Hakekat Pi Multikultural Di Indonesia DLM Pesrspektif Pai
Hakekat Pi Multikultural Di Indonesia DLM Pesrspektif Pai
Hakekat Pi Multikultural Di Indonesia DLM Pesrspektif Pai
MULTIKULTURAL
DI INDONESIA
DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
OLEH
NURWAHIDA
LATAR BELAKANG MASALAH
Demokrasi yang sudah menjadi pilihan bangsa sejak gerakan reformasi pada akhir abad ke-20
yang baru lalu, tidak sekedar tercermin dalam bentuk partisipasi masyarakat pada pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden, kebebasan masyarakat untuk menyampaikan pendapat, gagasan
dan kritik sosial mereka terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyangkut kebutuhan
publik, tetapi benar- benar menjadi ruh kehidupan masyarakat dalam
berbangsa dan bernegara ini, membangun persatuan dan kesatuan, membangun kekuatan dalam
kemajemukan, serta menghilangkan sekat-sekat kultur, ras, bahasa dan agama demi kepentingan
bangsa ke depan, yang dituntut untuk semakin kompetitif dalam menghadapi persaingan global.
RUMUSAN MASALAH
Kamanto Sunarto menjelaskan bahwa pendidikan multikultural biasa diartikan sebagai pendidikan
keragaman budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan yang
menawarkan ragam model untuk keragaman budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga diartikan
sebagai pendidikan untuk membina sikap siswa agar menghargai keragaman budaya masyarakat.
Sementara itu, Calarry Sada dengan mengutip tulisan Sleeter dan Grant menjelaskan bahwa
pendidikan multikultural memiliki empat makna (model), yakni:
(1) pengajaran tentangkeragaman budaya sebuah pendekatan asimilasi kultural,
(2) (pengajaran tentang berbagai pendekatan dalam tata hubungan sosial,
(3) pengajaran untuk memajukan pluralisme tanpa membedakan strata sosial dalam masyarakat,
dan
(4) pengajaran tentang refleksi keragaman untuk meningkatkan pluralisme dan kesamaan.
Gagasan pendidikan multikultural di Indonesia sendiri,
sebagaimana dijelaskan oleh H.A.R Tilaar adalah
pendidikan untuk meningkatkan penghargaan terhadap
keragaman etnik dan budaya masyarakat.
Sementara Conny R. Semiawan memiliki perspektif
tersendiri tentang pendidikan multikultural, bahwa
seluruh kelompok etnik dan budaya masyarakat
Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang berkualitas, dan mereka memiliki hak
yang sama untuk mencapai prestasi terbaik di bangsa
ini.
2. Pendidikan
Multikultural di Indonesia
A. Kondisi Masyarakat Indonesia
Indonesia memiliki falsafah berbeda suku, etnik, bahasa, agama dan budaya,
tapi memiliki satu tujuan, yakni terwujudnya bangsa Indonesia yang kuat,
kokoh, memiliki identitas yang kuat, dihargai oleh bangsa lain, sehingga
tercapai cita-cita ideal dari pendiri bangsa sebagai bangsa yang maju, adil,
makmur dan sejahtera.
Untuk itu, seluruh komponen bangsa tanpa
membedakan etnik, ras, agama dan budaya,
seluruhnya harus bersatu padu, membangun
kekuatan di seluruh sektor, sehingga tercapai
kemakmuran bersama, memiliki harga diri bangsa
yang tinggi dan dihargai oleh bangsa-bangsa lain
didunia.
Oleh sebab itu, mereka harus saling menghargai satu sama
lain, menghilangkan sekat-sekat agama dan budaya. Semua
itu, sebagaimana Azyumardi Azra tegaskan, bukan sesuatu
yang taken for granted tetapi harus diupayakan melalui proses
pendidikan yang multikulturalistik, yakni pendidikan untuk
semua, dan pendidikan yang memberikan perhatian serius
terhadap pengembangan sikap toleran, respek terhadap
perbedaan etnik, budaya, dan agama, dan memberikan hak-hak
sipil termasuk pada kelompok minoritas.
Dengan demikian, pendidikan multikultural dalam
konteks ini diartikan sebagai sebuah proses
pendidikan yang memberi peluang sama pada
seluruh anak bangsa tanpa membedakan perlakuan
karena perbedaan etnik, budaya dan agama, yang
memberikan penghargaan terhadap keragaman, dan
yang memberikan hak-hak sama bagi etnik
minoritas, dalam upaya memperkuat persatuan dan
kesatuan, identitas nasional dan citra bangsa di
mata dunia internasional.
B. Pendidikan Islam Berbasis
Multikutural Di Indonesia
Pendidikan Agama Islam berwawasan multikultural mengusung
pendekatan dialogis untuk menanamkan kesadaran hidup bersama dalam
keragaman dan perbedaan, pendidikan ini dibangun atas spirit relasi
kesetaraan dan kesederajatan, saling percaya, saling memahami dan
menghargai persamaan, perbedaan dan keunikan, serta interdepedensi. Ini
merupakan inovasi dan reformasi yang integral dan komprehensif dalam
muatan pendidikan agama-agama yang bebas prasangka, rasisme, bias dan
stereotip. Pendidikan agama berwawasan multikultural memberi
pengakuan akan pluralitas, sarana belajar untuk perjumpaan lintas batas,
dan mentransformasi indoktrinasi menuju dialog.
Pendidikan Agama Islam berwawasan multikultural akan lebih
mudah dipahami melalui beberapa karakteristik utamanya yaitu
belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya
(mutual trust), memelihara saling pengertian (mutual
understanding), menjunjung sikap saling menghargai (mutual
respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan interdepedensi,
resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan (Baidhawy, 2005, p.
58).