Terapi Farmakologi Untuk Gangguan Neurologi

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

TERAPI FARMAKOLOGI

UNTUK GANGGUAN
NEUROLOGI
dr. SUSI RAHMAWATI, MARS
Epilepsi

Epilepsi adalah gejala, bukan penyakit dan


mengenai satu di antara 100 orang.
Terapi obat bergantung pada jenis epilepsi,
yang akan dibahas secara singkat.
Epilepsi dapat digolongkan sebagai
simtomatik atau idiopatik.
Epilepsi simptomatik
Epilepsi simtomatik (sekunder) dapat
disebabkan oleh :
 faktor intrakranial seperti
- infeksi (mis. Meningitis, ensefalitis,
neurosifilis, abses, tuberkulosis).
- trauma (mis. saat lahir atau cedera kepala)
- lesi vaskular
- degenerasi serebral
- tumor
 Faktor ekstrakranial seperti :
- Anoksia
- racun (mis. Alkohol, etil klorida, timah,
kokain)
- gangguan metabolik (mis. Uremia,
alkalosis,
gagal hati, hipoglikemia)
- penghentian pengobatan (mis. Hipnotik,
opiat)
Epilepsi idiopatik
Idiopatik (primer) bila tidak ada
penyebabnya.
Perlu diingat bahwa otak yang hidup
mempunyai kapasitas menimbulkan
serangan kejang jika stimulusnya cukup.
Ada orang yang mengalami serangan secara
spontan tanpa stimulus pemicu, sedangkan
orang lain dipengaruhi stimulus seperti
kilatan cahaya, minum alkohol berlebihan,
atau sangat kelelahan atau memerlukan
syok elektrokonvulsif baru timbul kejang.
Derajat stimulus yang diperlukan untuk
menimbulkan serangan kejang pada seseorang
adalah ‘ambang serangan’ bagi orang itu.

Jenis Epilepsi Idiopatik


Serangan tonik klonik
-didahului masa ketegangan yang meningkat
(beberapa menit sampai dua hari)
-Hilang kesadaran
-Jatuh ke tanah dalam keadaan kaku
- kekakuan otot ini diikuti kejang-kejang
umum, yang kemudian diikuti ekstremitas
yang lemas
-pasien akan sadar kembali dalam 5-15menit
-bingung selama sekitar 15 menit, dan dapat
langsung tidur lelap
-serangan kejang ini dikenal sebagai
serangan Grand mal atau mayor
Serangan Absens Sederhana
- Hanya terjadi pada anak, yang mengalami
“absens” sekitar 10-15 detik saat mereka
menatap lurus kedepan, kadang-kadang
berkedip-kedip atau mendongak, kemudian
kembali pada aktivitas normal.
- Serangan demikian dapat terjadi 5 sampai
100 kali dalam satu hari.
- Serangan ini dikenal sebagai serangan
petit mal.
Serangan Mioklonik
- Berupa kedutan satu tungkai atau semua
tungkai dan paling jelas selama jam
pertama setelah bangun atau pada jam
sebelum tidur.
- Seorang anak mungkin melempar-lempar
barang saat sarapan pagi atau menjatuhkan
barang.
- Dapat dijumpai pada pasien dengan grand
mal atau bersama epilepsi simtomatik.
Status Epileptikus
Adalah keadaan pada satu serangan yang
diikuti serangan lain tanpa ada periode
sadar dari pasien.
Status epileptikus grand mal dapat
berlangsung beberapa jam atau beberapa
hari dan dapat fatal.
Status ini dapat timbul spontan atau akibat
terlalu cepat menghentikan antikonvulsan.
Obat untuk epilepsi (antikonvulsan)
 HIDANTOIN-FENITOIN
- Fenitoin (Dilantin) paling dikenal dan
paling banyak dipakai.
- Dipakai untuk grand mal dan umumnya
semua bentuk epilepsi kecuali petit mal.
- Dapat dikombinasi dengan antikonvulsan
lain.
Reaksi merugikan dari agens ini adalah :
-hipertrofi gusi (bila terjadi mungkin perlu
ganti obat antikonvulsan lain)
-sindrom hidantoin fetal (yang dapat berakibat
palatoskhisis) bila ibunya minum fenitoin
selama kehamilan.
-kadang-kadang timbul dermatitis, mungkin
disertai demam dan eosinofilia.
Pernah dilaporkan terjadi hirsutisme dan
timbul akne umum.
Bila kadar darahnya tinggi, dapat timbul
nistagmus, inkoordinasi muskular dan vertigo.
Efek ini dapat dihilangkan dengan
menurunkan dosis unutk beberapa hari.
Reaksi lain adalah kelainan darah seperti
leukopenia, agranulositosis, dan
trombositopenia.
Interaksi obat
Metabolisme fenitoin dapat dipengaruhi obat
lain yang diminum bersamaan.
Barbiturat dan karbamazepin dapat
meningkatkan metabolisme fenitoin,
mengakibatkan penurunan kadar fenitoin darah.
Antikoagulan koumarin, disulfiram, isoniazid,
dan kloramfenikol dapat menghambat
metabolisme fenitoin, sehingga timbul tanda-
tanda keracunan fenitoin.
Antidepresan trisiklik dosis tinggi dapat memicu
serangan sehingga dosis fenitoin harus
disesuaikan.
BARBITURAT
Termasuk dalam agens ini adalah fenobarbiton,
metilfenobarbiton, primidon.
Metilfenobarbiton (prominal) dimetabolisasi
menjadi fenobarbiton.
Primidon (Mysoline) dimetabolisasi menjadi dua
obat, satu dikenal sebagai PEMA dan
fenobarbiton; jadi sebenarnya 3 antikonvulsan
dalam satu obat.
Barbiturat mendepresi SSP, yaitu korteks serebri
dan formasio retikularis.
Obat ini dipakai untuk mengobati serangan mayor
segala jenis dan banyak dipakai terhadap kejang
demam pada anak.
KARBAMAZEPIN
Karbamazepin (Tegretol) dapat dimasukan
dalam kelompok obat-obat lain dalam
pengobatan epilepsi.
Dapat dipakai untuk epilepsi grand mal
atau digabung dengan obat lain untuk
pasien yang resisten terhadap pengobatan.
Karbamazepin menunjukan hasil baik pada
pengobatan tic dolourex dan merupakan
obat pilihan untuk neuralgia trigeminus.
Interaksi obat
Fenitoin dapat meningkatkan metabolisme
karbamazepin dan karenanya menurunkan
kadar darahnya ; danazol dapat
menghambat metabolisme karbamazepin.
SUKSINAMID
Termasuk dalam agens ini adalah
etosuksimid, metsuksimid, fensuksimid.
Obat-obat ini dikembangkan untuk petit
mal.
BENZODIAZEPIN
Termasuk agens ini adalah diazepam,
nitrazepam, klonazepam.
Diazepam (Valium) sangat baik untuk
mengobati status epileptikus bila diberi secara
IV, walaupun bukan antikonvulsan kuat bila
diberi per oral.
Nitrazepam (Mogadon) lebih berguna untuk
