Gue kurang suka sama style gambarnya yang terlalu "rame" dan kadang agak pointless. Mungkin karena gue kebanyak 3 bintang
Eh, gue ga dapat hypenya XD.
Gue kurang suka sama style gambarnya yang terlalu "rame" dan kadang agak pointless. Mungkin karena gue kebanyakan baca manga atau webtoon ya, yang gambarnya lebih rapi dan tertata. Tapi bahkan dari segi ceritanya bagi gue hanya "B" aja, Tidak ada yang menarik. Gue tidak berharap ceritanya bakal ground-breaking juga sih. Settingnya sendiri unik, medieval tapi teknologinya ala - ala futuristik. Sayangnya background karakter maupun settingnya agak nanggung. Institute ini apaan, bahkan masa lalunya Nimona ga terlalu jelas juga. Endingnya sih open ending, yang menurut gue ya cocok benernya. Ga perlu dipanjang - panjangin ceritanya daripada makin melantur tak jelas.
Yang menarik ya dinamikanya Ballister Blackheart sama Nimona. Ini mungkin hampir sama kayak Gru dan Minionsnya, mengingat Gru dan Blackheart tuh sama - sama villain tapi ga (terlalu) niat berbuat jahat. Gue sendiri langsung nangkap gay-vibes dari Blackheart sama archenemynya, Ambroise Goldenloin, yang kalau diterjemahkan namanya secara harafiah, jadi selangkangan emas, wkwkwk. Entah ini inside jokes pengarangnya atau gimana. Mungkin juga kebanyakan baca yaoi bikin gue langsung tahu kalau dua orang ini gay, bahkan sebelum Blackheart mengakui perasaannya ke Goldenloin. Tapi penceritaannya sangat subtil kok dan tidak mengganggu kenikmatan baca, if that aspect is not your things.
Bukan grapnov yang bakal gue baca dua kali dan ga terlalu gue rekomendasikan kalau kamu suka model - model manga/webtoon dengan gambar yang rapi. Eh, tapi bahkan komik Saga fave gue aja gambarnya masih lebih bagus dari ini XD. ...more
I always assume Harlequin's Nocturnes line with a light paranormal romance but this book surprised me. More like a romantic suspense with mer 4 stars
I always assume Harlequin's Nocturnes line with a light paranormal romance but this book surprised me. More like a romantic suspense with mermaid elements, since the latter didn't explained thoroughly and focus heavily on the suspense part. It's have a heroine with many secrets (well, she is a mermaid. Half merfolk to be exact), a sherrif hero that have chips on his shoulder and a women-hating serial killer. I liked that Herbert feature character with special needs. The sisterhood is one of the strength of this book and open possibilities of them to get their own books....more
Review ini review buat keseluruhan manga di serial ini, jadi dari vol 1 sampai 8. Aslinya bisa sih review satu - satu, tapi mengingat cuma punya vol 1Review ini review buat keseluruhan manga di serial ini, jadi dari vol 1 sampai 8. Aslinya bisa sih review satu - satu, tapi mengingat cuma punya vol 1 dan baca versi tankoubonnya, terus sisanya baca versi onlen, jadi dirapel aja reviewnya.
Beli manga ini di GI karena gw suka art covernya yang..bishounen alert *ehek*. Dan emang banyak bener bishounen bertebaran di serial ini, padahal target pembacanya itu seinen aka pembaca cowo dewasa. Karena untuk seinen, maka ada juga cewe - cewe bohay, mulai dari Brave 10 sendiri sampai musuhnya. Cuma ya, para cewe sekseh ini kalah pamor sama para bishounennya. Wajar sih, yang ngarang cewe dan ternyata selain bikin manga Sengoku Basara, doski adalah mangaka BL. Maka kalau melihat para pria di serial ini sex appealnya tinggi - tinggi, suka kekurangan bahan pakaian sehingga lebih memilih shirtless saat bertarung plus desain bajunya yang aneh - aneh (dan tidak lupa menonjolkan kulit mulus plus six pack), ditambah dengan adegan - adegan "menjurus" yang mungkin bakal bikin fujoshi meliar imajinasinya.
Baca Brave 10 ga bisa untuk ga membandingkan dengan Samurai Deeper Kyo, karena keduanya sama - sama memasukkan Yukimura Sanada dan 10 ninja Sanada (alias Sanada the Braves). Secara kualitas gambar, Kairi Shimotsuki jelas menang ketimbang Kamijyo Akimine, karena : 1. Yukimura Sanada di Brave 10 lebih berwibawa walau sikapnya wolesan, ketimbang Yukimura Sanada di Kyo yang walau sama woles tapi terlalu "cantik". Sanada disini juga lebih tenang, cerdik dan ganteng 2. Para ninja Sanadanya juga lebih ganteng, seksi, ganteng, seksi (mau diulang sampai kapan, woi :v). Yang pasti secara art dan kemampuan jauh lebih oke. Dan karena serial ini fokusnya sama pembentukan 10 Ninja Sanada, maka masing - masing juga diceritakan lebih detail. 3. Masamune Date disini bishie banget, ketimbang Masamune di Kyo yang kayak om - om mesum.
Namun, secara kualitas cerita, Kamijyo jelas lebih unggul karena ceritanya jauh lebih kompleks dan adegan actionnya pun lebih enak dibaca. Bukannya Kairi ga bisa gambar adegan action sih, cuma nih mangaka suka nanggung kalau bikin adegan pertarungan. Ga ada adegan yang bener - bener gore, sadis, seolah dia takut buat gambarnya atau apalah. Ceritanya pun kurang "dalam", karena selain menceritakan proses bergabungnya para ninja Sanada, sebenarnya pertarungan untuk memperebutkan Isanami (yang didapuk sebagai "harta berharga") juga kurang wah. Yah, pokoknya serba nanggung deh serial ini.
Dari segi karakter, aslinya juga ga ada yang terlalu menonjol, kecuali Yukimura Sanada yang menurut gw justru lebih mencuri perhatian. Si tokoh utama, Saizo Kirigakure, hobinya tereak2 molo, beneran khas komik shounen yang...milih make otot ketimbang otak. Love interestnya (debatable seh :v) Saizo, Isanami juga menjengkelkan karena damsel in distress. Emang sih si Isanami ini aslinya yang paling terkuat di Brave 10 karena..ah, ntar jadi spoiler, tapi hobinya mewek dan diselamatin mulu :|. Masih jaman aja sih damsel in distres di dunia manga ini. Terus yang paling malesin dari para ninja Sanada ada dua. Yang pertama si Kamanosuke Yuri, si mesum yang hobinya stalking Saizo buat bertarung. Ga jelas ini si Yuri cowo apa cewe, apa banci (kalau di Kyo sih emang banci), tapi males banget baca adegan si Yuri tereak - tereak. Emang otaknya rada ga bener sih, hahaha XD. Dan si Miyoshi Seikai...arghhh ini tokoh yang paling gw benci di serial Brave 10 karena udah kayak comic relief, tapi yang kacau banget. Ini tokoh yang menurut gw ga seharusnya ada di serial ini, karena jadi mengacaukan imajinasi cowo - cowo tamvan nan seksi #eh :v
Yah, jadi emang serial ini lebih enak dibaca manga scansnya ketimbang baca versi cetaknya, karena selain ceritanya biasa aja, banyak adegan nanggung (dan kebiasaan si Kairi, ngepotong adegan pertarungan dengan ending super ga jelas) dan pasti sensor dimana - mana. Jika anda penggemar cowo ganteng seksi mempesona tanpa memperhatikan kualitas cerita seh...silakan aja dibaca...di Gramedia (aka numpang baca :P) ...more
Chase Me is my first Tessa Bailey book and also my attempt to try to understand this NA thingie. TBH, the story is pretty much simple, conflict3 stars
Chase Me is my first Tessa Bailey book and also my attempt to try to understand this NA thingie. TBH, the story is pretty much simple, conflict just a few and recycled in some part. Roxy kinda frustated me with her antisocial nature and her stubborness. But I can see myself in Roxy, even in her age I'm not that anti social like her, so I can forgive what she did. It just don't make her as my favorite heroine tho. I think her personality is part of NA archetype, full of angst and insecurity.
Louis McNally...just like your mix of alpha and beta hero. Nearing beta hero, tho. Refreshing to read his attitude not to "I'm Tarzan, hear me roarrr!!". What he did to Roxy is because he care, and I always like a hero that chase his woman. I just wish he's not too.. Idk...two goody legs? I like his twin sisters, Lena and Celeste. They are crazy, they are scene stealer and I want to see they have more parts in the story.
The secondary characters like Roxy's roommate, Abby and Honey (funny that all their name rhymes!) and Louis's friend Ben and Russell make the story rich, but just that. There was some hint about who will be the next MCs for next books, and boy, when I read blurb from book #2 and book #3, it's obvious that Tessa Bailey wrote this series especially for Roxy & Louis and co.
I hear that Tessa Bailey is the queen of "dirty talker heroes" and she write so many steamy sex scenes. Boy, that was right! Idk how much level of hotness that NA genre can handle, but Chase Me sure is HOT. Hawt-until-it-melting-your-pants hot. No kidding. She did'nt hold back when writing sex scenes between Roxy and Louis apparently *chuckle*. And I enjoy reading those scenes. Heh, sometimes I want to read a sex scene that left me hot and bothered. And Tessa Bailey nailed it :p
Aside from that, like what I said, Chase Me is pretty much your average NA, and by average, just angst throw here and there, misunderstanding and so much insecurities. Still I enjoy read it, since this one can be read in just of few hours. Just beware of the angst. Now, I need some reading material that will give me smile and warm fuzzies. Maybe I'll read some funny mangas, lol! If you like NA that so hot its bordering erotic, maybe you will love this one....more
"Inti dari fanfiksi," katanya, "adalah bahwa kau harus berada di alam semesta orang lain. Menulis ulang aturannya. Atau membengkokkannya. Ce4 stars
"Inti dari fanfiksi," katanya, "adalah bahwa kau harus berada di alam semesta orang lain. Menulis ulang aturannya. Atau membengkokkannya. Ceritanya tidak perlu berakhir ketika Gemma Leslie sudah lelah menulisnya. Kau bisa tetap berada di dunia ini, dunia yang kau cintai, selama yang kau inginkan, selama kau memikirkan cerita baru..."
Fangirl bukan buku yang akan bikin kamu jatuh cinta sejak halaman pertama, tapi ini buku yang akan membuatmu berpikir.
Cather Avery bukan heroine yang ingin kamu jadikan BFF...atau bahkan teman. Dia introvert. Dia asyik di dunianya sendiri. Dia enggan keluar dari zona nyamannya. Dia lebih suka menyapa penggemarnya di Fanfixx.net ketimbang menyapa Reagan, teman sekamarnya. Dia merasa saudari kembarnya, Wren sudah tidak seperti dulu lagi. Dia merasa harus bertanggung jawab pada ayahnya yang menderita mental illness. Dia benci ibunya yang meninggalkannya. Dia mencintai Simon Snow. Dia mencintai cowoknya, Levi lebih dari Simon Snow, tapi Simon Snow dan Baz adalah hidupnya. Dia menganggap fanfic adalah hidupnya. Dia tidak sanggup meninggalkan dunia fanfic dan menulis ceritanya sendiri saat professor Fiksinya memintanya untuk melepas apa yang selama ini dia tahu.
Kamu mungkin akan benci Cather. Benci dengan sikapnya. Tapi,...saya tidak. Karena saya tahu bagaimana rasanya menjadi Cath. Bagaimana menjadi introvert dan selalu menolak untuk berkenalan dengan orang baru, kecuali saya sudah lama mengobrol dengan mereka. Orang extrovert membuat saya lelah. Dan saya juga asyik di dunia sendiri. Sama seperti Cather. Lebih asyik menyapa teman di dunia maya, sama seperti Cather.
Tapi, bukankah kita juga sedikit banyak sama seperti Cath? Kita yang merasa diri kita introvert dan lebih banyak meluangkan waktu di dunia maya. Kita yang merasa menjadi diri sendiri di Internet, tapi kebingungan untuk bersikap di dunia nyata. Merasa tertekan. Merasa sesak dan depresi. Seolah dunia melawan kita dan kita bertarung melawan mereka. Ingin dimengerti tapi tidak ada yang mengerti. Merasakan banyak beban hidup dan kadang enggan berbagi.
Cather memang tidak lovable...tapi saya merasa terhubung dengannya.
Cather merasa dimanfaatkan rekannya, Nick di kelas Fiksi untuk mengerjakan tugas mereka berdua, dan saya tahu rasanya bagaimana dulu saya mengerjakan tugas untuk cowok yang saya taksir. Tapi Cather beruntung punya Levi, sama seperti saya beruntung punya suami saya saat ini. Para pria yang tetap mencintai kami, terlepas dari sikap introvert kami yang kadang kelewatan. Terlepas dari cinta kami yang tidak masuk akal terhadap sesuatu yang mungkin bisa dianggap absurd. Cather dengan fanficnya. Saya dengan buku - buku saya. Dan juga orang - orang di sekitar Cather yang membentuk cewek itu menjadi pribadi yang tentunya lebih baik. Pribadi yang berusaha keluar dari zona nyamannya walau dengan susah payah.
Fangirl adalah surat cinta..dan juga sentilan dari Rainbow Rowell untuk penulis fanfic. Rainbow Rowell menunjukkan bagaimana dunia fanfic yang sebenarnya. Dunia yang bagi saya adalah dunia yang asing, tapi di sisi lain juga merasa terhubung. Dunia yang terbentuk karena cinta dan rasa berbagi. Dunia yang juga penuh dilema dan argumentasi. "Sentilan" yang dituliskan oleh Rowell juga ditujukan pada penulis fanfic, jika mereka juga bisa menulis cerita mereka sendiri tanpa harus mengambil dunia milik orang lain. Bahwa mereka juga bisa menulis dari nol. Bahkan jikapun mereka tidak bisa melakukannya, mereka bisa setidaknya mencoba. Because there's nothing new under the sun.
Pada akhirnya..Fangirl tidak hanya tentang fanfic. Fangirl juga bukanlah kisah cinta biasa. Ini adalah tentang bagaimana berdamai dengan dirimu sendiri, dengan lingkungan sekitarmu, dengan orang - orang yang memperhatikan dan menyayangimu dengan cara mereka sendiri meskipun kamu mungkin tidak menyadarinya.
Terkadang menulis itu seperti berlari menuruni bukit, jari - jarimu tersentak di belakangmu di atas keyboard seperti kakimu lakukan ketika kaki - kaki itu tidak bisa mengikuti gravitasi
Note: Terimakasih untuk Penerbit Spring yang telah memberikan 1 (satu) copy buku Fangirl untuk direview. Ini tidak mempengaruhi review-ala-curhat di atas :) Review juga bisa dibaca di blog:
Reduce the stars from 3 to 2 stars, because I just realize that I got dejavu when read Forgotten Sins. After I check my old review, I see some siEdit:
Reduce the stars from 3 to 2 stars, because I just realize that I got dejavu when read Forgotten Sins. After I check my old review, I see some similarities between Forgotten Sins and The Darkest Hours by Maya Banks. The similarities are:
- both MCs are married couple - both MCs were separated, while the cause is different. In Forgotten Sins, Sean leave Josie without explanation for 2 years. In The Darkest Hours Ethan think his wife, Rachel is dead, and find that she had been alive but held hostage in Colombia. - amnesia plot! In Forgotten Sins, it's Sean, The Darkest Hours is Rachel who had it. - Both hero are alpha males and treated their wife as "fragile" things. => common trope, tho. But the way they act...almost the same. - Both heroine surrounded by the hero's brothers at once. Josie with Dean brothers, Rachel with Kelly brothers. - Both have same genre, even Forgotten Sins have some scifi part on it - Both also first book in a series that have an organization of sort.
And so, tell me, is it coincidence? Or originality doesn't mean anything at all? I know that there's nothing new under the sun, but the similarities between Forgotten Sins and The Darkest Hours is too much. Also, I wonder if it's just me who recognize this too-blatant-similarities
I will not bother to read the rest.
My original review about Forgotten Sins, can be read below:
Sooo..unpopular opinion here, since I see that so many GR friends raved about this one. Sadly, I just find this okay, and some tings kinda grated my nerves
Tbh, I'm so tired when reading the heroine, Josie, back and fro. First, she want to divorce her husband, Sean. Then, she melting again said husband and start to have sex afterward. Well...it's logic actually. Two years separation will do that to any normal woman, and add it with the thrill or adrenaline after being chased by bad guy. But, after knowing Sean have too much secret, she want to part again. Aaaand... when Sean save her, she goes "Ohmygawd!! My husband save my lifeeee!!That's give a whole new perspective. I know I love him. Screw the divorce! I don't care with the danger!!". Add it with Josie is an orphan, so she had been alone for her entire life. She want a family! So bad! While it might be the author attempt to reader to justify Josie's action and reaction..I just...can't even.
Conclusion: Too.Much.Angst.And.Drama
Also there was an attempt to romanticized Stockholm Syndrome, even the h/H, already married. Sean give a whole new meaning to alpha macho with stalker tendency. Really... *rolling eyes*. I guess I grow tired with alpha hero that act so bossy, try to defend their women, even said women are dependent. But, noooo, it's not romantic if alpha male don't act like a "I'm Tarzan!!! Hear me roarrrrr!!!" first. I will stick with mix of alpha and beta male who can appreciated their female, not try to bossing her around and keeping so many secret, thank you.
I also don't like the "damsel in distress" subplot near the end to make a climax of the story *rolling eyes*. Action start too late and the ending wrapped in a rushed way. Add it with an unnecessary subplot, when Josie found out who ransacked her office at first place. I don't know why insert this subplot, since I think at first it will connect with Sean's past. The connection just barely a scratch, and imho, why not just concentrated to the super soldier instead? The villain also too two dimensional and lack of depth. It's like the author write them in the sake of being evil with add curse & malicious words that when I read it, I'm just snort. There was a part when the villain threat Josie with rape and torture, and I just "dude, enough already. You talk to much for a bad guy." I have a feeling this part was influenced by "bad guy trope that talk much less action" in the Hollywood movie.
Do I want to read the next? I admit, the idea of super soldiers who genetically enhanced is good, the suspense is great, and even Josie kinda like damsel in distress somehow, I like that in some scene she show her backbone. Just, not too asskick like what I want her to be. The brotherhood of Dean brothers is what you can expect to find in this kind of story, so it's nothing special. I have read a much better relationship. Zanetti indeed can write a good suspense story, but I wish she leave all the angst, cut some drama, and focus to the suspense. So, I don't think I will read the next book in the short time. Sadly, will give this series a low priority in my TBR list....more
Again, unpopular opinion, but Romancing the Duke is just for-shit-and- giggle kind of book. The story is too simple, formulaic and silly for my3 stars
Again, unpopular opinion, but Romancing the Duke is just for-shit-and- giggle kind of book. The story is too simple, formulaic and silly for my taste. I bought this because I love the cover. Where the heroine just standing, no body part flashes (which is soo amusing and silly in so many historical romance cover books out there), and her smirk, promised me a story full of mayhem and mischief. Add it with unusual blurb and I'm sold.
After finish reading, yeah, the story indeed have mayhem and mischief, but too much liberties that Ms Dare throw I don't know if its historically correct. Romancing the Duke kinda like a re-telling of Beauty and Beast tale, only Izzy is a daughter of famous novelist. The rest of the story is pretty much how Izzy try to claim her castle from Duke of Rothbury, Ransom Vane. Start with insta lust, they begin to understanding each other, Izzy try to heal Ransom's heart wound, yada, yada, and bam...the End. Pretty usual and I don't mind with the simple. I did crave some simple story that not dark, angst, full drama and violence. The problem is, this book is too bright, like unicorn try to puke some rainbow...
Okay, that sound harsh anyway. The strength of this book is the characters. While Izzy and Ransom (gaah, always type random!) are formulaic, I like their witty banter and interaction. I like the secondary characters too, like Duncan, Ransom's valet and Ms Abigail Pelham, Izzy's friend. The sex also dirty and steamy for historical romance. BUT, the Moranglian thing, which is a fandom from the The Goodnight Tales, a work by Izzy's father is too much! I don't know what era this book set, since I rarely read historical romance, but is this fandom thingie exist in that era? They are too silly, too...Idk what to say, just rubbed me the wrong way.
I also think that somehow Ms Dare want to defend romance, that imho, not necessary. There's no need to defend romance in front of people that dislike romance, because it's nonsense! I love romance, I do. I cant count how many times I defend my favorite genre and in the end I feel exhausted I didn't give a damn. A romance reader might be aggree with Ms Dare's insight about romance and fairy tale, but I feel it's a little bit forced.
Imho, the revelation about the Goodnight Tales is a little bit meh for me, and I think Ransom is not groveling much. This book have some funny moments, tho. Izzy is quirky and it's clear that she's the foundation of this book. It just the last part that make me reduce the star, add it with the liberties and some silly part that I think not funny.
I guess, if you want a light, full of humor, and unusual historical romance, you can try Romancing the Duke.
Hadiah dari event BBI, Secret Santa 2014. Yey, makasih ya Santakuuu :* (dan riddle dengan gambar Benedict Cumberbatch dan classic poem, whyyyy I thinkHadiah dari event BBI, Secret Santa 2014. Yey, makasih ya Santakuuu :* (dan riddle dengan gambar Benedict Cumberbatch dan classic poem, whyyyy I think I know who are you =))) )
Eniwei..sayang ga bisa terlalu menikmati buku ini :|. Mungkin karena udah baca buku dengan tema perjodohan paksa sebelumnya (
[image]
) jadi berasa dejavu saat baca Stolen ini. Mana si Cecilenya kadang bisa sangat TSTL dan dramak, jadi berasa Bella Swan. Ada apa sih dengan heroine YA dan kecenderungan dramak mereka? Tristan juga biasa aja sih, arketipe bad boy, songong, tapi dia ga buruk2 amat, tapi ga yang bikin berkyaa, kyaaa. Sayang POVnya cuma beberapa, nanggung amat! Kalau aja buku ini alternate POVnya seimbang antara Cecile ma Tristan, mungkin lebih bagus. Atau full Cecile juga boleh, walau gw pengen nabokin dia aja rasanya :v
Sayang, ceritanya juga lumayan banyak plot holes. Mungkin gw juga ga konsen bacanya, tapi yang agak mengganggu adalah adegan saat Cecile pertama ketemu Anais. Perasaan sih ya, Anais ini baru dikenalin saat POV beralih ke Tristan, tapi kenapa pas balik ke Cecile lagi, kayak Cecile ini dah kenal Anais, padahal mereka belum kenalan sebelumnya? Sama yang Angouleme juga, dan duh banyak sih bagian yang tiba - tiba aja begini dan begitu. Terus, ga ada petanya! Buku fantasy itu sekarang kebanyakan ga ada peta, dan terus terang itu fatal kan. Gw tahu ini settingnya di bumi, tapi pas tahun kapan di benua mana, negara mana ga jelas. Trianon itu dimana? Pulau Cahaya itu dimana? Perancis kah? Soalnya namanya pada pake nama Prancis, dan gelarnya juga dari sana. Tapi karena ga ada peta, jadi susah noh bayanginnya -_-"
Betewe, pertamanya emang rada ga sreg saat tahu kalau troll disini diromantisasi. Kesannya maksa aja gitu, bayangin troll yang jelek, buruk rupa, bisa jadi batu kalau kena sinar matahari, eh sekarang ada pangerannya yang ganteng bikin hati Cecile gundah gaulana. Walau akhirnya dijelasin juga kenapa kok troll ada yang ganteng dan cantik. Bahkan awalnya para troll itu rupawan sebelum Trollus dikutuk. Jadi(view spoiler)[ troll itu cuma istilah yang diberikan kaum manusia saat mereka datang ke pulau cahaya. Dugaan gw, mereka ini aslinya Fae dari jenis Seelie. Kenapa? Karena Tristan bilang kalau paman buyutnya adalah Raja Musim Panas dan musuh para Troll yaitu sluag, itu bawahan Ratu Musim Dingin. Siapa lagi kalau bukan Oberon dan Mab? Kenapa mereka malah tertarik sama besi? Kemungkinan mereka Fae yang punya resistensi sama besi, dan bagian mereka yang suka emas, beberapa jenis Fae emang suka emas (hide spoiler)] Menurut gw, bagian ttg siapa troll yang sebenarnya ini yang paling menarik dari Stolen Songbird
Yah, sayangnya lagi sih, chemistry Cecile sama Tristan kayak maksa. Dari yang antagonis, berantem mulu, Tristan songong mulu walau aslinya pura - pura, lalu langsung menyatakan cinta satu sama lain. Yaelah anak muda :|. Tokoh yang mungkin gw suka paling ya si Marc, yang menurut gw jauh lebih berkarakter ketimbang Tristan mungkin karena gw suka tipe tortured hero, lol! Si kembar Victoria dan Vincent juga menyenangkan, dan gw bahkan lebih suka Anais! Bagian saat Cecile menganggap dirinya jelek dan Anais itu gorgeous banget bikin gw memutar mata, karena lagi - lagi trope ini dipakai ye. Bikin heroinenya ga menarik tapi dapat yang ganteng sementara saingannya cantik bak dewi di surga tapi ga dapat cinta. Cuih :|
Ceritanya rada muter - muter juga dan world buildingnya kurang kuat, tapi gw maklumin karena ini buku pertama. Eh, bahkan suka sama Raja Thibault, ayahnya si Tristan karena tujuannya buat ahli warisnya. Ini nih villain yang ngga 2 dimensional. Endingnya rada watdepak sih, cuma ga terlalu yang kaget2 amat (halah :v). Misteri tentang kenapa Trollus dikutuk masih ada, dan lumayan bikin penasaran sih. Cuma ga terlalu pengen baca buku keduanya, apalagi kalau si Cecile masih TSTL. Lagi :|
Terjemahannya lumayan enak, agak kaku sih, cuma ga yang bikin alis keriput. Covernya juga bagus dan salut ada profil penerjemah di belakangnya. Good job Fantasious, penerjemah kan juga mesti dihargai lah yaaa...Penerbit2 lain mestinya niru cara Fantasious ini #eh
Yaaa, kalau suka YA, terus suka fantasy, atau mungkin mau swooning ke si pangeran troll dan baca versi lain dari troll yang selama ini dikenal, boleh lah ini dibaca.
Ini pertama kalinya saya nangis karena suatu buku. Bukan, bukan karena ceritanya sedih, walau Menyentuh Bayangan memang banyak angst dan drama. Tapi kIni pertama kalinya saya nangis karena suatu buku. Bukan, bukan karena ceritanya sedih, walau Menyentuh Bayangan memang banyak angst dan drama. Tapi karena gaya menulisnya yang ngga enak dibaca!
Jujur, pengen banget suka buku ini, apalagi saat penulisnya menawarkan buku ini dan bilang bahwa buku ini bergenre "strong romance", yang mungkin maksudnya tidak menye. Tapi kesan yang saya dapat justru sebaliknya, buku ini sangat menye. Dari ide ceritanya, sebenarnya agak berat baca tema perselingkuhan. Apalagi slut-shaming di buku ini juga ada (saat Naluri bilang istri Figar itu cantik tak berotak, rasanya males banget). Tapi toh saya tetap membacanya dan jujur, sudah mau menyerah dari awal. Bahkan Mahogany Hills yang saya rate 1 itu rasanya masih jauh lebih baik dari buku ini. Iya, MH masih lebih bagus dari segi penulisan ketimbang MB yang terlalu banyak narasinya. Bahkan beberapa paragraf rasanya seperti membaca karangan masa SD :|
Cukup sayang juga karena saya melihat Mbak Itut ini punya potensi sebenarnya. Sangat - sangaaaat disayangkan saya ngga bisa menikmati cerita Menyentuh Bayangan. Tidak peduli dengan kisah cinta Naluri-Figar, malah men-skip skip bagian belakang karena sudah terlalu lelah dan terganggu dengan penulisan yang sangat tidak enak dibaca :(.
Bisa dibilang, ini novel misteri detektif paling ngga niat yg pernah gw baca --". And yes, totally can see this as manga, but novel? Not so much. Terlalu formulaik walau pemecahan misterinya sebenarnya bagus, tapi beberapa kasus terlalu "kuno" kesannya. Bahkan Conan atau Kindaichi aja masih lebih bagus (Ngga, g akan bandingin ini sama novel Dame Christie atau J.D.Robb, karena emang udah beda level. Kayak bumi dan langit).
Yg pasti...polisi Jepang itu sebego apa sih sampai ngga tau identitas Reiko Hosho sebagai anaknya presiden Hosho Industries? Kerjaannya ngapain aja tuh? G heran sebego itu, sampai nona kaya macam Reiko bisa jadi polisi dan Kazamatsuri yg anak pemilik Kazamatsuri Motors bisa jadi komandannya Reiko. Mungkin HRD polisi Jepun ini ngider semua atau ngantuk kali ya, dua orang yg ngga kompeten malah jadi polisi. Walau mungkin si pengarang nulis karakter Reiko dan Kazamatsuri supaya kayak comic relief, tetep aja ga lucu dibacanya. Seakan sangat meremehkan kinerja polisi/detektif itu sendiri.
Ini juga dimasukkan unsur amateur sleuth lewat peran Kageyama, butler Reiko yg mulutnya minta dicuci karena suka ngehina Reiko. Tapi lagi - lagi...juga sama nanggungnya. Untuk ukuran amateur sleuth, hebat bener Kageyama bisa deduksi kasus Reiko cuma dari omongan Reiko! Ga pake liat TKP, g olah TKP, atau bahkan wawancara pelaku. Sherlock jelas kalah, dan Reiko berarti lebih berguna ketimbang Watson *rolling eyes* *iya ini sarcasm*. Mana dari semua cerpen yg ada di kumcer ini, polanya sama, makanya gw bilang formulaic. Reiko dapet kasus, si Komandan sok cerdas pas olah TKP dan interogasi, lalu Reiko pun cerita kasusnya sama Kageyama dan Kageyama mecahin kasus sambil mengolok2 Reiko dulu tentunya. Gitu aja terus, rinse and repeat. Walau ada sedikit modifikasi untuk cerita Mempelai yg Terkunci di Ruangan Tertutup dan Pesan Kematian Korban...tapi yah itu aja. Ga diceritain gimana penyelesaian kasus secara tuntas. Yang artinya...sampai para tersangka diperiksa lagi alibinya setelah Kageyama memberikan deduksi sama Reiko. Lah iya kalau bener pelakunya seperti yang Kageyama bilang. La kalau ngga? -__-"
Ngehenya lagi, punya gw bisa dibilang "produk gagal", karena entah apa memang ciri khas kertas Penerbit Haru kayak gini, tapi beberapa halaman tuh tintanya tembus! Dan ga cuma 1-2 halaman, tapi banyak! Berhubung belinya juga sudah setahun yang lalu, di tokbuk online, struk tidak ada, ya males mau nuker. Kenikmatan membaca jadi berkurang deh,
Ember sih kalau After Dinner Mysteries buat fun aja...ga usah mikir keras. Tapi yg namanya mystery ya, mau itu cozy mysteri atau yg thriller berat sekalipun, ya tetap diharapkan harus bisa menghibur pembacanya dengan cara berpikir dong ;v...more
Wickedly Dangerous is the first installment of Baba Yaga series and also debut novel from Deborah Blake, whom, before this one writing mostly 3 stars
Wickedly Dangerous is the first installment of Baba Yaga series and also debut novel from Deborah Blake, whom, before this one writing mostly non fiction book. I pick this one because it's rare to read about Baba Yaga as main character, since usually this crone often portrayed as side characters or because her menace characteristic, a villain. Baba Yaga in Blake's world is not the crone that people used to know, but a title for a witch that kinda like "paranormal police". It's feel unique at the first time tho, but then I realize that Wickedly Dangerous is just an okay read for me.
I feel that it's hard to connect with Barbara Yager at first. She act though just for "though heroine trope" sake. She feels aloof, and while this is understable because Barbara herself said that she was not good with emotion, that make her feel...cold. I don't like a character that make me struggle to connect with, because that's mean I can't sympathize with her/him. Her romance with the hero, Liam McClellan also feel...awkward.
The world building feel too light. We have Otherworld, yes. But other books have it too. We have Queen and King that ruled this Otherworld together, but I don't know, they feel light. Maybe I read too much about the Seelie, Unseelie and their cruel court, and I expect the Queen will be cruel. I don't feel it there. Actually, it can be nice, but I feel something missing. Each time I read about the Queen, I remember the White Queen from Alice movie. A quirky character but easily forgettable.
The best part for Wickedly Dangerous is the small town setting. The conflict with the town's folks is nicely done, not going overboard and I can accept it for a tight-knit society, their reaction to Barbara for being a stranger is well-written. The plot can be slow sometimes and make me lost interest for many times, but the mystery is what keep me going. Sadly, the villain fall into two dimensional characters and I feel that the Russian myth just being here for accessories. I want them to be explored thoroughly, tho. The three Riders that help Barbara is okay too, your standard manly macho brotherhood, although they provide a good comic relief. My favorite character is Chudo Yudo, a Russian dragon that turned into pitbull dog, whose humor make me smile. Alas he's just become a pet, and I wish he get more "dragon-revealed" time.
For a paranormal romance...not much sexy times. The first time is..fade to black *rolling eyes*, the second time is I just don't care since Barbara and Liam relationship is just awkward. It's not that paranormal romance (or UF) must have sexy times that scream"so hot! I want to fan myself". In the other side, I feel grateful for the lack of sexiness.
This book indeed suffer from being "first book in series" syndrome, and also because this is debut, so many aspect that feel lacking. But, first impression is a must, and Wickedly Dangerous is just okay for me, so to read the next book is not my priority this time. ...more
Bagus sih ceritanya. Suspense dapet, thriller dapet, romance juga dapet (walau sedikit). Tapi ya elaah, ceritanya singkat padat, ga bikin puas -__-". VBagus sih ceritanya. Suspense dapet, thriller dapet, romance juga dapet (walau sedikit). Tapi ya elaah, ceritanya singkat padat, ga bikin puas -__-". Versi asli ada 208 halaman, dan terjemahan ada 224 halaman. Curiga ini yang terjemahan ada yang diedit - edit.
Mana ada yang salah di sinopsis pula. Nama tokoh utama cowoknya itu Gabriel McQueen bukan McCain -__-"
Sayang juga nama ceweknya aneh, Lolly, singkatan dari Lorelei. Bikin mikir, ini tante Linda Howard pas nulis ini lagi mabuk atau gimana?...more
Jadi inget, dulu beli ini udah lama pas IBF. Alasan beli? 1. Kavernya bagus 2. Bukunya tipis 3. Yang terpenting : DIOBRAL :)))
Di luar dugaan, ternyata bagus juga ceritanya. Salut sama Adam Gitwitz yang yang bisa meramu dan mencampur banyak dongeng Grimm untuk menjadi satu kesatuan (jiah kek Pancasila aja) dalam menceritakan kisah perjalanan Hansel dan Gretel. Cuma, kadang - kadang narasi dia emang super ngetroll dan somehow ngga lucu :))
Kalau lagi pengen baca cepet, buku ini boleh banget dibaca. Bisa selesai dalam 2 jam kok (tanpa gangguan sosmed dll ya tentunya)....more
Kadung beli bukunya yang kedua, jadi ya musti lanjut :D
Mary Russell ini.. kok suara dia beneran kayak suara si pengarang ya? I mean, kayak pe3 bintang
Kadung beli bukunya yang kedua, jadi ya musti lanjut :D
Mary Russell ini.. kok suara dia beneran kayak suara si pengarang ya? I mean, kayak perasaannya Laurie R King terhadap Sherlock Holmes. Jadi kayak semacam surat cinta begitu. Agak weird pula saat tahu Mary itu selisih usianya 39 tahun sama Sherlock! Bukan berarti ngga boleh hubungan kayak gini, dan pas jaman itu kayaknya masih biasa aja. Cuma aneh aja ngga sih rasanya? Walau saia yakin, Ben bakalan tetep ganteng kok di usia 60an (ini ujung - ujungnya ke Ben lagi :)) )
Faktor kedua yang bikin ngga terlalu suka, si Mary (aka Laurie R Kingnya sendiri) ngeremehin Watson banget! Karena saia belum baca Sherlock versi Conan Doyle dan hanya nonton yang versi BBC (plus versi RDJ dan Jude Law), ini lagi - lagi rasanya ngga banget. Padahal Sherlock BBC aja nganggep John itu beneran temannya (sampe kayak berasa gay. Pengaruh Matt Gatiss ini pasti), dan di versi filmnya, John itu very badass ! Melihat di buku ini Watson diejek Holmes membuat diriku merasa ini kayak si pengarang ga suka sama Watson
Ceritanya sendiri alurnya seloooow banget, dan pas penjahatnya keungkap, ngga terlalu kaget. Aura agamisnya juga kental, bikin rada ngga nyaman bacanya :S. Tapi overall sih lumayan kok...more
It's been almost 2 years since I read Assassin's Gambit and I like the premise that I didn't hesitant to bought Spy's Honor. The problem is, wh4 stars
It's been almost 2 years since I read Assassin's Gambit and I like the premise that I didn't hesitant to bought Spy's Honor. The problem is, when you read the first book a long long time ago, you will miss some detail. Spy's Honor is a prologue to Assassin's Gambit and I admit, I'm a little bit confused when read this one. Spy's Honor is about Rhianne, Imperial Princess of Kjall and Jan-Torres aka Janto, the Crown Prince of Mosari. Both are cameos in the first book but play important role. It's not necessary to read Assassin's Gambit first. In fact, I will read this one then Assassin's Gambit.
The story is back when Lucien, the hero of book 1 is not emperor yet. His tyrant father is invading Mosar, and Janto is desperate to find a way to claim his country back. As a spy he enter the palace and instead finding his lost spy, he meet Rhianne first. What begin as a languange lesson between Janto and Rhianne turn to something more. They begin to fall to each other, with Janto still hide his true identity. When fate cruelly separate them and Kjall succeded in invading Mosar, Janto must take his responsibility as the heir of the crown to claim what his. Even its mean he must betray Rhianne.
What I praise most from Spy's Honor is Raby's ability to mix fantasy, romance, intrigue and politic with ease. All mixed in perfect balance and produce a good read. Even I admit that some part can be so slow. The part when Rhianne and Janto exchange about languange might be boring to read, but on the other side it show that languange is one of important element of high fantasy. No map here, but I will set aside for it. No glossarium either, which if there's one it will be nice. The conflict is well written, even the romance part is not silly or too Harlequinesque. Of course there some drama in the end, especially when Rhianne know about Janto's true identity. But its handle well.
My problem maybe is Rhianne. Maybe because I think Vitala, the heroine from first book is so badass, Rhianne seems pale compared to her. Sure Rhianne is strong, being rebel and challenge his uncle, the current emperor to save her loved one, but in some part she strike me as naive. Sometimes too compassionate too, but what bothering me is her naivete. As for the hero, I like Janto a lot. He's a beta hero, not alpha, not act like "I'm Tarzan, hear me roaaar, but can be commanding when situation need him. Janto is a shroud mage, with ability to make himself and his target-if he desire- invicible. A cool ability (and yeah, it will show in what I think the steamiest sex scene in this book, ehm), add it with his familiar, the ferret named Sashi, make him an unforgettable hero.
If you want to read a fantasy romance full of intrigue, politic manuveur but crave your happy ending, Spy's Honor is a must read....more
Walau kesannya India disini bobrok, sungguh ingin pergi ke Bangalore. Bu dokter A.s. Dewi, jika nanti ada rejeki, ayuk kita trip ke Bangalore dan berburu buku murce X)
Makasih ya Jamal, sudah dikasih buku ini. Bagus banget, ga jadi aku hibahkan akhirnya :))...more
Kayaknya tante Meg ga lupa sama kulitnya, karena kali ini dia nulis hisrom pake namanya sendiri (biasanya kan pake nama Patricia Cabot). Yang pertama Kayaknya tante Meg ga lupa sama kulitnya, karena kali ini dia nulis hisrom pake namanya sendiri (biasanya kan pake nama Patricia Cabot). Yang pertama ada Victoria dan Sang Earl, dan yang kedua ini ada Nicola dan Sang Viscount. Tenaaang, ngga ada hubungannya kok :P
Ciri khas tante Meg masih ada, kayak omongan yang sarkastik, heroine nyebelin tapi mau ngga mau ya kita seneng juga, soalnya si Nicola ini walau bolak - balik muji Sebastian bagai dewa lah (bukan kayak si Ahmad Dhani yak :X), yang tampan luar biasalah, aslinya juga ngga secetek yang dikira. Terbukti dari sikap keras kepalanya yang menolak buat menjual rumahnya, dan juga sense of fashionnya yang tinggi
Untuk buku dengan ukuran tipis gini, tokohnya lumayan banyak juga. Ada Nathaniel Sherridan yang benci tapi cinta ke Nicola. Fyuuuh tipikal ye, teman - teman. Eleanor, adiknya Nathaniel yang BFFnya Nicola. Lalu ada Lord dan Lady Farrell, alias keluarga Bartholomew dengan putra mereka Sebastian yang tampan bak dewa dan putri mereka Honoria yang wajahnya katanya kayak kuda. Emang bisa gitu wajahnya beda bak bumi dan langit? Ada - ada aja mah ini perbedaannya. Lalu ada paman Nicola dan anaknya Harold yang sense of fashionnya parah abis.
Masalahnya sih udah biasa di novel2 hisrom kebanyakan, terutama bagi pembaca yang baca hisrom kayak nelen obat tiga kali sehari. Yang masalah tunangan lah, pernikahan lah, musti jual tanah lah. Nicola ini juga rada aneh ih. Masih 16 tahun udah kebelet nikah aja sama Sebastian. Cuma karena cinta aja. Byuuuh, pas umur segitu, kayaknya saia malah asyik main - main sama temen. Nicola bahkan ga mau nunggu sampai 2 tahun. Duh, seandainya dia tahu apa yang bakal terjadi pas malam pertama.... :X
Cuma, karena ini novel teenlit, yang kayak gitu ya ngga ada dong ah. Paling banter juga cuma ciuman aja. Udah beres #lah
Nilai tambah buku ini ada di kavernya yang unyu, tapi ya udah itu aja. Salah satu buku tante Meg yang easily forgettable.
Bisa bintang 4 atau lebih seandainya si Bailey ga terlalu ngasihanin dirinya sendiri dan bingung ngga jelas milih siapa pasangan hidupnya. BTW, ngikikBisa bintang 4 atau lebih seandainya si Bailey ga terlalu ngasihanin dirinya sendiri dan bingung ngga jelas milih siapa pasangan hidupnya. BTW, ngikik juga baca review yang bilang "romancenya dikit" dll. Ya elah ini kan cozy mystery tuh genrenya, dimana romance emang bukan fokus utama. Wahai pembaca romance, kalian itu mbok ya jangan sempit gitu ah pikirannya. Romance dikit bukan berarti ceritanya jelak juga -_-"
Salah satu aspek yang bikin ngurangin bintang adalah pace ceritanya yang lemooot dan Bailey muter - muter ngga jelas, bingung nyari pembunuhnya siapa. Tapi disini juga yang jadi keuntungan buku ini, karena pembunuhnya bener - bener di luar dugaan , dimana semua teori Bailey malah jadi mentah. Siapa dia? Well kudu baca bukunya dong :D
Sayangnya lagi, GPU ini emang suka deh nerbitin buku ngga lengkap. Udah yang diterbitin buku ketiga duluan (Till Death Do Us Apart - Sampai Maut Memisahkan Kita), buku yang pertama, If Looks Could Kill malah ngga diterbitin. Belum lagi terjemahannya yang bikin kepala rada senut - senut. Untungnya sih, beli ini murah banget, cuma 10ribu rupiah. Jadi ga rugi - rugi amat lah ya :D
I don't have the slightest idea about the book since I had give away my physical copy. So, apparently the story is not memorable enough and 3,5 stars
I don't have the slightest idea about the book since I had give away my physical copy. So, apparently the story is not memorable enough and maybe that's why this one is not a keeper....more
Haduuuh ini baguuuuus. BAGUS BANGEEEEEET!!! *tereak pake toa :))*
Setelah sempat pesimis ga mau nyobain novel - novel Metropop gara - gara A Very YuppyHaduuuh ini baguuuuus. BAGUS BANGEEEEEET!!! *tereak pake toa :))*
Setelah sempat pesimis ga mau nyobain novel - novel Metropop gara - gara A Very Yuppy Wedding, untung deh Mia Arsjad berhasil memukau saia lewat Runaway Rannya
Bukan pembelian yang ngga rugi ini, hihihihi
Dan 5 stars for just metropop novel from me, that's mean something you know XP...more
Ren Puspita
>
Books:
not-mine-anymore
(95)
Loading...
