANGKAIAN PIPA SERI
Equivalent Length 16
DA 3
LAeq LA LA LAeq LA LB
'
DB
DA= 4 in QA
P1 P2 QT
DB= 6 in QB
Flow Capacity
0.5
Qh K D
K D 3
16 8
3
Ratio Flow Capacity
QA QB QB DA 3
8
Qt
1 1
QA QA QA DB
Looped Pipe Line
Dalam banyak kasus, hanya bagian pipa yang sudah ada akan diparalelkan atau
Looped dengan maksud untuk meningkatkan kapasitas aliran.
Dimana untuk menghitung kapasitas aliran yang baru, dapat digunakan persamaan:
qold
qnew 8
1
0.5
d2 3
1 Y
(1 W ) 2
1 W
d1
Keterangan:
qnew = Kapasitas aliran baru setelah looping.
qold = Kapasitas aliran sebelum looping.
Y = Fraksi dari pipa yang lama/asli yang diparalelkan dimulai dari
outlet.
d1 = Diameter pipa lama.
d2 = Diameter pipa baru.
f1 = Faktor gesekan pipa yang lama.
f2 = Faktor gesekan pipa yang baru.
GAS COMPRESSION
Disain Kompresor :
- Kapasitas Kompresor (Compressor Capacity)
- Kebutuhan Tenaga (Power Requirements)
TIPE-TIPE KOMPRESOR
Ejector Compressor, terdiri dari motif uap air bertekanan tinggi atau nozzle
gas dengan pancaran tinggi menuju ruang pengisapan untuk dibaur dan
ditingkatkan. Walaupun begitu hanya digunakan untuk menaikkan tekanan
dibawah tekanan atmosfir menuju ke tekanan atmosfir.
Kapasitas Kompresor (Compressor Capacity)
d 2 LSEv
q
4
Dimana volumetric eficiency diperoleh melalui persamaan:
Z1r1/ k
Ev 1 A C 1
Z2
Keterangan:
q = Kapasitas aliran, scfd.
d = Diameter piston, in.
L = Panjang stroke/langkah, in
S = Kecepatan kompresor, rpm.
Ev = Volumetric efficiency
A = Faktor kemungkinan bocor , gesekan, dll., biasanya antara 0.03
dan 0.06
C = Clearance, bervariasi dari 0.04 sampai 0.16.
Z1 = Faktor kompresibilitas gas pada kondisi pengisapan
(Suction)
Z2 = Faktor kompresibilitas gas pada kondisi keluaran (discharge)
r = Perbandingan kompresi, P2/P1.
P1 = Tekanan pengisapan (Suction Pressure), Psi.
P2 = Tekanan keluaran (Discharge Pressure), Psi.
KEBUTUHAN TENAGA (POWER REQUIREMENT)
Kebutuhan tenaga dari berbagai jenis kompresor adalah kebutuhan utama untuk pemilihan dan
disain dari komponen-komponen kompresor.
3.027 PscT1k Z1 ( k 1) / k
w (r 1)
Tsc (k 1)
Keterangan:
W = Kebutuhan tenaga, HP/MMscfd.
Psc = Tekanan pada kondisi standar, Psia.
Tsc = Temperatur pada kondisi standar, oR.
T1 = Temperatur masuk (suction), oR.
K = Perbandingan antara spesific head gas pada tekanan konstan (Cp) dan
volume konstan (Cv).
r = Pressure Ratio (Discharge Pressure/Suction Pressure).
DIAGRAM MOLLIER
Optimasi Produksi Sumur Gas
(Nodal Analysis)
Pendahuluan
INJECTION GAS
WELL OUTFLOW
RELATIONSHIP
(VLP) or (TPC)
SANDFACE WELL
RESERVOIR PRESSURE
PRESSURE BHFP INFLOW (IPR)
Pressure Losses in Well System
P4 = (Pwh - Psep)
Gas
Sales line
Pwh Psep Liquid
Stock tank
Pwf Pwfs Pr Pe
P1 = (Pr - Pwfs)
P2 = (Pwfs - Pwf)
Adapted from Mach et al, SPE 8025, 1979.
Nodal system
Nodal system
Pwh konstan
Pengaruh ukuran tubing dan flowline
Ukuran pipa mempunyai pengaruh yang cukup besar thd kapasitas aliran dari
sumur
Menyebabkan sumur berproduksi rendah sedangkan reservoir mempunyai
kapasitas yang cukup untuk berproduksi
Pwh konstan
Jika jarak kepala sumur dan separator cukup dekan
Dianalisa di nomer 6
Tekanan kepala sumur konstan
Persamaan :
Inflow
pr pres pwf
Outflow
Prosedur
Plot antara pwf dan qsc pada grafik yang sama dari hasil langkah sebelumnya.
Perpotongan antara kedua kurva memberikan kapasitas aliran dan pwf untuk
ukuran tubing yang digunakan
Pwf Pwfs Pr Pe
P1 = (Pr - Pwfs)
P2 = (Pwfs - Pwf)
Adapted from Mach et al, SPE 8025, 1979.
Inflow Performance Curve
3500
Inflow (Reservoir) Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
Tubing Curve
3500
Tubing Curve
3000
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
2000
1500
1000
500
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
System Graph
3500
Inflow (Reservoir) Curve
3000
Tubing Curve
Flowing bottomhole pressure, psi
2500
1957.1 psi
2000
1500
1000
500
2111 STB/D
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500
Production rate, STB/D
INFLOW AND OUTFLOW
PERFORMANCE
Pressure, psig
0
1000
2000
3000
5200
4000
5000
5000
FBHP, psig
4800
Depth, feet
6000
7000 4600
8000 4400
9000 4200
10000 0 1000 2000 3000
11000 Rate, bbls/d
12000
13000
14000
0 1000 2000 3000 4000 5000
Effect of Skin on IPR
Pressure at Node
Inflow
(IPR)
Outflow
SKIN
10 5 0 -1 -3
qo 1/ ln re +S
rw
Flowrate Note : Log effect
Effect of Pressure Depletion on IPR
Inflow
Outflow
Flowrate
Effect of Tubing Size on Outflow
Inflow
(IPR)
Pressure at Node
Outflow
2 3/8
2 7/8 3 1/2
4 1/2
Flowrate (stb/d)
Pwh berubah
Outflow:
1952 0
1800 1768
1400 4695
1000 6642
600 7875
200 8477
0 8551
Memplot Pwf terhadap qsc
Pwf vs Qsc
2,500
2,000
Pwf, psi
1,500
1,000
500
0
0 2 4 6 8 10
Qsc, MMscf/d
Mengasumsikan beberapa harga laju alir dan tentukan Pwf dengan
menggunakan persamaan penurunan tekanan antara tubing dan tekanan
kepala sumur untuk setiap laju alir.
25 g q 2 T Z f MD EXPS 1
pwf ptf EXPS
2 2
Sd 5
Hal ini dilakukan untuk setiap ukuran tubing. Hasil yang didapat adalah
sebagai berikut :
Outflow
qsc, Pwf, psia
MMscfd d = 1.995 inch d = 2.441 inch
1 1300 1290
2 1370 1300
3 1500 1370
4 1620 1400
5 1800 1580
6 1970 1620
Memplot Pwf terhadap qsc, untuk kedua ukuran tubing
pada grafik sebelumnya.
Pwf vs Qsc
2,500
2,000
Pwf, psi
1,500
1,000
500
0
0 2 4 6 8 10
Qsc, Mscf/d
EXP( S )
inflow
qsc,Mscfd pwf ptf(tubing)
1000 1877 1500
2000 1774 1362
3000 1653 1158
4000 1512 840
4. Plot antara Ptf terhadap qsc, pada reservoirtubing subsistem seperti pada
grafik berikut :
Ptf vs Qsc
1,600
1,400
1,200
1,000
Ptf, psi
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
5. Dengan laju alir yang sama pada step 1, tentukan Ptf dari subsistem
separator-pipa dimana tekanan separator adalah 1,000 psia untuk kedua
diameter pipa 1.995 dan 2.441 inch.
Persamaan yang digunakan:
Ptf Psep
2
(25 g qsc2 TZfL) / d 5
0.5
Outflow
Ptf vs Qsc
1,600
1,400
1,200
1,000
Ptf, psi
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
Penyelesaian :
1. Asumsi harga qsc (1,2,3 dan 4 MMscfd), tentukan Pwf menggunakan satu
persamaan inflow performance, yaitu :
qsc = C (Pr2 Pwf2)n = 0.0295 (19522 Pwf2)0.83
kemudian buat tabulasi hasil perhitungan ini.
2. Metode Tekanan dan Temperatur Rata-rata digunakan untuk menentukan
Ptf, untuk setiap qsc dan Pwf , yaitu :
Pwf2 ( 25 g q 2 T Z f H EXPS 1) / Sd 5
p tf
2
EXP( S )
d5
atau
a3 a4
P1 P2 1
a
T
2 2 2
q g a1 E b . D
a5
Pb TLZ g
Hasilnya :
qsc, Mscfd pwf ptf psep
1000 1877 1500 1490
2000 1774 1362 1320
3000 1653 1158 1042
4000 1512 840 504
4. Plot antara Psep terhadap qsc dan tentukan harga kapasitas alir pada
berbagai harga dari Psep.
Qsc vs Psep
1600
1400
1200
Psep, psia
1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5
Qsc, MMscfd
Kesimpulan :
Flow capacity,
Psep
MMscfd
1,200 2,56
1,000 3.08
800 3.54
500 4.0
Pemilihan Kompresor
Sistem digunakan untuk menyuplai gas ke konsumen yang jaraknya
10,000 ft dari kompresor dengan tekanan yang diinginkan oleh konsumen
(sales line) adalah 1,000 psia. Diameter pipa konsumen adalah 3.068 inch.
Kompresor diletakkan dekat separator. Tentukan perbandingan kompresi dan
horse power untuk laju alir 3.5 dan 4 MMSCFD.
Penyelesaian :
1. Tekanan di separator atau kompresor untuk berbagai harga laju alir sudah
dihitung dan diplot pada soal sebelumnya di atas.
2. Dimulai dari tekanan yang dibutuhkan konsumen, tentukan tekanan yang
keluar dari kompresor, Pdis, untuk berbagai harga laju alir, menggunakan
persamaan berikut :
25 g q 2T Z fL
p1 p 2
2 2
d5
Hasilnya sebagai berikut :
Qsc vs Pdis
1,600
1,400
1,200
Pdis, psia
1,000
800
600
400
200
0 1 2 3 4 5 6
Qsc, MMscfd
Psep Pdis
Plot pada grafik diatas memberikan perpotongan pada Qsc =
3.04 MMscfd jika tidak menggunakan kompresor.
Untuk mendapatkan laju alir yang sesuai maka dibutuhkan kompresor.
Harga-harga dibawah ini dibaca dari grafik diatas, yaitu :
P.P/100ft
keterangan :
d = Diameter dalam (ID) pipa, in.
SG = Specific gravity gas.
T = Temperatur, oR.
f = Moody friction factor
Qg = Laju alir gas, MMscfd.
P = Tekanan, psia.
P/100ft = Pressure drop per 100 ft.
Diameter flowline harus didesain untuk kecepatan maksimum dan minimum untuk
mencegah beberapa permasalahan, seperti erosi dan noise.
B. Manifold
Manifold adalah kumpulan dari kerangan atau valve yang mempunyai banyak
fungsi, beberapa diantaranya adalah : Untuk mengatur aliran fluida produksi dari
tiap sumur, mengisolasi suatu bagian dari sistem jaringan flowline guna melakukan
perawatan atau perbaikan, mengarahkan/membelokkan aliran fluida produksi dari
setiap sumur ke test line atau main header, mencegah terjadinya tekanan balik dari
separator ke sumur. Pada suatu lapangan, produksi dari tiap sumur perlu
dikelompokkan terlebih dahulu ke suatu tempat pemusatan (well centre).
keterangan : Q 0,785 . d 2 . v
, untuk gas yang bersifat korosif atau erosif, maka persamaan ini dibagi dengan 2.
k = Spesific heat ratio,
v 148,7 k.z.T
M
z = Faktor kompressibilitas gas,
T = Temperatur absolut, oR,
M= Berat molekul gas.
Untuk mengetahui apakah diameter header yang dipilih cukup aman terhadap pengoperasiannya, dapat dicek
dengan persamaan :
P.D
keterangan :
t
t = Tebal pipa yang diijinkan, in. 2S
P = Tekanan kerja pada header, psi.
