PAPER 12 Cindy Amelia Putri - 1522422033
PAPER 12 Cindy Amelia Putri - 1522422033
PAPER 12 Cindy Amelia Putri - 1522422033
Dosen Pengampu:
FAKULTAS TEKNIK
2023
0
BAB I
PENDAHULUAN
Multikultural bukanlah merupakan suatu hal yang baru dalam Islam, jauh
sebelumnya konsep multikultural sudah dijelaskan dalam Alqur’an, namun
belum menjadi suatu disiplin ilmu yang disusun secara sistematis. Alqur’an
sebagai pedoman bagi umat Islam mengakui dan menjunjung tinggi perbedaan,
sebagaimana yang dijelaskan dalam Alqur’an surah al-Hujarat ayat 13.
Indonesia adalah bangsa yang memiliki keragaman suku, agama, ras, dan
budaya dalam multikulturalisme. Indonesia sendiri memiliki landasan yang
mengakar kuat bahwa bangsa ini disatukan dalam semangat kebhinekaan
(bermakna berbeda-beda, tetapi tetap satu jua) dan tertuang dalam pancasila.
1
keberagaman sebagai bagian yang harus diapresiasi secara konstruktif.3
Pendidikan memberikan arti penting dalam proses pembangunan dan kemajuan
sebuah bangsa, memberikan pencerahan dan untuk mengembangkan kualitas
sumber daya manusia. Untuk itu, harus ada pengembangan paradigma baru di
dunia pendidikan, yakni paradigma pendidikan multikultural.
2
didik untuk memahami keberagaman yang kaffah dan mampu memahami nilai-
nilai keragaman dengan penuh toleransi.
Pelaksanaan pendidikan agama di sekolah selama ini masih banyak dikritik dan
dianggap kurang berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan
agama masih ada permasalahan yang perlu dipecahkan, baik yang disebabkan
oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Pendidikan agama Islam masih
dikatakan gagal disebabkan praktik pendidikan agama hanya memperhatikan
aspek kognitif semata daripada pertumbuhan kesadaran nilai-nilai, dan
mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni kemauan dan
tekat untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi
kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan. Menurut Harun Nasution5
praktik pendidikan agama berubah menjadi pengajaran agama, sehingga tidak
mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal intisari dari pendidikan
agama adalah pendidikan moral.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Multikulturalisme berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan
konsepnya dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.
Pendidikan multikultural hadir di sini diharapkan dapat menghapus sikap
diskriminasi yang ada dalam lingkungan sosial yang beragam ini. Oleh
karena itu salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya perbedaan adalah
dengan memberikan pendidikan multikultural.6
Paradigma multikultural secara implisit juga menjadi salah satu concern dari
pasal 4 UU No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal ini
dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak
diskriminatif dalam menjunjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural
dan kemajemukan bangsa. Sedangkan tujuan utama dari pendidikan
multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpati, respek, apresiasi, dan
empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.
Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk
membantu siswa, mahasiswa, dan semua warga agar memperoleh
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan
peran-peran se-efektif mungkin pada masyarakat demokrasi- pluralistik serta
diperlukan untuk berinteraksi, bernegosiasi, dan komunikasi dengan warga
dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral
yang berjalan untuk kebaikan bersama.
4
Sebagai sebuah konsep, pendidikan multikultural menemukan relevansinya
untuk konteks Indonesia. Pendidikan multikultural sejalan dengan semboyan
bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang memiliki pengertian bahwa
Indonesia merupakan salah satu bangsa di dunia yang terdiri dari beragam
suku, ras, budaya, bahasa, dan agama yang berbeda-beda tetapi dalam
kesatuan Indonesia.
5
langsung. Mereka mungkin menghargai keragaman sebagai sumber
pembelajaran dan pemahaman yang lebih luas tentang agama dan budaya.
Di sisi lain, ada juga mahasiswa yang mungkin memiliki pandangan skeptis
atau kurang mendukung terhadap pendidikan Islam multikulturalisme. Hal
ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti ketidaktahuan, stereotip atau
prasangka terhadap agama atau budaya tertentu, atau pandangan tradisional
yang lebih mengutamakan homogenitas agama dan budaya.
Hasil analisis ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi institusi
pendidikan untuk merancang program dan kebijakan yang lebih efektif
dalam mendorong pendidikan Islam multikulturalisme. Selain itu, hasil
analisis juga dapat digunakan sebagai dasar untuk memulai diskusi dan
dialog yang lebih luas tentang pentingnya inklusi dan toleransi dalam
konteks pendidikan Islam.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
7
membangun masyarakat yang adil dan merangkul semua individu tanpa
memandang agama atau budaya mereka.
Saran
Berikut adalah beberapa saran yang dapat diambil dari materi pendidikan Islam
multikulturalisme:
8
§ Peningkatan pemahaman tentang Islam: Menyediakan sumber daya dan
program yang membantu meningkatkan pemahaman tentang Islam di
kalangan mahasiswa dengan latar belakang agama yang berbeda. Ini
dapat meliputi kuliah, seminar, diskusi kelompok, atau perpustakaan yang
menyediakan literatur tentang Islam.
§ Promosi kerjasama lintas kegiatan: Mendorong kerjasama antar
kelompok mahasiswa dalam kegiatan akademik, sosial, dan pelayanan
masyarakat. Ini dapat membantu membangun hubungan yang kuat, saling
pengertian, dan kerjasama yang melintasi batas agama dan budaya.
§ Pembentukan forum dialog dan pemahaman: Membentuk forum dialog
antaragama dan pemahaman yang rutin, di mana mahasiswa dapat
berbagi pemikiran, pengalaman, dan tantangan terkait multikulturalisme
dalam pendidikan Islam. Ini dapat menjadi ruang aman untuk menjelajahi
isu-isu sensitif dan membangun pemahaman yang lebih dalam.