Tugas Manajemen Jalan Nafas Anestesi Erlanda

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

Manajemen Jalan Nafas

PEMBIMBING
dr. Ade Ariadi, Sp.An
ANATOMI DAN FISIOLOGI
JALAN NAFAS
 Jalan nafas atas:
 Hidung dan mulut
 Faring:
 Nasofaring
 Orofaring
 Laringofaring

 Jalan nafas bawah:


 Laring
 Trakea
 Bronkus
Hidung

 Udara  nostril (lubang hidung


eksternal)  rongga hidung 
koana (lubang hidung internal)
 Udara mengalami penghangatan dan
pembersihan dari partikel yang
berukuran 1-5 µm.
Nasofaring

 Mempunyai kelenjar Adenoid  jaringan limfe.


 Biasa ditemukan pada anak-anak, dan akan
menghilang saat pubertas.
 Adenoid dapat:
 Menghambat jalannya udara
 Menghalangi masuknya tube
(NGT/NPT/ETT)
 Sumber perdarahan jika trauma
Mulut - Orofaring
 Gigi
 Lidah  inervasi dari
n. vagus  vagal,
terutama di bagian
pangkal lidah
 Uvula
 Tonsil
Laringofaring
 Valecula  tempat
meletakkan bilah
laringoskop
 Epiglotis  Berupa
flap yang menutup
laring  makanan
masuk ke Esofagus
Laring
 C4-6
 Sensoris: n. vagus  n.
internal laringeal dan n.
rekuren laringeal
Trakea
 Berupa pipa yang panjangnya
sekitar 11-12 cm dengan diameter
2,5 cm.
 Dimulai dari C6 (setelah kartilago
krikoid) sampai dengan T5-6 yaitu
karina (daerah mediastinum)
 Terdiri dari 15-20 cincin kartilago
berbentuk “C”  melindungi
jalan nafas dari kolaps.
Bronkus
 Setelah karina  bronkus kiri dan bronkus
kanan.
 Bronkus kanan: paling landai  25o, panjangnya
dari karina  2,5 cm, diameter lebih besar 
aspirasi.
 Bronkus kiri: 45o, panjangnya dari karina  5
cm.
 Kartilago  supaya jalan nafas tetap terbuka
 Bermukus dan bercilia
Bronkiolus
 Otot polos
 Otonom:
 Simpatis konstriksi
 Parasimpatis dilatasi
VENTILASI PARU
PROSES MEKANIK, KELUAR
MASUKNYA UDARA DARI
LUAR KE DALAM PARU DAN
SEBALIKNYA  YAITU
BERNAFAS

EKSTERNA
PERTUKARAN GAS
TERJADI ANTARA UDARA DALAM
ALVEOLUS DENGAN DARAH DALAM

PROSES KAPILER, PROSESNYA DISEBUT


DIFUSI

RESPIRASI
PERTUKARAN GAS
PERTUKARAN GAS ANTARA
DARAH DENGAN SEL
INTERNA JARINGAN

UTILISASI O2
PEMAKAIAN OKSIGEN
DALAM SEL PADA REAKSI
PELEPASAN ENERGI
MANAJEMEN
JALAN NAFAS
Penilaian jalan nafas
 Look (lihat sumbatan pada jalan nafas, daerah bibir, dan pengembangan dada)
 Listen (dengar suara nafas)
 Feel (rasakan hembusan nafas)
PENGELOLAAN JALAN NAFAS
TANPA ALAT

MANUVER TRIPLE AIRWAY


1. Perasat kepala tengadah-dagu diangkat (head tilt-chin lift)
2. Perasat dorong rahang bawah (jaw thrust maneuver)
PENGELOLAAN JALAN NAFAS
DENGAN ALAT
 Oral airway (Oropharyngeal airway)
 Nasal airway (Nasopharingeal airway)
 Teknik Face Mask
 Teknik Laryngeal Mask Airway (LMA)
 Teknik Esophageal – Tracheal Combitube (ETC)
• Teknik Tracheal Tube (TT)
Sungkup Muka (face mask) 
Nasopharyngeal airway

Indikasi Kontraindikasi
• Pasien sadar dengan reflek • Fraktur basis cranii
muntah yang kuat • Trauma fasial
• Mulut membuka terbatas • Gangguan pada wajah bagian
• Makroglosia tengah, nasofaring atau
• Cervical spine instability palatum
• Cervical kifosis • Patologi (polip) atau
• Massa intraoral deformitas pada hidung
• Trismus • Riwayat epistaksis yang
sering
Cara pemasangan: beri jelly pelicin, didorong memasuki
lubang hidung hingga ujung pipa terletak di orofaring. Arah ujungnya
datar menyusur dasar rongga hidung, arah menuju anak telinga
(tragus).
Oro-pharyngeal tube

• Masukkan bagian cekung ke arah atas, setelah mencapai


pertengahan, diputar 180o, kemudian seluruhnya
dimasukkan.
• Dapat memancing refleks muntah, yang kemudian diikuti
dengan batuk, muntah, laringospasme, atau bronkospasme.
Sungkup Laring
(LMA, laryngeal mask airway)
(LMA, laryngeal mask airway) adalah
alat jalan napas berbentuk sendok
terdiri atas pipa besar berlubang
dengan ujung menyerupai sendok
yang pinggirnya dapat
dikembangkempiskan seperti balon
pada pipa trakhea.
Teknik Pemasangan
1. Bagian belakang masker dilumasi secara
menyeluruh.
2. Tingkat anestesi atau tidak sadar harus sama
dengan tingkatan untuk memasukkan LMA.
3. Kepala dan leher berada dalam posisi
seperti pada intubasi trakea
4. Ujung masker ditekankan pada palatum
durum dengan ujung terbuka, masker
mengarah ke lidah tanpa boleh
menyentuhnya
5. Masker didorong sejauh mungkin.
INTUBASI

Tindakan memasukkan pipa trakea


ke dalam trakea melalui rima glotis
dengan mengembangkan cuff,
sehingga ujung distalnya berada kira-
kira dipertengahan trakea antara pita
suara dan bifurkasio trakea
Tujuan Intubasi Endotrakhea

 Mempermudah pemberian anestesia.


 Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta
mempertahankan kelancaran pernafasan.
 Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung
(pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada
refleks batuk).
 Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.
PERALATAN INTUBASI
STATICS
 Scope: Laryngoscope, Stethoscope
 Tube: siapkan 3 nomor ukuran
 Airway: Bagging, Face mask, OPT/NPT
 Tape: plester
 Introducer: Stylet, Magill forceps
 Connector: konektor Oksigen
 Suction: peralatan suction yang berfungsi baik.
Peralatan
Intubasi
Tenik Insersi OPT
Naso-pharyngeal tube

• Panjang yang sesuai ± lubang hidung sampai lubang


telinga.
• Diolesi jelly, masukkan secara tegak lurus (bukan
mengikuti arah hidung)
Teknik Intubasi
Komplikasi Intubasi Endotrakheal.

• Trauma jalan nafas


• Malposisi intubasi
• Gangguan reflek
Selama • Spasme bronkus

Intubasi Aspirasi

Komplikasi Intubasi Endotrakheal.

• Spasme laring
• Malfungsi dan aspirasi laring
• Gangguan fonasi
• Edema dan stenosis glotis,
Setelah subglotis / trakea
Ekstubasi • Infeksi laring, faring , trakea
B. Surgical
1. Trakeostomi

Tindakan operatif yang memiliki tujuan membuat jalan nafas


baru pada trakea dengan mebuat sayatan atau insisi pada cincin
trakea.
Indikasi Trakeostomi

1. Obstruksi faring
2. Obstruksi laring
3. Penimbunan secret di saluran pernafasan
4. Rencana melakukan operasi di daerah laring dan radioterapi
Alat-Alat Trakeostomi

Obat analgesia

Kanul trakea

Pengait tumpul

Pinset anatomi
Klem arteri

Needle holder

Gu
nt
in
tu gpa
scalpel m
pu nja
l ng
Teknik Trakeostomi
1. Trakeostomi dilakukan dengan pasien dalam posisi tidur
telentang (supinasi), bahu diganjal
2. Kulit daerah leher dibersihkan secara aseptik dan
antiseptik dan ditutup dengan kain steril
3. Anestesi lokal infiltrasi kulit (dipertengahan cricoid
dengan fosa suprasternal)
4. Insisi kulit dapat vertical digaris tengah leher mulai di bawah
cricoid sampai fosa suprasternal . Sayatan jangan terlalu sempit,
dibuat kira-kira 5 cm
5. Dengan gunting panjang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait
tumpul.
6. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke
lateral. Istmus thyroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya
cincin trakea jelas terlihat
Komplikasi Trakeostomi

1. Trakea tertekuk ke depan


2. Tukak dinding depan trakea karena ukuran
kanul terlalu besar
3. Emfisema subkutis karena dislokasi kanul
4. Tukak karina karena kateter isap
5. Manset ditiup terlalu kuat sehingga
menyebabkan penutupan kanul
6. Manset kanul terlepas di trakea
7. Nekrosis cincin trakea karena manset ditiup
terlalu kuat
2. Krikotirotomi

Suatu tindakan membuat jalan nafas melalui trakhea


dengan memasang kanula trakhea pada pasien dengan
indikasi sumbatan total jalan nafas bagian atas.
Prosedur • Desinfeksi daerah leher dengan
antiseptik
1. Palpasi membrana krikoidea, sebelah
anterior antara kertilago tiroid dan
krikoid.
2. Pegang trakea dengan ibu jari dan
telunjuk dengan tangan kiri agar trakea
tidak bergerak ke lateral pada waktu
prosedur.
3. Dengan tangan yang lain (kanan) tusuk
kulit pada garis tengah (midline) di
atas membran krikoidea dengan jarum
besar ukuran 12 sampai 14 yang telah
dipasang pada semprit. Untuk
memudahkan masuknya jarum maka
dapat dilakukan incisi kecil di tempat
yang akan ditusuk dengan pisau
ukuran 11.
4. Arahkan jarum dengan sudut 45 ke arah
kaudal, kemudian dengan hati-hati
tusukkan jarum sambil mengisap semprit.
Bila teraspirasi udara atau tampak
gelembung udara pada semprit yang terisi
aquades menunjukkan masuknya jarum ke
dalam lumen trakea
5. Lepas semprit dengan kateter IV,
kemudian tarik mandrin sambil dengan
lembut mendorong kateter ke arah bawah.
6. Sambungkan ujung kateter spuit 3 cc dan
endotrakeal tube connector
7. Ventilasi berkala dapat dilakukan dengan
ventilation bag
Komplikasi

1. Hipoksia dan kematian


2. Aspirasi darah
3. Laserasi esophagus
4. Hematoma
5. Perforasi dinding posterior trakea
6. Emfisema subkutis atau emfisema mediastinum
7. Perforasi tiroid
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai