PAPER 12 Cindy Amelia Putri - 1522422033

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PAPER

“pandangan dan sikap mahasiswa dalam pendidikan Islam multikulturalisme”

Dosen Pengampu:

Dr. Chakam Failasuf, M.Pd.


Disusun Oleh:

1. Cindy Amelia Putri (1522422033)

PROGRAM STUDI KOSMETIK DAN PERAWATAN KECANTIKAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2023

0
BAB I

PENDAHULUAN

Multikultural bukanlah merupakan suatu hal yang baru dalam Islam, jauh
sebelumnya konsep multikultural sudah dijelaskan dalam Alqur’an, namun
belum menjadi suatu disiplin ilmu yang disusun secara sistematis. Alqur’an
sebagai pedoman bagi umat Islam mengakui dan menjunjung tinggi perbedaan,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Alqur’an surah al-Hujarat ayat 13.

Artinya :”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.1
Rasulullah Saw, sebagai suri tauladan dan panutan umat Islam telah
mencontohkan kepada umatnya bagaimana hidup dengan penuh kerukunan di
tengah-tengah masyarakat multikultural. Sejarah telah mencatat bahwa ketika
Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau mempersaudarakan kedua suku yang
selalu bertikai yaitu suku Aus dan Kharaj, dengan demikian umat Islam hidup
rukun di Madinah yang notabene bukan hanya satu suku satu agama akan tetapi
terdapat beberapa suku dan agama seperti Yahudi dan Nasrani.

Indonesia adalah bangsa yang memiliki keragaman suku, agama, ras, dan
budaya dalam multikulturalisme. Indonesia sendiri memiliki landasan yang
mengakar kuat bahwa bangsa ini disatukan dalam semangat kebhinekaan
(bermakna berbeda-beda, tetapi tetap satu jua) dan tertuang dalam pancasila.

Wacana multikulturalisme menemukan momentum untuk diangkat


kepermukaan ketika fenomena gesekan bahkan konflik lintas, suku, agama,
antar aliran kepercayaan menjadi marak di Indonesia2. Hal ini terlihat dalam
konflik agama yang sering muncul di sebagian daerah di Indonesia. Seperti
konflik agama yang muncul di Maluku, Poso, Ambon, peristiwa monas antara
FPI dan AKBP, gejolak sosial yang tiada henti di Aceh dan Papua, serta
kerusuhan yang terjadi di Sambas dan Sampit.

Untuk mengatasi konflik tersebut, salah satunya melalui jalur pendidikan.


Karena pendidikan merupakan salah satu media yang paling efektif untuk
melahirkan generasi yang memiliki pandangan yang mampu menjadikan

1
keberagaman sebagai bagian yang harus diapresiasi secara konstruktif.3
Pendidikan memberikan arti penting dalam proses pembangunan dan kemajuan
sebuah bangsa, memberikan pencerahan dan untuk mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Untuk itu, harus ada pengembangan paradigma baru di
dunia pendidikan, yakni paradigma pendidikan multikultural.

Menghadapi kehidupan masyarakat yang multikultural perlu dimulai dari


perubahan paradigma pendidikan dalam PAI. Pendidikan Agama Islam tidak
hanya menggunakan paradigma learning to think, to do, dan to be, tetapi juga to
live together.

Menurut Kasinyo Harto4, Pendidikan Agama Islam multikultural diharapkan


dapat; pertama, menolong peserta didik menjadi lebih sadar terhadap ajaran
agama mereka sendiri dan sadar terhadap adanya realitas ajaran agama lain.
Kedua, menolong peserta didik mengembangkan pemahaman dan apresiasi
terhadap agama orang lain. Ketiga, mendorong peserta didik untuk
berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang didalamnya terlibat berbagai penganut
agama yang berbeda. Keempat, menolong peserta didik mengembangkan
seluruh potensi mereka sendiri termasuk potensi keberagamaan mereka
sehingga mereka dapat mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan dengan cara
demikian mereka lebih berdaya. Oleh karena itu, rekonstruksi Pendidikan
Agama Islam merupakan suatu keniscayaan. Upaya rekonstruksi Pendidikan
Agama Islam dalam rangka membangun kesadaran multikultural perlu
dilakukan.

Sekolah memegang peranan penting dalam menanamkan nilai multikultural


pada siswa. Bila mereka memiliki nilai-nilai kebersamaan, toleran, cinta damai,
dan menghargai perbedaan, maka nilai-nilai tersebut akan tercermin pada
tingkah laku mereka sehari-hari karena terbentuk pada kepribadiannya. Bila hal
tersebut berhasil dimiliki para generasi muda kita, maka kehidupan mendatang
dapat diprediksi akan relatif damai dan penuh penghargaan antara sesama dapat
terwujud.

Pembelajaran PAI berwawasan multikultural perlu menjadi kajian yang lebih


mendalam guna memperoleh wawasan keagamaan yang lebih toleransi dan
bertanggung jawab. Peran guru agama adalah menjadi fasilitator untuk
mengaktifkan para siswa mencari sebanyak-banyaknya informasi tentang tema
dari berbagai sumber dan membantu menemukan serta menyakini nilai-nilai
universal yang ada dalam Islam sebagai sarana penting untuk membantu peserta

2
didik untuk memahami keberagaman yang kaffah dan mampu memahami nilai-
nilai keragaman dengan penuh toleransi.

Pelaksanaan pendidikan agama di sekolah selama ini masih banyak dikritik dan
dianggap kurang berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan
agama masih ada permasalahan yang perlu dipecahkan, baik yang disebabkan
oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Pendidikan agama Islam masih
dikatakan gagal disebabkan praktik pendidikan agama hanya memperhatikan
aspek kognitif semata daripada pertumbuhan kesadaran nilai-nilai, dan
mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni kemauan dan
tekat untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi
kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan. Menurut Harun Nasution5
praktik pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga tidak
mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal intisari dari pendidikan
agama adalah pendidikan moral.

Di samping faktor-faktor penyebab kegagalan dalam pendidikan agama


sebagaimana yang telah diuraikan diatas, pembelajaran pendidikan agama juga
dipengaruhi oleh perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang pesat dewasa ini yang menyebabkan terjadi pergeseran nilai
dan budaya masyarakat sehingga dirasakan betapa masyarakat mengalami krisis
nilai, kepercayaan, hingga krisis identitas sebagai suatu bangsa.

3
BAB II
PEMBAHASAN
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan
konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.
Pendidikan multikultural hadir di sini diharapkan dapat menghapus sikap
diskriminasi yang ada dalam lingkungan sosial yang beragam ini. Oleh
karena itu salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya perbedaan adalah
dengan memberikan pendidikan multikultural.6

Kemajemukan dalam hidup merupakan sunnatullah. Islam sebagai agama


mengakui adanya kemajemukan, ini sudah diisyaratkan dalam QS. al-
Hujurat ayat 13, QS. Hud ayat 118- 119, dan QS. al-Baqarah ayat 251.
Masing-masing orang memiliki kelebihan dan kekurangannya, dengan
perbedaan tersebut diharapkan bisa saling menghargai dan menghormati
dengan hidup rukun dan damai. Dalam pendidikan multikultural ini kita
diajarkan untuk tidak mendiskriminasi terhadap orang-orang yang memiliki
kemampuan berbeda dengan kita. Keragaman ini merupakan keniscayaan,
orang yang tidak menerimanya berarti kembali pada hidup zaman pra-
sejarah.

Paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah satu concern dari
pasal 4 UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal ini
dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak
diskriminatif dalam menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural
dan kemajemukan bangsa. Sedangkan tujuan utama dari pendidikan
multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan
empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.

Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk
membantu siswa, mahasiswa, dan semua warga agar memperoleh
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan
peran-peran se-efektif mungkin pada masyarakat demokrasi- pluralistik serta
diperlukan untuk berinteraksi, bernegosiasi, dan komunikasi dengan warga
dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral
yang berjalan untuk kebaikan bersama.

Intinya dalam pendidikan multikultural ingin membawa masyarakat dalam


kerukunan dan perdamaian, tanpa ada konflik dan kekerasan, meski
didalamnya ada kompleksitas perbedaan.

4
Sebagai sebuah konsep, pendidikan multikultural menemukan relevansinya
untuk konteks Indonesia. Pendidikan multikultural sejalan dengan semboyan
bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki pengertian bahwa
Indonesia merupakan salah satu bangsa di dunia yang terdiri dari beragam
suku, ras, budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda tetapi dalam
kesatuan Indonesia.

Pendidikan multikultural merupakan pendekatan progresif untuk melakukan


transformasi pendidikan dan budaya masyarakat secara menyeluruh, sejalan
dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang termaktub dalam Undang-
Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 1
yang berbunyi bahwa pendidikan nasional diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia (HAM), nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.7

Pendidikan multikultural memiliki dua peran utama, yaitu menyiapkan


bangsa Indonesia untuk siap menghadapi arus budaya luar pada era
globalisasi dan menyatukan bangsa yang terdiri atas berbagai macam
budaya. Apabila kedua peran itu dapat dicapai disentegrasi bangsa dan
munculnya konflik dapat dihindarkan.

Pendidikan multikultural bertujuan mengembangkan manusia Indonesia


yang cerdas tidak hanya cerdik dan berkemampuan untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan menyelesaikan masalah, tetapi juga bermoral, bersikap
demokratis, dan empati terhadap orang lain. Manusia cerdas menghargai diri
sendiri dan orang lain dari berbagai latar belakang berbeda.

Pandangan dan sikap mahasiswa terhadap pendidikan Islam


multikulturalisme dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti
latar belakang agama, pendidikan sebelumnya, pengalaman pribadi, dan
nilai-nilai yang mereka anut. Beberapa mahasiswa mungkin memiliki
pandangan positif terhadap pendidikan Islam multikulturalisme karena
mereka melihatnya sebagai cara untuk mempromosikan toleransi, saling
pengertian, dan inklusi dalam masyarakat yang semakin multikultural.
Mahasiswa yang memiliki pengalaman dan interaksi dengan berbagai
budaya dan agama juga mungkin lebih cenderung mendukung pendidikan
Islam multikulturalisme karena mereka telah melihat manfaatnya secara

5
langsung. Mereka mungkin menghargai keragaman sebagai sumber
pembelajaran dan pemahaman yang lebih luas tentang agama dan budaya.

Di sisi lain, ada juga mahasiswa yang mungkin memiliki pandangan skeptis
atau kurang mendukung terhadap pendidikan Islam multikulturalisme. Hal
ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti ketidaktahuan, stereotip atau
prasangka terhadap agama atau budaya tertentu, atau pandangan tradisional
yang lebih mengutamakan homogenitas agama dan budaya.

Analisis pandangan dan sikap mahasiswa terhadap pendidikan Islam


multikulturalisme dapat melibatkan pengumpulan data melalui survei,
wawancara, atau pengamatan partisipatif. Data tersebut kemudian dapat
dianalisis dengan menggunakan metode statistik dan pendekatan kualitatif
untuk mengidentifikasi pola, tren, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pandangan dan sikap mahasiswa.

Hasil analisis ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi institusi
pendidikan untuk merancang program dan kebijakan yang lebih efektif
dalam mendorong pendidikan Islam multikulturalisme. Selain itu, hasil
analisis juga dapat digunakan sebagai dasar untuk memulai diskusi dan
dialog yang lebih luas tentang pentingnya inklusi dan toleransi dalam
konteks pendidikan Islam.

6
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan Islam multikulturalisme merupakan pendekatan pendidikan yang


mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan penghormatan terhadap keragaman
agama dan budaya. Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diambil
dari materi pendidikan Islam multikulturalisme:

§ Pentingnya pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman:


Pendidikan Islam multikulturalisme bertujuan untuk membentuk
pemahaman yang inklusif tentang agama dan budaya yang berbeda. Hal
ini penting untuk membangun toleransi, saling pengertian, dan kerjasama
antara individu dengan latar belakang yang beragam.
§ Peran pendidikan dalam mendorong inklusi: Pendidikan Islam
multikulturalisme memiliki peran penting dalam membentuk lingkungan
pembelajaran yang inklusif. Dengan memasukkan pengetahuan tentang
agama dan budaya yang beragam dalam kurikulum, pendidikan dapat
mempersiapkan mahasiswa untuk hidup dalam masyarakat yang
multikultural.
§ Membangun hubungan antaragama yang harmonis: Melalui dialog
antaragama dan kegiatan kolaboratif, pendidikan Islam multikulturalisme
dapat membantu membangun hubungan yang harmonis antara penganut
agama yang berbeda. Hal ini dapat mengurangi stereotip dan prasangka
negatif terhadap agama tertentu.
§ Meningkatkan pemahaman tentang Islam: Pendidikan Islam
multikulturalisme juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
tentang Islam di kalangan mahasiswa dengan latar belakang agama yang
berbeda. Dengan demikian, pendidikan dapat menggugah minat dan
keinginan untuk mempelajari agama dan budaya Islam dengan cara yang
lebih terbuka dan objektif.
§ Menekankan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan: Pendidikan Islam
multikulturalisme menekankan pentingnya nilai-nilai keadilan,
persamaan, dan kesetaraan dalam Islam. Hal ini dapat membantu

7
membangun masyarakat yang adil dan merangkul semua individu tanpa
memandang agama atau budaya mereka.

Dalam keseluruhan, pendidikan Islam multikulturalisme memiliki tujuan untuk


mempromosikan inklusi, toleransi, dan pemahaman yang lebih baik tentang
agama dan budaya yang berbeda. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat
tercipta masyarakat yang lebih harmonis, saling menghormati, dan menerima
perbedaan dengan sikap terbuka dan positif.

Saran

Berikut adalah beberapa saran yang dapat diambil dari materi pendidikan Islam
multikulturalisme:

§ Integrasi kurikulum: Mengintegrasikan pengetahuan tentang agama dan


budaya yang beragam dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini dapat
dilakukan dengan memasukkan pelajaran tentang agama-agama lain,
sejarah dan budaya beragam, serta nilai-nilai inklusif dalam materi
pembelajaran.
§ Pelatihan bagi staf pendidikan: Memberikan pelatihan dan sumber daya
bagi staf pendidikan untuk memahami dan menghargai keragaman agama
dan budaya. Staf pendidikan perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif dan memfasilitasi dialog antaragama.
§ Pengayaan kegiatan ekstrakurikuler: Mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler yang mempromosikan pemahaman multikultural. Ini
dapat mencakup kunjungan ke tempat-tempat ibadah yang berbeda,
diskusi antaragama, pertukaran budaya, atau kegiatan kemanusiaan
bersama yang melibatkan mahasiswa dengan latar belakang agama dan
budaya yang berbeda.
§ Mendorong dialog dan kolaborasi: Mendorong dialog antaragama dan
kegiatan kolaboratif yang melibatkan mahasiswa dari berbagai latar
belakang. Ini dapat menciptakan kesempatan bagi mahasiswa untuk
saling belajar, berbagi pengalaman, dan membangun persahabatan yang
melintasi batas agama dan budaya.

8
§ Peningkatan pemahaman tentang Islam: Menyediakan sumber daya dan
program yang membantu meningkatkan pemahaman tentang Islam di
kalangan mahasiswa dengan latar belakang agama yang berbeda. Ini
dapat meliputi kuliah, seminar, diskusi kelompok, atau perpustakaan yang
menyediakan literatur tentang Islam.
§ Promosi kerjasama lintas kegiatan: Mendorong kerjasama antar
kelompok mahasiswa dalam kegiatan akademik, sosial, dan pelayanan
masyarakat. Ini dapat membantu membangun hubungan yang kuat, saling
pengertian, dan kerjasama yang melintasi batas agama dan budaya.
§ Pembentukan forum dialog dan pemahaman: Membentuk forum dialog
antaragama dan pemahaman yang rutin, di mana mahasiswa dapat
berbagi pemikiran, pengalaman, dan tantangan terkait multikulturalisme
dalam pendidikan Islam. Ini dapat menjadi ruang aman untuk menjelajahi
isu-isu sensitif dan membangun pemahaman yang lebih dalam.

Dengan menerapkan saran-saran ini, institusi pendidikan dapat menciptakan


lingkungan yang inklusif, mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang
agama dan budaya yang berbeda, serta mempersiapkan mahasiswa untuk hidup
dalam masyarakat yang semakin multikultural.

Anda mungkin juga menyukai