Anfar Logam Berat

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

DOSEN PENGAMPU:

ARMON FERNANDO, M.Si.,


Apt

KHEFFI HUSNA NAMIRA


1801099
S1.4C

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2020
A. Analisa Cemaran Bahan Baku
Obat
1. UJI BATAS LOGAM BERAT
Pengujian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa cemaran logam yang dengan
ion sulfida menghasilkan warna pada kondisi penetapan, tidak melebihi batas logam
berat yang tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan dalam % (bobot)
timbal dalam zat uji, ditetapkan dengan membandingkan secara visual seperti
tertera pada pembandingan visual dalam Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya
dengan pembanding Larutan baku timbal.
[Catatan Senyawa-senyawa yang mernberikan respons pada uji ini adalah timbal,
raksa, bismut, arsen, antimon, timah, kadmium, perak, tembaga, dan molibdenum.]

3
Metode I
Tetapkan jumlah logam berat menggunakan Metode I, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi. Metode I


digunakan untuk zat yang pada kondisi penetapan memberikan
larutan jemih dan tidak berwama pada kondisi uji.

Metode III
Metode III digunakan untuk zat yang pada kondisi Metode I tidak
menghasilkan larutan jemih dan berwarna, atau senyawa yang karena sifatnya
menganggu pengendapan logam oieh ion sulfida atau minyak lemak dan
minyak menguap.

Metode V
Metode V suatu metode digesti basah, hanya digunakan bila Metode I dan
Metode III tidak dapat digunakan.

4
Pereaksi khusus
Larutan persediaan timbal(II) nitrat Larutkan 159,8 mg timbal(II)
nitrat P dalam 100 ml air yang telah ditambah 1 ml asam nitrat P,
kemudian encerkan dengan air hingga 1000,0 ml. Buat dan simpan
larutan ini dalam wadah kaca yang bebas dari garam-garam timbal
yang larut.

Larutan baku timbal Buat larutan segar dengan mengencerkan


10,0 ml Larutan persediaan timbal(II) nitrat dengan air hingga
100,0 ml. Tiap ml Larutan baku timbal setara dengan 10 ug
timbal. Larutan pembanding yang dibuat dari 100 ul Larutan
baku timbal dalam 1 gram zat uji setara dengan 1 bagian timbal
per sejuta.

5
Metode I
Dapar asetat pH 3,5 Larutkan 25,0 g amonium
asetat P dalam 25 ml air dan tambahkan 38,0 ml
asam klorida 6 N. Jika perlu atur pH hingga 3,5
dengan penambahan amonium hidroksida 6 N atau
asam klorida 6 N, encerkan dengan air hingga 100
ml, campur.
Larutan baku Pipet 2 ml Larutan baku timbal (20 ug Pb) ke
dalam tabung pembanding warna 50 ml, dan encerkan dengan
air hingga 25 ml. Atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan
penambahan asam asetat I N atau amonium hidroksida 6 N,
encerkan dengan air hingga 40 ml, campur.

Larutan uji Ke dalam tabung pembanding warna 50 ml


masukkan 25 ml Larutan uji seperti tertera pada masing-masing
monografi atau menggunakan sejumlah volume asam jika
dinyatakan dalam masing-masing monografi, larutkan dan
encerkan dengan air hingga 25 ml, Gunakan sejumlah zat uji
dalam g, yang dihitung dengan rumus
Metode I
L adalah batas Logam berat dalam persen. Atur pH antara 3,0
dan 4,0 dengan penambahan asam asetat 1 N atau amonium
hidroksida 6 N, encerkan dengan air hingga 40 ml, campur.

Larutan pembanding Masukkan 25 ml larutan yang dibuat sama seperti


Larutan uji ke dalam tabung pembanding warna 50 ml, dan tambahkan
2,0 ml Larutan baku timbal. Atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan
penambahan asam asetat I N atau amonium hidroksida 6 N, encerkan
dengan air hingga 40 ml, campur.
Prosedur Ke dalam tiap tabung dari 3 tabung yang masing-masing berisi Larutan baku, Larutan uji dan Larutan
pembanding tambahkan 2 ml dapar asetat pH 3,5 kemudian tambahkan 1,2 ml tioasetamida LP, encerkan dengan air
hingga 50 ml, campur, diamkan selama 2 menit. Amati permukaan dari atas pada dasar putih: Warna yang terjadi pada
Larutan uji tidak lebih gelap dari warna yang terjadi pada Larutan baku dan wama yang terjadi pada Larutan
pembanding sama atau lebih gelap dari warna yang terjadi pada Larutan baku

[Catatan Bila warna pada larutan pembanding lebih muda dari warna larutan baku gunakan Metode III sebagai
pengganti Metode I untuk zal uji.]
Metode II
Larutan uji 12 ml larutan zat uji seperti tertera pada masing-
masing monografi.
Larutan baku Campur 10 ml Larutan baku timbal 1 bpj atau 2
bpj sesuai yang ditetapkan dengan 2 ml Larutan uji.

Larutan blangko Campur 10 ml air dengan 2 ml Larutan uji.

Prosedur Ke dalam tiap larutan tambahkan 2 ml dapar asetat pH 3,5 dan


campur. Tambah 1,2 ml tioasetamida LP, campur dengan cepat dan diamkan 2
menit. Amati permukaan dari atas pada dasar putih: uji tidak absah bila Larutan
baku tidak menunjukkan warna cokelat dibanding Larutan blangko, warna
cokelat yang terjadi pada Larutan uji tidak lebih intensif dari warna Larutan
baku. Jika hasil yang diperoleh sulit untuk disimpulkan, saring larutan melalui
penyaring membran (ukuran pori 3 um); lihat gambar alat tanpa prefilter.
Lakukan penyaringan secara lambat dan menyeluruh menggunakan tekanan
sedang dan konstan. Bandingkan bercak pada penyaring di antara ketiga larutan.
Metode III
[Catatan Metode ini tidak mencakup L adalah batas Logam berat dalam persen. Masukkan sejumlah zat yang telah
merkuri.] ditimbang ke dalam krus yang sesuai, tambahkan asam sulfat P secukupnya untuk
membasahi, dan pijarkan hati-hati pada suhu rendah hingga mengarang. Selarna
Dapar asetat pH 3,5 Buat seperti
pengarangan krus tidak boleh ditutup rapat. Pada bagian yang telah mengarang,
tertera pada Metode I.
Larutan baku Buat seperti tertera
tambahkan 2 ml asam nitrat P dan 5 tetes asam sulfat P, panaskan hati-hati sampai
pada Metode I. asap putih tidak terbentuk lagi. Pijarkan, sebaiknya dalam tanur, pada suhu 500° -
Larutan uji Gunakan sejumlah zat uji 600°, sampai arang habis terbakar. Dinginkan, tambahkan 4 ml asam klonida 6 N,
dalam g, yang dihitung dengan rumus: tutup, digesti di atas tangas uap selama 15 menit, buka dan uapkan perlahan-lahan
di atas tangas uap hingga kering. Basahkan sisa dengan 1 tetes asam klonida P,
tambahkan 10 ml air panas, dan digesti selama 2 menit. Tambahkan amonium
hidroksida 6 N tetes demi tetes, hingga larutan bereaksi basa terhadap kertas
lakmus, encerkan dengan air hingga 25 ml, dan atur pH antara 3,0 dan 4,0 dengan
penambahan asam asetat 1 N, menggunakan kertas indikator pH rentang pendek
sebagai indikator ekstemal. Saring jika perlu, bilas krus dan penyaring dengan 10 ml
air. Kumpulkan filtrat dan air cucian dalam tabung pembanding warna 50 ml,
encerkan dengan air hingga 40 ml, dan campur.
Metode III

Prosedur Ke dalam tiap tabung yang masing-masing berisi


Larutan baku dan Larutan uji tambahkan 2 ml dapar asetat pH
3,5 kemudian tambahkan 1,2 ml tioasetamida LP, encerkan
dengan air hingga 50 ml, campur, diamkan selama 2 menit.
Amati permukaan dan atas pada dasar putih: Warna yang
terjadi pada Larutan uji tidak lebih gelap dari warna yang
terjadi pada Larutan baku.
2. Uji Sisa Pelarut
▪ Cara destilasi (penetapan kadar etanol)
▪ Cara kromatografi gas-cair
Cara destilasi (penetapan kadar
etanol)
▪ Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi,
lakukan penetapan dengan cara destilasi
▪ Untuk sebagian besar ekstrak cair dan tingtura
▪ Destilat yang keruh dapat dijernihkan dengan
pengocokan menggunakan talk P atau kalsium karbonat
P, saring
▪ Suhu filtrat diatur dan kandungan etanol ditetapkan dari
bobot jenis
▪ Lakukan semua pekerjaan dengan hati-hati untuk
mengurangi kehilangan etanol oleh penguapan
Cara destilasi (penetapan kadar
etanol)
▪ Untuk mencegah buih dalam cairan selama destilasi
 Tambahkan asam kuat : asam fosfat P, asam sulfat P, atau
asam tanat P
 Penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berlebih,
atau parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi
 Cegah gejolak selama destilasi dengan penambahan
keping-keping berpori dari bahan yang tidak larut
Ex: silikon karbida P, atau manik-manik
Cara kromatografi gas-cair
Larutan
Larutan baku l, encerkan 5,0 ml etanol mutlak P dengan air hingga 250,0 ml
larutan baku internal, encerkan 5,0 ml asetonitril P dengan air hingga kadar etanol lebih kurang 2%
v/v
Larutan uji ll, pipet masing-masing 10 ml larutan uji l dan larutan baku internal kedalam labu
tentukur 100 ml, encerkan dengan air sampai tanda
Larutan baku ll, pipet masing-masing 10 ml larutan baku l dan larutan baku internal kedalam labu
tentukur 100 ml, encerkan dengan air sampai tanda
Prosedur, suntikkan masing-masing 2 kali, lebih kurang 0,5 ml larutan uji ll dan larutan baku ll
kedalam kromatograf, rekam kromatograf dan tetapkan perbandingan respons puncak.
B. Teknik Analisa Bahan Baku Obat
Secara Kromatografi
Kromatografi Kertas
Fase diam Merupakan lembaran kertas dengan bentuk dan
ketebalan yang sesuai. Proses eluasi dapat menaik, dimana fase
gerak dibawa oleh kertas melalui gaya kapiler, atau eluasi
menurun, dimana fase gerak merambat dengan bantuan gaya
gravitasi. Arah kertas sehubungan dengan rambatan fase gerak
harus dipertahankan konstan dalam serangkaian kromatogram.

Peralatan Peralatan penting untuk kromatografi kertas terdiri dari bejana


kromatografi kedap udara degan inlet untuk memasukkan eluen atau menurunkan
tekanan dalam bejana dan rak dari bahan tahan korosi, 5 cm di bawah bagian
dalam mulut bejana kromatografi. Rak berfungsi sebagai pendukung untuk palung
pelarut dan batang untuk gantungan kertas kromatografi. Bagian bawah bejana
kromatografi berisi fase gerak yang telah ditetapkan. Jenuhkan bejana dengan uap
fase gerak dengan meletakkan kertas saring yang telah dibasahi fase gerak
sepanjang dinding bagian dalam bejana.
Kromatografi Kertas
Penotolan Zat atau Prosedur Kromatografi Kertas Eluasi Menurun:
campuran zat yang akan 1. Kertas kromatografi yang telah ditotolkan larutan uji,
diuji dilarutkan dalam dimasukkan ke dalam bejana, digantung menggunakan
pelarut yang sesuai. batang untuk memegang ujung atas kertas dalam palung
Larutan biasanya pelarut. [Catatan Pastikan posisi kertas yang menggantung
mengandung I - 20 ug tidak menyentuh rak, dinding bejana kromatografi, ataupun
senyawa, dengan larutan dalam bejana kromatografi.]
menggunakan mikropipet 2. Bejana kromatografi ditutup rapat, masukkan fase gerak
yang sesuai, ditotolkan melalu inlet, biarkan sampai bejana kromatografi jenuh
dalam bentuk titik 6-10 dengan uap fase gerak.
mm, dengan jarak totolan 3. Kelebihan tekanan dapat dikurangi bila diperlukan, tutup
tidak kurang dari 3 cm. inlet dan biarkan fase gerak merambat pada kertas secara
menurun sesuai dengan jarak yang telah ditentukan.
4. Keluarkan kertas dari bejana kromatografi.
5. Tandai batas rambat dan keringkan kertas.
6. Amati kromatogram dengan penampak bercak atau sinar
UV.
Kromatografi Kertas

Prosedur Kromatografi Kertas Eluasi Menaik


1. Masukkan fase gerak ke dalam bejana kromatografi.
2. Tutup rapat bejana kromatografi hingga jenuh dengan uap
fase gerak. Kelebihan tekanan dapat dikurangi bila
diperlukan.
3. Celupkan kertas kromatografi ke dalam fase.
4. Ketika eluasi sampai pada batas yang telah ditentukan,
keluarkan kertas kromatografi dan keringkan.
5. Amati kromatogram dengan penampak bercak atau sinar
UV.
Kromatografi Lapis Tipis
Fase diam Berupa lapisan tipis, kering merata,
terbuat dari bahan serbuk halus dilapiskan secara Peralatan Bejana kromatografi harus inert,
akurat pada suatu kaca, plastik, atau lempeng transparan, dengan spesifikasi sebagai berikut:
aluminium (umumnya semua disebut lempeng). bagian bawah datar atau "twin trough ", tutup
Fase diam dari lempeng kromatografi lapis tipis rapat, dan ukurannya sesuai dengan lempeng.
(KLT) mempunyai ukuran partikel rata-rata 10 - 15 Bejana kromatografi dItandai dengan paling
um, dan KLTKT mempunyai ukuran partikel rata- tidak satu dindingnya dimasukkan kertas saring.
rata 5 um. Lempeng komersial dengan zona Fase gerak atau pelarut pengembang yang
preadsorbent dapat digunakan apabila sesuai ditambahkan ke dalam bejana
spesifikasinya sesuai dengan monografi. Sampel kromatografi, setelah impregnasi kertas saring,
ditotolkan pada daerah preadsorbent lempeng dengan ukuran yang tepat dapat
dikembangkan dalam pita pendek yang tajam digunakan. Bejana kromatografi ditutup dan
pada interface preadsorbent-sorbent. Pemisahan dibiarkan jenuh
dicapai berdasarkan adsorpsi, partisi, atau [Catatan Kecuali dinyatakan lain dalam masing-
kombinasi dari keduanya, tergantung pada jenis masing monograft, pemisahan kromatografi
partikel dari fase diamnya. dilakukan pada kondisi bejana yang jenuh.]
Kromatografi Lapis Tipis
Deteksi Untuk pengamatan lakukan dengan lampu UV
gelombang pendek (254 nm) dan UV gelombang panjang
(365nm). Berbagai penampak bercak dapat digunakan.
Penotolan Totolkan larutan pada permukaan lempeng dengan volume
penotolan yang telah ditentukan untuk memperoleh totolan dengan
diameter 2 - 5mm (1-2 mm pada lempeng KLTKT) atau bentuk pita 10 -
20 mm x 1 - 2 mm (5 - 10 mm x 0.5 - 1 mm pada lempeng KLTKT)
dengan jarak yang telah ditetapkan dari tepi bawah dan sisi samping
lempeng.
[Catatan Selama proses eluasi, posisi penotolan harus sedikitnya 5 mm
(KLT) atau 3 mm (KLTKT) di atas permukaan fase gerak.]
Larutan ditotolkan secara paralel dari tepi bawah lempeng dengan jarak
antara 2 titik pusat penotolan tidak kurang dari 10 mm dan 5 mm pada
lempeng KLTKT. Untuk penotolan berupa pita, jarak antara 2 ujung pita
tidak kurang dari 4 mm dan 2 mm pada lempeng KLTKT, kemudian
biarkan kering.
Kromatografi Lapis Tipis
Prosedur:
1. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi, pastikan titik atau
pita hasil penotolan di atas permukaan fase gerak.
2. Tutup bejana kromatografi.
3. Biarkan fase gerak merambat hingga batas yang ditetapkan,
tigaperempat tinggi lempeng atau jarak sesuai pada monografi.
4. Angkat lempeng, tandai batas rambat, keringkan.
5. Deteksi kromatogram sesuai prosedur.
6. Tentukan harga Rf bercak.
7. Identifikasi sementara dapat dibuat dengan mengamati harga Rf bercak
dibandingkan dengan baku. Perbandingan visual dari ukuran atau
intensitas bercak atau zona dapat digunakan untuk perkiraan
semikuantitatif. Pengukuran kuantitatif dapat dilakukan secara
densitometri.
Thanks!
😉
22

Anda mungkin juga menyukai