Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4
A.
Jenis-jenis Tindak Pidana
1. Kejahatan dan Pelanggaran Kejahatan adalah perbuatan sejak awal telah dirasakan sebagai suatu ketidakadilan karena bertentangan nilai2 masyarakat sebelum ditetapkan UU sebagai tindak pidana(mala in se) Pelanggaran adalah perbuatan yang ditetaokan UU sebagai suatu ketidak-adilan (mala in prohibita) 2. Delik Formil dan Delik Materiil Delik formil adalah delik yang menitik beratkan pada tindakan, sedangkan delik materiil adalah delik yang menitikberatkan pada akibat. 3. Delicta Commisionis, Delicta Omisionis dan Delicta Commisionis Per Ommisionis Commisa Delicta Commisionis adalahmelakukan perbuatan yang dilarang dalam UU Delicta Omisionis yaitu tidak melakukan perbuatan yang diperintahkan oleh UU DelictaCommisionis Per Omnisionis Commisa adalah kelalaian atau kesengajaan terhadap suatu kewajiban menimbulkan akibat. Contoh. Pasal 359 KUHP. 4. Delik Konkret dan Delik Abstrak Delik konkret menimbulkan bahaya langsung terhadap korban. Contoh. Pembunuhan Delik abstrak menitikberatkan bahaya yang masih abstrak sehingga menitikberatkan pada perbuatan. Contoh. Pasal 160 KUHP. 5. Delik Umum, Delik Khusus dan Delik Politik Delik umum delik yang dapat dilakukan oleh siapapun, Delik khusus delik yang hanya bisa dilakukan oleh orang2 dengan kualifikasi tertentu. Delik politik dilakukan berdasarkan keyakinan menentang tertib hukum yang berlaku. 6. Delik Merugikan dan Delik Menimbulkan Keadaan Bahaya Delik merugikan dalam melindungi suatu kepentingan hukum individu. Seperti larangan mencuri, membunuh, menganiaya Delik menimbulkan kedaan bahaya yang tidak merugikan/menyakiti secara langsung. 7. Delik Berdiri Sendiri dan delik Lanjutan Arti penting pembagian delik ini dalam penjatuhan pidana. Pada dasarnya semua delik berdiri sendiri, namun bisa delik tersebut dilakukan secara terus menerus sebagai delik lanjutan. 8. Delik Persiapan, Delik Percobaan, Delik Selesai, Delik berlanjut Delik persiapan menimbulkan bahaya konkret tapi tidak memenuhi unsur2 delik percobaan. Contoh. Pasal 110 KUHP. Delik percobaan sudah mendekati rumusan yang dituju tetapi selesai karena diluar kehendaknya. Contoh Pasal 53 ayat (1) KUHP Delik selesai setiap perbuatan yang telah memenuhi semua rumusan delik dalam ketentuan pidana. Delik berlanjut perbuatan yang menimbulkan suatu keadaan yang dilarang secara berlanjut. Contoh. Pasal 333 ayat (1) KUHP. 9. Delik Tunggal dan delik Gabungan hampir semua selik dalam KUHP delik tunggal. Merupakan pelakunya dapat dipidana dengan satu kali melakkan perbuatan yang dilarang atau diperintahkan. delik gabung dilihat perbuatan2 pelaku yang releven satu sama lain. 10. Delik Biasa dan Delik Aduan Delik biasa untuk memproses perkara tersebut tidak dibutuhkan pengaduan. Sedangkan delik aduan harus ada yang mengadukan baru diproses. 11. Delik Sederhana dan Delik Terkualifikasi Delik sederhanaadalah delik dalam bentuk pokok sebagaimana dirumuskan oleh pembentuk UU sedangkan delik terkualifikasi delik pemberatan karena keadaan2 tertentu. contoh Pasal 374 KUHP – penggelapan dalam jabatan. 12. delik kesengajaan dan Delik Kealpaan Delik kesengajaan menghendaki bentuk kesalahan berupa kesengajaan dalam rumusan delik. Sedangkan delik kealpaan menghendaki bentuk kesalahan berupa kealpaan dalam rumusan delik. B. Waktu dan Tempat Tindak Pidana waktu terjadinya tindak pidana (tempus delicti) memiliki lima arti penting. 1. Apakah pada saat perbuatan itu terjadi telah dikualifikasikan tindak pidana? 2. Apakah pada saat melakukan tindak pidana terdakwa mampu bertanggungjawab? 3. Apakah pada saat terjadinyaperbuatan pidana telah cukup umur? 4. Terkait daluwarsa. Dihitung mulai hari setelah tindak pidana terjadi. 5. Apakah pada saat dilakukan tindak pidanaada keadaan2 tertentu yang dapat memperberat pidana. Contoh melakukan tindak pidana pada saat terjadai bencana alam. Tempat terjadinya tindak pidana (locus delicti) menentukan apakah suatu tindak pidana berlaku disuatu tempat berlaku atau tidak. Arti penting tempus delicti pengadilan mana yang memiliki kompetensi untuk mengadili suatu perkara. C. Kemampuan Bertanggungjawab Elemen pertama dari kesalahan adalah kemampuan bertanggungjawab. Van Hamel memberi ukuran kemampuan bertanggungjawab meliputi tiga hal: 1. mampu memahami secara sungguh2 akibat dari perbuatannya; 2. mampu untuk menginsyafi bahwa perbuatan itu bertentangan dengan ketertiban masyarakat; 3. mampu untuk menentukan kehendak berbuat. kemampuan tersebut bersifat komulatif, apabila salah satu kemampuan tidak terpenuhi maka seseorang dianggap tidak dapat dipertanggungjawabkan. kemampuan bertanggungjawab dalam KUHP tidak dirumuskan secara positif melainkan dirumuskan secara negatif. Lihat Pasal 44 KUHP.