Kelompok 2 A (Kimia Medisinal 1 SKS)

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Kimia Medisinal ( 1 sks)

Kelompok :2a
Anggota kelompok :
Agustia Amilza 1804009
Dwi Fazillah Zahri 1804019
Ifda lenia 1804025
Aprilya Nurfadilah 1804043
Aprilia Mayang sari 1804053
Afifah Syofyan 1804091
Kelas : A
Dosen pembimbing : Apt Nessa, S.Farm, M.
Biomed
Paracetamol
Farmakodinamik

Enzim siklooksigenase (COX) memiliki beberapa isoform. Yang paling


dikenal adalah COX-1 dan COX-2. Walaupun keduanya memiliki kesamaan
karakteristik dan mengkatalisis reaksi yang sama, terdapat perbedaan efek di
antara keduanya.

Enzim COX-1 merupakan enzim yang diekspresikan oleh hampir semua


jaringan di tubuh, termasuk platelet, dan memiliki peran dalam produksi
prostaglandin yang terlibat dalam proteksi lambung, agregasi platelet,
autoregulasi aliran darah renal, dan inisiasi parturisi. Sementara itu, COX-2
berperan penting dalam proses inflamasi dengan mengaktivasi sitokin
inflamasi. COX-2 juga banyak diekspresikan di ginjal dan memproduksi
prostasiklin yang berperan dalam homeostasis ginjal.
Lanjutan
Aktivasi COX-1 dan COX-2 dipengaruhi oleh kadar asam arakidonat. Ketika
kadar asam arakidonat rendah, maka prostaglandin akan dibentuk dari
terutama dari COX-2, sementara saat kadar asam arakidonat tinggi,
prostaglandin akan dibentuk terutama dari COX-1. Kadar asam arakidonat ini
juga mempengaruhi kerja paracetamol. Kadar yang rendah memiliki efek
poten terhadap paracetamol dan kadar yang tinggi akan menghambat kerja
paracetamol.

Paracetamol memiliki efek analgesik dan antipiretik yang setara dengan


OAINS. Sebagai analgesik, paracetamol menghambat prostaglandin dengan
cara berperan sebagai substrat dalam siklus peroksidase enzim COX-1 dan
COX-2 dan menghambat peroksinitrit yang merupakan aktivator enzim COX.
Sebagai antipiretik, paracetamol menghambat peningkatan konsentrasi
prostaglandin di sistem saraf pusat dan cairan serebrospinal yang disebabkan
oleh pirogen
Farmakokinetik
Absorpsi

Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui


transport pasif pada pemberian oral. Pemberian dengan
makanan akan sedikit memperlambat absorpsi
paracetamol.

Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi


konsentrasi puncak di plasma dan waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih lama.
Distribusi

Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma


akan dicapai dalam waktu 10 – 60 menit pada tablet biasa
dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-lambat. Konsentrasi
rata-rata di plasma adalah 2,1 μg/mL dalam 6 jam dan
kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah 8
jam. Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam.

Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar


25% paracetamol dalam darah diikat oleh protein.
Metabolisme

Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui


proses glukoronidasi dan sulfasi menjadi konjugat non
toksik. Sebagian kecil paracetamol juga dioksidasi melalui
enzim sitokrom P450 menjadi metabolit toksik berupa N-
acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI).

Pada kondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh


glutation menjadi sistein dan konjugat asam merkapturat.
Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau
terdapat defisiensi glutation, maka NAPQI tidak dapat
terdetoksifikasi dan menyebabkan nekrosis hepar akut.
Eliminasi

Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk


terkonjugasi dan bebas melalui urin dalam waktu 24 jam.
Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal berlangsung
dalam laju 0,16 – 0,2 mL/menit/kg. Eliminasi ini akan
berkurang pada individu berusia > 65 tahun atau dengan
gangguan ginjal.

Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui


bilier. Paracetamol juga dapat diekskresikan dengan
hemodialisa.
Mekanisme kerja
Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi zat
penyebab peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan
penurunan kadar prostaglandin di dalam tubuh, tanda
peradangan seperti demam dan nyeri akan berkurang.
Struktur / hubungan aktivitas
( SAR)
SAR Acetaminophen dapat diringkas sebagai berikut:
• Aminofenol kurang toksik dibandingkan anilin.
• Eterifikasi fungsi fenolik dengan gugus metil atau
propil mengakibatkan turunannya memiliki efek
samping yang lebih besar dibandingkan dengan gugus
etil
• Substitusi pada nitrogen dengan kelompok yang
menurunkan basa juga mengurangi aktivitas obat.
• Amida yang berasal dari asam aromatik kurang aktif
atau tidak aktif.
Efek samping
Demam
Muncul ruam kulit yang terasa gatal
Sakit tenggorokan
Muncul sariawan
Nyeri punggung
Tubuh terasa lemah
Kulit atau mata berwarna kekuningan
Timbul memar pada kulit
Urine berwarna keruh atau berdarah
Tinja berwarna hitam atau BAB berdarah
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai