Ushul Fiqih Kelompok 7
Ushul Fiqih Kelompok 7
Ushul Fiqih Kelompok 7
Istihsan, Istilah,
Istishab,dan urf
Kelompok 7
Anggota kelompok
Pengertian Istishab Istishab berasal dari kata istishaba dalam istif’al yang
berarti istimrar al-shahabah (sahabat) yang artinya dalam lughawi yaitu
selalu menyertai atau menemani.
Selain itu, definisi istishab yang dikemukakan oleh para ulama ushul fiqh
berbeda- beda, namun dapat disimpulkan bahwa :
a. Segala hukum yang ada pada masa saat ini terjadi karena adanya hukum
di masa lalu,
b. Segala hukum yang ada di masa lalu tetap berlaku pada masa saat ini
kecuali jika ada yang mengubahnya,
c. Segala hukum yang ada pada masa saat ini pasti telah ditetapkan pada
masa lalu
Macam-macam Istishab
Para ulama ushul fiqh mengutarakan bahwa istishab terdapat 4 macam, yaitu :
b. Istishab al-Bara`ah al-Ashliyyah Tetap berada pada hukum asal yang belum
ada perubahannya. Setiap manusia tidak memiliki beban, hal ini tetap berlaku
sampai dengan adanya dalil yang menyatakan perubahannnya. Contoh : wudhu
seseorang hukumnya sah jika tidak ada hal yang membatalkannya
c. Istishab an-nasbsbi Istishab Maqlub (pembalikan) Penentuan status hukum pada
masa lalu yang bentuk sebelumnya merupakan penetapan untuk masa kedua
karena pada masa pertama tidak sesuai dengan dalil yang spesifik.
Contoh: adanya seseorang yang dihadapkan pertanyaan, apakah Muhammad
kemarin berada di tempat ini? Karena kemarin ia benar-benar melihat Muhammad
disini. Maka ia menjawab, benar ia berada disini kemarin.
‘Urf berasal dari kata ‘arafa yang mempunyai derivasi kata alma‘ruf
yang berarti sesuatu yang dikenal atau diketahui. Sedangkan ‘urf
menurut bahasa adalah kebiasan yang baik. Adapun pengertian ‘urf
adalah sesuatu perbuatan atau perkataan dimana jiwa merasakan
suatu ketenangan dalam mengerjakannya karena sudah sejalan
dengan logika dan dapat diterima oleh watak kemanusiaannya.
Menurut fuqaha, ‘urf adalah segala sesuatu yang telah menjadi
kebiasaan masyarakat dan dilakukan terus-menerus, baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Maka dapat dipahami, ‘urf adalah
perkataan atau perbuatan baik yang telah populer dan dikerjakan oleh
orang banyak dalam masyarakat.
Suatu hukum yang ditetapkan atas dasar ‘urf dapat berubah karena
kumungkinan adanya perubahan ‘urf itu sendiri atau perubahan tempat,
zaman dan sebagainya. Sebagian mendasarkan hal itu pada kenyataan
bahwa, Imam Syafi’i ketika di Irak mempunyai pendapat yang berlainan
dengan pendapat beliau sendiri setelah pindah ke Mesir. Di kalangan
Ulama, pendapat Imam Syafi’i ketika di Irak disebut dengan qawl qadim,
sedangkan pendapat di Mesir disebut qaw jaddid. Adapun alasan para
Ulama yang memakai ‘urf dalam menentukan hukum antara lain: Banyak
hukum syariah yang ternyata sebelumnya telah menjadi kebiasaan orang
Arab. Seperti adanya wali dalam pernikahan. Dan transaksi jual beli tanpa
sighat (tanpa menyebutkan akadnya) yang sudah sangat umum terjadi.
Macam-macam urf
A. Urf qawli adalah sejenis kata, ungkapan, atau istilah tertentu yang
diberlakukan oleh sebuah komunitas untuk menunjuk makna khusus, dan tidak
ada kecenderungan makna lain di luar apa yang mereka pahami.
B. ‘urf fi’li adalah sejenis pekerjaan atau aktivitas tertentu yang sudah biasa
dilakukan secara terus menerus, sehingga dipandang sebagai norma sosial.
C. ‘Urf ‘am adalah bentuk pekerjaan yang sudah berlaku menyeluruh dan tidak
mengenal batas waktu, pergantian generasi, atau letak geografis. Tradisi jenis
ini bersifat lintas batas, lintas cakupan, dan lintas zaman.
Secara umum, hanya terdapat dua kategori ‘urf, yaitu ‘urf sahih dan ‘urf
fasid, dengan penjelasan sebagai berikut:
‘Urf sahih adalah segala sesuatu yang sudah dikenal umat manusia yang
tidak berlawanan dengan dalil shara’. Dan ia tidak menghalalkan yang
haram dan tidak menggugurkan kewajiban
‘Urf fasid adalah ‘urf yang jelek dan tidak bisa diterima karena
bertentangan dengan shara’. Dari pendapat ini dapat diketahui bahwa
setiap kebiasaan yang menghalalkan yang diharamkan Allah dan
mengandung maksiat masuk dalam jenis ini. Misalnya, kebiasaan
masyarakat mengkonsumsi minuman keras pada suatu pesta.
Syarat Urf Sebagai Landasan Hukum
Islam
Para Ulama sepakat bahwa tidak semua ‘urf bisa dijadikan sebagai dalil untuk
menetapkan hukum Islam.’urf dapat diterima sebagai salah satu landasan
hukum jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1) Tidak bertentangan dengan syariah; (2) Tidak menyebabkan kemafsadahan
dan tidak menghilangkan kemaslahatan; (3) Telah berlaku umum dikalangan
kaum muslim; 4) Tidak berlaku dalam ibadah mahdhoh; (5) ‘Urf tersebut sudah
memasyarakat saat akan ditetapkan sebagai salah satu patokan hukum.
ADA
PERTANYAAN
?
TERIMAKASI
H