mengobato epilepsi mioklonik yang timbul
bersama grand mal.
Klonazepam (Rivotril) dipakai untuk macam-
macam epilepsi pada orang dewasa dan anak,
termasuk status epileptikus.
NA VALPROAT
Na valproat (Epilin) efektif mengobati
epilepsi petit mal, grand mal. Epilepsi
campuran, dan serangan mioklonik.
Obat untuk status epileptikus
Termasuk dalam agens ini adalah diazepam,
klonazepam, paraldehid, tiopenton sodium,
hemineurin.
Diazepam 10 mg IV diberi dalam 5 menit.
Saat penyuntikan selesai, kejangnya
berhenti.
Efek diazepam hanya singkat, karenanya
perlu diikuti pemberian fenitoin IV dengan
kecepatan 50 mg/mnt sampai dosis
mencapai 500 mg sampai 1 g untuk dewasa.
Klonazepam (1-4 mg IV) kadang-kadang
Kerjanya lebih lama dari diazepam, namun
reaksi merugikan seperti depresi pernapasan
dan sedasi lebih berat dari diazepam.
Paraldehid kurang dipakai karena lebih
toksik dan berbau.
Jika cara-cara ini tidak berhasil, dicoba
dengan tiopentum sodium (Pentothal).
Pada kasus tertentu, klormetiazol
(Hemineurin) telah digunakan dengan hasil
baik.
Parkinson
Adalah penyakit neurologik yang
bermanifestasi sebagai gangguan sikap,
kekakuan, tremor dan hipokinesia
(pengurangan gerak otot secara abnormal).
Dikatakan terdapat pada 1 dari setiap 100
orang di atas 50 tahun.
Gejala penyakit ini disebabkan perubahan
dalam otak, yaitu pengurangan reseptor
dopamin dan sel-sel dalam substansia nigra.
Sistem pengendali gerakan menjadi
terganggu ; sistem dopaminergik defektif
dan sistem kolinergik menjadi dominan.
Terapi obat berupaya memulihkan sistem
dopaminergik (dengan L-dopa, amantadin)
atau menekan sistem kolinergik (dengan
obat antikolonergik, misalnya benzeksol,
benztropin).
Obat untuk parkinson
LEVODOPA (LARODOPA)
Levodopa (L-dopa) menjadi obat pilihan
untuk pengobatan parkinson.
Dopamin tidak efektif karena kurang
diserap dari usus dan tidak dapat melalui
sawar otak-darah, sedangkan levodopa,
yang merupakan prekursor dopamin, dapat.
L-dopa umumnya lebih efektif untuk
mengobati hipokenesia daripada mengatasi
kekakuan dan tremor.
Interaksi obat
Reserpin (Serpasil) kemungkinan
menghabiskan dopamin otak; karenanya
mengantagonis levodopa.
Fenotiazin dapat memblok reseptor
dopamin dan jangan diberi pada pasien
yang minum L-dopa.
Inhibitor monoamin oksidase mengurangi
degradasi dopamin dan noradrenalin, yang
berakibat meningkatnya amin ini yang
mengakibatkan hipertensi berbahaya.
Benzodizepin dan fenitoin dapat
menurunkan efek L-dopa.
Piridoksin memmbalikan efek terapeutik L-
dopa, sehingga sedikit L-dopa yang
menembus ke otak
L-DOPA DENGAN INHIBITOR
DEKARBOKSILASE
Inhibitor dekarboksilae (Carbidopa) yang
digabungkan dengan L-dopa
menguntungkan pengobatan parkinson.
Carbidopa tidak melewati sawar otak-
darah; dengan bergabung dengan L-dopa,
diperlukan lebih sedikit L-dopa (20%)
sehingga efek sampingnya berkurang (mual,
muntah).
Di pasaran dikenal sebagai Sinemet atau
Madopar.
ANTIKOLINERGIK
Termasuk dalam agens ini adalah
benzeksol, biperidin, benztropin,
orfenadrin.
Benzeksol (Artane, Anti-spas), birepidin
(Akineton), benztropin (Cogentin),
orfenadrin (Norflek, Disipal, Orpadrex).
Agens ini menurunkan aktifitas kolinergik,
sehingga mengurangi dominansi sistem
kolinergik pada parkinson.
Bila gejalanya ringan-kekakuan dan tremor
dengan sedikit gangguan jalan atau
akinesia-dapat digunakan antikolinergik.
BROMOKRIPTIN
Bromokriptin (Parlodel) kini banyak
dipakai.
Agens ini langsung mempengaruhi reseptor
dopaminergik dan digunakan untuk
penyakit parkinson idiopatik atau pasca-
ensefalitik.
Penggunaan gabungan antara bromokriptin
dan levodopa sangat efektif.
Migren
Migren diperkirakan mengenai 20%
masyarakat, kasus perempuan, dua kali
lebih banyak dari kasus laki-laki.
Migren adalah sebentuk sakit kepala
mendadak disertai mual, muntah dan
fotofobia.
Migren klasik sering didahului gangguan
visual seperti melihat bintang, disfagia,
parestesia pada satu sisi badan, yang tidak
terdapat pada migren pada umumnya.
Migren kebanyakan dialami orang dewasa,
antara pubertas dan 65 tahun.
Faktor pemicu macam-macam, dari :

- emosional (mis. Stress atau relaksasi setelah


stress)
- fisik (kelelahan, cedera kepala)
- hormonal (premenstruasi)
- makanan (mis. Keju atau anggur merah)
Faktor lain adalah substansi intrinsik badan
seperti serotonin, bradikinin dan histamin.
Terapi serangan migren dapat dibagi menjadi
penatalaksanaan jangka panjang, pencegahan
dan terapi serangan akut.
Obat migren jangka-panjang dan pencegahan
Terapi non-obat mencakup menghindari
faktor pemicu (makanan tertentu, situasi,
dll) dan penggunaan psikoterapi, fisioterapi
dan, kadang-kadang akupungtur.
Terapi obat profilaktik diindikasikan jika
serangan terjadi lebih dari satu dua kali per
bulan.
Obat yang dipakai adalah mengubah kerja
katekolamin, anti-serotonin dan lain-lain.
Obat yang mengubah kerja Katekolamin
Klonidin
Klonidin (Dixarit) dalam dosis kecil (25
mcg) untuk terapi profilaksis jangka
panjang migren.
Juga dipakai untuk hipertensi, dengan nama
dagang lain Catapres (150 mcg).
Untuk pasien yang minum Catapres, yang
menderita migren, tidak ada gunanya
memberi Dixarit tambahan.
Penyekat-beta
Penyekat-beta memblok efek beta dari
noradrenalin.
Ternyata untuk pasien tertentu yang
sebelumnya menderita migren, tidak
terdapat serangan migren lagi setelah
diobati dengan penyekat-beta untuk
hipertensinya.
Propanolol (Inderal) dan pindolol (Visken)
pada percobaan klinis ternyata berguna
untuk mencegah migren.
Antidepresan trisiklik
Obat antidepresan trisiklik (mis.
Amitriptilin) memblok noradrenalin pada
terminal saraf, sehingga tersedia lebih
banyak noradrenalin untuk bekerja pada
dinding pembuluh darah dan dalam SSP.
Terapi migren dengan amitriptilin 10-60
mg pada malam hari memberi hasil baik.
Obat Antiserotonin
Termasuk dalam agens ini adalah
antihistamin antiserotonin, siproheptadin,
metdilazin, pizotifen malat.
Siproheptadin (Periantin) diberi dalam dosis
4-8 mg tigakali sehari.
Metdilazin (Dilosyn) diberi 8 mg dua kali
sehari.
Pizotifen malat (Sandomigran) secara
struktur mirip siproheptadin dan diberi
dalam dosis 0,5 mg satu sampai tiga kali
sehari.
Obat migren serangan akut
Terapi serangan akut dapat dibagi menjadi
terapi obat dan non obat.
Hendaknya diciptakan suasana yang
mendukung bagi pasien, agar pasien tidur.
Analgesik
Aspirin, diberi dalam dosis 900 mg (tiga
tablet)
Parasetamol, diberi dalam dosis 1 g (dua
tablet) berupa tablet efervesen.
Analgesik lemah lain dapat diberi bersama
aspirin dan parasetamol, sperti kodein dan
dekstropropoksifen.
Antiemetik
Termasuk dalam agens ini adalah
metoklopramid, tietilperazin, proklorperazin,
meklozin hidroklorida.
Metoklopramid (Maxolon) adalah antiemetik
pilihan.
Dosis 10 mg diberi 10 menit sebelum dosis
aspirin atau parasetamol pada serangan
migren.
Antiemetik lain adalah tietilperazin
(Torecan), proklorperazin (Stemetil) dan
meklozin hidroklorida (Ancolan).
Tranquilizer
Kebanyakan pasien berespons baik
terhadapa terapi serangan akut jika mereka
dapat tidur, misalnya dibantu dengan
pemberian diazepam 5-10 mg.
Ergotamin Tartrat
Ergotamin adalah vasokonstriktor kuat
dalam pengobatan migren, yang harus
diberi pada munculnya tanda pertama,
dengan dosis awal 1-2 mg per oral atau
rektal.
Kemudian diberi 1 mg setiap ½ sampai 1
jam.
Dosis harian total tidak boleh melebihi 6
mg; dosis mingguan total tidak boleh
melebihi 10 mg.
Preparat ergotamin

Lingraine Tablet sublingual 1mg

Medihaler Ergotamine Inhaler aerosol yang

mengandung 0,45 mg/


dosis

Ergodryl, Migral Kapsul atau tablet


oral,
mengandung 1 mg,
dikombinasi dengan
antihistamin.
Cafergot Tablet oral mengandung 1mg
dikombinasi dengan kafein.

Cafergot PB Supositoria mengandung 2


mg dikombinasi dengan
kafein, alkaloid beladonna,
dan sebuah barbiturat
dehidergot, suntikan yang
mengandung 1 mg/ml
dihidroergotamin mesilat.

Anda mungkin juga menyukai