Etprof

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Prinsip Etika Bisnis,

Stakeholder dan Lingkungan


Bisnis

KELOMPOK 5

Arief Permana Putra 023001704045


Muhammad Rizal Avisena 023001704044
Sabar Hasiholan Manuli 023001804021
Prinsip – Prinsip Umum Etika Bisnis
Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan
untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki
standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang
etika moral sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.
Prinsip – prinsip etika bisnis sebagai berikut:
1. Prinsip Otonomi 2. Prinsip Kejujuran
Prinsip otonomi adalah sikap dan Kejujuran merupakan nilai yang
kemampuan manusia untuk mengambil paling mendasar dalam mendukung
keputusan dan bertindak berdasarkan keberhasilan perusahaan. Kejujuran
kesadarannya tentang apa yang harus diarahkan pada semua pihak,
dianggapnya baik untuk dilakukan. Atau baik internal maupun eksternal
mengandung arti bahwa perusahaan perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini
secara bebas memiliki wewenang sesuai
dengan bidang yang dilakukan dan dapat dipegang teguh oleh
pelaksanaannya dengan visi dan misi perusahaan, maka akan dapat
yang dimilikinya. meningkatkan kepercayaan dari
lingkungan perusahaan tersebut.
Lanjutan ….
3. Prinsip Tidak Berniat Jahat 5. Prinsip Keadilan
Prinsip ini ada hubungan erat dengan Perusahaan harus bersikap adil
prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kepada pihak-pihak yang terkait
kejujuran yang ketat akan mampu dengan sistem bisnis. Contohnya,
meredam niat jahat perusahaan itu. upah yang adil kepada karyawan
sesuai kontribusinya, pelayanan yang
4. Prinsip Hormat pada Diri Sendiri sama kepada konsumen, menuntut
Pinsip hormat pada diri sendiri dalam agar setiap orang diperlakukan secara
etika bisnis merupakan prinsip tindakan sama sesuai dengan aturan yang adil
yang dampaknya berpulang kembali dan sesuai kriteria yang rasional
kepada bisnis itu sendiri. Dalam obyektif, serta dapat dipertanggung
aktivitas bisnis tertentu ke masyarakat jawabkan dan lain-lain.
merupakan cermin diri bisnis yang
bersangkutan.
Etos Bisnis
Etos berasal dari bahasa Yunani yang Etos bisnis adalah suatu kebiasaan
memberikan arti sikap, kepribadian, atau budaya moral yang menyangkut
watak, karakter, serta keyakinan atas kegiatan bisnis yang dianut dalam
sesuatu. Sikap ini tidak sengaja suatu perusahaan dari generasi ke
dimiliki oleh individu, tetapi juga generasi lainnya.
oleh kelompok bahkan masyarakat. Intinya adalah pembudayaan atau
Dalam pengertian arti lain, etos dapat pembiasaan penghayatan terhadap
diartikan sebagai thumuhat yang nilai-nilai, norma atau prinsip moral
berkehendak atau berkemauan yang tertentu yang dianggap sebagai inti
disertai semangat yang tinggi dalam kekuatan dari suatu perusahaan yang
rangka mencapai cita – cita yang sekaligus juga membedakannya dari
positif. perusahaan lainnya.
Relativitas Moral dalam Bisnis
Menurut De George, ada tiga
pandangan umum yang dianut. Pandangan ketiga adalah
Pandangan Pertama adalah norma
etis berbeda antara satu tempat immoralitas naif. Pandangan
dengan tempat lainnya. ini menyebutkan bahwa tidak
Pandangan kedua adalah bahwa nilai ada norma moral yang perlu
dan norma moral sendiri paling benar diikuti sama sekali.
dalam arti tertentu mewakili kubu
moralisme universal, yaitu bahwa
pada dasarnya norma dan nilai moral
berlaku universal, dan karena itu apa
yang dianggap benar di negara
sendiri harus diberlakukan juga di
negara lain (karena anggapan bahwa
di negara lain perinsip itu pun pasti
berlaku dengan sendirinya).
Pendekatan Stakeholder
Pendekatan stakeholder merupakan sebuah pendekatan baru yang
banyak digunakan, khususnya dalam etika bisnis, belakangan ini dengan
mencoba mengintegrasikan kepentingan bisnis disatu pihak dan tuntutan
etika di pihak lain.
Dalam hal ini, pendekatan stakeholder adalah cara mengamati dan
menjelaskan secara analisis bagaimana berbagai unsur dipengaruhi dan
mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis.
Dasar pemikirannya adalah bahwa semua pihak yang punya
kepentingan dalam suatu kegiatan bisnis terlibat didalamnya karena
ingin memperoleh keuntungan, maka hak dan kepentingan mereka
harus diperhatikan dan dijamin.
Pada Umumnya ada dua kelompok stakeholder

1. Stakeholder primer 2. Stakeholder sekunder


Stakeholder primer adalah pihak Stakeholder sekunder didefinisikan
dimana tanpa partisipasinya yang sebagai pihak yang mempengaruhi
berkelanjutan organisasi tidak dapat atau dipengaruhi oleh perusahaan,
bertahan. tapi mereka tidak terlibat dalam
transaksi dengan perusahaan dan
tidak begitu penting untuk
kelangsungan hidup perusahaan.

Contohnya Pemilik modal atau Contohnya Pemerintah setempat,


saham, kreditor, karyawan, pemasok, pemerintah asing, kelompok sosial,
konsumen, penyalur dan pesaing atau media massa, kelompok pendukung,
rekanan. masyarakat.
Etika dan Stakeholder
Peran pemilik dan manajer amat Dengan status disandangnya,
menentukan awal dari keberadaan perusahaan membentuk perilaku
suatu perusahaan dimana pemilik terhadap berbagai stakeholder-nya
memberi kemungkinan melalui didalam sistem atau struktur ekonomi
penyediaan fasilitas sedangkan tempatnya beroperasi. Perilaku itu
manajer mendapatkan mandat dari didasari suatu asumsi motivasional
pemilik untuk mewujudkaannya bahwa perusahaan merefleksikan
melalui aktivitas rill, maka keduanya sifat hakiki manusia ekonomi yang
merupakan persyaratan internal suatu rasional, yaitu berbuat sedemikian
bisnis ynag sering di golongkan rupa untuk mendapatkan nilai
sebagai pihak yang berkepentingan sebesar-besarnya pada pengeluaran
internal (internal stakeholder). nilai yang paling sedikit.
Hubungan antara Perusahaan dan
Pemangku Kepentingan
Sifat dari hubungan perusahaan dengan stakeholders mengalami
perubahan dinamis seiring berjalannya waktu. Beberapa pakar
mengamati terjadinya pergeseran bentuk dari yang semula tidak aktif
(inactive), menjadi reaktif (reactive), kemudian berubah lagi menjadi
proaktif (proactive) dan akhirnya menjadi interaktif (interactive).
ETHICAL GOVERNANCE
GOVERNANCE & ACCOUNTABILITY Governance merupakan Struktur, sistem, dan
proses yg digunakan institusi utk menciptakan
Tuntutan dan harapan publik terhadap bisnis nilai tambah dgn memperhatikan kepentingan
stakeholders dan norma yang berlaku
dan profesi makin tinggi:
• STRUKTUR = mengatur hubungan antara
1. Perusahaan dituntut mengelola bisnis Komisaris, Direktur, dan stakeholder lain
secara etis
2. Perusahaan dituntut makin accountable • SISTEM = mengatur kewenangan
pengendalian perusahaan untuk membatasi
countability merupakan dua hal yang tidak peluang pengelolaan yang salah dan
terpisahkan dalam mengelola entitas atau penyalahgunaan aktiva perusahaan
kegiatan. Issue yang muncul:
1. Bagaimana mengelola (to govern) • PROSES = Mengatur keterbukaan penentuan
tujuan, pencapaian dan pengukuran kinerja
aktivitas/entitas?
2. Akuntabilitas untuk siapa?
GOVERNANCE
Good Governance didasarkan pada:
1. Komitment
2. Aturan main
3. Praktik bisnis yang sehat & etis

Prinsip Good Governance:


1. Transparency
2. Accountability
3. Responsibility
4. Fairness
ACCOUNTABILITY
Accountability = Accountability = Hubungan sosial
menerima tanggung (Boven 2003):
jawab, tanpa ada pihak 1. Kesediaan untuk memberikan
lain yang merasa informasi yang diperlukan
dirugikan sehingga pihak 2. Penjelasan dan justifikasi atas
terseb mengambil perilaku
tindakan untuk 3. Penjelasan diberikan kepada forum
menunjukkan keluhan khusus forum
mereka (Branscomb 1995) 4. Pelaku merasa berkewajiban untuk
tampil kedepan
ACCOUNTABLE TO SHAREHOLDERS OR
STAKEHOLDERS?
Accountability berkaitan dengan “Fiduciary Duty”:
1. Duties of Obedience
Patuh pada aturan/norma yang berlaku

2. Duties of Loyalty
Tidak mengutamakan kepentingan pribadi

3. Duty of Due Care


1. Diligent
2. Prudent

Perusahaan harus accountable pada Stakeholders!


Corporate Stakeholder Accountability
Shareholders
Activists Karyawan

Government Customers

CORPORATION
Creditors Suppliers

Lenders Others (media


etc)
ACCOUNTABILITY
ALLIGNING VALUE FOR ACCOUNTABILITY PROCESS:
ETHICAL MOTIVATION, ACTION ORGANIZATIONAL VALUES
Manusia merupakan penyebab
terjadinya suatu kejadian
Konsekuensi etis:
• Setiap motivasi bertindak harus
dikaitkan dgn kepentingan/harapan
stakeholders
• Nilai-nilai perusahaan harus
dikaitkan dengan
harapan/kepentingan stakeholders
CODE OF CONDUCT AND ETHICAL
CULTURE
Nilai nilai etika yang diyakini harus diwujudkan dalam bentuk code of conduct

Agar code of conduct efektif, maka diperlukan reinforcement melalui pengembangan


“comprehensive ethical culture”

ANCAMAN DAN MASALAH DALAM ETHICAL GOVERNANCE


Salah memahami tujuan dan “fiduciary duty”
1. Ketidakjujuran etis
2. Conflict of interest
3. Kepemimpinan yang tidak baik
Kegagalan dalam identifikasi dan management “ethical risks”. Risiko
etis = tidak dipenuhinya harapan stakeholders
ETHICS RISK MANAGEMENT
Ethical risks dapat dicegah melalui manajemen risiko
Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko:
1. Definisi risiko harus dikaitkan dgn “stakeholder-oriented
accountability and governance”
2. Ethical Risks muncul ketika harapan stakeholder tidak
dipenuhi
3. Pencarian dan pendekatan merupakan hal yang penting
untuk memperoleh dukungan dari stakeholders
4. Kaitkan dgn akuntabilitas, kembangkan proses tahunan
dan lakukan review terhadap Dewan Komisaris dan
Dewan Direksi
CONFLICT OF INTEREST
1. Benturan kepentingan (conflict of interest) merupakan ancaman dalam
penegakan etika
2. Benturan kepentingan terjadi ketika “independent judgment” diabaikan oleh
individu pada waktu keputusan tertentu dibuat shg merugikan publik
3. Benturan kepentingan dapat merusak “fiduciary duties”

SUMBER KONFLIK
1. Diabaikannya “independent judgment” Contohnya, berbagai kepentingan, koneksi,
loyalitas semu, pengaruh
2. Kepentingan Pribadi (Self-Interests) Contohnya, suap, hadiah, hubungan
keluarga/family
3. Kecurangan (Fraud) Contohnya, manipulasi angka, memalsukan dokumen, mencuri
4. Kesalahpahaman (Misunderstanding) Contohnya, insentif atau perintah yang
membingungkan, Bos/semua orang melakukannya, perbedaan kultur
5. Slippery Slope Contohnya, kebiasan kecil/ringan yang menjadi makin menjadi
MANAGEMENT KONFLIK
Meningkatkan kesadaran melalui:
1. Code of Conduct
2. Training yang terus menerus

Ciptakan program yang meningkatkan pemahaman tentang:


1. Kepedulian karyawan pada conflict of interest
2. Isu Utama:
1) Hindari secepatnya
2) Slippery Slope
3) Teknik Manajemen:
1. Tanda tangan kontrak, review tahunan dan kepatuhan
2. Pedoman yang jelas tentang imbalan dan perilaku
3. Konseling, Pelaporan, dan reinforcment
BUDAYA ETIS
Contoh Budaya Etis
Pelaku bisnis dan Profesi harus 1. Ethical Leadership
sadar bahwa:
2. Reward system dikaitkan dengan nilai etika
1. Organisasi tidak dapat
dipisahkan dari stakeholders 3. Perlakuan yang adil terhadap karyawan
2. Keputusan harus dibuat 4. Diskusi etika secara terbuka dalam organisasi
berdasarkan nilai-nilai etika 5. Stuktur Otoritas yang bertumpu pada
akuntabilitas & responsibilitas untuk evaluasi
perilaku karyawan & evaluasi atasan ketika
Konsekeunsinya, Organisasi
sesuatu kelihatan tidak benar
harus menciptakan lingkungan
6. Prosedur dan kebijakan resmi (code of ethics)
atau budaya yang dilandasi
nilai-nilai etis. 7. Pejabat pendukung (ethics officer)
8. Struktur pendukung (telephone hotline, training,
dll)
PROGRAM PENGEMBANGAN ETIKA
Tergantung Pada Orientasi Yang Dipilih:

ORIENTASI FOKUS UTAMA


Kepatuhan Mencegah, mendeteksi, dan menghukum
pelanggaran aturan
Integritas atau Nilai Menentukan nilai-nilai organisasi dan mendorong
komitmen karyawan
Kepuasan Stakeholder
Memperbaiki image dan hubungan dgn external
stakeholders
Melindungi Manager dari kesalahan Memperbaiki image dan hubungan dgn external
stakeholders
CORPORATE CODE OF CONDUCT
TUJUAN:
1. Memperbaiki kemampuan karyawan dalam pengambilan keputusan sesuai dengan aturan
yang berlaku
2. Memberikan ekpresi nyata tentang misi perusahaan dan pandangan perusahaan terhadap
tugas dan tanggung jawabnya terhapat stakeholders

JENIS CODE:
1. Credo (Pernyataan Singkat terhadap nilai-nilai utama)
2. Code of Ethics (Berkaitan dengan prinsip etika)
3. Code of Conduct (Berkaitan dengan prinsip perilaku dan tambahan prinsip tertentu)
4. Code of Practice (Aturan praktik yang rinci)

Anda mungkin juga menyukai