Pertemuan 12

Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Unduh sebagai ppt, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

PERAWATAN PALIATIF DALAM

PERSPEKTIF SOSIAL DAN BUDAYA


Tim Dosen PHOTO

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
Tinjauan Sosial Tentang Perawatan Paliatif.
 Sosiologi dapat dibedakan dengan disiplin ilmu lainya, dimana ilmu sosial
berfokus pada bagaimana aspek keduniaan manusia atau dunia buatan
manusia sebagai bagian eksternal manusia yang dapat mempengaruhi manusia
secara keseluruhan.
 Sehat, sakit dan penyakit bukan hanya kondisi terkait biologis dan psikologis
namun juga terkait dengan status sosial (Clarke, 2010). Dimensi sosial
tersebut merupakan inti dari studi sosiologi mengenai sehat sakit.
 Pengalaman seseorang terhadap kesehatan maupun kejadian sakit
dipengaruhi oleh sosial, ekonomi dan karakteristik budaya dari suatu
masyarakat dimana mereka tinggal. Parson (1951 dalam clarke, 2010).
Aspek Sosial Dengan Berbagai isu mempengaruhi
bidang kesehatan
Tinjauan Budaya Tentang Perawatan Paliatif
 Budaya didefinisikan sebagai jalan hidup, dimana memberikan pandangan
dunia, dasar dalam memahami dan menciptakan realitas hidup seseorang,
mengarahkan makna dan tujuan hidup dan sekaligus memberikan dan
menjadikan acuan hidup (Matzo & Sherman, 2010).
 Latar belakang budaya yang dimiliki oleh pasien sangat mempengaruhi pasien
terhadap bagaimana ia memilih atau merujuk sesuatu dan menginginkan hal
terkait mendiskusikan berita buruk, membuat keputusan, serta bagaimana
pengalamannya terkait kematian (Lum & Arnold, 2012) maupun penanganan
dan perawatan menjelang kematian (Calrk & Philips, 2010).
 Memahami budaya sebagai dasar untuk mengembangkan rencana perawatan
kesehatan yang mencakup harapan yang terkait budaya pasien dan
kepercayaan yang terkait kesehatan.
 Andrews and Boyle (1995, dalam Matzo & Sherman, 2010). Menjelaskan bahwa
kepercayan yang terkait dengan kesehatan di kelompokan dalam 3 kategori
yaitu :
1. Magico-religious, dalam perspektif ini seseorang berkeyakinan bahwa tuhan
atau kekutana supranatural yang mengontrol kesehatan dan sakit.
2. Biomedical, dalam perspektif ini seseorang meyakini bahwa sakit diakibatkan
oleh gangguan fisik dan proses biokimia dan hal tersebut dapat dimanipulasi
di pelayanan kesehatan.
3. Holistic, dalam pandangan ini bahwa kesehatan merupakan hasil
keseimbangan atau harmoni dari berbagai elemen alami, sehingga kondisi
sakit terjadi sebagai suatu kondisi ketidak harmonisan.
 Perawatan pasien dengan model holistic lebih menekankan pada pengalaman
subyektif terhadap kondisi sakit dibandingkan dengan deskripsi penyakit
secara fisiologis.
 Jika perawatan yang dilakukan berpusat pada pasien, maka memasuku dunia
pasien merupakan hal yang penting untuk dapat melihat penyakit dan kondisi
sakit menurut pandangan dan persepsi pasien (Selman, Speck Barfield, Gysel,
Higginson & Harding, 2014).
 Berdasakan fenomena tersebut maka di adopsi 3 prinsip yang berkenaan
dengan pengalaman sakit yaitu :
1. Prinsip pertama, sakit sebagai budaya
2. Prinsip kedua, makna, kematian dan sakit
3. Prinsip ketiga, narasi tentang sakit
Schim dan Miller mengembangkan modle kompetensi
budaya, dimana model tersebut mencakup 4
komponen , yaitu :
1. Keragaman budaya
mengenal dan memahami keragaman populasi dengan keunikan nilai dan
kepercayaan serta adat istiadatnya.
2. Kesadaran akan budaya
adanya pertukaran pengetahuan dan informasi mengenai kesehatan,
kepercayaan, dan praktik khusus dalam berbagai komunitas serta variasi
budaya dalam group.
3. Sensitifitas terhadap budaya
Upaya untuk mengenal perilaku atau tingkah laku dan kepercayaan, serta
upaya untuk menghindari beberapa hal yang terkait proses komunikasi dan
keterampilan komunikasi.
Lanjutan.....

4. Kompetensi budaya
Melibatkan keragaman budaya sebagai fakta, kesadaran akan budaya
sebagai pengetahuan, dan sensitifitas budaya melalui tingkah laku
menjadi suatu praktik dan perilaku keseharian.
 Kompetensi budaya merupakan proses untuk mengembangkan sesuatu
yang mana hal tersebut tergantung pada kesadaran diri, pengetahuan
dan keterampilan .
Berikut beberapa model kompetansi budaya yang juga sering digunakan untuk
pengajaran kompetensi budaya bagi para profesional kesehatan, dan untuk
mengkaji latar belakang budaya pasien, yaitu :
 The model of cultural competency dari Campinha-Baccote.
 A model of culturally competent healt care practice dari Papadopoulos.
 Taxonomy for culturally competent care dari Lister.
 Model for the development of culturally competent community care dari Ki-
Godwin.
 Transcultural model dari Giger and Davidhizar.
 Four-step approach to providing culturally sensitive patient teaching dari
Kittler and Sucher.
 Model of cultural competence dari Purnel and Paulanka.
 Sunshine model dari Leininger (Evans, Menaca, Koffman, Harding, Higginson,
Pool & Gysels, 2012).
 Peran budaya sangatlah penting dalam perawatan paliatif dan hospis, dan
bagaiamana budaya tersebut di konseptualkan dan di aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari telah memberikan dampak yang sangat besar pada
pasien, keluarga, dan penyedia layanan kesehatan. (bosma, Apland &
Kazanjian, 2010).
 Hasil penelitian menunjukan kompetensi budaya dalam pelayanna kesehatan
dan perawatan dapat meningkatkan layanan perawatan, hasil akhir terhadap
pasien, dan tingkat kepuasan pasien beserta petugas kesehatan itu sendiri
termasuk perawat. (Bhat, McFarland, Keiser, Wehbe-Alamah&Filter, 2015).
 Namun berbagai faktor juga memiliki kontribusi terhadap kompleksitas
budaya seperti sosial, ekonomoi, dan politik, dimana faktor-fektor tersebut
melekat dan menjadi hal permanen dalam suatu masyarakat yang dengannya
pula akan merubah cara pandang masyarakat terhadap sesuatu (Yapp, 2012).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai