Gadar Perilaku Kekerasan

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

PERILAKU

KEKERASAN
DEFENISI PERILAKU
KEKERASAN
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang, yang
ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan,baik pada diri sendiri maupun orang
lain,secara verbal maupun non verbal,bertujuan untuk melukai orang secara fisik maupun psikologis.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons marah yang diekspresikan dengan melakukan
ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respons ini dapat menimbulkan
kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. (Stuart, G. W, 2014).
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada sendiri/orang lain secara
verbal maupun non verbal dan pada lingkungan. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak
memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan – perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah. (Depkes RI, 2006).
RENTANG RESPON MARAH

Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang di manifestasikan dalam bentuk
fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang
yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa “ia” tidak setuju, tersinggung, merasa tidak
di anggap, merasa tidak di turut atau diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu di mulai dari respon normal
(assertif) sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif). (Yosep, 2010).

Rentang Respon Kemarahan (Yosep, 2007)


Keterangan : (Yosep, 2010)
Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri/respon melawan dan
menentang sampai respon maladaptif yaitu agresif - kekerasan.
1. Asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain, hal
ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan
dalam proses pencapaian tujuan.
3. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan marah yang sekarang
dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.
4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan
permusuhan, keras dan mengamuk dengan ancaman, member kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya
klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang
lain secara menakutkan, memberi kata – kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada yang paling
berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
ETIOLOGI PERILAKU
KEKERASAN
Menurut (Dermawan & Rusdin, 2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku kekerasan
yaitu sebagai berikut :
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
a. Neurologic faktor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti synap, neurotransmitter, dendrite,
axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan
pesan-pesan yang mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif.
b. Faktor Genetik
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku
agresif.
c. Faktor Biokimia
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak (epinephrin, norepinephrin,
dopamin, asetilkolin, dan serotonin). Peningkatan hormone androgen dan
norepinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal
vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
d. Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan
dasar yang kuat.
2. Faktor Psikolohgis
a. Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi
apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut
dapat mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan berkurang melalui
perilaku kekerasan.
b. Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang
mendukung.
c. Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat
terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku
destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
a. Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma
budaya dapat mendukung individu untuk merespon asertif atau agresif.
b. Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi(Deden
dan Rusdin, 2013)
B. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat
disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang
yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang terlalu rebut,
padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan
(Deden dan Rusdin, 2013).

C. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan mekanisme koping yang kontstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping
yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti “Displancement”, sublimasi, proyeksi,
represi, denial dan reaksi formasi (Deden dan Rusdin, 2013).
TANDA DAN GEJALA
Menurut (Damayanti, 2014) tanda dan gejala yang dialami oleh klien perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

1. Fisik 3. Verbal
a. Muka merah dan tegang a. Bicara kasar
b. Mata melotot/pandangan tajam b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Tangan mengepal c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Rahang mengatup d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Wajah memerah dan tegang e. Suara keras
f. Postur tubuh kaku f. Ketus
g. Pandangan tajam
h. Mengatupkan rahang dengan kuat 4. Emosi
i. Mengepalkan tangan Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa
j. Jalan mondar – mandir terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
2. Perilaku berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
a. Melempar atau memukul benda/orang
lain. 5. Sosial
b. Menyerang orang lain Menarik diri, pengasingan, penolakan,
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan kekerasan, ejekan, sindiran
e. Amuk/agresif
PATHWAY
Proses terjadi perilaku kekerasan digambarkan dengan dalam konsep sebagai berikut : (Damayanti, 2014)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis , psikologis, social
dan spiritual. (Dermawan dan Rusdin, 2013)
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan BHSP dan kontrak dengan klien tentang : nama mahasiswa, nama panggilan, lalu
dilanjut melakuka pengkajian dengan nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No RM, tanggal pengkajian dan sumber data
yang didapat.
2. Alasan masuk
Penyebabkan klien atau keluarga datang, apa yang menyebabkan klien melakukan kekerasan, apa yang klien
lakukan dirumah, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah
pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga, dan tindakan kriminal. Menanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada yang mengalami
gangguan jiwa, menanyakan kepada klien tentang pengalaman yang tidakmenyenangkan. Pada klien dengan
perilaku kekerasan faktor predisposisi, faktor presipitasi klien dari pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa dan adanya riwayat penganiayaan.
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan klien. Pada klien dengan perilaku kekerasan tekanan darah meningkat, RR meningkat, nafas
dangkat, muka memerah, tonus otot meningkat, dan dilatasi pupil.
5. Psikososial
a) Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan, dan pola asuh. Pada klien perilaku kekerasan perlu dikaji pola asuh keluarga dalam
menghadapi klien.
b) Konsep diri
1) Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi klien
terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai. Klien dengan perilaku
kekerasan mengenai gambaran dirinya ialah pandangan tajam, tangan mengepal, muka
memerah
2) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status posisinya,
kepuasan klien sebagai laki – laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan
jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan PK biasanya identitas dirinya ialah moral
yang kurang karena menunjukkan pendendam, pemarah, dan bermusuhan
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat, kemampuan klien dalam
melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut. Fungsi peran pada klien perilaku kekerasan
terganggu karena adanya perilaku yang menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
d. Ideal diri
Klien dengan Perilaku kekerasan jika kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataanmaka ia
cenderung menunjukkan amarahnya, serta untuk pengkajian Perilaku kekerasan mengenai ideal
diri harus dilakukan pengkajian yang berhubungan dengan harapan klien terhadap keadaan tubuh
yang ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap
lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya.
e. Harga diri
Harga diri yang dimiliki klien perilaku kekerasan ialah harga diri rendah karena penyebab awal
klien Perilaku kekerasan marah yang tidak bisa menerima kenyataan dan memiliki sifat labil
yang tidak terkontrol beranggapan dirinya tidak berharga.
f. Hubungan sosial
Hubungan social pada perilaku kekerasan terganggu karena adanya resiko menciderai diri
sendiri, orang lain , dan lingkungan serta memiliki amarah yang tidak dapat terkontrol.
g. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam menjalankan
keyakinan.
6. Status mental
a. Penampilan
Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya klien tidak mampu merawat penampilannya,
biasanya penampilan tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
biasanya, rambut kotor, rambut seperti tidak pernah disisr, gigi kotor dan kuning, kuku panjang
dan hitam.
b. Pembicaraan
Pada klien perilaku kekerasan cara bicara klien kasar, suara tinggi, membentak, ketus, berbicara
dengan kata – kata kotor.
c. Aktivitas motoric
Klien perilaku kekerasan terlihat tegang dan gelisah, muka merah, jalan mondar-mandir.
d. Afek dan Emosi
Untuk klien perilaku kekerasan efek dan emosinya labil, emosi klien cepat berubah-ubah
cenderung mudah mengamuk, membanting barang-barang/ melukai diri sendiri, orang lain
maupun objek sekitar, dan berteriak-teriak.
e. Interaksi selama wawancara
Klien perilaku kekerasan selama interaksi wawancara biasanya mudah marah, defensive bahwa
pendapatnya paling benar, curiga, sinis, dan menolak dengan kasar. Bermusuhan:dengan kata-
kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau tidak ramah.
f. Persepsi/Sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami persepsi sensori sebagai penyebabnya.
g. Proses Pikir
Pada klien dengan perilaku kekerasan klien memiliki pemikiran curiga, dan tidak percaya
kepada orang lain dan merasa dirinya tidak aman.
h. Tingkat Kesadaran
Klien perilaku kekerasan tingkat kesadarannya bingung sendiri untuk menghadapi kenyataan dan
mengalami kegelisahan.
i. Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih dapat mengingat kejadian jangka pendek maupun panjang.
j. Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi klien perilaku kekerasan mudah beralih dari satu objek ke objek lainnya. Klien
selalu menatap penuh kecemasan tegang dan gelisahan.
k. Kemampuan Penilain/Pengambilan keputusan
Klien perilaku kekerasan tidak mampu mengambil keputusan yang konstruktif dan adaptif.
l. Daya Tilik
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya yang menyebabkan timbulnya penyakit atau masalah sekarang.
m. Mekanisme Koping
Klien dengan HDR menghadapi suatu permasalahan, apakah menggunakan cara-cara yang adaptif
seperti bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas konstruktif,
olah raga, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif seperti minum alkohol, merokok, reaksi
lambat/berlebihan, menghindar, mencederai diri atau lainnya.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Menurut (Muhit, 2015) Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan
perilaku kekerasan yaitu :

Resiko mencederai diri sendiri, Perubahan presepsi


Perilaku Kekerasa sensori : Halusinasi
orang lain dan lingkungan

Gangguan Harga diri : Koping Individu tidak


Harga diri rendah efektif
INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan dapat berupa rencana tindakan
yang mengacu pada strategi pelaksanaan (SP) Perilaku Kekerasan yaitu : (Yosep, 2015)

SP 2 Pasien :
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
SP 1 Pasien : 2. Mempraktikkan latihan cara
1. Menyebutkan penyebab perilaku kekerasan. mengontrol fisik 2 Latih verbal (3
2. Menyebutkan tanda dan gejala perilaku kekerasan. macam)
3. Menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan. 3. Masuk jadwal kegiatan pasien
4. Menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
5. Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan. SP 3 Pasien :
6. Mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1. 4. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
7. Masuk jadwal kegiatan pasien 5. Mempraktikkan latihan cara
verbal/sosial (3 macam)
6. Masuk jadwal kegiatan pasien
SP 4 Pasien: SP 5 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1,2) dan 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (F1,2) ,verbal
verbal (SP 3), Spiritual
2. Latih cara spiritual 2. Latihan patuh obat
3. Masuk jadwal kegiatan pasien 3. Masuk jadwal kegiatan pasien

SP 1 Keluarga :
1. Mengidentifikasi masalah SP 2 Keluarga:
yang dirasakan keluarga 1. Evaluasi SP 1
dalam merawat pasien 2. Latih (simulasi) 2 cara lain
2. Menjelaskan PK, penyebab, untuk merawat SP 3 Keluarga :
tanda dan gejala. 3. Latih (langsung) ke pasien 1. Evaluasi kemampuan
3. Menjelaskan Cara merawat 4. RTL keluarga/jadwal keluarga (SP 1,2).
PK. keluarga untuk merawat 2. Evaluasi kemampuan pasien.
4. Latih (simulasi) 2 cara 3. RTL keluarga dengan Follow
merawat. Up dan Rujukan
5. RTL keluarga/jadwal keluarga
untuk merawat.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan dengan


memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas
klien beserta lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih
dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini. Hubungan saling percaya antara
perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
(Keliat, 2012)
EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai
melakukan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola
pikirnya. (Keliat, 2011).
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di laksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap
atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradikdif dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon keluarga.
Terimkasih 

Anda mungkin juga menyukai