Maju Lapsus Sopt

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis


(SOPT) dengan Pneumonia
Disusun oleh:
HERIYANTI HANNA TAMARA
FAA 112 030

Pembimbing:
dr. Itna Warnida, Sp.P
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. DORIS SYLVANUS/FK-UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PALANGKA RAYA
2018
LATAR BELAKANG TUBERCULOSIS

Penyakit menular langsung yang disebabkan oleh


kuman Mycobacterium Tuberculoisis

Terdapat sebanyak 14 juta kasus TB


di dunia dengan penemuan 9,4 juta Kejadian TB di dunia Asia
kasus baru dan jumlah kematian Tenggara dengan presentase 95%
akibat TB sebanyak 1,7 juta kasus. dan Indonesia 5,8% total Tb dunia.

2
Laporan Kasus

3
IDENTITAS

Nama : Tn. E
Pendidikan Terakhir : SMA
Tgl Lahir/Umur : 62 th
Pekerjaan : Pensiun PNS
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal pemeriksaan : 24 april 2018
Alamat : Jl. G. Obos XII
Ruangan : Gardenia - 4
MRS : 22 april 2018

4
Anamnesis
Keluhan utama : Sesak napas sejak 3 hari SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
 Pasien datang dengan keluhan sesak nafas semakin
memberat 3 hari terakhir. Sesak muncul saat malam hari saat
sedang beristirahat. Sesak sedikit berkurang saat pasien
posisi setengah duduk namun masih dirasakan terus menerus
hingga pagi hari. Sesak tidak dipengaruhi oleh debu maupun
cuaca dingin.
Sebelumnya pasien sering merasakan sesak seperti ini
tetapi dalam sebulah hanya sekali dengan durasi kurang dari
satu jam
5
• Batuk berdahak sejak 6 bulan ini dengan dahak berwarna
putih. Batuk dirasakan dengan frequensi sering. Awalnya
hanya batuk kering dan hanya sesekali apabila akan muncul
sesak pada saat cuaca dingin

• Tidak ada riwayat batuk berdarah ataupun berkeringat


malam sebelumnya

• Nyeri dada terasa sejak 6 bulan terakhir (bersamaan dengan


batuk). Nyeri terasa seperti ditekan benda berat dan
berkurang apabila istirahat tetapi bertambah kuat apabila
sedang sesak ataupun batuk.

6
• Demam sejak 3 hari yang lalu. Demam dirasakan naik
turun. Sebelumnya sudah diberikan paracetamol dan
demam hilang.
• Nyeri ulu hati sejak 1 minggu ini. Nyeri dirasakan
menyesak dan membuat pasien mual dan muntah.
Belakangan ini pasien merasa mual semakin sering.
• Pasien merasakan tidak ada nafsu makan (kurang lebih
sejak 3 hari)
• BAB dan BAK normal.

7
Riwayat Sosial:
Riwayat Pengobatan
• Pasien perokok aktif, 2 bungkus
• Pasien ada mengkonsumsi obat
rokok dalam sehari (Indeks
Paracetamol saat demam
Brinkman : Berat) sempat berhenti
• 10 Tahun yang lalu pasien
saat menjalani pengobatan Tb tapi
menjalani pengobatan paru
setelah dinyatakan sembuh pasien
merokok kembali
Riwayat penyakit keluarga
• Riwayat TB 10 tahun yang lalu • Konsumsi Alkohol (-)
• Keluarga pasien tidak ada yang • Pasien tinggal di rumah pribadi
mengeluhkan hal yang sama bersama 1 orang istri, 2 orang anak,
dengan pasien. dan 2 orang cucu.
• Riwayat keluarga dengan DM,
Hipertensi, asma disangkal. • Tempat tinggal pasien memiliki 5
jendela. 3 jendela kamar dibuka
setiap hari, 2 jendela ruang tamu
jarang di dibuka.

8
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : BB 60 kg
TB 173 cm
IMT 20,04 kg/m2 (Normal)

Sehari pasien biasa menghabiskan 2 bungkus rokok. Indeks


Brickman:
• 24 batang rokok x lama merokok = 960 (Perokok Berat)

9
Pemeriksaan Fisik......

Vital sign (saat pemeriksaan)


• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 81x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
• Pernapasan : 28x/menit, tipe thoracoabdominal
• Suhu : 36,8º C (di Axilla)

10
Pemeriksaan Fisik

Kepala Normocephal, rambut hitam keputihan, tipis


Mata Konjungtiva anemis (-/-), Skera ikterik (-/-), Edem
palpebra (-/-), Cekung (-/-), Kornea jernih.
Hidung Pernapasan cuping hidung +/+, sekret minimalis.
Telinga Deformitas (-/-), serum minimal, radang (-)
Mulut Sianosis (-), lidah kotor (-)
Leher Peningkatan JVP (-), pembesaran tiroid (-), massa (-),
pembesaran KGB (-)

11
Pemeriksaan Fisik
Pulmo
Inspeksi Simetris, tidak terdapat retraksi
Palpasi Fremitus vocal simetris , Fremitus taktil menurun,
nyeri tekan (-)
Perkusi Sonor
Auskultasi Vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing +/+

Cordis
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra,
Trill (-)
Perkusi Batas kanan jantung : ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri jantung : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi S1-S2 tunggal reguller, murmur (-), gallop (-)

12
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Inspeksi Datar, distensi (-), Soepel (+)
Auskultasi Bising usus (+) 7x/menit Normal
Perkusi Timpani
Palpasi Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba
membesar, lien tidak teraba membesar, turgor
kulit (+) , teraba massa (-).

Ekstremitas

Superior Inferior

Akral hangat +/+ +/+


Edem -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-

13
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium
Parameter 22/4/2018 Normal
HGB 16,1 g/dL 12,0-16,0
HT 46,3% 40,0-54,0
WBC 15,52 x 103 4,00-10,00
u/L
RBC 5,20 x 106 u/L 4,00-5,50
PLT 268 x 103 u/L 100-300

Glukosa- 107 <200


Sewaktu
Creatinin 1,20 0.7-1.5

14
Pemeriksaan Penunjang
• Foto Thorax
- Tampak fibrotik infiltrat pada kedua
lapang atas paru.
- Tampak mediastinum tertarik ke arah
sinistra.
- Jantung normal
- Tampak tenting pada diafragma dan
- Sinus sinistra tampak tumpul
- Tampak pleura menebal

15
Masalah
Anamnesis Px. Fisik Px. Penunjang
 Sesak  RR :28x/menit  Laboratorium :
 Batuk berdahak  Napas cuping hidung Wbc : 15,52x 103
 Nyeri dada  Rhonki di kedua  Foto Thorax :
 Demam basal paru. - Fibrotik infiltrat
 Nyeri Ulu Hati Wheezing di bagian - Mediastinum tertarik
 Nafsu makan paru bawah ke kiri
menurun - Tenting diafragma
- Tampak pleura menebal

16
Diagnosis

▧ Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis


(SOPT)
▧ Pneumonia
▧ Dispepsia

17
Tatalaksana

▧ 02 Nasal Kanul 2-4 Lpm


▧ IV Line RL drip Aminofilin 2 Amp 16 Tpm
▧ Inf. Moxifloxacin 400 mg/24 Jam
▧ Inj. Ranitidine 50 mg/12 Jam (iv)
▧ Inj. Hidrocortison 50 mg/12 Jam (iv)
▧ PO: Salbutamol 3 x 2 mg
▧ OBH Syr 3 x IC
▧ Nebu Combivent/8Jam
18
Follow Up
Ket 26/04/2018 27/04/2018 28/04/2018 29/04/2018
Sesak nafas (+), Batuk (+) dahak Sesak nafas (-)↓↓, Batuk (+) Sesak nafas (-), Batuk (+) kadang- Sesak nafas (-), Batuk (+)
berwarna putih, demam (-), dahak berwarna putih , mual (+), kadang, berdahak (+) dahak kadang-kadang, berdahak (+)
pandangan terasa kabur (+), pandangan terasa kabur (+), berwarna putih , mual (+), dahak berwarna putih , mual (-),
mual (+), nafsu makan baik, demam (-), nafsu makan baik, pandangan terasa kabur (+), demam pandangan terasa kabur (+),
S
nyeri ulu hati (-) nyeri ulu hati (-) (-),nafsu makan baik, nyeri ulu hati demam (-), nafsu makan baik,
(-) nyeri ulu hati (-)

KU : Lemah KU : Baik KU : Baik KU : Baik


Kes : CM Kes : CM Kes : CM Kes : CM
Tensi : 110/60 mmHg Tensi : 120/70 mmHg Tensi : 110/70 mmHg Tensi : 130/70 mmHg
Nadi:81x/menit, reguler kuat Nadi:62x/menit, reguler kuat Nadi:79x/menit, reguler kuat Nadi:79x/menit, reguler kuat
angkat, isi cukup angkat, isi cukup angkat, isi cukup angkat, isi cukup
Suhu: 36,50C Suhu: 36,60C Suhu: 36,40C Suhu: 36,40C
Respirasi: 23x/menit Respirasi: 20x/menit Respirasi: 20x/menit Respirasi: 20x/menit
Kep : CA -/-, SI -/- Kep : CA -/-, SI -/- Kep : CA -/-, SI -/- Kep : CA -/-, SI -/-
Leh : >KGB(-), >tiroid (-) Leh :>KGB(-), >tiroid (-) Leh :>KGB(-), >tiroid (-) Leh :>KGB(-), >tiroid (-)
Tho: simetris +/+, retraksi -/- Tho: simetris +/+, retraksi -/- Tho: simetris +/+, retraksi -/- Tho: simetris +/+, retraksi -/-
O
Paru : ves +/+, Rh+/+, Wh-/- Paru : Ves, Rh-/, Wh-/- Paru : ves +/+, Rh-/, Wh-/- Paru : ves +/+, Rh-/, Wh-/-
Cardio:S1-S2 tunggal,reguler, Cardio:S1-S2 tunggal, reguler, Cardio:S1-S2 tunggal, reguler, Cardio:S1-S2 tunggal, reguler,
murmur (-), gallop (-). murmur (-), gallop (-). murmur (-), gallop (-). murmur (-), gallop (-).
Abd: Abd: Abd: Abd:
- Bising usus (+) 8x/menit, - Bising usus (+) 7x/menit, - Bising usus (+) 8/menit, - Bising usus (+) 8x/menit,
-Nyeri Tekan (-) -Nyeri Tekan (-) -Nyeri Tekan (-) -Nyeri Tekan (-)
-tidak terdapat massa -tidak terdapat massa -tidak terdapat massa -tidak terdapat massa
Eks : AH,CRT <2’’, edema (-) Eks : AH, CRT <2’’, edema(-) Eks : AH, CRT <2’’, edema(-)
Eks : AH, CRT <2’’, edema(-)
- SOPT - SOPT Perbaikan - SOPT Perbaikan - SOPT Perbaikan
- Pneumonia - Pneumonia - Pneumonia - Pneumonia
A - Dispepsia - Dispepsia - Dispepsia - Dispepsia
- IV Line RL drip - IV Line RL drip Aminofilin - IV Line RL drip Aminofilin 1 - IV Line RL 16 Tpm
Aminofilin 1 Amp 16 1 Amp 16 Tpm Amp 16 Tpm - Inf. Moxifloxacin 1 x 400
Tpm - Inf. Moxifloxacin 1 x 400 - Inf. Moxifloxacin 1 x 400 mg mg (iv) hari ke-7
- Inf. Moxifloxacin 1 x 400 mg (iv) hari ke-5 (iv) hari ke-6 - Inj. Ranitidine 2 x 50 mg
mg (iv) hari ke-4 - Inj. Ranitidine 2 x 50 mg - Inj. Ranitidine 2 x 50 mg (iv) (iv)
- Inj. Ranitidine 2 x 50 mg (iv) - Inj. Hidrocortison 2 x 50 mg - Inj. Hidrocortison 2 x 50
(iv) - Inj. Hidrocortison 2 x 50 mg (iv) mg (iv)
- Inj. Hidrocortison 2 x 50 (iv)
P mg (iv) - PO:
- PO: - Salbutamol 3 x 2 mg
- PO: - PO: - Salbutamol 3 x 2 mg - OBH Syr 3 x IC
- Salbutamol 3 x 2 mg - Salbutamol 3 x 2 mg - OBH Syr 3 x IC - Nebu Combi / 8Jam
- OBH Syr 3 x IC - OBH Syr 3 x IC - Nebu Combi / 8Jam - Kontrol keluhan mata terasa
- Nebu Combi / 8Jam - Nebu Combi / 8Jam - Direncanakan konsul ke Sp.M kabur ke poli mata setelah
- Direncanakan konsul ke - Direncanakan konsul ke rawat jalan.
Sp.M Sp.M
Tinjauan Pustaka

21
Sindrom Obstruksi Pasca Tb
• Di negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi,
terdapat sejumlah besar penderita yang sembuh setelah
pengobatan TB.
• Pada sebagian penderita, secara klinik timbul gejala
sesak terutama pada aktiviti, radiologik menunjukkan
gambaran bekas TB (fibrotik, klasifikasi) yang minimal,
dan uji faal paru menunjukkan gambaran obstruksi jalan
napas yang tidak reversibel.
• Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam kategori
penyakit Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis (SOPT).

22 Aida, N. Patogenesis Sindrom Ostruksi Pasca Tuberkulosis. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru Rumah Sakit Persahabatan.
Patogenesis SOPT
1. Infeksi TB dipengaruhi oleh reaksi imunologis
perorangan, sehingga dapat menimbulkan reaksi
peradangan nonspesifik yang luas karena tertariknya
neutrofil ke dalam parenkim paru makrofag aktif.
2. Akibatnya timbul destruksi jaringan paru oleh karena
proses TB.
3. Destruksi jaringan paru disebabkan oleh proses
proteolisis dan oksidasi akibat infeksi TB.
4. TB paru merupakan infeksi menahun sehingga sistim
imunologis diaktifkan untuk jangka lama, akibatnya
proses proteolisis dan oksidasi sangat meningkat untuk
jangka lama sehingga destruksi matriks alveoli terjadi
cukup luas.
23 Aida, N. Patogenesis Sindrom Ostruksi Pasca Tuberkulosis. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Unit Paru Rumah Sakit Persahabatan.
24 PDPI, 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Persatuan Dokter Paru Indonesia
Tatalaksana SOPT
• Edukasi
• Obat-obatan (Bronkodilator, Antiinflamasi)
• Terapi oksigen
• Ventilasi mekanik
• Nutrisi
• Rehabilitasi.

25 PDPI, 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
Persatuan Dokter Paru Indonesia
Pneumonia

Peradangan yang Gejala Klasifikasi


mengenai parenkim Pneumonia Pneumonia
paru, distal dari
bronkiolus terminalis Pneumonia
komuniti
 Batuk
 perubahan Pneumonia
Dapat karakteristik sputum nasokomial
menimbulkan atau purulen
konsolidasi Pneumonia
 suhu tubuh ≥ 38o aspirasi
jaringan paru dan
gangguan Celcius (aksila) atau
pertukaran gas riwayat demam
setempat.  nyeri dada
sesak
26 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Pneumonia Komuniti. Available
from:http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Patofisiologi

▧ Ada beberapa cara mikroorganisme


mencapai permukaan:
▧ Inokulasi langsung
▧ Penyebaran melalui pembuluh darah
▧ Inhalasi bahan aerosol
▧ Kolonisasi dipermukaan mukosa

27 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Pneumonia Komuniti. Available


from:http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Penegakkan diagnosis pneumonia

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2014 ):
▧ Batuk
▧ perubahan karakteristik sputum atau purulen
▧ suhu tubuh ≥ 38o Celcius (aksila) atau riwayat demam
▧ nyeri dada
▧ sesak
▧ pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda
tanda konsolidasi berupa suara napas bronkial, dan
ronki

28 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Pneumonia Komuniti. Available


from:http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Pemeriksaan penunjang

▧ Pemeriksaan Radiologi  pada foto toraks didapatkan


infiltrat atau air bronchogram.

▧ Pemeriksaan laboratorium  leukositosis > 10.000 u/l


atau dapat terjadi leukopenia < 4000 u/l, hitung jenis
lekosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi
peningkatan LED.

▧ Pemeriksaan bakteriologis

29 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Pneumonia Komuniti. Available


from:http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Terapi Empiris

Terapi pneumonia berdasarkan kriteria rawat inap non


ICU
▧ Fluoroquinolon
▧ Makrolid ( eritromisin)
▧ Beta laktam ( seftriakson)
▧ Aminoglikosida (streptomisin/gentamisin)

29 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Pneumonia Komuniti. Available


from:http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Terapi Suportif Umum

1. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi


95-96% berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah
2. nebulizer untuk pengenceran dahak
3. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
4. Pengaturan cairan.
5. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat
6. Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin kadang-
kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan
sirkulasi

31 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Pneumonia Komuniti. Available


from:http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
Pembahasan

32
Pembahasan.....

▧ TEORI ▧ KASUS
Diagnosis SOPT : Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas • Riwayat penyakit TB
perokok • Riwayat Perokok berat
- Riwayat penyakit TB • Batuk Berulang sejak 6 bulan
- Riwayat terpajan zat iritan terakhir kadang berdahak
- Riwayat penyakit emfisema berwarna putih
- Infeksi saluran napas berulang • Sesak napas yang semakin
- Batuk berulang dengan atau tanpa memberat sejak 3 hari SMRS
dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi
mengi

33
Pembahasan.....

▧ TEORI ▧ KASUS
Penegakkan diagnosis SOPT
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
• Napas cuping hidung • Napas cuping hidung
• Penggunaan otot bantu napas • Penggunaan otot bantu napas
• Pelebaran sela iga • Terdengar bunyi ronkhi dan
• Suara napas vesikuler normal – wheezing
melemah
• Terdengr rhonki dengan atau
tanpa wheezing
• Ekspirasi memanjang.

34
Pembahasan.....

▧ TEORI ▧ KASUS
Penegakkan diagnosis SOPT
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Penunjang :
Radiologi - Tampak fibrotik infiltrat pada
• Gambaran penyusutan dari volume kedua
paru, terdapatnya kavitas, lapang atas paru.
bronkiektasis, dan fibrosis. - Tampak mediastinum tertarik ke
• Mediastinum bergeser kearah arah sinistra.
jaringan paru yang rusak.
- Jantung normal
• Gambaran pleura yang menebal
- Tampak tenting pada diafragma
dan
- Sinus sinistra tampak tumpul
- Tampak pleura menebal

35
Pembahasan.....

▧ TEORI ▧ KASUS
Penegakkan diagnosis Pneumonia
Anamnesis: Anamnesis
• Batuk • Batuk ± 6 bulan. Dalam 3 hari
• Perubahan karakteristik sputum SMRS batuk dirasakan semakin
atau purulen kuat dengan dahak yang
• Suhu tubuh ≥ 38o Celcius • Terdapat riwayat demam
(aksila) atau riwayat demam • Sesak nafas yg semakin memberat
• Nyeri dada 3 hari terakhir.
• Sesak napas • Sesak napas disertai nyeri dada

36
Pembahasan.....

▧ TEORI ▧ KASUS
Penegakkan diagnosis Pneumonia
Pemeriksaan Fisik dan penunjang : Pemeriksaan Fisik dan penunjang :
• Pemeriksaan vital sign suhu • Suhu tubuh 38,5o C (saat masuk
tubuh ≥ 38o Celcius IGD) -> saat pemeriksaan 36,4o C
• RR > 30x/m • RR 32x/menit (saat di IGD) ->
• suara redup saat pemeriksaan 28x/menit
• Pada auskultasi didapatkan • Pada auskultasi terdengar rhonki
suara nafas bronchial dan suara dan wheezing.
tambahan ronki basah kasar • Leukosit meningkat 15,52 (4,00-
• Adanya peningkatan leukosit 10,00)
pada pemeriksaan laboratorium

37
Pembahasan.....

▧ TEORI ▧ KASUS
Tatalaksana SOPT dan Pneumonia: Tatalaksana SOPT dan Pneumonia:
• Terapi Oksigen • 02 Nasal Kanul 2-4 Lpm
• Bronkodilator • IV Line RL drip Aminofilin 2 Amp
• Kortikosteroid 16 Tpm
• nebulizer untuk pengenceran dahak • Inf. Moxifloxacin 400 mg/24 Jam
• Antibiotik golongan Fluoroquinolon • Inj. Ranitidine 50 mg/12 Jam (iv)
Makrolid(eritromisin), Beta laktam ( • Inj. Hidrocortison 50 mg/12 Jam
seftriakson)Aminoglikosida(streptom (iv)
isin /gentamisin). Antibiotik PO:
diberikan jika ditemukan adanya • Salbutamol 3 x 2 mg
tanda infeksi. • OBH Syr 3 x IC
• Nebu Combivent/8Jam
38
Kesimpulan

▧ Telah dilaporkan Tn. E 62 tahun pasien


diruang Gardenia dengan diagnosis SOPT
dengan pneumonia dan Dispepsia. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
▧ Disarankan untuk dilakukan pemeriksaan
dahak atau gene expert (TCM)

39
Daftar Pustaka
▧ C. Global epidemiology of tuberculosis. Lancet. 2006; 367: 938- 940. Diakses tanggal 22 Oktober 2010 dari http://www.plosone.org/
article/findArticle.action?author=Dye&title=Global%20epidemiology% 20of%20tuberculosis
▧ Inghammar, M., Ekbom, A., Engstrom, G., Ljungberg, B., Romanus, V., et al. COPD and the Risk of Tuberculosis - A Population-based
Cohort Study. PLoS ONE e10138. 2010; 5(4): 1 - 7. Diakses tanggal 20 Oktober 2010 dari http://www.plosone.org/article/info%3Adoi
%2F10.1371%2Fjournal.pone.0010138
▧ World Health Organization. Global Tuberculosis Control : WHO Report 2010. Geneva : WHO. 2010; 1 - 218. Diakses tanggal 1 November
2010 dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/ 9789241564069_ eng.pdf.
▧ Stop TB Partnership. Tuberculosis Global Fact. Geneva : WHO. 2010; 1 - 2. Diakses tanggal 1 November 2010 dari
http://www.who.int/entity/tb/ publications/ 2010/factsheet_ tb_ 2010.pdf
▧ World Health Organization. Indonesia Tuberculosis Profile. Geneva : WHO. 2010; 1. Diakses tanggal 1 November 2010 dari
http://www.who.int/ tb/country/data/ profiles/en/index.html
▧ PDPI, 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia . Persatuan Dokter Paru
Indonesia
▧ Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : DepKes RI. 2007; 1 - 127
▧ RSU dr. Soedarso Pontianak. Buku Registrasi Pasien Paru Rawat Jalan dan Rawat Inap RSU dr. Soedarso Pontianak Tahun 2009. Pontianak
: RSU dr. Soedarso Pontianak. 2009; 1 – 24
▧ Ramos, L.M.M., Sulmonett, N., Ferreira, C.S., Henriques, J.F., Spindola de Miranda, S. Functional Profile of Patients with Tuberculosis
Sequelae in a University Hospital. J. bras. pneumol. 2006; 32(1): 43-47. Diakses tanggal 20 Oktober 2010 dari
http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S1806-37132006000100010& script=sci_ abstract
▧ Shetty, A.J., Tyagi, A. Development of Post Tubercular, Bronchial Asthma - A Pilot Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research.
2010; 4: 2360 -2362. Diakses tanggal 22 Oktober 2010 dari http://www.jcdr.net/back_ issues.asp?issn=0973709x&year=2010&mo nth
=April&volume=4&Issue=2&page=2360-2362&id=589

40
Daftar Pustaka
▧ Van Zyl Smit, R.N., Pai, M., Yew, W.W., Leung, C.C., Zumla, A., Bateman, E.D., Dheda, K. Global Lung Health: the colliding epidemics of
tuberculosis, tobacco smoking, HIV and COPD. Eur Respir J. 2010; 35: 27 -33. Diakses tanggal 18 Oktober 2010 dari
http://www.medicine.Mcgill.ca/epidemiology/pai/documents/publicatio ns/peerpub/vanZyl%20Smit%20et%20al.ERJ%202010.pdf
▧ Patricio, J.P., et al. Chronic Airways Obstruction in Patients with Tuberculosis Sequelae: a comparison with EPOC. Rev. chil. enferm. respir.
2006; 22(2): 98 - 104. Diakses tanggal 19 Oktober 2010 dari http://www.scielo.cl/scielo.php?pid=S0717-73482006000200004&
script=sci_ abstract& tlng=en
▧ Jordan, T.S., Spencer, E.M., Davies, P. Tuberculosis, Bronchiectasis, and Chronic Airflow Obstruction. Respirology. 2010; 15: 623 - 628.
Diakses tanggal 22 Oktober 2010 dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.14401843.2010.01749.x/ pdf
▧ Chakrabarti, B., Calverley, P.M.A., Davies, P.D.O. Tuberculosis and Its Incidence, Special Nature, and Relationship with Chronic Obstructive
Pulmonary Disease. 2007; 2(3): 263 - 272. Diakses tanggal 21 Oktober 2010 dari http://www.dovepress.com/tuberculosis -and-its-
incidence-special-nature-and-relationship-with-ch-peerreviewed -article-COPD-recommend ation1
▧ Kawashiro, T. Evaluation of Respiratory Failure Due to Sequelae of Tuberculosis. PubMed, Kekkaku. 2005; 80(6): 491 - 7.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 16130907?Dopt= Abstract Plus
▧ Aida, N. Patogenesis Sindrom Ostruksi Pasca Tuberkulosis. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Unit Paru Rumah Sakit Persahabatan. 2006; 1 – 5. Diakses tanggal 22 Oktober 2010 dari http://www.scribd.com/
doc/41412571/Sindrom-Obstruksi-Pasca-Tuberkulosis
▧ Danusantoso, H. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates. 2000; 1 – 254
▧ Amin, Z., Bahar, A. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. 2007; 1576 –
1594
▧ Kee, J.L. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta : EGC. 2007; 629 – 638
▧ Price, S.A., Wilson, L.M. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol. 2 Edisi 6. Jakarta: EGC. 2006; 49 – 61
▧ Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2014. Pneumonia Komuniti. Available from:http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-
pneumoniakom/pnkomuniti.pdf

41
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai