04 Kata Frasa Klausa Diksi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

S I

IK
D
, &
S A IA
U
A ON E
S
L
K D
A , IN
A S SA
R A
A
H
, FR B
A TA T U
K
K TR U
S
KATA
Adalah unsur bahasa yang diucapkan atau ditulis yang merupakan perwujudan
kesatuan persamaan dan pikiran yang dapat digunakan di berbagai bahasa.
Kata juga dapat diartikan sebagai unsur atau bentuk bahasa yang paling kecil
dan bermakna. Peran kata dalam bahasa sangat besar karena
kemampuanberbahasa tertuang dalam rangkaian kalimat, paragraf, dan wacana.
Dengan kata lain, bahasa berarti menyususun kalimat dengan merangkai kata-
kata sesuai dengan fungsinya dalam satu kesatuan makna untuk membangun
paragraf dan diperluas lagi menjadi sebuah wacana.

Jenis kata atau kelas kata adalah golongan kata dalam satu kesatuan bahasa
Indonesia berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna secara gramatika.
Untuk mnyusun kalimat yang baik dan benar berdasarkan pola-pola kalimat
baku, pemakaian bahasa haarus mengenal fungsiny dan jenis kata atau kelas kata.
FUNGSI JENIS KATA ATAU KELAS KATA.
Terdapat beberapa fungsi yang melekat pada jenis kata atau kelas kata, yaitu :
1. Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi kongkret ;
2. Mambentuk bermacam-macam struktur kalimat ;
3. Memperjelas makana gagasan kalimat ;
4. Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, dan kalimat ;
5. Membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan yang dapat
dipahami dan dinikmati orang lain;
6. Mengungkapkan berbagai jenis ekspresi, seperti : berita, perintah, penjelasan,
argumentasi, pidato, dan diskusi ;
7. Mengungkapkan berbagai sikap, misalnya setuju, menolak, dan menerima.
JENIS KELAS KATA
Jenis kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas ;
1. Verba (kata kerja),
2. Nomina (kata benda),
3. Adjektival (kata sifat),
4. Pronominal (kata ganti),
5. Numeralia (kata bilangan),
6. Adverbial (kata ketangan),
7. Interogativa (kata tanya),
8. Demonstrativa (kata ganjti petunjuk)
9. Artikula,
10. Proposisi (kata depan),
11. Konjungsi (kata sambung), dan
12. Fatis (kata penjelas)
VERBA
Verba atau kata kerja (bahasa Latin: verbum, "kata") adalah kelas kata yang menyatakan
suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata
ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya,
kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap
atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan
pelengkap seperti lari.
Verba dapat dikenali melalui bentuk morfologis, prilaku sintaksis, dan prilaku sematis
dari keseluruhan kalimat.
Selain itu, verba dapat didampingi dengan kata tidak.
Contoh :
Ia tidak belajar di kampus.
Ia tidak makan di rumah.
Ia tidak menulis makalah.
Berdasarkan bentuk morfologis, verba dibedakan menjadi (1) verba dasar (tanpa afiks
atau imbuan), misalnya makan, pergi, minum, datang, duduk (2) verba turunan : a) verba
dasar + afiks (wajib) misalnya : menduduki, mempelajari, menyayi, b) verba dasar = afiks
(tidak wajib), misalnya (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci, c) verba dasar (terikat afiks)
= afiks (wajib), misalnya bertemu, bersua, mengungsi, d) bentuk ulang (redupli-kasi),
misalnya berjalan-jalan, makan-makan, duduk-duduk, mengulang-ulang. e) majemuk cuci
mata, sapu tangan, gulung tikar.
Berdasarkan prilaku sintaktis , yaitu sifat verba dalam hubungannya dengan kata
lain dalam bentuk frasa (kelompok kata), klausa (anak kalimat), dan kalimat
dengan memperhatikan fungsi, jenis, dan prilaku dalam kalimat (sintaksis).
 Berdasarkan fungsi :
Berolah raga menyehatkan badan. (verba sebagai subjek)
Ia mengajari membaca. (veba bedasarkan objek)
Ia tidak merasa bersalah. (verba sebagai pelengkap)
Ia pergi berekreasi. (verba sebagai keterangan)
 Berdasarkan jenis hubungan verba dengan nomina
Ia mempelajari bahasa Indonesia. (verba aktif sebagai pelaku)
Ia diberi penghargaan. (verba pasif sebagai sasaran)
Penjahat itu terbunuh. (verba pasif tidak dapat dibentuk menjadi aktif)
Hatinya telah membatu. (verba aktif tidak dapat dibentuk menjadi pasif)
 Berdasarkan interaksi verba (prilaku sintaksis, tindakan, atau perbuatan)
dengan nomina pendampingnya.
Mereka berpukul-pukulan . (verba resiprokal berbalasan)
Ia sedang berbicara. (verba nonresiprokal tidak berbalasan)
NOMINA
Nomina ditandai dengan ketidak dapatanya bergabung dengan kata tidak tetapi
dapat dinegatifkan dengan kata bukan. Nomina dapat dibedakan berdasarkan
bentuknya (nomina dasar dan nomina turunan) dan berdasarkan subkategori
(nomia bernyawa, tidak bernyawa, nomina terbilang, dan tidak terbilang).
Contoh :
Nomina dasar : rumah, orang, burung.
Nomina turunan : kekasih, pertanda, petinju, tulisan, pengawasan, persatuan,
kemerdekaan.
Nomina bernyawa : manusia, sapi, Kerbau.
Nomina terbilang : lima orang, seratus pohon, sekuntum bunga.
Nomina tidak terbilang : air laut, bintang, awan, langit.
KATA SIFAT (ADJEKTIVAL)
Kata ini ditandai dengan dapat didampingi kata lebih, sangat, agak, dan paling.
Berdasarkan bentuknya, adjekktival dibedakan menjadi :
a) Adjektival dasar, misalnya : baik, adil, boros ;
b) Adjektival turunan, misalnya : alami , baik-baik, sungguh-sungguh;
c) Adjektival frasa, misalkan panjang tangan, murah hati, buta warna
(subordinatif) dan gemuk sehat, cantik jelita, aman sentosa (koordi-natif).
PRONOMINAL (KATA GANTI)
Kata yang digunakan untuk mangacu ke nomina lain dan berfungsi mengganti
nomina. Ada tiga macam promina, yaitu
a) Promina pesona (mengacu kepada orang pertama, orang kedua dan
orang ketiga baik tunggal maupun jamak);
b) Pronomina petunjuk (umum dan tempat);
c) Pronomina penanya (orang barang, dan pilihan)
NUMERALIA (KATA BILANGAN)
Numeralia dapat diklarifikasikan berdasarkan subkategori, yaitu takrif dan tak takrif.
a) Numeralia takrif (tertentu) terdiri atas
 Numeralia pokok ditandai dengan jawaban berapa? Satu, dua, tiga dan seterusnya;
 Numeralia tingkat ditandai dengan jawaban yang keberapa ? Kesatu, kedua, dan
seterusnya;
 Numeralia kolektif ditandai dengan satuan bilangan seperti dosin, gross, kodi, meter,
rupiah, dollar;
b) Numeralia tak takrif (tidak tentu) misalnya beberapa, berbagi, segenap semua.
ADVERBIA
Adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektival, nomina predikatif, atau
kalimat. Dalam kalimat adverbial dapat mendampingi adjetival, numeralia, atau proposi.
Berdasarkan bentuknya, adverbial mampunyai bentuk tunggal dan bentuk jamak.
Contoh :
a) Bentuk tunggal
- Orang itu sangat bijaksana.
- Ia hanya membaca satu buku, bukan dua.
- Ia lebih sukses dibanding teman seangkatanya.
b) Bentuk jamak
- Mereka belum tentu pergi hari ini.
- Mereka benar-benar mendatangi perpustakaa kampus.
- Langit berawan tebal jangan-jangan akan turun hujan.
INTEROGATIVA (KATA TANYA)
Berfungsi sebagai pengganti sesuatu yang akan diketahui oleh pembicara atau
mengukuhkan sesuatu yang telah diketahui. Kata yang akan digunakan dalam
interogativa adalah apa, siapa, beberapa, mana, yang mana, mengapa, dan kapan.
Contoh :
1. Berapa uang yang kamu perlukan ?
2. Yang mana rumah orang itu ?
3. Mengapa kamu tertarik pada topik penelitian itu?
DEMONSTRATIVA
Berfungsi untuk menunjukan sesuatu di dalam atau di luar wacana. Selain tiu,
disebut anteseden. Kata yang menunjukan demonstrativa adalah ini, itu, di sini,
berikut, dan begitu.
Contoh :
Di sini kita akan berkonsentrasi untuk menghasilkan karya terbaik kita.
Penjahat itu telah ditahan berikut dengan barang bukti kejahatanya.
ARTIKULA
Berfungsi untuk mendampingi nomina dan veba pasif. Kata yang menunjukan
artikula adalah : si, sang, para, kaum, dan umat.
Contoh :
Si Kecil itu sering merengek-renget minta gendong.
Sang Penyelamat akan datang saat kita perlukan.
Sri Banginda Raja selalu memberi nasihat kepada para prajurit.
PREPOSISI
Kata yang terletak di depan kata lain. Sehingga berbentuk frasa atau kelompok
kata atau sering disebut kata depan. Preposisi mempunyai dua bentuk, yaitu ;
a) Preposisi dasar (di, ke, dari, pada, demi)
b) Preposisi turunan (di antara, di atas, ke dalam, di samping, dari samping , dari
luar, dan kepada).
Contoh :
o Demi kemakmuran bangsa, mari kita tegakan hukum dan keadilan.
o Perjuangan bangsa Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur dari awal
kemerdekaan hingga saat ini perlu ditingkatkan.
o Panitia lomba mengarang ilmiah nasional meminta kepada saya untuk
menjadi penilai pada tingkat final.
o Di antara peserta lomba terdapat nama seorang peserta yang pernah
menjuarai lomba dua kali berturu-turut
KONJUNGSI ATAU KATA SAMBUNG
Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain dalam suatu wacana. Konjungsi dikelompokan dalan dua jenis .
a) Konjungsi intrakalimat : agar, atau, dan, hingga, sedang, sehingga, serta, supaya, tetapi, dan
sebaigainya.
Contohnya :
Ia berkerja hingga larut malam.
Ia berkerja keras sehingga berhasil dalam mencapai cita-citanya.
Bapak berbuat baik kepada anaknya agar berbakti kepada bapaknya.
b) Konjungsi ekstrakalimat : jadi, di semping itu, oleh karena itu, oleh sebab itu, dengan demikian,
walaupun demikian, akibatnya, atau tambahan pula.
Contohnya :
Kualitas pendidikan di negara kita tertingal jauh. Oleh sebab itu, kita harus berkerja
keras untuk mengejar ketinggalan kita.
Pelestarian budaya hanya dapat dilakukan dengan kreativitas baru yang berakar pada
kekayaan budaya. Untuk itu, mahasiswa harus dilatih untuk memanfaatkannya
sehingga menghasilkan kreativitas baru tersebut.
Ia senangtiasa membangung karakternya. Disamping itu ia juga memperluas
wawasanya.
FATIS (KATA PENJELAS)
Berfungsi untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan.
Jenis kata ini lazim digunakan dalam dialog wawancara. Misalnya : ah, ayo, mari,
nah, dan yah.
Contoh :
Kita memiliki kekayaan budaya. Ayo, kita tingkatkan produktivitas agar menjadi
produk baru selera internasional.

Mari, kita tingkatkan semangat kerja kita.

Ah, itu hanya alasan yang dibuat-buat tidak sesuai dengan realitas yang ada
SEKIAN
PENGERTIAN FRASA
Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua
kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook, 1971: 91 ; Elson and
Pickett, 1969: 73) atau tidak melampaui batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976:
50); dengan kata lain: sifatnya tidak predikatif.
Chaer (1998) menyatakan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih
yang merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat
(subjek, predikat, objek, atau keterangan).
Parera (1994) yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi yang dapat
dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat
maupun tidak.
CIRI-CIRI FRASA
Sesuai dengan definisi-definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat mengidentifikasi frasa sebagai
suatu satuan atau konstruksi yang berciri: (i) terdiri atas dua kata atau lebih yang berhubungan dan
membentuk suatu kesatuan, (ii) tidak bersifat predikatif, (iii) tidak berciri klausa, (iv) merupakan unsur
pembentuk klausa, dan (v) menempati salah satu unsur atau fungsi dalam kalimat.
Selain itu, ciri atau kriteria lain yang dapat dipakai untuk menandai frasa yakni dengan menggunakan
kriteria unsur suprasegmental berupa intonasi. Unsur suprasegmental yang dipakai adalah jeda.
Frasa memiliki dua sifat yaitu :
a)      Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.
b)    Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa. Maksudnya frasa itu selalu
terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O, PEL, atau KET.
Ciri frasa ada tiga yaitu:
a)      Tidak mempunyai predikat (nonpredikatif).
b)      Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom.
c)      Susunan katanya berpola tetap.
FRASA

Frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif,
misalnya pisang goreng, sudah lama sekali, sangat enak, dewan perwakilan rakyat dan
sebagainya.
Frasa dapat dibeda-bedakan berdasarkan kelas katanyam yaitu frasa verbal, frasa
adjektival, frasa nominal, frasa pronominal, frasa adverbial, frasa numerial, frasa
interogativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional
koordinatif.
FRASA VERBAL
Adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja, terdiri atas tiga macam.
1) Frasa verbal modifikasi (pewatas), terdiri atas:
a) Pewatas belakang.
Contoh : Ia berkerja keras sepanjang hari
Orang itu berjalan cepat setiap hari.
Siswa itu menulis kembali pekerjaan rumahnya.
b) Pewatas depan
Contoh : Mereka dapat mengajukan proposal skripsi di Prodi.
Mereka akan mendengarkan pidato ilmiah di aula.
2) Frasa verbal koordinatif adalah dua verba yang disatukan dengan kata penguhubung dan atau atau.
Contoh : Dia merenung dan meratapi nasibnya.
Pilih dia atau aku.
3) Frasa verva apositif, yaitu sebagai keterangan tambahan yang ditambahkan atau diselipkan di tengah kalimat
yang diapit dua tanda koma.
Contoh :
Pulogadung, tempat tinggalnya dahulu, kini menjadi terminal yang modern.
Bapak Ryadi, dosen teknik informatika di Politeknik Cilacap, kini menjabat sebagai Pembantu Direktur Dua di
Politeknik Aceh
FRASA ADJEKTIVAL
Adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau kata keadaan
sebagai inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi
menerangkan.
Contoh : agak tenang, paling tenang, kurang pandai, lebih baik, selalu rajin.
Dalam frasa ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Frasa adjektival modifikatif (membatasi), misalnya cantik sekali, indah nian,
hebat benar.
2) Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), misalnya aman tentram, aman
sentosa.
3) Frasa adjektival apositif (keterangan tambahan pada unsur utama kalimat),
misalnya gagah perkasa, ayu rupawan,
FRASA NOMINAL
Merupakan kelompok kata benda yang dibentuk denga memperluas sebuah kata
benda ke kiri dan ke kanan.
Yang dimaksud dengan perluasan ke kiri pada frasa ini berfungsi
menggolongkan, misalnya : dua buah buku, seorang teman, beberapa buah butir telur.
Adapun perluasan ke kanan adalah sesudah kata benda (inti) berfungsi
membatasi, misalnya buku dua buah, teman seseorang, telur beberapa butir.
FRASA PRONOMINAL
Frasa yang dibentuk dengan kata ganti, dalam frasa ini terdiri
dari tiga jenis : (1) Modifikasi, misalnya : kami semua, kaliman
semua, anda semua, mereka itu, mereka berdua; (2) Koordinatif,
misalnya : saya dan dia, engkau dan aku, kami dan mereka; (3)
Apositif : Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang terhadap
korupsi.
FRASA ADVERBIAL
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata
sifat. Frasa ini bersifat modifikasi (membatasi), misalnya sangat baik. Kata baik
merupakan inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa adverbial yang
termasuk jenis ini adalah agak besar, kurang pandai, hampir baik, begitu kuat, andai
sekali, lebih kuat, dan sebagainya.
Frasa adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya
lebih kurang. Kata lebih tidak menerangkan kurang dan kata kurang tidak
menerangkan lebih.
FRASA NUMERIAL
Frasa numerial adalah kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini terdiri
dari jua jenis, yaitu :
1) Modifikasi,
a) Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
b) Orang itu menyumbang pembangunan jalan kampung sebesar dua puluh
lima juta rupiah.
2) Koordinatif
c) Penyerang Lapas Cebongan sekitas enam belas sampai dengan dua puluh
orang.
b) Satu, dua tiga kali bahkan emapat kali saya telah menghubunginya.
FRASA INTEROGATIVA KOORDINATIF
Frasa ini berintikan pada kalimat tanya atau berfungsi menggantikan sesuatu
yang hendak diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah
diketahuinya sebagai contohnya adalah :
(1) Mengapa dan bagaimana seorang penjahat itu bisa meloloskan diri ?
(2) Berapa uang yang kamu butuhkan ?
FRASA DEMONSTRATIVA KOORDINATIF
Frasa ini dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan, Contohnya
seperti berikut:
            -           Disana atau disitu ?
            -           Aku memakai sepatu yang ini atau itu, sama saja.
FRASA PREPOSISIONAL KOORDINATIF
Frasa proposional koordinatif adalah frasa yang dibentuk dari kata depan dan
tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut:
            -   Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
            -   Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.
KLAUSA
Yang dimaksud klausa adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat.
Klausa adalah unsur kalimat karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua
unsur klausa. Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian S juga sering
dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan
klausa dan kalimat jawaban.
Contoh:
Saat negara-negara lain sudah menjadi negara berkembang, Negara kita baru melakukan
proses menuju negara berkembang.
Kalimat diatas terdiri dari beberapa klausa, yaitu:
Saat negara-negara lain sudah menjadi (S-P); negara berkembang (O-Pel); negara
kita baru melakukan (S-P); proses menuju negara berkembang (P-O).
Sedangkan untuk konjungsi atau kata sambung sendiri terdiri atas empat bagian,
yaitu :
1) Konjungsi Kordinatif (serta, dan, atau, tetapi)
Contoh:

Kami membaca dan dia menulis surat.

Rika pergi sekolah tetapi adiknya tinggal dirumah.

Dia memiliki paras yang cantik serta hati yang baik.

Ami pergi ke pasar atau ke toko buku.


Dalam kalimat tertentu klausa terdiri dari dua bagian, yaitu : klausa induk dan
klausa subordinatif (anak kalimat).
Contoh:
Dia menulis surat ketika kedua orangtuanya sudah pergi.
Keterangan:
Dia menulis surat (klausa induk);
ketika kedua orangtuanya sudah pergi. (klausa anak)
Penggabungan kedua klausa ini menjadi proses terbentuknya sebuah kalimat.
Bergabungnya ini menandakan masuknya konjungsi atau kata sambung
“ketika”.
2) Konjungsi Korelatif (baik, maupun, tidak hanya, tetapi juga)
Contoh :
Keseriusannya dalam belajar tidak hanya menjadikannya sebagai juara kelas tapi juga
memberikannya peluang unuk mendapatkan beasiswa.
3) Konjungsi Subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan)
Contoh :
Dia menjadi pramugari sejak tahun 1990.
Sani menyelesaikan pekerjaan rumah sampai larut malam, karena tugas rumah Sani sangat
banyak.
Dia sembuh dari sakit setelah minum obat yang diberikan oleh dokter.
Kedua bersaudara itu menegndarai sepeda motor seperti seorang pembalap profesional.
Kami terus berlatih angkat beban agar saat kejuaraan angkat beban kami menjadi juara.
Andi melihat kepergian orangtuanya dengan meneteskan airmata.
4) Konjungsi Antarkalimat (meskipun, demikian, begitu, kemudian, oleh karena itu,
bahkan, lagi pula)
Contoh:
Kami tidak akan mengikuti kemauannya meskipun dia memberi kami uang.
Saya tidak pernah mengerti jalan pikirannya biarpun begitu saya selalu mendukung setiap
keputusan positifnya.
Keempat jenis konjungsi ini dapat menghubungkan kata, frasa ataupun klausa,
konjungsi bisa memiliki kedudukan sebagai preposisi jika berhubungan langsung
dengan kata dan frasa. Sedangkan dengan klausa, konjungsi cukup menempati
posisi sebagai konjungsi tidak lebih. Dengan adanya penjelasan ini makanya
frasa dan klausa dapat diidentifikasikan menjadi sebagai berikut:
Contoh :
Dia tidak bisa membaca karena tidak penah sekolah.
Keterangan:
Dia tidak bisa berbicara (klausa) tidak bisa membaca (frasa) karena (konjungsi)
tidak pernah sekolah. (klausa).
Klausa “Dia tidak bisa membaca” dalam posisi sebagai klausa induk, sedangkan
klausa “tidak pernah sekolah” menempati klausa anak. Untuk konjungsi
“karena” berperan sebagai konjungsi subordinatif-sebab yang telah
menghubungkan dua klausa atau lebih.
JENIS-JENIS KLAUSA
1. Klausa berdasarkan struktur.
Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Klausa berdasarkan struktur intern.
Didalam klausa yang sesuai struktur internnya terdapat unsur inti klausa yaitu
“S” dan “P”. meski begitu dalam penggabungan klausa “S” sering kali dapat
dihilangkan dalam kalimat jawaban. Karena klausa yang terdiri dari “S” dan “P”
disebut klausa lengkap sedangkan klausa yang tidak bersubjek disebut kalimat
tidak lengkap.
Contoh:
Riski mempercepat laju sepedanya karena Riski tidak ingin terlambat.
Subjek “Riski” dalam anak kalimat dapat dihilangkan, hal itu dikarenakan adanya
penggabungan klausa “Riski tidak masuk sekolah” dan “Riski tidak ingin terlambat”.
2) Klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatikal
mengaktifkan Predikat.
Didalam pembentukan klausa juga terdapat klausa positif dan klausa negatif.
Klausa positif ialah klausa yang sama sekali tidak memiliki kata negatif yang
secara otomatis mampu menegatifkan unsur “P” (predikat), sedangkan untuk
klausa negatif merupakan klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara
gramatikal memang menegatifkan unsur “P” (predikat) (kata-kata negatif:
tiada, tak, bukan, belum, dan jangan).
Klausa Positif
Contoh:
Dia sudah menjadi primadona dikampusnya.
Kami berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Klausa negatif
Contoh:
Mereka bukan siswa disekolah ini lagi.
Kami belum menerima THR (Tunjangan Hari Raya).
Rima tidak memiliki orangtua lagi. Saya mohon jangan bawa dia pergi.
3) Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi
Predikat.
Penggolongan klausa jenis ini yang mampu menempati unsur “P” (predikat) pada klausa
