Referat Fraktur Maxillofacial

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

Nama : Sri Wahyuni,

Melisa Budi Selawati

Pembimbing : DR. dr. Nani


Iriani Djufri, Sp. THT-KL (K),
FICS
• Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis,
baik yang bersifat total maupun parsial.

• Fraktur maksilofasial, fraktur yang sering


terjadi

• Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu


lintas dan sebagian besar adalah pengendara
sepeda motor
• Fraktur maksilofasial melibatkan tulang –
tulang penyusun wajah atau tengkorak
bagian depan.

• Fraktur maksilofasial bisa terjadi hanya pada


satu tempat ataupun kompleks.
• Tulang- tulang
pembentuk wajah
terdiri dari:
– 2 os nasale
– 2 os lacrimale
– 2 maxilla
– 2 os zygomaticum
– mandibula
– 2 os palatinum
– 2 concha nasalis
inferior
– vomer
 Fraktur maksilofasial : hilangnya kontiunitas
pada tulang-tulang pembentuk wajah akibat
langsung dari trauma.
 Tulang-tulang pembentuk tengkorak bagian
depan, terdiri dari tulang-tulang pipih dan
menonjol seperti tulang nasal, zigoma,
maksila dan mandibula
 326 pasien wanita dewasa dengan facial trauma,
 42.6% trauma terjadi akibat kecelakan kendaraan
bermotor,
 21.5% akibat terjatuh,
 akibat kekerasan 13.8%,
 penyebab yang tidak ingin diungkapkan oleh
pasien 10,7%,
 cedera saat berolahraga 7,7%,
 akibat kecelakaan lainnya 2,4%,
 luka tembak sebagai percobaan bunuh diri serta
akibat kecelakan kerja masing-masing 0.6%
 Kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,
kecelakaan akibat olah raga, kecelakaan
akibat peperangan dan juga sebagai akibat
dari tindakan kekerasan
 fraktur kompleks nasal,
 fraktur kompleks zigomatikus,
 fraktur dento-alveolar,
 fraktur mandibula
 dan fraktur maksila yang terdiri atas fraktur
Le Fort I, II, dan III’
Fraktur Kompleks
Nasal terdiri dari
sebuah pertemuan
beberapa tulang:
(1) tulang frontal,
(2) tulang hidung,
(3) tulang rahang
atas, (4) tulang
lakrimal, (5) tulang
ethmoid, dan (6)
tulang sphenoid
• Tulang zigomatik sangat erat hubungannya dengan
tulang maksila, tulang dahi serta tulang temporal,

• Disebut juga “fraktur kompleks zigomatik”

• Bagian fraktur : Arkus zigomatik, tepi orbita,


penopang frontozigomatik, dan penopang
zigomatiko-rahang atas
 Fraktur, subluksasi atau terlepasnya gigi-gigi
(avulsi), dengan atau tanpa adanya hubungan
dengan fraktur yang terjadi di alveolus
 Terjadi bersamaan dengan terjadinya trauma
wajah adalah kerusakan pada mahkota gigi
• Klasifikasi fraktur maksila
Fraktur maxilla dibagi menjadi tiga jenis oleh
Le Fort menjadi Le Fort I, II, dan III.
 Le Fort I
Le fort I (sepertiga
bawah) meliputi daerah
mandibula

Lefort 1 merupakan
fraktur transversal yang
melalui lantai rongga
sinus maksila diatas gigi,
sehingga memisahkan
prosesus alveolaris,
palatum dan prosesus
pterigoid dari struktur
tengkorak wajah
diatasnya.
• Le Fort II
Le fort II (sepertiga tengah yang
dibatasi oleh tepi atas orbita dan
tepi bawah garis gigi atas atau
bagian maksila

Lefort II membentuk patahan fraktur


berbentuk piramida. garis fraktur
berjalan diagonal dari lempeng
pterigoid melewati maksila menuju
tepi inferior orbita dan ke atas
melewati sisi medial orbita hingga
mencapai hidung, sehingga
memisahkan alveolus maksila,
dinding medial orbita dan hidung
• Le Fort III
Le Fort III (sepertiga
atas) dengan batas tepi
atas orbita yaitu bagian
os frontalis.

Lefort III merupakan


fraktur yang melewati
sutura
zigomatikofrontalis,
berlanjut kedasar orbita
hingga sutura
nasofrontalis. pada tipe
ini tulang-tulang wajah
terpisah dari kranium
• Fraktur mandibula merupakan akibat yang
ditimbulkan dari trauma kecepatan tinggi dan
trauma kecepatan rendah.
• Mandibula dapat fraktur di semua bagian dan
fraktur dapat dikenali dengan rasa nyeri ketika
mandibula diraba atau ditekan dengan lembut,
dan menyebabkan gangguan oklusi geligi.
Mandibula cenderung terkena cedera karena
posisinya yang menonjol, sehingga sering
menjadi sasaran pukulan dan benturan.
Fraktur mandibula
secara sederhana,
dibagi menjadi tujuh
regio yaitu :
– badan (corpus),
– simfisis
– sudut (angulus)
– ramus
– prosesus koroideus
– prosesus kondilus
– prosesus alveolar
Anamnesis
Aspek yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut
:
 Bagaimana mekanisme cedera?
 Apakah pasien kehilangan kesadaran ?
 Apakah ada gangguan penglihatan, pandangan kabur,
nyeri, ada perubahan gerakan mata?
 Apakah pasien memiliki kesulitan bernafas melalui
hidung ? Apakah pasien memiliki
manifestasi berdarah seperti keluar darah dari hidung ?
 Apakah pasien mengalami kesulitan membuka atau
menutup mulut?
 Apakah pasien ada merasakan seperti kedudukan gigi
tidak normal ?
 Inspeksi: Epistaksis, ekimosis (periorbital,
konjungtival, dan skleral), edema,
danhematoma subkutan mengarah pada
fraktur segmen maksila ke bawah dan
belakangmengakibatkan terjadinya oklusi
prematur pada pergigian posterior.
 Palpasi : Manipulasi, Cerebrospinal
Rhinorrhea atau Otorrhea, Maloklusi Gigi
Radiologi  foto polos & CT Scan
Tanda Langsung : nonanatomic linear
lucencies, defek kortikal, fragmen tulang
tumpang tindih menyebabkan "double-
density", wajah asimetris.
Tanda tidak langsung: pembengkakan jaringan
lunak, udara pada periorbital atau
intrakranial, cairan dalam sinus paranasal
 Penatalaksanaan
Fraktur pada maksilofasial mempunyai cara
penanganan pertama dengan primary
survey, resusitasi, secondary survey dan
akhirnya terapi definitif. Medikamentosa
bertujuan untuk mengurangi morbiditas
pada pasien, dengan pemberian analgetik,
antibiotik, ATS, dan antiemetik. Prinsip
penanganan fraktur maksila sama dengan
penanganan fraktur yang lain yaitu reposisi,
fiksasi, imobilisasi dan rehabilitasi
 Fraktur Komplek Nasal
Reduksi dan Fiksasi

 Fraktur zygomatikus
◦ Secara elektif
◦ Fraktur arkus bisa dengan pendekatan Gillies Klasik

• Fraktur Dentoalveolar
mengetsa pilar ke mahkota, splint komposit atau splin
ortodonsi selama 4 - 6 minggu
 Fraktur Maxilla
◦ Pada fraktur Le Fort I :
 arch bar,
 fiksasi maksilomandibular,
 dan suspensi kraniomandibular yang didapatkan dari
pengawatan sirkumzigomatik
◦ fraktur Le Fort II sama dengan fraktur Le Fort I.
 perbedaannya adalah perlu dilakukan perawatan fraktur nasal
dan dasar orbita juga.
◦ Fraktur Le Fort III:
 arch bar, fiksasi maksilomandibular,
 pengawatan langsung bilateral pada sutura
zigomatikofrontalis
 suspense kraniomandibular pada prosessus zigomatikus ossis
frontalis
 Fraktur Mandibula Ada dua cara
penatalaksanaan
◦ cara tertutup / konservatif
◦ terbuka / pembedahan.
 Awal : perdarahan ekstensif & Ggn.Jalan
Napas, Infeksi
 Komplikasi akhir : kegagalan penyatuan
tulang yang mengalami fraktur, penyatuan
yang salah, obstruksi sistem lakrimal,
anestesia/hipoestesia infraorbita, devitalisasi
gigi, ketidakseimbangan otot ekstraokuler,
diplopia, dan enoftalmus. Kenampakan wajah
juga dapat berubah (memanjang, retrusi).

Anda mungkin juga menyukai