PERTUSIS

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PENDAHULUAN
PENYAKIT
PERTUSIS
ANATOMI FISIOLOGI

– ANATOMI PERNAFASAN
1. Pernafasan atas : Hidung, faring, laring
2. Pernafasan bawah : Trakea, Bronkus, Paru-paru
- FISIOLOGI PERNAFASAN
Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam jaringan
dan karbondioksida dikeluarkan ke udara, dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Ventilasi
2. Difusi gas
3. Transportasi gas
DEFINISI PENYAKIT

Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella
pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan.
EPIDEMIOLOGI

– Pada masa pravaksin, pertusis menyerang anak prasekolah. Kurang dari 10%
kasus terjadi pada bayi usia <1 tahun. Setelah mulai dilakukan imunisasi (tahun
1940), kejadian pertusis menurun drastis, dari 200.000 kasus/tahun menjadi
1.010 kasus pada tahun 1976. Sejak itu, imunisasi pertusis dianggap memiliki
kemampuan perlindungan seumur hidup, sehingga tidak perlu diproduksi vaksin
pertusis untuk usia >7 tahun.
– Mulai tahun 1980 ditemukan peningkatan kejadian pertusis pada bayi, usia 11-
18 tahun, dan dewasa, dengan cakupan imunisasi pertusis rutin yang luas.
Centers of Disease Control and Prevention (CDC) (tahun 2004) melaporkan
25.827 kasus pertusis di AS, suatu angka yang tinggi sejak tahun 1950-an
dengan proporsi 35% kejadian pada usia 11-18 tahun (30 per 100.000).
– Kejadian luar biasa pertusis dialami Massachusett (1996) dengan 67% kasus
berusia 10-19 tahun, kemudian Wisconsin (2002-2003) sebesar 313 kasus
dengan 70% berusia 10-19 tahun.
– Remaja merupakan reservoir B. Pertussis dan menjadi sumber penularan
pertusis bagi bayi kecil, golongan risiko tinggi untuk mengalami komplikasi
pertusis
– Rasio odds sebesar 7,4 bila usia ibu 15-19 tahun dan 13,9 bila ibu batuk >7 hari.
Hal yang menarik disimpulkan dari penelitian tersebut, bahwa usia ibu yang
lebih tua tidak dapat teridentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya pertusis.
ETIOLOGI

– Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang berbentuk batang


gram negatif, tidak berspora, berkapsul, dan dapat dimatikan pada pemanasan
50oC tetapi bertahan pada suhu 0o – 10o C. Bakteri ini menyangkut pada bulu
dari saluran pernapasan (Cahyono dkk, 2010)
PATOFISIOLOGI

– Bordetella merupakan kombinasi kokobasili gram-negatif yang sangat kecil yang


tumbuh secara aerobik pada darah tepung atau media sintetik keseluruhan dengan
faktor pertumbuhan nikotinamid, asam amino untuk energi dan arang atau resin
siklodekstrin untuk menyerap bahan-bahan berbahaya.
– Hanya B. Pertusis yang mengeluarkan toksin pertusis (TP).
– Bordetella pertusis menghasilkan beberapa bahan aktif secara biologis, banyak
darinya dimaksudkan untuk memainkan peran dalam penyakit dan imunitas.
– . Sitotoksin trakhea, adenilat siklase, dan TP tampak menghambat pembersihan
organisme. Sitotoksin trakhea, faktor demonekrotik, dan adenilat siklase diterima
secara dominan, menyebabkan cedera epitel lokal yang menghasilkan gejala-gejala
pernapasan dan mempermudah penyerapan TP.
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS

– Stadium Kataral (1-2 minggu)


– Gejala awal menyerupai gejala infeksi saluran napas bagian atas yaitu timbulnya
rinore ringan (pilek) dengan lendir yang cair dan jernih, injeksi pada konjungtiva,
lakrimasi, batuk ringan dan panas tidak begitu tinggi. Pada stadium ini biasanya
diagnosis pertusis belum dapat ditetapkan karena sukar dibedakan dengan common
cold. (Soedarmo, 2010).
– Selama stadium ini sejumlah besar organisme tersebar dalam inti droplet dan anak
sangat infeksius, pada tahap ini kuman paling mudah diisolasi (Soedarmo, 2010).
– Batuk yang timbul mula – mula malam hari, kemudian pada siang hari dan menjadi
semakin hebat. Sekret pun banyak dan menjadi kental dan melengket.
– 2. Stadium Paroksismal (2 sampai 4 minggu)
– Selama stadium ini frekuensi dan derajat batuk bertambah, khas terdapat
pengulangan 5 sampai 10 kali batuk kuat selama ekspirasi yang diikuti oleh usaha
inspirasi masif yang mendadak dan menimbulkan bunyi melengking (whoop) akibat
udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit.
– Muntah sesudah batuk paroksismal cukup khas, sehingga sering kali menjadi tanda
kecurigaan apakah anak menderita pertusis walaupun tidak disertai bunyi whoop.
Anak yang sudah divaksinasi lengkap masih dapat terinfeksi Pertusis dengan gejala
yang lebih ringan, tetapi bisa menular (Soedarmo, 2010).
– Batuk paroksimal dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa
adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat.
– 3. Stadium Konvalesen / Penyembuhan (1 sampai 2 minggu)
– Stadium penyembuhan ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah
dengan puncak serangan paroksismal yang berangsur-angsur menurun. Batuk
biasanya masih menetap untuk beberapa waktu dan akan menghilang sekitar 2
sampai 3 minggu. Pada beberapa pasien akan timbul serangan batuk
paroksismal kembali. Episode ini terjadi berulang-ulang untuk beberapa bulan
dan sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
berulang.
KOMPLIKASI

PADA SALURAN PERNAFASAN


– Bronkopnemonia
– Otitis media / radang rongga gendang telinga
– Bronkhitis
– Atelaktasis
– Emphisema Pulmonum
– Bronkhiektasis
– Aktifitas Tuberkulosa
– Kolaps alveoli paru akibat batuk proksimal yang lama
PADA SALURAN PENCERNAAN
– - Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.
– Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intra abdomen.
– Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit pada saat batuk.
– Stomatitis.
PADA SISTEM SARAF PUSAT
Kejang dapat timbul karena:
– Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
– Perdarahan sub arcknoid yang massif
– Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
– Gangguan elektrolit karena muntah
PENATALAKSANAAN

1. Anti Mikroba/ antibiotik


2. Kortikosteroid
3. Salbutamol
PENCEGAHAN

Di Indonesia, vaksin yang direkomendasikan untuk bayi dan anak-anak adalah


vaksin DPT. Vaksin tersebut merupakan kombinasi vaksin yang berguna untuk
melindungi tubuh dari tiga jenis penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus.
Vaksin tersebut terdiri dari lima kali injeksi, dimana vaksin tersebut diberikan pada
bayi dan anak-anak pada usia dua bulan, empat bulan, enam bulan, 15 – 18 bulan,
dan 4 – 6 tahun (mayoclinic.org).
Bosster shoots diberikan pada: Remaja, Dewasa, Ibu Hamil
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
– Data subyek :
– Paling banyak terdapat pada tempat yang padat penduduknya Usia yang paling
rentan terkena penyakit pertusis adalah anak dibawah usia 5 tahun
– Cara penularanya yang sangat cepat
– Imunisasi dapat mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan oleh
pertusis
– Batuk ini disebabkan karena bordetella pertusis
– Disalah satu Negara yang belum melaksanakan prosedur imunisasi rutin, masih
banyak terdapat penyakit pertusis
– Data obyek :
– Anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus
– Batuk yang sukar berhenti
– Muka menjadi merah
– Batuk yang sampai keluar air mata
– Kadang sampai muntah disertai keluarnya sedikit darah, karna batuk yang
sangat keras.
– Biasanya terjadi pada malam hari
2. Diagnosa keperawatan
– Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d mucus dalam jumlah berlebihan.
– Ketidakefektifan pola napas b/d hiperventilasi
– Resiko infeksi. Factor resiko ketidak adekuatan pertahanan sekunder.
– Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
– Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor biologis.
3. INTERVENSI
Intervensi keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa yang diangkat
dengan menggunakan buku acuan NIC-NOC
4. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan implementasi mengacu pada intervensi yang dibuat
5. EVALUASI
Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat

Anda mungkin juga menyukai