ialah “Nomina”, “Verba”, “Bilangan”, dan “Frasa Depan”. Berdasarkan penggolangan
klausa unsur “P” dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
a) Klausa Nominal
Contoh :
Kami adalah mahasiswa.
yang digunakan mobil itu.
b) Klausa Verbal
Contoh :
Pamanku membelah kayu.
Anak-anak itu membuat prakarya.
Untuk klausa golongan Verbal fungsi “P” dapat secara gramatikal dinegatifkan dengan
kata “tidak”.
c) Klausa Bilangan
Kata bilangan adalah kata-kata yang dapat diikuti oleh ekor, batang, keping,
buah, kodi, helai, dll. Untuk frasa bilangan sendiri ialah frasa yang mempunyai
distribusi yang sama dengan kata bilangan, misalkan : dua ekor, tiga batang,
beberapa butir, dll.
Contoh:
Di kampung itu terdapat seratus kepala keluarga.
Kami hanya dua bersaudara.
Kami membeli satu kodi pakaian wanita.
d) Klausa Depan
Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri atas frasa depan, artinya
frasa atau klausa yang diawali dengan kata depan sebagai penanda.
Contoh :
Rok itu untuk kaum hawa.
Masjid itu untuk tempat ibadah umat islam.
Klausa Verbal sendiri dapat digolongkan kembali menjadi enam bentuk klausa, yaitu:
1. Klausa verbal adjektiva adalah klausa yang unsur predikatnya berupa kata sifat. Contoh: Orang yang
pemarah.; Harga saham turun.
2. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang unsur predikatnya termasuk kedalam kelompok kata
kerja intransitive. Contoh: Siswa-siswa SMA berkompetisi di olimpiade matematika.; Presiden sedang
berpidato di depan calon PNS.
3. Klausa verbal aktif Contoh: Nami sedang menulis surat.; Irfan sedang menikmati liburan sekolahnya di Bali.
4. Klausa verbal pasif Contoh: Sebelum memasuki Mall kami diperiksa oleh security Mall.
5. Klausa verbal yang refleksif merupakan klausa yang predikatnya menyatakan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh sipelaku sendiri (kata kerja). Contoh: Mereka sedang menenangkan diri.; Orang itu
mencoba memutus urat nadinya.
6. Klausa verbal yang resiprokal adalah klausa yang unsur predikatnya termasuk dalam kata kerja yang
menyatakan kesalingan. Bentuk-bentuknya sendiri adalah (saling) men-, (saling) ber-an dengan
proses pengulangan maupun tidak. Contoh: Kami saling berkirim-kiriman surat.; Mereka saling menuduh.
2. Klausa berdasarkan majemuk .
Dalam klausa ini dibagi menjadi tiga, yaitu ; (1) klausa majemuk setara, (2) klausa
majemuk bertingkat, dan (3) kalimat majemuk gabungan setara dan bertingkat.
(1) Klausa Kalimat Majemuk Setara
Adalah kalimat majemuk setara yang ada di dalam kalimat majemuk setara
(koordinatif). Artinya, setiap klausa atau masing-masing klausa mempunyai
kedudukan yang sama. Kalimat ini dibangun dengan dua klausa atau lebih yang
tidak saling menerangkan.
Contoh :
Kakak membaca kompas dan adik bermain bola.
Andik pergi ke kampus atau ke rumah temanya.
Ayah berkerja di kantor, tetapi ibu hanya dirumah.
2) Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat
Klausa ini adalah klausa yang ada di dalam kalimat majemuk bertingkat
(subkoordinatif). Artinya, setiap kalusa atau yang masing-masing klausa
mempunyai kedudukan yang tidak sama, klausa yang satu sebagai induk
kalimat dan klausa yang lain sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat
(subordinatif) dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan kalusa
lainya.
Contoh :
Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya berkerja di Bank Indonesia

Induk Kalimat Anak kalimat


3) Klausa Gabungan Kalimat Majemuk Setara dengan Kalimat Majemuk Bertingkat
Dimana dalam klausa ini terdiri dari tiga klausa atau lebih (kalimat subordinatif-koordinatif.
Contoh :
Dia pindah telah ke Jakarta setelah mendapatkan pekerjaan dan rumah kontrakan baru

Induk Kalimat Anak kalimat Anak kalimat

Setelah mendapatkan pekerjaan dan rumah kontrakan baru dia pindah telah ke Jakarta

Anak kalimat Anak kalimat Induk Kalimat


Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai