Ppt-Etbis 1
Ppt-Etbis 1
Ppt-Etbis 1
11
Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13
Desember 2012. Karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC
mengajukan somasi atau peringatan. Batavia Air mengatakan tidak bisa membayar
utang karena “force majeur”, yaitu kalah tender pelayananan transportasi ibadah
Haji dan Umroh. Hal ini menjadi penyebab tersendatnya pembayaran. Karena
pesawat yang disewa tersebut diperuntukan melayani penumpang yang hendak
melakukan ibadah haji ke Mekkah dan Madinah. Sehingga, sumber pembayaran
pesawat berasal dari pelayanan penumpang ibadah haji dan umroh. Namun karena
maskapai itu tetap tidak bisa membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan
pailit kepada Batavia Air di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah
disewa pun menganggur dan tidak dapat dioperasikan untuk menutup utang.
12
Dari bukti-bukti yang diajukan ILFC sebagai pemohon, ditemukan bukti adanya
utang oleh Batavia Air. Sehingga sesuai aturan normatif, pengadilan menjatuhkan
putusan pailit. Ada beberapa pertimbangan pengadilan. Pertimbangan-
pertimbangan itu adalah adanya bukti utang, tidak adanya pembayaran utang,
serta adanya kreditur lain. Dari semua unsur tersebut, maka ketentuan pada pasal
2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan terpenuhi. Jika menggunakan dalil “force
majeur” untuk tidak membayar utang, Batavia Air harus bisa menyebutkan adanya
syarat-syarat kondisi itu dalam perjanjian. Namun Batavia Air tidak dapat
membuktikannya. Batavia Air pun diberi kesempatan untuk kasasi selama 8 hari.
“Kalau tidak mengajukan, maka pailit tetap,”. Batavia Air pasrah dengan kondisi ini.
Artinya, kata dia, Batavia Air sudah menghitung secara finansial jumlah modal dan
utang yg dimiliki. Ia pun menuturkan, dengan dipailitkan, maka direksi Batavia Air
tidak bisa berkecimpung lagi di dunia penerbangan.
13
✘ Jenis Pelanggaran :
Analisis :
Gugatan yang diajukan ILFC bernilai US$ 4,68 juta, yang jatuh tempo pada 13 Desember 2012. Karena Batavia
Air tidak melakukan pembayaran, maka ILFC mengajukan somasi atau peringatan. Namun karena maskapai
itu tetap tidak bisa membayar utangnya, maka ILFC mengajukan gugatan pailit kepada Batavia Air di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pesawat yang sudah disewa pun menganggur dan tidak dapat dioperasikan
untuk menutup utang.
✘ Bagaimana :
Batavia Air mengatakan tidak bisa membayar utang karena “force majeur”. Batavia Air menyewa pesawat
Airbus dari International Lease Finance Corporation (ILFC) untuk angkutan haji. Namun, Batavia Air kemudian
tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti tender yang dilakukan pemerintah.
✘ Dampak/ Akibat :
Batavia Air sudah menghitung secara finansial jumlah modal dan utang yang dimiliki. Ia pun menuturkan,
dengan dipailitkan, maka direksi Batavia Air tidak bisa berkecimpung lagi di dunia penerbangan, dan calon
penumpang (Pembeli tiket) Batavia Air menjadi terlantar pada hari hari berikutnya.
14
Undang undang yang dilanggar :
Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan
✘ Pasal 4, hak konsumen adalah :
✘ Ayat 1 : “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”
✘ Ayat 3 : “hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”
Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
✘ Ayat 2 : “memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan”
15
Pasal 8
✘ Ayat 1 : “Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak
memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan”
✘ Ayat 4 : “Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran
pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memper
✘ dagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran”
16
Pasal 19
✘ Ayat 1 : “Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau
diperdagangkan”
✘ Ayat 2 : “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa
yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan
dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”
✘ Ayat 3 : “Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7
(tujuh) hari setelah tanggal transaksi”
17
KESIMPULAN
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pihak
Batavia tidak mematuhi aturan dalam kerjasamanya
dengan ILFC sehingga menyebabkan dampak kepada
semua pelanggan yang menggunakan jasa Batavia,
untuk itu juga batavia telah mencoreng citranya sendiri
dikarenakan tidak memperdulikan seberapa besar
akibat yang akan diterima nya jika Perusahaan Batavia
melanggar aturan kerjasama dalam etika bisnisnya.
18
TERIMA KASIH
19