Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa
Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa
Penatalaksanaan Gigitan Ular Berbisa
ULAR BERBISA
Insiden
• Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan
ular tidak berbisa maupun gigitan ular berbisa.
• Umumnya ular menggigit pada saat ia aktif yaitu
pada pagi dan sore hari, apabila ia merasa
terancam atau diganggu.
• Di seluruh dunia setiap tahunnya ditemukan
ribuan orang meninggal akibat gigitan ular
berbisa.
• Di AS ditemukan 8000 kasus gigitan ular berbisa
per tahunnya dengan 98% gigitan terjadi di
daerah ekstremitas dan 70% disebabkan oleh
Rattlesnake.
• Di bagian Emergensi RSUP Hasan Sadikin
Bandung dalam kurun waktu 1996-1998
dilaporkan sejumlah 180 kasus gigitan ular
berbisa.
• Di RSUP Saiful Anwar Malang dalam kurun waktu
satu tahun (2004) dilaporkan sejumlah kasus
gigitan ular berbisa.
• Kepada semua kasus gigitan ular tersebut
diberikan terapi antivenom dan menunjukkan
hasil yang baik.
• Bisa ular (venom) terdiri dari 20 atau lebih
komponen sehingga pengaruhnya tidak dapat
diinterpretasikan sebagai akibat dari satu jenis
toksin saja.
• Bisa ular dapat pula dikelompokkan berdasarkan
sifat dan dampak yang ditimbulkannya seperti
neurotoksik, hemoragik, trombogenik, hemolitik,
sitotoksik, antifibrin, antikoagulan dan gangguan
vaskular (merusak tunika intima).
• Bisa ular juga merangsang jaringan untuk untuk
menghasilkan zat-zat perdarangan seperti kinin,
histamin.
Jenis-jenis ular berbisa
• Di seluruh dunia dikenal lebih dari 2000 spesies
ular, namun jenis yang berbisa hanya sekita 250
spesies.
• Berdasarkan morfologi gigi tringnya, ular dapat
diklasifikasikan ke dalam 4 famili utama yaitu :
• Famili Elapidae : ular weling, ular welang, ular
sendok, ular naga dan ular cabai.
• Famili Crotalidae/Viperidae : ular tanah, ular
hijau dan ular bandotan puspo.
• Famili Hydropidae : ular laut
• Famili Colubridae : ular pohon
Ciri-ciri ular
Berbisa 1.Bentuk kepala segi empat
panjang
2.Gigi taring kecil
3.Bekas gigitan : dua luka
halus berbentuk
lengkungan
Tidak berbisa 1.Kepala segitiga
2.Dua gigi taring besar di
rahang atas
3.Bekas luka : dua luka gigitan
utama akibat gigi taring
• Jenis ular berbisa berdasarkan dampak yang
ditimbulkannya yang banyak dijumpai di
Indonesia adalah :
1. Hematotoksik : ular hijau, ular tanah. Aktivitas
hemoragik pada bisa ular menyebabkan
perdarahan spontan dan kerusakan endotel.
2. Neurotoksin : ular welang, ular sendok, olar
kobra dan ular laut.
Gambaran klinis
1. Gejala lokal : edema, nyeri tekan pada luka
gigitan, ekhimosis (dalam 30 menit – 24 jam).
2. Gejala sistemik : hipotensi, kelemahan otot,
berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi,
muntah, nyeri kepala dan pandangan kabur.
3. Gejala khusus gigitan ular berbisa :
a. Hematotoksik : perdarahan di tempat gigitan,
paru, jantung, ginjal, peritoneum, otak, gusi,
hematemesis dan melena, perdarahan kulit,
hemoptoe, hematuria.
b. Neurotoksik : hipertonik, fasikulasi, paresis,
paralisis pernapasan, ptosis, oftalmoplegi,
paralisis otot laring, refleks abnormal, kejang
dan koma.
c. Kardiotoksik : hipotensi, henti jantung, koma.
d. Sindrom kompartemen : edema tungkai
dengan tanda 5P (pain, pallor, parasthesia,
paralysis, pulselesness)
Kepada setiap kasus gigitan ular perlu dilakukan :
• Anamnesis lengkap : identitas, waktu dan tempat
kejadian, jenis dan ukuran ular, riwayat penyakit
sebelumnya.
• Pemeriksaan fisik : status umum dan lokal serta
perkembangannya setiap 12 jam
Gambaran klinis gigitan beberapa jenis ular
1. Gigitan Elapidae
• Efek lokal : timbul berupa sakit ringan, sedikit atau
tanpa pembengkakan, kerusakan kulit dekat gigitan.
• Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan
rasa sakit yang berdenyut, kaku pada kelopak mata,
bengkak di sekitar mulut dan kerusakan pada lapisan
luar mata.
• Gejala sistemik muncul 15 menit setelah digigit ular
atau muncul setelah 10 jam dalam bentuk paralisis
dari urat-urat di wajah, bibir, lidah dan tenggorokan,
menyebabkan sukar bicara, kelopak mata menurun,
susah menelan, otot lemas, sakit kepala, kulit
dingin,muntah, pandangan kabur dan mati rasa di
sekitar mulut.
2. Gigitan Viperidae
• Efek lokal timbul dalam 15 menit atau setelah
beberapa jam berupa bengkak dekat gigitan
untuk selanjutnya cepat menyebar ke seluruh
anggota badan, rasa sakit dekat gigitan.
• Efek sistemik muncul dalam 5 menit atau
setelah beberapa jam berupa muntah,
berkeringat, kolik, diare, perdarahan pada
bekas gigitan, hidung berdarah, darah dalam
muntah, urin dan tinja.
3. Gigitan Hydropidae
• Gejala yang sering muncul berupa sakit kepala,
lidah terasa tebal, berkeringat dan muntah.
• Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya
timbul kaku dan nyeri menyeluruh, spasme pada
otot rahang, paralisis otot, kelemahan otot
ekstraokuler, dilatasi pupil dan ptosis, urin warna
coklat gelap, ginjal rusak dan henti jantung.
4. Gigitan Rattlesnake dan Crotalidae
• Efek lokal berupa tanda gigitan taring,
pembengkakan, ekimosis dan nyeri pada daerah
gigitan merupakan indikasi minimal yang perlu
dipertimbangkan untuk pemberian polivalen
crotalidae antivenin.
• Anemia, hipotensi dan trombositopenia
merupakan tanda penting.
Penatalaksanaan
• Tujuan penatalaksanaan pada kasus gigitan
ular berbisa adalah : menghalangi/
memperlambat absorbsi bisa ular,
menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke
dalam sirkulasi darah, mengatasi efek lokal
dan sistemik.
Tindakan penatalaksanaan
A. Sebelum penderita di bawa ke pusat
pengobatan, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah :
Penderita diistrahatkan dalam posisi
horizontal terhadap luka gigitan
Jangan memanipulasi daerah gigitan
Penderita dilarang berjalan dan dilarang
minum minuman yang beralkohol
Apabila gejala timbul secara cepat sementara
belum tersedia antibisa, ikat daerah proksimal
dan distal dari gigitan. Tindakan mengikat ini
kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30
menit pasca gigitan. Tujuan ikatan adalah
untuk menahan aliran limfe, bukan menahan
aliran vena dan arteri.
B. Setelah penderita tiba di pusat pengobatan
diberikan terapi suportif sebagai berikut :
Penatalaksanaan jalan napas
Penatalaksanaan fungsi pernapasan
Penatalaksanaan sirkulasi : beri infus cairan
cristaloid.
Beri pertolongan pertama pada luka gigitan :
verban ketat dan luas di atas luka, immobilisasi
(dengan bidai).
Ambil 5-10 ml darah untuk pemeriksaan :
waktu protrombin, APTT, D-Dimer, fibrinogen
dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, ureum,
elektrolit, CK. Periksa waktu pembekuan, jika >
10 menit, menunjukkan kemungkinan adanya
koagulopati.
Apus tempat gigitan dengan venom detection.
Beri SABU polivalen 1 ml berisi : 10-50 LD50
bisa Ankystrodon, 25-50 LD50 bisa Bungarus,
25-50 LD50 bisa Naya Sputarix, Fenol 0,25%