LapSus Syok Anafilaktik IGD Gita

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus IGD

Syok Anafilaktik

RSUD IR.SOEKARNO SUKOHARJO

dr. Brigita
Identitas Pasien
O Nama: An. NWA
O Umur: 13 tahun
O Jenis kelamin: perempuan
O Pekerjaan: pelajar
O Alamat: bendosari, sukoharjo
O Tanggal masuk: 9 Februari 2019, pukul 16.54 WIB
O No RM: 0040****
Keluhan Utama

Sesak Napas
Riwayat Penyakit
Pasien datang dengan keluhan sesak napas dan muka bengkak sejak 30
menit sebelum masuk RS. Kedua mata dan bibir bengkak (+). Seluruh
badan bentol-bentol gatal. Sebelum muncul gejala, pasien mengkonsumsi
nasi, ayam, dan siomay ikan. Konsumsi obat (-) terkena binatang/zat tertentu
(-) nyeri perut (-) pusing (-) diare (-) mual (-)muntah (-)

Sebelumnya pasien mengaku pernah masuk IGD sekitar 2 tahun yang lalu
dengan keluhan mata dan bibir bengkak disertai gatal seluruh tubuh, namun
tidak sesak, setelah makan mie dan telur. Tidak mondok.

Riwayat alergi (+) tidak tahu alergi terhadap apamanifestasi kulit gatal.
Riw asma (-) rhinitis (-)

Riwayat operasi jantung (PDA) 2x saat usia 2 tahun di Sardjito.


Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit Riwayat penyakit
dahulu keluarga

O Riwayat keluhan serupa : 1x ORiwayat tekanan darah


O Riwayat DM : dsangkal tinggi : disangkal
O Riwayat tumor : disangkal ORiwayat penyakit gula :
O Riwayat HT : disangkal disangkal
O Riwayat Alergi : ya, tidak ORiwayat penyakit serupa :
tahu alergi apa
disangka
O Riwayat penyakit jantung : ya,
ORiwayat tumor/ keganasan
operasi 2x PDA usia 2 th
O Riwayat Trauma : disangkal : disangkal
Riwayat Penyakit
Riwayat kebiasaan
O Olahraga teratur : disangkal
O Merokok : disangkal
O Konsumsi obat-obatan: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
O Keadaan umum : tampak sesak
O Kesadaran :compos mentis, E4V5M6
O Vital Sign
Tekanan Darah 90/60 mmHg
Nadi 86 x/menit
RR 25 x/menit
Suhu 36,7 C
Spo2 99%

BB: 54kg
PEMERIKSAAN FISIK
O Status Generalis
O Kepala
Bentuk : Bulat, Normocephal, Deformitas (-)

Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), edem


palpebra (+/+)

Telinga : Discharge (-/-). Nyeri Tekan (-/-)

Hidung : Deviasi Septum (-), Perdarahan (-), Sekret (-)

Bibir : Bengkak, sulit membuka mulut

Leher : Bentuk normal, deviasi trakea (-), PKGB (-)


PEMERIKSAAN FISIK
O Thorax
O Cor
Inspeksi ictus cordis tidak tampak
Palpasi ictus cordis tidak teraba
Perkusi Batas jantung kesan normal
Auskultasi BJ I/II reguler, gallop (-), murmur (-)

O Pulmo

Inspeksi Statis dan dinamis simetris, retraksi (-)


Palpasi Fremitus kanan = kiri
Perkusi Sonor
Auskultasi Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
O Abdomen
Inspeksi Datar, tidak tampak benjolan, terdapat multiple
urtikaria dan makula eritem batas tegas tepi
ireguler, tersebar diskret
Auskultasi BU (+) (N), Hiperistaltik (-), Metallic Sound (-)
Palpasi Supel, distensi (-), NT (-)
Perkusi Timpani
O Ekstremitas

Atas Akral hangat (+/+), edema (-/-), capillary refill < 2 detik,
pada kedua lengan terdapat multiple urtikaria dan
makula eritem batas tegas tepi ireguler, tersebar
diskret
Bawah Akral hangat (+/+), edema (-/-), capillary refill < 2 detik,
pada kedua tungkai bawah terdapat multiple
urtikaria dan makula eritem batas tegas tepi ireguler,
tersebar diskret
Pemeriksaan
Penunjang
O AL 18,8 (H)
O Eosinofil 0,8 (L)
O Hb 15,2
O AT 336
Diagnosis

Syok Anafilaksis dd
Angioedema
Tatalaksana
O O2 3 lpm
O Trendelenburg position
O Epinefrin 0,3mg IM
O Infus RL loading 100cc lanjut 20 tpm
O Inj. Dexametason 1Ampul/12jam
O Inj difenhidramin 1 ampul/12jam
O Cek lab DL dengan diff count
O Ranap, konsul SpA, advis:
O Inj. Dexametason 1Ampul/12jamganti MP 50mg/12jam
O Cetirizin 2x1
O Terapi lain lanjut
TINJAUAN PUSTAKA

Syok Anafilaksis
Definisi
O Anafilaktik adalah reaksi hipersensitifitas
generalisata atau sistemik yang beronset
cepat, serius dan mengancam
O Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat
menimbulkan syok yang disebut sebagai syok
anafilaktik.
O Syok anafilaktik membutuhkan pertolongan
cepat dan tepat.
Epidemiologi
O Insidensi syok anafilaktik 40-60% adalah akibat gigitan
serangga, 20-40% akibat zat kontras radiografi, dan 10-
20% akibat pemberian obat penisilin.
O Data yang akurat dalam insiden dan prevalensi
terjadinya syok anafilaktik masih sangat kurang.
O Anafilaksis yang fatal hanya kira-kira 4 kasus kematian
dari 10 juta masyarakat pertahun.
O Sebagian besar kasus yang serius disebabkan
pemberian antibiotik seperti penisilin dan bahan zat
radiologis.
Anamnesis
O Anafilaksis paling sering mengenai kulit, respirasi,
kardiovaskular, dan sistem gastrointestinal. Kulit dan
membran mukus terlibat pada 80-90% kasus.
O Sebagian besar orang dewasa kombinasi dari
urtikaria, eritema, pruritus, atau angioedema. Namun,
alasan yang kurang dipahami, anak2 lebih sering
terkena gejala respirasi yang diikuti gejala kulit.
Beberapa kasus berat anafilaksis ditemukan tanpa
gejala kulit.
O Semakin cepat reaksi timbul makin berat keadaan
penderita
Tanda dan Gejala
Pada awalnya pasien sering mengalami gatal dan kemerahan,
gejala lain dapat muncul secara cepat, seperti:
O Kulit/mata: flushing, urticaria, angioedema, gatal atau injeksi
konjungtiva dan/atau kutan, hangat dan bengkak.
O Pernapasan: kongesti nasal, coryza, rhinorrhea, bersin,
tenggorokan bengkak, wheezing, shortness of breath, batuk,
serak, dyspneu
O Cardiovascular: pusing, lemah, pingsan, nyeri dada, palpitasi
O Gastrointestinal: disfagia, mual, muntah, diare, kembung,
kram
O Neurologik: nyeri kepala, pusing, pandangan kabur, and
kejang (sangat jarang dan sering berhubungan dengan
hipotensi)
Pemeriksaan Fisik
O Kesan umumPasien tampak sesak, sianosis
karena edema laring dan bronkospasme.
O Tanda vitalHipotensi merupakan gejala
yang menonjol pada syok anafilaktik. Adanya
takikardia, frekuensi napas meningkat.
O Mata edema periorbital, mata berair,
hiperemi konjungitva.
O Tanda prodromal kulit urtikaria dan eritema
Penegakan Diagnosis
World Allergy Organization
O Anafilaksis dipertimbangkan jika 1 dari 3 kriteria klinis memenuhi
dalam menit hingga jam:
1. Onset gejala akut (menit-jam) yang melibatkan kulit, jaringan mukosa,
atau keduanya dan sedikitnya salah satu dari gangguan respirasi,
hipotensi atau kegagalan organ target.
2. Dua atau lebih tanda berikut yang muncul segera (menit-jam) setelah
terpapat alergen yang mungkin: hipotensi, gangguan respirasi, gejala
gastrointestinal yang menetap, atau keterlibatan kulit atau mukosa.
3. Hipotensi segera (menit-jam) setelah terpapar alergen yang telah
diketahui.
a. Bayi dan anak: TD sistol rendah (menurut umur) atau terjadi
penurunan >30% dari TD sistolik awal.
b. dewasa: TD sistol <90mmHg atau terjadi penurunan >30% dari TD
sistolik semula.
Diagnosis banding
O Angioedema
O Serangan asma akut
O Urtikaria akut generalisata
O Syok jenis lain (distributif, septik,
kardiogenik, hipovolemik
O dsb
Laboratorium
O Karena anafilaksis terutama dari diagnosis
klinis, studi laboratorium tidak biasa
dibutuhkan dan jarang membantu
Tatalaksana
1. Posisi trendelenburg/kedua tungkai diangkat akan
membantu menaikkan venous return sehingga tekanan darah
ikut meningkat.
2. Oksigen 3-5lpm harus diberikan, keadaan ekstrim tindakan
trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan
3. Infus, cairan plasma expander (dextran) merupakan pilihan
