Konjugasi Vaksin Dan Reagen Ppt-1

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

KONJUGASI

VAKSIN DAN REAGEN

DOSEN PENGAMPU:
Dr. MEIRIZA DJOHARI, M. Kes., APT
Kelompok 3
• Ainun nurain nurdin • 1801122
• Elsa etavianti • 1601098
• Elsa natia rindiana • 1601099
• Sri raudoh rezki MR • 1601121
• Intan purmalatiwi • 1601105
• Liza elvira • 1601133
SUB BAHASAN

VAKSIN

REAGEN VAKSIN
KONJUGASI
KONJUGASI KONJUGASI

REAGEN
Imunisasi
Definisi
Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk


menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013


Sejarah imunisasi
Mithridates Eupatoris VI seorang raja di Pontis Yunani
menemukan cara agarseorang ahli kebal terhadap racun. Tindakan
imnunisasi tersebut dinamakan mitridatisasi.

Jenner (1796) memperkenalkan cara-cara melindungi orang


terhadap penyakit cacar yang lebih ilmiah dengan metode yang
disebut vaksinasi.
pengamatan Jenner pada penularan penyakit melepuh pada kaki-
kaki kuda para petani kepada sapi perah yang menimbulkan infeksi
pada puting susunya. Dengan demikian para gadis pemerah
susupun tertular. Anehnya para gadis tersebut tidak pernah
tertular penyakit cacar yang sedang mewabah pada masa itu.
Klasifikasi Imunisasi
pemberian zat sebagai antigen yang
1.1.Imunisasi
Imunisasi diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi
buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
Aktif
Aktif imunologi spesifik yang akan menghasilkan
respon seluler dan humoral serta dihasilkan
cell memory, sehingga apabila benar–benar
terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon.

2.2.Imunisasi
Imunisasi memberikan imunoglobulin (kekebalan yang
sudah jadi) kepada tubuh seseorang sehingga
Pasif
Pasif dapat memberikan perlindungan dengan
segera dan cepat yang seringkali dapat
terhindar dari kematian (Abbas et al, 2001
dan Grabenstein, 2006).
Jenis-jenis imunisasi aktif buatan
• Imunisasi BCG • Imunisasi MMR
• Imunisasi DPT • Imunisasi tifoid
(Difteri, Pertusis, • Imunisasi Hib
Tetanus). • Imunisasi hepatitis A
• Imunisasi polio • Imunisasi cacar air
• Imunisasi campak • Imunisasi influenza
• Imunisasi hepatitis B
Jenis-jenis imunisasi pasif buatan
Imunisasi pasif secara alamiah
dapat terjadi melalui : Imunisasi pasif buatan
• Imunisasi maternal melalui menyuntikan antibodi
plasenta tertentu kedalam tubuh
• Imunisasi maternal melalui seseorang yang memerlukan
colostrum antibodi segera untuk
mengatasi keadaan defisiensi
antibodi didalam tubuhnya.

• Tetanus immune globuin (TIG)


• Varicella zaster immune globulin
(VZIG)
• Rabies immune globulin (RIG)
• Hepatitis Bimmune globulin (HBIG)
• Vaccina immune globulin (VIG)
Prinsip Mekanisme
Vaksinasi
Vaksinasi (immunoprophylaxis) bertujuan untuk
membangkitkan imunitas yang efektif sehingga terbentuk
efektor imunitas dan sel-sel memory.

Vaksinasi ini merupakan imunisasi


Sering dilakukan
aktif, karena tubuh dipicu agar
vaksinasi makin
melangsungkan proses respon banyak jumlah
imun yang menghasilkan sel memory
terbentuknya efektor imunitas. yang terbentuk
PRINSIP
MEKANISME
VAKSINASI

(Sumber: vaccine fact book,2012)


Apabila hewan/manusia dihadapkan pada pengenalan
terhadap imunogen yang sama untuk kedua kalinya
sesudah beberapa minggu, beberapa bulan atau bahkan
beberapa tahun kemudian setelah respon imun primer,
terjadilah respon imun sekunder yang dipercepat dengan
ciri-ciri yaitu lebih cepat munculnya sel-sel
imunokompeten dan produksi antibodinya bagi respon
imun humoral.

Apabila penyuntikan imunogen Apabila pada pemberian


(vaksin) itu terlalu cepat, yaitu pada imunogen tersebut dapat
saat dalam serum masih terdapat membangkitkan respon imun,
antibodi cukup banyak, maka maka proses tersebut
imunogen yang disuntikkan tersebut dinamakan respon imun
akan segera bereaksi dengan sekunder atau respon
antibodi yang spesifik sehingga anamnestik
imunogen yang baru disuntikkan
tidak dapat membangkitkan respon
imun sekunder.
VAKSIN

Vaksin Berasal Dari Bahasa Latin

Vacca (sapi) Vaccinia (cacar sapi)

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk


menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga
dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh
organisme alami atau liar
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang
mampu menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia.
Vaksin dapat dibuat dari bakteri, riketsia atau virus dan dapat
berupa suspense organisme hidup atau inaktif atau
fraksifraksinya atau toksoid
(Farmakope Indonesia edisi IV).

Vaksin mengandung sejumlah kecil agen yg menyerupai


mikroorganisme tertentu.
• Agen akan menstimulir sistem imun tubuh untuk
mengenal agen asing tersebut , membunuhnya , dan
mengingatnya,
• Sehingga bila ada agen yg sama tersebut masuk
kedalam tubuh dengan mudah akan dibunuhnya
Fungsi vaksin
meningkatkan kekebalan
Sebagai terhadap penyakit dan
profilaksis mencegahnya

Sebagai Untuk pengobatan


therapeutik penyakit
Syarat vaksin yang baik
1. Mampu meningkatkan respon 2. Mempunyai daya proteksi yg
imun terhadap penyakit tertentu lama → Idealnya masa
(TB-CMI; bakteriIg) hidupnya lama

4. Stabil → Tdk berubah dlm


3. Aman → Tdk
penyimpanan seblm
menimbulkan penyakit
diberikan

5. Relative murah
Jenis-Jenis Vaksin
Berdasarkan cara pembuatan
Berdasarkan sumber vaksin
dan pengembangannya

Mikroorganisme Organisme yang Vaksin hidup Vaksin Mati (Killed


Mati dilemahkan (live attenuated Vaccine/ Inactiveted
vacine) Vaccine)
Pemurnian Vaksin toksoid Vaksin Konjugat
Antigen
Protektif
Anti-idiotipe
Vaksin
Dalam Vaksin Rekombinan Vaksin DNA
Berdasarkan sumber vaksin

1. Mikroorganisme Mati
 Cara yang paling sederhana untuk merusak kemampuan mikroba
membuat sakit inang, tetapi tetap antigenik, yaitu dengan mencegah
perbanyakannya melalui pembunuhan dengan cara tertentu.
 Contoh untuk vaksin yang mengandung organisme mati: tifoid
(dicampur dengan paratyphoid A dan B), kolera dan virus
poliomyelitis (Salk).

2. Organisme yang dilemahkan

 Tujuan melemahkan organisme yaitu untuk memodifikasi organisme


agar bertingkah laku tetap alami seperti organisme asli tanpa
menyebabkan sakit yang berarti.
c. Pemurnian Antigen Protektif Dalam
Vaksin
 Cara mengidentifikasi antigen protektif akan dipermudah apabila
antigen tersebut membangkitkan respons imun humoral.
 Dengan mencoba sejumlah antibodi yang dihasilkan dapatlah
kemudian ditentukan antibodi yang protektif yang dibutuhkan.
 Antibodi yang protektif tersebut selanjutnya dipakai untuk
memisahkan antigen protektif dari antigen yang lain.

d. Anti-idiotipe
 Idiotipe ini terdapat pada daerah Fab .
 Apabila idiotipe ini membangkitkan respons humoral,
maka antibodi yang terbentuk, anti-idiotipe, akan
mempunyai struktur Fab yang mirip dengan antigen
semula.
Jenis – jenis Vaksin Berdasarkan cara pembuatan dan pengembangannya

1. Vaksin hidup (live attenuated vacine)


Yaitu vaksin yang terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenic
akan tetapi tidak fatogenik sehingga tidak bersifat virulen.
Contohnya yaitu vaksin polio (Sabin), vaksin measles,mumps, dan rubella (MMR)
Oleh karena vaksin yang di berikan sesuai infeksi alamiah (oral), virus dalam
vaksin akan hidup dan berkembang baik diepitel saluran cerna, sehingga akan
memberikan kekebalan local.
Kelebihan dan kekurangan vaksin hidup (live
attenuated vacine)
Kelebihan Kekurangan
1. Dapat mengaktifkan seluruh proses sistem 1. Kemungkinan dapat terjadi mutasi, sehingga
imun untuk memproduksi igG dan igA kembali menjadi virulen
2. Dapat meningkatkan respon imun untuk 2. Penyebaran vaksin virus yang tidak
melindungi tubuh terhadap antigen terstandarisasi dengan baik dan
3. Kekebalan tubuh berlangsung dalam waktu kemungkinan bermutasi
yang lebih lama dan dapat bereaksi silang. 3. Virus yang dilemahkan tidak dapat diberikan
4. Biaya produksi vaksin lebih murah pada penderita imunodefisiensi
5. Lebih cepat dalam menimbulkan respon imun 4. Kadangkala tidak dapat berfungsi optimal
6. Lebih mudah untuk digunakan, misalnya jika digunakan pada daerah tropis
vaksin polio dan vaksin adenovirus yang
digunakan secara oral
7. Lebih mudah untuk didistribusikan
8. Dapat digunakan untuk mengeliminasi
beberapa jenis virus yang berjangkit di
masyarakat
Jenis – jenis Vaksin Berdasarkan cara pembuatan dan pengembangannya

2. Vaksin Mati (Killed Vaccine/ Inactiveted Vaccine)


Vaksin mati ini tidak patogenik dan tidak berkembang biak dalam tubuh.

Oleh karena itu diperlukan pemberian beberapa kali.

Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multiple.


Pada umumnya protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun.
Respon imun protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga
Kelebihan dan kekurangan vaksin Mati (Killed Vaccine/
Inactiveted Vaccine)

Kelebihan Kekurangan
1. Dapat memberikan respon 1. Kadangkala vaksin tidak dapat
imun humoral jika diberikan merangsang kekebalan
vaksinasi ulang(booster) 2. Memerlukan pengulangan
2. Tidak terjadi mutasi atau vaksinasi (booster)
reverse menjadi virulen 3. Kurang baik dalam
kembali meningkatkan respon imun
3. Dapat digunakan untuk lokal (IgA)
penderita imunodefisiensi 4. Biaya produksi vaksin mahal
4. Dapat digunakan dengan baik
pada daerah tropis
3. Toksoid
merupakan toksin yang telah diinaktifkan atau dimatikan untuk mempertahankan
tubuh dari toksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme.
Contohnya: Toksoid tetanus dan difteri yang telah lama digunakan untuk imunisasi
dasar anak dan bayi

4. Vaksin Konjugat
Vaksin ini dibuat untuk meningkatkan efektifitas vaksin yang terbuat dari komponen
polisakarida selubung mikroorganisme.
Biasanya vaksin ini di kombinasi dengan toxoid difteri sehingga menghasilkan vaksin
yang bersifat polivalen,di mana dalam satu kemasan vaksin terdapat dua atau tiga
jenis fragmen antigenik.
Contoh vaksin konjugasi adalah vaksin DPT dan vaksin MMR.
5. Vaksin Rekombinan.
Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitoporganisme yang patogen. Sintesis
dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima
vaksin.

Terdapat 3 jenis Vaksin Vaksin Tiga dari 4 virus


vaksin yang hepatitis tifoid yang berada dalam
dihasilkan B (Ty21a) vaksin rotavirus

6. Vaksin DNA
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode
antigen yang patogen dan saat ini dalam pengembangan penelitian.

Berdasarkan Fungsinya Vaksin terbagi menjadi 8 menurut (Mulyani,


2013) yaitu : Vaksin BCG (bacillus calmette guerine) yaitu untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa. Vaksin DPT (Difteri
Partusis Tetanus) untuk pemberian kekebalan secara stimulan terhadap
difteri, pertusis, dan tetanus.
(sumber : vaccine fact book,2012)
(sumber : vaccine fact book,2012)
Struktur dan Elemen Genetik
Vaksin DNA terdiri dari 2 unit:

unit propagasi plasmid yang berfungsi sebagai


pengendali replikasi dan perbanyakan plasmid DNA
secara in vitro dalam sel bakteri, sesuai dengan
jumlah dan volume yang diinginkan pada saat
diproduksi

fragmen DNA yang mengandung gen vaksin


yang telah dikloning ke dalam plasmid DNA,
dimana gen vaksin ini diharapkan mengekspresi
protein asing di dalam sel hospes (tubuh
manusia)
Konjugasi
Konjugasi (Crosslinking) merupakan suatu proses
kimia untuk menggabungkan dua atau lebih
molekul dengan suatu ikatan kovalen (Hayworth,
2014.).

diaplikasikan untuk membuat suatu sistem


termodifikasi berbasis protein yang berfungsi
untuk deteksi, assay tracking atau mentarget
suatu molekul biologi (Hermanson, 1996).
Untuk beberapa bakteri, transmisi DNA
plasmid dari sel donor ke sel penerima
telah digunakan untuk mentransfer
plasmid yang dimasukkan ke
konstruksi DNA untuk menjadi sel
inang yang tidak segera
ditransformasikan.beberapa plasmid
secara genetik dilengkapi untuk
membentuk persimpangan sel-ke-sel
Kontak yangmelalui
efektifDNA plasmid
antara yang dipindahkan
sel donor
dan penerimadaridisebabkan
satu sel ke oleh
sel lainnya
fungsi
konjugatif: dan transfer DNA secara
mekanis merupakan akibat dari fungsi
pergerakan
Mekanisme vaksin konjugasi
Kopling dari sakarida ke protein mengubah polisakarida menjadi antigen T-
dependent, yang menghasilkan respon kekebalan yang kuat pada bayi dan
orang dewasa.
Vaksin "glikokonjugat" ini menghasilkan bantuan sel T untuk sel B yang
menghasilkan antibodi IgG pada polisakarida terkonjugasi.
Glycoconjugates menginduksi pengalihan IgM-to-IgG PS-spesifik,
pengembangan sel B memori, pematangan afinitas, dan memori sel T lama.
Vaksin glycoconjugate telah memainkan peran besar dalam mencegah
penyakit menular yang disebabkan oleh patogen jahat seperti H. influenzae,
Streptococcus pneumoniae, dan Neisseria meningitidis.
sakarida
Kopling Polisaka
protein rida antigen T-
dependent respon
kekebalan yang
kuat pada bayi
dan orang
Vaksin dewasa
"glikokonjugat”

antibodi IgG
pada sel B sel T
polisakarida
terkonjugasi

Glycoconjugates menginduksi pengalihan IgM-to-IgG PS-spesifik,


pengembangan sel B memori, pematangan afinitas, dan memori sel T lama.
Keuntungan utama dari teknologi
vaksin konjugasi
Kemampuan untuk
Kemampuan menuju
Perbaikan priming: memunculkan ingatan
kematangan afinitas
imunogenik juga di respon imunogenik
Respon-Ab, dengan
Indonesia bayi dan anak (produksi memori lama
konsekuensinya
kecil (Ab-response, B-sel) dan efek penguat
peningkatan ab - ag fit
predomi dari isotipe pada kontak baru dengan
dan memperbaiki fungsi
IgG1). antigen spesifik
opsonising
(vaksinasi ulang).

Membentuk respon imun


Pengurangan gerbong
mukosa (sekretori IgA
mukosa (prasyarat dari
dan IgG aktif
perlindungan kawanan)
mukosalnya).
Reagen
Teknik konjugasi tergantung pada gugus fungsional
reaktif dari reagen crosslinking maupun dari molekul target. Jika
salah satu tidak memiliki gugus reaktif, atau jika keduanya tidak
kompatibel maka reaksi konjugasi tidak akan berhasil
(Hermanson, 1996).

Sehingga jika ingin mendapatkan hasil reaksi yang optimal, perlu


dilakukan pemilihan antara reagen crosslinking dan molekul target
yang tepat.
KONJUGASI REAGEN

Biokonjugasi adalah penghubung dua biomolekul untuk


membentuk yang ketiga, yaitu bioconjugate, yang
mempertahankan sifat masing-masing individu namun
menambah kemampuan yang lebih besar kombinasi.

Konjugasi umumnya terbentuk melalui pengenalan


kelompok fungsional terpisah ke masing-masing dua
biomolekul dan kemudian dicampur bersama untuk
membentuk bioconjugate yang diinginkan.
• Dalam diagnostik, ELISA (enzyme-linked immunosorbent
assays) paling banyak metode berbasis konjugasi yang
digunakan secara luas untuk mendeteksi antigen terkait
penyakit pada keduanya penelitian dan lingkungan klinis.

• Biokonjugat juga digunakan dalam teknik imunohistokimia


klasik yang menggunakan konjugat antibodi neon atau enzim
melokalisasi dan mengenali komponen seluler secara spasial.

Metode in situ sudah banyak digunakan untuk mendeteksi


berbagai komponen seluler yang meliputi:
 Protein sitoplasma dan nuklir
 DNA genomik
 RNA, termasuk MRNA, RRNA, dan MIRNAS
 Komponen struktural seperti organel dan mikrofilamen.
Konjugasi Haptens (Peptida) ke
Protein Pembawa
Molekul dengan massa molar yang rendah,
diantaranya, sebagai contoh peptida sintesis
kimia, dimana dalam beberapa kasus tidak
dapat masuk untuk menginduksi antibody
pada hewan, dengan demikian molekul ini
harus berikatan atau berkonjugasi dengan
molekul pembawa
Beberapa contoh pembawa
makromolekul

 hemolymph dari keyhole limpet Megathura crenulata


(KLH),
 hemolymph dari eatable snail Helix pomatia,
 hemolymph dari horseshoe crab Limulus polyphemus,
 Albumin serum kationisasi,
 telur ayam ovalbumin,
 thyreoglobulin,
 Dekstran.
Reagen kopling yang digunakan untuk hapten-
carier konjugasi adalah sebagai berikut :
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai