Ppt-Etbis 1

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

MANUSIA DAN ALAM SEMESTA


KELOMPOK 13
BELLA FEBRIYANTI (1611031082)
RONA NABILA GUSRIMA (1611031098)
ANDWI NATASA (1611031106)
PASCHAL MOCHAMMAD (1651031012)
HAKIKAT KEBENARAN
✘ Menurut E.F.Schumacher ada 4 kebenaran besar, yaitu :
-Kebenaran (hakikat) tentang eksistensi (dunia/alam semesta)
-Kebenaran tentang alat (tools) yang dipakai untuk memahami
dunia
-Kebenaran tentang cara belajar tentang dunia
-Yang dimaksud dengan hidup di dunia

✘ Ada berbagai tingkat eksistensi alam dan tingkat eksistensi


kesadaran. Oleh karena itu, untuk menemukan hakikat
kebenaran tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan
pendekatan ilmiah/rasional.
HAKIKAT EKSISTENSI ( DUNIA / ALAM SEMESTA )
✘ Hakikat keberadaan alam semesta tidak hanya terbatas pada
sesuatu yang bersifat fisik. Dengan adanya kemajuan ilmu
fisika para ilmuwan mulai tertarik untuk mengkaji hal – hal
spiritual secara lebih rasional, maka mulai diyakini bahwa hal
– hal yang tidak tampak oleh pancaindra juga merupakan
bagian tak terpisahkan dari hakikat keberdaaan. Disamping
itu, makin dapat dibuktikan bahwa terdapat tingkatan –
tingkatan keberadaan alam semesta dari yang kasat mata
sampai yang tidak kasat mata dan sangat halus, seperti :
pikiran, perasaan, dan kesadaran murni ( bisa juga disebut
potensi tak terbatas, kesadaran murni, roh, spirit, Tuhan, atau
sebutan lainnya).
HAKIKAT MANUSIA

Manusia adalah bagian darik eberdaan alam


semesta. Segala sesuatu yang ada di alam
semesta (makrokosmos) juga ada di alam
manusia (mikrokosmos). Oleh karena itu, alam
semesta dan alam manusia sebenarnya sama –
sama mempunyai tiga lapisan keberdaa, yaitu :
fisik (body), energi pikiran (mind), dan kesadaran
murni (roh,soul,spirit).
HAKIKAT OTAK (BRAIN) KECERDASAN (INTELEGENCY)
Spiritualitas berhubungan dengan upaya pencarian makna kehidupan melalui hubungan
langsung antara diri dengan Tuhan (kekuatan tak terbatas, potensi murni). Hal tersebut
dapat disimpulkan sbb:
✘ Pada awalnya para ilmuan hanya mengenal kecerdasan intelektual (IQ) dengan
kecerdasan ini, manusia dianggap mampu mengatasi berbagai persoalan hidup.
Namun belakangan baru disadari bahwa sebenarnya manusia mempunyai banyak
kecerdasan (multipel intelejense).
✘ Meskipun manusia mempunyai banyak kecerdasan, pada hakikatnya semua
kecerdasan itu dapat dikelompokan dalam tiga jenis yaitu kecerdasan intelektual
(IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ).
✘ Ketiga jenis kecerdasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan,
dengan SQ sebagai pondasinya.
✘ Etika adalah cabang ilmu yang membahas tentang prilaku manusia, mengenai apa
yang baik dan apa yang tidak baik dalam konteks hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia lain, dan manusia dengan alam.
HAKIKAT PIKIRAN (MIND) DAN KESADARAN (CONSCIOUSNESS)
Menurut Khrisna kesadaran manusia terbagi menjadi lima tingkat / lapisan yaitu :
✘ Lapisan kesadaran fisik, yang ditentukan oleh makanan.
✘ Lapisan kesadaran psikis, yang didasarkan atas energi dari udara yang
disalurkan melalui pernapasan.
✘ Lapisan kesadaran pikiran, yang merupakan kesadaran pikiran rasional dan
emosional. Bila pikiran kacau atau dalam keadaan marah, maka napas akan
lebih cepat. Dan sebalikanya jika pikiran tenang maka napas kita juga tenang ,
karena seluruh kepribadian kita ditentukan oleh pikiran .
✘ Lapisan intelegensia (bukan Intelek ), menyangkut kesadaran hati nurani atau
budi pekerti. Lapisan ini yang menyebabkan manusia menjadi bijak.
✘ Lapisan kesadaran murni (kesadaran transendental), merupakan hasil akhir
pemekaran kepribadian manusia, yang merupakan tingkat kesadaran tertinggi
yang dapat dicapai oleh manusia.
TUJUAN DAN MAKNA KEHIDUPAN

Kehidupan era dewasa ini dipenuhi oleh filsafat


materialisme, makin banyak orang yang merasa
tidak bahagia. Kebahagian seolah – olah menjadi
barang langka yang sulit dijangkau. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan pemahaman tentang
cara untuk mencapai kebahagian itu sendiri.
Perbedaan pemahaman tentang hidup ini sangat
berpengaruh pada evolusi kesadaran seseorang.
ALAM SEMESTA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM
Inti dari pemahaman konsep sistem adalah bahwa setiap
elemen saling bekerja sama, saling mendukung, saling
memerlukan, dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lain dalam rangka mencapai tujuan keseluruhan sistem.
Oleh karena itu, adanya gangguan pada satu elemen
sekecil apapun gangguan tersebut akan
mempengaruhipola interaksi denga elemen lainnya. Dan
pada akhirnya, hal tersebut akan berpengaruh pada
pencapaian tujuan secara keseluuruhan sebagai satu
kesatuan.
SPIRITUALITAS DAN ETIKA
Banyak pakar etika yang masih membedakan antara etika dengan
spiritualitas, padahal keduanya mempunyai hubungan yang sangat
erat dan tidak dapat dipilah – pilah. Setiap manusia harus
menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini hendaknya
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran
Tuhan. Bila kesadaran spiritual telah tercapai, maka kesadaran etis
dengan sendirinya tercapai. Namun dalam perjalanan mendaki
puncak spiritual ini, syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah orang
yang besangkutan harus menjalankan perilaku hidup yang etis dan
hidup sesuai dengan norma – norma moral yang telah diajarkan oleh
semua agama. Pada tahap awal, perilaku etis akan mempengaruhi
kesadaran spiritual seseorang. Namun pada langkah – langkah
selanjutnya, kesadaran spiritual akan menentukan tingkat kesadaran
etis seseorang.
KASUS PELANGGARAN ETIKA
BISNIS PADA PT METRO
BATAVIA (BATAVIA AIR)
Pada tanggal 31 Januari 2013, pukul 12:00 waktu setempat, Batavia Air berhenti
beroperasi setelah Jakarta Regional Central Court diberikan banding
kebangkrutan oleh ILFC, lessor pesawat internasional, mengatakan bahwa
maskapai berutang US $ 4,68 juta di utang, utang yang Batavia Air gagal
membayar setelah serangkaian kesulitan keuangan.
✘ Humas Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Bagus Irawan, menyatakan
berdasarkan putusan Nomor 77 mengenai pailit, dinyatakan pailit. “Batavia
mengaku tidak bisa membayar utang,” ujarnya, seusai sidang di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, Rabu, 30 Januari 2013. Ia menjelaskan, Batavia Air
mengatakan tidak bisa membayar utang karena “force majeur”. Batavia Air
menyewa pesawat Airbus dari International Lease Finance Corporation (ILFC)
untuk angkutan haji. Namun, Batavia Air kemudian tidak memenuhi
persyaratan untuk mengikuti tender yang dilakukan pemerintah.

11
Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13
Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC
mengajukan somasi atau peringatan. Batavia Air mengatakan tidak bisa membayar
utang karena “force majeur”, yaitu kalah tender pelayananan transportasi ibadah
Haji dan Umroh. Hal ini menjadi penyebab tersendatnya pembayaran. Karena
pesawat yang disewa tersebut diperuntukan melayani penumpang yang hendak
melakukan ibadah haji ke Mekkah dan Madinah. Sehingga, sumber pembayaran
pesawat berasal dari pelayanan penumpang ibadah haji dan umroh. Namun karena
maskapai itu tetap tidak bisa membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan
pailit kepada Batavia Air di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah
disewa pun menganggur dan tidak dapat dioperasikan untuk menutup utang.

12
Dari bukti-bukti yang diajukan ILFC sebagai pemohon, ditemukan bukti adanya
utang oleh Batavia Air. Sehingga sesuai aturan normatif, pengadilan menjatuhkan
putusan pailit. Ada beberapa pertimbangan pengadilan. Pertimbangan-
pertimbangan itu adalah adanya bukti utang, tidak adanya pembayaran utang,
serta adanya kreditur lain. Dari semua unsur tersebut, maka ketentuan pada pasal
2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan terpenuhi. Jika menggunakan dalil “force
majeur” untuk tidak membayar utang, Batavia Air harus bisa menyebutkan adanya
syarat-syarat kondisi itu dalam perjanjian. Namun Batavia Air tidak dapat
membuktikannya. Batavia Air pun diberi kesempatan untuk kasasi selama 8 hari.
“Kalau tidak mengajukan, maka pailit tetap,”. Batavia Air pasrah dengan kondisi ini.
Artinya, kata dia, Batavia Air sudah menghitung secara finansial jumlah modal dan
utang yg dimiliki. Ia pun menuturkan, dengan dipailitkan, maka direksi Batavia Air
tidak bisa berkecimpung lagi di dunia penerbangan.

13
✘ Jenis Pelanggaran :
Analisis :
Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012. Karena Batavia
Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC mengajukan somasi atau peringatan. Namun karena maskapai
itu tetap tidak bisa membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak dapat dioperasikan
untuk menutup utang.

✘ Bagaimana :
Batavia Air mengatakan tidak bisa membayar utang karena “force majeur”. Batavia Air menyewa pesawat
Airbus dari International Lease Finance Corporation (ILFC) untuk angkutan haji. Namun, Batavia Air kemudian
tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti tender yang dilakukan pemerintah.

✘ Dampak/ Akibat :
Batavia Air sudah menghitung secara finansial jumlah modal dan utang yang dimiliki. Ia pun menuturkan,
dengan dipailitkan, maka direksi Batavia Air tidak bisa berkecimpung lagi di dunia penerbangan, dan calon
penumpang (Pembeli tiket) Batavia Air menjadi terlantar pada hari hari berikutnya.

14
Undang undang yang dilanggar :
Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan
✘ Pasal 4, hak konsumen adalah :
✘ Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”
✘ Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”
Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
✘ Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan”

15
Pasal 8
✘ Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak
memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan”
✘ Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memper
✘ dagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran”
16
Pasal 19
✘ Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan”
✘ Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa
yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”
✘ Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi”

17
KESIMPULAN
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak
Batavia tidak mematuhi aturan dalam kerjasamanya
dengan ILFC sehingga menyebabkan dampak kepada
semua pelanggan yang menggunakan jasa Batavia,
untuk itu juga batavia telah mencoreng citranya sendiri
dikarenakan tidak memperdulikan seberapa besar
akibat yang akan diterima nya jika Perusahaan Batavia
melanggar aturan kerjasama dalam etika bisnisnya.

18
TERIMA KASIH
19

Anda mungkin juga menyukai