Materi Sesi 5 Pih - Pthi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

PENGGOLONGAN HUKUM DAN MAZHAB

ILMU PENGETAHUAN HUKUM


Inisiasi Tuton Ke-5
PIH/PTHI
Program Studi Hukum
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penulis: Dr. Uu Nurul Huda, S.H., M.H.


E-mail : [email protected]
Penelaah : Megafury Apriandhini, S.H., M.H.
E-mail :[email protected]
KLASIFIKASI BERLAKUNYA HUKUM

• Menurut Achmad Sanusi, klasifikasi berlakunya adalah sebagai berikut:


1. Berdasarkan sumber-sumber berlaku serta bentuk-bentuk dari sumber itu
a. Hukum tertulis: meliputi hukum undang-undang, hukum perjanjian antar negara dan sebagian
kecil hukum adat. dalam hukum undang-undang dibedakan lagi antara hukum yang dikodifikasi
dan hukum yang tidak dikodifikasi
b. Hukum tidak tertulis: meliputi hukum kebiasaan, sebagian besar hukum adat, hukum ilmu dan
hukum revolusi.
2. Berdasarkan kepentingan-kepentingan yang diatur atau dilindunginya
a. Kepentingan perseorangan
b. Kepentingan masyarakat
c. Kepentingan negara
Hukum yang mengatur kepentingan perseorangan dan kepentingan negara dalam kedudukannya
yaitu hukum privat. Sedangkan, hukum yang mengatur kepentingan masyarakat disebut sebagai
hukum publik.
a) Hukum privat: meliputi hukum perdata, hukum dagang dan hukum privat internasional
b) Hukum publik: meliputi hukum negara, hukum tata usaha negara, hukum antar negara, hukum
pidana, hukum acara perdata, dan hukum acara pidana.
3. Berdasarkan hubungan aturan-aturan hukum itu satu sama lain. Cabang-cabang dari hukum ini ialah:
1) Hukum antar waktu: suatu hubungan hukum antar waktu itu ada apabila lebih dari satu aturan
hukum yang selama jangka waktu tertentu secara berurutan menguasai suatu acara tertentu.
Hukum antar waktu disebut dengan istilah lain hukum intertemporal atau hukum transitoir atau
hukum peralihan.
2) Hukum antar tempat: Hubungan antar tempat itu ada apabila dalam suatu negara mengenai suatu
hal pada waktu yang sama terdapat lebih dari satu aturan yang berlaku pada masing-masing
daerahnya, akan tetapi terdapat hal-hal yang mempertemukan aturan-aturan hukum tersebut.
Hukum antar daerah atau hukum interlokal juga disebut dengan hukum interteritorial.
3) Hukum antar golongan: Hubungan antar golongan itu ada apabila dalam suatu negara dan satu
waktu yang sama terdapat lebih dari satu golongan masyarakat yang masing-masing mengenai
acara yang sama mempunyai aturan hukumnya masing-masing, tetapi ada unsur yang
mempertemukan aturan itu satu sama lain.
4) Hukum antar golongan disebut juga dengan istilah hukum intergentiel. Hukum antar agama: Hukum
antar agama itu ada bila perbedaan aturan-aturan itu karena perbedaan agama yang dipeluk
golongan-golongan hukum yang bersangkutan.
5) Hukum privat internasional: Hubungan privat internasional itu ada bila aturan-aturan hukum yang
berbeda itu dikarenakan perbedaan negara dan karena itu pula perbedaan hukum yang berlaku
bagi masing-masing warganegara yang bersangkutan.
4. Berdasarkan pertaliannya dengan hubungan-hubungan hukum, terdiri dari:
a. Hukum formal: Ketentuan-ketentuan tentang cara terjadinya suatu hubungan hukum, berlangsungnya dan
berakhirnya hubungan hukum tersebut.
b. Hukum materiil: Ketentuan-ketentuan yang mengatur wujud dari hubungan-hubungan hukum itu sendiri.
Dalam setiap hubungan hukum, para subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban, mungkin secara sepihak
mungkin secara timbal balik. Dalam hubungan hukum antara subjek dengan objek hukum terdapat suatu
kewenangan subjek hukum terhadap objeknya, baik hak kebendaan, hak sewa, atau hak memegang saja.
Hubungan-hubungan hukum inilah yang dimaksud dengan hukum materiil.
5. Berdasarkan menurut kerja dan pelaksanaan sanksi
a. Hukum kaidah: Hukum kaidah adalah ketentuan-ketentuan hukum, baik publik maupun privat, dimana
dinyatakan ada perintah, atau larangan tentang sesuatu. Jadi apabila ada persetujuan, timbul hak kewajiban.
Jadi, diketahui hal-hal yang diharuskan, diperbolehkan atau dilarang dan dijanjikan untuk diperbuat oleh
seseorang.
b. Hukum sanksi: Hukum sanksi adalah ketentuan-ketentuan hukum yang menetapkan apakah hukuman yang
akan dikenakan kepada seseorang yang melanggar kaidah-kaidah undang-undang atau kaidah-kaidah hukum
lainnya.
6. Berdasarkan sudut kerjanya, hukum terdapat hukum yang memaksa dan hukum yang mengatur.
a. Hukum yang mengatur
b. Hukum yang memaksa
• Perbedaan antara hukum yang mengatur (fakultatif) dan hukum yang memaksa (imperatif) menurut
para ahli adalah sebagai berikut:
1) Utrecht mengemukakan bahwa pembedaan antara hukum yang mengatur (fakultatif) dan hukum
yang memaksa (imperatif) didasarkan pada kekuatan sanksinya.
2) A.M. Bos mengemukakan bahwa pembedaan antara hukum yang mengatur (fakultatif) dan hukum
yang memaksa (imperatif) didasarkan pada segi ketaatan. Hukum yang memaksa harus ditaati
secara mutlak, sedangkan hukum yang mengatur dapat dikesampingkan.
3) Scholten berpendapat bahwa pembedaan antara hukum yang mengatur (fakultatif) dan hukum
yang memaksa (imperatif) didasarkan pada sifatnya. Hukum imperatif bersifat memaksa
sedangkan hukum fakultatif bersifat mengatur. Pembedaan ini tidak hanya berlaku bagi para
pencari keadilan, tetapi juga bagi para hakim.
4) Van Apeldoorn mengemukakan bahwa sebagai dasar, kekuatan mengikat dari kaidah-kaidah
hukum yang bersangkutan.
5) Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka berpendapat bahwa sebagai kaidah hukum
imperatif, yaitu kaidah-kaidah hukum yang secara a priori harus ditaati. Sedangkan, kaidah hukum
fakultatif, yaitu kaidah-kaidah hukum yang tidak secara a priori mengikat atau wajib untuk dipatuhi.
ALIRAN-ALIRAN HUKUM
Aliran Hukum Alam
• Aliran ini berpendapat bahwa hukum berlaku universal (umum). Menurut Friedman, aliran ini timbul karena
kegagalan manusia dalam mencari keadilan yang absolut, sehingga hukum alam dipandang sebagai hukum yang
berlaku secara universal dan abadi.
• Gagasan mengenai hukum alam didasarkan pada asumsi bahwa melalui penalaran, hakikat mahkluk hidup akan
dapat diketahui dan pengetahuan tersebut menjadi dasar bagi tertib sosial serta tertib hukum eksistensi manusia.
• Aliran Hukum Alam berdasarkan sumbernya dapat dibagi menjadi 2 (dua):
1. Irasional, hukum yang berlaku universal dan abadi itu bersumber dari Tuhan secara langsung. Pendukung aliran
ini antara lain: Thomas Aquinas (Aquino), John Salisbury, Daante, Piere Dubois, Marsilius Padua, dan John
Wyclife.
2. Rasional, sumber hukum yang universal dan abadi adalah rasio manusia. Tokoh-tokohnya, antara lain: Hugo de
Groot (Grotius), Christian Thomasius, Immanuel Kant, dan Samuel Pufendorf.
Tokoh Hukum Alam di antaranya Thomas Aquinas (1225-1274 M). Pokok pikirannya:
• Terdapat kebenaran akal disamping kebenaran wahyu dan terdapat pengetahuan yang tidak diketahui akal, untuk
itulah diperlukan Iman.
• Terdapat dua pengetahuan :
a. Pengetahuan Alamiah
b. Pengetahuan Iman
• Pembedaan ini digunakan untuk menjelaskan antara Filsafat dan teologi.
• Hukum alam bagian dari hukum Tuhan yang diungkapkan dalam pikiran alam untuk membedakan yang baik dan
yang buruk.
Menurut Aquinas ada empat macam hukum:
1. Lex Aeterna: Hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera
manusia.
2. Lex Divina: Hukum rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh pancaindera
manusia.
3. Lex Naturalis: Hukum alam, yaitu penjelmaan lex Eaterna ke dalam rasio
manusia.
4. Lex Positivis: Penerapan lex naturalis dalam kehidupan manusia di Dunia.
Hugo de Groot alias Grotius (1583-1645), Bapak Hukum Internasional karena
dialah yang mempopulerkan konsep hukum dalam hubungan antar negara, seperti
hukum perang dan hukum damai, hukum laut. Pokok pikirannya:
• Sumber Hukum adalah Rasio Manusia.
• Hukum alam adalah hukum yang muncul sesuai kodrat manusia.
• Hukum alam tidak mungkin dapat dirubah, bahkan oleh Tuhan Sekalipun.
• Hukum alam ini diperoleh oleh manusia melalui akalnya, tetapi Tuhanlah yang
memberikan kekuatan mengikat.
Aliran Hukum Positivisme dan Utilitarinisme
• Lili Rasjidi, dalam bukunya, mengemukakan bahwa ajaran yang tidak mengakui adanya hukum di luar
hukum positif disebut positivisme hukum. Penganutnya adalah positivis hukum. Inti ajaran itu adalah
setiap hukum adalah positif, dibuat oleh manusia sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di dalam
masyarakat. Selanjutnya, aliran positivis menyatakan bahwa kaidah hukum itu hanya bersumber dari
kekuasaan negara yang tertinggi, dan sumber itu hanyalah hukum positif yang terpisah dari kaidah
sosial, bebas dari pengaruh politik, ekonomi, sosial dan budaya.
• Para penganut positivisme hukum moderat semuanya mengakui suatu undang-undang moral yang
lebih tinggi yang ditetapkan Tuhan. Aliran ini dipelopori oleh John Austin, disebut sebagai bapak ilmu
hukum Inggris, dan Hans Kelsen.
• John Austin sebagai salah seorang penganut positivisme menilai bahwa sumber hukum yang lain
adalah sumber hukum yang lebih rendah. Bahkan, sumber yang lain itu bukan sumber hukum. Hukum
identik dengan kekuasaan negara dan hukum hanya hukum tertulis atau hukum positif saja, dapat
menimbulkan kesimpangsiuran dalam memandang keberadaan living law dalam masyarakat yang
ternyata sangat diakui. John Austin tidak memperhatikan hukum tidak tertulis dalam masyarakat,
tetapi memperhatikan sekali hukum tertulis sebagai hukum yang berasal dari kekuasaan, dalam
kenyataannya justru selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat, akibat sifatnya yang kaku.
Hukum positif selalu tertatih-tatih mengejar suatu peristiwa dalam masyarakat yang seharusnya diatur.
• Hans Kelsen terkenal dengan teorinya, yaitu Hukum Murni. Hans Kelsen mengatakan
bahwa hukum adalah ilmu normatif yang murni dan tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu
politik, sosiologi, sejarah dan etika. Selain itu, aliran ini juga dipelopori oleh Jeremy
Bentham, yang dianggap oleh sebagian pakar lebih pantas disebut bapak ilmu hukum
Inggris.
• Jeremy Bentham dengan gigih memperjuangkan agar hukum dikodifikasikan, tetapi untuk
merombak hukum Inggris yang umumnya tidak tertulis, dianggapnya sesuatu yang dapat
menimbulkan kekacauan. Berkat pandangan Bentham tersebut, pakar menggolongkan
Bentham ke dalam aliran Utilitarinisme bersama John Stuart Mill dan Rudolf von Jhering.
Prinsip-prinsip umum dan kemasyarakatan melalui pendekatan utilitarian lebih banyak
diterapkan Bentham ke dalam bidang hukum. Pemikiran dari Bentham, lebih banyak
dituangkan pada bidang kejahatan dan pemidanaan dengan asumsi, bahwa manusia akan
banyak berbuat demikian untuk memperoleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya, serta
menekan penderitaan serendah-rendahnya. Standar penilaian etis yang digunakan oleh
Bentham adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan. Bentham berpandangan
bahwa pemidanaan harus bersifat spesifik untuk tiap kejahatan dan kerasnya pidana, tidak
boleh melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah terjadinya penyerangan-
penyerangan tertentu. Artinya, pemidanaan hanya boleh diberikan apabila memberikan
harapan untuk mencegah kejahatan yang lebih besar.
Aliran Hukum Historis/Sejarah
• Mazhab sejarah merupakan reaksi terhadap
a. Rasionalisme abat ke-18 – Universalisme.
b. Revolusi Perancis – misi kosmopolitan.
c. Larangan hakim menafsirkan hukum karena UU dianggap sempurna.
• Timbul sejalan dengan gerakan Nasionalisme di Eropa. Jika ahli hukum sebelumnya
memfokuskan pada individu, Mazhab sejarah pada jiwa bangsa (volksgeist).
• Friederich Karl von Savigny (1770-1861), Pokok Pikirannya:
a. Menganalogikan timbulnya hukum dengan bahasa
b. Menolak cara berfikir penganut Aliran Hukum Alam
c. Hukum timbul dari jiwa bangsa (volksgeist)
d. Hukum tidak dibuat tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.
• Puchta (1798-1846), Pokok Pikirannya:
a. Hukum dapat berupa Adat istiadat, UU, Ilmu Hukum dari ahli hukum.
b. Bangsa dalam arti etnis dan nasional.
c. Keyakinan hukum yang hidup dalam jiwa bangsa harus disahkan melalui kehendak umum
masyarakat oleh negara.
Aliran Hukum Sosiologis
• Istilah lain : Metode fungsional dan Functional Anthropological.
• Lahir dari dialektika antara Positivisme Hukum dan Mazhab Sejarah.
• Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
• Memisahkan The Positive Law dan The Living Law.
• Fokus pada problem kesenjangan antara Law in Book dan Law in Action.
• Tokoh Sociological Jurisprudence adalah Eugen Ehrlich (1862-1922), sebagai pelopor aliran
Sosiological jurisprudence khususnya di Eropa. Pokok Pikirannya:
1. Melihat ada perbedaan antara The Positive Law dan The Living Law.
2. The Positive Law akan efektif jika selaras dengan The Living Law.
3. Sumber dan bentuk hukum yang sempurna adalah kebiasaan.
4. Ketertiban dalam masyarakat didasarkan pada pengakuan terhadap hukum, bukan oleh
negara.
• Roscoe Pound (1870-1964), Pokok Pikirannya:
1. Law as a tool of social engineering
2. Beberapa kepentingan yang harus dilindungi hukum : Public interest, Social interest, dan
Private interest
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai