Pengauditan Ii

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

PEMERIKSAAN

SUBSEQUENT EVENTS
DAN
PENYELESAIAN PEMERIKSAAN

Kelompok 6:
Reza Nugraha (18300143)
Zarif Alfikri (18300132)
TOPIK PEMBAHASAN
1 Sifat dan Contoh Subsequent Events

Tujuan Pemeriksaan Subsequent Events


2

3 Prosedur Pemeriksaan Subsequent Events

4 Penyelesaian Pemeriksaan Akuntan


1

SIFAT DAN CONTOH


SUBSEQUENT EVENTS
1
Subsequent events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang
mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan.
Terdapat dua jenis subsequent events, yaitu:
1. Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi
yang ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan berdampak
terhadap taksiran yang melekat dalam proses penyusunan laporan keuangan.
2. Peristiwa-peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan
dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca),
namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
2

Menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 156)


Peristiwa setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa yang
menguntungkan maupun tidak menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode
pelaporan sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis
peristiwa setelah akhir periode pelaporan, yaitu sebagai berikut:
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada akhir
periode pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan
penyesuaian).
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir periode
pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan
penyesuaian).
3
Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan yang Memerlukan Penyesuaian dan
yang Tidak Memerlukan Penyesuaian Menurut SAK ETAP
(IAI, 2009: 156)
Untuk peristiwa setelah akhir periode yang memerlukan penyesuaian, entitas harus membuat
penyesuaian jumlah yang diakui dalam laporan keuanga, termasuk pengungkapan yang terkait,
untuk mencerminkan peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian.
Untuk peristiwa setelah akhir periode yang tidak memerlukan penyesuaian, entitas tidak boleh
menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan atas peristiwa setelah akhir periode
pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian. Jika entitas mengumumkan dividen kepada
pemegang saham setelah akhir periode pelaporan, maka entitas tidak boleh mengakui dividen
tersebut sebagai liabilitas pada akhir periode pelaporan.
4
Menurut PSAK No. 8 (Revisi 2014) 8.1
Peristiwa setelah periode pelaporan adalah peristiwa yang terjadi antara akhir periode
pelaporan dan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit, baik peristiwa yang
menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi pada akhir periode pelaporan (peristiwa
penyesuai setelah periode pelaporan).
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya kondisi setelah periode pelaporan (peristiwa non-
penyesuai setelah periode pelaporan).
Tanggal laporan posisi keuagan diotorisasi untuk terbit adalah tanggal yang lebih awal antara
tanggal manajemen telah memberikan asersi bahwa laporan keuangan telah diselesaikan dan
tanggal manajemen menyatakan bertanggung jawab atas laporan keuangan tersebut.
5
Peristiwa Penyesuai Setelah Periode Pelaporan
Untuk peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan, entitas perlu menyesuaikan jumlah yang diakui dalam
laporan keuangan untuk mencerminkan peristiwa penyesuai setelah periode pelaporan.

Peristiwa Nonpenyesuai Setelah Periode Pelaporan


Untuk peristiwa non-penyesuai setelah periode pelaporan, entitas tidak menyesuaikan jumlah pengakuan
dalam laporan keuangan untuk mencerminkan peristiwa non-penyesuai setelah periode pelaporan. Entitas tidak
menyusun laporan keuangan dengan dasar kelangsungan usaha jika setelah periode pelaporan diperoleh bukti kuat
bahwa entitas akan dilikuidasi atau dihentikan usahanya, atau jika manajemen tidak memiliki alternatif lain yang
realistis kecuali melakukan hal tersebut.
Selain itu, menurut penulis, subsequent events yang harus diaudit oleh akuntan publik adalah sebagai berikut:
1. Subsequent collection (penagihan sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal
selesainya pekerjan lapangan/audit field work), yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang dan
barang dalam perjalanan.
2. Subsequent payment (pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sampai mendekati
tanggal selesainya audit field work), yang harus dilaksanakan dalam pemeriksaan liabilitas dan biaya yang
masih harus dibayar.
2

TUJUAN PEMERIKSAAN
SUBSEQUENT EVENTS
6
Tujuan pemeriksaan subsequent events adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan apakah ada kejadian-kejadian penting sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan
keuangan atau memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar
tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan tersebut.
2. Untuk menentukan kemungkinan tertagihnya piutang.
Walaupun konfirmasi (positif) piutang tidak dijawab oleh pelanggan, dan piutang
tersebut sudah lama tidak dilunasi pelanggan, namun jika setelah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) ternyata piutang tersebut dilunasi oleh pelanggan, maka
perusahaan tidak perlu meragukan collectability piutang tersebut. Dengan kata lain,
tidak perlu dibuat penghapusan atau penyisihan atas piutang tersebut.
7
3. Untuk memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-betul masih dalam perjalanan. Sebab ada kemungkinan, pada
saat membayar uang muka pembelian perusahaan mencatat:
Barang dalam Perjalanan (debet)
Kas (kredit)
Utang Usaha (kredit)
Pada saat penerimaan barang sebelum tanggal laporan posisi keuangan (neraca), perusahaan mencatat:
Persediaan (debet)
Utang Usaha (Kredit)
Akibatnya per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) tetap terlihat saldo barang dalam perjalanan dan
terjadi dua kali pencatatan utang usaha. Seharusnya pada saat penerimaan barang, baik sebelum maupun
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), perusahaan mencatat:
Persediaan (debet)
Barang dalam Perjalanan (kredit)
Pada saat utang tersebut dilunasi:
Utang Usaha (debet)
Kas (kredit)
8

4. Untuk memastikan bahwa liabilitas dan beban yang masih harus dibayar
yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), betul-betul merupakan liabilitas perusahaan
yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah tanggal laporan
posisi keuangan/neraca).
5. Untuk memastikan bahwa tidak ada liabilitas perusahaan yang belum
dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
3

PROSEDUR PEMERIKSAAN
SUBSEQUENT EVENTS
9

Beberapa prosedur pemeriksaan subsequent events


adalah sebagai berikut:
1. Periksa pengeluaran kas sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca), sampai mendekati
tanggal selesainya audit field work.
Caranya dengan melakukan scanning terhadap buku
pengeluaran kas, perhatikan apakah ada pengeluaran
kas di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) untuk peluanasan liabilitas yang terjadi di
periode yang sedang diaudit.
10

2. Periksa penerimaan kas sesudah tanggal laporan


posisi keuangan (neraca) sampai mendekati
tanggal selesainya audit field work.
Caranya dengan melakukan scanning terhadap buku
penerimaan kas, perhatikan apakah ada penerimaan
kas diperiode setelah tanggal laporan posisi keuangan
untuk pelunasan piutang yang terjadi di periode yang
sedang di audit.
11
3. Periksa bukti penerimaan barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.
Tujuannya adalah:
• Untuk mengetahui apakah barang yang diterima setelah tanggal laporan posisi keuangan
merupakan pembelian di tahun yang diperiksa (missal tahun 2015) dan belum dicatat
sebagai utang per 31 Desember 2015.
• Untuk memeriksa apakah barang dalam perjalanan yang terlihat di laporan posisi keuangan
per tanggal laporan posisi keuangan sudah diterima di periode sesudah tanggal laporan
posisi keuangan dengan memperhatikan juga apakah syarat pengiriman barang FOB
Destination Point atau FOB Shipping Point.
4. Periksa bukti pengeluaran barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah barang yang dikirim setelah tanggal laporan
posisi keuangan sudah dicatat sebagai penjualan di tahun yang diperiksa (misal 2015) padahal
di tahun 2015 sebetulnya masih merupakan sales commitment sehingga belum dapat dicatat
sebagai penjualan 2015.
12

6. Periksa cut-off pembelian dan


cut-off penjualan.
Caranya dengan memeriksa
dokumen-dokumen pembelian dan
penjualan lebih kurang satu atau
dua minggu sebelum dan sesudah
tanggal laporan posisi keuangan.
Tujuannya untuk mengetahui
apakah ada pergeseran waktu
pencatatan pembelian dan
penjualan.
13
7. Minta Salinan (copy) notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan pelajari
notulen tersebut untuk mengetahui apakah ada commitment yang dibuat perusahaan dan
baru dipenuhi di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Misalnya, di rapat direksi yang diadakan tanggal 30 Desember 2015 diputuskan untuk membagi
bonus tahun 2015 kepada seluruh karyawan sebesar dua bulan gaji dan akan dibayarkan di akhir
Januari 2016. Hal tersebut berarti per 31 Desember 2015 bonus tersebut sudah harus dicatat.
8. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui:
• Apakah ada contingent liabilities.
• Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, liabilitas jangka panjang
atau kredit modal kerja dalam periode setelah tanggal laporan posisi keuangan.
• Apakah ada kejadian-kejadian yang penting sesudah tanggal laporan neraca yang memerlukan
penyesuaian terhadap laporan keuangan atau memerlukan penjelasan dalam catatan atas laporan
keuangan.
14
9. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan, untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai
masalah hukum di pengadilan, misalnya karena ada tuntutan dari pihak ketiga, dan bagaimana
pendapat nasihat hukum mengenai status perkara di pengadilan tersebut.
Penyelesaian perkara di pengadilan membutuhkan waktu yang sangat lama. Perkara yang sudah diputus di
Pengadilan Negeri bisa diajukan banding ke Pengadilan Tinggi, dan bisa naik banding lagi ke Mahkamah
Agung. Jika per tanggal laporan posisi keuangan belum ada keputusan yang jelas, maka perusahaan harus
menjelaskan adanya contingent liability di laporan keuangannya. Selain itu, dalam surat konfirmasi ke
penasihat hukum perusahaan bisa sekaligus ditanyakan apakah ada fee untuk penasihat hukum perusahaan
yang masih terutang per tanggal laporan posisi keuangan.
10. Analisis perkiraan professional fees untuk mengetahui apakah ada pembebanan biaya dari penasihat
hukum perusahaan yang menyangkut perkara di pengadilan.
Biaya profesional adalah biaya yang dibayarkan seseorang untuk mendapatkan manfaat dari suatu jasa
profesional. Profesional tersebut adalah individu yang ahli di bidangnya. Biaya tersebut dapat dibebankan
oleh setiap profesional yang memberikan layanan khusus seperti pengacara, akuntan, guru, dokter gigi,
dokter, arsitek, dan lain-lain Tarif ditentukan oleh profesional dan dibayar sebagian atau seluruhnya di muka.
Hanya sedikit profesional yang juga membebankan biaya per jam dan sedikit yang mengenakan biaya
berdasarkan keseluruhan layanan.
15

11. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter).


Dalam suatu general audit/financial audit (pemeriksaan umum), akuntan publik
pada akhir pemeriksaannya harus mengeluarkan laporan akuntan publik yang terdiri
dari pendapat auditor (auditor’s opinion) mengenai kewajaran laporan keuangan
klien dan laporan keuangan yang telah diaudit, yang merupakan tanggung jawab
manajemen (klien). Namun demikian, sebelum laporan audit diserahkan kepada
klien, auditor harus meminta surat pernyataan langganan (client representation
letter), dan klien harus memberikannya.
16
Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Laporan Dicatat atas Laporan Keuangan:
a. Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:1)
Entitas harus mengungkapkan tanggal penyelesaian laporan keuangan. Entitas harus mengungkapkan
untuk setiap kategori peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian sebagai
berikut:
• Sifat dan peristiwa.
• Estimasi dampak keuangannya atau suatu pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat dilakukan.
b. Menurut PSAK No. 8 (Revisi 2014) 8.4
Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit dan pihak yang bertanggung
jawab mengotorisasi laporan keuangan. Jika entitas menerima informasi setelah periode pelaporan tentang
kondisi yang ada pada akhir periode pelaporan, maka entitas memutakhirkan pengungkapan kondisi tersebut
sesuai dengan informasi terkini.
Peristiwa non-penyesuai setelah periode pelaporan yang berdampak material jika tidak diungkapkan akan
memengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Sejalan dengan hal tersebut, entitas
mengungkapkan informasi berikut untuk setiap kelompok peristiwa tersebut:
• Sifat peristiwa.
• Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak dapat dibuat.
4

PENYELESAIAAN PEMERIKSAAN
AKUNTAN
17
A. Periksa Kecukupan Presentation dan
Disclosures
Menurut Arens (2015:772), ada empat
audit objective untuk presentation and
disclosures seperti yang disajikan pada
table berikut ini:
18
B. Review Ada Tidaknya Contingent Liabilities dan Commitments
Contingent liabilities adalah liabilitas yang mungkin terjadi atau mungkin juga tidak
terjadi yang tergantung pada kejadian dalam periode berikutnya.

Menurut Arens (2015:773), contingent liabilities adalah suatu kewajiban masa dating
yang potensial kepada pihak ketiga yang jumlahnya tidak diketahui dan berasal dari
kegiatan yang sudah terjadi. Contingent liability yang jumlahnya material harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Ada tiga kondisi yang harus dipenuhi untuk adanya contingent liability, yaitu:
1. Adanya potensi pembayaran di masa yang akan dating kepada pihak ketiga atau
adanya impairment asset yang diakibatkan oleh kondisi yang ada saat ini.
2. Adanya ketidakpastian tentang jumlah pembayaran masa dating atau infairment dari
aset.
3. Outcome tergantung pada kejadian-kejadian di masa yang akan datang.
19
Contingent liability dapat berasal dari:
• Masalah hukum di pengadilan yang belum selesai per tanggal neraca
• Perbedaan pendapat mengenai utang pajak
• Pendiskontoan wesel tagih
• Unused balances of out standing letters of credit
• Jaminan atas kewajiban pihak lain
• Product warranties (jaminan produk)
• Pending litigation atas hak paten dan product liability

Dalam hal review commitment, auditor harus menanyakan kepada manajemen tentang
ada atau tidaknya sales commitment dan purchase commitment yang mungkin bisa
merugikan perusahaan. Hal ini juga bisa dilakukan dengan membaca notulen rapat dan
kontrak-kontrak penjualan dan pembelian dengan pihak ketiga yang dibuat di tahun
berjalan (periode audit) tetapi pelaksanaannya dilakukan di periode berikutnya.
20
C. Review Subsequent Events

D. Lakukan Final Analytical Review


Standar audit mengharuskan auditor untuk melakukan analitytical review di
bagian akhir proses audit. Biasanya dilakukan oleh manajer dan partner
audit yang pengalaman dan wawasannya lebih luas untuk mengetahui
apakah dalam draft final dari laporan keuangan yang sudah diaudit masih
terdapat hal-hal yang aneh/unusual, yang perlu diklarifikasi lagi atau
membutuhkan prosedur audit tambahan untuk mendapatkan tambahan bukti
audit.
E. Evaluasi Going Concern Perusahaan
21
Standar audit mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan yang benar
mengenai kemampuan klien untuk melanjutkan kegiatan usahanya (going concern) paling tidak
setahun setelah tanggal neraca.
Beberapa indicator yang bisa membuat auditor ragu atas going concern kliennya antara lain:
• Kesulitan keuangan yang dihadapi klien antara lain terlihat dari ketidakmampuan klien untuk
melunasi kewajibannya kepada pihak ketiga baik kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjang.
• Kerugian terus menerus yang diderita klien sehingga akumulasi kerugian sudah melebihi
modal disetor.
• Kehilangan pelanggan utamanya baik di dalam negeri maupun luar negeri.
• Penjualan sebagian aset tetapnya untuk melunasi utang ke bank.
Sehubungan dengan kondisi-kondisi tersebut, auditor harus meminta manajemen untuk
membuat secara tertulis tentang “Rencana manajemen untuk mengatasi kondisi keuangannya”.
Auditor harus mengevaluasi kelayakan (reasonableness) dari rencana manajemen tersebut
karena akan mempengaruhi jenis opini yang akan diberikannya.
21
F. Evaluasi Kecukupan Bukti Audit yang Dikumpulkan dengan Mengisi Audit Check List
Selain beberapa prosedur diatas, ada beberapa hal yang juga harus dilakukan akuntan publik adalah sebagai
berikut:
1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan direview oleh atasan dari yang
membuat kertas kerja tersebut.
2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan review notes tersebut harus dijawab
secara tuntas oleh staf yang direview secara tertulis. Jika ada review notes yang belum terjawab, maka
laporan audit belum boleh diserahkan ke klien.
3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working paper, dan didiskusikan dengan
klien/komite audit. Jika ada kesalahan yang material dan klien tidak menyetujui usulan audit adjustment,
maka auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.
4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus di posting ke masing-masing kertas kerja yang
diberkaitan, baik di supporting schedule, top schedule, working balance sheet maupun working profit and
loss.
5. Draft report disusun oleh pimpinan tim audit kemudian direview oleh audit manager dan audit partner.
6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report direview oleh audit manager dan audit partner, maka
audit supervisor harus menyusun apa yang disebut notes to PPM (catatan untuk Partner, Principal, dan
Manager).
22
7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, draft tersebut harus didiskusikan dengan klien dan
komite audit/komisaris. Jika klien setuju barulah dibuat final audit report.
8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta Surat Pernyataan Langganan
dari klien. Biasanya draf surat tersebut dibuat oleh auditor, lalu dicetak di kop surat klien dan
ditandatangani oleh pejabat klien yang berwenang. Tanggal surat harus sama dengan tanggal
selesainya audit field work dan tanggal laporan audit.
9. Selain itu auditor harus membuat draft management letter yang setelah direview dan disetujui PPM,
kemudian didiskusikan dengan klien. Setelah klien setuju barulah dibuat management letter yang final
untuk diserahkan kepada klien.
10. Tahap terakhir adalah menyelesaikan urusan pelunasan pembayaran audit. Pembayaran audit tersebut
ditambah PPN 10% dan dikurangi PPh 23 sebesar 2%.
11. Dalam audit working papers harus dicantumkan “catatan untuk audit tahun berikutnya” yang berisi
hal-hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam audit tahun berikutnya.
12. Jenis opini yang harus diberikan terhadap laporan keuangan klien, tergantung pada hasil pemeriksaan.
Jika opini yang diberikan unqualified berarti di setiap top schedule harus ada pernyataan auditor
bahwa pos atau perkiraan tersebut disajikan secara wajar.
13. Dalam menreview kertas kerja pemeriksaan, sebaiknya Kantor Akuntan Publik mempunyai suatu
daftar yang disebut “Audit Working Papers Review Guide”.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai