17 - Auditing 2 (236 - 248)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Universitas Pamulang S1 Akuntansi

PERTEMUAN 17:
PENYELESAIAN PEMERIKSAAN

 TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai prosedur penyelesaian
pemeriksaan. Diharapkan Anda harus mampu:
1.1 Mengetahui kejadian setelah tanggal laporan keuangan.
1.2 Mengetahui penyelesaian pemeriksaan

 URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Mengetahui kejadian setelah tanggal laporan keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas


Publik (IAI, 2009:158-159), Entitas harus mengungkapkan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Entitas harus mengungkapkan untuk setiap
kategori peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan
penyesuaian sebagai berikut:
(a) sifat dari peristiwa;
(b) estimasi dampak keuangannya atau suatu pernyataan bahwa estimasi
tersebut tidak dapat dilakukan.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 8 (IAI,


2012:8.4), Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan diotorisasi
untuk terbit dan pihak yang bertanggung jawab mengotorisasi laporan
keuangan. Tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit penting
diketahui oleh pengguna karena laporan keuangan tidak mencerminkan
peristiwa setelah tanggal otorisasi tersebut. Jika entitas menerima informasi
setelah periode pelaporan tentang kondisi yang ada pada akhir periode
pelaporan, maka entitas memutakhirkan pengungkapan kondisi tersebut
sesuai dengan informasi terkini.

Peristiwa nonpenyesuai setelah periode pelaporan yang


berdampak material jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi
pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu,
entitas mengungkapkan informasi berikut untuk setiap kelompok peristiwa
tersebut:
(a) sifat peristiwa; dan
(b) estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi
tersebut tidak dapat dibuat.

Tanggung jawab auditor untuk menaksir kewajaran laporan


keuangan klien tidak dibatasi hanya pada kejadian dan transaksi yang terjadi
sampai dengan tanggal neraca. Standar Auditing (AU) 560 tentang kejadian
kemudian menyatakan bahwa auditor harus bertanggung jawab terhadap
kejadian dan transaksi tertentu yang (1) memiliki efek material terhadap

Auditing II 236
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

laporan keuangan dan (2) terjadi setelah tanggal neraca, tetapi sebelum
penerbitan laporan keuangan beserta laporan auditor. Kejadian di atas
disebut sebagai kejadian kemudian.

Selama auditnyaa, auditor membuat dan mengumpulkan skedul


pendukung (supporting schedules)untuk mencatat hasil pengujian
pengendalian dan hasil subtantif yang dilaksnakannya. Auditor juga
mencatat jurnal adjustment yang akan diusulkannya kepada klien di dalam
skedul pendukung (supporting schedules). Di dalam kertas kerja, auditor
mencantumkan penjelasan lengkap mengapa jurnal adjustment tersebut
diusulkan kepada klien untuk mengubah penyajian akun tertentu yang
tercantum di dalam laporan keuangan klien.

Informasi yang tercantum di dalam skedul pendukung tersebut


kemudian diringkas dalam skedul utama (lead schedules), sedangkan jurnal
adjustment beserta penjelasannya yang tercantum di dalam skedul
pendukung disalin kertas kerja yang disebut dftar ringkasan jurnal
adjustment, (summary of adjusting journal entries). Di dalam daftar ringkasan
jurnal adjustment ini setiap jurnal adjustment kemudian kemudian diberi
nomor urut dan diberi indeks silang untuk menunjuk skedul pendukung yang
menjadi sumber informasinya.

Informasi yang tercantum di dalam skedul utama kemudian


diringfkas ke dalam working trial balance, yang terdiri dari working balance
sheet dan working profit and loss. Working balance sheet berisi akun – akun
neraca, sedangkan working profit and loss berisi akun – akun laba-rugi.
Working trial balance ini digunakan oleh auditor untuk memudahkan
penyusunan laporan keuangan auditan (audited financial statement). Jika
semua jurnal adjustment nanti disetujui oleh klien, maka laporan keuangan
auditan inilah yang akan melampiri laporan audit yang diterbitkan oleh
auditor.

Auditor harus me-review dengan teliti dengan semua jurnal


adjustment yang tercantum di dalam daftar ringkasan jurnal adjustment
sebelum meninggalkan perusahaan klien. Yang perlu diperhatikan oleh
auditor dalam me-review jurnal adjustment tersebut adalah :
1. Kebeneran akun yang di debit dan dikredit serta ketelitian
perhitungan jusnal adjustment yang akan diusulkan tersebut.
2. Kelengkapan penjelasan jurnal adjustment.
3. Reaksi klien yang mungkin timbul atas adjustment yang diusulkan
tersebut.

Peristiwa Selanjutnya (Subsequent Event)


Peristiwa kemudian atau subsequent event atau post – statement
event adalah peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca

Auditing II 237
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Dalam periode


peristiwa kemudian (subsequent period) kemungkinan terjadi peristiwa –
peristiwa yang mempunyai pengaruh yang material terhadap penyajian
informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan. Peristiwa kemudian
yang perlu dijelaskan di dalam laporan audit adalah yang :
1. Jumlahnya material.
2. Merupakan peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa.
3. Terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan
tanggal selesainya pekerjaan lapangan.

Sebelum auditor menyusun draft laporan audit, ia harus me-review


peristiwa – peristiwa kemudian. Review ini bertujuan untuk menentukan
apakah peristiwa tersebut mempunyai dampak yang sedemikian mungkin
terhadap penyajian informasi di dalam laporan keuangan klien.

Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak terhadap penyajian


informasi di dalam laporan keuangan klien dapat dibagi menjadi 2 golongan
:
1. Peristiwa kemudian yang secara langsung mempengaruhi laporan
keuangan auditan, sehingga auditor berkewajiban mengusulkan
adjustment terhadap laporan keuangan tersebut kepada klien.
2. Peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan
keuangan auditan, tetapi memerlukan komentar dalam bentuk catatan
kaki di dalam laporan keuangan klien atau komentar di dalam laporan
audit.

Peristiwa kemudian yang memerlukan adjustment terhadap


laporan keuangan klien. Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi
tambahan bagi manajemen untuk menentukan saldo akun penilaian pada
tanggal neraca dan juga kepada auditor dalam memverifikasi saldo akun
tersebut.

Contoh:
Peristiwa kemudian yang lain yang jumlahnya material, yang memerlukan
adjustment terhadap penyajian laporan keuangan klien adalah :
1. Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan
keuangan debitur tersebut, yang jumlah piutang kepada debitur
tersebut melebihi jumlah cadangan kerugian piutang yang telah
dibentuk oleh klien.
2. Penyelesaian perkara pengadilan yang jumlahnya berbeda dengan
jumlah yang telah dicatat di dalam buku klien.
3. Penjualan equipment yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha
klien, dengan harga dibawah nilai bukunya kini.
4. Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada kos
yang dicatat di dalam buku klien.

Auditing II 238
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Dalam mempertimbangkan apakah suatu peristiwa kemudian perlu


diusulkan kepada klien untuk digunakan meng-adjust informasi di dalam
laporan keuangan klien, auditor harus membedakan kondisi berikut ini :
a. Apakah kondisi yang menyebabkan terjadinya peristiwa kemudian
tersebut telah ada sebelum atau pada tanggal neraca ? Jika
jawabannya “ya” maka auditor berkewajiban untuk mengusulkan
adjustment terhadap informasi yang bersangkutan kepada klien.
b. Jika keadaan yang menyebabkan terjadinya peristiwa kemudian
tersebut tidak ada sebelum atau pada tanggal neraca, maka peristiwa
kemudian tersebut tidak boleh digunakan untuk meng-adjust informasi
di dalam laporan keuangan klien.

Peristiwa kemudian yang tidak berdampak langsung terhadap


laporan keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu.
Penyebab terjadinya peristiwa kemudian dalam golongan ini tidak ada
sebelum tanggal neraca, tetapi peristiwa ini sangat penting sehingga
memerlukan penjelasan, meskipun tidak memerlukan adjustment terhadap
laporan keuangan klien.

Berikut ini adalah contoh peristiwa kemudian yang memerlukan


penjelasan di dalam laporan keuangan klien sebagai catatan kaki atau
penjelasan di dalam laporan audit:
1. Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai
investasi sementara.
2. Pengeluaran obligasi atau saham.
3. Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadi
setelah tanggal neraca.
4. Penurunan nilai pasar sediaan akibat larangan pemerintah terhadap
penjualan suatu produk.
5. Kerugian akibat terbakarnya sediaan yang tidak diasuransikan.

Untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh peristiwa


kemudian terhadap laporan keuangan, disajikan daftar contoh peristiwa
kemudian yang diklasifikasikan menurut akun yang terpengaruh
penyajiannya.

