Teater
Teater
Teater
Fungsi dasar cahaya dalam pergelaran teater adalah menerangi peristiwa panggung agar nampak
dipenglihatan para penonton. Cahaya sebagai penerangan adalah fungsi primer, sedangkan
fungsi sekundernya adalah memberi efek atau memberi nuansa, memperkuat, memperlemah,
menonjolkan atau menyembunyikan, bahkan memperkuat suasana dalam adegan. Cahaya dapat
berasal dari matahari, lampu minyak, obor, atau lampu pertunjukan khusus yang sangat canggih.
Jika pertunjukan dilaksanakan di ruang terbuka pada siang hari, tidak perlu menggunakan
lampu khusus pertunjukan karena akan sia-sia. Sebaliknya kalau malam hari mungkin perlu
ribuan watt untuk menerangi arena pertunjukan.
Unsur dekorasi juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya
terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari.
Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.
Konsep Musik Ilustrasi
• Musik ilustrasi adalah musik latar yang mengiringi aksi selama pergelaran teater. Musik
sebagai salah satu media ungkap dalam pergelaran teater. Musik senantiasa hadir dalam setiap
pertunjukan teater. Oleh karena itu, perlu konsep tataan yang sangat penting agar musik tidak
sekedar bunyi, melainkan kekuatan yang menyertai pergelaran teater. Konsep musik untuk
pergelaran teater minimalis atau maksimalis dengan menggunakan perangkat orchestra besar
plus musisinya. Namun kehadiran musik yang terpenting bukan kuantitasnya, melainkan
kualitas dan intensitasnya yang luruh mendukung adegan demi adegan dalam sebuah struktur
pergelaran teater.
Musik ilustrasi pada pertunjukan teater pada dasarnya berfungsi sebagai “penguat” sebuah
cerita yang terdapat pada naskah. Musik ilustrasi berfungsi membantu mengungkapkan
suasana batin aktor dalam penokohan yang ada dalam cerita pada babak atau adegan tertentu.
Komposisi musik ini harus bisa membantu aktor dalam mengungkapkan ini hati si aktor, oleh
karenanya proses dialog dan kesepakatan antara aktor dan penata musik sangat diperlukan.
KRITIK TEATER
Dhea Puspaningrum (13) IPS 2
Simbol Dalam Teater
• Simbol di dalam seni, termasuk seni teater dapat dipahami sebagai benda, bentuk,
unsur seni yang mengandung nilai. Nilai dalam karya seni berupa nilai bentuk dan
nilai isi. Unsur-unsur yang terkandung di dalam seni teater, baik tradisional maupun
non tradisional dengan unsur penting meliputi; naskah, pemeran, tata pentas, tempat
dan penonton terkandung simbol. Simbol dapat dimaknai sebagai sarana yang dipilih,
bersifat khusus untuk menyampaikan gagasan kreator seni dan kemudian diwujudkan
dalam bentuk seni melalui beberapa unsur yang terkandung di dalamnya.
Unsur penting sebagai ciri atau tanda dari ke khasan Teater, antara meliputi; unsur
cerita atau naskah, unsur pelaku seni, unsur pentas (artistik perupaan), unsur tempat
dan unsur penonton. Melalui kekhasan dan keunikan simbol dengan pemaknaan yang
ada pada pertunjukan teater, teater dapat dibagi kedalam jenis teater tradisional dan
non tradisional dengan kekhasan; bentuk pertunjukan, struktur pertunjukan dan unsur-
unsur penting pembentuknya.
Nilai Estestik
• Pengertian nilai dalam hubungan dengan seni, karya Teater dapat dipahami sebagai mutu
(kualitas) yang terkandung dalam bentuk seni, wujud seni dengan beberapa unsur penting
seni melalui simbol. Nilai bentuk yang dihadirkan karya seni, karya Teater sebagai nilai
keindahan bersifat bebas nilai, subjektif, tergantung dari sudut mana penikmat, penonton
seni, dalam menikmati tontonannya.
Pada prinsipnya bahwa seni apapun, termasuk teater dengan penjenisannya memiliki nilai
keindahan, nilai bentuk dan nilai isi, makna dibalik simbol yang dihadirkan. Nilai estetis
dalam karya seni, karya teater bersifat bebas nilai dan nilai secara ini bersifat universal.
Yakni mengangkat sisi-sisi nilai tentang kemanusiaan pada umumnya.
Melalui unsur-unsur yang terkandung di dalam seni, seni teater non tradisional dengan unsur
penting meliputi; naskah, pemeran, tata pentas, tempat dan penonton merupakan sarana
ekspresi estetik seorang kreator seni melalui simbol-simbol yang dihadirkan. Dengan
kebebasan nilai estetis pada teater non tradisional memberikan peluang seluas-luasnya untuk
berkreativitas seni dengan catatan tidak mengesampingkan nilai-nilai moral, kesantunan
yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sekitar kita, di negara kita tercinta.
Kritik Teater
• Menulis kritik merupakan bagian dari proses kreatif dalam membuat tulisan, ulasan terkait
objek yang dikritisi. Menulis kritik, kritik Teater merupakan hal terkait dengan kegiatan
apresiasi. Apresiasi, dapat dipahami sebagai proses menikmati, menghargai, menilai suatu
tontonan karya seni. Apresiasi lebih dalam dapat diartikan dengan melakukan kritik terhadap
karya seni, karya Teater yang disajikan.
Kritik terhadap karya teater dapat dilakukan melalui pendekatan pengamatan, evaluasi kritis
terhadap beberapa aspek dan fungsi pertunjukan yang dihadirkan di atas pentas.dan unsur
utama dalam seni pertunjukan dilengkapi dengan analisis sumber bacaan naskah dan referensi
yang akan dijadikan sumber rujukan dalam menulis kritik.
Kegiatan menilai, mengkritik, mengulas, membahas, sangat erat kaitannya dengan kemampuan
seseorang dalam menelaah, menafsir, mengurai, menjelaskan dan menyimpulkan kelebihan
dan kelemahan yang nampak dari unsur penting di dalam karyanya. Menilai karya seni, seni
Teater secara ideal, harus memiliki pengetahun, pemahaman dan kepekaan seni yang tinggi.
Hasil penilaian yang dilakukan harus objektif, tidak memihak, tidak arogansi (gegabah), tidak
menyinggung orang lain. Tetapi penilaian sebagai bagian dari kritik, harus dibangun rasa
tanggungjawab untuk memekarkan seni, mendorong peningkatan kualitas seni dan mampu
memperkaya pemahaman seni bagi kreator seni dan pembaca seni.
TERIMA KASIH