Hadits Ahad
Hadits Ahad
Hadits Ahad
Disusun Oleh:
Syahilda Maharani (2102032224)
Iis Sintawati (2102030006)
Pengertian
Hadits Ahad adalah hadits yang jumlah rawinya tidak sampai pada
jumlah mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai
pada derajat mutawatir. Hal ini dinyatakan dalam kaidah ilmu hadis berikut
ini :
ما ال يجتمع فيه شروط التواتر
(Hadist yang tidak mencapai derajat mutawatir)
Imam Syafi’i berpendapat bahwa hadis ahad tidak dapat menghapuskan suatu hukum
dari hukum-hukum Al-Quran. Ahlu Zhahir (pengikut Daud Ibnu ‘Ali Al-Zhahiri) tidak
membolehkan men-takhshis-kan umum ayat-ayat Al-Quran dengan hadis .Hukum Islam
adalah kaidah dan norma kemasyarakatan yang bersumber pertama pada Al-Qur’an, kedua
pada As-Sunnah, dan ketiga pada akal pikiran. As-Sunnah merupakan segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan dan sifat. Salah satu
bentuk dari As-Sunnah yaitu Hadits Ahad yang dapat dijadikan sumber hukum. Imam Abu
Hanifah menggunakan Qiyas untuk menilai Hadits Ahad dan Imam Malik bin Anas
menggunakan Amal Ahli Madinah untuk menilai Hadits Ahad. Tujuan dari penelitian yang
hendak dicapai oleh peneliti yaitu pertama, untuk mengetahui pendapat Imam Abu Hanifah
tentang As-Sunnah sebagai Sumber dan Dalil Hukum Syara’, kedua, untuk mengetahui
pendapat Imam Malik bin Anas tentang As-Sunnah sebagai Sumber dan Dalil Hukum
Syara’, ketiga, untuk mengetahui perbandingan pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam
Malik bin Anas. Sunnah bersifat bayani yang menjalankan fungsi untuk menjelaskan
hukum Al-Qur’an . Namun dalam kedudukan sunnah sebagai dalil yang berdiri sendiri dan
sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an, menjadi bahan perbincangan di kalangan Ulama,
karena di dalam Surah Yunus ayat 37 dijelaskan, bahwa Al-Qur’an sudah sempurna tidak
ada keraguan di dalamnya.
Dasar hukum hadits ahad
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, adalah pendekatan kuantitatif dengan
metode komparatif. Yaitu membandingkan antara pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam
Malik bin Anas tentang As-Sunnah sebagai Sumber dan Dalil Hukum Syara’. Jenis data
yang dipergunakan dalam penelitian ini karya Musthafa Assiba’i: As-Sunnah wa
Makanatuha Fii Tasyri’i Islam, juga kitab, buku, dan jurnal yang berhubungan dengan
penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah pertama, pendapat Abu Hanifah bahwa
kedudukan Qiyas ada diatas Khabar Ahad dapat dijadikan sumber hukum, apabila ‘illatnya
berasal dari ketetapan yang pasti dan tidak dapat dijadikan dalil hukum dalam masalah
aqidah tetapi dalam amal perbuatan, kedua, pendapat Malik bin Anas bahwa Khabar Ahad
yang tidak bertentangan dengan Amal Ahli Madinah dapat dijadikan sumber hukum karena
Kota Madinah merupakan tempat menyebar luasnya Hadits, dengan kultur sosialnya yang
masih sederhana. Ketiga, Persamaan pendapat keduanya adalah Khabar Ahad dapat
dijadikan sebagai sumber hukum. Sedangkan perbedaan keduanya yaitu, Khabar Ahad tidak
dapat dijadikan Dalil Hukum dalam masalah aqidah menurut Imam Abu Hanifah dan
Khabar Ahad dapat dijadikan Dalil dalam cabang hukum syara. Maka Hadits Ahad dapat
diterima sebagai hujjah dengan adanya delapan syarat.
Terimakasih !!