D = Diameter luar header, in.
S = Tegangan pipa, tergantung dari beban pipa.
D. Valve
Valve berfungsi untuk membuka dan menutup aliran fluida di dalam pipa serta berfungsi untuk mengatur jumlah
atau besarnya aliran dengan jalan memutar handweal.
Berdasarkan cara penyambungan valve dengan pipa atau peralatan lainnya, maka jenis valve dibedakan menjadi
tiga yaitu : screwed (ulir), flanged, dan butt-wellding (las).
V g .Ta
0,5
keterangan : Cv
1360
V = Laju aliran gas pada (
14,7 psi.Pdan
0.5
2 ) 60 oF, cuft/jam.
A. Centrifugal Compressor
Merupakan jenis kompresor yang meggunakan impeller berbentuk baling-baling yang dipasang sejajar
dengan rotornya.Energi transfernya tergantung dari kecepatan perputaran impelernya. Gas yang masuk
diantara impeller terlempar ke depan dan masuk ke impeller lainnya, sehingga setiap impeler akan mengalami
beberapa pelemparan atau tenaga dorong. Kecepatan gas yang keluar dari kompresor tergantung pada
kecepatan putar impeler dan banyaknya sudu pada impeler.
B. Axial Compressor
Axial compressor merupakan kompresor yang meggunakan sudu yang sejajar sepanjang rotornya.
Kecepatan gas diperoleh dari gerakan sudu rotor yang menyelubungi rotornya. Tiap stage terdiri dari dua
baris sudu, satu baris berputar dan baris lainnya tetap. Sudu rotor memberikan kecepatan dan tekanan kepada
gas saat rotor dijalankan, kecepatan tersebut diubah ke dalam tekanan di dalam sudu yang diam.
C. Mixed Flow
Merupakan kompresor yang bentuk impelernya merupakan kombinasi dari beberapa karakteristik dari
centrifugal compressor dan axial compressor.
Gambar 5
Centrifugal Compressor
(Beggs, Dale H;Gas Production Operations)
Gambar 6
Axial Compressor
(Ken, Arnold, P.E.;Surface Production Operation)
Ejector Compressor
Ejector compressor menggunakan saluran panjang yang berdiameter
kecil. Gas yang masuk ke nosel ditekan melewati saluran yang berdiameter
kecil, sehingga kecepatan gas tersebut naik. Tingginya kecepatan keluaran gas
tersebut di dalam diffuser dirubah menjadi tekanan yang sangat tinggi.
Gambar 7
Diagram Ejector Compressor
(Beggs, Dale H;Gas Production Operations)
Fasilitas Gas Procesing
A. Separator
Agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik, separator umumnya terdiri dari komponen-komponen
sebagai berikut :
1. Inlet Separation Element
Peralatan di depan lubang inlet yang dapat berupa deflector plate atau centrifugal device dimana
pemisahan untuk pertama kali terjadi. Deflector plate dapat berbentuk suatu plate atau piringan. Fluida
yang masuk ke separator menumbuk deflector, sehingga cairan jatuh ke dasar vessel dan gas mengalir di
sekeliling deflector. Pada centrifugal device, fluida yang masuk dialirkan memutari dinding silinder kecil,
sehingga terjadi gaya centrifugal yang besarnya dapat mencapai 500 kali gaya gravitasi. Untuk separator
spherical atau vertikal, dinding silinder dapat merupakan dinding vesselnya sendiri. Gaya centrifugal
menyebabkan cairan bersama-sama jatuh ke dalam settling section di dasar vessel.
2. Settling Section
Berfungsi untuk menghilangkan turbulensi aliran fluida dan mengendapkan padatan yang ikut dalam
cairan di dasar vessel berdasarkan gaya gravitasi. Settling section berupa ruang yang cukup luas untuk
mengendapkan cairan, sering diperlengkapi dengan peralatan pembantu seperti quieting plate atau buffles
yang disebut dengan scrubbing. Separator dengan centrifugal device dan settling section yang cukup luas
umumnya menghasilkan cairan di stock tank yang lebih stabil daripada separator dengan scrubbing.
3. Mist Extractor/Eliminator
Dipasang di lubang outlet yang berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel cairan yang tidak dapat
dipisahkan oleh gravitasi. Partikel-partikel cairan yang kecil hampir tidak mempunyai perbedaaan
gravitasi dengan gas, partikel-partikel ini akan terkumpul di mist extractor sampai ia cukup besar untuk
jatuh ke settling section. Mist extractor umumnya dibuat dari susunan kawat stainless steel membentuk
jaringan.
4. Peralatan Control dan Safety
Umumnya terdiri atas : level control, pressure control, liquid dump valve, gas back pressure, valve, safety
relief valve, pressure gauge, gauge glass, instrument gas regulator, dan pipa-pipa atau tubing.
Jenis Separator
A. Berdasarkan Bentuknya
1. Vertikal
2. Horizontal
- Single tube
- Double tube
3. Spherical
B. Berdasarkan Fungsinya
1. Knock out
- FWKO
- TLKO
2. Gas Scrubber
3. Flash Chamber
4. Expansion Vessel
Proses LTS sangat efektif untuk condensate recovery pada sumur-sumur bertekanan tinggi untuk wet
non-associated gas well stream. LTS dipasang di dekat wellhead dan juga di gas plant sebagai :
- Pemisah hidrokarbon dan air dari wet gas well stream.
- Mengerjakan dehidrasi aliran produksi gas.
- Memperoleh kondensat lebih banyak dibandingkan separator konvensional.
Hasil dari LTS adalah dry gas (mengurangi kadar uap air pada aliran dry gas), kondensat
yang lebih banyak, dan air bebas Dry gas dapat langsung dialirkan ke sistem gas sale atau
diproses lebih lanjut, sedangkan kondensat yang banyak perlu distabilkan agar mengurangi
evaporation loss di storage tank.
Macam-macam LTS :
1. Instalasi LTS tanpa inhibitor hidrat,
2. Instalasi LTS dengan menggunakan inhibitor hidrat, dan
3. Instalasi LTS dengan bantuan external refrigerator.
B. Sweetening
Beberapa proses yang digunakan untuk memisahkan gas asam adalah Alkanolamine Sweetening,
Glycol/Amine Process, Sulfinol Process, dan Iron-sponge Sweetening.
I. Alkanolamine Sweetening
Amine terdiri dari komposisi nitrogen-hydrokarbon (N-HC) yang secara kimia akan bereaksi
dengan gas-gas asam (acid gases) untuk membentuk ikatan garam komplek. Amine dikategorikan dalam tiga
golongan, yaitu : primary, secondary, dan tertiary, tergantung dari komposisi atom N dan senyawa HC
dalam satu ikatan tersebut.
1. Primary Amine
Primary amine mempunyai 2 atom H dan satu senyawa HC yang terikat pada atom N. Amine jenis
ini merupakan tipe yang paling reaktif, karena mempunyai 2 atom hydrogen yang labil (mudah membentuk
ikatan). Monoethanol Amine (MEA) dan Diglycol Amine (DGA) termasuk dalam tipe primary amine ini.
2. Secondary Amine
Jenis ini hanya mempunyai 1 atom H yang labil dan 2 senyawa HC yang terikat pada atom N. Jenis
ini kurang reaktif dibandingkan primary amine, karena hanya mempunyai 1 atom H yang labil. Diethanol
Amine (DEA) dan Diisopropanol Amine (DIPA) termasuk dalam tipe secondary amine ini.
3. Tertiary Amine
Jenis ini mempunyai 3 senyawa HC yang terikat pada atom N. Tipe ini paling tidak reaktif, karena
tidak memiliki satupun atom H yang labil. Methyldiethanol Amine (MDEA) dan Triethanol Amine (TEA)
termasuk tipe tertiary amine ini.
Proses alkanolamine memisahkan H2S sekaligus CO2, umumnya MEA lebih disukai dibanding
DEA atau TEA, ini disebabkan karena MEA lebih reaktif, lebih stabil, dan dengan cepat dapat dibersihkan
dari kontaminan dengan cara destilasi semi kontinyu.
Reaksi yang terjadi antara H2S dan MEA adalah :
Absorbsi : MEA + H2S MEA Hydrosulfide + heat
MEA + H2 + CO2 MEA Carbonate + heat
Alkanolamine sweetening digunakan secara luas untuk gas dengan kandungan H2S relatif tinggi.
Proses yang dilakukan dengan menggunakan amine ini dapat kita lihat pada diagram Amine Treating System
(Gambar 1). Gas hidrokarbon yang mengandung asam (acid gas) dialirkan melalui bagian bawah dari tabung
contactor menuju bagian atas tabung contactor. Larutan amine dialirkan pada bagian atas tabung contactor
menuju bagian bawah tabung. Pertemuan kedua fluida tersebut akan menimbulkan reaksi kimia yang akan
menghilangkan gas yang bersifat asam. Gas yang bersih hasil dari reaksi tersebut (sweet gas) akan keluar
meninggalkan contactor melalui bagian atas. Sedangkan amine yang banyak mengandung gas asam (rich
amine) akan dialirkan melalui bagian bawah dari contactor. Proses selanjutnya adalah pemurnian amine,
setelah terjadi reaksi dengan gas asam. Amine yang banyak mengandung gas asam (rich amine) akan didaur
ulang di dalam stripper, dengan menggunakan tekanan yang rendah dan ditambahkan pemanasan dari
reiboler. Gas asam akan terbebaskan melalui reflux condenser. Amine panas yang sudah murni akan keluar
melalui bagian bawah tabung dan dialirkan menuju Heat Exhanger untuk menurunkan temperatur rich amine
(banyak mengandung gas asam) yang berasal dari contactor.
II. Glycol / Amine Process
Digunakan untuk gas alam yang tidak memerlukan penurunan dew point. Process
glycol/amine menggunakan larutan yang mempunyai komposisi 10 - 30 % berat MEA, 45 -
85 % berat glycol, dan 5 - 25 % berat air. Kelemahan proses ini adalah menaikkan
kehilangan pengisapan MEA karena temperatur regenerasi yang tinggi, untuk memperoleh
MEA kembali harus digunakan vacum destilasi dan adanya problem korosi (Gambar 1).
I. Mined Carvens
Mined carvens (lubang penambangan) yang berbentuk vertical biasanya terdapat dalam
limestone, granit, chalk, shale, dan dolomite. Tipe ini telah berhasil dipakai untuk menyimpan
LNG beberapa tahun ini. Dari kajian secara teoritis, laboratorium, dan rancang bangun,
menunjukkan bahwa mined carvens ini layak digunakan sebagai tempat penyimpanan LNG.
Biaya penggalian sangat diutamakan untuk carvens storage tentang pemilihan sifat fisik
batuannya.
Dalam tipe ini, shaft vertical sesuai dengan kedalaman. Lubang dengan
permukaan dihubungkan dengan pipa. Bagian dalam dari pipa dipakai untuk
mengalirkan LNG , sedangkan anulusnya dipakai untuk melengkapi peralatan keluar
dan masuknya gas dari lubang untuk mempertahankan kesetimbangan tekanan
lubang. Shaft vertical dipakai untuk membuat lubang yang diisi oleh air, selanjutnya
lubang dipertahankan pada tekanan ekivalen sampai hidrostatik water head sekaligus
menyeimbangkan tekanan separasi lubang dari shaft vertical.
Mined carvens merupakan metode yang penting untuk dikembangkan, tetapi
saat ini masih dianggap kurang komersil, karena beberapa kerugiannya, missal :
Biaya operasi sangt tinggi jika disbanding metode lain.
Panas yang diperoleh dari tangki LNG besar.
Karena pengaruh kondisi geologi pada beberapa tempat, tidak memungkinkan untuk
membangun storage LNG jenis ini.
II. Frozen Holes
Frozen holes merupakan suatu metode penampungan dengan cara
membuat lubang di dalam tanah yang mengandung saturasi air, dengan
mula-mula mensirkulasikan refrigerant di sekitar tanah.
Penggunaan frozen earth cavities dapat dipertimbangkan secara
modifikasi dengan konsep mined carvens. Mulanya ring atau sejumlah
ring yang terkonsentrik pada pipa vertikal ditempatkan di dalam tanah.
Kemudian refrigerant dialirkan hingga sampai pipa, setelah tanah
dimampatkan, penutup (roof) melengkapi instalasi, lalu selanjutnya
pelubangan di lanjutkan. Kestabilan dinding selama penggalian harus
dijaga dan juga mencegah penyusupan air ke dalam lubang.
FinalTest