utama untuk mengisi volume intravaskuler secepatnya. Jika
tidak tersedia, RL atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai
cairan pengganti. Pemberian cairan infus sebaiknya
dipertahankan sampai TD kembali optimal dan stabil.
Tatalaksana
O 4. Adrenalin 0,3-0,5ml dari larutan 1:1000 IM
dapat diulang 5-10 menit. Dosis ulangan umumya
diperlukan, mengingat lama kerja adrenalin cukup
singkat. Jika respon IM kurang efektif dapat diberikan
IV setelah 0,1-0,2ml adrenalin dilarutkan dalam spuit
10cc dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-
lahan. Pemberian subkutan sebaiknya dihindari
pada syok anafilaktik karena efeknya lambat bahkan
mungkin tidak ada akibat vasokonstriksi pada kulit,
sehingga absorbsi obat tidak terjadi
epinefrin
O Epinefrin mempertahankan tekanan darah, melawan efek
mediator yang dilepaskan dan menghambat pelepasan mediator.
Penggunaan epinefrin untuk stok anafilaktik tidak memiliki
kontraindikasi absolut. Merupakan obat pilihan dan
ditoleransi dengan baik dan berpotensi menyelamatkan
nyawa.
O Administrasi IM pada vastus lateralis menghasilkan
konsentrasi maksimum epinefrin di plasma lebih tinggi dan
lebih cepat dari pada SC atau IM di deltoid. Injeksi IM juga
lebih disarankan daripada bolus IV karena lebih cepat dalam
berbagai situasi dan lebih aman (risiko lebih rendah terjadi
komplikasi CV seperti hipertensi berat dan aritmia vetrikular)
Tatalaksana
5. aminofilin, dapat diberikan sangat hati-hati apabila bronkospasme belum hilang
dengan pemberian adrenalin. 250mg aminnofilin diberikan perlahan selama 10
menit IV. Dapat dilanjutkan 250mg lagi melalui drip infus bila dianggap perlu.
Penggunaan aminofili tidak lagi dianjurkan (ALTEM)
6. Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua setelah
adrenalin. Antihistamin memiliki onset aksi lebih lama dari epinefrin, efek
minimal pada tekanan darah, sehingga sebaiknya tidak diadministrasikan sendiri
sebagai terapi.
Antihistamin yang biasa digunakan adalah difenhidramin HCl 5-20mg IV dan
untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5-10mg IV atau
hidrokortison 100-250mg IV.
7. Resusitasi kardio pulmoner seandainya terjadi cardiac arrest
8. Mencari penyebab reaksi anafilaktik dan mencatat direkam medis serta
memberitahukan kepada pasien dan keluarga
Antihistamin dan kortikosteroid
O Kombinasi H1 blocker dan H2 blocker lebih superior
daripada H1 blocker sendiri dalam meredakan gejala
yang dimediasi histamin. Difenhidramin dan ranitidin
adalah kombinasi yang tepat. Administrasi IV
memastikan efek dosis tidak terganggu oleh gangguan
hemodinamik, yang menganggu absorpsi IM dan GIT.
Namun administrasi oral/IM dapat dilakukan pada
anafilaktik ringan
O Kortikosteroid tidak memiliki efek cepat pada
anafilaktik. Namun administrasikan segera untuk
mencegah reaksi fase lambat (bifasik anafilaksis).
Potensi dan waktu kerja kortikosteroid
Prognosis
O Tergantug dari kecepatan diagnosa dan pengelolaan, umumnya
dubia ad bonam
O Komplikasi berupa koma dan kematian. Penyebab kematian
tersering adalah kolaps kardiovaskular dan gangguan respirasi.
O Kematian dapat terjadi dengan cepat
O Menunda diagnosis hingga manifestasi multiorgan muncul
sangat berisiko karena beratnya reaksi sulit atau mustahil
diprediksi saat onset gejala muncul
O Asma adalah faktor risiko anafilaksis yang fatal.
O Keterlambatan administrasi epinefrin juga faktor risiko
outcome yang fatal
Konseling dan Edukasi
O Keluarga perlu diedukasi mengenai penyuntikkan
apapun bentuknya terutama obat-obat yang telah
dilaporkan bersifat antigen (serum, penisillin, anestesi
lokal, dsb) harus selalu waspada untuk timbulnya reaksi
anafilaktik.
O Pasien dengan risiko tinggi (riw asma, rinitis, eksim,
atau penyakit alergi lain) harus lebih diwaspadai lagi
O Jangan mencoba menyuntikkan obat yang sama bila
sebelumnya pernah ada riwayat alergi betapapun
kecilnya, sebaiknya diganti dengan preparat lain yang
lebih aman

Anda mungkin juga menyukai