SGD 5

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

Formulasi Sediaan Krim

Antoksidan Liposomal Katekin

NAMA :
1. AMRINA ROSADA (33101500354)
2. ANGGA AMIRUL .M. (33101500355)
3. ANGGRAINI TRI .Y. (33101500356)
4. DEVI NURLAELI (33101500363)
5. FARIKHA SITRA .F. (33101500365)
6. IIN DWIANTI (33101500368)
7. NILA KUSUMAWATI (33101500388)
8. NINING NUR .K. (33101500389)
9. SRI INTAN LESTARI (33101500404)
10. ULIN NUHA (33101500409)
Pengertian
 Liposom merupakan salah satu sistem penghantaran obat, dimana karakter
amfiliknya memungkinkan solubilisasi atau enkapsulasi obat, baik yang bersifat
hidrofobik maupun hidrofilik. Beberapa penelitian menganggap bahwa liposom
merupakan sistem penghantaran obat yang baik digunakan dalam sediaan topikal
(Varshneya,2014)

 Keuntungan liposom :
 Liposom memiliki bagian lipofil maupun hidrofil sehingga dapat digunakan
untuk obat yang amfifatik, hidrofob dan hidrofil
 Liposom dapat digunakan sebagai pembawa obat untuk lepas terkendali
 Liposom membantu menurunkan paparan obat yang toksik terhadap jaringan
yang sensitif (Varshneya,2014)
 Krim adalah bentuk sediaan setangah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60%, dimaksudkan untuk pemakaian luar (Chan,et all.2014)

 Katekin merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam seperti pada daun
teh hijau, gambir, biji anggur dan makanan nabati lainnya. Katekin memiliki potensi
sebagai pencegahan dan terapi untuk berbagai kondisi yang disebabkan oleh kerusakan
oksidatif seperti kanker, penyakit kardiovaskuler. (Chan,et all.2014)
Formulasi

1. Formularium Liposom
katekin 10mg
EGC (Egg Fosfatidilkolin) 20mg
kolesterol 40mg
kloroform 10mg
2. Formularium Krim
Alasan Pemilihan Bahan
1. Formularium Liposom
 Ketakin
Katekin merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam seperti pada daun teh hijau, gambir, biji anggur dan makanan
nabati lainnya. katekin dapat berkhasiat sebagai antioksidan bila digunakan secara topikal dan merupakan komponen yang efektif
sebagai antiaging. Salah satunya yang telah dilaporkan oleh University of Europe terhadap kemampuan anti penuaan dari katekin,
dimana katekin dengan konsentrasi 0,001%-10% efektif menghambat aktivitas enzim elastase, dimana enzim elastase dapat merusak
elastin kulit. Jika elastin kulit rusak dapat menyebabkan hilangnya elastisitas kulit dan meningkatkan terbentuknya kerutan. Selain itu,
penelitian yang dilakukan di Universitas Indonesia menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari katekin pada konsentrasi mulai dari
0,1% (Aisyahni, M. (2012)).

 Kolesterol
Penambahan kolesterol sebagian besar telah digunakan untuk meningkatkan karakteristik bilayer liposom kegunaan penambahan
kolesterol pada liposom dapat menurunkan fluiditas dan mikroviskositas, sehingga mencegah kebocoran, mengurangi permeabilitas
membran pada molekul larut air, menjaga stabilitas dalam cairan biologis, seperti plasma.Hal ini menambah daftar keuntunganl iposom
dimana membran lipid terbuat dari lipid fisiologis yang dapat mengurangi bahaya toksisitas akutdan kronis.Selain itu, kolesterol dapat
meningkatkan efisiensi penjerapan obat pada sediaan. Efisiensi penjerapan obat ini merupakan komponen penting dalam formulasi
liposom, karena hal ini berkaitan dengan tingkat bioavailibilitas dan konsentrasi obat yang berguna dalam penentuan dosis pada terapi.
( J.S. Dua, P.A.C.R., Dr. A. K. Bhandari. (2012)).

 Egg Fosfatidilkolin
Fosfatidil kolin kuning telur mengandung rantai yang tidak tersaturasi atau ikatan rangkap dalam jumlah sedang dibandingkan dengan
sumber tumbuh-tumbuhan atau sumber mamalia. Tingkat kejenuhan fosfatidil kolin yang menyusun membran liposom mempengaruhi
kestabilan dan kerentanannya terhadap oksidasi selama penyimpanan. (J.S. Dua, P.A.C.R., Dr. A. K. Bhandari. (2012)).
2. Formulasi Krim

• Propylene glycol
Propylene glycol umumnya digunakan sebagai plasticizer dalam air film lapisan formulasi akan tetapi juga dapat digunakan dalam
kosmetik dan makanan industri sebagai pembawa untuk emulsifier, humektan, pelarut. Dalam formula ini propylene glycol digunakan
sebagai humektan dengan konsentrasi sebesar 15 %. Dalam persiapan topikal, propilen glikol dianggap sebagai minimal iritan,
meskipun lebih iritan dari gliserin. Proylene glycol sendiri inkompaktibilitas atau tidak sesuai terhadap reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganat. Sehingga propylene glycol akan cocok apabila ditambahkan dengan bahan pengawet seperti metyl paraben karena
propylene glycol akan meningkatkan efek dari bahan pengawet metyl paraben ( Raymond C Rowe.2009 )
• Metyl paraben
Metyl paraben merupakan bahan pengawet yang digunakan dalam formulasi kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi. Metyl
paraben juga merupakan pengawet antimikroba yang paling sering digunakan. Biasanya metyl paraben yang digunakan dalam formulasi
topikal pada konsentrasi 0,02 – 0,3 %. Inkompatibilitas dari metyl paraben yaitu tidak kompatibel dengan bahan lain seperti benzoit,
natrium alginat, magnesium trisilkat, sorbitol, dll. Aktivitas dari pengawet metyl paraben ini dapat ditingkatkan dengan penambahan
propilen glikol atau dengan menggunakan paraben dalam kombinasi dengan agen antimikroba lain seperti imidurea ( Raymond C
Rowe.2009 )
 Aquadest
Akuades merupakan air murni yang diperoleh dengan cara destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmotik balik, atau proses lain yang
sesuai dan tidak mengandung bahan tambahan lain. Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa, digunakan sebagai pelarut.
Disimpan pada wadah tertutup baik. (farmakope Indonesia, 1979)

• Asam stearat
Asam stearat berwarna putih atau agak kuning, agak bubuk putih mengkilap, kristal atau putih atau putih kekuningan. Memiliki sedikit bau
(dengan ambang bau 20 ppm), dalam sediaan topikal dapat digunakan sebagai emulsifying agent dan solubilizing agent konsentrasi yang
digunakan yaitu 1-20%. ( Raymond C Rowe.2009 )
 Span 80

 Twenn 80
 Sorbitol
Sorbitol is D-glucitol. It is a hexahydric alcohol related to mannose and is isomeric with mannitol. Sorbitol occurs as an odorless, white or almost colorless,
crystalline, hygroscopic powder. Four crystalline polymorphs and one amorphous form of sorbitol have been identified that have slightly different physical
properties, e.g. melting point. Sorbitol is available in a wide range of grades and polymorphic forms, such as granules, flakes, or pellets that tend to cake
less than the powdered form and have more desirable compression characteristics. Sorbitol has a pleasant, cooling, sweet taste and has approximately 50–
60% of the sweetness of sucrose.

 Sorbic Acid
Functional Category
Antimicrobial preservative. Applications in Pharmaceutical Formulation or Technology Sorbic acid is an antimicrobial preservative(1) with antibacterial
and antifungal properties used in pharmaceuticals, foods, enteral preparations, and cosmetics. Generally, it is used at concentrations of 0.05–0.2% in oral
and topical pharmaceutical formulations, especially those containing nonionic surfactants.

 Triethanolamine
Functional Category, Alkalizing agent; emulsifying agent. Applications in Pharmaceutical Formulation or Technology, Triethanolamine is widely used in
topical pharmaceutical formulations, primarily in the formation of emulsions. When mixed in equimolar proportions with a fatty acid, such as stearic acid or
oleic acid, triethanolamine forms an anionic soap with a pH of about 8, which may be used as an emulsifying agent to produce fine-grained, stable oil-in-
water emulsions. Concentrations that are typically used for emulsification are 2–4% v/v of triethanolamine and 2–5 times that of fatty acids.
 Citric Acid
Functional Category, Acidifying agent; antioxidant; buffering agent; chelating agent; flavor enhancer; preservative.

Description, Citric acid monohydrate occurs as colorless or translucent crystals, or as a white crystalline,
efflorescent powder. It is odorless and has a strong acidic taste. The crystal structure is orthorhombic

• VCO
Fasa dalam yang digunakan adalah VCO, minyak yang diperoleh dari buah kelapa segar dengan proses ekstraksi
fisika tanpa melibatkan proses kimia, VCO banyak digunakan sebagai pembawa dalam sediaan topikal. Hal
tersebut didasarkan pada kemampuan VCO sebagai pelembab dan pelembut kulit yang salah satunya disebabkan
karena kandungan asam lemak yang dimilikinya, kandungan asam lemak dalam VCO yang membuatnya dapat
berfungsi sebagai peningkat penetrasi (Raymond C Rowe.2009)
Cara Pembuatan

1. Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 7,4


50 mL larutan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) 0,2 M dicampur dengan natrium
hidroksida (NaOH) 0,2 M sebanyak 39,1 mL

Kemudian, keduanya dicampurkan dan ditambahkan aquades hingga 200 mL.

Larutan tersebut diukur pH-nya menggunakan pH meter sampai pH 7,4


(Depkes RI, 1979).
2. Pembuatan Liposom dari katekin

Formulasi Liposom Katekin, dengan membuat 3 variasi formula dan dibuat dengan metoda
Hidrasi Lapis Tipis.

Tabel komposisi komponen liposom

Campurkan EGC 20mg dan kolesterol 40mg. Larutkan EGC dan kolesterol ke dalam 10 mL
kloroform

Uapkan pelarut dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 30°C dengan kecepatan
125 rpm.

Setelah terbentuk lapisan tipis pada dinding labu, hidrasi lapisan tersebut dengan 10 mL
larutan dapar fosfat pH 7,4 yang mengandung katekin 10mg.

Lalu nyalakan rotary evaporator tanpa vakum selama 1 jam pada suhu 40°C dengan
kecepatan 125 rpm.

Lakukan metoda sonifikasi selama 15 menit untuk menghomogenkan ukuran liposom.


3. Pembuatan Cream

Fase air yang terdiri dari propilen glikol, tween 80, sorbitol, asam sitrat, trietanolamin, asam
askorbat, metil paraben, propil paraben dan air suling.

Fase minyak yang terdiri dari asam stearat, VCO dan span 80 dipanaskan pada 70 ° C selama
lima menit atau sampai tercampur rata.

Setiap fase dicampur dalam wadah yang berbeda,selanjutnya fase minyak dituang ke dalam
fase air, diaduk dengan homogenizer dengan kecepatan 4000 rpm hingga homogeny, lalu
masukkan liposome katekin dan homogenkan.

Evaluasi formulasi krim termasuk uji organoleptik, adhesi, daya sebar, pH dan iritasi
kekuatan kulit

(Widyaningrum et al., 2015).


4. Evaluasi
* Liposom
 Pemeriksaan Organoleptis
Pengamatan dari bentuk, bau, konsistensi, kekentalan pada krim liposom yang di dapatkan setelah proses pembuatan.
Catat hasil yang didapatkan.

 Pemeriksaan Morfologi bentuk vesikel menggunakan


SEM (Scanning Electron Microscope) Untuk melihat morfologi, karakteristik dan ukuran vesikel liposom menggunakan
SEM (Scanning Electron Microscope). Morfologi liposom menunjukkan bentuk bulat seperti bola.

 Pengukuran Distribusi Partikel


Dilakukan dengan menggunakan alat Particle Size analyzer (PSA) dengan metoda light scattering (pemendaran cahaya)
pada suhu 25°C. Sebelum diukur, sampel di dispersikan terlebih dahulu ke dalam media pendispersi. Media pendispersi
yang digunakan sebagai baseline adalah larutan aquadest, dimasukkan ke dalam fluid tank. Setelah itu, sampel diteteskan
sedikit demi sedikit pada baseline dan akan terukur ukuran partikel dari globul-globul liposom.
 Penentuan efisiensi penjerapan obat (%EP) menggunakan HPLC
Pemurnian liposom dilakukan dengan menggunakan metoda sentrifugasi pada kecepatan 11.000 rpm selama
30 menit sehingga didapatkan presipitat dan supernatan. Supernatan diambil untuk diuji konsentrasi obat
yang terbebas (free drug) dari liposom. Sedangkan presipitat dilarutkan terlebih dahulu ke dalam etil asetat
dan kemudian diambil untuk diuji konsentrasi obat yang terjerap di dalam liposom. Keduanya diuji dengan
menggunakan HPLC. Kemudian di hitung persentase dari efisiensi penjerapan (%) bahan obat.

 Penentuan Aktivitas Antioksidan Supernatan Metode


Peredaman DPPH dari Formulasi Liposom. Larutan uji dibuat dengan cara 0,2 mL dari masing-masing
konsentrasi ditambahkan 3,8 mL DPPH 35 ppm. Campuran dikocok selama 20 detik kemudian larutan uji
dan blanko diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit. Uji antioksidan dilakukan dengan metode
peredaman DPPH dan pengukuran serapan menggunakan spektrofotometer UV Vis. Serapan atau absorbansi
larutan uji diukur pada panjang gelombang maksimum 517 nm. Dari data absorbansi yang didapat kemudian
dihitung persentase inhibisi supernatan terhadap radikal bebas DPPH.
* Krim
 Penampilan Organoleptik
Mengamati penampilan dari warna, pemisahan fasa atau pecahnya emulsi, bau tengik yang sangat kuat, dan bagaimana
rasanya pada kulit. Hasil yang dicatat.

 Pengamatan Homogenitas
Pengamatan homogenitas menunjukkan bahwa semua formula tidak mengandung partikel atau sudah homogen. Ini
seperti yang diharapkan karena terbukti bahwa formula krim tidak menunjukkan fase pemisahan antara fase minyak dan
fase air.

 Pengukuran Kadar pH.


Sediaan krim liposom dilakukan pengukuran kadar pH dengan menggunakan pH meter.

 Pengukuran Viskometer
Sediaan krim liposom diuji tingkat kekentalannya (viskositas) dengan menggunakan alat viskometer. Tingkat viskositas
suatu sediaan berpengaruh dalam kecepatan penetrasi pada kulit. Semakin kental suatu sediaan maka laju penetrasi akan
semakin lambat.
DAFTAR PUSTAKA
 Aisyahni, M. (2012). Formulasi Sediaan Krim Wajah Ekstrak Daun Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) Dengan Basis Virgin
Coconut Oil (VCO). Skripsi.Universitas Islam Bandung. Bandung
 Amrianto,dkk.2017. Formulasi Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) dalam Bentuk Sediaan Transdermal
Liposome Cream. Prosiding Seminar Nasional Biology for Life Gowa, 10 November 2017
 Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
 Chen et al. 2014. Degradation of Green Tea Cathecins in Tea Drinks. Journal of Agriculture and food chemistry
 J.S. Dua, P.A.C.R., Dr. A. K. Bhandari. (2012). Liposome: Methods of preparation and applications IJPSR, 3(2): p. 14-20.
 Rowe RC, Sheskey PJ, Welle PJ, 2007, Handbook of Pharmaceutical Excipient, Pharmaceutical Press and American
Pharmaceutical Association, 18, 150, 301, 346, 459, 624, 807.
 Safitri Fifia,W. dkk.2016. Antioxidant Activities and Antioxidant Cream Formulation of Corn Silk (Zea Mays L) Extract.
Sains Medika, Vol. 7, No. 2, Juli - Desember 2016 : 64-69
 Varshneya A.P.R. 2014. Liposomes As Carries In skin Ageing. Int J Curr Pharm Res, 6 (3); p 1-7
 Verawaty, dkk.2016. Efektivitas Sistem Penghantaran Liposom pada Katekin Sebagai Antioksidan. Jurnal Sains
Farmasi & Klinis , 2(2), 176-182
 Widyaningrum N., Fuholi A., Sudarsono, Setyowati E.P, 2015b, Buffer And Emulsifier Optimization In Cream With its
Antibacterial Activity And Sensitivity, Int.J.Of Pharm. Sci and Research, 6(12), 1000-1006.

Anda mungkin juga menyukai