Akun yang
Terpengaruh Peristiwa Kemudian
Kas Bank klien bangkrut
Keputusan pengadilan yang menyita dana klien
Perampokan, pencurian dan penggelapan
kas yang jumlahnya melebihi ganti rugi yang
diterima dari perusahan asuransi
Piutang Usaha Kegagalan penagihan piutang usaha kepada
sebagian besar pelanggan yang tidak

Auditing II 239
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

diperkirakan sebelumnya.
Investasi Penurunan drastis harga pasar surat berharga
Kesulitan keuangan yang dialami oleh
perusahaan yang mengeluarkan surat berharga
yang dimiliki oleh klien sebagai investasi
Kegagalan pembayaran bunga dan pokok
pinjaman oleh perusahaan yang mengeluarkan
Obligasi
Penjualan surat berharga pada harga yang jauh
di atas atau di bawah kosnya
Sediaan Kerugian karena kebakaran atau bencana alam
yang lain, yang tidak diasuransikan
Kenaikan atau penurunan drastis harga pasar
Sediaan
Perubahan metode penentuan harga sediaan
Penggunaan sediaan yang bersifat luar biasa
sebagai jaminan penrikan kredit
Akiva Tetap Kerugian karena kebakaran atau bencana alam
yang lain, yang tidak diasuransikan
Rencana perluasan usaha atau pengurangan dana
Penilaian aktiva tetap
Keusangan aktiva tetap karena perubahan yang
mendadak pada permintaan atau produk yang
Dihasilkan
Utang Lancar Komitmen pembelian yang bersifat luar biasa,
yang disertai dengan penurunan harga jual
barang dagangan.
Pembatalan kontrak pembelian
Kegagalan dalam pembayaran utang segel
Utang Jangka Panjang Kenaikan yang besar dalam utang jangka Panjang
Kegagalan dalam membayar bunga dan pokok
Pinjaman
Modal Saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar saham
yang beredar
Transaksi pembelian saham sebagai treasury
stock yang bersifat luar biasa
Reorganisasi struktur modal saham
Pengubahan utang obligasi menjadi saham
Biasa
Perubahan bentuk badan usaha, misalnya
dari badan usaha berbentuk persekutuan (CV
atau Firma) menjadi perseroan terbatas (PT)
atau sebaliknya

Auditing II 240
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Saldo Laba (Retairned Pembagian deviden yang bersifat luar biasa, yang
Earnings) mengganggu modal kerja
Penyisihan saldo laba yang bersifat luar biasa
Laba atau rugi yang jumlahnya material, yang
dikreditkan atau didebitkan langsung ke dalam
akun Saldo Laba
Unsur Lain Perubahan pimpinan puncak
Perubahan kebijakan manajemen
Perubahan undang – undang
Tambahan pengenaan pajak atau penerimaan
penggantian pajak (tax refund) yang bersifat
luar biasa
Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar modal

Auditing II 241
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Prosedur Audit terhadap Peristiwa Kemudian.


Prosedur audit terhadap peristiwa kemudian adalah sebagai berikut :
1. Pelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi –
komisi yang dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca.
Tujuan prosedur audit ini adalah untuk menentukan apakah dalam
periode tersebut telah terjadi peristiwa yang akan mempunyai dampak
terhadap penyajian laporan keuangan klien.
2. Review laporan keuangan klien yang dibuat dalam jangka waktu antara
tanggal nerac auditan sampai dengan tanggal penerbitan laporan audit.
Laporan keuangan klien yang disajikan setelah tanggal neraca
memberikan informasi kepada auditor mengenai perubahan –
perubahan dalam setiap unsure yang disajikan di dalam laporan
tersebut. Dengan membandingkan neraca auditan dengan neraca yang
dibuat setiap akhir bulan dalam periode peristiwa kemudian (subsequent
period), auditor dapat mengetahui perubahan – perubahan yang
material jumlahnya, yang kemungkinan berdampak terhadap unsure
yang disajikan oleh klien di dalam laporan keuangan atau yang
memerlukan tambahan penjelasan di dalam laporan audit.
3. Adakan wawancara dengan pimpinan perusahaan mengenai peristiwa
yang kemungkinan berdampak material terhadap penyajian laporan
keuangan.
Dengan mewawancarai pimpinan perusahaan, auditor dapat
mengumpulkan informasi mengenai perubahan pejabat puncak
perusahaan, perubahan kebijakan manajemen, reorganisasi dan
peristiwa lain yang terjadi dalam periode kemudian. Informasi yang
diperoleh auditor dari hasil wawancara ini dapat digunakan untuk
memepertimbangkan perlunya adjustment terhadap laporan keuangan
klien, atau untuk mencantumkan penjelasan di dalam laporan audit.
4. Lakukan wawancara dengan penasihat hukum klien.
Informasi mengenai perubahan undang – undang yang menyangkut
kegiatan usaha klien dan perkara pengadilan yang ditangani penasihat
hukum serta kemungkinan menang atau tidaknya klien dalam perkara
yang sedang disengketakan di pengadilan dapat diperoleh dari hasil
wawancara dengan penasihat hukum klien.
5. Review penagihan piutang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca.
Dalam periode pristiwa kemudian (subsequent period) auditor me-review
informasi mengenai penagihan piutang usaha untuk menentukan cukup
atau tidaknya taksiran besarnya kerugian sebagai akibat tidak
tertagihnya piutang tersebut.
6. Review jurnal penerimaan kas terutama yang mengenai transaksi
penerimaan kas dari pernarikan kredit atau dari penjualan aktiva tetap
yang jumlahnya material.
Penarikan utang jangka panjang yang terjadi dalam periode kemudian
harus dijelaskan oleh auditor di dalam laporan audit. Informasi mengenai

Auditing II 242
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

penarikan kredit tersebut dapat diperoleh auditor dari notulen rapat


dewan komisaris, dan buku jurnal penerimaan kas. Penjualan aktiva
tetap yang jumlahnya material dapat diketahui oleh auditor dari notulen
yang sama dan buku jurnal penerimaan kas.
7. Review transaksi material yang jumlahnya yang dicatat di dalam buku
jurnal memorial.
Informasi mengenai penyisihan saldo laba untuk tujuan tertentu, auditor
menganalisis transaksi yang jumlahnya material, yang dicatat setelah
tanggal neraca di dalam jurnal umum, untuk menentukan apakah
transaksi tersebut menentukan penjelasan di dalam laporan audit.

Tujuan Pembelajaran 1.2:


Mengetahui penyelesaian pemeriksaan

Menurut Agoes (2013:142-143), Sebelum suatu pemeriksaan


akuntan dinyatakan selesai, ada beberapa hal yang harus dilakukan akuntan
publik:
1. Seluruh kertas kerja pemeriksaan harus diparaf oleh pembuatnya dan
direview oleh atasan dari yang membuat kertas kerja tersebut.
2. Hasil review harus didokumentasikan dalam suatu review notes dan
review notes tersebut harus dijawab secara tuntas oleh staf yang di-
review (reviewee) secara tertulis.
3. Daftar audit adjustment harus disusun, lengkap dengan index working
papernya, diskusikan dengan klien/komite audit.
4. Audit adjustment yang sudah disetujui klien harus diposting ke masing-
masing kertas kerja yang berkaitan, baik di supporting schedule, top
schedule, working balance sheet maupun working profit and loss.
5. Draft report disusun oleh auditor in-charge (pimpinan tim audit), direview
oleh audit manager dan audit partner.
6. Sebelum kertas kerja pemeriksaan dan draft report di review oleh audit
manager dan audit partner, maka audit supervisor harus menyusun
notes to PPM (catatan untuk Partner, Principal dan Manager).
7. Setelah draft report direview dan disetujui PPM, draft tersebut harus
diskusikan dengan klien. Jika klien setuju, buat final audit report.
8. Sebelum laporan audit diserahkan kepada klien, auditor harus meminta
Surat Pernyataan Langganan dari klien. Tanggal surat harus sama
dengan tanggal selesainya audit field work dan tanggal laporan audit.
9. Auditor membuat draft management letter, setelah direview dan disetujui
PPM, diskusikan dengan klien. Klien setuju, buat management letter
final untuk klien
10. Tahap akhir, selesaikan urusan pelunasan audit fee (ditambah 10%
PPN, dikurangi PPh 23 2%)
11. Dalam audit working papers, cantumkan “catatan untuk audit tahun
berikutnya”.
12. Jenis opini yang diberikan terhadap laporan keuangan klien, tergantung
pada hasil pemeriksaan.

Auditing II 243
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

13. Dalam mereview kertas kerja pemeriksaan, sebaiknya KAP mempunyai


suatu daftar yang disebut “Audit Working Papers Review Guide”.

Prosedur-prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan


pekerjaan audit memiliki empat karakteristik berbeda seperti berikut:
1. tidak terkait dengan siklus transaksi atau rekening tertentu,
2. dilakukan setelah tanggal neraca,
3. melibatkan berbagai pemikiran subjektif auditor, dan
4. dilakukan oleh manajer audit atau anggota tim audit senior yang
memiliki lebih banyak pengalaman audit.

Prosedur penyelesaian audit merupakan kesempatan terakhir bagi


auditor untuk melangkah di atas level transaksi dan memandang laporan
keuangan secara holistik serta menentukan apakah laporan tersebut
mencerminkan dinamika bisnis yang mendasari. Keputusan dan kesimpulan
yang dibuat auditor dalam menyelesaikan audit sangat memengaruhi opini
yang dinyatakan pada laporan keuangan klien.

Penyelesaian aktivitas-aktivitas audit memiliki keterbatasan karena


dilakukan dalam kondisi waktu yang sangat ketat bagi. Hal ini disebabkan
klien mengharapkan penerbitan laporan audit sesegera mungkin. Meskipun
terhambat masalah waktu, auditor harus mempergunakan waktu yang ada
sebaik-baiknya untuk membuat pemikiran yang profesional dan menyatakan
opini yang tepat sesuai dengan keadaan perusahaan klien. Untuk tujuan
pembahasan, tanggung jawab auditor untuk menyelesaikan dibagi dalam
tiga kategori berikut:
1. menyelesaikan kerja lapangan,
2. mengevaluasi penemuan audit, dan
3. mengomunikasikan hasil temuan audit kepada klien.

Menyelesaikan Pekerjaan Lapangan


1. Membuat Tinjauan Kejadian Kemudian
Tanggung jawab auditor untuk menaksir kewajaran laporan keuangan
klien tidak dibatasi hanya pada kejadian dan transaksi yang terjadi
sampai dengan tanggal neraca. Standar Auditing (AU) 560 tentang
kejadian kemudian menyatakan bahwa auditor harus bertanggung jawab
terhadap kejadian dan transaksi tertentu yang (1) memiliki efek material
terhadap laporan keuangan dan (2) terjadi setelah tanggal neraca, tetapi
sebelum penerbitan laporan keuangan beserta laporan auditor. Kejadian
di atas disebut sebagai kejadian kemudian.

2. Membaca Notulen Rapat


Notulen pertemuan pemegang saham, dewan komisaris, dan
subkomitenya, seperti komite keuangan dan komite audit, dapat
mengandung hal-hal yang memiliki signifikansi audit. Contohnya, dewan
komisaris mengotorisasi penerbitan obligasi, pembelian saham treasuri,

Auditing II 244
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

pembayaran dividen tunai, atau penghentian lini produk. Setiap kondisi


tersebut memengaruhi asersi manajemen dalam laporan keuangan.
Auditor harus menentukan seluruh notulen pertemuan dewan direksi
yang diselenggarakan selama periode audit hingga periode dari tanggal
neraca hingga penyelesaian kerja lapangan tersedia untuk pemeriksaan.

Pembacaan notulen pertemuan tersebut biasanya dilakukan secepat


mungkin setelah tersedia sehingga memberikan kesempatan yang lebih
besar untuk menaksir signifikansinya terhadap audit. Misalnya, informasi
yang diperoleh dari notulen pertemuan dapat menyebabkan auditor
memodifikasi rencana uji substantif atau meminta klien untuk
mengungkapkan kejadian kemudian dalam laporan keuangan. Langkah
pembacaan notulen rapat ini harus didokumentasikan dalam kertas kerja.

3. Mendapatkan Bukti tentang Litigasi, Klaim, dan Penaksiran


FASB dalam SFAS 5 tentang akuntansi untuk kontingensi
mendefinisikan
kontingensi sebagai keadaan, situasi, dan kondisi yang mengandung
unsur ketidakpastian kemungkinan laba (laba kontingensi) atau
kemungkinan rugi (rugi kontinhensi) yang akan menjadi jelas jika satu
atau lebih kejadian terjadi atau gagal terjadi di masa mendatang. Laba
kontingensi, seperti klaim atas pelanggaran hak paten, hanya
mengandung sedikit masalah karena sesuai standar akuntansi laba
kontingensi biasanya tidak dicatat sampai terealisasi. Sebaliknya, rugi
kontingensi merupakan masalah audit yang signifikan. Tergantung pada
kemungkinan pembayaran di masa mendatang, standar akuntansi
mengharuskan rugi kontingensi sebagai berikut:
a. dicatat sebagai utang kontingensi,
b. diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, dan
c. diabaikan.

Kontingensi tersebut meliputi garansi produk, jaminan utang obligasi,


sengketa pajak penghasilan dan litigasi, klaim, serta penaksiran.
Perhatian auditor terhadap utang kontingensi tidak terbatas hanya saat
penyelesaian audit. Selama melakukan uji audit dan pencarian utang
yang tidak tercatat, auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya
utang kontingensi. Di samping itu, pada saat pembacaan notulen rapat
dewan komisaris dan pemeriksaan kontrak, auditor harus mencari
kondisi yang mungkin mengindikasikan adanya kontingensi yang perlu
diselidiki. Standar audit tidak mensyaratkan secara khusus pengauditan
kontingensi, tetapi mengharuskan audit terhadap litigasi, klaim, dan
penaksiran. Keharusan tersebut biasanya dipenuhi saat penyelesaian
audit karena auditor menginginkan bukti yang didapatkan mendekati
penyelesaian kerja lapangan sebagai bukti yang layak.

4. Mendapatkan Surat Representasi Klien

Auditing II 245
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

Auditor harus mendapatkan surat representasi manajemen klien untuk


memenuhi standar kerja lapangan ketiga. Caranya adalah melalui surat
representasi klien. Standar audit (AU) Nomor 333 tentang representasi
manajemen menyatakan bahwa representasi adalah salah satu masalah
yang dapat dijadikan bukti, tetapi bukan pengganti prosedur audit yang
diperlukan guna memperoleh landasan yang rasional untuk opini.
Representasi manajemen tersebut terdiri atas berikut ini:
a. mengonfirmasi representasi yang diberikan kepada auditor secara
lisan;
b. mendokumentasi kelanjutan ketepatan representasi;
c. mengurangi kemungkinan kesalahpahaman tentang representasi
manajemen.

Surat representasi merupakan pelengkap prosedur audit yang lain.


Contohnya, surat representasi melengkapi surat penyelidikan audit
terhadap pengacara klien dengan mencantumkan pernyataan
manajemen bahwa litigasi, klaim, dan penaksiran diperiksa dengan
benar dan tidak ada klaim atau penaksiran yang perlu diungkapkan
dalam laporan keuangan. Beberapa kasus lain menjadikan surat
representasi sebagai sumber bukti audit yang utama. Sebagai contoh,
ketika perusahaan klien merencanakan penghentian sebuah lini bisnis,
auditor mungkin tidak mendapatkan cukup bukti dari prosedur audit. Oleh
karena itu, auditor meminta klien untuk menuliskan rencana tersebut ke
dalam surat representasi. Jika representasi yang dibuat oleh manajemen
bertentangan dengan bukti audit lain, auditor harus menginvestigasi
kondisi tersebut dan mempertimbangkan keandalan pembuatan surat
representasi tersebut. Misalnya, surat representasi manajemen tentang
klasifikasi sekuritas dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity)
bertentangan dengan penjualan sekuritas tersebut oleh manajemen.
Selain itu, auditor harus mempertimbangkan apakah mengandalkan
surat representasi manajemen terkait aspek laporan keuangan klien
sudah tepat dan beralasan.

5. Melakukan Prosedur Analitis


Prosedur analitis melibatkan penggunaan rasio-rasio dan teknik
perbandingan yang lain. Prosedur analitis juga dibutuhkan untuk
menyelesaikan audit sebagai tinjauan akhir laporan keuangan. SAS 56,
standar audit (AU) 329.22 (PSA Nomor 22 paragraf 22) menyatakan
bahwa tinjauan akhir audit bertujuan untuk membantu auditor dalam
menaksir kesimpulan yang dicapai dengan mengaudit dan mengevaluasi
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Untuk membuat
tinjauan secara menyeluruh, auditor membaca laporan keuangan beserta
catatan atas laporan keuangan terkait dan mempertimbangkan
kecukupan bukti-bukti yang dikumpulkan dari respons atas saldo-saldo
yang tidak lazim atau tidak terduga serta hubungannya yang (1)
diantisipasi saat perencanaan audit atau (2) ditemukan saat melakukan

Auditing II 246
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

uji substansi. Prosedur analisis kemudian diterapkan pada laporan


keuangan guna menentukan adanya hubungan tambahan yang tidak
lazim atau tidak terduga. Jika terindikasi ada hubungan tambahan
tersebut, auditor harus melakukan prosedur audit tambahan untuk
menyelesaikan pekerjaan audit.

Prosedur audit yang diterapkan dalam tinjauan menyeluruh harus


dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan yang komprehensif
tentang kegiatan bisnis klien dan industri. Berbagai jenis prosedur
analisis dapat digunakan dan harus diterapkan pada area audit kritis
yang teridentifikasi selama pekerjaan audit dan didasarkan pada data
laporan keuangan setelah seluruh penyesuaian audit dan reklasifikasi
dilakukan.

 LATIHAN SOAL
Kasus
Selama perikatan audit, seorang auditor mengharapkan berkomunikasi
dengan pengacara tentang litigasi, klaim, dan penilaian. Daftar berikut
merupakan lima situasi litigasi (litigation) yang ada di BANI (Badan Arbitrase
Nasional Indonesia). Kalimat klausul terakhir dari setiap kasus menyatakan
sebuah kesimpulan. Sekuritas yang dijaminkan atas pinjaman bank tidak
diungkapkan.
1) Jika pengacara klien diam pada aspek tertentu dari permintaan surat
jaksa, auditor mungkin dapat menyimpulkan bahwa jawaban klien
tersebut telah selesai.
2) Surat penyelidikan audit meminta mengevaluasi pengacara terhadap
kemungkinan hasil dari berbagai hal yang dilaporkan dalam jawaban
tersebut. Jika jawaban pengacara tidak mengandung evaluasi ini,
auditor harus menyimpulkan ruang lingkup audit yang terbatas.
3) PT Jono terlibat dalam litigasi yang memiliki kewajiban potensial besar
sehingga mendapat penilaian yang tidak menguntungkan dan sangat
dekat jumlahnya dengan yang diklaim sehingga mengganggu operasi
perusahaan. Jawaban jaksa perusahaan terhadap permintaan
konfirmasi hukum tersebut, “Meskipun tidak jaminan yang dapat
diberikan sebagai dampak dari tindakan ini, berdasarkan fakta yang
diketahui sekarang, keyakinan jaksa atau hubungan klien dan
sebaliknya serta pemahaman kami atas hukum yang ada, kami percaya
perusahaan memiliki pembelaan yang baik dan patut dihormati terhadap
klaim yang diajukan dan seharusnya menang.” Berdasarkan hal
tersebut, auditor independen harus memberikan opini tanpa syarat.
4) Dalam situasi ini, auditor mendiskusikan permasalahan litigasi tersebut
dengan penasihat hukum klien dan memperoleh opini dari
permasalahan yang diperdebatkan. Hal ini tidak dibutuhkan untuk
memperoleh konfirmasi tertulis dari opini tersebut jika auditor
menyimpulkan opini jaksa pada memo dalam catatan kerja.

Auditing II 247
Universitas Pamulang S1 Akuntansi

5) Selama 10 tahun, Jono Company telah menggunakan jasa pengacara


Angel untuk mendapatkan nasihat hukum yang penting dan dalam
banyak hal penting mengenai proses litigasi. Sekitar 95% pembayaran
jasa hukum pengacara Angelia berasal dari jasa yang dilakukan untuk
Jono Company. Pada 31 Desember, pengacara Angelia telah
menangani kasus litigasi yang melibatkan kewajiban potensial yang
sangat besar kepada perusahaan dan telah menanggapi surat
permintaan auditor. Jika kita asumsikan pengungkapan penuh,
tanggapan ini bisa kita percayai sepenuhnya.

Permintaan
Untuk setiap kasus, indikasikan apakah Anda setuju atau tidak setuju
dengan kesimpulan dan apa alasannya.

 DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Salemba


Empat.

Mulyadi. 2002. Auditing Buku 2. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Salemba


Empat.

Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan


oleh Akuntan Publik. Edisi 4 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing : Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan


oleh Akuntan Publik. Edisi 4 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Arens, A Alvin, et. al. 2015. Auditing & Jasa Assurance : Pendekatan
Terintegrasi. Edisi Kelimabelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Arens, A Alvin, et. al. 2015. Auditing & Jasa Assurance : Pendekatan
Terintegrasi. Edisi Kelimabelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa


Akuntabilitas Publik. Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.

Auditing II 248

Anda mungkin juga menyukai