Dokumen tersebut membahas penggolongan hukum dan mazhab ilmu hukum. Secara garis besar dibahas tentang klasifikasi berlakunya hukum berdasarkan sumber, kepentingan yang diatur, hubungan antar aturan, dan sudut kerjanya. Juga dibahas mengenai aliran-aliran hukum seperti hukum alam, positivisme, dan utilitarianisme.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
44 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas penggolongan hukum dan mazhab ilmu hukum. Secara garis besar dibahas tentang klasifikasi berlakunya hukum berdasarkan sumber, kepentingan yang diatur, hubungan antar aturan, dan sudut kerjanya. Juga dibahas mengenai aliran-aliran hukum seperti hukum alam, positivisme, dan utilitarianisme.
Dokumen tersebut membahas penggolongan hukum dan mazhab ilmu hukum. Secara garis besar dibahas tentang klasifikasi berlakunya hukum berdasarkan sumber, kepentingan yang diatur, hubungan antar aturan, dan sudut kerjanya. Juga dibahas mengenai aliran-aliran hukum seperti hukum alam, positivisme, dan utilitarianisme.
Dokumen tersebut membahas penggolongan hukum dan mazhab ilmu hukum. Secara garis besar dibahas tentang klasifikasi berlakunya hukum berdasarkan sumber, kepentingan yang diatur, hubungan antar aturan, dan sudut kerjanya. Juga dibahas mengenai aliran-aliran hukum seperti hukum alam, positivisme, dan utilitarianisme.
• Menurut Achmad Sanusi, klasifikasi berlakunya adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan sumber-sumber berlaku serta bentuk-bentuk dari sumber itu a. Hukum tertulis: meliputi hukum undang-undang, hukum perjanjian antar negara dan sebagian kecil hukum adat. dalam hukum undang-undang dibedakan lagi antara hukum yang dikodifikasi dan hukum yang tidak dikodifikasi b. Hukum tidak tertulis: meliputi hukum kebiasaan, sebagian besar hukum adat, hukum ilmu dan hukum revolusi. 2. Berdasarkan kepentingan-kepentingan yang diatur atau dilindunginya a. Kepentingan perseorangan b. Kepentingan masyarakat c. Kepentingan negara Hukum yang mengatur kepentingan perseorangan dan kepentingan negara dalam kedudukannya yaitu hukum privat. Sedangkan, hukum yang mengatur kepentingan masyarakat disebut sebagai hukum publik. a) Hukum privat: meliputi hukum perdata, hukum dagang dan hukum privat internasional b) Hukum publik: meliputi hukum negara, hukum tata usaha negara, hukum antar negara, hukum pidana, hukum acara perdata, dan hukum acara pidana. 3. Berdasarkan hubungan aturan-aturan hukum itu satu sama lain. Cabang-cabang dari hukum ini ialah: 1) Hukum antar waktu: suatu hubungan hukum antar waktu itu ada apabila lebih dari satu aturan hukum yang selama jangka waktu tertentu secara berurutan menguasai suatu acara tertentu. Hukum antar waktu disebut dengan istilah lain hukum intertemporal atau hukum transitoir atau hukum peralihan. 2) Hukum antar tempat: Hubungan antar tempat itu ada apabila dalam suatu negara mengenai suatu hal pada waktu yang sama terdapat lebih dari satu aturan yang berlaku pada masing-masing daerahnya, akan tetapi terdapat hal-hal yang mempertemukan aturan-aturan hukum tersebut. Hukum antar daerah atau hukum interlokal juga disebut dengan hukum interteritorial. 3) Hukum antar golongan: Hubungan antar golongan itu ada apabila dalam suatu negara dan satu waktu yang sama terdapat lebih dari satu golongan masyarakat yang masing-masing mengenai acara yang sama mempunyai aturan hukumnya masing-masing, tetapi ada unsur yang mempertemukan aturan itu satu sama lain. 4) Hukum antar golongan disebut juga dengan istilah hukum intergentiel. Hukum antar agama: Hukum antar agama itu ada bila perbedaan aturan-aturan itu karena perbedaan agama yang dipeluk golongan-golongan hukum yang bersangkutan. 5) Hukum privat internasional: Hubungan privat internasional itu ada bila aturan-aturan hukum yang berbeda itu dikarenakan perbedaan negara dan karena itu pula perbedaan hukum yang berlaku bagi masing-masing warganegara yang bersangkutan. 4. Berdasarkan pertaliannya dengan hubungan-hubungan hukum, terdiri dari: a. Hukum formal: Ketentuan-ketentuan tentang cara terjadinya suatu hubungan hukum, berlangsungnya dan berakhirnya hubungan hukum tersebut. b. Hukum materiil: Ketentuan-ketentuan yang mengatur wujud dari hubungan-hubungan hukum itu sendiri. Dalam setiap hubungan hukum, para subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban, mungkin secara sepihak mungkin secara timbal balik. Dalam hubungan hukum antara subjek dengan objek hukum terdapat suatu kewenangan subjek hukum terhadap objeknya, baik hak kebendaan, hak sewa, atau hak memegang saja. Hubungan-hubungan hukum inilah yang dimaksud dengan hukum materiil. 5. Berdasarkan menurut kerja dan pelaksanaan sanksi a. Hukum kaidah: Hukum kaidah adalah ketentuan-ketentuan hukum, baik publik maupun privat, dimana dinyatakan ada perintah, atau larangan tentang sesuatu. Jadi apabila ada persetujuan, timbul hak kewajiban. Jadi, diketahui hal-hal yang diharuskan, diperbolehkan atau dilarang dan dijanjikan untuk diperbuat oleh seseorang. b. Hukum sanksi: Hukum sanksi adalah ketentuan-ketentuan hukum yang menetapkan apakah hukuman yang akan dikenakan kepada seseorang yang melanggar kaidah-kaidah undang-undang atau kaidah-kaidah hukum lainnya. 6. Berdasarkan sudut kerjanya, hukum terdapat hukum yang memaksa dan hukum yang mengatur. a. Hukum yang mengatur b. Hukum yang memaksa • Perbedaan antara hukum yang mengatur (fakultatif) dan hukum yang memaksa (imperatif) menurut para ahli adalah sebagai berikut: 1) Utrecht mengemukakan bahwa pembedaan antara hukum yang mengatur (fakultatif) dan hukum yang memaksa (imperatif) didasarkan pada kekuatan sanksinya. 2) A.M. Bos mengemukakan bahwa pembedaan antara hukum yang mengatur (fakultatif) dan hukum yang memaksa (imperatif) didasarkan pada segi ketaatan. Hukum yang memaksa harus ditaati secara mutlak, sedangkan hukum yang mengatur dapat dikesampingkan. 3) Scholten berpendapat bahwa pembedaan antara hukum yang mengatur (fakultatif) dan hukum yang memaksa (imperatif) didasarkan pada sifatnya. Hukum imperatif bersifat memaksa sedangkan hukum fakultatif bersifat mengatur. Pembedaan ini tidak hanya berlaku bagi para pencari keadilan, tetapi juga bagi para hakim. 4) Van Apeldoorn mengemukakan bahwa sebagai dasar, kekuatan mengikat dari kaidah-kaidah hukum yang bersangkutan. 5) Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka berpendapat bahwa sebagai kaidah hukum imperatif, yaitu kaidah-kaidah hukum yang secara a priori harus ditaati. Sedangkan, kaidah hukum fakultatif, yaitu kaidah-kaidah hukum yang tidak secara a priori mengikat atau wajib untuk dipatuhi. ALIRAN-ALIRAN HUKUM Aliran Hukum Alam • Aliran ini berpendapat bahwa hukum berlaku universal (umum). Menurut Friedman, aliran ini timbul karena kegagalan manusia dalam mencari keadilan yang absolut, sehingga hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku secara universal dan abadi. • Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi bahwa melalui penalaran, hakikat mahkluk hidup akan dapat diketahui dan pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi tertib sosial serta tertib hukum eksistensi manusia. • Aliran Hukum Alam berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi 2 (dua): 1. Irasional, hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung. Pendukung aliran ini antara lain: Thomas Aquinas (Aquino), John Salisbury, Daante, Piere Dubois, Marsilius Padua, dan John Wyclife. 2. Rasional, sumber hukum yang universal dan abadi adalah rasio manusia. Tokoh-tokohnya, antara lain: Hugo de Groot (Grotius), Christian Thomasius, Immanuel Kant, dan Samuel Pufendorf. Tokoh Hukum Alam di antaranya Thomas Aquinas (1225-1274 M). Pokok pikirannya: • Terdapat kebenaran akal disamping kebenaran wahyu dan terdapat pengetahuan yang tidak diketahui akal, untuk itulah diperlukan Iman. • Terdapat dua pengetahuan : a. Pengetahuan Alamiah b. Pengetahuan Iman • Pembedaan ini digunakan untuk menjelaskan antara Filsafat dan teologi. • Hukum alam bagian dari hukum Tuhan yang diungkapkan dalam pikiran alam untuk membedakan yang baik dan yang buruk. Menurut Aquinas ada empat macam hukum: 1. Lex Aeterna: Hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia. 2. Lex Divina: Hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia. 3. Lex Naturalis: Hukum alam, yaitu penjelmaan lex Eaterna ke dalam rasio manusia. 4. Lex Positivis: Penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di Dunia. Hugo de Groot alias Grotius (1583-1645), Bapak Hukum Internasional karena dialah yang mempopulerkan konsep hukum dalam hubungan antar negara, seperti hukum perang dan hukum damai, hukum laut. Pokok pikirannya: • Sumber Hukum adalah Rasio Manusia. • Hukum alam adalah hukum yang muncul sesuai kodrat manusia. • Hukum alam tidak mungkin dapat dirubah, bahkan oleh Tuhan Sekalipun. • Hukum alam ini diperoleh oleh manusia melalui akalnya, tetapi Tuhanlah yang memberikan kekuatan mengikat. Aliran Hukum Positivisme dan Utilitarinisme • Lili Rasjidi, dalam bukunya, mengemukakan bahwa ajaran yang tidak mengakui adanya hukum di luar hukum positif disebut positivisme hukum. Penganutnya adalah positivis hukum. Inti ajaran itu adalah setiap hukum adalah positif, dibuat oleh manusia sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dalam masyarakat. Selanjutnya, aliran positivis menyatakan bahwa kaidah hukum itu hanya bersumber dari kekuasaan negara yang tertinggi, dan sumber itu hanyalah hukum positif yang terpisah dari kaidah sosial, bebas dari pengaruh politik, ekonomi, sosial dan budaya. • Para penganut positivisme hukum moderat semuanya mengakui suatu undang-undang moral yang lebih tinggi yang ditetapkan Tuhan. Aliran ini dipelopori oleh John Austin, disebut sebagai bapak ilmu hukum Inggris, dan Hans Kelsen. • John Austin sebagai salah seorang penganut positivisme menilai bahwa sumber hukum yang lain adalah sumber hukum yang lebih rendah. Bahkan, sumber yang lain itu bukan sumber hukum. Hukum identik dengan kekuasaan negara dan hukum hanya hukum tertulis atau hukum positif saja, dapat menimbulkan kesimpangsiuran dalam memandang keberadaan living law dalam masyarakat yang ternyata sangat diakui. John Austin tidak memperhatikan hukum tidak tertulis dalam masyarakat, tetapi memperhatikan sekali hukum tertulis sebagai hukum yang berasal dari kekuasaan, dalam kenyataannya justru selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat, akibat sifatnya yang kaku. Hukum positif selalu tertatih-tatih mengejar suatu peristiwa dalam masyarakat yang seharusnya diatur. • Hans Kelsen terkenal dengan teorinya, yaitu Hukum Murni. Hans Kelsen mengatakan bahwa hukum adalah ilmu normatif yang murni dan tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu politik, sosiologi, sejarah dan etika. Selain itu, aliran ini juga dipelopori oleh Jeremy Bentham, yang dianggap oleh sebagian pakar lebih pantas disebut bapak ilmu hukum Inggris. • Jeremy Bentham dengan gigih memperjuangkan agar hukum dikodifikasikan, tetapi untuk merombak hukum Inggris yang umumnya tidak tertulis, dianggapnya sesuatu yang dapat menimbulkan kekacauan. Berkat pandangan Bentham tersebut, pakar menggolongkan Bentham ke dalam aliran Utilitarinisme bersama John Stuart Mill dan Rudolf von Jhering. Prinsip-prinsip umum dan kemasyarakatan melalui pendekatan utilitarian lebih banyak diterapkan Bentham ke dalam bidang hukum. Pemikiran dari Bentham, lebih banyak dituangkan pada bidang kejahatan dan pemidanaan dengan asumsi, bahwa manusia akan banyak berbuat demikian untuk memperoleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya, serta menekan penderitaan serendah-rendahnya. Standar penilaian etis yang digunakan oleh Bentham adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan. Bentham berpandangan bahwa pemidanaan harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan dan kerasnya pidana, tidak boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya penyerangan- penyerangan tertentu. Artinya, pemidanaan hanya boleh diberikan apabila memberikan harapan untuk mencegah kejahatan yang lebih besar. Aliran Hukum Historis/Sejarah • Mazhab sejarah merupakan reaksi terhadap a. Rasionalisme abat ke-18 – Universalisme. b. Revolusi Perancis – misi kosmopolitan. c. Larangan hakim menafsirkan hukum karena UU dianggap sempurna. • Timbul sejalan dengan gerakan Nasionalisme di Eropa. Jika ahli hukum sebelumnya memfokuskan pada individu, Mazhab sejarah pada jiwa bangsa (volksgeist). • Friederich Karl von Savigny (1770-1861), Pokok Pikirannya: a. Menganalogikan timbulnya hukum dengan bahasa b. Menolak cara berfikir penganut Aliran Hukum Alam c. Hukum timbul dari jiwa bangsa (volksgeist) d. Hukum tidak dibuat tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. • Puchta (1798-1846), Pokok Pikirannya: a. Hukum dapat berupa Adat istiadat, UU, Ilmu Hukum dari ahli hukum. b. Bangsa dalam arti etnis dan nasional. c. Keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa bangsa harus disahkan melalui kehendak umum masyarakat oleh negara. Aliran Hukum Sosiologis • Istilah lain : Metode fungsional dan Functional Anthropological. • Lahir dari dialektika antara Positivisme Hukum dan Mazhab Sejarah. • Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. • Memisahkan The Positive Law dan The Living Law. • Fokus pada problem kesenjangan antara Law in Book dan Law in Action. • Tokoh Sociological Jurisprudence adalah Eugen Ehrlich (1862-1922), sebagai pelopor aliran Sosiological jurisprudence khususnya di Eropa. Pokok Pikirannya: 1. Melihat ada perbedaan antara The Positive Law dan The Living Law. 2. The Positive Law akan efektif jika selaras dengan The Living Law. 3. Sumber dan bentuk hukum yang sempurna adalah kebiasaan. 4. Ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan terhadap hukum, bukan oleh negara. • Roscoe Pound (1870-1964), Pokok Pikirannya: 1. Law as a tool of social engineering 2. Beberapa kepentingan yang harus dilindungi hukum : Public interest, Social interest, dan Private interest SEKIAN DAN TERIMA KASIH