Farfis

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS

TURUNAN SULFONAMIDA

Nama : Evi Ekayanti Ginting


Nim : 157014027

PROGRAM MAGISTER FARMASI USU


2016
Copyright 2008 PresentationFx.com | Redistribution Prohibited | Image © 2008 [email protected] | This text section may be deleted for presentation .
Hubungan Struktur Aktivitas Turunan
Sulfonamida Sebagai Antimikroba
 Sulfonamida digunakan secara luas untuk pengobatan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positip dan
Gram negatif tertentu, beberapa jamur dan protozoa
seperti Bacillus anthracis, Escherichia coli, Haemophylus
influenza, Pseudomonas pseudomallei, Streptococcus
pneumoniae dan vibrio cholerae.

Copyright 2008 PresentationFx.com | Redistribution Prohibited | Image © 2008 [email protected] | This text section may be deleted for presentation .
Struktur Umum Sulfonamida
 Jika penggantian gugus/struktur pada
posisi R dilakukan maka akan
mempengaruhi aktivitas dari sulfonamida
yang meliputi nilai pKa, waktu paro
plasma (jam) dan beberapa sifat
farmakokinetik.
Hubungan Struktur sulfonamida dan Aktifitas
 1. Gugus amino primer aromatik sangat penting untuk
aktifitas,karena banyak modifikasi pada gugus tersebut ternyata
menghilangkan aktivitas antibakteri. Contoh : metabolit N4 –
asetilasi tidak aktif sebagai antibakteri. Oleh karena itu gugus
amino harus tidak tersubstitusi (R’ = H) atau mengandung
substituen yang mudah dihilangkan pada in vivo.

 2. Bentuk yang aktif sebagai antibakteri adalah bentuk garam


N1-terionisasi ( N1-monosubstitusi), sedang N1-disubstitusi
tidak aktif sebagai antibakteri.
 3. Penggantian cincin benzen dengan sistem cincin
yang lain dan pemasukan substituen lain pada cincin
benzen akan menurunkan atau menghilangkan
aktivitas.

 4. Penggantian gugus SO2NH2 dengan SO2-C6H4-


(p)NH2 senyawa tetap aktif sebagai anti bakteri.
Pengantian dengan CONH-C6H4-(p)NH2 atau CO-
C6H4-(p)NH2 akan menurunkan aktifitas.
 5. Dari studi hubungan nilai pKa turunan sulfonamida
dengan aktifitas antibakterinya secara invitro, Bell dan
Roblin mendapatkan bahwa aktivitas antibakteri yang
cukup tinggi ditunjukan oleh turunan sulfonamida yang
mempunyai nilai pKa antara 6,0-7,4 dan terlihat bahwa
aktivitas maksimal dicapai oleh senyawa yang mempunyai
nilai pKa mendekati pH fisiologis.
pH = pKa + log [HA]/[A-]
Struktur Turunan Sulfonamida

Berbagai variasi pada radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan pada
gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia, dan daya
antibakteri sulfonamida.Kebanyakan sulfonamida tidak larut dalam air.
1. Sulfanilamid
 Gugus fungsi amino dari asam sulfanilat pertama-tama
diasetilasi sehingga dihasilkan asam P-Asetamido-Benzen-
Sulfonat. Selanjutnya diklorinasi dengan asam klorosulfonat dan
dihasilkan para-asetamido-benzen-sulfonil klorida. Selanjutnya
diaminasi menggunakan ammonia sehingga dihasilkan analog
sulfonamide. Analog ini selanjutnya dihidrolisis sehingga
dihasilkan sulfanilamide.
Aktivitas Sulfanilamid

 Absorbsi dalam saluran cerna cepat dan sempurna.


 Kadar darah maksimal dicapai 1-2 jam setelah
pemberian oral.
 Aktivitas antibakterinya rendah dibanding turunan
sulfonamida lain.
 Sering digunakan secara topikal karena obat dan
bentuk asetilnya menimbulkan kristal pada ginjal.
2. Sulfamerazin

Sulfamerazin terbentuk jika gugus R pada sulfanomida diganti dengan


2-amino-4-metil pirimidin.
Aktivitas Sulfamerazin

 Absorbsi dalam saluran cerna lebih cepat dan


ekskresinya lebih lambat dibandingkan sulfadiazin.

 Aktivitas bakterinya 6 kali lebih besar dibandingkan


dengan sulfanilamid
3. Sulfametizol

Sulfametazin terbentuk jika gugus R pada sulfanomida diganti dengan


gugus 2-amino-5-metil-1,3,4-tiadiazol.
Aktivitas Sulfametizol

 Absorpsi dalam saluran cerna cepat.


 60-80 % terikat oleh protein plasma.
 30-40 % dalam darah terdapat dalam bentuk
terasetilasinya.
 Waktu paro obat tergantung pada kecepatan asetilasi, pada
asetilator cepat 1,5-4 jam sedang asetilator lambat 5,5-8,8
jam, pada orang normal ± 7 jam
4. Sulfisoksazol

Sulfisoksazol terbentuk jika gugus R pada sulfanomida diganti dengan


gugus dengan 5-amino-3,4-dimetil isooksazol.
Aktivitas Sulfisoksazol

 Absorpsi dalam saluran cerna cepat.


 70-80 % terikat oleh protein plasma.
 Bentuk terasetilasinya mempunyai kelarutan cukup besar
sehingga sedikit menimbulkan kristalisasi pada ginjal.
 Waktu paro obat ± 6 jam
5. Sulfidiazin

Pembentukan sulfadiazin jika gugus R diganti dengn 2-aminopirimidin


Aktivitas Sulfadiazin

 Absorpsi dalam saluran cerna lambat tetapi sempurna.


 35-40 % terikat oleh protein plasma.
 Waktu paro obat ± 17 jam.
 Aktivitas antibakterinya 8 kali lebih besar dibandingkan
sulfanilamid.
6. Sulfalen

Sulfalen terbentuk bila pergantian gugus R dengan gugus 2-amino-3-


metoksi-pirazin.
Aktivitas Sulfalen

 35-40 % terikat oleh protein plasma.


 Waktu paro plasma ± 65 jam.
 Mempunyai masa kerja yang panjang.
7. Sulfaguanidin

Sulfaguanidin terbentuk dari pergantian gugus R dengan gugus


guanidine
Aktivitas Sulfaguanidin

 Waktu paro plasma ± 5 jam.


 Senyawa ini digunakan secara luas untuk terapi infeksi
intestinal lokal, khususnya bacillary, dysentery .
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai